Blog

  • Makalah Imam Malik Dan Perkembangan Madzhab Malikiyah

    Imam Malik Dan Perkembangan Madzhab Malikiyah

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Setelah berakhirnya masa khilafah Islamiyah, fase selanjutnya adalah masa tabi’in yang pemerintahannya dipimpin oleh Bani Umayyah. Pada fase ini umat Islam sudah tersebar ke berbagai belahan dunia. Para pembesar tabi’in tidak terpusat lagi di Makkah Madinah seperti pada era sahabat. Perluasan wilayah secara besar-besaran menyebabkan banyak para tabi’in dikirim ke berbagai wilayah untuk menyebarkan ajaran agama Islam. 

    Walaupun begitu toh perkembangan ajaran islam di berbagai tempat tidak sepesat perkembangan Islam di tempat asalnya, Makkah dan Madinah. Di Makkah dan Madinah banyak sekali bermunculan para mujtahid baik dari generasi tabi’in maupun tabi’it tabiin. Banyak kaum muslimin dari luar Makkah dan Madinah berkunjung untuk menimba ilmu disitu. Ini membuktikan bahwa Makkah dan Madinah masih merupakan pusat utama keilmuan Islam yang murni, yang belum tercampur dengan keilmuan lain terutama dari yunani.

    Salah satu mujtahid besar yang lahir dari kota Madinah adalah Imam Malik bin Anas, muassis madzhab Maliki. Madzhab Maliki merupakan salah satu madzhab Islam berfaham ahlussunnah wal jamaah yang dapat bertahan sampai sekarang. Madzhab ini merupakan madzhab yang terkenal dengan madzhab ahlul hadis karena konsentrasi pendirinya ke hadis nabawi. Selektifnya pemilahan hadis yang dilakukan oleh Imam Malik serta  dalamnya analisis yang dilakukan olehnya menjadikan fundamen dasar madzhab Maliki sangatlah kuat.

    Imam Malik terkenal sebagai seorang Mujtahid yang berpegang teguh kepada Hadis. Jika Abu Hanifah terkenal sebagai Ahlur Ra’yi, maka Imam Malik disebut dengan Ahlul Hadis. Diantara karya besarnya dalam bidang Hadis adalah Kitab Al-Muwatha’. Beliau menulis dan meneliti karyanya ini selama 40 tahun. Kitab inilah yang kemudian menjadi fundamen dasar dan menjadi pokok utama dalam pemikiran dan perkembangan madzhab Maliki. Dalam kitab inilah Imam Malik menuangkan gagasannya terhadap model ijtihad baru seperti amalu ahlil madinah dan qaul sahabi.

    Bab II. Pembahasan

    A. Biografi Imam Malik

    Nama lengkap Imam Malik adalah Malik ibnu Anas ibnu Abi ‘Amar Al-Ashbaghi. Beliau dilahirkan di Madinah pada tahun 93 H. Tidak berbeda dengan Abu Hanifah, beliau adalah Ulama yang hidup di dua zaman. Beliau lahir pada zaman bani Umayyah, tepatnya pada pemerintahan al-Walid Abd Malik (setelah era kepemerintahan Umar ibn Abd Aziz) dan wafat pada zaman Bani Abbas, tepatnya pada era pemerintah Harun al-Rasyid (tahun 179 H). beliau sempat mersakan hidup pada zaman bani Umayyah selama 40 tahun, dan Bani Abbasiyah 46 tahun.

    Imam Malik menyaksikan berbagai pemberontakan rakyat dan kezaliman penguasa waktu itu. Beliau tidak memihak kepada pemberontak dan tidak pula kepada pemerintah. Beliau memilih tidak memihak kepada pemberontak karena menurutnya suatu keadaan tidak dapat diperbaiki dengan pemberontakan. Sedangkan ketidak berpihakannya kepada pemerintah muncul setelah beliau menyaksikan pemerintah sering melakukan penindasan terhadap lawan politiknya, seperti terhadap keturunan Ali bin Abi Thalib. Dalam menyikapi pemberontakan ini Imam Malik pernah berkata, “Apabila seorang kepala negara mampu berlaku adil dan masyarakat senang menerimanya, kita tidak boleh memberontak terhadapnya. Jika ia tidak berlaku adil, rakyat harus bersabar dan memperbaikinya. Apabila ada yang memberontak karena ketidakadilannya, kita tidak boleh membantu pemerintah menindas pemberontak itu” (Mubarok, 2000:79).

    Imam Malik terkenal sebagai seorang Mujtahid yang berpegang teguh kepada Hadis. Jika Abu Hanifah terkenal sebagai Ahlur Ra’yi, maka Imam Malik disebut dengan Ahlul Hadis. Diantara karya besarnya dalam bidang Hadis adalah Kitab Al-Muwatha’. Beliau menulis dan meneliti karyanya ini selama 40 tahun. Pada awal mulanya kitab ini memuat lebih dari sepuluh ribu hadis. Setelah diteliti dan dibuang hadis-hadis yang terdapat cacatnya maka tinggal sekitar 1500 hadis yang terdapat dalam kitab ini. Kitab ini telah disyarahi oleh banyak sekali ulama’ baik salaf maupun khalaf, diantaranya adalah Tanwir Al-Hawalik karya Imam Jalaluddin As-Suyuthi As-Syafi’I (Al-Sayyis, 1999:180).

    Walaupun sama-sama berfahamkan ahlussunnah wal jamaah yang diikuti oleh jumhurul ulama’, tetapi ada banyak perbedaan yang terdapat antara Imam Malik dan Abu Hanifah. Diantara hal yang menyebabkan madzhab Maliki berbeda dengan madzhab Hanbali adalah pertama, banyak pendapat-pendapat Imam Malik yang dibukukan oleh Imam Malik sendiri di kota kelahirannya dengan disertai alasan-alasannya. Dengan demikian maka kita bisa melihat dengan jelas dasar-dasar madzhabnya seperti yang kita lihat dari kitabnya, Al-Muwatha’. Kedua, madzhab Maliki merupakan hasil karya penelitiannya. Sumbangan dari murid-muridnya hanya mengenai pendapat-pendapat yang tidak keluar dari dasar-dasar yang ditetapkan oleh Imam Malik, dan oleh karena itu murid-murid imam Malik termasuk dalam tingkatan Mujtahid Madzhab (Hanafi, 1991:152).

    B. Guru dan Murid Imam Malik Serta Penerusnya di Era Modern

    Mayoritas ulama’ yang menjadi guru Imam Malik adalah ulama’ Madinah, karena seumur hidup Imam Malik tidak pernah keluar dari Madinah kecuali untuk berhaji. Diantara Ulama yang pernah menjadi tempatnya menimba ilmu adalah:

    1. Abdurrahman bin Hurmuz (Tabi’in, Wafat 117 H).
    2. Nafi’ Maula Ibnu Umar.
    3. Ibnu Syihab Az-Zuhri.
    4. Rabiah bin Abdurrahman (Al-Sayyis, 1999:178).

    Sedangkan muridnya sendiri yang kemudian menjadi ulama’ dan tersebar ke seluruh penjuru dunia berjumlah lebih dari 1300 ulama’. Diantara murid-muridnya yang terkenal adalah:

    1. Imam Syafi’i (W. 204 H) adalah salah satu mudrid Imam Malik yang kemudian mendirikan madzhab sendiri.
    2. Abdurrahman Ibnu Qasim Al-Maliki (W. 191 H) adalah salah seorang ulama’ yang berguru kepada Imam Malik lebih dari 20 tahun. Beliau termasuk ulama’ yang berperan dalam penyusunan kitab al-Mudawwanah dan ikut menyebarkan madzhab Maliki di Mesir.
    3. Abu Muhammad Abdullah Ibnu Wahab (W. 197 H). Beliau berguru kepada Imam Malik lebih dari 17 tahun. Termasuk karyanya adalah kitab Ahwal Al-Qiyamah. Beliau berperan menyebarkan madzhab Maliki di Mesir dan Maghrib (Maroko).
    4. Asyhab (W. 204 H).
    5. Ibnul Furut (W. 213 H).
    6. Yahya Al-Laitsi.
    7. Utsman bin Hikam Al-Jadzami.
    8. Ziyad bin Abdurrahman Al-Qurthuby.
    9. Abdurrahman Al-Mahzumi.
    10. Abdullah bin Nafi’ Maula Bani Mahzum, dan yang lainnya (Hanafi, 1991: 153-154, Rayyan, tt: 118).

    Berkat ketekunan para murid-muridnya maka madzhab Maliki banyak tersebar ke seleruruh penjuru dunia. Diantara negara-negara yang menjadi pusat madzhab Maliki adalah Maroko, Tunisia, Muritania, Afrika Utara, Mali, Somalia, Senegal, Sudan, Uni Emirat Arab, Spanyol, Prancis dan sebagian negara Mesir dan Yaman. Bahkan madzhab Maliki ini menjadi madzhab resmi di beberapa negara seperti Maroko dan Tunisia. Sedangkan di Spanyol dan Prancis Undang-Undang Dasar dan beberapa undang-undangnya merupakan turunan dan adopsi dari kitab-kitab madzhab Maliki, salah satunya adalah Bidayatul Mujtahid karya Ibnu Rusyd atau yang lebih terkenal di Eropa dengan julukan Averoes (Rayyan, tt: 120-121).

    Diantara ulama’ madzhab Maliki kontemporer yang banyak memberikan sumbangan pemikiran dan karya bagi madzhab Maliki di Zaman modern ini adalah Sayyid Muhammad Alwi Al-Maliki. Nama lengkap beliau adalah As-Sayyid Muhammad bin Alawi bin Abbas Al-Maliki Al-Hasani, yang merupakan keturunan Nabi Muhammad Saw dari jalur Hasan bin Ali Radhiyaallahu ‘Anhuma. Sayyid Muhammad merupakan salah satu doktor alumni Al-Azhar Mesir dengan gelar Ph.D yang beliau dapatkan pada umur 25 tahun. Tesisnya dalam bidang hadits banyak mendapatkan pujian dari banyak kalangan ulama dan profesor internasional.

    Ayahnya, As-Sayyid Alawi Al-Maliki merupakan salah seorang ulama’ Makkah terkenal di abad yang lalu. Beliau telah mengajar berbagai ilmu Islam turats di Masjidil Haram selama hampir 40 tahun. Ratusan murid dari seluruh pelosok dunia telah mengambil faedah daripada beliau melalui kuliah beliau di Masjidil Haram, dan ramai di kalangan mereka telah memegang jawatan penting agama di negara masing-masin. Malah, Raja Faisal (Raja Arab Saudi) tidak akan membuat keputusan berkaitan Makkah melainkan setelah meminta nasihat dari As-Sayyid Alawi.

    Sayyid Muhammad sendiri selain mengajar di Al-Azhar Mesir juga dilantik menjadi Profesor di Ummul Qura University Makkah dan mengajar disitu. Setelah wafat ayahandanya beliau menggantikan kedudukannya mengajar di Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawy di Madinah. Diantara karyanya dalam bidang ushul fiqh adalah Al-Qawa‘id al-Asasiyyah fi Usul al-Fiqh, Sharh Manzumat al-Waraqat fi Usul al-Fiqh, dan Mafhum at-Tatawwur wa altTajdid fi al-Shari‘ah al-Islamiyyah.  Sedangkan karya beliau dalam bidang fiqh diantaranya Al-Risalah al-Islamiyyah Kamaluha wa Khuluduha wa ‘Alamiyyatuha dan Al-Ziyarah al-Nabawiyyah bayn as-Shar‘iyyah wa al-Bid‘iyyah.

    C. Metode dan Dasar Madzhab (Ushulul Madzhab) Maliki

    Sebagai sebuah madzhab yang dapat bertahan dan berkembang sampai sekarang tentunya madzhab Maliki mempunyai fundamen yang sangat kuat untuk menopang madzhabnya. Fundamen tersebut merupakan metode ijtihad yang dikembangkan oleh Imam Madzhab yang realistis dan relevan untuk kemudian dipraktekkan di berbagai tempat dan waktu yang berbeda. Metode ijtihad itulah yang kemudian diwarisi oleh para murid-muridnya dan bisa bertahan sampai sekarang.

    Metode ijtihad dalam madzhab maliki berbeda dengan madzhab yang lain karena saking banyaknya. Metode ini terkenal dengan adillah ‘isyrin (20 Metode Dasar), yaitu:

    1. Ushulul Khamsah (5 dasar pokok) dalam al-Qur’an, yaitu
      1. Nash al-Qur’an.
      2. Dzahir al-Qur’an yaitu lafadz yang umum
      3. Dalil al-Qur’an, yaitu Mafhum Muwafaqah.
      4. Mafhum al-Qur’an, yaitu Mafhum Mukhalafah.
      5. Tanbih al-Qur’an, yaitu memperhatikan illatnya.
    2. Ushulul Khamsah (5 dasar pokok) dalam al-Hadis, yaitu seperti diatas.
    3. Ijma’.
    4. Qiyas.
    5. Amalu Ahli Madinah (Tradisi/perbuatan penduduk Madinah). Ini merupakan salah satu metode Ijtihad yang identik dengan Imam Malik yaitu dengan cara mengambil perbuatan penduduk madinah yang telah menjadi tradisi untuk menjadi dalil.  Beliau berpendapat demikian karena Madinah merupakan tempat tinggal Nabi Muhammad Saw dan mayoritas sahabat. Sehingga perilaku dan perbuatan para penduduknya banyak menuruni perbuatan Nabi dan para sahabatnya. Bahkan menurut Imam Malik, Amalu Ahli Madinah ini merupakan hujjah yang harus didahulukan atas qiyas dan khabar wahid (hadis yang diriwayatkan cuma dari satu jalur) walaupun itu khabar wahid. Dan yang kemudian menjadi kontroversial adalah hal tersebut merupakan metode ijtihad yang tidak ada ulama’ atau Imam Madzhab lain yang mempraktekkannya. Bahkan beberapa ulama banyak memberikan bantahan terhadap metode ini seperti Imam Syafi’I dalam kitabnya al-Um, Laits bin Sa’d dalam Risalahnya dan Abu Yusuf dalam Kitabnya.
    6. Qaul Shahabi, yaitu pendapat para sahabat terkemuka ketika sah jalur sanadnya dan tidak bertentangan dengan dalil yang lebih kuat. Metode ini menjadi hujjah yang didahulukan atas qiyas menurut Imam Malik. Imam Ghazali merupakan salah satu ulama yang tidak sepakat dengan metode ijtihad ini karena sahabat tidaklah ma’shum (terjaga dari berbuat salah) sehingga dapat keliru dalam berijtihad, seperti yang dijelaskan dalam kitabnya al-Mushtashfa.
    7. Istihsan.
    8. Saddu Dzara’i.
    9. Muraatul Khilaf.
    10. Istihbab.
    11. Mashalihul Mursalah.
    12. Syar’u Man Qablana (Al-Sayyis, 1999:181-185).

    D. Kitab-Kitab Madzhab Maliki

    Sebagai sebuah madzhab besar dan dapat bertahan puluhan abad, madzhab Maliki telah banyak mewariskan banyak sekali kitab-kitab yang menjadi pustaka Turats Islami. Diantara kitab-kitab yang menjadi bahan referensi utama dalam madzhab Maliki adalah:

    1. Al-Muwaththa’ karya Imam Malik. Kitab ini telah banyak sekali disyarahi oleh para ulama’ dari berbagai madzhab.
    2. Al-Mudawwanah Al-Kubra karya Abdussalam At-Tanukhi.
    3. Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid karya Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Ibnu Rusyd Al-Qurthuby Al-Andalusi.
    4. Al-I’tisham karya Abi Ishaq Ibnu Musa As-Syatibi.
    5. Mukhtashar Kholil ala Matn al-Risalah li Ibn Abi Zaid Aql-Qairawani karya Syaikh Abdul Madjid As-Syarnubi Al-Azhari.
    6. Syarah Tanqih al-Fushul fi Ikhtishar al-mahsul fil Ushul karya Syihabuddin Abu al-Abbas Ahmad ibn Idris al-Qurafi yang merupakan kitab dalam fan ushul fiqh.
    7. Al-Muwafaqat fi Ushul al-Ahkam karya Abu Ishaq ibn Musa Al-Syatibi yang merupakan kitab dalam fan ushul fiqh, dan yang lainnya (Mubarok, 2000:100).

    E. Contoh Produk Hukum Madzhab Maliki.

    Diantara beberapa contoh produk hukum madzhab Maliki atau Imam Malik adalah:

    1.        Menikahkan Anak Gadis Dengan Paksa.

    Dalam pelajaran fikih munakahat dikenal dengan istilah wali mujbir. Wali berhak menikahkan anak gadisnya dengan paksa tanpa ada izin dari anak yang bersangkutan. Imam Malik berpendapat bahwa bapak yang anak perempuannya tanpa izin dari anak yang bersangkutan adalah sah. Hujjah Imam Malik adalah amal ahli Madinah.

    2.        Hak Bulan Madu Bagi Suami yang Berpoligami.

    Suami yang beristri lebih dari seorang berhak berbukan madu dengan istri yang baru dinikahinya. Menurut Imam Malik, apabila perempuan yang dinikahinya masih gadis hak bulan madunya adalah 7 malam. Sedangkan apabila perempuan yang dinikahinya berstatus janda maka hak bulan madunya adalah 3 malam (Mubarok, 2000:92-93).

    3.        Menikahi Perempuan Dalam Masa Iddah.

    Ulama’ sepakat tentang ketidakbolehan menikah bagi wanita yang masih dalam keadaan iddah, baik karena ditinggal mati maupun cerai. Namun ulama’ berbeda pendapat dalam menentukan sanksi bagi perempuan yang melanggarnya, yakni menikah dalam keadaan iddah dan sudah melakukan hubungan suami istri. Menurut Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’I dan Imam Al-Tsauri, perempuan tersebut harus dipisahkan, apabila waktu tunggunya telah selesai ia boleh menikah kembali dengan laki-laki yang menikahinya tadi. Sedangkan menurut Imam Malik, ia wajib dipisahkan dan baginya diharamkan (selamanya) menikah dengan laki-laki yang menikahinya dalam waktu tunggu. Hujjah ini berdasarkan qaul sahabi, yaitu pendapat umar bin khattab yang diriwayatkan dari az-Zuhri (Mubarok, 2000:98).

    4.        Eksistensi Lembaga Pemerintahan dan Syarat Kepala Negara

    Dalam hal ini dikemukakan oleh Ibnu Kholdun, salah seorang ulama’ madzhab Malikiyyah. Ibnu Khaldun berpendapat bahwa pembentukan pemerintahan (imamah) dan pengangkatan kepala negara (imam) adalah suatu keharusan. Para sahabat nabi dan para tabi’in telah membuat konsensus umum (ijma’) bahwa mendirikan pemerintahan adalah wajib menurut hukum. Jika pembentukan imamah itu atas petunjuk syariat, yakni dengan cara ijma’, maka wajibnya adalah fardhu kifayah. Bagaimana cara pembentukannya itu menjadi wewenang dan tanggung jawab ahlul halli wal ‘aqdi. Bila ia sudah terbentuk, setiap individu wajib menunjukkan ketaatan kepadanya. Menurut Ibnu Kholdun, disamping kepala negara harus dipilih oleh Ahlul Halli Wal ‘Aqdi, kepala negara juga harus memenuhi lima persyaratan: a) Berilmu Pengetahuan; b) Al-Kifayat; c) Berlaku Adil; d) Sehat panca Indra; dan e) Keturunan Quraisy (Pulungan, 2002: 58, Musa, 1990:72).

    Bab III. Penutup

    Alhamdulillahirabbil‘alamin, berkat usaha keras bersama dari teman-teman satu kelompok, tugas pembuatan makalah ini dapat selesai dengan tanpa ada halangan suatu apapun. Tentunya dalam pembuatan Makalah ini masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Dari itu, kami memohon dengan sangat kepada ibu Dosen dan teman-teman pembaca untuk selalu membimbing kami agar Makalah kami menjadi lebih baik lagi.

    Demikian ada kurang dan lebihnya, atas nama segenap anggota kelompok senantiasa mohon ma’af yang sebesar-besarnya. Dan  akhirnya semoga Makalah ini selalu membawa kemanfaatan bagi  kita semua . Amin.

    DAFTAR PUSTAKA

    Al-Sayis, Muhammad Ali. 1999. Tariikh Al-Fiqhi Al-Islami; The History Of The Islamic Jurisprudence. Beirut: Dar Al-Fikr.

    Hanafi, Ahmad. 1991. Pengantar Dan Sejarah Hukum Islam. Jakarta: PT Bulan Bintang.

    Mubarok, Jaih. 2000. Sejarah dan Perkembangan Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakaraya.

    Musa, M. Yusuf. 1990. Politik Dan Negara Dalam Islam. Al-Ikhlas. Surabaya.

    Pulungan, J. Suyuthi. 2002. Fiqh Siyasah: Ajaran, Sejarah Dan Pemikiran. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

    Rayyan, Ahmad Ali Taha. tt. Mudzakarat Fi Taariikhi Al-Tasyri’ Al-Islami. Tareem: Maktabah Al-Ahgaff.

  • Makalah Mazhab-Mazhab Fiqih

    Mazhab-Mazhab Fiqih

    Bab I. Pendahuluan

    Perkembangan hukum Islam setelah Rasulullah SAW wafat berkambang begitu pesat. Hal itu dikarenakan pola pikir umat Islam dalam berpendapat tentang hukum berbeda-beda. Umat islam mengalami dilematis dalam menetapkan hukum setelah Rasulullah wafat, karena begitu banyak masalah-masalah hukum baru yang muncul yang belum ada nashnya dalam Alquran dan Hadis. Dengan demikian muncullah berbagai pendapat mengenai hukum tentang suatu hal. Dalam islam hal seperti ini dibolehkan dengan syarat harus dimusyawarahkan dengan ulama-ulama yang lain atau dengan kata lain berijtihad. Jika kita tidak mampu berijtihad dikarenakan keterbatasan pengetahuan kita, makakita harus mengikuti ijtihad dari salah seorang mujtahid yang ia percayai. Hali ini sejalan dengan firman Allah dalam surat An-Nahlayat 42, yang artinya “ bertanyalah dari ahli zikir/ ulama jika kamu tidak mengerti”. Dari situlah muncul hukum-hukum islam dari hasil ijtihad para ulama, yang mana lahirlah yang disebut mazhab.

    Dari penjelasan di atas, kami akan membahas lebih lanjut mengenai mazhab-mazhab fiqih tersebut. Yang mana ruang lingkupnya meliputi : pengertian mazhab fiqih, lahirnya mazhab-mazhab fiqih, mazhab-mazhab fiqih yang sudah punah, dan mazhab-mazhab fiqih yang masih eksis. Itu lah beberapa subpokok bahasan yang akan dibahas dalam makalah ini. Selanjutkan diharapkan dengan pembahasan tersebut dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita terutama mengenai mazhab-mazhab fiqih yang masih dalam ruang lingkup perkembangan hukum islam.

    Dalam pembahasan makalah ini tentulah jauh dari kata sempurna. Itu dikarenakan keterbatasam kami dalam mengetahui mmazhab-mazhab, yang mana kami hanya berpedoman pada beberapa referensi saja. Oleh karena itu mohon koreksi dari berbagai pihak agar makalah ini dapat lebih baik.

    Bab II. Pembahasan

    A.  Pengertian Mazhab Fiqih

    Menurut bahasa, mazhab berasal dari sighah masdar (kata sifat) dan isim makan (kata yang menunjukkan tempat) yang diambil dari fi’il madhy “dzahaba” yang berarti “pergi”. Bisa juga berarti al-ra’yu yang artinya “pendapat”.

    Sedangkan pengertian mazhab menurut istilah ada beberapa rumusan, antara lain[2][2]:

    1. Menurut Said Ramadhany al-Buthy, mazhab adalah jalan pikiran (paham/pendapat) yang ditempuh oleh seorang mujtahid dalam menetapkan suatu hukum Islam dari Al-Quran dan hadits.
    2. Menurut K.H.E. Abdurrahman, mazhab dalam  istilah islam berarti pendapat, paham atau aliranseorang alim besar dalam Islam yang digelari Imam seperti Imam Abu Hanifah, mazhab Imam Ibn Hanbal, mazhab Imam syafi’i mazhab Imam Maliki, dan lain-lain.
    3. Menurut A. Hasan, mazhab adalah sejumlah fatwa atau pendapat-pendapat seorang alim besar dalam urusan agama, baik dalam masalah ibadah ataupun lainnya.

    Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan mazhab menurut istilah, meliputi dua pengertian, yaitu :

    a.       Mazhab adalah jalan pikiran atau metode yang ditempuh oleh seorang imam mujtahid dalam menetapkan hukum atau peristiwa berdasarkan Al-quran dan Hadis.

    b.      Mazhab adalah fatwa atau pendapat seorang Imam Mujtahid tentang hukum suatu peristiwa yang diambil dari Al-Quran dan Hadis.

    Jadi mazhab adalah poko kpikiran atau dasar yang digunakan oleh Imam Mujtahid dalam memecahkan masalah, atau mengistinbatkan hukum islam. Selanjutnya imam mazhab dan mazhab itu berkembang pengertiannya menjadi kelompok umat islam yang mengikuti cara Istinbath Imam Mujtahid tertentuatau mengikuti pendapat Imam Mujtahid  tentang masalah   hukum Islam.

    Adapun pengertian mazhab menurut para ulama fiqih  yang perlu kita ketahui. Menrut ulama fiqih  mazhab adalah sebuah metodologi fiqih khusus yang dijalan oleh seorang ahli fiqih mujtahis, yang berbeda dengan ahli fiqih lain, yang menghantarkannya memilih sejumlah hukum dalam kawasan ilmu furu’. Masalah yang bisa menggunakan metode ijtihad adalah yang termasuk istilah dzonni atau prasangka , bukan hal yang qoth’i atau pasti.

    Itulah penjelasan mengenai pengertian mazhab yang pada intinya memiliki makna yang sama. Lahirnya mazhab ini tidak bisa terlepas dari perkembangan huku-hukum islam sebelumnya yaitu pada masa Rasulullah dan sahabat. Bila pada masa Nabi sumber fiqih adalah Al-Quran, maka pada masa sahabat dikembangkan dengan dijadikannya petunjuk Nabi dan Ijtihad sebagai sumber penerapan fiqih. Sesudah masa sahabat, penetapan fiqih dengan menggunakan Sunnah dan Ijtihad ini sudah begitu berkembang dan meluas. Yang kemudian kita mengenal mazhab-mazhab fiqih. Mazhab dalam fiqih ada beberapa macam, hal ini dikarenalan adanya perbedaan pendapat dalam berijtihad seorang ulama.

    B. Lahirnya Mazhab-mazhab Fiqih

    Manusia diberikan daya pikir, daya cipta, nalar dan daya mempergunakan ijtihad. Maka sesuai dengan tabiat dan naluri manusia itu sendiri, timbullah berbagai macam pendapat dalam menhadapai suatu masalah. Hal ini tidak mungkin dihilangkan atau dihindari karena naluri manusia menghendaki yang demikian. Itulah yang melatar belakangi lahirnya mazhab-mazhab dalam dunia Islam. Seperti yang dijelaskan sebelimnya bahwa mazhab adalah hasil Ijtihad seorang Mujtahid, yang mana dari para Mujtahid itu terdapat perbedaan-perbedaan pendapat dalam menetapkan sebuah hukum yang belum ada nashnya dalam Al-Quran dan Hadis.

    Sejak kira-kira pertengahan abad pertama hijriyah sampai awal abad ke empat, tidak kurang dari 19 aliran hukum sudah tumbuh dalam Islam. Kenyataan ini saja cukuplah menunjukkan betapa ahli-ahli hukum kita dahulu tak putus-putusnya bekerja untuk disejalankan dengan kebutuhan-kebutuhan peradaban yang terus tumbuh.

    Pada masa Tabi’-tabi’in yang dimulai pada awal abad kedua Hijriyah, kedudukan Ijtihad sebagai Istinbath hukum semakin bertambah kokoh dan meluas, sesudah masa itu muncullah mazhab-mazhab dalam bidang hukum Islam. Adapun faktor yang menentukan perkembangan hukum Islam sesudah Rasulullah wafat, yaitu:

    1. Semakin luasnya daerah kekuasaan Islam, mencakup wilayah-wilayah semenanjung Arab, Irak, mesir, Syam, Persi dan lain-lain.
    2. Pergaulan kamu muslimin dengan bangsa yang ditaklukannya. Mereka terpengaruh oleh budaya, adat istiadat serta tradis bangsa tersebut.
    3. Akibat jauhnya negara-negara yang ditaklukan itu dengan ibu kota Khalifah (pemerintahan) Islam, membuat gubernur, para hakim dan para ulama harus melakukanijtihad guna memberikan jawaban terhadap problem dan masalah-masalah baru yang dihadapi.

    Dalam perkembangannya, mazhab-mazhab itu tidak sama. Ada yang mendapatkan sambutan dan memiliki pengikut yang mengembangkan dan meneruskannya, namun adakalanya suatu mazhab kalah pengaruhnya oleh mazhab-mazhab yang lain, dan pengikutnya menjadi surut. Oleh karenaya ada mazhab-mazhab yang masih eksis dan dianut oleh umat muslim sampai saat ini diantaranya : mazhab Hanafi, mazhab Maliki, mazhab Syafi.i, mazhab Hanbali, mazhab Syi’ah, dan mazhab Dhahiri[7][7]. Adapun mazhabyang telah punah antara lain: mazhab Al-Auza’iy, mazhab Al-Zhahiry, mazhab al-Thabary, dan mazhab al-Laits.

    Dari perkambangan mazhab yang tetap eksis sampai sekarang memilik dampak yang positif di kalangan umat Islam, yang mana umat Islam tidak bingung lagi dalam melakukan hal-hal yang belum ada nashnya dalam Alquran atau sunnah. Mereka sudah memiliki pegangan yang dapat dipercaya, sehingga tidak ada keraguan dalam menjalankan kehidupan ini. Disamping memiliki dampak yang positif, perkembangan mazhab tersebut juga memilik dampak negatif. Setelah munculnya mazhab-mazhab dalam hukum Islam dan hasil Ijtihad para Imam mazhab telah banyal dibukukan, ulama sesudahnya lebih cenderung untuk mencari dan menetapkan produk-produk ijtiadiyah para mujtahid sebelumnya, meskipun mungkin sebagian dari hasil ijtihad mereka sudah kurang atau tidak sesuai lagi dengan kondisi yang dihadai ketika itu. Lebih dari itu, sikap toleransi bermazhab pun semakin menipis di kalangan sesama pengikut-pengikut mazhab fiqih yang ada, bahkan acapkali timbul persaingan dan permusuhan sebagai akibat dari fanatisme mazhab yang berlebihan. Kemudian berkembang pandangan bahwa mujtahid hanya boleh melakukan penafsiran kembali terhadap hukum-hukum fiqih dalam batas-batas yang telah ditentukan oleh imam-imam mazhab yang dianutnya. Hal ini mengakibatkan kemunduran fiqih Islam.

    C.     Mazhab-mazhab yang Sudah Punah

    Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwasannya perkembangan mazhab tidak semuanya berjalan mulus. Ada mazhab-mazhab yang mengalami kemunduruan dan akhirnya punah. Sehingga tidak dijadikan sebagai pedoman lagi.

    Sebagian dari mazhab-mazhab para fuqaha’, ada yang memiliki pengikut-pengikut yang menjalankannya, namun pada suatu waktu mereka kalah pengaruh dari mazhab-mazhab lain yang datang kemudian, sehingga pengikut-pengikutnya menjadi surut. Imam-imam yang pernah terkenal dari mazhab-mazhab tersebut yang kurang atau tidak berkembang lagi adalah :

    1.      Abu ‘Amr Abd. Rahman bin Muhammad al-Auza’iy.ia dilahirkan di Ba’labak tahun 88 H. Al’Auza’iy termasuk tokoh hadits yang tidak menyukai qiyas,orang-orang Syam bahkan Hakim Syam mengikuti mazhabnya. Kemudian mazhab al-Auza’iy pindah ke Andalusia bersama orang-orang yang memasukinya dari pengikut banu Umayyah, kemudian mazhab ini surut di hadapan mazhab Syafi’i di Syam dan di hadapn mazhab Maliki di Andalusia pada pertengahan abad ke-3 H.

    Atau dapat disimpulkan bahwa, mazhab imam al-Auza’iy mempunyai banyak pengikut pada abad ke-2 H di Syam dan Andalusia. Di abad ke-3 mulai ditinggalkan dan imam al-Auza’iy wafat pada tahun 157 H[8][8].

    2.      Abu Sulaiman Daud bin Ali bin Khalaf al-Ashbahani yang terkenal dengan al-Zhahiry, dilahirkan di Kuffah pada tahun 202 H. Ia mempelajari ilmu dari Ishak bin Rahawih, Abu Tsaur dan lain-lain. Ia adalah orang yang paling fanatik dengan Syafi’i dan menulis dua buku tentang keutamaan-ketamaan serta memujinya[9][9].

    Pada masa itu merupakan puncak perkambangan ilmu di Baghdad. Kemudian ia membuat aliran (mazhab) tersendiri. Mazhab Daud al-Zhahiry terus berkembang sampai pertengahan abad ke-5, kemudian surut. Ia mempunyai pendapat0pendapat yang bertentangan dengan jumhur, karena pendapatnya dihasilkan dengan tidak menggunakan qiyas dan ra’yu, tetapi hanya mengamalkan sahir Al Quran dan Sunnah.

    3.      Mazhab al-Thabary. Pendiri mazhab ini adalah Abu Ja’far bin Jarir al-Thabary, dilahirkan tahun 224 H dan wafat di baghdad tahun 320 H.

    Beliau terkenal sebagai seorang mujtahid, ahli sejarah dan tafsir. Mulanya beliaumempelajari fiqih al-Syafi’i dan Malik serta fiqih ulama Kufah, kemudian membentuk mazhab sebdiri yang berkembang di Baghdad. Di antara pengikutnya adalah Abu al-Farj al-Nahrawy. Tetapi mazhabnya surut pada pertengahan adad ke-5 H.

    4.      Mazhab al-Laits. Pendiri mazhab ini adalah Abu al-harits al-Laitsi bi Sa’ad al-Fahmy, wafat pada tahun 174 H. Beliau terkenal sebagai ahli fiqih di Mesir. Al-Syafi’i mengakui bahwa al-Laitsi ini lebih pandai dalam soal fiqih dari pada Malik. Akan tetapi pengikut-pengikutnya tidak besunggug-sungguh mengembangkan mazhabnya sehingga lenyap. Mazhab al-Laitsi lenyap pada pertengahan abad ke-3 H.

    D.    Mazhab-mazhab Fiqih yang Masih Eksis

    Seperti yang sudah dijelaskan bahwa selain ada mazhab yang punah, ada juga mazhab yang masih eksis hingga sekarang. Mazhab-mazhab tersebut antara lain : mazhab hanafi, mazhab Maliki, mazhab Syafi’i, mazhab Hanbali, mazhab Syi’ah, dan mazhab Dhaihari[10][10]. Berikut penjelasannya :

    1.      Mazhab Hanafi (80-150 H/ 696-767 M)

    Memilik nama lengkap An-Nu’man bin Tsabit bin Zutha bin Mahmuli Taymillah bin Tsalabah. Beliau keturunan Parsi yang merdeka, dan Hanfah bin ismail bin Hamis berkata : “kami keturunan Parsi yang merdeka.” Demi Allah kami tidak pernah tertimpa budak sama sekali. Dilahirkan pada tahun 80 H. Beliau termasuk Tabiit Tabi’in ( yang mengikuti Tabi’in )[11][11].

    Beliau lebih terkenl dengan nama hanifah. Bukan kerena mempunyai anak bernama Hanifah, tetapi asal nama itu dari Abu al-Millah al-hanifah, diambil dari ayat: “Fatt Abi’u millah Ibrahia Hanifa” (maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus. Ali Imran ayat 95). Belaiu orang Persia yang menetap di Kufah. Pada waktu kecil beliau menghafal Al Quran, seperti dilakukan anak-anak pada  masa itu, kemudian berguru pada Imam Ashim salah seorang imam Qiro’ah sab’ah. Keluarganya adalah keluarga pedagang dan kemudian beliau menjadi pedagang. Guru Abu Hanifah yang terkenal diantaranya adalah al-Sya’bi dan Hammad Abi Sulayman di Kuffah, Hasan Basri di Basrah, Atha’ bin Rabbah di Mekkah, Sulayman, dan Salim di Madinah.

    Yang menonjol dari fiqih Abu Hanifah ini antara lain adalah:

    ·         Sangat rasional, mementingkan maslahat, dan manfaat.

    ·         Lebih mudah dipahami dari pada mazhab yang lain.

    ·         Lebih liberal sikapnya terhadap dzimis (warga negara yang nonmuslim).

    Imam Abu Hanifah meninggal pada bulan Rajab tahun 150 H. Meskipun Abu Hanifah seorang ulama besar, beliau tidak merasa memonopoli kebenaran. Hal itu terbukti dari pernyataan:

    saya mengambil pendapat ini, karena pendapat ini benar, tapi mengandung kemungkinan salah. Dan saya tidak mengambil pendapat itu, karena pendapat itu salah, tapi mengandung kemungkinan benar”.

    Beliau meninggal ketika sedang  Shalat. Kitab yang langsung di nisbatkan kepada Abu Hanifah adalah Fiqh al-Akbar, al-Alim wal Muta’alim, dan Musnad.

    2.      Mazhab Maliki (93-173H / 711-795M)

    Imam Malik dilahirkan di Madinah. Nama lengkapnya Malik bin Anas bin ‘Amar. Kakek Imam Malik yaitu ‘Amar berasal dari Yaman. Beliau pernah bertemu dengan Abu Hanifah. Abu Hanifah tigabelas tahun lebih tua dari Malik bin Anas.

    Malik bin Anas adalah seoang yang saleh, sangat sabar, ikhlas dalam berbuat, mempunyai daya ingat dan hafalan yang kuat, serta kokoh dalam pendiriannya. Beliau ahli dalam fiqih dan Hadits, yang diterima dari guru-gurunya di Madinah. Beliau mempelajari ilmu pada ‘ulama-‘ulama Madienah. Guru beliau yang pertama, ialah : Abdur Rahman ibn Hurmuz[12][12]. Guru-guru yang lain adalah Rabi’ah, Yahya Ibn Sa’ad al-Anshari, dan Ibn Syihab Azuhri.

    Dalam mengajar, Imam Malik sangat menjaga diri agar tidak salah dalam memberi fatwa. Oleh karena itu, untuk masalah-masalah yang ditanyakan, sedangkan beliau belum yakin betul akan kebenaran jawabannya, sering menjawab la adri (saya tidak tahu). Beliau meninggal di Madinah pada tahun 173 H. Kitab yang dinisbatkan kepada Imam Malik adalah kitab Muwatho yang merupakan kitab Hadits tapi juga sekaligus kitab Fiqih.

    3.      Mazhab Syafi’i (150-204 H / 767-822 M)

    Imam Syafi’i memiliki nama lengkap Muhammad bin Idris bin Abbas bin Usman bin Syafi’i bin as-sai’ib bin Ubaid Yaziz bin Hasyim bin Murhalib bin Abdu Munaf[13][13]. Beliau termasuk suku Quraisy. Dilahirkan di Ghaza, salah saatu kota Palestina pada tahu 150 H. Ayahnya meninggal ketika beliau masih bayi, sehingga beliau dibesarkan dalam keadaan yatim dan fakir. Karena kefakirannya beliau sering memungut kertas-kertas yang telah dibuang dan menyadari bahwasannya Al Quran itu bahasanya sangat indah dan maknanya sangat dalam, maka beliau pergi ke Kabilah Hudzail untuk mempelajari dan mendalami satra Arab serta mengikutu saran hidup Muhammad SAW, pada masa kecilnya. Disana beliau sampai hafal sepuluh ribu bait syair-syair Arab.

    Di Mekkah beliau berguru pada Sufyan bin Uyainah dan kepada Muslim bin Khalid. Setelah itu pergi ke Madinah untuk berguru pada Imam Malik. Pada saat itu beliau berumur 20 tahun dan belajar di sana selama tujuh tahun.

    Bagi Imam Syafi’i ibadah itu harus membawa kepuasan dan ketenagan dalam hati. Untuk itu diperlukan kehati-hatian. Oleh karena itu, konsep Ikhyat (kehati-hatian) mewarnai pemikiran Imam Syafi’i.

    Imam Syafi’i menyebut Al-Quran dan Sunnah adalah sebagai dua dasar (sumber) dan menetapkan Ijma’ dan Qiyas sebagai dasar (sumber) pembantu[14][14].

    4.      Mazhab Hanbali (164-241 H)

    Didirikan oleh Imam Amad Hanbal, dilahirkan pada bulan Rabi’ul Awal tahun 164 H, di Baghdad, bapak dan Ibunya berasal dari kabilah Asya-bani bagian dari kabilah di Arab[15][15]. Beliau belajar hadits di Baghdad, Basrah, Kufah, Mekkah, madinah, dan Yaman. Beliau selalu menuliskan hadits-hadits dengan perawinya dan cara ini pun diharuskannya kepada muridnya.

    Beliau memilik daya ingat yang kuat, sabar, ulet, memiliki keingunan yang kuat dan teguh dalam pendirian. Dan beliau sangat ikhlas dalam perbuatannya. Beliau pernah menantang pendapat muktazilah, pernah dijatuhi hukuman dan dipenjara oleh Khalifah al-Makmum yang menganut paham muktazilah. Ketika khalifah al-Ma’mum wafat, beliau masih tetap dalam penjara dimasa Mu’tashim Billah. Sesudah kelaur dari penjara beliau sakit-sakitan san akhirnya wafat pada tahun 241 H.

    Imam Ahmad adalah ulama yang tidak percaya denagn Ijma’, denagn ucapannya yang terkenal : “siapa yang menyatakan terdapat Ijma’, maka dia adalah pendusta’. Menurut Dr, Abu Zahrah ijma yang ditentanf oleh Imam Ahmad adalah Ijma’, sesudah masa sahabat. Adapun Ijma  pada masa sahabat diakui keberadaannya[16][16].

    Yang mengembangkan mazhab Hanbali yang terkenal serta pengaruhnya terasa didunia islam sekarang adalah Ibn Taimiyah (166 H) yang lahir ± 450 tahun setelah Imam Ahmad meninggal. Murid Ibn Taimiyah adalah Ibn Qoyyim.

    5.      Imam Daud bin al-Ashbahani (202-270 H) dan Ibn Hazm al-Andalusi (384-456 H)

    Kedua ulama ini adalah ulama besar dan tokoh mazhab Dhahari. Daud bin Ali asalnya bermazhab al-Syafi’i dan sangat menghormati Imam Syafi’i, karena Imam Syafi’i sangat menguasai Al Quran dan Sunnah. Pada mulanya mazhab Dhahiri menyebar di Baghdad, kemudian menyebar ke sebelah barat dan menjadi pegangan di Andalusia. Di situlah kemudian ulama besar tokoh Mazhab Dhahiri dilahirkan yaitu Ibn Hazm al-Andalusi.

    Ibn Hazm dilahirkan di sebelah timur laut kota Cordoba, pada waktu fajar diakhir bulan Ramadhan tahun 384 H. Orang Ibn Hazm adalah salah seorang pejabat tinggi di Andalusia di bawah kekuasaan Bani Umayah. Dan behebti dari jabatannya dan akhirnya pindah ke Cordoba. Ibn Hazm adalah ulama yang sangat kritis, mempunyai daya ingat yang kuat dan rasa seni yang tinggi. Pikiran-pikiran Ibn Hazm ini banyak menarik perhatian pemuda-pemuda pada masanya, oleh karena itu tidak mengherankan apabila pengikutnya banyak dari kalangan muda.

    6.      Imam Ja’far al-Shaddiq / Mazhab Syi’ah (80-148 H)

    Beliau adalah putra dari Muhammad al-Bakir bin Ali Zaenal Abidin bin Husein bin Ali Karamallahu. Sedang ibunya Umu Farwah binti al-Qosim bin Muhammad Abi Baqar Shiddiq RadiyallahuAnhu. Imam Ja’far al-Shaddiq tokoh Syi’ah Ja’fariyah, Imam Zayd tokoh Syi’ah Zaydiyah dan Imam Abu Hanifah tokoh Ahlu Sunnah hidup pada waktu yang sama. Sehingga ketiganya pernah bergaul dan bertemu pada waktu menuntut ilmu[17][17].

    Imam Ja’far adalah ulama yang sangat takwa kepada Allah, sangat ikhlas, memiliki wibawa keilmuan haibah kejiwaan, berakhlak mulia, sabar pada tempatnya, dan berani pada tempatnya serta memiliki kearifan yang sangat tinggi. Beliau termasuk salah seorang guru dari imam mujtahid Abu Hanifah dan Malik serta ulama-ulama terkemuka seperti Sufyan Atsauri dan Sufyan bin Uyaebah.

    Imam Ja’far meninggal pada tahun 148 H. Serta dimakamkan di Baqie, yaitu tempat di mana dimakamkan ayahnya Muhammad al-bakir, kakeknya Zaenal Abidin, dan Hasan bin Ali.

    BAB III

    KESIMPULAN

    Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

    mazhab adalah poko kpikiran atau dasar yang digunakan oleh Imam Mujtahid dalam memecahkan masalah, atau mengistinbatkan hukum islam. Mazhab menurut para ulama fiqih  yang perlu kita ketahui. Menrut ulama fiqih  mazhab adalah sebuah metodologi fiqih khusus yang dijalan oleh seorang ahli fiqih mujtahis, yang berbeda dengan ahli fiqih lain, yang menghantarkannya memilih sejumlah hukum dalam kawasan ilmu furu’.

    Adapun lahirnya mazhab diakrenakan adanya perbedaan pendapat para ulama dalam menetapkan hukum yang belum ada nashnya di dalam Al Quran dan Hadits.

    Dalam perkembangannya ada mazhan yang punah dan ada mazhab yang masih tetap eksis sampai sekarang. Mazhab yang telah punah diantaranya : mazhab Imam al-Auza’i, mazhab Imam Laits, mazhab Imam Daud bin Ali al-Ashbahani, dan mazhab Imam ath-Thabari. Dan mazhab yang masih tetap eksis samapai sekarang antara lain : mazhab hanafi, mazhab Maliki, mazhab Syafi’i, mazhab Hanbali, mazhab Syi’ah, dan mazhab Dhahari.

    DAFTAR PUSTAKA

    Yanggo, Huzaemah Tahido.1997. Pengantar Perbandingan Mazhab. Ciputat : Logos Wacana Ilmu

    Ramulyo, Idris.2004. Asas-asas Hukum Islam. Jakarta: Sinar Grafika

    Syariffudin, Amir. 1997.  Ushul Fiqh  jilid 1. Ciputat: Logos Wacana Ilmu

    As-Sayis, Ali dan Muhammad. 2003. Sejarah Fiqih Islam.  Jakarta: Pustaka Al-Kautsar

    Said, Moh dkk. 1977. An Introduction to Islamic Law. IAIN Raden Fatah

    Djazuli, H.A. 2007. Ilmu Fiqih: Penggalian, Perkembangan, dan Penerapan Hukum Islam. Jakarta: Prenada Media Group

    Ash-Shiddieqy, dkk. 1994. Pengantar Hukum Islam. Jakarta: Bulan Bintang

    Muhakbarilyas.blogspot.com/201212/mengenal-perkembangan-mazhb-fiqih-dalam-islam.html

    http://id.m.wikipedia.org/wiki/mazhab

    http:/abudini76.wordpress.com/2010/02/21/mazhab-mazhab-yang-telah-punah/

  • Teori-Teori Psikologi Sosil

    Teori Dalam Psikologi Sosil

    A. Teori Genetik

    Teori ini menekankan kualitas pembawaan sejak lahir atas tingkah laku sosial. Bahwa “manusia adalah binatang sosial” menjadi inti dan teori genetik dan sekaligus menjadi dasar asumsinya, bahwa komponen-komponen dari tingkah laku sosial dihubungkan dengan atau mempunyai akar pada penyebab genetik yang tidak dipelajari. Misalnya Konrad Lorenz (dalam Dayakisni, 2006:14), seorang ahli etiologi, yang mempelajari gejala sosial pada binatang. Lorenz berpendapat bahwa tingkah laku agresi adalah perwujudan dan insting agresi yang dibawa sejak lahir dan berasal dan kebutuhan untuk melindungi diri. Ahli yang lainnya William Mc Douglas (dalam Dayakisni, 2006:14) juga mendasarkan pada konsep-konsep genetik pada tingkah laku sosial.

    Douglas berpendapat bahwa banyak sifat dan tingkah laku spesifik dapat dijelaskan dalam istilah insting, tingkah laku yang memiliki tujuan langsung yang tidak dipelajari. Douglas menuliskan seperangkat insting yang diperkirakan medasari sejumlah tingkah laku. Misalnya apabila seorang ibu melindungi anaknya maka hal tersebut dinamakan tingkah laku “parental insting” (insting orang tua) sedangkan jika dikenakan kepada orang yang berhungan dengan orang-orang lainnya maka hal tersebut dianggap karena adanya “insting untuk berkumpul”.

    Namun sebagian ahli psikologi sosial menolak pendapat bahwa resting merupakan mekanisme penjelasan tingkah laku manusia karena tasting diangap tidak dapat menjelaskan alasan dibalik tingkah laku dan tidak dapat memberikan prediksi yang akurat atas tingkah laku individu di masa yang akan datang. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam teori genetik mengabaikan peranan faktor situasional dan lingkungan dalam menelaah tingkah laku sosial. Oleh karenanya teori ini kurang populer untuk dipakai dalam mengkaji fenomena-fenomena psikologi sosial.

    B. Teori Stimulus

    Prinsip teori ini menyatakan bahwa:

     “Kalau stimulus memberikan akibat yang positif atau memberi reward maka respons terhadap stimulus tersebut akan diulangi pada kesempatan lain dimana stimulus yang sama timbul. Sebaliknya apabila respons memberikan akibat yang negatif (hukuman dan sebagainya) hubungan antara stimulus – respons tersebut akan dihindari pada kesempatan lain”. 

    Beberapa istilah yang perlu dijelaskan dalam teori ini adalah stimulus, respons, dorongan, reinforcementlfaktor penguat. Stimulus adalah peristiwa yang terjadi baik di luar maupun di dalam tubuh manusia yang menyebabkan timbulnya suatu perubahan tingkah laku. Respons adalah perubahan yang disebabkan oleh adanya stimulus.

     

     Menurut Keller & Schoenfeld (Wibowo,1988:127) stimulus mempunyai 3 (tiga) fungsi yaitu: 

    1. Pembangkitan: stimulus yang membangkitkan, adalah stimulus yang langsung memberikan suatu respons. Misalnya makanan langsung menimbulkan air liur orang yang melihatnya pada saat lapar terutama. 
    2. Diskriminasi: stimulus yang diskriminatif, adalah stimulus yang tidak langsung menimbulkan respons tetapi hanya merupakan pertanda adanya stimulus pembangkit. Misalnya mendengar ada tukang siomay lewat. Saat barn mendengar belum ada reaksi apapun dan diri orang tersebut, barulah setelah melihat sang penjual menyajikan sepiring di depannya keluarlah air liurnya. 
    3. Reinforcement: adalah stimulus yang menimbulkan konsekuensi yang positif atau negatif pada terbentuknya respons. Reinforcement positif adalah stimulus yang jika diberikan akan memperkuat tingkah laku respons. Misalnya seorang anak yang menolong orang lain kemudian mendapat pujian dan hadiah, maka ia akan cenderung mengulangi tingkah laku menolongnya di kemudian hari. Reinforcement negatif adalah stimulus yang jika tidak diberikan atau dihentikan pem-beriannya, akan memperkuat terjadinya respons. Misalnya seorang anak yang kegemukan dan gelalu diejek oleh temannya, tidak lagi diejek oleh temannya manakala dia berprestasi di kelas/menjadi juara kelas. Maka ia akan mengulangi dan meningkatkan prestasi akademiknya tersebut. 

    Dorongan adalah suatu kekuatan dalam din seseorang yang jika telah mencapai kekuatan yang maksimum akan menyebabkan orang tersebut melakukan sesuatu. Menurut Dollard & Miller (dalam Wibowo, 1988:1.27) terdapat 2 (dua) macam dorongan pada manusia yaitu dorongan primer dan dorongan sekunder. Dorongan primer adalah dorongan bawaan seperti lapar, haus, sakit dan seks. Dorongan sekunder adalah dorongan yang bersifat sosial dan dipelajari misalnya dorongan untuk mendapat upah, pujian, perhatian dan sebagainya.

    C. Teori Kognitif

    Pokok pikiran dalam pendekatan kognitif adalah bahwa perilaku individu tergantung pada caranya mengamati situasi sosial. Secara spontan dan otomatis orang akan mengorganisasikan persepsi, pikiran dan keyakinannya tentang situasi sosial ke dalam bentuk yang sederhana dan bermakna., seperti yang mereka lakukan terhadap objek. Bagaimanapun rancunya situasi orang akan mengadakan pengaturan dan pengorganisasian ini (persepsi dan pengartian lingkungan) akan mempengaruhi perilaku individu dalam situasi sosial.

    Terdapat beberapa prinsip dasar dalam teori ini yaitu (Sears., 1985:17-18): 

    a. Individu cenderung mengelompokkan dan mengkategorikan objek secara spontan. Individu tidak melihat objek secara tersendiri melainkan sebagai bagian dari sekelompok benda atau hal-hal lain di sekitarnya. Oleh karenanya individu cenderung mengelompokkan objek ini dengan beberapa prinsip sederhana misalnya karena kesamaan, kedekatan atau pengalaman masa lalu. 

    b. Individu dapat memperhatikan objek dengan mengamati sesuatu sesuatu sebagai hal yang menyolok (figure) dan yang lain sebagai latar belakang (ground). Biasanya rangsangan yang bergerak, berwama, bersuara, unik, dekat, merupakan figure. Sedangkan rangsangan yang lembut, tidak menarik, tidak bergerak, tidak bersuara, umum, jauh, merupakan ground. 

    Teori kognitif mempunyai tekanan yang berbeda dengan teori belajar yaitu: 

    1. Teori kognitif memusatkan din pada interpretasi dan organisasi perseptual mengenai keadaan seseorang, bukan keadaan masa lalu. 
    2. Teori kognitif mencari sebab-sebab perilaku pada persepsi atau interpretasi individu terhadap situasi dan tidak pada realita situasinya. Interpretasi individu terhadap situasi merupakan hal yang lebih penting daripada bagaimana sebenarnya situasi itu.

    4. TEORI BELAJAR SOSIAL (SOCIAL LEARNING THEORY)

     Pokok pemikiran dalam pendekatan belajar adalah bahwa perilaku individu ditentukan oleh apa yang telah dipelajari sebelumnya. Dalam situasi tertentu seseorang mempelajari perilaku tertentu sebagai kebiasaan dan bila menghadapi situasi itu kembali oarang tersebut akan cenderung untuk berperilaku sesuai dengan kebiasaannya itu. Pendekatan dengan belajar populer di tahun 1920-an dan merupakan dasar Behaviorisme.

    Dalam kehidupan manusia ada 2 (dua) pengertian belajar yaitu belajar secara fisik misalnya belajar menari, naik sepeda dan lain-lain, dan belajar psikis yaitu mempelajari perannya dan peran orang lain dalam konteks sosial. Menurut Dollard & Miller ada 4 (empat) prinsip dalam belajar yaitu dorongan, isyarat, respons dan reward. Pengertian dorongan dan respons sudah dijelaskan sebelumnya. Reward sebenarnya sama dengan reinforcement yaitu stimulus yang menetapkan perlu diulangi atau tidak suatu respons pada kesempatan lain. Isyarat adalah stimulus yang menentukan kapan dan dimana suatu respOns akan timbul dan respons apa yang akan timbul. Isyarat bisa disamakan dengan stimulus diskriminatif. Mekanisme belajar dapat dibagi dalam tiga mekanisme umum (Sears, dkk., 1985:13-14) yaitu:

    a. Asosiasi (Classical Conditioning) yaitu kita belajar berperilaku dengan mengasosiasikan kata-kata, suara-suara, warna-warna dan sebagainya atau fenomena yang terjadi disekitar kita. Misalnya mengasosiasikan kata “Tsunami” dengan hal-hal atau bencana yang mengerikan.

    b. Reinforcement, yaitu orang belajar menampilkan perilaku tertentu karena perilaku itu disertai dengan sesuatu yang menyenangkan dan dapat memuaskan kebutuhan (atau mereka belajar menghindari perilaku yang disertai akibat-akibat yang tidak menyenangkan). Misalnya seorang mahasiswa yang belajar untuk tidak menentang profesor pengajarnya di kelas karena ketika hal tersebut dilakukan sang profesor selalu mengerutkan dahi, marah dan membentaknya kembali.

    c. Imitasi adalah proses dimana orang mempelajari sikap dan perilaku sosial dengan meniru sikap dan perilaku yang menjadi model.

    Misalnya anak-anak yang menirukan hal-hal yang dilakukan oleh orang tuanya atau orang dewasa di sekitarnya. Cara yang penting dalam belajar sosial adalah tingkah laku imitasi. Dollard & Miller (dalam Wibowo,1988:I.28-I.29) menyatakan terdapat 3 (tiga) mekanisme imitasi:

    a. Tingkah Laku Sama 

    Terjadi bila 2 (dua) atau lebih orang memberikan respon karena terstimulus oleh isyarat yang sama. Misalnya sesama penumpang angkutan umum dengan jurusan yang sama, tidak lantas perbuatan ini dianggap sebagai tiruan.

    b. Tingkah Laku Tergantung 

    Timbul dalam hubungan antara dua pihak dengan keadaan pihak yang satu adalah lebih pandai, lebih tua atau lebih mampu dari pihak lain. Maka pihak lain akan menyesuaikan tingkah lakunya dan akan tergantung pada pihak pertama. Misalnya seorang kakak yang menjemput dan membawakan tas ayahnya pada saat sang ayah pulang kerja maka ia akan diberikan sebatang coklat. Dia menganggap deru mobil sang ayah di halaman pada sore hari adalah isyarat sang ayah datang dan biasanya akan memberinya coldat, maka ia berlari menghamhirinya. Bagi adiknya yang pada saat itu barn melihat kejadian tersebut, gerak lari kakaknyalah yang merupakan isyarat baginya sehingga ia meniru (imitasi) tingkah laku kakaknya di lain kesempatan karena dengan begitu ia akan mendapat reward sebatang coklat dan ayahnya.

    c. Tingkah Laku Salinan (Copying) 

    Persamaan antara tingkah laku tergantung dengan tingkah laku salinan adalah keduanya sama-sama menggunakan isyarat dan tingkah laku model (orang yang ditiru). Perbedaannya terletak pada jika dalam tingkah laku tergantung seseorang merespons hanya terhadap isyarat dari model, sedangkan dalam copying orang yang bersangkutan akan merespons tingkah laku yang menunjukkan kesamaan dan perbedaan antara responnya dengan respons si model (orang yang ditiru). Misalnya A biasanya akan memperlambat laju mobilnya jika lampu kuning menyala. Suatu hari pada saat lampu kuning menyala ia melihat B pengendara mobil lainnya yang justru mempercepat laju kendaraannya dan ia terhindar dari lampu merah. Maka pada kesempatan lain, jika ada lampu kuning menyala A akan mempercepat laju kendaraannya.

    Terdapat beberapa ciri khusus dalam pendekatan belajar yaitu (Sears., 1985:14):

    a. Sebab-sebab perilaku diduga terletak terutama pada pengalaman belajar individu di masa lampau. Para ahli teori belajar mengaitkan diri pada pengalaman masa lalu dan kurang memperdulikan seluk beluk situasi yang sedang terjadi.

    b. Pendekatan belajar cenderung menempatkan penyebab perilaku terutama pada lingkungan eksternal dan tidak pada pengartian subjektif individu terhadap apa yang terjadi. Pendekatan ini menekankan kejadian eksternal yang telah diasosiasikan dengan stimulus atau reinforcement yang telah dikaitkan dengan timbulnya tanggapan atau model peran yang pernah diternui. Semua ini bersifat eksternal bagi individu. Sebagai sebab-sebab terjadinya perilaku pendekatan belajar tidak menekankan keadaan subjektif misalnya persepsi terhadap situasi dan emosi.

    c. Biasanya diarahkan untuk menjelaskan perilaku yang nyata dan bukan pada keadaan subjektif atau psikologis.

    5. TEORI PSIKOANALISA

    Tokoh dan teori ini adalah Freud. Alasan teori ini dipakai untuk menelaah tingkah laku sosial adalah adanya pendapat dan Freud bahwa terdapat pertentangan yang mendasar antara pemuasan keinginan-keinginan dan kebutuhan-kebutuhan individual dengan kesiapan masyarakat dalam memenuhi semua kebutuhan tersebut. Menurut teori ini pula perkembangan individu menuju kedewasaan adalah melalui serangkaian tahapan yaitu tahap oral, anal, phallic dan genital. (dalam Wibowo, 1.14-1.15) Secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut:

    a. Tahap Oral: Bayi barn lahir s/d 1 atau 1,5 tahun. Pengalamannya hanya kenikmatan, kesakitan dan perubahan-perubahan ketegangan.

    b. Tahap Anal: Berlangsung dari usia 1 atau 1,5 tahun — 4 tahun. Perkembangan ego ditandai dengan kemampuan untuk menguasai obyek, mengantisipasi hal-hal yang terjadi dengan imaginasi; sadar dan

    toleransi terhadap kecemasan; perkembangan kemampuan berbicara dan berpikir; tumbuhnya kemampuan untuk menunda respons.

    c. Tahap Phallic: Mulai terjadi setelah usia 3 — 4 tahun. Perkembangan yang penting adalah meningkatnya minat pada seks (dalam keluarga berupa kompleks oedipus, jika anak laki-laki dengan ayahnya dan anak perempuan dengan ibunya; serta dalam dirinya berupa fantasi-fantasi tertentu), proses pertunibuhan super ego, serta makin banyak menggunakan mekanisme pertahanan diri. Ditandai dengan meningkatnya keinginan untuk bermasturbasi; meningkatnya keinginan untuk bersentuhan tubuh dengan anggota keluarga yang berlawanan jenis; meningkatnya kecenderungan ekshibisionis (menunjukkan alat kelamin kepada orang lain).

    d. Tahap Laten: Merupakan masa konsolidasi dalam perkembangan, menyesuaikan did dengan lingkungan di luar keluarga. Hasrat seksual kepada orang tua disublimasikan menjadi rasa menghormati dan menghargai. Merupakan masa persiapan untuk remaja (pubertas).

    e. Tahap Genital: Secara psikologis ditandai dengan ciri-ciri antara lain hasrat untuk mandiri, lebih menghargai aturan-aturan dari teman sebaya, pemberontakan melawan orang tua, pikiran-pikiran bingung dan lain-lain.

    Menurut konsep Freud ada 3 (tiga) sistem yang membentuk struktur kepribadian:

    a. Id adalah cumber energi psikis, merupakan sub sistem dan kepribadian. Id seringkali dilukiskan sebagai pengharapan-pengharapan yang berasal dari insting-insting psikologi yang dipunyai setiap orang sejak lahir. Id adalah sesuatu yang tidak disadari maka semua ketidaksadaran berlaku bagi id misalnya amoral, tidak terpengaruh oleh waktu, tidak mempedulikan realitas, bekerja atas dasar kesenangan, tidak terbelenggu moral, etik, alasan dan logika. Id secara tetap merupakan upaya untuk mendapatkan kesenangan, penghargaan dan pemuasan. Upaya ini secara pokok diwujudkan lewat libido dan agresi (dalam Gerungan, 2004). Libido mengarah pada hubungannya dengan keinginan seksual, kesenangan-kesenangan termasuk di dalamnya kehangatan, makanan dan kenyamanan (comfortable). Agresi mendorong Id ke arah kerusakan termasuk diantaranya keinginan perang, berkelahi, berkuasa dan semua tindakan-tindakan yang bersifat merusak. Walaupun demikian Id tetap diakui sebagai kekuatan yang mendorong sepanjang kehidupan ini dan merupakan sumber yang amat penting dari daya berpikir dan upaya bertindak. Id pada akhirnya hams dihubungkan dengan realitas yang tidak bisa diabaikan begitu saja, oleh karena itu sebagai penghubung timbul sistem “ego”.

    b. Ego berfungsi untuk menghadapi realitas dan menerjemahkan untuk id. Ego beroperasi berdasarkan proses berpikir. Ego merupakan sumber rasa sadar. Ia mewakili loglka dan yang dihubungkan dengan prinsip-prinsip realitas. Ego merupakan sub sistem yang berfungsi ganda yaitu melayani dan sekaligus mengendalikan dua sistem lainnya (Id dan Super-Ego) dengan cara berinteraksi dengan dunia luar atau lingkungan luar (external environment). Ego dapat mengembangkan suatu fasilitas penalaran untuk menimbang dan belajar guna menyesuaikan dan bertindak sesuai dengan lingkungannya. Namun pada gilirannya situasi konflik antara Id dan Ego tidak dapat dihindarkan, dimana di satu pihak Id menuntut dipenuhinya kesenangan dengan cepat dan di pihak lain Ego berusaha menekan, menolak atau menundanya untuk mencarikan waktu dan tempat yang lebih sesuai untuk memenuhi kesenangan tersebut. Agar Ego dapat mengatasi konflik dengan Id maka is banyak mendapat bantuan dari Super-Ego.

    c. Super-Ego: adalah sistem moral dan kepribadian atau kekuatan moral dari personalitas. Sistem ini berisi norma-norma budaya, nilai-nilai sosial dan tata cara yang sudah diserap ke dalam jiwa. Super ego berprinsip mencari kesempurnaan. Ia adalah sumber norma yang memungkinkan Ego memutuskan apakah sesuatu benar atau salah. Teori psikoanalisa juga memperkenalkan konsep ketidaksadaran sebagai bagian kepribadian, dimana terletak keinginan-keinginan, impuls-impuls dan konflik-konflik yang dapat mempunyai pengaruh langsung terhadap tingkah laku. Pada dasarnya tingkah laku individu dipengaruhi atau dimotivasi oleh determinan kesadaran maupun ketidaksadaran (Dayakisni, 2006:19). Contoh dalam proses-proses ketidaksadaran misal-nya tingkah laku agresi dipandang sebagai suatu manifestasi pembawa-an sejak lahir, yaitu yang disebut sebagai insting mati dalam ketidak-sadaran.

    6. TEORI PERAN

    Pengertian Peran (Role) biasanya didefinisikan sebagai serangkaian tingkah laku atau fungsi-fungsi yang dikaitkan dengan posisi khusus dalam hubungan tertentu. Menurut Bidle & Thomas (Wibowo, 1988:1.21) ada 4 (empat) istilah tentang perilaku dalam kaitannya dengan peran:

    a. Harapan (expectation).

    b. Norma (norm).

    c. Wujud Perilaku (performance).

    d. Penilaian (evaluation) dan Sanksi (sanction).

    Dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut:

    a. Harapan tentang Peran, adalah harapan-harapan orang lain pada umumnya tentang perilaku-perilaku yang pantas yang seyogyanya ditunjukkan oleh seseorang yang mempunyai peran tertentu.

    Contoh harapan dari masyarakat umum terhadap public servant yang bersih dan bebas KKN.

    b. Norma, merupakan salah satu bentuk harapan. Menurut Secord & Backman (Wibowo, 1988:L21-L22) jenis jenisharapan adalah:

    • Harapan yang bersifat meramalkan (predicted role expectation) yaitu harapan tentang suatu perilaku yang akan terjadi. 

    • Harapan Normatif (prescribed role expectation) adalah keharusan-keharusan yang menyertai suatu peran. Ada 2 jenis yaitu pertama harapan yang terselubung (covert) adalah harapan-harapan yang ada tanpa harus diucapkan misalnya dokter hams menyembuhkan pasiennya. Kedua yaitu harapan terbuka (overt) adalah harapan- harapan yang diucapkan (role demand). Misalnya orang tua yang meminta agar anaknya rajin belajar dan bertanggung jawab atas tugas-tugasnya.

    c. Wujud Perilaku dalam Peran Peran diwujudkan dalam perilaku nyata, bukan sekedar harapan. Misalnya peran ayah adalah mendisiplinkan anaknya, maka ada ayah yang menggunakan hukuman-hukuman fisik sedangkan ayah lainnya hanya memberi nasehat raja. Kapan peran perlu ditunjukkan/ menjadi penting? Perwujudan peran bisa bermacam-macam. Misalnya pendapat Sarbin (dalam Wibowo, 1988:1.23) dimana perwujudan peran terdiri dan tingkatan intensitas dan yang terendah sampai yang tertinggi. Contoh seorang pemain musik di kafe yang menjadi tugasnya setiap malam maka karena terlalu biasa ia bisa bermusik sambil mengobrol dengan temannya. Sementara ada seorang pianis yang hams menggelar konser tunggalnya maka ia akan mempersiapkan din dan performanya dengan penuh konsentrasi. Goffman (dalam Wibowo, 1988:1.23) meninjau dan sudut lain yaitu dari permukaan (front), yaitu untuk menunjukkan perilaku-perilaku tertentu yang diekspresikan secara khusus agar orang mengetahui secara jelas peran si pelaku. Contoh seorang profesor akan memajang rak penuh buku-buku ilmiah di ruang tamu, sehingga tamunya akan mendapat kesan tentang apa dan bagaimana peran profesor tersebut. Inilah yang dimaksud dengan “front”. Namun ada juga hal yang disukai profesor misalnya tetapi tidak ditunjukkan yaitu kegemarannya membaca komik dimana komik-komik tersebut disimpannya dengan rapi di kamar pribadinya.

    d. Penilaian dan Sanksi.

     Menurut Biddle & Thomas (dalam Wibowo, 1988:1.24) penilaian peran adalah pemberian kesan positif atau negatif yang didasarkan pada harapan masyarakat terhadap peran dimaksud. Sanksi adalah usaha orang untuk mempertahankan suatu nilai positif atau agar perwujudan peran diubah sedemikian rupa sehingga yang tadinya dinilai negatif menjadi positif. Menurut Merton & Kitt (dalam Wibowo, 1988:1.25) setiap orang memerlukan kelompok rujukan (reference group) tertentu yang mempunyai fungsi, pertama fungsi normatif, dimana kelompok mendesakkan suatu standar tertentu bagi perilaku dan keyakinan atau kepercayaan anggotanya. Terlepas benar atau salahnya standar itu, kelompok mempunyai cukup kekuatan atas individu sehingga individu mau tidak mau mengikuti standar tersebut. Misalnya aturan-aturan yang dibuat orang tua hams diikuti anaknya karena anak adalah anggota keluarga. Jika norma ini diserap (diinternalisasikan) maka terbentuklah nilai dalam diri individu itu yang selanjutnya menjadi pedoman bagi tingkah laku dan kepercayaannya. Kedua adalah fungsi komparatif /perbandingan dimana kelompok hanya dijadikan alat pembanding bagi individu untuk mengetahui apakah perilaku atau kepercayaannya sudah benar atau masih salah. Perbandingan ini bisa dilakukan dengan melibatkan diri atu tidak terhadap kelompok tersebut. Kelompok hanya dijadikan alat untuk tujuan informatif saja.

  • Usaha Mengurangi Prasangka Sosial

    Ada beberapa usaha untuk mengurangi prasangka sosial yaitu (dalam Gerungan, 2004:190-191; dalam Ahmadi, 2002:215-216; dalam Sears, 1985:254-256):

    1. Melalui pendidikan awal terhadap anak-anak dalam keluarga dan sekolah oleh orang tua dan gurunya.
    2. Sosialisasi yang rnenggunakan alat-alat komunikasi massa, seperti surat kabar, radio, televisi dan lain-lain. Sosialisasi yang dimaksud terutama yang memberi pengertian-pengertian kesadaran mengenai sebab-sebab terjadinya dan mengenai kerugian prasangka sosial bagi masyarakat sebagai keseluruhan dan bagi anggota-anggotanya.
    3. Interaksi antar golongan yang cukup intensif mampu sekali melenyapkan stereotip dan prasangka sosial antar golongan itu.
    4. Usaha Preventif: berupa usaha jangan sampai individu (kelompok) terkena prasangka, menciptakan situasi / suasana yang tentram, damai, jauh dari rasa permusuhan.
    5. Usaha Kuratif: usaha menyembuhkan orang yang sudah terkena prasangka, berupa usaha menyadarkan bahwa tidak ada hal yang positif dari sebuah prasangka.

    Mengurangi prasangka bisa dilakukan melalui:

    1. Efek sosialisasi, melalui orang tua, teman sebaya dan sebagainya. Terutama orang tua sangat berperan dalam proses sosialisasi awal.
    2. Peran pendidikan tinggi, untuk membantu pengungkapan fakta. Pendidikan bisa membantu mengurangi prasangka meskipun pengaruhnya tidak konsisten, tidak dramatis dan tidak cepat.
    3. Kontak langsung, karena ada keyakinan bahwa kontak dapat menghilangkan stereotip dan bahwa kedekatan dan interaksi biasanya dapat meningkatkan rasa suka. Menurut Al1port, kontak antar kelompok hanya dapat mengurangi permusuhan antar ras bila kontak itu memenuhi 3 kondisi penting:
      • Harus berada dalam interaksi yang akrab (misalnya di wilayah geografis yang sama).
      • Saling ketergantungan yang kooperatif.
      • Kontak hams teijadi dalam status yang sederajat.
      • Keberhasilan dalam usaha kerjasama misalnya bahu-membahu dalam pertempuran, pertandingan, tugas kelompok dan sebagai-nya.
      • Mengingat keharmonisan dan toleransi kelompok, bahwa manusia adalah hidup berdampingan dengan manusia lainnya dan bekerja sama.
  • Aliran-Aliran dalam Psikologi Fungsionalisme

    Aliran fungsionalisme merupakan aliran psikologi yang pernah sangat dominan pada masanya, dan merupakan hal penting yang patut dibahas dalam mempelajari psikologi. Pendekata n fungsionalisme berlawanan dengan pendahulunya, yaitu strukturalisme.

    Aliran dalam Psikologi Fungsionalisme

    Aliran fungsionalisme juga keluar dari pragmatisme sebagai sebuah filsafat. Aliran fungsionalisme berbeda dengan psikoanalisa, maupun psikologi analitis, yang berpusat kepada seorang tokoh. Fungsionalisme memiliki rnacam-macam tokoh antara lain Willian James, John Dewey, J.RAnggell dan James Mc.Keen Cattell.

    Fungsionalisme adalah orientasi dalam psikologi yang menekankan pada proses mental dan menghargai manfaat psikologi serta mempelajari fungsi-fungsi kesadaran dalam menjembatani antara kebutuhan manusia dan lingkungannya. Maksudnya, Fungsionalisme memandang bahwa masyarakat adalah sebuah sistem dari beberapa bagian yang sating berhubungan satu sama lain dan tak bisa dipahami secara terpisah.

    Fungsionalisme adalah sebuah studi tentang operasi mental, mempelajari fungsi-fungsi kesadaran dalam menjembatani antara kebutuhan manusia dan lingkungannya. Fungsionalisme menekankan pada totalitas dalam hubungan pikiran dan perilaku. Dengan demikian, iubungan antar manusia dengan lingkungannya merupakan bentuk manifestasi dari pikiran dan perilaku.

    Fungsionalisme memandang bahwa pikiran, proses mental, persepsi indrawi, dan emosi adalah adaptasi organisme biologis. Fungsionalisme lebih menekankan pada fungsi-fungsi dan bukan hanya fakta-fakta dari fenomena mental, atau berusaha menafsirkan fenomena mental dalam Kaitan dengan peranan yang dimainkannya dalam <ehidupan. Fungsionalisme juga memandang bahwa psikologi tak cukup hanya mempersoalkan apa dan mengapa terjadi sesuatu (strukturalisme) tetapi juga mengapa dan untuk apa (fungsi) suatu tingkah laku tersebut terjadi. Fungsionalisme lebih menekankan pada aksi dari gejala psikis dan jiwa seseorang yang diperlukan untuk melangsungkan kehidupan dan berfungsi untuk penyesuaian diri psikis dan sosial.

    Fungsionalisme adalah suatu tendensi dalam psikologi yang menyatakan bahwa pikiran, proses mental, peresepsi indrawi, dan emosi adalah adaptasi organisme biologis. Drevere (1988) menyebutkan fungsionalisme sebagai suatu jenis psikologi yang menggaris bawahi fungsi-fungsi dan bukan hanya fakta-fakta dari fenomena mental, atau berusaha menafsirkan fenomena mental dalam kaitan dengan peranan yang dimainkannya dalam kehidupan organisme itu, dan bukan menggambarkan atau menganalisis fakta-fakta pengalaman atau kelakuan atau suatu psikologi yang mendekati masalah pokok dari sudut pandang yang dinamis, dan bukan dari sudut pandang statis.

    Aliran psikologi ini pada intinya merupakan doktrin bahwa proses atau keadaan sadar seperti kehendak bebas, berpikir, beremosi, memersepsi, dan menginderai adalah aktivitas-aktivitas atau operasi-operasi dari sebuah organisme dalam hubungan fisiknya dengan sebuah lingkungan fisik dan tidak dapat diberi eksistensi yang penting. Yang menjadi minat aliran fungsionalisme adalah tujuan dari suatu aktivitas. Tokoh aliran ini adalah Wiliam James, James R. Angel, dan John Dewey.

    1. Willliam James (1842-1910).

    Menurut James, psikologi tidak dapat membuktikan bebasnya kemauan. Bila psikologi bekerja sama dengan determinisme, dapatlah is melokalisasi sesuatu “pilihan bebas”. Akan tetapi, psikologi tidak dapat menggunakan konsep itu begitu saja, karena konsep itu (determinisme) adalah hipotesis yang bekerja di belakang sains dan merupakan bagian dari pengetahuan agama. Karya psikologi yang dianggap pionir yang terbit pada tahun 1890, Principle of Psychology. Selama tahun 1890an, ia menerbitkan banyak tulisan yang bercorak pragmatic dan karya psikologi yang memusatkan perhatian pada pahamnya itu.

    Dengan penekanan pada peranan fungsional pada kesadaran, James merasa bahwa metode introspeksi dari strukturalisme terlatu membatasi, untuk mengetahui bagaimana organisme beradaptasi dengan lingkungannya. Pendukung fungsionalis berpendapat bahwa data yang berasal dari introspeksi harus dilengkapi dengan observasi peritaku aktual, termasuk penelitian peritaku. Jadi, fungsionalisme memperluas lingkup psikologi dengan mencakup perilaku sebagai variabel dependen. Namun, dengan munculnya strukturalisme, fungsionalisme masih , menganggap • psikotogi sebagai ilmu pengetahuan pengalaman sadar dan metode penelitian utama sebagai introspeksi.

    2. James Rowland Angell (1869-1949)

    Betiau menjelaskan tiga macam pandangannya terhadap fungsionalisme:

    1. Fungsionalisme adalah psikologi tentang mental operation sebagai lawan dari psikotogi tentang elemen-elemen mental (elementisme):
    2. Fungsionalisme adalah psikologi tentang kegunaan dasar dari kesadaran, yang jiwa merupakan perantara antara kebutuhan-kebutuhan organisme dan lingkungannya, khususnya dalam keadaan “emergency (teori “emergency dari kesadaran).
    3. Fungsionalisme adalah psikofisik, yaitu psikologi tentang keseluruhan organisme yang terdiri atas jiwa dan badan. Oleh karena itu, ia menyangkut juga hal-hal dibalik kesadaran, seperti kebiasaan, tingkah laku yang setengah disadari, dan sebagainya.

    3. John Dewey (1859-1952)

    Sebagai seorang ahli filsafat, pandangan-pandangan psikologi Dewey banyak dipengaruhi ahli filsafat. la merupakan orang pertama yang menulis buku karangan ash mengenai psikologi datam bahasa Inggris (bukan terjemahan dari bahasa Jerman) pandangan filsafatnya adatah “manusia yang berpikir tentang perubahan”.

    la menentang pendapat bahwa manusia sebaiknya pasif dan membiarkan segala sesuatu di sekitarnya sebagai mana adanya. Yang penting untuk digaris bawahi di sini yakni, baik atiran strukturatisme maupun fungsionatisme, keduanya memiliki peranan penting datam perkembangan psikologi awat. Karena masing-masing sudut pandangan memberikan pendekatan terhadap psikologi, dua atiran itu dianggap sebagai atiran psikologi yang berkompetisi.

  • Daya Tarik Interpersonal

    Faktor-Faktor Daya Tarik Interpersonal

    Keinginan untuk melakukan kontak dengan orang lain pada umumnya dilandasi oleh adanya imbalan sosial yang diperoleh individu jika berhubungan dengan orang lain.

    Faktor awal dalam proses ketertarikan adalah kita menjadi kenal dengan orang-orang yang mengalami kontak dengan kita, respons awal kita (terhadap penampilan misalnya) yang seringkali merupakan akibat dan resaksi emosional kita, kemiripan itu penting dan interaksi yang menyenangkan sangatlah penting. Kita dapat melakukan analisa terhadap fenomena ini dan dua hal yaitu perbandingan sosial (social comparison) dan dukungan emosional (emotional support). Berdasarkan analisa perbandingan sosial kita membutuhkan orang lain sebagai standar untuk mengevaluasi perilaku kita, sedangkan hubungan dengan orang lain akan memberikan dukungan emosional dalam bentuk perhatian dan kasih sayang.

    Selain dua tipe ganjaran (social reward) yang utama yang dapat diberikan orang lain terhadap din kita, hubungan dengan orang lain dapat memberikan tambahan ganjaran lainnya yaitu dapat memberikan perasaan positif yang dihubungkan dengan kedekatan 

    (keintiman) hubungan antar pribadi, persahabatan, afeksi, komunikasi dan cinta.

    Kedua, orang lain dapat memberikan berbagai tipe perhatian kepada kita dalam bentuk penghargaan, pengakuan, status dan sebagainya.

    Sementara itu dan pendapat Henry Murray dan David McClelland serta McAdam (dalam Dayakisni, 2006:157) terdapat dua motif sosial yang mendorong seseorang untuk melakukan hubungan dengan orang lain yaitu:

    1. Need ofAffiliation (kebutuhan untuk berafiliasi) adalah keinginan untuk membentuk dan mempertahankan beberapa hubungan interpersonal yang memberi ganjaran.
    2. Need of Intimacy (kebutuhan untuk berhubungan intim) yaitu memilih hubungan yang hangat, dekat dan komunikatif.

    Selain kedua kebutuhan diatas terdapat pula kebutuhan untuk stimulasi positif (need for positive stimulation), kebutuhan akan perhatian (need for attention), kebutuhan akan dukungan sosial (need for social support) dan kebutuhan akan perbandingan sosial (need for social comparison) (Baron & Byrne, 2004: 277-278).

    Kebutuhan afiliasi yang tinggi mendorong perilaku sosial yang aktif dan terkendali (controlling social behaviour) dengan penekanan pada keleluasaan dan kuantitas hubungan sosial. Sedangkan kebutuhan untuk melakukan hubungan intim mendorong perilaku sosial yang lebih pasif dan kurang terkendali dengan penekanan pada kedalaman dan kualitas hubungan sosial.

    Brehn dan Kassin (1993) menyatakan bahwa istilah daya tank interpersonal digunakan untuk merujuk secara khusus keinginan seseorang untuk mendekati orang lain (dalam Dayakisni,2006:158). Sedangkan Bringham (1993) menyatakan bahwa daya tarik interpersonal adalah kecenderungan untuk menilai seseorang atau suatu kelompok secara positif, untuk mendekatinya dan untuk berperilaku secara positif kepadanya. Pembahasan tentang faktor-faktor yang menentukan daya tarik interpersonal ini sangat penting karena mempengaruhi reaksi pada tahap awal pertemuan hubungan dengan orang lain. Pada dasarnya faktor-faktor yang mendukung daya tarik inter-personal dapat dibedakan dalam konteks personal dan situasional. Faktor personal adalah faktor-faktor yang berasal dan karakteristik pribadi kita. Misalnya sesuatu yang menyebabkan individu tertarik pada saat tertentu dengan orang lain adalah karena pada saat itu suasana hati (mood) yang bersangkutan sedang kesepian. Sedangkan faktor sisituasional adalah berasal dari sifat-sifat obyektif (karakteristik) persona stimuli. Misalnya yang menyebabkan individu satu tertarik kepada individu yang lain adalah karena yang bersangkutan berwajah tampan atau cantik.

    Pada umumnya beberapa faktor yang dianggap sangat penting dalam menentukan daya tank interpersonal adalah:

    a. Kesamaan (similarity)

    Kita cenderung menyukai orang yang sama dengan kita dalam sikap, minat, nilai, latar belakanga dan kepribadian. Mengapa kesamaan menjadi faktor penting sebagai penentu daya tank interpersonal? Terdapat beberapa hal yang dapat dikemukakan dalam hal ini yaitu:

    1. Menurut acuan teori Konsistensi Kognitif dan Heider, jika kita menyukai orang lain kita ingin mereka memilih sikap yang sama dengan kita. Hal ini supaya seluruh unsur kognitif kita konsisten. Kita menjadi tidak nyaman ketika orang yang kita sukai atau orang terdekat kita ternyata menyukai apa yang kita benci atau tidak sukai.
    2. Persepsi tentang adanya kesamaan mendatangkan ganjaran dan perbedaan menimbulkan hal yang tidak mengenakkan. Kesamaan sikap orang lain dengan kita meneguhkan kemampuan kita dalam menafsirkan realitas social. Orang yang mempunyai kesamaan dengan kita cenderung menyetujui gagasan kita dan mendukung keyakinan kita tentang kebenaran pandangan kita.
    3. Pengetahuan bahwa orang lain adalah sama dengan kita, menyebabkan kita mengantisipasi bahwa interaksi di masa datang akan positif dan memberi ganjaran.
    4. Kita cenderung berinteraksi lebih akrab dengan orang yang memiliki kesamaan dengan kita dan merekapun juga menjadi lebih kenal dengan kita.

    Perbedaan kepribadian dapat menjadi moderator bagi efek kesamaan ini. Kesamaan sebenarnya akan mengurangi ketertarikan ketika orang memiliki konsep diri yang negatif. Orang yang memiliki konsep diri rendah lebih tertarik dengan orang yang tidak sama dengan mereka. Individu yang memiliki self monitoring rendah lebih dipengaruhi oleh kesamaan sikap. Sedangkan high self monitors tertarik kepada orang lain yang memiliki kesamaan pada aktivitas yang mereka sukai daripada kesamaan dalam sikap dan nilai.

    b. Kedekatan (proximity)

    Pada penelitian mengenai ketertarikan, orang cenderung menyukai mereka yang tempat tinggalnya berdekatan. Persahabatan lebih mudah timbul diantara tetangga yang berdekatan. Atau diantara mahasiswa yang berdekatan. Semakin dekat jarak fisik, semakin besar kemungkinan bahwa dua orang mengalami kontak secara berulang atau mengalami repeated exposure. Repeated exposure adalah kontak yang terus menerus dengan sebuah stimulus, dimana paparan berulang terhadap stimulus akan berakibat pada evaluasi terhadap stimulus tersebut (Zajonc,1968 dalam Baron & Byrne,2004:264). Apakah hal-hal yang membuat orang saling menyukai? Hal tersebut antara lain:

    • Kedekatan biasanya meningkatkan keakraban. Kita lebih sering berjumpa dengan tetangga sebelah kita daripada orang yang kita temui di luar lingkungan kita. Eksposur yang berulang ini dapat meningkatkan rasa suka.
    • Kedekatan sering berkaitan dengan kesamaan.
    • Orang yang dekat secara fisik lebih mudah dijangkau daripada orang yang berada di tempat yang jauh. Kemudahan ini mempengaruhi keseimbangan ganjaran dan kerugian interaksi. Hal ini sesuai dengan persepsi teori pertukaran sosial. Diperlukan sedikit usaha untuk mengobrol dengan tetangga sebelah. Sebaliknya hubungan jarak jauh membutuhkan waktu, perencanaan dan biaya yang relatif tinggi.
    • Berdasarkan teori konsistensi kognitif kita berusaha mempertahankan keseimbangan antara hubungan perasaan dan hubungan kesatuan kita. Secara lebih spesifik, kita dimotivasi untuk menyukai orang yang ada kaitannya dengan kita dan untuk mencari kedekatan dengan orang yang kita sukai. Tinggal atau bekerja berdampingan dengan orang lain yang tidak kita sukai akan menimbulkan tekanan psikologis, sehingga kita akan mengalami tekanan kognitif untuk menyukai orang yang ada hubungannya dengan kita.
    • Orang memiliki harapan untuk berinteraksi lebih sering dengan mereka yang tinggal paling dekat dengannya. Hal ini menyebabkan is cenderung untuk menekankan aspek-aspek positif dan meminimalkan aspek-aspek negatif dan hubungan itu sehingga hubungan di masa datang akan lebih menyenangkan.

    c. Keakraban (familiarity)

    Semakin seringnya kita berhadapan dengan seseorang akan meningkatkan rasa suka kita terhadap orang tersebut. Sebagaimana basil penelitian Robert Zajonc tentang efek terpaan (more exposure effect) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa orang akan mengembangkan perasaan positifpada obyek dan individu yang sering mereka lihat (dalam Dayakisni, 2006:161). Mungkin hal ini bisa dikutipkan dan ungkapan dalam bahasa Jawa “wiling tresno jalaran soko kulino” (jatuh cinta karena sering atau terbiasa bertemu) dimana rasa cinta tumbuh dan berkembang seiring intensitas keakraban yang terjalin antar individu.

    d. Daya Tarik Fisik

    Ketika kita suka — atau tidak suka- kepada seseorang pada pndangan pertama, reaksi ini mengindikasikan bahwa sesuatu mengenai orang itu memunculkan afek positif atau negative. Kemungkinan, reaksi semacam ini didasarkan pada pengalaman dimasa lalu, stereotip, dan atribusi yang mungkin relevan atau tidak. Misalnya jika seorang asing mengingatkan kita pada seseorang yang kita ketahui atau kita suka, maka kita cenderung menyukainya, begitupun sebaliknya, ketika kita memiliki stereotip terhadap kelompok tertentu maka kita cenderung tidak menyukainya. Namun, reaksi terhadap karakteristik superficial terjadi cukup sering, meskipun kadangkala tak masuk akal. Hal ini sebagian besar dipengaruhi oleh daya tarik fisik (physical attractiveness). Dalam masyarakat kita biasanya muncul stereotip daya tarik fisik, yang mengasumsikan bahwa segala sesuatu yang cantik adalah baik.

    Berdasarkan pengamatan yang dilakukan sepintas seorang individu akan membuat suatu kesimpulan tentang sejumlah asumsi kepribadian dan kompetensi semata-mata berdasarkan penampilan. Penelitian Dion (dalam Baron & Byrne, 2004:278) misalnya tentang penilaian wajah cantik, membuktikan bahwa mereka cenderung dinilai akan lebih berhasil dalam hidupnya dan dianggap memiliki sifat-sifat baik. Beberapa penelitian lain mengungkapkan bahwa karangan orang yang dipandang cantik dinilai lebih baik daripada karangan serupa yang dibuat oleh orang yang dipandang jelek. Orang cantik atau tampan juga lebih efektif dalam mempengaruhi pendapat orang lain dan biasanya diperlakukan lebih sopan.

    Salah sate alasan mengapa daya tank fisik menjadi faktor yang penting adalah karena daya tank fisik ini adalah sumber informasi yang tampak dan dengan cepat mudah didapat. Jika informasi karakteristik personal lainnya seperti intelegensia atau kebaikan hati tidak cepat tersedia clan kurang kurang menonjol. Hal lainnya adalah kecantikan bagi pasangan dapat meningkatkan harga din (radiating beauty effect). Meskipun penampilan fisik mungkin juga akan berakibat negatif artinya seseorang yang dikelilingi banyak wanita cantik mungkin akan menjadi kurang menarik (sekalipun jika sendirian sebenarnya dia juga cantik dan menarik) karena adanya proses pembandingan. Hal ini disebabkan oleh contrast effect.

    Daya tank fisik sendiri dapat mempengaruhi kepribadian si pemiliknya. Kita dapat mengidentifikasikan tiga faktor sosial yang berkaitan dengan daya tarik fisik (dalam Dayakisni, 2006: 162-163) yaitu:

    • Orang-orang memiliki harapan yang berbeda tentang individu yang menarik penampilan fisiknya dibandingkan dengan individu yang kurang atau tidak menarik.
    • Orang-orang yang secara fisik menarik menerima perlalcuan yang ber-beda dan lebih mendapatkan keberuntungan dalam pertukaran sosial.
    • Perlakuan yang berbeda akan mengarahkan pada perbedaan kepribadi an dan ketrampilan sosial (social skill) barangkali hal ini disebabkan oleh adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri (self-fulfilling prophecy).
    • Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki daya tarik fisik cenderung memiliki harga diri yang lebih tinggi daripada anak yang kurang menarik fisiknya serta cenderung kurang agresif dibandingkan anak-anak yang kurang menarik.
    • Mereka yang cenderung memiliki hubungan yang lebih baik, lebih asertif dan lebih percaya diri.

    Meskipun daya tank fisik kuat, banyak orang yang tidak terlalu akurat dalam memperkirakan bagaimana orang lain menilai penampilan mereka. Laki-laki (terutama), mempunyai perkiraan yang lebih tentang daya tank mereka bagi orang lain. Masalahnya lebih berat pada perempuan dibandingkan laki-laki, tetapi beberapa orang baik laki-laki maupun perempuan memberikan respons berupa kecemasan penampilan (appearance anxiety). Kecemasan penampilan adalah pemahaman atau kekhawatiran mengenai apakah penampilan fisiknya cukup menarik dan mengenai bagaimana penilaian dari orang lain. Sebagai contoh mereka yang memiliki kecemasan penampilan akan memiliki kepedulian yang berlebih-an mengenai bagaimana seseorang dilihat, misalnya “saya merasa sebagian besar teman-teman saya lebih meenarik secara fisik dibandingkan saya”.

    e. Kemampuan (ability)

    Menurut teori pertukaran sosial dan reinforcement, ketika orang lain memberi ganjaran atau konsekuensi yang positif terhadap diri kita, maka kita cenderung ingin bersamanya dan menyukainya. Orang yang mampu, kompeten dan pintar dapat memberi beberapa ganjaran (keuntungan) kepada kita. Mereka dapat membantu kita menafsirkan kejadian-kejadian yang ada, dan sebagainya. Hal-hal seperti ini menyebabkan orang yang memiliki kompetensi, pintar, lebih disukai daripada yang tidak memiliki kemampuan tersebut.

    Suatu perkecualian yang menarik adalah hasil telaahan Aronson, Willerman & Floyd (dalam Dayakisni, 2006: 163-164) yang menemukan bahwa orang yang paling disenangi justru orang yang memiliki kemampuan tinggi tetapi menunjukkan beberapa kelemahan. la menciptakan empat kondisi eksperimental yaitu:

    • Pertama, orang yang memiliki kemagtpuan tinggi dan berbuat salah. Orang-orang dengan tipe pertama ini dinilai paling menarik.

    • Kedua, orang yang berkemampuan tinggi tetapitidak berbuat salah. Orang-orang dengan tipe kedua ini dinilai menarik.

    • Ketiga, orang yang memiliki kemampuan rata-rata dan berbuat salah. Orang dengan tipe ketiga ini dinilai sebagai orang yang paling tidak menarik.

    • Keempat, orang yang berkemampuan rata-rata dan tidak berbuat kesalahan. Orang biasa yangbtidak berbuat salah ini ditempatkan dalam urutan ketiga dan sisi ‘Jaya tank.

    Namun beberapa penelitian berikutnya menunjukkan bahwa orang semakin tidak menarik karena ia sering berbuat kesalahan, sekalipun orang tersebut adalah orang yang dianggap memiliki kompetensi tinggi.

    f. Tekanan Emosional (stress)

    Bila individu berada dalam situasi yang mencemaskan atau menakutkan ia cenderung menginginkan kehadiran orang lain. Dan hal ini lama kelamaan akan menimbulkan rasa suka kepada orang yang menemaninya tersebut. Hasil penelitian Schahter (dalam Dayakisni, 2006:164) menunjukkan bahwa subyek dengan rasa takut tinggi lebih ingin berafiliasi dibandingkan subyek dengan rasa takut rendah. Semakin besar rasa takut maka semakin besar pula keinginan untuk berafiliasi dengan orang lain.

    Terdapat dua kemungkinan dalam hal proses psikologi yang menyebabkan orang yang takut melakukan afiliasi dengan orang lain. Pertama, hipotesis pengalihan yaitu orang yang merasa takut melakukan afiliasi untuk mengalihkan pikiran mereka dari masalah yang mereka hadapi. Dalam hal ini orang tersebut cenderung tidak mempersoalkan dengan siapa is berafiliasi. Kedua adalah hipotesis yang diajukan oleh teori perbandingan sosial (social comparison theory) yaitu bahwa orang berafiliasi untuk membandingkan perasaan mereka sendiri dengan perasaan orang lain dalam situasi yang sama. Bila kita berada dalam situasi yang ba’ atau luar biasa dan tidak mempunyai kepastian tentang bagaimana kita hams bereaksi, kita meminta bantuan orang sebagai sumber informasi. Dalam hal ini penting bagi kita tntuk berafiliasi hanya dengan orang yang menghadapi situasi yang sama. Teori perbandingan sosial ini lebih banyak mendapatkan dukungan dibanding teori pertama diatas.

    g. Munculnya perasaan/mood yang positif (positive emotional arousal)

    Keadaan emosi kita (gembira, sedih, takut dan lain-lain) pada suatu waktu akan mempengaruhi persepsi, kognisi, motivasi, pengambilan keputusan dan ketertarikkan interpersonal (Baron & Byrne, 2004:268-269). Psikolog sering menggunakan istilah afek (affect) yaitu keadaan emosional seseorang, perasaan dan suasana hati. Kita cenderung tertarik atau suka kepada orang dimana kehadirannya bersamaan dengan munculnya perasaan positif, bahkan ketika perasaan positif tersebut tidak berkaitan dengan perilaku orang yang dimaksud. Beberapa telaah penelitian menunjukkan bahwa kita cenderung tertarik pada orang-orang yang kita jumpai saat di sekeliling kita menyenangkan. Misalnya kita lebih menyukai dan menilai positif ketika kita bersama dengan orang lain berada dalam suatu lingkungan yang nyaman, sebuah ruangan dengan suhu yang sejuk daripada dalam ruangan yang panas. Sebaliknya ketertarikan kita akan berkurang kepada orang lain ketika kita bertemua dalam sebuah lingkungan atau ruang pertemuan yang panas, bising dan padat. Dari contoh situasi diatas, dapat kita lihat bahwa afek mempengaruhi ketertarikan kita dengan dua cara. Efek langsung (direct effect) terjadi jika orang lain mengatakan atau melakukan sesuatu yang membuat Anda merasa baik atau buruk, dimana kita cenderung menyukai orang yang membuat diri kita merasa baik dan sebaliknya, tidak menyukai orang yang membuat kita merasa buruk. Efek asosiatif (associated effect) terjadi ketika orang lain hadir pada suatu saat dimana keadaan emosional kita positif atau negative, untuk suatu alasan yang tidak ada hubungannya dengan orang yang kita respons. Meskipun dia bukanlah penyebab dan apa yang kita rasakan, tetapi kita cenderung mengevaluasi orang tersebut berdasarkan keadaan afektik kita.

    h. Harga diri yang rendah

    Penelitian yang dilakukan Elaine Walster menarik kesimpulan bahwa bila harga dirinya direndahkan maka hasrat berafiliasi individu akan bertambah dan is makin responsif untuk menerima kasih sayang dan orang lain.

    i. Kesukaan secara timbal balik (resiprocal liking)

    Ketika kita mengetahui orang lain menyukai kita maka kita dapat mengharapkan ganjaran (reward) dari mereka. Karena itu, mengetahui kita disukai merupakan ganjaran yang menguatkan. Kita dapat mengharapkan orang lain membantu kita di masa yang akan datang dan kita juga akan mengalami perasaan baik atau positif menghadapi suatu kenyataan bahwa orang lain memikirkan tentang kita menjadi teman (meningkatkan harga diri). Maka kesukaan akan melahirkan kesukaan dan rasa seperti persahabatan biasanya memberikan arti bahwa persahabatan itu akan kembali lagi. Hubungan timbal balik merupakan sesuatu yang kompleks. Beberapa studi mengemukakan bahwa seberapa banyak kita memikirkan orang lain menyukai kita (perceived reciprocity) adalah lebih penting daripada seberapa banyak seseorang sebenarnya menyukai kita (actual reciprocity). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa orang pada umumnya menyukai seseorang yang menyukai dirinya, bahkan ketika rasa suka itu tidak secara langsung timbal balik. Sebagai ilustrasi hasil penelitian Curtis & Miller (dalam Dayakisni, 2006:166) menemukan bahwa orang yang secara salah dibimbing pada suatu keyakinan bahwa subyek lain menyukai mereka. Maka orang tersebut akan lebih setuju dengan subyek yang menyukainya itu, akan lebih mengungkapkan din dan lebih memiliki nada suara dan sikap yang umumnya positif terhadap subyek tersebut, dibandingkan ketika is tidak dibimbing pada suatu keyakinan bahwa mereka disukai. Pada orang pertama ternyata perilakunya yang demikian itu akan membimbing pada perilaku positif yang timbal balik oleh subyek lain tersebut dan meningkatkan kesukaan diantara mereka. Dengan demikian terjadi fenomena self fulfilling- prophecy yaitu keyakinan bahwa ketika kita disukai orang lain maka mungkin hal tersebut akan menyebabkan kita berperilaku dalam cara-cara yang menyenangkan orang lain tersebut, sehingga menyebabkan orang lain itupun akan berbalik menyukai kita juga.

    j. Ketika yang berlawanan saling tertarik: saling melengkapi (complementary)

    Kita telah melihat bahwa kesamaan sikap dannilai mendorong meningkatnya daya tarik. Namun bagaimana dengan fenomena sadistis dan masochisme? Keduanya tampak benar-benar tidak sama, sadistis menyukai untuk melukai orang lain sedangkan masochisme justru senang diperlakukan kasar oleh orang lain. Dalam hal ini terlihat daya tank yang berlawanan. Individu yang memiliki kepribadian dominan tidak akan berhubungan lebih lama dengan orang lain yang dominan juga. Individu yang dominan membutuhkan pasangan yang submisif yang akan membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan diantara mereka. Perilaku yang saling melengkapi adalah mungkin untuk tingkah laku yang dominan submisif.

    Complementary need theory mengemukakan bahwa ada beberapa tipe hubungan dekat, misalnya perkawinan yang mungkin mensyaratkan sistem saling melengkapi agar dapat berhasil. Namun dalah hubungan tersebut meskipun kebutuhannya berbeda, satu dominan sedangkan yang lain submisif, hal ini masih dapat dipandang sebagai kasus kesamaan yang spesifik sebab kedua pasangan memiliki kesamaan pandangan yang sama-sama setuju mengenai peran yang akan dipenuhi oleh masing-masing pihak. Mereka setidaknya memiliki kesamaan sikap tentang bagaimana hubungan itu seharusnya dikembangkan, mereka mungkin menjadi teman baik, karena mereka membutuhkan satu sama lain untuk memuaskan keinginan mereka. Saling melengkapi mungkin penting dalam hubungan saling tukar menukar untuk jangka pendek dalam kondisi-kondisi tertentu, misalnya ketika orang jelas-jelas tidak memahami apa yang mereka duga untuk dilakukan. Untuk mendapatkan ide-ide barn, mereka mungkin lebih suka berinteraksi dengan orang lainyang tak sama yang melihat sesuatu dengan cara yang berbeda dan yang. mungkin dapat memberi mereka interpretasi barn tentang kejadian-kejadian yang masih menjadi teka-teki bagi mereka. 

    Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook

  • Makalah Psikologi Remaja dan Pacaran

    Psikologi Remaja dan Pacaran

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Psikologi perkembangan merupakan cabang dari psikologi individu, baik sebelum maupun setelah kelahiran berikut kematangan perilaku J.P. Chaplin, 1979) psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari karakteristik setiap fase-fase perkembangan. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk mengetahui karakteristik perkembangan fase remaja, hal-hal apa saja yang mempengaruhi psikologi perkembangan pada fase remaja, serta problematika pacaran pada masa remaja, maka dengan ini penulis mengambil judul REMAJA DAN PACARAN.

    untuk makalah ini. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mandiri yang diberikan oleh dosen mata kuliah psikologi perkembangan serta bertujuan untuk memenuhi atau menjawab rasa penasaran yang begitu kuat untuk mengetahui lebih dalam tentang remaja and pacaran.

    2. Batasan Masalah

    Psikologi perkembangan adalah ilmu yang luas yang saling berkesinambungan antara setiap fase-fase perkembangan agar masalah penelitian leih terfokus kepada tujuan penelitian dan tidak terlalu luas, maka dengan ini penulis membatasi masalah penelitian hanya pada ruang lingkup Remaja dan pacaran saja.

    3.Identifikasi Masalah

    Dalam hal ini penulis mengidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut:

    1. Pengertian psikologi perkembangan
    2. Karakteristik perkembangan fase remaja
    3. Pembahasan atau analisis data yang diperoleh tentang pacaran.

    4. Metode Penelitian

    Pada makalah ini penulis menggunakan metode deskripsi untuk menggambarkan masalah penelitian. Adapun azas teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut:

    1. Penelitian lapangan, merupakan penelitian dengan cara melakukan penelitian langsung ke lapangan untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan dari objek penelitian, hal ini dilakukan dengan cara membagikan angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang masalah penelitian.
    2. Penelitian kepustakaan atau library research yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data dan keterangan melalui buku-buku dan bahan lainnya yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti
    3. Metode analisa kualitatif dan kuantitatif yaitu dengan cara menganalisa data dengan menggunakan uraian-uraian angka atau kalimat yang berdasarkan teori disertai dengan penjelasan dalam pemecahan masalah yang dapat melengkapi kesimpulan yang diharapkan.

    Bab II. Kajian Teori

    A. Pengertian psikologi perkembangan dan makna remaja

    a. Pengertian psikologi perkembangan

    Psikologi perkembangan merupakan cabang dari psikologi yang mempelajari proses perkembangan individu, baik sebelum maupun setelah kelahiran berikut kematangan perilaku. ( J.P. Chaplin, 1979 ).
    Psikologi perkembangan merupakan cabang psikologi yang mempelajari perubahan tingkah laku dan kemampuan sepanjang proses perkembangan individu dari mulai masa konsepsi sampai mati. ( Ross Vasta. dkk, 1992 ).

    b. Makna remaja

    Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi pada tubuh remaja luar dan dalam itu, membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja. (Darajat Zakiah, Remaja harapan dan tantangan:

    Hal inilah yang membawa para pakar pendidikan dan psikologi condong untuk menamakan tahap-tahap peralihan tersebut dalam kelompok tersendiri, yaitu remaja yang merupakan tahap peralihan dari kanak-kanak, serta persiapan untuk memasuki masa dewasa. Biasanya remaja belum dianggap sebagai anggota masyarakat yang perlu didengar dan dipertimbangkan pendapatnya serta dianggap bertanggung jawab atas dirinya. Terlebih dahulu mereka perlu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kapasitas tertentu, serta mempunyai kemantapan emosi, sosial dan kepribadian.

    Dalam pandangan Islam seorang manusia bila telah akhil baligh, maka telah bertanggung jawab atas setiap perbuatannya. Jika ia berbuat baik akan mendapat pahala dan apabila melakukan perbuatan tidak baik akan berdosa. Masa remaja merupakan masa dimana timbulnya berbagai kebutuhan dan emosi serta tumbuhnya kekuatan dan kemampuan fisik yang lebih jelas dan daya fakir menjadi matang. Namun masa remaja penuh dengan berbagai perasaan yang tidak menentu, cemas dan bimbang, dimana berkecambuk harapan dan tantangan, kesenangan dan kesengsaraan, semuanya harus dilalui dengan perjuangan yang berat, menuju hari depan dan dewasa yang matang.

    Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintelegensi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan uang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berfikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini.

    Fase remaja merupakan perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi. Menurut Konpka (Pikunas, 1976) masa remaja ini meliputi (a) remaja awal: 12-15 tahun; (b) remaja madya: 15-18 tahun; (c) remaja akhir: 19-22 tahun. Sementara Salzman mengemukakan, bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orang tua ke arah kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.

    Dalam budaya Amerika, periode remaja ini dipandang sebagai “Strom dan Stress”, frustasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta, dan perasaan teralineasi (tersisihkan) dari kehidupan sosial budaya orang dewasa (Lustin Pikunas, 1976).

    B. Ciri-Ciri Masa Remaja

    1. Masa remaja sebagai periode peralihan, yaitu peralihan dari masa kanak-kanak ke peralihan masa dewasa.
    2. Masa remaja sebagai periode perubahan.
    3. Masa remaja sebagai usia bermasalah.
    4. Masa remaja sebagai masa mencari identitas.
    5. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, karena masalah penyesuaian diri dengan situasi dirinya yang baru, karena setiap perubahan membutuhkan penyesuaian diri.
    6. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.
    7. Ciri-ciri kejiwaan remaja, tidak stabil, keadaan emosinya goncang, mudah condong kepada ekstrim, sering terdorong, bersemangat, peka, mudah tersinggung, dan perhatiannya terpusat pada dirinya.

    C. Alasan-Alasan Yang Umum Untuk Berpacaran Selama Masa Remaja

    1. Hiburan

    Apabila berkencan dimaksudkan untuk hiburan, remaja menginginkan agar pasanganya mempunyai berbagai keterampilan sosial yang dianggap penting oleh kelompok sebaya, yaitu sikap baik hati dan menyenangkan.

    2. Sosialisasi

    Kalau anggota kelompok sebaya membagi diri dalam pasangan-pasangan kencan, maka laki-laki dan perempuan harus berkencan apabila masih ingin menjadi anggota kelompok dan mengikuti berbagai kegiatan sosial kelompok

    3. Status

    Berkencan bagi laki-laki dan perempuan, terutama dalam bentuk berpasangan tetap, memberikan status dalam kelompok sebaya, berkencan dalam kondisi demikian merupakan batu loncatan ke status yang lebih tinggi dalam kelompok sebaya.

    4. Masa Pacaran

    Dalam pola pacaran, berkencan berperan penting karena remaja jatuh cinta dan berharap serta merencanakan perkawinan, ia sendiri harus memikirkan Sungguh-sungguh masalah keserasian pasangan kencan sebagai teman hidup.

    5. Pemilihan Teman Hidup

    Banyak remaja yang bermaksud cepat menikahi memandang kencan sebagai cara percobaan atau usaha untuk mendapatkan teman hidup.

    D. Kebutuhan Remaja

    1. Kebutuhan akan pengendalian diri
    2. Kebutuhan akan kebebasan
    3. Kebutuhan akan rasa kekeluargaan
    4. Kebutuhan akan penerimaan sosial
    5. Kebutuhan akan penyesuaian diri
    6. Kebutuhan akan agama dan nilai-nilai sosial

    E. Berbagai konflik yang dialami oleh remaja

    1. Konflik antara kebutuhan untuk mengendalikan diri dan kebutuhan untuk bebas dan merdeka
    2. Konflik antara kebutuhan akan kebebasan dan kebutuhan akan ketergantungan kepada orang tua.
    3. Konflik antara kebutuhan seks dan kebutuhan agama serta nilai sosial.
    4. Konflik antara prinsip dan nilai-nilai yang dipelajari oleh remaja ketika ia kecil dulu dengan prinsip dan nilai yang dilakukan oleh orang dewasa di lingkungannya dalam kehidupan sehari-hari.
    5. Konflik menghadapi masa depan.

    F. Tugas-tugas perkembangan remaja

    William Kay mengemukakan tugas-tugas perkembangan remaja itu sebagai berikut :

    1. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
    2. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang mencapai otoritas.
    3. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individu maupun kelompok.
    4. Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya.
    5. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri
    6. Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai. Prinsip-prinsip atau falsafah hidup (Weltanschauung).
    7. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku) kenak-kanakan.

    G. Masa-Masa Remaja

    Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifat-sifat khasnya dan peranannya yang menentukan dalam kehidupan individu dalam masyarakat orang dewasa. Masa ini dapat diperinci lagi menjadi beberapa masa, yaitu sebagai berikut.

    1. Masa pra-remaja (remaja awal)

    Masa praremaja biasanya berlangsung hanya dalam waktu relatif singkat. Masa ini ditandai oleh sifat-sifat negative pada si remaja sehingga seringkali masa ini disebut masa negative dengan gejalanya seperti tidak senang, kurang suka bekerja, pesimisitik, dan sebagainya. Secara garis besar sifat-sifat negative tersebut dapat diringkas, yaitu a) negative dalam prestasi, baik prestasi jasmani maupun prestasi mental; dan b) negative dalam sosial, baik dalam bentuk menarik diri dari masyarakat (negative positif) maupun dalam bentuk agresif terhadap masyarakat (negative aktif).

    2. Masa remaja (remaja madya)

    Pada masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorong untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya, teman yang dapat turut merasakan suka dan dukanya. Pada masa ini, sebagai masa mencari sesuatu yang dapat dipandang menilai, pantas dijunjung tinggi dan di puja-puja sehingga masa ini disebut masa merindu puja (mendewa-dewakan), yaitu sebagai dewa remaja.
    Proses terbentuknya pendirian atau pandangan hidup atau cita-cita hidup itu dapat di pandang sebagai penemuan nilai-nilai kehidupan.

    Proses penemuan nilai-nilai kehidupan tersebut adalah pertama, karena tiadanya pedoman, si remaja pedoman, si remaja merindukan sesuatu bayang dianggap bernilai, pantas dipuja walau pun sesuatu yang dipujanya belum mempunyai bentuk tertentu, bahkan seringkali remaja hanya mengetahui bahwa dia menginginkan sesuatu tetapi tidak mengetahui apa yang diinginkannya. Kedua objek pemujaan itu telah menjadi lebih jelas, yaitu pribadi-pribadi yang dipandang mendukung nilai-nilai tertentu (jadi personifikasi nilai-nilai). Pada anak laki-laki sering aktif meniru, sedangkan pada anak perempuan kebanyakan pasif, mengagumi, dan memujanya dalam khayalan.

    3. Masa remaja akhir

    Setelah remaja telah ditentukan pendirian hidupnya, pada dasarnya telah tercapailah masa remaja akhir dan telah terpenuhilah tugas-tugas perkembangan masa remaja, yaitu menemukan pendirian hidup masuklah individu ke dalam masa dewasa.

    4. Masa Usia Kemahasiswaan

    Masa usia mahasiswa sebenarnya berumur sekitar 18,0 sampai 25,0 tahun. Mereka dapat digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa awal atau dewasa madya. Dilihat dari segi perkembangan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini ialah pemantapan pendirian hidup.

    H. Karakteristik Perkembangan Remaja

    Seiring perkembangan dan pertumbuhan fisik, terjadi pula perubahan dan perkembangan di dalam tubuhnya. Kelenjar kanak-kanaknya telah berakhir, berganti dengan kelenjar endokrin yang memproduksi hormon, sehingga menggalakan Pertumbuhan organ seks yang tumbuh menuju kesempurnaan.
    Organ seks menjadi besar disertai dengan kemampuannya untuk melaksanakan fungsinya. Pada remaja putri terjadi pembesaran payudara dan pembesaran pinggul. Di samping itu meningkat pula dengan cepat berat dan tinggi badan.

    Sedangkan pada remaja pria mulai kelihatan (membesar) jakun di lehernya dan suara menjadi sengau / besar. Di samping itu bahunya bertambah lebar dan mulai tumbuh bulu di ketika dan di atas bibir atasnya (kumis). Satu tanda Kematangan seksual dengan jelas pada remaja putri tetapi hanya diketahui oleh yang bersangkutan saja, yaitu terjadinya datang bulan / haid dan pada remaja putera mimpi basah. Tanda-tanda permulaan Kematangan seksual tidak berarti bahwa secara langsung terjadi kemampuan reproduksi.

    I. Penyimpangan atau Kenakalan Remaja

    1. Seks bebas di kalangan remaja, yang bisa menyebabkan terjangkitnya penyakit AIDS.
    2. Kecanduan akan Narkoba yang menyebakan kematian dan AIDS
    3. Kecanduan Alkohol / minuman keras.
    4. Tawuran.
    5. Sering berkunjung ke diskotik.
    6. Menjajakan diri kepada pria hidung belang.

    J. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Menyimpang Pada Remaja

    1. Kelalaian orangtua dalam mendidik anak (memberikan ajaran dan bimbingan tentang nilai-nilai agama).
    2. Sikap perilaku orangtua yang buruk terhadap anak.
    3. Kehidupan ekonomi keluarga yang morat marit (miskin/fakir).
    4. Diperjualbelikannya minuman keras/obat-obatan terlarang secara bebas.
    5. Kehidupan moralitas masyarakat yang bobrok.
    6. Beredarnya film-film atau bacaan-bacaan porno.
    7. Perselisihan atau konflik orangtua (antar anggota keluarga).
    8. Perceraian orangtua.
    9. Penjualan alat-alat kontrasepsi yang kurang terkontrol.
    10. Hidup menganggur.
    11. Kurang dapat memanfaatkan waktu luang.
    12. Pergaulan negatif (teman bergaul yang sikap dan perilakunya kurang memperhatikan nilai-nilai moral).

    Bab III. Penutup

    A. Kesimpulan

    Dalam ajaran Islam sesungguhnya istilah pacaran itu tidak ada, yang ada hanyalah istilah ta’aruf yaitu perkenalan antara calon istri dan calon suami. Tetapi mungkin disebabkan oleh semakin berkembangnya teknologi sehingga pergaulan semakin luas dan berkembang sehingga banyak orang yang setuju dengan pacaran. Hal ini juga mungkin disebabkan karena Indonesia bukan negara Islam, sehingga peraturan / hukum-hukum islam di Indonesia tidak begitu kuat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari tidak seperti di negara Islam lainnya seperti Arab Saudi. Serta tuntutan dan perkembangan zaman yang membuat sistem /cara didik dan pergaulan pada zaman “Siti Nurbaya” tidak bisa diterapkan lagi dalam kehidupan zaman sekarang.

    Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis dengan cara membagikan angkat yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang masalah penelitian kepada 50 responden, dapat disimpulkan bahwa :

    1. Sebagian besar responden menyatakan setuju hingga pacaran.
    2. Sebagian besar responden menyatakan pernah mempunyai pacar atau berpacaran.
    3. Sebagian besar responden menyatakan sedang tak mempunyai pacar saat ini.
    4. Sebagian besar responden menyatakan pertama kali mempunyai pacar pada usia <>

    B. Saran

    Dari hasil penelitian yang telah dilakukan kepada 50 responden, penulis menyadari bahwa ada perbedaan prinsip hidup, penulis sangat menghargai kepada mahasiswa atau responden yang menyatakan tak setuju hingga pacaran dan yang menyatakan setuju hingga pacaran. Maka dengan ini, penulis ingin memberikan saran-saran kepada pembaca yang mungkin bisa bermanfaat, diantaranya:

    1. Bagi responden mahasiswa yang menyatakan tak setuju hingga pacaran, dapat melakukan ta’aruf kepada calon suami atau istri.
    2. Bagi responden atau mahasiswa yang menyatakan setuju hingga pacaran diharapkan agar bisa menjaga kelancaran kuliahnya, jadikan pacaran sebagai motivasi atau penyemangat untuk berprestasi dalam bidang pendidikan.
    3. Jadikan agama dan keimanan sebagai alat untuk membatasi atau mengontrol diri dalam berpacaran agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas atau seks bebas.
    4. Bagi mempunyai pacar diharapkan untuk bisa menjaga diri, kehormatan kesucian dan nama baik dirinya sendiri, keluarga, agama, almamater dan daerah asalnya serta bangsanya.

    DAFTAR PUSTAKA

    Darajat Zakiah, 1995, Remaja Harapan dan Tantangan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
    B. Hur lock Elizabeth, 1999, Psikologis Perkembangan, Jakarta: Erlangga
    Syamsu Yusuf, 2004, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

  • Makalah Perkembangan Teori Atom

    Makalah Perkembangan Teori Atom

    Leucippus sekitar 430 SM dianggap sebagai orang yang pertama yang memikirkan teori atom. Murid dari Demokritus ini berasumsi bahwa ketika sebuah apel dibagi menjadi dua bagian, maka bagin tersebut masih dapat dibagi lagi dan seterusnya. Namun akan ada titik dimana bagian kecil dari apel ini tidak dapat dibagi lagi. Bagian ini disebut sebagai atom. Sejak teori tersebut diperkenalkan, perkembangan teori atom terus dikaji hingga saat ini teori model atom terus menerus berkembang.

    Perkembangan Teori Atom

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Teori atom pertama kali diajukan pada masa Yunani Kuno. Ada dua pendapat yang diajukan sebagai penggagas yakni Demokritus dan Leucippus yang merupakan murid dari Demokritus itu sendiri. Pendekatan yang digunakan untuk mendefeniskan sangatlah sederhana yakni dengan pengandaian membelah buah apel. Bagian dari apel yang terbelah ini masih dapat dibelah hingga mencapai sebuah keadaan dimana apel tersebut tidak dapat dibelah lagi. Keadaan ini dimana apel tidak dapat dibelah disebut sebagai atom.

    Atom sendiri diambil dari bahasa yunani yakni a yang berarti tidak dan thomos berarti berarti terbagi. Dengan demikian athomos dapat dikatakan sebagai bagian (partikel) yang tidak dapat dibagi lagi. Teori ini dikemukanan berdasarkan rasionalitas semata tanpa ada bukti dukung yang kuat. Hal ini dianggap wajar mengingat pada masa tersebut ilmu pengetahuan belum berkembang.

    Seiring dengan perkembangan ilmu pengatahuan, teknologi dan kaidah-kaidah sains selanjutnya disebut sebagai pendekatan saintifik, teori atom ikut berkembang. Diawali dari teori Dalton yang menyatakan bahwa emas terdiri dari atom emas yang berbeda dengan atom logam lain, kemudian Thomson memperkenalkan elektron dan proton hingga saat ini Teori Model Atom sudah masuk pada ranah Kuantum.

    Lantas dengan demikian apa saja pengertian Atom? Apa saja landasan dan bagaimana atom tersebut dapat berkembang? Tulisan ini disusun untuk mengkaji topik tentang perkembangan teori Atom.

    B. Rumusan Masalah

    1. Apa defenisi dari atom?
    2. Bagaimana proses perkembangan teori model atom?
    3. Apa saja model-model atom yang sudah dikembangkan?

    Bab II. Pembahasan

    A. Pengertian Atom

    Atom berasal dari bahasa Yunani yakni atomos. Berdasarkan etimologinya, Atom bermakna partikel yang tidak dapat dibagi. Defenisi merujuk pada ada bagian dari benda yang sudah tidak dapat lagi terbagi bagian ini masih memiliki sifat dari benda secara keseluruhan. Misalkan logam emas memiliki atom emas yang sifatnya sama dengan emas itu sendiri.

    Pada dasarnya Atom terdiri dari proton, neutron dan elektron namun jika elektron tersebut ditarik maka sifat dari atom asalnya hilang. Misalnya kita tarik elektron dari atom emas, maka elektron tersebut sama sekali tidak membawa sifat emas. Sehingga atom dibatasi pada bagian terkecil dari emas yang memiliki sifat emas itu sendiri.


    B. Perkembangan Teori Atom

    1. Teori Atom John Dalton

    Pada tahun 1803, John Dalton mengemukakan mengemukakan pendapatnaya tentang atom. Pemahaman tentang atom adalah bagian terkecil dari sebuah materi merupakan landasan yang dipergunaka oleh John Dalton. Teori atom Dalton didasarkan pada dua hukum, yaitu hukum kekekalan massa (hukum Lavoisier) dan hukum susunan tetap (hukum prouts).

    Lavosier mennyatakan bahwa “Massa total zat-zat sebelum reaksi akan selalu sama dengan massa total zat-zat hasil reaksi”. Sedangkan Prouts menyatakan bahwa “Perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu senyawa selalu tetap”. Dari kedua hukum tersebut Dalton mengemukakan pendapatnya tentang atom sebagai berikut:

    1. Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang sudah tidak dapat dibagi lagi
    2. Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil, suatu unsur memiliki atom-atom yang identik dan berbeda untuk unsur yang berbeda
    3. Atom-atom bergabung membentuk senyawa dengan perbandingan bilangan bulat dan sederhana. Misalnya air terdiri atom-atom hidrogen dan atom-atom oksigen
    4. Reaksi kimia merupakan pemisahan atau penggabungan atau penyusunan kembali dari atom-atom, sehingga atom tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan

    Kelebihan model atom Dalton dapat membangikitkan minat terhadap peneliti mengenai model atom dan menjelaskan apa yang tidak dijelaskan pada toeri atom Domocritus.

    Kelemahan atom Dalton belum bisa menjelaskan tentang adanya tingkatan energi (kulit-kulit) dalam atom, lintasan, lintasan stasioner dalam atom, dan pancaran atau penyerapan energi dari masing-masing lintasan dalam atom. Atom merupakan bagian terkecil suatu materi yang tidak dapat dibagi lagi, sedangkan pada kenyataannya atom masih dapat dibagi lagi menjadi sub-sub atom yang terdiri (proton, neutron, dan elektron) kenyataan ini dapat dibuktikan oleh Thomson melalui percobaannya.

    Biji Emas dengan Atom Aurum
    Biji Emas
    Biji Nikel atim Ni
    Biji Nikel
    Logam Tembaga
    Logam Tembaga
    2. Teori Atom J. J. Thomson

    Setelah penemuan proton oleh Goldstein di tahun 1886 dan elektron oleh J.J. Thomson di tahun 1897. Kemudian pada tahun 1898 J.J Thomson mengemukakan model atomnya. Model atom Thomson menyatakan bahwa atom berbentuk bulat dimana muatan listrik positif yang tersebar merata dalam atom dinetralkan oleh elektron-elektron yang bermuatan negatif yang berada di antara muatan positif.

    Model atom Thomson didasarkan pada asumsi bahwa massa elektron lebih kecil dari massa atom, dan elektron merupakan partikel penyusun atom. Karena atom bermuatan netral, maka elektron yang bermuatan negatif akan menetralkan suatu muatan positif dalam atom. Hal ini mendukung keberadaan proton dalam atom. Thomson memperbaiki kelemahan dari teori atom dalton dan mengemukakan teori atomnya yang dikenal sebagai Teori Atom Thomson. Yang menyatakan bahwa: “Atom merupakan bola pejal yang bermuatan positif dan didalamya tersebar muatan negatif elektron”

    Model atom ini dapat digambarkan sebagai jambu biji yang sudah dikelupas kulitnya. biji jambu menggambarkan elektron yang tersebar marata dalam bola daging jambu yang pejal, yang pada model atom Thomson dianalogikan sebagai bola positif yang pejal

    Kelebihan teori atom Thomson ini adalah membuktikan adanya partikel lain yang bermuatan negative dalam atom. Berarti atom bukan merupakan bagian terkecil dari suatu unsure. Selain itu juga memastikan bahwa atom tersusun dari partikel yang bermuatan positif dan negative untuk membentuk atom netral. Juga membuktikan electron terdapat dalam semua unsure.

    Kelemahannya adalah belum dapat menerangkan bagaimana susunan muatan positif dalam bola dan jumlah electron

    3. Teori Atom Rutherford

    Rutherford bersama dua orang muridnya (Hans Geigerdan Erners Masreden) melakukan percobaan yang dikenal dengan hamburan sinar alfa (λ) terhadap lempeng tipis emas. Sebelumya telah ditemukan adanya partikel alfa, yaitu partikel yang bermuatan positif dan bergerak lurus, berdaya tembus besar sehingga dapat menembus lembaran tipis kertas.

    Percobaan tersebut sebenarnya bertujuan untuk menguji pendapat Thomson, yakni apakah atom itu betul-betul merupakan bola pejal yang positif yang bila dikenai partikel alfa akan dipantulkan atau dibelokkan. Dari pengamatan mereka, didapatkan fakta bahwa apabila partikel alfa ditembakkan pada lempeng emas yang sangat tipis, maka sebagian besar partikel alfa diteruskan (ada penyimpangan sudut kurang dari 1°), tetapi dari pengamatan Marsden diperoleh fakta bahwa satu diantara 20.000 partikel alfa akan membelok sudut 90° bahkan lebih.

    Berdasarkan gejala-gejala yang terjadi, diperoleh beberapa kesipulan beberapa berikut:

    1. Atom bukan merupakan bola pejal, karena hampir semua partikel alfa diteruskan
    2. Jika lempeng emas tersebut dianggap sebagai satu lapisanatom-atom emas, maka didalam atom emas terdapat partikel yang sangat kecil yang bermuatan positif.
    3. Partikel tersebut merupakan partikelyang menyusun suatu inti atom, berdasarkan fakta bahwa 1 dari 20.000 partikel alfa akan dibelokkan. Bila perbandingan 1:20.000 merupakan perbandingan diameter, maka didapatkan ukuran inti atom kira-kira 10.000 lebih kecil daripada ukuran atom keseluruhan.

    Berdasarkan fakta-fakta yang didapatkan dari percobaan tersebut, Rutherford mengusulkan model atom yang dikenal dengan Model Atom Rutherford yang menyatakan bahwa Atom terdiri dari inti atom yang sangat kecil dan bermuatan positif, dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif. Rutherford menduga bahwa didalam inti atom terdapat partikel netral yang berfungsi mengikat partikel-partikel positif agar tidak saling tolak menolak.

    Kelebihan teori atom Ritherford adalah menyatakan bahwa atom tersusun dari inti atom dan electron yang mengelilingi inti.

    Kelemahan Model Atom Rutherford Menurut hukum fisika klasik, elektron yang bergerak mengelilingi inti memancarkan energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Akibatnya, lama-kelamaan elektron itu akan kehabisan energi dan akhirnya menempel pada inti.

    1. Model atom rutherford ini belum mampu menjelaskan dimana letak elektron dan cara rotasinya terhadap ini atom.
    2. Elektron memancarkan energi ketika bergerak, sehingga energi atom menjadi tidak stabil.
    3. Tidak dapat menjelaskan spektrum garis pada atom hidrogen (H).
    4. Teori Atom Bohr

    Pada tahun 1913, pakar fisika Denmark bernama Neils Bohr memperbaiki kegagalan atom Rutherford melalui percobaannya tentang spektrum atom hidrogen. Percobaannya ini berhasil memberikan gambaran keadaan elektron dalam menempati daerah disekitar inti atom. Penjelasan Bohr tentang atom hidrogen melibatkan gabungan antara teori klasik dari Rutherford dan teori kuantum dari Planck, diungkapkan dengan empat postulat, sebagai berikut:

    1. Hanya ada seperangkat orbit tertentu yang diperbolehkan bagi satu elektron dalam atom hidrogen. Orbit ini dikenal sebagai keadaan gerak stasioner (menetap) elektron dan merupakan lintasan melingkar disekeliling inti.
    2. Selama elektron berada dalam lintasan stasioner, energi elektron tetap sehingga tidak ada energi dalam bentuk radiasi yang dipancarkan maupun diserap.
    3. Elektron hanya dapat berpindah dari satu lintasan stasioner ke lintasan stasioner lain. Pada peralihan ini, sejumlah energi tertentu terlibat, besarnya sesuai dengan persamaan planck, ΔE = hv.
    4. Lintasan stasioner yang dibolehkan memilki besaran dengan sifat-sifat tertentu, terutama sifat yang disebut momentum sudut. Besarnya momentum sudut merupakan kelipatan dari h/2∏ atau nh/2∏, dengan n adalah bilangan bulat dan h tetapan planck.

    Menurut model atom bohr, elektron-elektron mengelilingi inti pada lintasan-lintasan tertentu yang disebutkulit elektron atau tingkat energi. Tingkat energi paling rendah adalah kulit elektron yang terletak paling dalam, semakin keluar semakin besar nomor kulitnya dan semakin tinggi tingkat energinya.

    Kelemahan teori atom Rutherford diperbaiki oleh Neils Bohr yaitu :

    1. Elektron-elektron yang mengelilingi inti mempunyai lintasan dan energi tertentu.
    2. Dalam orbital tertentu, energi elektron adalah tetap. Elektron akan menyerap energi jika berpindah ke orbit yang lebih luar dan akan membebaskan energi jika berpindah ke orbit yang lebih dalam

    Kelemahan model atom Bohr atom terdiri dari beberapa kulit/subkulit untuk tempat berpindahnya electron dan atom membentuk suatu orbit dimana inti atom merupakan positif dan disekelilignya terdapat elektron.

    1. Tidak dapat menjelaskan efek Zeeman dan efek Strack.
    2. Tidak dapat menerangkan kejadian-kejadian dalam ikatan kimia dengan baik, pengaruh medan magnet terhadap atom-atom, dan spektrum atom yang berelektron lebih banyak.
    5. Teori Atom Modern

    Model atom mekanika kuantum dikembangkan oleh Erwin Schrodinger (1926).Sebelum Erwin Schrodinger, seorang ahli dari Jerman Werner Heisenberg mengembangkan teori mekanika kuantum yang dikenal dengan prinsip ketidakpastian yaitu “Tidak mungkin dapat ditentukan kedudukan dan momentum suatu benda secara seksama pada saat bersamaan, yang dapat ditentukan adalah kebolehjadian menemukan elektron pada jarak tertentu dari inti atom”.

    Daerah ruang di sekitar inti dengan kebolehjadian untuk mendapatkan elektron disebut orbital. Bentuk dan tingkat energi orbital dirumuskan oleh Erwin Schrodinger. Erwin Schrodinger memecahkan suatu persamaan untuk mendapatkan fungsi gelombang untuk menggambarkan batas kemungkinan ditemukannya elektron dalam tiga dimensi.

    Model atom dengan orbital lintasan elektron ini disebut model atom modern atau model atom mekanika kuantum yang berlaku sampai saat ini.

    Model atom mutakhir atau model atom mekanika gelombang

    Awan elektron disekitar inti menunjukan tempat kebolehjadian elektron. Orbital menggambarkan tingkat energi elektron. Orbital-orbital dengan tingkat energi yang sama atau hampir sama akan membentuk sub kulit. Beberapa sub kulit bergabung membentuk kulit. Dengan demikian kulit terdiri dari beberapa sub kulit dan subkulit terdiri dari beberapa orbital. Walaupun posisi kulitnya sama tetapi posisi orbitalnya belum tentu sama.

    Mekanika kuantum sangat berguna untuk menjelaskan perilaku atom dan partikel subatomik seperti proton, neutron dan elektron yang tidak mematuhi hukum-hukum fisika klasik. Atom biasanya digambarkan sebagai sebuah sistem di mana elektron (yang bermuatan listrik negatif) beredar seputar nukleus atom (yang bermuatan listrik positif). Menurut mekanika kuantum, ketika sebuah elektron berpindah dari tingkat energi yang lebih tinggi (misalnya dari n=2 atau kulit atom ke-2 ) ke tingkat energi yang lebih rendah (misalnya n=1 atau kulit atom tingkat ke-1), energi berupa sebuah partikel cahaya yang disebut foton, dilepaskan

    Ciri Khas Model Atom Mekanika Gelombang :

    1. Gerakan elektron memiliki sifat gelombang, sehingga lintasannya (orbitnya) tidak stasioner seperti model Bohr, tetapi mengikuti penyelesaian kuadrat fungsi gelombang yang disebut orbital (bentuk tiga dimensi darikebolehjadian paling besar ditemukannya elektron dengan keadaan tertentu dalam suatu atom)
    2. Bentuk dan ukuran orbital bergantung pada harga dari ketiga bilangan kuantumnya. (Elektron yang menempati orbital dinyatakan dalam bilangan kuantum tersebut)
    3. Posisi elektron sejauh 0,529 Amstrong dari inti H menurut Bohr bukannya sesuatu yang pasti, tetapi bolehjadi merupakan peluang terbesar ditemukannya elektron

    Kelemahannya Teori Atom Modern hanya dapat menerangkan atom-atom yang memiliki elektron tunggal seperti gas hidrogen tetapi tidak dapat menerangkan spektrum warna dari atom yang memiliki banyak elektron.

    Kelebihannya Teori Atom Modern Mampu membuktikan bahwa adanya lintasan elektron untuk atom hidrogen. 

    Bab III. Penutup

    A. Kesimpulan

    Atom adalah pertikel penyusun semua benda yang berukuran sanga kecil. perkembangan teori atom diantaranya teori atom yang dikemukakan oleh John Dalton, J.J Thomson, Rutherford, Atom Bohr,dan teori atom modern (mekanika gelombang).

    Kelemahan yang terdapat pada masing-masing teori atom yaitu teori dalton tidak menerangkan hubungan antara larutan senyawa dan daya hantar arus listrik.teori atom thomson tidak dapat menjelaskan susunan muatan positif dan negatif dalam bola atom tersebut .teori atom rutherford tidak dapat menjelaskan mengapa elektron tidak jatuh kedalam inti atom.teori atom bohr tidak dapat menjelaskan spektrum warna dari atom berelektron banyak dan pada teori atom modern(mekanika gelombang)sehingga lintasanya(orbitnya) tidak stasioner.

    Kelebihan yang dimiliki oleh beberapa model teori atom: John dalton adalah dapat menerangkan hukum kekekalan massa (hukum lavoisier) dan menerangkan hukum perbandingan tetap (hukum proust). Thomson adalah menerangkan adanya partikel yang lebih kecil dari atom yang disebut partikel sub atomik dan dapat menerangkan sifat listrik atom. Rutherford adalah fenomena penghamburan sinar alfa oleh lempeng tipis emas dan mengemukakan keberadaan inti atom. Bohr adalah mengaplikasikan teori kuantum untuk menjawab kesulitan dalam model atom rutherford.

    DAFTAR PUSTAKA

    http://princesugeng06biologi.blogspot.com/2010/10/makalah-kimia-teory-atom.html

    http://mashuri18.blogspot.com/2011/03/perkembangan-teori-atom.html

    www.scribd.com/doc/55800992/makalah-fisika-teori-atom-dalton

    A. PERKEMBANGAN TEORI ATOM

    http://myblogiky.blogspot.com/2010/12/kelebihan-dan-kekurangan-pada-model.html#ixzz2hkWz0pLy

    PERKEMBANGAN TEORI ATOM MODERN

    http://princesugeng06biologi.com/2010/10/makalah-kimia-teory-atom.html

  • Laporan Praktikum Kimia Kenaikan Titik Didih dan Penurunan Titik Beku

    Kenaikan Titik Didih dan Penurunan Titik Beku

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Titik beku adalah suhu dimana tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap padatannya. Titik beku larutan lebih rendah daripada titik beku pelarut murni.Hal ini disebabkan zat pelarutnya harus membeku terlebih dahulu, baru zat terlarutnya. Jadi larutan akan membeku lebih lama daripada pelarut. Setiap larutan memiliki titik beku yang berbeda.

    Titik beku suatu cairan akan berubah jika tekanan uap berubah, biasanya diakibatkan oleh masuknya suatu zat terlarut atau dengan kata lain, jika cairan tersebut tidak murni, maka titik bekunya berubah (nilai titik beku akan berkurang).

    Seperti yang kita tahu bahwa titik beku pelarut murni berada pada suhu 0ºC, tapi dengan adanya zat terlarut misalnya saja kita tambahkan gula ke dalam air tersebut maka titik beku larutan ini tidak akan sama dengan 0ºC lagi, melainkan akan turun menjadi dibawah 0ºC, dan inilah yang dimaksud sebagai “penurunan titik beku”.

    Dalam percobaan ini akan diteliti tentang perubahan titik beku pelarut murni yang telah ditambahkan zat terlarut lain kedalamnya dan mencoba pembuktian bahwa titik beku larutanya akan lebih rendah dibandingkan pelarut murninya.

    Titik beku adalah suhu pada pelarut tertentu di mana terjadi perubahan wujud zat cair ke padat. Pada tekanan 1 atm, air membeku pada suhu 0°C karena pada suhu itu tekanan uap air sama dengan tekanan uap es. Selisih antara titik beku pelarut dengan titik beku larutan disebut penurunan titik beku (Δ Tf = freezing point depression). Pada percobaan ini ditunjukkan bahwa penurunan titik beku tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya pada konsentrasi partikel dalam larutan.Oleh karena itu, penurunan titik beku tergolong sifat koligatif.

    Penurunan titik beku adalah selisih antara titik beku pelarut dan titik beku larutan dimana titik beku larutan lebih rendah dari titik beku pelarut.Titik beku pelarut murni seperti yang kita tahu adalah 0ºC. dengan adanya zat terlarut misalnya saja gula yang ditambahkan ke dalam air maka titik beku larutan ini tidak akan sama dengan 0ºC melainkan akan menjadi lebih rendah di bawah 0oC itulah penyebab terjadinya penurunan titik beku yaitu oleh masuknya suatu zat terlarut atau dengan kata lain cairan tersebut menjadi tidak murni, maka akibatnya titik bekunya berubah (nilai titik beku akan berkurang).

    Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat terlarut).

    Apabila suatu pelarut ditambah dengan sedikit zat terlarut, maka akan didapat suatu larutan yang mengalami:

    1. Penurunan tekanan uap jenuh
    2. Kenaikan titik didih
    3. Penurunan titik beku
    4. Tekanan osmosis

    Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat Larutan itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion.Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.

    Adanya partikel zat terlarut yang tidak mudah menguap dalam larutan dapat mengurangi kemampuan zat pelarut untuk menguap, sehingga tekanan uap larutan lebih rendah daripada tekanan uap pelarut murni. Adanya partikel zat terlarut tersebut juga akan mengakibatkan kanaikan titik didih dan penurunan titik beku larutan. Menurut hokum Roult, besarnya penurunan tekanan uap larutan, kenaikan titik didih, dan penurunan titik beku larutan yang mengandung zat terlarut tidak mudah menguap dan tidak mengalami disosiasi (larutan non elektrolit), sebanding dengan banyaknya partikel zat terlarut. Besarnya kenaikan titik didih larutan 1 molal disebut kenaikan titik didih molal, Kb. Sedangkan besarnya penurunan titik beku larutan 1 molal disebut penurunan titik beku molal, Kf. Untuk larutan encer berlaku:

    ΔTb = m x Kb

    ΔTf = m x Kf

    Dengan : ΔTb = Kenaikan titik didih larutan

    ΔTf = Penurunan titik beku larutan

    Kb = kanaikan titik didih molal

    Kf = penurunan titik beku molal

    M = Molalitas larutan

    Besarnya molalitas larutan yang sejenis sebanding dengan massa zat terlarut dan berbanding dengan massa molekul zat terlarut. Jika massa zat terlarut dan massa zat pelarut diketahui, maka massa molekul zat terlarut dapat ditentukan berdasarkan sifat koligatif suatu larutan.

    Untuk larutan yang mengandung zat terlarut tidak mudah menguap dan dapat mengalami disosiasi (larutan elektrolit), besarnya penurunan tekanan uap larutan, kenaikan titik didih, dan penurunan titik beku larutan, dipengaruhi oleh derajad disosiasi larutan.

    Apabila sebuah larutan mempunyai tekanan uap yang tinggi pada suhu tertentu, maka molekul-molekul yang berada dalam larutan tersebut mudah untuk melepaskan diri dari permukaan larutan. Atau dapat dikatakan pada suhu yang sama sebuah larutan mempunyai tekanan uap yang rendah, maka molekul-molekul dalam larutan tersebut tidak dapat dengan mudah melepaskan diri dari larutan. Jadi larutan dengan tekanan uap yang lebih tinggi pada suhu tertentu akan memiliki titik didih yang lebih rendah.

    Cairan akan mendidih ketika tekanan uapnya menjadi sama dengan tekanan udara luar. Titik didih cairan pada tekanan udara 760 mmHg disebut titik didih standar atau titik didih normal. Jadi yang dimaksud dengan titik didih adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh cairan itu sama dengan tekanan udara luar (tekanan pada permukaan cairan).

    Telah dijelaskan bahwa tekanan uap larutan lebih rendah dari tekanan uap pelarutnya.Hal ini disebabkan karena zat terlarut itu mengurangi bagian atau fraksi dari pelarut sehingga kecepatan penguapan berkurang.

    B. Tujuan Praktikum

    1. Untuk mengamati dan mempelajari praktikum pada kenaikan titik didih dan penurunan titik beku dari beberapa larutan.
    2. Mengetahui faktor-faktor penyebab kenaikan titik didih dan penurunan titik beku pada larutan elektrolit dan non-elektrolit

    3.     Manfaat Praktikum.

    Agar siswa memahami tentang sifat koligatif larutan dalam melakukan praktikum kenaikan titik didih dan penurunan titik beku.

    Bab II. Kajian Pustaka

    A. Titik Didih

    Suhu dimana cairan mendidih dinamakan titik didih. Jadi, titik didih adalah temperatur dimana tekanan uap sama dengan tekanan atmosfer. Selama gelembung terbentuk dalam cairan, berarti selam cairan mendidih, tekanan uap sama dengan tekanan atmosfer, karena tekanan uap adalah konstan maka suhu dan cairan yang mendidih akan tetap sama. Penambahan kecepatan panas yang diberikan pada cairan yang mendidih hanya menyebabkan terbentuknya gelembung uap air lebih cepat. Cairan akan lebih cepat mendidih, tapi suhu didih tidak naik. Jelas bahwa titik didih cairan tergantung dari besarnya tekanan atmosfer(Brady, 1999 : 540).

    Titik didih merupakan satu sifat lagi yang dapat digunakan untuk memperkirakan secara tak langsung berapa kuatnya gaya tarik antara molekul dalam cairan. Cairan yang gaya tarik antar molekulnya kkuat, titik didihnya tinggi dan sebaliknya bila gaya tarik lemah, titik didihnya rendah (Brady, 1999 : 541).

    Pendidihan merupakan hal yang sangat khusus dari penguapan. Pendidihan adalah pelepasan cairan dari tempat terbuka ke fase uap. Suatu cairan dikatakan mendidih pada titik didihnya, yaitu bila suhu dimana tekanan uap cairan sama dengan tekanan atmosfer sekitarnya. Pada titik didih, tekanan uap cairan cukup besar sehingga atmosfer dapat diatasi hingga gelembung uap dapat terbentuk dipermukaan cairan yang diikuti penguapan yang terjadi di setiap titik dalam cairan. Pada umumnya, molekul dapat menguap bila dua persyaratan dipenuhi, yaitu molekul harus cukup tenaga kinetik dan harus cukup dekat dengan batas antara cairan-uap (Petrucci, 2000 : 175).

    Bila dalam larutan biner, komponen suatu mudah menguap (volatile) dan komponen lain sukar menguap (non volatile), makin rendah. Dengan adanya zat terlarut tekanan uap pelarut akan berkurang dan ini mengakibatkan kenaikan titik didih, penurunan titik beku dan tekanan uap osmose. Keempat sifat ini hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut dan tidak ditentukan oleh jenis zat terlarut. Seperti telah disebutkan, sifat-sifat ini disebut sifat koligatif larutan. Adanya zat terlarut (solute) yang sukar menguap (non volatile), tekanan uap dari larutan turun dan ini akan menyebabkan titik didih larutan lebih tinggi dari pada titik didih pelarutnya. Ini disebabkan karena untuk mendidih, tekanan uap larutan sama dengan tekanan udara dan untuk temperatur harus lebih tinggi (Sukardjo, 1990 : 152).

    DTb = kb . m

    DTb = kenaikan titik didih larutan

    Kb = tetapan kenaikan titik didih molal pelarut (kenaikan titik didih untuk   1 mol zat dalam 1000 gram pelarut)

    m = molal larutan (mol/100 gram pelarut)

    Untuk zat terlarut yang bersifat elektrolit persamaan untuk kenaikan titik didih harus dikalikan dengan faktor ionisasi larutan, sehingga persamaannya menjadi

    ΔTb = kb x m [1+(n-1) α]

    Dimana,

    n = jumlah ion-ion dalam larutan

    α = derajat ionisasi

    B. Penurunan Titik Beku

    Titik beku adalah suhu pada pelarut tertentu di mana terjadi perubahan wujud zat cair ke padat. Pada tekanan 1 atm, air membeku pada suhu 0 °C karena pada suhu itu tekanan uap air sama dengan tekanan uap es. Selisih antara titik beku pelarut dengan titik beku larutan disebut penurunan titik beku (ΔTf = freezing point depression). Pada percobaan ini ditunjukkan bahwa penurunan titik beku tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya pada konsentrasi partikel dalam larutan.Oleh karena itu, penurunan titik beku tergolong sifat koligatif.

    Penurunan titik beku adalah selisih antara titik beku pelarut dan titik beku larutan dimana titik beku larutan lebih rendah dari titik beku pelarut. Titik beku pelarut murni seperti yang kita tahu adalah 0oC dengan adanya zat terlarut misalnya saja gula yang ditambahkan ke dalam air maka titik beku larutan ini tidak akan sama dengan 0oC melainkan akan menjadi lebih rendah di bawah 0oC itulah penyebab terjadinya penurunan titik beku yaitu oleh masuknya suatu zat terlarut atau dengan kata lain cairan tersebut menjadi tidak murni, maka akibatnya titik bekunya berubah (nilai titik beku akan berkurang).

    Jika suatu pelarut ditambah zat terlarut, maka titik beku larutan akan turun sesuai dengan jumlah partikel zat terlarut.

    Untuk jumlah zat nonelektrolit dan zat elektrolit terlarut sama, maka titik beku larutan elektrolit akan lebih rendah karena jumlah partikel zat elektrolit lebih banyak.

    DTf = kf . m

    DTf = penurunan titik beku larutan

    Kf = tetapan penurunan titik beku molal pelarut 

    m = molal larutan (mol/100 gram pelarut)

    Untuk zat terlarut yang bersifat elektrolit persamaan untuk penurunan titik beku  harus dikalikan dengan faktor ionisasi larutan, sehingga persamaannya menjadi :

    ΔTf = kf . m [1+(n-1) α]

    Dimana,

    n = jumlah ion-ion dalam larutan

    α = derajat ionisasi

    Bab III. Metode Praktikum

    A. Alat dan Bahan

    1. Thermometer 
    2. Korek api               
    3. Gelas beker             
    4. Pipet tetes        
    5. Penjepit
    6. Gelas ukur
    7. Gelas kimia
    8. Spiritus
    9. larutan NaCl 1 m
    10. larutan urea 1 m
    11. Garam         
    12. es batu

    B. Langkah Kerja

    1. Titik didih
    1. Siapkan alat dan bahan yang telah ditentukan.
    2. Ambilah larutan NaCl 1 molal dan urea 1 molal.
    3. Kemudian tuangkan larutan NaCl dan urea kedalam gelas kimia. Selanjutnya panaskan NaCl terlebih dahulu. Titih didih diukur saat NaCl mulai mendidih menggunakan thermometer.
    4. Saat sudah mulai mendidih, ukur suhunya menggunakan thermometer.
    5. Catat hasilnya.
    6. Kemudian lakukan hal yang sama pada larutan urea.
    2. Titik Beku
    1. Masukkan butiran es ke dalam gelas kimia 500 ml. Masukkan pula garam yang telah dihaluskan secukupnya.
    2. Masukkan larutan NaCl kedalam tabung reaksi kurang lebih setinggi 4cm dan masukkan pula pengaduk ke dalam tabung reaksi.
    3. Masukkan tabung reaksi ke dalam gelas kimia yang telah diberi es dan garam.
    4. Goyangkan tabung reaksi agar larutan membeku. Tunggu beberapa saat untuk melihat apakah larutan sudah beku.
    5. Ukurlah titik beku larutan.
    6. Ulangi percobaan tersebut dengan menggunakan larutan Urea.
    7. Hasil Dan Pembahasan

    Bab IV. Hasil dan Pembahasan

    Hasil Pengukuran Titik Beku

    NoZat TerlarutKonsentrasiTitik Beku
    1NaCl      1 m-5ºC
    2Urea1 m-2ºC

    Hasil Pengukuran Titik Didih

    NoZat TerlarutKonsentrasiTitik Beku
    1NaCl1 m101ºC
    2Urea1 m100ºC

    Pembahasan

    Penambahan garam disini merupakan salah satu penerapan dari sifat koligatif larutan. Garam berfungsi sebagai zat yang menurunkan titik beku es batu sehingga es batu tidak cepat mencair, karena apabila tidak ada penambahan garam pada es batu, suhu didalam es batu akan lebih tinggi dari 0ºC pada saat es berubah menjadi liquid. Pada percobaan ini kita mengetahui adanya partikel zat terlarut yang tidak mudah menguap sehingga tekanan uap larutan lebih rendah daripada tekanan uap pelarut murni.

    Perbedaan pengukuran titik beku menurut teori dan berdasarkan pengamatan sendiri kemungkinan disebabkan oleh proses pembekuan masing-masing larutan tidak sama, sehingga dalam pengukuran titik beku ini tidak diperoleh data yang akurat. Selain itu,  kekurang telitian dalam menimbang bahan, membersihkan alat kerja. Lalu, kemungkinan thermometer yang digunakan belum dalam keadaan yang stabil, dan ketika mengukur suhu larutan besar kemungkinan terjadi penambahan suhu dari dimana ketika tabung reaksi dikeluarkan dari es lalu terkena suhu luar atau suhu tangan kita sendiri serta terjadi kekurang telitian dalam pembacaan skala thermometer.

    Kemungkinan lainnya adalah es batu yang digunakan kemungkinan telah mencair, sehingga memperlambat proses pembekuan larutan. Dari table diatas diketahui bahwa titik beku larutan dan titik didih larutan berbeda-beda. Seperti titik beku yaitu NaCl -5ºC dan Urea -2ºC. Dan titik didih yaitu Urea 100ºC dan NaCl 101ºC.

    Bab V. Penutup

    A. Kesimpulan

    Semakin banyak waktu yang diberikan maka semakin rendah titik beku yang dihasilkan. Dari penelitian yang kami telah lakukan, kami dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut Penurunan titik beku dan kenaikan titik didih tidak tergantung pada komposisi kimia dari zat tersebut tetapi tergantung pada jumlah partikel zat terlarut di dalam larutan, kemolalan larutan, massa zat terlarut dan massa pelarutnya.

    Kenaikan titik didih dan penurunan titik beku larutan elektrolit lebih besar dari larutan nonelektrolit disebabkan adanya factor Van’t Hoff.

    Perbedaan hasil pengukuran menurut teori dengan pengamatan langsung disebabkan oleh ketidaktelitian dalam mengamati skala thermometer serta pengaruh suhu luar.

    Garam dapur berfungsi sebagai zat yang menurunkan titik beku es batu sehingga es batu tidak akan membeku pada suhu 0ºC, sehingga ketika sebuah tabung reaksi diletakkan didalam gelas kimia, akan terbentuk sebuah sistem antara larutan es batu yang suhunya 0ºC(l) dengan larutan uji yang ada didalam tabung reaksi.

    B. Saran

    Untuk penelitian kedepanya, harus lebih diperhatikan hal-hal seperti, bersihkan dulu alat-alat untuk melakukan praktikum, agar saat pengambilan data untuk laporan lebih akurat dan tepat.Teliti dalam mengambil data, menimbang bahan serta membaca thermoneter sangat penting.

  • Makalah Bentuk dan Cara Mempraktikan Ajaran Tantra, Yantra, dan Mantra

    Bentuk dan Cara Mempraktikan Ajaran Tantra, Yantra, dan Mantra

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Yantra adalah alat atau symbol-simbol keagamaan yang diyakini memiliki kekuatan spiritual untuk meningkatkan kesucian. Tantra adalah kekutan suci dalam diri yang dibangkitkan dengan cara-cara yang ditetepkan dalam kitab suci. Mantra adalah doa-doa yang harus diucapakan oleh umat hindu kebanyakan, pinandita, pandita, sesuai dengan berbasiskan ketulus-ikhlasan sehingga membangun suatu aktifitas yang disebut yajna. Tantra, yantra, dan mantra memiliki bentuk yang berbeda-bedan serta cara mempraktikan yang berbeda pula. Hal itu akan kita bahas sekarang.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang tersebut diatas kami selaku penulis dapat merumuskan pokok permasalahan yaitu :

    1. Bentu-bentuk tantra, yantra, adan mantra?
    2. Bagaimana cara mempraktikan tantra, yantra, dan mantra?

    Bab II. Pembahasan

    Bentuk-bentuk Tantra, Yantra, dan Mantra yang dipergunakan dalam Praktik Kehidupan Sesuai Ajaran Agama Hindu.

    Perenungan.

    “Tràtàram indram avitàram handraýhavehave suhavaý úuram indram, hvayāmi úakram puruhūtam indraý svasti no maghavā dhātvindrah.

    Terjemahan:

    Tuhan sebagai penolong, Tuhan sebagai penyelamat, Tuhan yang maha kuasa, yang dipuja dengan gembira dalam setiap pemujaan, Tuhan, maha kuasa, selalu dipuja, kami memohon, semoga Tuhan, yang maha pemurah, melimpahkan rahmat kepada kami (RV.VI.47.11).

    A. Tantra

    Tantra adalah konsep pemujaan Ida Sanghyang Widhi Wasa di mana manusia kagum pada sifat-sifat kemahakuasaan-Nya, sehingga ada keinginan untuk mendapatkan sedikit kesaktian. Tantra adalah suatu kombinasi yang unik antara mantra, upacara dan pemujaan secara total. Ia adalah agama dan juga philosopy, yang berkembang baik dalam Hinduisme maupun Budhisme. Tantra adalah cabang dari Agama Hindu. Kebanyakan kitab-kitab Tantra masih dirahasiakan dari arti sebenarnya dan yang sudah diketahui masih merupakan teka-teki. Ada baiknya diantara kita mulai belajar mendiskusikan ajaran tantra berlandaskan makna ajaran tersebut yang sesungguhnya, dengan demikian kita akan dapat mengetahui dan melaksanakan dengan bentuknya yang baik dan benar.

    Secara umum dapat dinyatakan bahwa yantra dan mantra adalah bentukbentuk ajaran tantra yang sudah dilaksanakan oleh masyarakat pengikutnya guna memuja kebesaran Tuhan sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur semua yang ada ini. Namun demikian pelaksanaannya masih perlu disesuaikan dengan kemampuan dan keadaan pelaksananya, sehingga mereka dapat terhindar dari sesuatu yang tidak kita inginkan bersama.

    B. Yantra

    Di dalam pemujaan yantra adalah sarana tempat memusatkan pikiran. Yantra adalah sebuah bentuk geometrik. Bentuk yantra yang paling sederhana adalah sebuah titik (Bindu) atau segi tiga terbalik. Disamping ada bentuk yantra yang sederhana, ada juga bentuknya yang sangat rumit (simetris dan non-simetris) yang semuanya itu dapat disebut Yantra. Semua bentuk-bentuk ini didasarkan atas bentuk-bentuk matematika dan metode-metode tertentu.

    Yantra tersebut dipergunakan untuk melambangkan para Deva seperti Siwa, Wishnu, Ganesha, dan yang lainnya termasuk Sakti. Keadaan mantra dan yantra adalah saling terkait. Pikiran dinyatakan dalam bentuk halus sebagai satu mantra dan pikiran yang sama dinyatakan dalam bentuk gambar sebagai sebuah Yantra. Dinyatakan terdapat lebih dari sembilan ratus Yantra. Salah satu dari Yantra yang terpenting adalah Sri Yantra, atau Navayoni Chakra, melambangkan Siwa dan Sakti. Yantra itu dapat dicermati dari berbagai praktik aliran atau

    pengikut Sakti.

    Adapun bentuk-bentuk yantra yang dapat dikemukakan dalam tulisan ini adalah;

    1. Banten

    Banten adalah salah satu bentuk Yantra, sebagaimana dinyatakan dalam Lontar Yadnya Parakerti. Banten itu memiliki arti yang demikian dalam dan universal. Banten dalam upacara agama Hindu adalah wujudnya sangat lokal, namun di dalamnya terkandung nilai-nilai yang universal. Banten itu adalah bahasa untuk menjelaskan ajaran Agama Hindu dalam bentuk simbol. Banten menurut Lontar Yadnya Prakerti menyatakan sebagai simbol ekspresi diri

    manusia. Misalnya; banten caru sebagai lambang penetralisir kekuaan negatif, banten peras sebagai lambang permohonan untuk hidup sukses dengan menguatkan Tri Guna ‘Peras Ngarania Prasidha Tri Guna Sakti’ artinya hidup sukses itu dengan memproporsikan dan memposisikan dengan tepat dinamika Tri Guna (Sattwam Rajas Tamas) sampai mencapai Sakti.

    2. Susastra

    Dalam tradisi Hindu, yantra umumnya digunakan untuk melakukan upakara puja dengan mengikut-sertakan bija mantra sesuai yantra tersebut. Banyaknya jenis puja dan setiap puja menggunakan yantra maka penggunaan mantra juga menjadi berbeda. Adapun bentuk-bentuk yantra dalam kesusteraan Hindu antara lain:

    1. Bhu Pristha yantra; adalah yantra yang biasanya dibuat secara timbul atau dipahat pada suatu bahan tertentu. Bhu Pristha yantra biasanya hanya ditulis pada selembar kertas atau kain.
    2. Meru Pristha yantra; adalah yantra yang berbentuk seperti gunung atau piramid dimana di bagian dasar penampangnya dibuat lebar atau besar semakin keatas semakin mengecil misalnya bentuk meru pada bangunan pelinggih yang ada di Bali.
    3. Meru parastar yantra; adalah bentuk yantra yang dipotong sesuai garis yantra tersebut atau dipotong bagian tertentu.
    4. Ruram Pristha yantra; adalah yantra dimana bagian dasarnya membentuk mandala segi empat dan diatasnya dibentuk sebuah bentuk tertelungkup atau seperti pundak kura-kura.
    5. Patala yantra: adalah yantra yang di bagian atas bentuknya lebih besaran dari pada bentuk bagian bawahnya yang ‘kecil’. Bentuk ini kebalikan dari meru Pristha yantra

    Setiap Yantra baik dari segi bentuk maupun goresan yang tertera pada Yantra tersebut akan mempunyai arti yang berbeda serta tujuan yang berbeda pula. Karena yantra mempunyai tujuan dan manfaat yang berbeda. Bentuk-bentuk yantra dikembangkan dan diberi sentuhan artistik modern sehingga yantra tidak lagi kelihatan seperti barang seni atau sebuah perhiasan belaka, tetapi

    disesuaikan dengan makna dan ciri yantra serta kebutuhan si pemakainya. Sesuai perkembangan jaman sekarang banyak sekali yantra dibentuk kecil, misalanya dalam bentuk kalung, gelang dan cincin. memang sebaiknya yantra tersebut diusahakan selalu dekat dengan si pemakainya, dengan kedekatan itu maka energi yang ada dalam yantra dan energi pemakai menjadi saling menyesuaikan. Yantra dapat diibaratkan sebagai polaritas energi positif yang

    secara terus menerus mempengaruhi si pemakainya sehingga dalam waktu singkat fungsi yantra yang dikenakan dapat dirasakan manfaatnya atau hasilnya. Siwa lingga adalah bagian dari Tantrisme. Dewasa ini hampir di semua tempat suci (Pura) seseorang dapat melihat Siwalingga yang diwujudkan dengan lingga – yoni. Menurut Siwa Purana, itu melambangkan ruang di mana alam semesta menciptakan dan melenyapkan dirinya berulang-kali. Sedangkan menurut Tantra mewujudkannya dengan phalus dan yoni sebagai perlambang dari sifat laki-laki dan wanita. Ia juga melambangkan prinsip-prinsip kreatif dari kehidupan. Siwalingga bisa bersifat Chala (bergerak) atau Achala (tidak bergerak). Chala Lingga dapat ditempatkan di Pura atau rumah atau dapat dibuat secara sementara dari tanah liat atau adonan atau nasi. Achala Linga biasanya ditempatkan di Pura, terbuat dari batu. Bagian terbawah dari Siwalingga disebut Brahmabhaga yang melambangkan Brahma, bagian tengah yang berbentuk segi delapan disebut Wishnubhaga yang melambangkan Wishnu, dan bagian menonjol yang berbentuk silinder disebut Rudrabhaga, serta pemujaan kepadanya disebut Pujabhaga.

    Mandala artinya “lingkaran.” Ia sesungguhnya bentuk yantra yang paling rumit. Ia berwujud dalam segala bentuk dan sifatnya sangat artisitik. Dalam agama Hindu, mandala digunakan sebagai alat bantu meditasi. Keindahan dari tempat-tempat suci (Pura) Hindu terletak dalam jumlah mandala yang dipahat di batu-batu di dinding Pura. Sebuah mandala terdiri dari satu pusat titik, garis-garis dan lingkaran-lingkaran yang diletakkan secara geometrik di sekeliling lingkaran. Pusatnya biasanya adalah sebuah titik (Bindu). Kita juga dapat melihat mandala di Wihara Buddha. Dibalik setiap mandala terdapat sejumlah besar pikiran-pikiran. Kadang-kadang melihat sebuah mandala sepertinya kita melihat melalui sebuah kaleidoskop.

    Sri Chakra adalah satu dari yantra yang paling kuat dalam ajaran agama Hindu, yang biasanya digunakan oleh penganut sakti Devi ibu, dalam pemujaan-Nya. Sri Chakra adalah simbol dari Lalitha aspek dari Ibu Suci. Ia terdiri dari sebuah titik (Bindu) pada pusatnya, yang dikelilingi oleh sembilan Trikona, lima dari padanya dengan puncak menghadap ke bawah dan empat yang lain menghadap ke atas. Interseksi atau persinggungan dari sembilan segi tiga ini menghasilkan empat puluh tiga segi tiga secara total. Ini dikelilingi oleh lingkaran konsentris dari delapan daun bunga teratai dan juga oleh tiga lingkaran konsentris. Akhirnya pada sisi paling luar, ada sebuah segi empat (Chaturasra) yang dibuat dari tiga garis, garis yang satu ada di dalam garis yang lain, membuka ditengah-tengahnya masing-masing sisi sebagai empat gerbang. Mandala dalam konsep Agama Hindu adalah gambaran dari alam semesta. Secara harafiah mandala berarti “lingkaran.” Mandala ini terkait dengan kosmologi India kuno yang berpusatkan Gunung Mahameru, sebuah gunung yang diyakini sebagai pusat alam semesta. Di dalam Tantrayana mandala juga menggambarkan alam kediaman para makhluk suci, yang sangat penting bagi ritual atau sadhana Tantra. Saat berlangsungnya sadhana, sadhaka akan menyusun ulang mandala ini baik secara nyata ataupun visualisasi. Sesungguhnya semua orang diantara kita setiap hari telah menyusun mandalanya masing-masing. Mandala adalah melambangkan cakupan karya dan medan pemikiran seseorang. Menurut ajaran Vajrayana, mandala hendaknya disusun secara cermat. Ini menandakan bahwa dalam berkarya seseorang hendaknya cermat dan melakukan yang sebaik-baiknya.

    C. Doa (Mantra)

    Maharsi Manu yang disebut sebagai peletak dasar hukum yang digambarkan sebagai orang yang pertama memperoleh mantra. Beliau mengajarkan mantra itu kepada umat manusia dengan menjelaskan hubungan antara mantra dengan objeknya. Demikianlah mantra merupakan bahasa ciptaan yang pertama. Mantra-mantra digambarkan dalam bentuk yang sangat halus dari sesuatu, bersifat abadi, berbentuk formula yang tidak dapat dihancurkan yang merupakan asal dari semua bentuk yang tidak abadi. Bahasa yang pertama diajarkan oleh Manu adalah bahasa awal dari segalanya, bersifat abadi, penuh makna. Bahasa Sansekerta diyakini sebagai bahasa yang langsung barasal dari bahasa yang pertama, sedang bahasa-bahasa lainnya dianggap perkembangan dari bahasa Sansekerta (Majumdar, 1916, p.603). Sebagai asal dari bahasa yang benar, merupakan ucapan suci yang digunakan dalam pemujaan disebut mantra. Kata mantra berarti “bentuk pikiran”. Seseorang yang mampu memahami makna yang terkandung di dalam mantra dapat merealisasikan apa yang digambarkan di dalam mantra itu (Danielou, 1964, 334).

    Bentuk abstrak yang dimanifestasikan itu berasal dan diidentikkan dengan para deva (devata). Mantra merupakan sifat alami dari deva-deva dan tidak dapat dipisahkan (keduanya) itu. Kekuasaan para Deva merupakan satu kesatuan dengan nama-Nya. Aksara suci dan mantra, yang menjadi kendaraan gaib para deva dapat menghubungkan penyembah dengan devata yang dipuja. Dengan mantra yang memadai mahluk-mahluk halus dapat dimohon kehadirannya. Mantra, oleh karenanya merupakan kunci yang penting dalam aktivitas ritual dari semua agama dan juga digunakan dalam aktivitas bentuk-bentuk kekuatan

    gaib. Pustaka Yamala Tantra menjelaskan sebagai berikut; “sesungguhnya, tubuh devata muncul dari mantra atau bijamantra”. Masing-masing devata digambarkan dengan sebuah mantra yang jelas, dan melalui bunyi-bunyi yang misterius. Arca dapat disucikan dengan mantra dan arca tersebut menjadi ‘hidup’. Demikianlah kekuatan sebuah mantra yang menghadirkan devata dan masuk ke dalam arca, sebagai jembatan penghubung dunia yang berbeda, dimana, mantra-mantra sebagai instrumen, sehingga dapat dicapai sesuatu di luar kemampuan logika manusia.  “Sebuah mantra; dinamakan demikian karena membimbing pikiran (manana) dan hal itu merupakan pengetahuan tentang alam semesta dan perlindungan

    (trana) dari perpindahan jiwa, dapat dicapai” (Pingala Tantra) “Disebut sebagai sebuah mantra karena pikiran terlindungi” (Mantra Maharnava, dikutip oleh Devaraja Vidya Vacaspati)  Persepsi yang pertama tentang sebuah mantra selalu ditandai sebagai hubungan

    langsung antara umat manusia dengan deva. Mantra, diperoleh pertama kali oleh seorang rsi. “karenanya seorang rsi adalah yang pertama merapalkan mantra” (Sarvanukramani). Selanjutnya, mantra ditegaskan dengan karakter matrik (irama) dihubungkan dengan karakter garis-garis lurus berkaitan denga yantra; kenyataannya ini merujuk kepada sesuatu yang dimiliki oleh mantra. Mantra menggambarkan devata tertentu yang dipuja dan dipuji; “mantra itu membicarakan devata” (Sarvanukramani). Selanjutnya pula, seseorang melakukan tindakan dan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan mantra itu. Unsur-unsur bunyi digunakan dalam semua bahasa untuk membentuk “ucapan suku kata” atau varna-varna yang dibatasi oleh kemampuan alat-alat wicara manusia kecerdasan membedakannya melalui pendengaran. Unsur-unsur ini adalah umum dalam setiap bahasa, walaupun umumnya bahasa-bahasa itu adalah sebuah bagian dari padanya. Unsur-unsur bunyi dari bahasa sifatnya sungguh-sungguh permanen, bebas dari evolusi atau perkembangan bahasa, dan dapat diucapkan sebagai sesuatu yang tidak terbatas dan abadi. Kitabkitab Tantra melengkapi hal itu sebagai eksistensi yang bebas dan digambarkan sebagai yang hidup, kekuatan kesadaran bunyi, disamakan dengan deva-deva. Kekuatan dasar dari bunyi (mantra) berhubugan dengan semua lingkungan dari manifestasinya. Setiap bentuk dijangkau oleh pikiran dan indria yang seimbang dengan pola-pola bunyi, sebagai sebuah nama yang alami. Dasar mantra satu suku kata disebuat sebagai bijamantra atau vijamantra (benih atau bentuk dasar dari pikiran) Danielou, 1964: 335. Mantra disusun dengan menggunakan aksara-aksara tertentu, diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu bentuk bunyi, sedang huruf-huruf itu sebagai perlambang-perlambang dari bunyi tersebut. Untuk menghasilkan pengaruh yang dikehendaki, mantra harus disuarakan dengan cara yang tepat, sesuai dengan “svara” atau ritme, dan varna atau bunyi. Mantra mempunyai getaran atau suara tersendiri, karena itu apabila diterjemahkan ke alam bahasa lain, mantra itu tidak memiliki warna yang sama, sehingga terjemahannya itu hanya sekedar kalimat (Avalon, 1997: 85). Mantra itu mungkin jelas dan mungkin pula tidak jelas artinya. Vijra (vijaksara) mantra seperti misalnya Aim, Klim, Hrim, tidak mempunyai arti dalam bahasa sehari-hari. Tetapi mereka yang sudah menerima inisiasi mantra mengetahui bahwa artinya itu terkandung dalam perwujudnnya itu sendiri (svarupa) yang adalah perwujudan devata yang sedemikian itulah mantra-Nya, dan bahwa vija mantra itu adalah dhvani yang menjadikan semua aksara memiliki bunyi dan selalu hadir di dalam apa yang diucapkan dan yang didengar, karena itu setiap mantra merupakan perwujudan (rupa) dari Brahman. Dari manana atau berpikir didapatkan pengertian terhadap kesejatian yang bersifat Esa, bahwa substansi Brahman dan Brahmanda itu satu dari man yang sama, dan mantra datang dari suku pertama manana, sedangkan tra berawal dari trana, atau pembebasan dari ikatan samsara atau dunia fenomena ini. Dari kombinasi man dan tra itulah disebut mantra yang dapat memanggil datang (matrana) catur varga atau empat tujuan dari mahluk-mahluk luhur. Mantra adalah daya kekuatan yang mendorong, ucapan berkekuatan (yang buah dari padanya disebut mantra-siddhi) dan karena itu sangat efektif untuk menghasilkan catur varga, persepsi kesejatian tunggal, dan mukti. Karena itu dikatakan bahwa siddhi merupakan hasil yang pasti dari Japa. Dengan mantra devata itu dicapai (Sadhya). Dengan siddhi yang terkandung di dalam mantra itu terbukalah visi tri bhuvana. Tujuan dari suatu puja (pemujaan), patha (pembacaan), stava (himne), homa (pengorbanan), dhyana (kontemplasi) dan dharana (konsentrasi) serta Samadhi adalah sama. Namun yang terakhir yaitu diksa mantra, sadhana sakti bekerja bersama-sama dengan mantra. Sakti yang memiliki daya revelasi dan api dengan demikian lalu memiliki kekuatan yang luar biasa. Mantra khusus yang diterima ketika diinisiasi (diksa) adalah vija mantra, yang ditabur di dalam tanah nurani seorang sadhaka. Terkait dengan ajaran tantra seperti sandhya, nyasa, puja dan sebagainya merupakan pohon

    dari cabang-cabang, daun-daunnya ialah stuti, vandana bunganya, sedangkan kavaca terdiri atas mantra adalah buahnya (Avalon, 1997: 86). Nitya Tantra menyebutkan berbagai nama terhadap mantra menurut jumlah suku katanya. Mantra yang terdiri dari satu suku kata disebut Pinda, tiga suku kata disebut Kartari. Mantra yang terdiri dari empat sampai sembilan suku kata disebut Vija mantra. Sepuluh sampai dua puluh disebut mantra, dan mantra yang terdiri lebih dari 20 suku kata disebut Mala. Tetapi biasanya istilah Vija diberikan kepada mantra yang bersuku kata tunggal. Mantra-mantra Tantrika disebut Vija mantra, disebut demikian karena mantra-mantra itu merupakan inti dari sidhhi, dan mantra-mantra Tantrika itu adalah saripatinya mantra. Mantra-mantra Tantrika pada umumnya pendek, tidak dapat dikupas lagi secara etimologi, seperti misalnya Hrim, Srm, Krim, Hum, Am, Phat dan sebagainya. Setiap devata memiliki vija. Mantra primer satu devata disebut mula mantra. Kata mula berarti jasad sangat halus dari devata yang disebut Kamakala. Mengucapkan mantra dengan tidak mengetahui artinya atau mengucapkan tanpa metode tidak lebih dari sekedar gerakan-gerakan bibir. Matra itu tidur. Beberapa proses harus dilakukan sebelum mantra itu diucapkan secara benar, dan proses-proses itu kembali menggunakan mantra-mantra, seperti usaha penyucian mulut ‘mukhasodhana’, penyucian lidah ‘jihvasodhana’, dan penyucian terhadap mantra-mantra itu sendiri ‘asaucabhanga’, kulluka,

    nirvana, setu, nidrabhanga ‘menbangunkan mantra’, mantra chaitanya atau memberi daya hidup kepada mantra dan mantrarthabhavana, yaitu membentuk bayangan mental terhadap devata yang menyatu di dalam mantra itu. Terdapat 10 samskara terhadap mantra itu. Mantra tentang devata adalah devata itu sendiri. Getaran-getaran ritmis dari bunyi yang dikandung oleh mantra itu bukan sekedar bertujuan mengatur getaran yang tidak teratur dari kosa-kosa seorang pemuja, tetapi lebih jauh lagi dari irama mantra itu muncul perwujudan devata, demikianlah kesejatiannya. Mantra sisshi ialah kemampuan untuk mebuat mantra itu menjadi efektif dan mengasilkan buah, dalam hal itu mantra itu disebut siddha (Avalon. 1997: 87). Berikut ini adalah beberapa mantra yang dikutip dari buku Doa sehari-hari menurut Hindu, dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh umat sedharma, sebagai berikut:

    Doa, bangun pagi:

    Om jagrasca prabhata kalasca ya namah swaha.

    Terjemahan:

    Oh Hyang Widhi, hamba memuja-Mu, bahwa hamba telah bangun pagi dalam

    keadaan selamat.

    Doa, membersihkan diri (mandi) :

    Om gangga amrtha sarira sudhamam swaha, Om sarira parisudhamam

    swaha.

    Terjemahan:

    Ya Tuhan, Engkau adalah sumber kehidupan abadi nan suci, semoga badan

    hamba menjadi bersih dan suci.

    Doa, di waktu akan menikmati makanan:

    Om Ang Kang kasolkaya ica na ya namah swaha, swasti swasti sarwa Deva

    bhuta pradhana purusa sang yoga ya namah.

    Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti 199

    Terjemahan:

    Oh Hyang Widhi yang bergelar Icana (bergerak cepat) para Deva bhutam,

    dan unsur Pradhana Purusa, para Yogi, semoga senang berkumpul menikmati

    makanan ini.

    Doa, memohon bimbingan:

    Om asato ma sadyamaya tamaso ma jyoti gamaya mrtyor ma amrtam

    gamaya, Om agne brahma grbhniswa dharrunama syanta riksam drdvamha,

    brahmawanitwa ksatrawani sajata, wahyu dadhami bhratrwyasya wadhyaya.

    Terjemahan:

    Tuhan yang maha suci, bimbinglah hamba dari yang tidak benar menuju yang benar, bimbinglah hamba dari kegelapan menuju cahaya pengetahuan yang terang, lepaskanlah hamba dari kematian menuju kehidupan yang abadi, Tuhan yang Maha Suci, terimalah pujian yang hamba persembahkan melalui Veda mantra dan kembangkanlah dan kembangkanlah pengetahuan rohani hamba agar hamba dapat menghancurkan musuh yang ada pada diri hamba (nafsu). Hamba menyadari bahwa engkaulah yang berada dalam setiap insani (Jiwatman), menolong orang terpelajar, pemimpin negara dan para pejabat. Hamba menuju Engkau semoga melimpahkan anugerah kekuatan kepada hamba (Ngurah, IGM. dan Wardhana, IB. Rai. 2003 : 7 – 17).

    Demikian dapat diuraikan beberapa bentuk-bentuk Yantra, Tantra dan Mantra yang dipergunakan dalam praktik kehidupan berdasarkan ajaran Agama Hindu dalam tulisan ini. Menjadi kewajiban umat sedharma untuk mempraktikannya, sehingga apa yang menjadi tujuan bersama dapat diwujudkan dengan baik (damai).

    Cara Mempraktikkan

    Ajaran Tantra, Yantra, dan Mantra.

    Perenungan.

    “Brahmaóà bhùmir vihità

    brahma dyaur uttarà hità,

    brahma-idam urdhvaý tiryak ca

    antarikûaý vyaco hitam.

    Terjemahan:

    ‘Brahma menciptakan bumi ini, brahma menempatkan langit ini diatasnya, brahma menempatkan wilayah tengah yang luas ini di atas dan di jarak lintas’ (Atharvaveda X. 2.25).

    D. Tantra

    Tantra atau yang sering disebut tantrisme adalah ajaran dalam Agama Hindu yang mengandung unsur mistik dan kekuatan gaib. “Tantra adalah bagian dari Saktisme, yaitu pemujaan kepada Ibu Semesta. Dalam proses pemujaannya, para pemuja Sakta tersebut menggunakan mantra, yantra, dan tantra, yoga, dan puja serta melibatkan kekuatan alam semesta dan membangkitkan kekuatan kundalini. Bagaimana praktik ajaran tantra, berikut ini dapat dipaparkan, antara lain;

    1. Memuja shakti

    Tantra disebut Saktiisme, karena yang dijadikan obyek persembahannya adalah shakti. Shakti dilukiskan sebagai Devi, sumber kekuatan atau tenaga. Shakti adalah simbol dari bala atau kekuatan ‘Shakti is the symbol of bala or strength’ Pada sisi lain shakti juga disamakan dengan energi atau kala ‘This sakti or energi is also regarded as “Kala” or time’ (Das Gupta, 1955 : 100). Tantra merupakan ajaran filosofis yang pada umumnya mengajarkan pemujaan kepada shakti sebagai obyek utama pemujaan, dan memandang alam semesta sebagai permainan atau kegiatan rohani dari Shakti dan Siwa. Tantra juga mengacu kepada kitab-kitab yang pada umumnya berhubungan dengan pemujaan kepada Shakti (Ibu Semesta, misalnya Devi Durga, Devi Kali, Parwati, Laksmi, dan sebagainya), sebagai aspek Tuhan Yang Tertinggi dan sangat erat kaitannya dengan praktek spiritual dan bentuk-bentuk ritual pemujaan, yang bertujuan membebaskan seseorang dari kebodohan, dan mencapai pembebasan. Dengan demikian Tantrisme lebih sering didefinisikan sebagai suatu paham kepercayaan yang memusatkan pemujaan pada bentuk Shakti yang berisi tentang tata cara upacara keagamaan, filsafat, dan cabang ilmu pengetahuan lainnya, yang ditemukan dalam percakapan antara Deva Siwa dan Devi Parwati, maupun antara Buddha dan Devi Tara.

    2. Meyakini pengalaman mistis

    Tantra bukan merupakan sebuah sistem filsafat yang bersifat padu (koheren), tetapi tantra merupakan akumulasi dari berbagai praktek dan gagasan yang memiliki ciri utama penggunaan ritual, yang ditandai dengan pemanfaatan sesuatu yang bersifat duniawi (mundane). Untuk menggapai dan mencapai sesuatu yang rohani (supra-mundane), serta penyamaan atau pengidentikan antara unsur mikrokosmos dengan unsur makrokosmos perlu diupayakan. Praktisi tantra memanfaatkan prana (energi semesta) yang mengalir di seluruh alam semesta (termasuk dalam badan manusia) untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan itu bisa berupa tujuan material, bisa pula tujuan spiritual, atau gabungan keduanya. Para penganut tantra meyakini bahwa pengalaman mistis adalah merupakan suatu keharusan yang menjamin keberhasilan seseorang dalam menekuni tantra. Beberapa jenis tantra membutuhkan kehadiran seorang guru yang mahir untuk membimbing kemajuan siswa tantra.

    3. Simbol-simbol erotis

    Dalam perkembangannya dimana tantra sering menggunakan simbolsimbol material termasuk simbol-simbol erotis. Tantra sering kali diidentikkan dengan ajaran kiri yang mengajarkan pemenuhan nafsu seksual, pembunuhan dan kepuasan makan daging. Padahal beberapa perguruan tantra yang saat ini mempopulerkan diri sebagai tantra putih menjadikan pantangan mabuk-mabukan, makan daging dan hubungan seksual sebagai sadhana dasar dalam meniti jalan tantra. Beberapa orang Indolog beranggapan bahwa ada hubungan antara Konsep-Devi (Mother-Goddes) yang bukti-buktinya terdapat dalam suatu zeal di Lembah Sindhu (sekarang ada di Pakistan), dengan Konsep Mahanirwana Tantra. Konsep ini berpangkal pada percakapan Devi Parwati dengan Deva Siva yang menguraikan turunnya Devi Durga ke Bumi pada zaman Kali untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran moral dan perilaku.

    4. Penyelamat dunia dari kehancuran

    Dalam beberapa sumber Devi Durga juga disebut “Candi”. Dari sinilah pada mulanya muncul istilah “candi” (candikaghra) untuk menamai bangunan suci sebagai tempat memuja Deva dan arwah yang telah suci. Peran Devi Durga dalam menyelamatkan dunia dari kehancuran moral dan perilaku disebut kalimosada. Kalimosada (Kali-maha-usada), yang artinya Devi Durga adalah obat yang paling mujarab dalam zaman kekacauan moral, pikiran dan perilaku; sedangkan misi Beliau turun ke bumi disebut Kalika-Dharma. Seiring pendistorsian ajaran Hindu di Indonesia. Apakah kalimosada ‘Kalimat Syahadat’?

    5. Mewarnai kebudayaan dan keagamaan

    Prinsip-prinsip Tantra terdapat dalam buku bernama Nigama, sedangkan praktek-prakteknya dalam buku Agama. Sebagian buku-buku kono itu telah hilang dan sebagian lagi tak dapat dimengerti karena tertulis dalam tulisan rahasia untuk menjaga kerahasiaan Tantra terhadap mereka yang tak memperoleh inisiasi. Ada beberapa jenis kitab yang memuat ajaran Tantrayana, yaitu antara lain : Maha Nirwana Tantra, Kularnawa Tantra, Tantra Bidhana, Yoginirdaya Tantra, Tantra sara, dsb. Dalam perkembangannya, praktik tantra ini juga selalu mewarnai kebudayaan dan keagamaan yang berkembang di nusantara. Hal ini dapat dilihat dari berbagai jenis peninggalan prasasti, candi dan arcaarca bercorak tantrik. Karakteristik tantrisme di India secara alami ajaran-ajarannya yang berpedoman pada Veda, mengalir ke Indonesia. Konsekuensinya, bahwa ajaran-ajaran Tantra yang bersumber pada Veda, di Indonesia berkembang sebagaimana yang diharapkan oleh para pengikutnya.

    D. Yantra

    Yantra adalah sarana dan tempat memusatkan pikiran. Adapun unsur-unsur sebuah yantra adalah: Titik (bindu), garis lurus, segi tiga, lingkaran, heksagon (persegi enam), bujur sangkar, bintang (pentagon), garis melintang, svastika, bintang segi enam (star heksagon), dan padma yang untuk lebih jelasnya dapat diterangkan sebagai berikut:

    1. Bindu (titik)

    Titik adalah yang meresapi semua konsep ruang, setiap gerakan, setiap bentuk, dapat dipahami sebagai terbuat dari titik-titik. Ruang alam, ether, merupakan tempat, yaitu kemungkinan penegasan tempat-tempat tertentu atau titik-titik. Yang meresapi segala, yang terbentang merupakan titik secara matematik merupakan ekspresi dari sifat ether. Titik dapat juga menggambarkan keterbatasan perbedaan yang satu eksistensi atau asal manifestasi yang satu dengan yang lainnya. Ketika sesuatu eksistensi dalam tingkat tidak termanifestasi menjadi bermanifestasi, maka manifestasi mulai di berbagai tempat, dalam beberapa titik di ruang angkasa, dalam beberapa titik waktu. Dan hal itu mesti terjadi secara spontan yang pada mulanya sesuatu tidak muncul dan selanjutnya menampakkan diri dalam suatu lokasi. Spontanitas pertama ketika sesuatu belum menampakkan diri dan kemudian muncul dengan cukup digambarkan melalui titik, yang bisa dijelaskan sebagai “suatu manifestasi yang terbatas”.

    2. Garis lurus

    Ketika sebuah titik bergerak secara bebas dalam aktrasinya yang abadi, gerakannya itu berbentuk garis lurus. Garis lurus dipakai untuk menggambarkan gerakan yang tiada merintangi, demikianlah prinsip dari semua perkembangan.

    3. Segi Tiga

    Perkembangan dipadukan untuk bangkit atau sebuah gerakan ke arah atas dapat digambarkan dengan sebuah anak panah atau lidah api. Segi tiga dengan pucaknya ke atas melambangkan api, diidentifikasikan dengan prinsip laki-laki, lingga atau phallus, simbol Siva, leluhur atau manusia kosmos (purusa). Segala gerakan ke atas adalah sifat dari unsur api, aktivitas mental dalam bentuknya yang halus. Simbol bilangannya adalah nomor 3. Segi tiga dengan puncaknya ke bawah menggambarkan kekuatan kelembaman yang di tarik ke bawah, dan tendesi aktivitas menekan. Hal ini disosiasikan dengan unsur air, yang tendensinya selalu ke bawah, merata pada levelkanya. Hal ini merupakan aspek pasif dari ciptaan dan bila dilambangkan dengan ‘yoni’ atau prinsip wanita, yang merupakan lambang dari Energi (sakti) atau sifat Kosmik (prakrti). Simbol lainnya diasiosasikan dengan unsur air adalah lengkung dari sebuah lingkaran, bulan sabit dan gelombang. Angka bilangan yang menjadi simbolnya adalah angka 2.

    4. Lingkaran

    Gerak dari lingkaran muncul melalui revolusi planet-planet. Hal ini merupakan simbol dari semuanya kembali lagi, semua siklus, semua irama, yang membuat kemungkinan adanya eksistensi. Gerakan melingkar adalah kecenderungan sifat rajas (berputar) yang merupakan sifat dari manifestasi yang dapat dimengerti. Pusat lingkaran, bagaimanapun, dapat melambangkan ciptaan yang dapat ditarik ke dalam, energi yang bergelung, yang ketika dibangkitkan, mengantarkan semua mahluk dapat menyeberangi ruang dan bentuk manifestasi dan mencapai tingkat kebebasan.

    5. Persegi Enam (Hexagon)

    Lingkaran kadang-kadang dijadikan sebuah unsur dari sebuah udara, meskipun secara konvensional simbol untuk udara adalah persegi enam (hexagon). Gerakan merupakan sifat dari udara, namun gerakannya tidak teratur (kacau), gerakannya yang banyak di gambarkan melalui perkalian dari angka primer 2 dan 3, yang merupakan bilangan alami yang tidak bernyawa.

    6. Bujur sangkar

    “Gerakan perpanjangan yang dihubungkan dengan banyak sisi. Di antara figur banyak sisi satu dengan unsur yang sangat sedikit (bagian dari segi tiga) adalah bujur sangkar. Bujur sangkar dijadikan lambang bumi. Bujur sangkar ini melambangkan unsur bunyi” (Devaraja Vidya Vacaspati, “Mantra-Yantra-Tantra, seperti dikutip Danielou, 1964: 353). Angka bilangan yang merupakan simbol bumi adalah 4.

    7. Bintang (Pentagon)

    Segala kehidupan yang tidak bernyawa dipercaya diatur dengan angka bilangan 3 dan dikalikan 2 dan 3. Kehidupan, sensasi, permunculan hanyalah ketika nomor 5 menjadi sebuah komponen di dalam struktur segala sesuatu. Nomor 5 diasosiasikan dengan Siva, Leluhur umat segalanya, sumber kehidupan. Bintang diasosiasikan dengan cinta dan nafsu seperti halnya kekuatan untuk memisahkan. Hal ini merupakan unsur yang sangat penting dari yantra-yantra yang bersifat magis.

    8. Tanda Tambah

    Ketika titik berkembang dalam ruang mengarah ke 4 jurusan, terjadilah tanda tambah. Tanda ini merupakan simbol dari perkembangan titik di dalam ruang seperti halnya juga pengkerutan (reduksi) ruang menjadi satu (ke titik tengah). Hal ini menunjukkan bahwa satu kekuatan bias berkembang berlipat ganda. Di Bali tanda tambah ini disebut “tapak dara”, tanda bekas diinjak burung merpati, digunakan untuk mengembalikan keseimbangan kekuatan gaib.

    9. Svastika

    Pengetahuan yang Transcendent dikatakan “berliku-liku” karena pengetahuannya tidak langsung dapat dipahami, di luar lingkup logika umat manusia. Tanda tambah yang sederhana tidak hanya menggambarkan reduksi ruang menuju satu kesatuan, tetapi juga lapangan manifestasi yang dari titik pusat, bindu, simbol ether, mengembang ke 4 arah mata angin dan 4 unsur yang nampak. Hal ini, tidak benar dilihat dari pandangan ke-Devataan yang luhur, yang tidak dapat diambil sedemikian rupa dalam satu kesatuan. Hal ini diperlihatkan dengan cabang berliku dari kemurahan svastika, yang bagaimanapun dihubungkan dengan titik pusat material, saat ini titik tidak dapat ditentukan luas ruang angkasa.

    10. Bintang Segi Enam (Hexagon)

    Bintang segi enam (hexagon) atau kenyataannya dalam bentuk dodecagon adalah salah satu unsur yantra yang sangat umum. Dibuat dari dua segi tiga yang saling tembus (penetrasi). Kita dapat melihat segi tiga yang puncaknya menghadap ke atas menggambarkan Manusia Kosmos (purusa) dan segi tiga yang ujungnya ke bawah merupakan Sifat Kosmos (prakrti). Ketika bersatu dan dalam keadaan seimbang, keduanya berbentuk bintang “segi enam” (hexagon), merupakan basis dari roda (cakra) simbol tedensi ketiga atau tedensi rajas dari padanya alam semesta menampakkan diri. Lingkaran yang mengelilingi bintang segi enam menggambarkan lapangan bersatunya kedua segi tiga itu, dan hal itu merupakan ruang dari waktu. Ketika kedua segi tiga itu dipisahkan, alam semesta hancur, waktu melenyapkan segala yang ada. Hal ini ditunjukan dengan bertemunya dua ujung segi tiga atas dan segi tiga bawah pada satu titik (bentuk hourglass), kendang (damaru) Sang Hyang Siva.

    11. Bunga Padma

    Segala simbol-simbol bilangan menggambarkan kesatuan tertentu yang ditunjukkan di dalam yantra sebagai bunga yang bentuknya bundar yang disebut bunga padma. Ada beberapa jenis Yantra yang utama, yang dapat kita kenal dalam praktiknya dimasyarakat, antara lain sebagai berikut:

    a)      Yantra-raja (raja Yantra)

    Raja dari yantra digambarkan di dalam Mahanirvana Tantra. “Gambar segi tiga dengan di tengah-tengahnya ditulis bija mantra Hrim (wujud ilusi). Di luarnya digambarkan dua lingkaran, yang pertama mengelilingi segi tiga, dan yang ke dua melingkari lingkatan yang pertama. Antara lingkaran yang pertama dengan yang kedua dibagi enam belas dengan

    tanda kawat pijar, dan delapan daun bunga padma (masing-masing) selembar diantara gambar dua kawat pijar tersebut. Di luar lingkaran yang paling luar adalah kota yang sifatnya Kebumian, yang akan langsung membuat garis lurus dengan empat pintu masuk dan penampilannya akan menyenangkan. Di dalam acara yang menyenangkan para devata, penyembah akan menggambar yantra, apakah terbuat dari jarum emas atau duri kayu bell (bila) atau dengan potongan emas, atau perak, atau tembaga yang telah diurapi dengan svayambhu, kunda atau bunga gola, atau tepung cendana, harumnya daun gaharu, kumkuma atau tepung cendana merah yang dibuat seperti paste (Mahanirvana Tantra 5.172-76). Tujuan dari yantra ini untuk menciptakan hubungan dengan dunia supranatural. Dengan bantuan-Nya, penyembah mendapatkan semua pahala kedunawian dan kekuatan supranatural. Di dalamnya adalah yantra dengan karakter Hrim, sebagai lambang dari Devi keberuntungan

    Laksmi. Di luarnya terdapat segi tiga yang berapi-api yang menuju gerakan ke atas dari energi yang bergelung (Kundalini). Enam belas kawat pijar menggambarkan pencapaian kesempurnaan (16 adalah angka yang sempurna), delapan kelopak bunga teratai menggambarkan yang meresapi segala menuju ke atas, yang tidak lain adalah Visnu.

    Lingkaran luar adalah penciptaan, bundaran yang bergerak dari padanya segala sesuatu lahir. Kekuatan mengatasi dunia yang Nampak diperlihatkan dengan persegi empat bujur sangkar, simbol bumi. Di empat sisi adalah 4 pintu yang mengantarkan seseorang dari alam duniawi ke alam atas (spiritual). Ke utara (yakni sebelah kiri) adalah pintu menuju Deva-Deva (devayana). Keselatan (yakni sebelah kanan) menuju kealam leluhur (pitrayana), ke Timur (sisi atas) jalan menuju ke Surya (kepanditaan), dan ke Barat (sisi bawah) adalah jalan keagungan, jalan menuju penguasa air (Varuna). Empat pintu tersebut mengantar ke empat penjuru angin, membentuk tanda tambah, simbol keuniversalan. Tanda tambah berkembang menjadi dua buah svastika yang menunjukan bahwa ada dua jalan utama, yaitu kiri dan kanan.

    b)      Yantra-Sarvatobhadra (Yantra penjaga seluruh penjuru)

    Yantra ini dijelaskan di dalam kitab Gautamiya Tantra (30.102-108). Yantra ini dikatakan saran untuk dapat memenuhi semua keinginan, sekarang dan yang akan datang, di dunia nyata dan di dunia yang gaib. “Namanya, berarti bujur sangkar yang rata”, dan juga berarti kendaraan Deva Visnu. Menunjukkan keadaan yang seimbang antara aktivitas dan istirahat, keterikatan dan penyangkalan. Ia yang dari segala sisi seimbang dengan dirinya, di dalam atau di luar, kesuburan dan buah yang dihasilkan. Ia yang dengan teguh duduk dalam kereta hidupnya, dijaga dari segala sisi, sempurna dari seluruh sisi, bebas dari bencana (Danielou 1964:356). Yantra ini terdiri dari 8 bujur sangkar setiap sisinya, oleh karenanya adalah Visnu Yantra, berhubungan dengan sikap sattvam, jalan kanan.

    c)      Yantra-Smarahara (pengusir keinginan)

    Uraian tentang Yantra ini dijelakan dalam kitab Syamastava Tantra, sloka 18, dibentuk dari 5 buah segi tiga, merupakan Siva yantra, angka 5 berhubungan dengan sebagai bapak dan dasar pemusnah. Segi tiga yang melambangkan lingga yang tajam, phallus api. “Melalui kekuatan yantra ini, seseorang dapat menundukkan nafsu (Kama). Seorang sadhaka yang menggapai pelajaran ini senantiasa dijaga dengan baik, tidak ada musuh yang mendekatinya, musuh yang menggunakan senjata nafsu (seksual), kemarahan, ketamakan, khayalan, penderitaan dan kekuatan. (hal ini merupakan instrument untuk menyelesaikan kekuatan magis) dan para penyembah dapat pergi kemana saja dengan menyenangkan dan juga ke dunia yang lain tanpa menemukan halangan. Sesungguhnya yantra ini menolong seseorang untuk memadamkan kekuatan nafsu (seksual) dan khayalan hidup” (Danielou, loc.cit). Mengusir keinginan digunakan untuk menghancurkan musuh abadi seperti juga halnya seseorang menaklukkan dirinya sendiri. Digunakan juga sebagai alat ilmu hitam dijelaskan di dalam kitab Yantracintamani (7.5).

    d)     Yantra-Smarahara (bentuk yang ke-2)

    Yantra ini adalah yantra smarahara dalam bentuknya yang lain (bentuk ke 2), dijelaskan di kitab Kali Tantra. “Ini juga yantra 5 segi tiga, tetapi berada di dalam yang satu dan yang lain. Dua segi tiga adalah lambing wanita (satu ujungnya menghadap ke atas) berair, tiga buah segi tiga lainnya adalah lambang laki-laki (satu ujungnya menhadap ke bawah) berapi. Setiap tindakan manifestasi-Nya adalah sebagai pengganti api dan upacara persembahan, melalap dan dilalap, laki-laki dan wanita. Yantra ini adalah benar-benar lampiran kulit berturut-turut yang menutupi roh individu yang menjadikan mahluk hidup. Lingkaran dalam adalah energi yang bergelung (kundalini) yang bila dibangunkan, akan naik melintasi 5 angkasa manifestasi ke dalam maupun ke luar. Lingkaran luar menunjukkan kekuatan kreatif dari api yang membangkitkan untuk bermanifestasi di tengah-tengah air di samudra purba. Delapan kelopak daun bunga teratai adalah prinsip pemeliharaan alam semesta, Juga adalah Visnu yang secara stabil memanifest di bumi. Di luar itu bujur sangkar, bumi, dengan 4 buah pintu dan dua buah svastika.

    e)      Yantra-Mukti (Yantra untuk mencapai kebebasan)

    Yantra ini dijelaskan dalam kitab Kumarikalpatantra. Dibuat dari bujur sangkar, dan sebuah segi tiga yang tajam, sebuah segi tiga yang berair, sebuah segi enam dan sebuah lingkaran, di dalamnya terdapat satu yang lain. seluruhnya dikelilingi persegi delapan dan sebuah bujur sangkar dengan 4 pintu. Di tengah-tengah adalah Bija Maya (Hrim menunjukkan prinsip yang lain yang mana setiap makhluk hidup dapat menguasainya untuk mencapai tujuannya yakni mencapai kebebasan.

    f)       Yantra Sri Cakra (Yantra untuk memperoleh keberuntungan)

    Sri Cakra atau Roda Keberuntungan, yang melambangkan Devi Ibu Alam Semesta, salah satu yantra yang utama digunakan untuk menghadirkan para devata.

    g)      Yantra Ganapati (Yantra untuk memperoleh perlidungan)

    Ganapati yantra merupakan titk-titik untuk identitas dari makro dan mikro kosmos.

    h)      Yantra Visnu (Yantra untuk memperoleh kemakmuran)

    Visnu yantra diekspresikan dengan meresapi segalanya dan sifat sattva, sifat menuju kearah atas. Berdasarkan jenisnya yantra tersebut memiliki fungsi masing-masing. Adapun fungsi dari masing-masing yantra tersebut, antara lain:

    1.      Yantra-raja berfungsi sebagai yantra yang tertinggi, memenuhi segala permohonan.

    2.      Yantra Sarvatobhadra berfungsi untuk mengamankan lingkungan atau tempat tinggal.

    3.      Yantra Smarahara berfungsi untuk melenyapkan keinginan, terutama ketika melakukan meditasi.

    4.      Yantra Mukti berfungsi sebagai penuntun bagi seseorang untuk mencapai moksa (kelepasan).

    5.      Yantra Sri Cakra berfungsi utuk memperoleh keberuntungan.

    6.      Yantra Ganapati berfungsi untuk memperoleh perlindungan dan keselamatan.

    7.      Yantra Visnu berfungsi untuk memperoleh kemakmuran.

    Langkah-langkah pendahuluan ditetapkan sebelum melakukan pemujaan melalui yantra, atau pratima. Pertama, pemuja harus memusatkan pikiran kepada devata, lalu di-nyasa-kan di dalam diri sendiri. Selanjutnya devata itu di-nyasa-kan ke dalam yantra. Ketika devata sudah bersthana di dalam yantra, prana devata itu telah merasuk ke dalamnya dengan prana pratistha, mantra dan mudra. Devata saat itu telah bersthana di dalam yantra, yang menjadikan yantra itu tidak lagi sekedar benda mati, tetapi setelah upacara ritual, diyakini

    oleh sadhaka dan buat pertama kaliya Ia disambut dan dipuja. Mantra itu sendiri adalah devata dan yantra adalah jasad dari devata yang adalah (tidak lain) mantra (Avalon, 1997: 95).

    v   Mantra

    Tidak terhitung jumlahnya mantra. Semua sabda Tuhan Yang Maha Esa di dalam kitab suci Veda adalah mantra. Walaupun demikin banyak jumlahnya, mantra-mantra itu dapat dibedakan menjadi 4 jenis sesuai dengan dampak atau pahala dari pengucapan mantra, antara lain ;

    1. Siddha, yang pasti (berhasil).

    2. Sadhya, (yang penuh pertolongan).

    3. Susiddha, (yang dapat menyelesaikan).

    4. Ari, musuh (Visvasara).

    Siddhamantra memberikan pahala langsung tidak tertutupi dengan waktu tertentu. Sadhyamantra berpahala bila digunakan dengan sarana tasbih dan persembahan (ritual). Susidhamantra, mantra tersebut pahalanya segera diperoleh, dan Arimantra, menghancurkan siapa saja yang mengucapkan mantra tersebut (Mantra Mahodadhi, 24, 23). Mantra-mantra tersebut akan berhasil (siddhi) sangat tergantung pada kualitas (kesucian) dari pemuja, dalam hal ini orang yang megucapkan mantra tersebut (Danielou, 1964: 338-349). Membaca mantra bermanfaat dalam proses pembinaan spiritual, dan sekaligus menerima berkah dari para mahluk suci. Seperti halnya pembinaan spiritual lainnya, membaca mantra mempunyai berbagai macam tingkatan tergantung dari tingkat kehidupan spiritual masing-masing para pembacanya. Berikut dapat diuraikan “tata cara singkat membaca Mantra Suci” sebagai berikut; Kedua tangan harus dibersihkan dengan air bersih; Mulut harus dikumur bersih dengan air bersih; sebaiknya meminum segelas air putih bersih; Jika memungkinkan ambil posisi lotus (meditasi); Ambil nafas dalam-dalam hingga keperut, lalu hembuskan perlahan-lahan hingga habis. Ulangi 3x; Katupkan kedua ibujari dengan posisi menempel dekat dengan hulu hati, atau bila mempergunakan ‘mala’ letakan mala ditangan kiri, pegang dengan 4 jari (kecuali ibu jari); Bayangkan kehadiran mahluk suci dihadapan kita memancarkan sinar hingga menyinari seluruh tubuh kita; Ibu jari lalu menarik satu butir mala kedalam sambil mengucapkan mantra dalam hati, dan seterusnya hingga beberapa putaran mala. Lakukanlah…! Dalam membaca mantra suci yang perlu diketahui dan diperhatikan adalah:

    1.      Bagi para pemula, jangan membaca mantra terlalu cepat. Jaga irama tempo yang seirama, sehingga dapat dihayati maknanya satu persatu.

    2.      Usahakan jangan berhenti di tengah putaran mala, selesaikan dahulu

    3.      putaran mala hingga tuntas. Semoga berhasil dengan baik.

    Berikut ini adalah beberapa mantra yang sering dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari oleh umat sedharma, antara lain;

    1. Puja Trisandhya

    “Oý Oý Oý bhùr bhuwaá swaá,

    tat sawitur warenyaý,

    bhargo Devasya dhimahi,

    dhiyo yo naá pracodayàt.

    “Oý nàràyana evedaý sarwaý

    yad bhutaý yacco bhàwyaý

    niskalanko niranjano

    nirwikalpo niràkhyàtaá

    cuddho dewo eko

    nàràyano na dwitiyo asti kaccit.

    “Oý twaý ciwas twaý mahàdevaá

    Icwaraá paramecwaraá

    Brahmà wisnucca rudracca

    Purusah parikirtitàá.

    “Oý pàpo ‘haý pàpakarmàhaý

    Pàpàtma pàpasambhawaá

    Tràhi màý pundarikàksa

    Sabàhyàbhyantarah suciá.

    “Oý ksamaswa màý Mahàdeva

    Sarwapràni hitangkara

    Màý moca sarwa pàpehbyaá

    Pàlayaswa sadà Úiva.

    “Oý Kûàntawyaá kayiko doûàá

    Kûantawyo vàciko mama,

    Ksàntawyo mànaso dosàh

    Tat pramàdàt ksamaswa màm

    “Oý úantiá úantiá úantiá oý”

    Terjemahan:

    Om, marilah kita sembahyang pada kecemerlangan dan ke Maha Muliaan Sang Hyang widhi, yang ada di dunia, di langit, di surga, semoga Ia berikan semangat pikiran kita;

    Om, semua yang ada ini berasal dari Sang Hyang Widhi, baik yang telah ada maupun yang akan ada, ia bersifat niskala, sunyi, mengatasi kegelapan, tidak dapat musnah, suci Ia hanya tunggal, tidak ada yang kedua;

    Om, engkau dipanggil Siwa, Maha Deva, Iswara, Parameswara, Brahma,

    Wisnu, Rudra, an Purusa;

    Om, hamba ini papa, hamba berbuat papa, diri hamba papa, kelahiran hamba

    pun papa. Lindungilah hamba ya Sang Hyang Widhi, sucikanlah jiwa dan raga

    hamba;

    Om, ampunilah hamba, oh Hyang Widhi, yang memberikan keselamatan

    kepada semua makhluk, bebaskan hamba dari segala dosa, lindungilah, oh

    Sang Hyang Widhi;

    Om, hendaknya diampuni dosa-dosa yang dikerjakan oleh badan hamba,

    hendaknya diampuni dosa-dosa yang dikerjakan oleh kata-kata hamba,

    hendaknya diampuni dosa-dosa yang dikerjakan oleh pikiran hamba,

    ampunilah hamba dari segala kelalaian. Om, damai, damai, damai, om.

    2. Brahmabija atau Omkara (Pranava)

    AUM

    Terjemahan:

    “saya berbakti”, “Saya setuju”, “Saya menerima”, dalam bahasa yang mendasar. “sesungguhnya suku kata ini adalah persetujuan, sebagai wujud persetujuan apa yang telah disetujui, ia ucapkan secara sederhana, AUM. Sungguh mantra ini adalah realisasi, tentang sesuatu, persetujuan”

    (Chandogya Upanisad I.1.8).

    Mantra ini ditujukan untuk membimbing seseorang untuk mencapai realisasi tertinggi, mencapai kebebasan dari keterikatan, untuk mencapai Realitas Tertinggi (Brahman).

    Penggunaannya setiap mulai acara ritual, mulai dan mengakhiri mantra.

    3. Brahma Mantra

    Aum Sat-cit-ekam Brahma

    Terjemahan:

    Tuhan yang Maha Agung adalah Kesatuan, Keberadaan, dan kesadaran. Mantra ini digunakan untuk mencapai tujuan terpenuhinya catur purusa artha, kebenaran, kemakmuran, kesenangan dan kebebasan. Di samping vijamantra seperti dikutipkan di atas, di Bali kita warisi pula mantra-mantra yang oleh C.Hooykas telah dihimpun dan dikaji dalam bukunya Stuti and Stava of Balinese Brahman Priests, Saiva, Buddha and Vaisnava (1971). Beberapa mantra tersebut senantiasa digunakan oleh para pandita Hindu dalam melaksanakan pemujaan dan persembahyangannya, di antaranya sebagai berikut:

    4. Surya Stava

    Om Adityasya param jyoti, rakta-teja namo’ stu te

    Sveta-pankaja-madhyastha, Bhaskaraya namo ‘stu te

    Terjemahan:

    Om Hyang Widhi, Yang berwujud kemegahan yang agung putra Aditi, Dengan kilauan yang merah, sembah kehadapan-Mu, Dikau yang bersthana di tengah sekuntum teratai putih, Sembah kehadapan-Mu, Penyebar kemegahan/ kesemarakan! Mantra Surya Stava ini digunakan setiap mulai atau awal persembahyangan untuk memohon persaksian kehadapan Sang Hyang Widhi.

    Demikian arti, makna atau tujuan pengucapan mantra. Seperti telah dijelaskan di atas, sejalan dengan karakter seseorang, maka mantram dapat bersifat Sattvam (Sattvikamantra) bila digunakan untuk kebaikan mahluk, menjadi Rajasikamantra dan Tamasikamantra bila digunakan untuk kepentingan menghancurkan orang-orang budiman, kebajikan, seseorang atau masyarakat. Di Bali bijaksara mantra dan mantra-mantra tertentu di atas hampir setiap hari dirapalkan oleh para pandita Hindu, diharapkan segala gejolak emosional masyarakat dikendalikan.

    Bab III. Penutup

    A. Kesimpulan

    Dari penjabaran diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut : bentuk ajaran tantra adalah yantra dan mantra yang telah dilaksanakan oleh masyarakat. Kemudian yantra, bentuk ajaran ini berupa banten dan susastra. Sedangkan mantra yang memiliki arti bentuk pikiran maknanya sesesorang yang mampu memahami makna yang terkandung dalam mantra dapat merealisasikan apa yang digambarkan didalam mantra itu.

    Cara mempraktikan ajaran tantra adalah memuja Shakti, menyakini pengalaman mistis, simbol-simbol penyelamatan dunia dari kehancuran, dan mewarnai kebudayaan dan keagamaan.

    Untuk yantra dapat dipraktikan dengan cara melaksanakan pemujaan. Sedangkan untuk mantra dengan mengucapkan mantra-mantra.

    B. Saran

    Saran kami kepada para pembaca ialah agar selalu melaksankana tindakan berdasarkan dharma dan menjalankan ajaran tanta, yantra dan matra.