Membuktikan theorem Aljabar Boolean dengan menggunakan rangkaian logika
Menyederhanakan suatu rangkaian logika dengan Aljabar Boolean.
B. Dasar Teori
Aljabar Boolean dapat digunakan untuk menganalisa suatu rangkaian logika dan mengekspresikan operasi secara matematik. Aljabar ini sangat berguna dalam rancangan atau desain rangkaian logika. Misalnya dalam menyederhanakan rangkaian yang telah dihasilkan dari suatu desain. Dengan demikian suatu rancangan logika dapat direduksi menjadi lebih sederhana sehingga biaya dan ukuran semakin kecil.
Untuk variable tunggal dimana X sebagai variable untuk menyatakan logika “0” dan “I” Aljabar Boolean dinyatakan sebagai berikut:
X . 0 = 0
X . I = X
X X = X
X . = 0
X + 0 = X
X + 1 = 1
X + X = X
X + = X
Theorema-theorema untuk lebih dari suatu variable berlaku hukum-hukum komutatif, asosiatif, dan hukum distributive seperti dinyatakan berikut ini yaitu :
X + Y = Y + X
X . Y = X . Y
X + (Y+Z) = X + Y + Z
X (YZ) = (XY) Z = XYZ
X ( Y + Z ) = XY + XZ
X + XY = X
X + Y = X + Y
Theorema (14) dan (15) tidak ditemani pada aljabar biasa akan tetapi sangat berguna dalam teknik penyederhanaan rangkaian pada elektronika digital. Disamping teorema-teorema di atas terdapat teorema yang lain diluar aljabar boolean, yaitu
( ) = .
( = +
Teorema ini sangat penting pada hasil kali atau jumlah dari variable-variabel yang berkomplementasi. Dari uraian diatas dapat di mengerti bahwa dengan member logika 0 atau 1 pada X dan Y maka suatu teorema aljabar Boolean dapat dibuktikan.
C. Peralatan dan Komponen
Komponen
Kuantitas
Catu Daya 5V
1 buah
Multimeter Analog
1 buah
Multimeter Digital
1 buah
Proto Board
1 buah
Resistor 220Ω
1 buah
Dioda LED
1 buah
Rangkaian Terpadu (IC) 7402
1 buah
Rangkaian Terpadu (IC) 7404
1 buah
Rangkaian Terpadu (IC) 7408
1 buah
Rangkaian Terpadu (IC) 7432
1 buah
Kabel Penghubung
secukupnya
D. Langkah Kerja
Membuat angkaian seperti gambar 7 (a).
Menghidupkan Catu Daya dan memberikan logika input (A) sesuai dengan Tabel Pengamatan.
Mencatat hasil pengamatan pada Tabel Pengamatan.
Melakukan prosedur yang sama untuk gambar 7(b) sampai 7(h).
Membuat rangkaian seperti gambar 8 (a).
Memberikan input sesuai dengan Tabel Pengamatan dan mengamati keadaan outputnya serta mencatat pada tabel.
Mengulangi prosedur (6) untuk gambar 8 (b).
G. Tabel Pengamatan
OR GATE
Input
Output
A
1
F
VO (v)
0
1
0
0,07
1
1
1
3,23
Input
Output
A
A
F
VO (v)
0
0
0
0,07
1
1
1
3,23
Input
Output
A
F
VO (v)
0
1
1
3,23
1
0
1
3,23
Input
Output
A
1
F
VO (v)
0
1
1
3,23
0
1
1
3,23
Input
Output
A
A
F
VO (v)
0
0
0
0,07
1
1
1
3,28
AND GATE
Input
Output
A
0
F
VO (v)
0
0
0
0,07
1
0
0
0,07
Input
Output
A
1
F
VO (v)
0
1
0
0,07
1
1
1
3,23
Input
Output
A
F
VO (v)
0
1
0
0,07
1
0
0
0,07
Input
Output
A
B
F
VO (v)
0
0
0
0,14
0
1
0
0,14
1
0
0
0,14
1
1
1
3,24
a. Gambar 8 A b. Gambar 8 B
Input
Output
A
B
F
VO (v)
0
0
0
0,07
0
1
1
3,25
1
0
1
3,24
1
1
1
3,24
VII. Tugas dan Pernyataan
Sederhanakan Persamaan berikutdan gambar rangkaiannya. X = {( ) ( C + D ) } + {( ABC) + ( AC) + B }
Dari hasil praktek bagaimanakah hasil A + A, Jelaskan mengapa demikian.
Nyatakan rangkaian berikut dengan persamaan dan kemudian sederhanakan sehingga diperoleh rangkaian Nyatakan rangkaian berikut dengan persamaan dan kemudian sederhanakan sehingga diperoleh rangkaian yang lebih sederhana.
A
C
X
B
VIII. JAWABAN ATAS PERTANYAAN
1. X = {( ) ( C + D ) } + {( ABC) + ( AC) + B }
X = {(A + B) ( C + D ) } + (B (A + A)(C + C) + B }
X = {(A + B) ( C + D ) } + (B (1)(1) + B }
X = {(A + B) ( C + D ) } + (B + B }
X =(A + B) ( C + D )
RangkaiannyaAdalah :
A
B
X
CD
2. Dari hasil praktek A+A adalah :
Input
Output
A
A
F
VO (v)
0
0
0
0,07
1
1
1
3,23
Karena jika A berlogika 0 dan dihubungkan ke ground, maka hasil output menunjukkan keadaan LED mati dan artinya output berlogika “nol”. Begitu juga sebaliknya, jika A berlogika 1 dan dihubungkan ke tegangan 5 volt, maka hasil output menunjukkan keadaan LED terang dan artinya output berlogika “satu”.
Atau dalam teori : A=0 A+A=0
A=1 A+A=1
3.
=
=
=
=
X
ABC
Rangkaiannya adalah
IX. KESIMPULAN
Aljabar bolean adalah struktur aljabar yang mencakup intisari operasi logika AND, OR, dan NOR, dan juga teori himpunan untuk operasi union interseksis dan komplemen.
Bolean adalah tipe data yang hanya mempunyai dua nilai yaitu true atau fals.
Hukum dasar aljabar bolean
Hukum identitas yaitu A+A= A, dan A.A=A
Hukum negasi yaitu (A)=A dan A = A
Hukum redundan yaitu A+A.B = A dan A. (A+B) = A
Hukum komutatif yaitu A+B= B+A, dan A.B =B.A
Hukum asosiatif yaitu (A+B) +C = A+ (B+C) dan (A.B).C = A (B.C)
X. Saran
Mulailah segala pekerjaan dengan doa.
Periksalah rangkaian pada instruktur untuk mengetahui kebenarannya.
XI. DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet teknik digital. Susunan percobaan di laboratorium elektronika semester II Th.1982-1983. Departemen elektronika. Nomor percobaan : 2.30 841 020
Dapat mengenal beberapa IC yang mengandung gerbang logika.
Dapat membuat rangkaian gerbang logika dengan menggunakan IC gerbang logika.
Dapat membuat tabel kebenaran untuk rangkaian gabungan gerbang logika dibuat dengan IC gerbang logika.
B. Landasan Teori
Pada tahun 1854 George Boole menciptakan logika simbolik yang sekarang dikenal dengan aljabar Boolean. Setiap peubah (variabel) dalam aljabar Boole hanya memiliki dua keadaan atau dua harga yaitu keadaan benar yang dinyatakan dengan 1 dan keadaan salah yang dinyatakan dengan 0. Aljabar Boole yang memiliki dua keadaan semula dimaksudkan untuk menyelesaikan persoalanpersoalan logika ( Widjanarka, 2006:2).
Gerbang logika yang kini sering dipakai berasal dari IC logika seperti 74xx atau 40xx. Satu IC berisi 4-8 gerbang logika kini hanya berharga beberapa ribu rupiah, namun IC yang dibuat dengan teknologi tinggi seperti prosessor intel Pentium, memiliki berjuta-juta gerbang logika, yang harga tiap gerbang logika menjadi hanya beberapa ribu rupiah. Semua chip kompleks yang melakukan pemrosesan sinyal secara digital dapat dipastikan menggunakan gerbang-gerbang logika pada detail ringkasannya (Irwansyah, 2009:77).
Logic gates is a digital circuit with one more input voltage but only one output voltage. By connecting the different gates in different ways, we can build circuits that performs arithmetic and other function associated with the human brain because they simulate mental process. The operation of a logic gate can be easily understood with the help of “truth table”. A truth table is a table that 41 shows all the input-output possibilities of a logic circuit ; i.e. the truth table indicates the outputs for different possibilities of the inputs (Godse, 2009:3).
Rangkaian logika terbentuk dari hubungan beberapa gerbang (gate) logika. Rangkaian logika bekerja secara digital. Output dari suatu rangkaian logika ditentukan oleh karakterisitik dan hubungan dari gerbang-gerbang yang digunakan. Berikut ini akan dibahas gerbang logika yang umum digunakan di dalam suatu rangkaian logika. Gerbang (gate) logika adalah suatu rangkaian digital yang mempunyai satu atau lebih input dan hanya mempunyai satu output Output gerbang logika ini tergantung sinyal yang diberikan pada input-nya. Hal ini dapat kita lihat pada persamaan aljabar Boole dan tabel kebenaran yang dimiliki oleh setiap gerbang logika. Aljabar Boole juga memberikan persamaan untuk setiap gerbang serta memberi simbol untuk operasi gerbang tersebut.
Suatu rangkaian digital dapat dibangun dari sejumlah gerbang logika. Dari persamaan untuk setiap gerbang dan tabel kebenaran tiap gerbang logika, maka dengan menggabungkan beberapa gerbang ini akan didapat operasi logika sesuai dengan keinginan dan tujuan yang diharapkan sehingga terbentuklah suatu rangkaian digital yang akan membangun sistem yang diinginkan. Adapun gerbang logika dasar adalah NOT, AND dan OR. Sedangkan gerbang NAND, NOR, XOR, XNOR merupakan gerbang yang dibentuk dari gabungan beberapa gerbang dasar (Malvino, 1983:23).
Menurut Albert dan Tjia (1994:245), terdapat beberapa contoh gerbang logika dasar, diantaranya adalah sebagai berikut:
Gerbang AND, merupakan gerbang logika yang penulisan aljabar boole biasanya dilambangkan dengan perkalian.
Gerbang OR, merupakan gerbang logika yang dalam penulisan aljabar boole biasanya dilambangkan dengan penjumlahan .
Gerbang NOT, merupakan gerbang logika yang dapat menjadi pembalik fungsi logika dari gerbang logika lainnya. Gerbang logika NOT dilambangkan dengan BAR.
C. Alat dan Komponen
Laptop
Software Proteus 8 Professional
D. Prosedur Kerja
Buka aplikasi Proteus 8 Professional dengan cara meng-klik dua kali aplikasi tersebut.
Klik tulisan ISIS pada bagian aplikasi tersebut.
Klik tulisan P yang berwarna biru.
Lalu, pada kolom keyword, ketik tulisan OR, lalu enter. Lakukan hal yang sama untuk AND, NAND, NOT, dan NOR.
Ketik tulisan LOGICSTATE dan LOGICPROBE (BIG) pada kolom keyword. Lalu tekan enter.
Buat rangkaian dari gerbang logika OR, AND, NAND, NOT, dan NOR.
Bagian input dihubungkan dengan LOGICSTATE dan bagian output dihubungkan dengan LOGICPROBE (BIG).
Klik tombol play untuk melihat outputnya.
Catat hasil output pada tabel kebenaran dari masing-masing gerbang logika.
Setelah itu, buatlah rangkaian yang terdiri dari gabungan seluruh gerbang logika. Lakukan dari langkah 5-9.
E. Hasil Praktikum
1. Gerbang AND
A
B
Y
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
1
1
2. Gerbang NAND
A
B
Y
0
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
3. Gerbang OR
A
B
Y
0
0
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
4. Gerbang NOR
A
B
Y
0
0
1
0
1
0
1
0
0
1
1
0
5. Gerbang NOT
Input
Output
0
1
1
0
6. Gerbang AND, NAND, OR, NOR, dan NOT
Input
Output
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
0
0
0
1
0
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
F. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kami melakukan percobaan tentang gerbang logika. Tujuan praktikum ini adalah untuk dapat mengenal beberapa IC yang mengandung gerbang logika, dapat membuat rangkaian gerbang logika dengan menggunakan IC gerbang logika, dan dapat membuat tabel kebenaran untuk rangkaian gabungan gerbang logika dibuat dengan IC gerbang logika.Adapun alat yang digunakan yaitu laptop dan aplikasi Proteus 8 Professional.
Gerbang (gate) logika adalah suatu rangkaian digital yang mempunyai satu atau lebih input dan hanya mempunyai satu output. Output gerbang logika ini tergantung sinyal yang diberikan pada inputnya. Gerbang logika adalah rangkaian dasar yang membentuk computer. Jutaan transistor didalam mikroprosesor membentuk gerbang logika. Sebuah gerbang logika sederhana mempunyai satu terminal input. Keluarannya dapat tingggi/High (I) atau rendah/Low (0) tergantung level digital yang diberikan pada terminal input. Praktikum kali ini bertujuan untuk mengenal beberapa IC gerbang logika, membuat rangkaian gerbang logika, dan membuat table kebenarannya. Praktikum ini bertujuan untuk mendemonstrasikan bagaimana suatu gerbang logika bekerja. Gerbang logika yang digunakan yaitu gerbang OR, AND, NAND, dan NOR.
Pada percobaan, pertama-tama kita masukkan jenis-jenis gerbang logika ke dalam proteus, kemudian membuat rangkaian. Gerbang logika pertama adalah gerbang AND yang mempunyai dua sinyal masukan tetapi hanya menghasilkan satu sinyal keluaran. Pada gerbang ini, bila sinyal keluaran tinggi, maka semua sinyal masukan harus tinggi. Adapun hasil percobaan yang dilakukan sesuai dengan teori dalam tabel kebenaran. Hasil input 0 dan 0 menghasilkan output 0, input 0 dan 1 atau 1 dan 0 menghasilkan output 0, serta input 1 dan 1 menghasilkan output 1.
Percobaan kedua, adalah gerbang NAND yang merupakan kombinasi dari gerbang NOT dan AND, dimana output akan 0 apabila input 1, untuk salah satu input 1, maka output 1, begitupun input 0 maka output 1. Adapun hasil sesuai dengan teori dalam tabel kebenaran. Hasilnya input 0 dan 0 menghasilkan output 1, input 0 dan 1 atau 1 dan 0 menghasilkan output 1, dan input 1 dan 1 menghasilkan output 0.
Percobaan ketiga, adalah gerbang OR yang mempunyai dua sinyal masukan tetapi hanya menghasilkan satu sinyal keluaran. Pada gerbang ini, bila salah satu dari sinyal masukan tinggi (1), maka sinyal keluaran akan menjadi tinggi (1). Adapun hasil percobaan yang dilakukan sesuai dengan teori dalam tabel kebenaran. Hasil input 0 dan 0 menghasilkan output 0, input 0 dan 1 atau 1 dan 0 menghasilkan output 1, serta input 1 dan 1 menghasilkan output 1.
Percobaan keempat, adalah gerbang NOR yang merupakan kombinasi dari gerbang NOT dan OR, dimana output akan 1 apabila input 0, untuk salah satu atau kedua input 1 maka output 0. Adapun hasil sesuai dengan teori dalam tabel kebenaran. Hasilnya input 0 dan 0 menghasilkan output 1, input 0 dan 1 atau 1 dan 0 menghasilkan output 0, dan input 1 dan 1 menghasilkan output 0.
Percobaan kelima, adalah gerbang NOT yang mempunyai sebuah masukan dan menghasilkan sebuah keluaran. Pada gerbang ini, hanya membalik sinyal masukan, dimana jika masukan 1 (tinggi) maka keluarannya adalah 0 (rendah) dan sebaliknya. Adapun hasil percobaan yang dilakukan sesuai teori dalam tabel kebenaran gerbang NOT. Hasilnya input 1 output 0 dan input 0 output 1.
Adapun percobaan keenam, adalah rangkaian gerbang logika yang menggabungkan seluruh jenis gerbang logika, yaitu NOT, AND, NAND, OR, dan NOR. Dimana inputnya adalah gerbang NOR dan NAND sehingga terdapat 4 sinyal masukan yang disambung lagi dengan gerbang NOT dan AND terdapat 3 sinyal masukan dan disambung lagi dengan gerbang OR sehingga terdapat 2 masukan. Adapun hasil percobaan, saat input 0,0,0,0 output 1, saat input 1,0,0,0 output 0, saat input 0,1,0,0 output 0, saat input 0,0,1,0 output 1, saat input 0,0,0,1 output 1, saat input 1,1,0,0 output 0, saat input 1,1,1,0 output 0, saat input 0,1,1,1 output 1, saat input 0,0,1,1 output 1, saat input 0,1,1,0 output 0, saat input 0,1,0,1 output 0, saat input 1,0,1,0 output 0, saat input 1,0,0,1 output 0, saat input 1,1,0,1 output 0, saat input 1,1,1,1 output 1, dan saat input 1,0,1,1 output 1. Adapun untuk membuat rangkaian gerbang logika menggunakan persamaan Boolean, dimana terlebih dahulu disederhanakan sampai sesederhana mungkin agar mendapatkan output yang tepat.
G. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan bahwa:
Gerbang logika adalah suatu rangkaian digital yang mempunyai satu atau lebih input tapi hanya menghasilkan satu output yang bergantung pada sinyal yang diberikan.
Rangkaian gerbang OR menggunakan IC 74LS32, gerbang AND menggunakan IC 74LS08, gerbang NAND menggunakan IC 74LS00, dangerbang NOR menggunakan IC 74LS02.
Tabel kebenaran adalah tabel yang berisikan variabel input (masukan) yang menghasilkan output (keluaran) logis dari suatu sinyal elektronika berupa high (1) atupun low (0).
DAFTAR PUSTAKA
Albert, Paul dan Tjia. (1994). Elektronika Digital Komputer dan Pengantar Komputer Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Malvino. (1983). Elektronika dan Instrumentasi. Jakarta: Erlangga.
Nama Fitoplankton adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani yakni Phyton (Tanaman) dan planktos yang berarti “mengembara” atau “Hanyut”. Kata tanaman dipilih untuk menyebutkan kelompok kecil organisme karena mampu membuat makanan sendiri atau autotrof. Makanan dibuat dengan mengekstrak Karbondioksida dan Air dengan bantuan Klorofil dan Cahaya Matahari.
Fitoplankton bukanlah spesies tunggal tapi kelompok planton Autotrof dengan ukuran kecil sampai micron. Sebagian besar jenis Fitoplankton tidak dapat dilihat oleh mata manusia. Beberapa jenis memiliki ukuran cukup besar dan dilihat oleh mata mesikupn sulit untuk melihatnya secara individu. Sekelompok besar Fitiplankton bisa tampak berwarna hijau di dalam air karena memiliki kolorofil. Beberapa spesies Fitopalnkton juga memiliki kandungan pigmen phycobiliprotein yang membuatnya lebih mudah terlihat.
Menurut Arinardi, dkk (2000) fitoplankton merupakan nama untuk plankton tumbuhan atau plankton nabati. Menurut Boney (2002) biota fitoplankton adalah tanaman yang diklasifikasikan ke dalam kelas alga. Ukurannya sangat kecil, tak dapat dilihat dengan mata telanjang. Ukuran yang paling umum berkisar antara 2 – 200 mikro meter (1 mikro meter = 0,001 mm). Fitoplankton umumnya berupa individu bersel tunggal, tetapi ada juga yang membentuk rantai. Sedangkan menurut Wikipedia (2007), Fitoplankton adalah komponen autotrof plankton.
Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen. Meskipun ukurannya sangat kecil, namun fitoplankton dapat tumbuh dengan sangat lebat dan padat sehingga dapat menyebabkan perubahan warna pada air laut (Andri, 2009). Jadi dapat disimpulkan bahwa fitoplankton adalah tumbuhan air autotrof yang bebas melayang dan hanyut dalam air laut yang berasal dari penggolongan plankton dengan ukuran dan jenis yang bervariasi.
A. Pengenalan umum tentang fitoplankton
Fitoplankton mempunyai peranan yang sangat penting di dalam suatu perairan, selain sebagai dasar dari rantai pakan (primary producer) juga merupakan salah satu parameter tingkat kesuburan suatu perairan. Fitoplankton membentuk sejumlah besar biomassa di laut, kelompok ini hanya diwakili oleh beberapa filum saja. Sebagian besar bersel satu dan mikroskopik, dan mereka termasuk filum Chrysophyta, yakni alga kuning-hijau yang meliputi diatom dan kokolifotor. Selain ini terdapat beberapa jenis alga hijau-biru (Cyanophyta), alga coklat (Phaeophyta) dan satu kelompok besar dari Dinoflagellata (Pyrophyta) (Rimper, Joice. 2002).
Fitoplankton bisa ditemukan di seluruh massa air mulai dari permukaan laut sampai pada kedalaman dengan intensitas cahaya yang masih memungkinkan terjadinya fotosintesis khususnya Zone eufotik yang ketebalannya bervariasi dari beberapa puluh sentimeter (air yang keruh) hingga lebih dari 150 meter (air yang jernih) (Tambaru, Rahmadi, 2003).
Ada tiga karakteristik dasar yang biasanya digunakan dalam pembagian kelompok Fitoplankton, yakni:
Berdasarkan ukuran dan bentuknya
Berdasarkan pigmen fotosintetik
Komposisi dinding sel
Fitoplankton yang berukuran besar dan biasanya tertangkap oleh jaring plankton, terdiri dari dua kelompok besar yaitu:
Diatom
Dinoflagellata (Natasasmita, 2011).
a. Diatom
Diatom adalah kelompok fitoplankton yang tersebar luas dan dapat ditemukan baik di samudra maupun di perairan tawar. Sampai saat ini para ahli memperkirakan jumlah species dari diatom ini sekitar 50.000 spesies. Kebanyakan diantaranya hidup pelagik di perairan terbuka, meskipun begitu ada juga yang hidup di lapisan tipis permukaan (surface films) pada batas kolom air-sedimen (water-sediment interface) (Maruf, 2005).
Ciri-ciri Diatom:
Termasuk alga eukaryotik
Umumnya berbentuk unisellular (bersel satu)
Memiliki dinding sel silikat unik yang terdiri atas dua katup terpisah disebut frustule atau test yg terbuat dari silikon dioksida yaitu bahan utama pembuat gelas, berhiaskan lubang-lubng besar-kecil dengan pola-pola yang khas menurut spesies diatom .
Zhong (1989) menjelaskan bahwa diatom berkembang biak dengan cara membelah diri. Di saat proses pembelahan diri, intinya akan terpecah dua lalu tutup dan wadah mulai berpisah (satu belahan menempati hipoteka, belahan lainnya menempati epiteka) dan masing-masing membawa spora dari protoplasma dan masing-masing belahan membuat dinding baru begitu rupa sehingga setiap belahan akan membentuk suatu katup atas atau katup bawah baru. Karena katup-katup baru ini disekresi dari dalam katup yang lama maka seraya proses ini berlangsung melalui beberapa generasi, ukuran diatom akan mengecil. Dengan demikian ukuran-ukuran individu dari spesies yang sama tetapi dari generasi yang berlainan akan berbeda.
b. Dinoflagellata
Ciri-ciri Dinoflagellata:
Merupakan kelompok alga eukaryotik terbesar disamping Diatom Disebut juga Peridinia atau Dinophyceae (salah satu kelas alga dari divisi adinophyta)
Umumnya berbentuk unisellular
Memiliki Flagella (organ seperti cambuk)
Berkembangbiak dengan cara membelah diri
Berdasarkan kebiasaan hidupnya dan lokasi flagelnya dinoflagellata dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu:
Desmokontae , terdapat dua flagella yang semuanya berlokasi pada ujung anterior (Exuviella dan Prorocentrum).
Dinokontae, kedua flagelnya mempunyai lokasi yang berbeda :
Flagella tranversal (melintang), yang terdapat dalam alur groove) yang mengitrai pinggang sel .
Flagella longitudinal, dalam alur membujur dan memenjang hingga keluar sel bagaikan ekor untuk bergerak maju.
Reproduksi :
Umumnya dengan pembelahan sel (binary fission)
Laju pembelahan akan sangat tinggi bila lingkungannya optimal (Hariyati, 2008).
Dalam rangka mewujudkan perikanan tangkap yang berkelanjutan (sustainable fisheries cupture) sesuai dengan ketentuan pelaksanaan perikanan yang bertanggung jawab (FAO Code of conduct for Responsible Fisheries/CCRF) maka eksploitasi sumberdaya hayati laut harus dapat dilakukan secara bertanggung jawab (Responsible fisheries).
Data dari SOFIA (The State of World Fisheries and Aquaculture) menyatakan bahwa 5 % dari perikanan dunia dalam status deplesi atau penurunan produksi secara terus menerus, 16 % telah dieksploitasi secara berlebihan dan melampaui batas optimim produksi, 52 % telah penuh eksploitasi, 23 % pada tahap moderat yang artinya produksinya masih dapat ditingkatkan meskipun dalam jumlah yang kecil, 3 % sumberdaya ikan masih dibawah tingkat eksploitasi optimumnya dan hanya 1 % yang dalam proses pemulihan melalui program-program konservasi.
Berdasarkan pernyataan di atas, untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan perlu dikaji penggunaan alat-alat penangkapan ikan yang ramah lingkungan dari segi pengoperasian alat penangkapan ikan, daerah penangkapan dan lain sebagainya sesuai dengan tata laksana untuk perikanan yang bertanggungjawab atau Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF). Kedepan, trend pengembangan teknologi penangkapan ikan ditekankan pada teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan (environmental friendly fishing tecnology) dengan harapan dapat memanfaatkan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan. Teknologi penangkapan ikan ramah lingkungan adalah suatu alat tangkap yang tidak memberikan dampat negatif terhadap lingkungan, yaitu sejauh mana alat tangkap tersebut tidak merusak dasar perairan, tidak berdampak negatif terhadap biodiversity, target resources dan non target resources
Di Indonesia saat ini dikenal 3 (tiga) klasifikasi alat penangkapan ikan. yang pertama : menurut klasifikasi A. Von Brandt, (1964), Kedua : klasifikasi statistik internasional alat tangkap standar FAO, yang ketiga : klasifikasi standar alat tangkap berdasarkan statistik perikanan Indonesia (Anonim, 2007).
Makalah ini bertujuan untuk mengkaji keramahan alat tangkap menurut klasifikasi statistik internasional standar FAO. adapun alat analisis yang digunakan menurut FAO (1995) sesuai dengan standar Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) yaitu terdapat 9 (sembilan ) kriteria suatu alat tangkap dikatakan ramah terhadap lingkungan, antara lain :
Pembangunan teknologi penangkapan ikan mengalami perkembangan yang signifikan dari waktu ke waktu seiring dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada awalnya penangkapan ikan masih menggunakan alat-alat yang sederhana, tetapi setelah adanya penemuan-penemuan besar di abad pertengahan seperti mesin uap, pembuatan kapal baja dsb, maka bidang perikanan pun mengalami kemajuan dengan dioperasikannya kapal penangkap ikan bermesin uap yang dapat melayari perairan yang jauh. Pembangunan teknologi perikanan senantiasa berkembang seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari berbagai disiplin ilmu yang memudahkan manusia dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan. Namun penggunaan teknologi yang ada harus dilakukan secara bijaksana sehingga tidak terjadi tragedi teknologi dalam bidang perikanan seperti halnya tragedi bom atom, teknologi menyebabkan kerusakan bagi manusia.
Oleh sebab itulah dirancanglah bermacam – macam alat tangkap yang ramah lingkungan sehingga dapat mengurangi kerusakan – kerusakan yang sering terjadi pada saat penangkapan dan dapat meningkatkan hasil tangkapan nelayan. Ada beberapa pendapat para ahli tentang klasifikasi jenis-jenis alat tangkap yang ramah lingkungan, seperti klasifikasi dan standar internasional FAO (Food Agriculture Organization).
Dalam rangka Pengelolaan Sumberdaya Perikanan, baik perikanan skala kecil maupun perikanan skala menengah dan skala besar (industri) pihak pemerintah selalu berupaya melakukan pembaharuan atau modifikasi alat tangkap dan penerapan regulasi perikanan yang sesuai dengan perkemabangan ilmu pengetahuan dan teknologi penangkapan,
Sedangkan pihak masyarakat dan perusahaan perikanan diharapkan dapat memenuhi dan mentaati atau mematuhi regulasi perikanan, sehingga diharapkan terciptanya pengelolaan sumberhayati perikanan yang berkelanjutan, bertanggung jawab dan ramah lingkungan. Sehingga dari penjelasan diatas maka perlu untuk memahami dan mengetahui penggunaan alat tangkap sehingga tidak merusak biota, habitat, dan sumberdaya yang lainnya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
Apa yang dimaksud dengan alat tangkap cantrang dan payang?
Bagaimana cara pengoperasian alat tangkap cantrang dan payang?
Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penangkapan pada alat tangkap cantrang dan payang !
C. Tujuan Dan Manfaat
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
dapat mengetahui cara pengoperasian alat tangkap cantrang dan di perairan
untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan alat tangkap cantrang dan payang.
Untuk mengetahu\i factor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan penangkapan dengan menggunakan alat tangkap cantrang dan payang.
Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
Sebagai bahan bacaan dan referensi daslam penyusunan tugas-tugas yang berhubungan dengan alat tangkap cantrang dan payang
Sebagai bahan bacaan utntuk menambah wawasan mahasiswa dalam memahami penggunaan alat tangkap cantrang dan payang di perairan
Bab II. Pembahasan
A. Kriteria Alat Tangkap Ikan yang Ramah Lingkungan
Di Indonesia saat ini, telah banyak dikembangkan metode penangkapan yang tidak merusak lingkungan (Anonim. 2006). Selain karena tuntutan dan kecaman dunia internasional yang akan memboikot ekspor dari negara yang sistem penangkapan ikannya masih merusak lingkungan, pemerintah juga telah berupaya untuk melaksanakan tata cara perikanan yang bertanggung jawab.
Food Agriculture Organization (FAO, sebuah lembaga di bawah naungan Perserikatan Bangsa Bangsa yang menangani masalah pangan dan pertanian dunia), pada tahun 1995 mengeluarkan suatu tata cara bagi kegiatan penangkapan ikan yang bertanggung jawab (Code of Conduct for Resposible Fisheries- CCRF).
Dalam CCRF ini, FAO menetapkan serangkaian kriteria bagi teknologi penangkapan ikan ramah lingkungan. Sembilan kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
1. Alat tangkap harus memiliki selektivitas yang tinggi.
Artinya, alat tangkap tersebut diupayakan hanya dapat menangkap ikan/organisme lain yang menjadi sasaran penangkapan saja. Ada dua macam selektivitas yang menjadi sub kriteria, yaitu selektivitas ukuran dan selektivitas jenis. Sub kriteria ini terdiri dari (yang paling rendah hingga yang paling tinggi):
Alat menangkap lebih dari tiga spesies dengan ukuran yang berbeda jauh
Alat menangkap tiga spesies dengan ukuran yang berbeda jauh
Alat menangkap kurang dari tiga spesies dengan ukuran yang kurang lebih sama.
Alat menangkap satu spesies saja dengan ukuran yang kurang lebih sama.
2. Alat tangkap yang digunakan tidak merusak habitat, tempat tinggal dan berkembang biak ikan dan organisme lainnya.
Ada pembobotan yang digunakan dalam kriteria ini yang ditetapkan berdasarkan luas dan tingkat kerusakan yang ditimbulkan alat penangkapan. Pembobotan tersebut adalah sebagai berikut (dari yang rendah hingga yang tinggi):
Menyebabkan kerusakan habitat pada wilayah yang luas
Menyebabkan kerusakan habitat pada wilayah yang sempit
Menyebabkan sebagian habiat pada wilayah yang sempit
Aman bagi habitat (tidak merusak habitat)
3. Tidak membahayakan nelayan (penangkap ikan).
Keselamatan manusia menjadi syarat penangkapan ikan, karena bagaimana pun, manusia merupakan bagian yang penting bagi keberlangsungan perikanan yang produktif. Pembobotan resiko diterapkan berdasarkan pada tingkat bahaya dan dampak yang mungkin dialami oleh nelayan, yaitu (dari rendah hingga tinggi):
Alat tangkap dan cara penggunaannya dapat berakibat kematian pada nelayan
Alat tangkap dan cara penggunaannya dapat berakibat cacat menetap (permanen) pada nelayan
Alat tangkap dan cara penggunaannya dapat berakibat gangguan kesehatan yang sifatnya sementara
Alat tangkap aman bagi nelayan
4. Menghasilkan ikan yang bermutu baik.
Jumlah ikan yang banyak tidak berarti bila ikan-ikan tersebut dalam kondisi buruk. Dalam menentukan tingkat kualitas ikan digunakan kondisi hasil tangkapan secara morfologis (bentuknya). Pembobotan (dari rendah hingga tinggi) adalah sebagai berikut:
Ikan mati dan busuk
Ikan mati, segar, dan cacat fisik
Ikan mati dan segar
Ikan hidup
5. Produk tidak membahayakan kesehatan konsumen.
Ikan yang ditangkap dengan peledakan bom pupuk kimia atau racun sianida kemungkinan tercemar oleh racun. Pembobotan kriteria ini ditetapkan berdasarkan tingkat bahaya yang mungkin dialami konsumen yang harus menjadi pertimbangan adalah (dari rendah hingga tinggi):
Berpeluang besar menyebabkan kematian konsumen
Berpeluang menyebabkan gangguan kesehatan konsumen
Berpeluang sangat kecil bagi gangguan kesehatan konsumen
Aman bagi konsumen
6. Hasil tangkapan yang terbuang minimum.
Alat tangkap yang tidak selektif (lihat butir 1), dapat menangkap ikan/organisme yang bukan sasaran penangkapan (non-target). Dengan alat yang tidak selektif, hasil tangkapan yang terbuang akan meningkat, karena banyaknya jenis non-target yang turut tertangkap. Hasil tangkapan non target, ada yang bisa dimanfaatkan dan ada yang tidak. Pembobotan kriteria ini ditetapkan berdasarkan pada hal berikut (dari rendah hingga tinggi):
Hasil tangkapan sampingan (by-catch) terdiri dari beberapa jenis (spesies) yang tidak laku dijual di pasar
Hasil tangkapan sampingan (by-catch) terdiri dari beberapa jenis dan ada yang laku dijual di pasar
Hasil tangkapan sampingan (by-catch) kurang dari tiga jenis dan laku dijual di pasar
Hasil tangkapan sampingan (by-catch) kurang dari tiga jenis dan berharga tinggi di pasar.
7. Alat tangkap yang digunakan harus memberikan dampak minimum terhadap keanekaan sumberdaya hayati (biodiversity).
Pembobotan kriteria ini ditetapkan berdasasrkan pada hal berikut (dari rendah hingga tinggi):
Alat tangkap dan operasinya menyebabkan kematian semua mahluk hidup dan merusak habitat.
Alat tangkap dan operasinya menyebabkan kematian beberapa spesies dan merusak habitat
Alat tangkap dan operasinya menyebabkan kematian beberapa spesies tetapi tidak merusak habitat
Aman bagi keanekaan sumberdaya hayati
8. Tidak menangkap jenis yang dilindungi undang-undang atau terancam punah.
Tingkat bahaya alat tangkap terhadap spesies yang dilindungi undangundang ditetapkan berdasarkan kenyataan bahwa:
Ikan yang dilindungi sering tertangkap alat
Ikan yang dilindungi beberapa kali tertangkap alat
Ikan yang dilindungi .pernah. tertangkap
Ikan yang dilindungi tidak pernah tertangkap
9. Diterima secara sosial.
Penerimaan masyarakat terhadap suatu alat tangkap, akan sangat tergantung pada kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di suatu tempat. Suatu alat diterima secara sosial oleh masyarakat bila: (1) biaya investasi murah, (2) menguntungkan secara ekonomi, (3) tidak bertentangan dengan budaya setempat, (4) tidak bertentangan dengan peraturan yang ada. Pembobotan Kriteria ditetapkan dengan menilai kenyataan di lapangan bahwa (dari yang rendah hingga yang tinggi):
Alat tangkap memenuhi satu dari empat butir persyaratan di atas
Alat tangkap memenuhi dua dari empat butir persyaratan di atas
Alat tangkap memenuhi tiga dari empat butir persyaratan di atas
Alat tangkap memenuhi semua persyaratan di atas
Bila ke sembilan kriteria ini dilaksanakan secara konsisten oleh semua pihak yang terlibat dalam kegiatan penangkapan ikan, maka dapat dikatakan ikan dan produk perikanan akan tersedia untuk dimanfaatkan secara berkelanjutan. Hal yang penting untuk diingat bahwa generasi saat ini memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan ketersediaan sumberdaya ikan bagi generasi yang akan datang dengan pemanfaatan sumberdaya ikan yang berkesinambungan dan lestari. Perilaku yang bertanggung jawab ini dapat memelihara, minimal mempertahankan stok sumberdaya yang ada kemudian akan memberikan sumbangan yang penting bagi ketahanan pangan (food security), dan peluang pendapatan yang berkelanjutan.
B. Jenis-jenis Alat Tangkap Ikan Menurut Klasifikasi FAO
1. Surrounding net (Jaring Lingkar)
Jaring lingkar merupakan alat penangkapan ikan yang mempunyai prinsip penangkapan dengan cara melingkari gerombolan ikan sasaran tangkap menggunakan jaring yang dioperasikan dengan perahu atau kapal serta didukung sarana alat bantu penangkapan sesuai untuk mendukung efektivitas dan efisiensi pengoperasiannya. Desian dan konstruksi jaring ingkar berkembang disesuaikan dengan target ikan tangkapan yang dikehendaki, sehingga terdapat bergagai bentuk dan ukuran jaring lingkar serta sarana apung maupun alat bantu penangkapan yang digunakan.
Alat ini ditujukan sebagai penangkap ikan pelagis yang bergerombol di permukaan. Pada umumnya, alat ini berbentuk empat persegi panjang dilengkapi yang dilewatkan melalui cincin yang diikatkan pada bagian bawah jaring (tali ris bawah. Dengan menarik tali kerucut bagian bawah ini, jaring dapat dikuncupkan (lihat gambar) dan jaring akan membentuk semacam “mangkuk”.
Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap jaring lingkar terdiri dari ; 1. With purse lines (Purse seines), 2. One boat operated purse seines, 3. Two boats operated purse seines, 4. Without purse lines (lampara).
2. Seine net (Pukat)
Seine nets atau pukat atau pukat tarik merupakan alat penangkapan ikan berkantong tanpa alat pembuka mulut jaring. Pengoperasiannya dengan cara melingkari gerombolan ikan dan menariknya ke kapal yang sedang berhenti/berlabuh jangkar atau ke darat/pantai melalui kedua bagian sayap tali selambar.
Desain dan konstruksi pukat tarik disesuaikan dengan terget ikan tangkapan yang dikehendaki, sehingga terdapat berbagai bentuk dan ukuran pukat tarik serta sarana apung maupun alat bantu penangkapan ikan yang digunakan. Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap pukat tarik terdiri dari :
Beach seines
Boat or vessel seines
Danish seines
Scottish seines
Pair seines
Seine nets (not specified)
Pukat (Sumber: Subani dan Barus 1989)
3. Trawl
Secara teknis, baik menurut umum ataupun mengikuti standar ISSCFG (International Standard Statistical Classification Fishing Gear), FAO (Nedelec and Prado 1990) “Trawl” adalah alat penangkap ikan yang mempunyai target spesies baik untuk menangkap ikan maupun untuk udang. Trawl memiliki kreteria yaitu (a) jaring berbentuk kantong (pukat) baik yang berasal dari karakteristik asli maupun hasil modifikasi. (b) miliki kelengkapan jaring (pukat) untuk alat pembuka mulut jaring baik palang/gawang (beam) atau sepasang papan rentang (otter board) dengan cara operasi dihela atau diseret (towing) oleh sebuah kapal (c) Tanpa memiliki kelengkapan jaring (pukat) dengan cara operasi dihela oleh dua buah kapal.
Trawl hasil modifikasi adalah alat tangkap yang masuk kategori trawl, karena adanya perubahan desain konstruksi , karakteristik jaring dan metode operasi penangkapan dengan ciri-ciri (c) ada perubahan bentuk dan ukuran dari jaring aslinya , terutama pemendekan ukuran sayap (b) teknik pemotongan bagian jaring masih menggunakan potongan lurus (all point dan all mesh), (c) kebanykan belum menambah bagian medan jaring (square) masih tetap seperti kondisi aslinya (d) ada penambahan kelengkapan janng berfungsi alat pembuka mulut jaring baik berupa palang/gawang (beam) maupun papan rentang (otter board) dad kondisi aslinya. Okda perubahan metode pengoperasian dari cara ditarik dari atas perahu atau pantai menjadi cara dengan diseret / dihela oleh sebuah kapal. Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap trawl terdiri dari:
– Bottom trawls
a. beam trawls
b. otter trawl
c. pair trawls
d. nephrops trawls
e. shrimp trawls
f. bottom trawls (not specified)
– Midwater trawls
– Otter twin trawls
– Otter trawls (not specified)
– Pair trawls (not specified)
– Other trawls (not specified)
4. Dredge (Penggaruk)
Penggaruk merupakan alat penangkap ikan berbingkai kayu atau besi yang bergerigi atau bergancu di bagian bawahnya, yang dilengkapi atau tanpa jaring/bahan lainnya. Penggaruk dioperasikan dengan cara menggaruk di dasar perairan dengan atau tanpa perahu untuk menangkap kekerangan dan biota lainnya.
Desain dan konstruksi penggaruk disesuaikan dengan target ikan tangkapan yang dikehendaki, sehingga terdapat berbagai bentuk dan ukuran penggaruk serta sarana apung maupun alat bantu penangkapan ikan yang digunakan.
Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap penggaruk terdiri dari : 1 ). Boat Dredges dan; 2). Hand Dredges. Metode pengoperasian penggaruk dilakukan dengan cara menarik ataupun menghela pengaruk di dasar perairan sehingga hasil tangkapan berupa kekerangan, teripang, dan lainnya bisa terkumpul dan tertangkap serta masuk ke dalam penggaruk.
5. Lift net (Jaring Angkat)
Jaring angkat dioperasikan dengan menurunkan dan mengangkatnya secara vertikal. Jaring ini biasanya dibuat dengan bahan jaring nion yang menyerupai kelambu, karena ukuran mata jaringnya yang kecil (sekitar 0,5 cm). Jaring kelambu kemudian diikatkan pada bingkai bambu atau kayu yang berbentuk bujur sangkar.
Dalam penggunaannya, jaring angkat sering menggunakan lampu atau umpan untuk mengundang ikan. Biasanya dioperasikan dari perahu, rakit, bangunan tetap, atau langsung.
Dari bentuk dan cara penggunaannya, jaring angkat dapat mencakup bagan perahu, bagan tancap (termasuk kelong), dan serok
Jaring Angkat (Sumber: Subani dan Barus. 1989)
6. Falling gear (alat yang dijatuhkan)
Alat yang dijatuhkan atau ditebarkan merupakan alat penangkapan ikan yang pengoperasiannya dilakukan dengan ditebarkan atau dijatuhkan untuk mengurung ikan dengan atau tanpa kapal.
Desain dan konstruksi alat yang dijatuhkan atau ditebarkan disesuaikan dengan target ikan tangkapan yang dihendaki. Berkaitan dengan hal ini maka terdapat berbagai bentuk dan ukuran serta sarana apung maupun alat bantu penangkapan ikan yang digunakan. Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap yang dijatuhkan atau ditebarkan terdiri dari: 1) Cast nets; dan 2); Falling gears (not specified).
7. Gill net, entangling nets (Jaring Insang Dan Jaring Puntal)
Jaring insang (gill net) merupakan alat penangkapan ikan berbentuk empat persegi panjang yang ukuran mata jaringnya merata dan dilengkapi dengan pelampung, pemberat, tali ris atas dan tali ris bawah atau tanpa tali ris bawah. Jaring insang digunakan untuk menangkap ikan dengan cara menghadang ruaya gerombolan ikan. Ikan-ikan yang tertangkap pada jaring umumnya karena terjerat di bagian belakang penutup insang atau terpuntal oleh mata jaring. Biasanya ikan yang tertangkap dalam jaring ini adalah jenis ikan yang migrasi vertical maupun horizontalnya tidak terlalu aktif.
8. Trap (perangkap)
Perangkap merupakan alat penangkapan ikan yang mempunyai prinsip penangkapan dengan cara memperangkap ikan dengan menggunakan jaring dan atau bahan lainnya yang dioperasikan dengan atau tanpa perahu atau kapal. Desain dan konstruksi perangkap disesuaikan dengan target ikan tangkapan yang dikehendaki, sehingga terdapat berbagai bentuk dan ukuran perangkap. Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap perangkap terdiri dari:
Hook and line (pancing) merupakan alat penangkapan ikan yang mempunyai prinsip penangkapan dengan memancing ikan target sehingga terkait dengan mata pancing yang dirangkai dengan tali menggunakan atau tanpa umpan. Desain dan konstruksi pancing disesuaikan dengan target ikan tangkapan yang dikehendaki, sehingga terdapat berbagai bentuk dan ukuran pancing serta sarana apung maupun alat bantu penangkapan ikan yang digunakan. Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap hooks and lines ini terdiri dari:
– Handlines and pole-lines (hand operated) – Handlines and pole-lines (mechanized) – Set longlines – Drifting longlines – Longlines (not specified) – Trolling lines – Hook and lines (not specified)
10. Grappling and wounding gear (pengait dan alat yang melukai)
Alat pengait/penjepit dan alat yang melukai merupakan alat penangkapan ikan yang mempunyai prinsip penangkapan dengan cara menerkam, mengait/menjepit, melukai atau membunuh sasaran tangkap yang dilakukan dari atasu kapal atau tanpa menggunakan kapal. Desain dan konstruksi alat penjepit dan melukai mempunyai bentuk runcing/tajam pada salah satu ujungnya. Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap pengait dan alat yang melukai ini adalah harpoon.
11. Harvesting machine (mesin pemanen)
Yang dimaksud dengan Pump fishing adalah suatu alat tangkap tanpa menggunakan jaring tetapi dengan menggunakan pompa untuk menyedot ikan,udang,cumi-cumi dan krill plankton masuk ke dalam kapal. Alat tangkap ini dioperasikan pada kedalaman 110 meter dengan catchable area 20cm. Efektifnya menangkap cumi-cumi .
12. Alat tangkap lainnya.
Alat-alat lainnya merupakan alat penangkapan ikan yang tidak termasuk ke dalam penggolongan kelompok sebelumnya, dimana prinsip penangkapan tidak dengan cara menjerat, memancing, memerangkap, mencengkram, mengait/menjepit, melukai atau membunuh sasaran tangkap.
Desain dan konstruksi alat tangkap lainnya ini merupakan konstruksi yang bentuknya tidak terdapat pada setiap kelompok sebelumnya. Sehingga dapat digolongkan sebagai kelompok tersendiri dan dimungkinkan akan mengalami perkembangan sesuai dengan modifikasi dan kreatifitas nelayan dalam rangka menciptakan rancang bangun alat penangkap ikan ke depan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan teknologi penangkapan ikan yang ada.
Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap lainnya ini adalah: Miscellaneous Gear. Sebagai informasi, di Indonesia alat tangkap muro ami, serok teri dan alat penangkap lobster termasuk dalam kategori alat tangkap ini.
Metode yang digunakan dalam kajian keramahan alat tangkap ikan ini dengan pendekatan destkriptif yaitu menilai dan mengkaji karakteristik dari suatu alat tangkap menurut klasifikasi statistik internasional standar FAO dengan ke-9 (sembilan) kriteria keramahan menurut standart FAO. Disebabkan karena banyaknya jenis alat tangkap dalam suatu klasifikasi, maka untuk memudahkan pengkajiannya penulis membatasi salah satu alat tangkap saja yang disebutkan sebagai dalam contoh yang termasuk dalam klasifikasi alat tangkap tersebut. Selanjutnya mencatat kriteria yang kurang memenuhi persyaratan sebagai alat tangkap yang ramah lingkungan dan dari kriteria tersebut diberikan solusi untuk meningkatkan keramahannya. Adapun alat tangkap menurut klasifikasi statistik internasional standar FAO :
1. Surrounding net (Jaring Lingkar)
Contoh : Jaring Lingkar/Puse seine
Dari sembilan kriteria yang digunakan dalam mengkaji keramahan alat tangkap surrounding net, dua kriteria yang kurang memenuhi sebagai persyaratan puse seine yang ramah lingkungan. Kedua kriteria tersebut adalah : 1. Selektifitas. Khusus selektifitas ini diperlukan penelitian lebih lanjut terutama untuk mengetahui berapa spesies yang tertangkap dalam satu kali hauling dan ukuran catch (panjang total dan lingkar tubuh) di fishing ground tertentu. Hal ini disebabkan dapat saja diketahui selektifitas yang berbeda pada fishing ground yang berbeda pula, 2. Biaya investasi yang tinggi dalam satu unit penangkapan Dari kedua kriteria tersebut dapat diberikan solusi untuk meningkatkan keramahannya, untuk selektifitas diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan kurva selektifitasnya. Biaya investasi yang tinggi dapat diatasi dengan memberdayakan kelompok nelayan,setiap anggota mempunyai saham sesuai dengan jenis dan besarnya kontribusinya.
2. Seine net (Pukat)
Contoh : Pukat pantai/Beach seine
Dari sembilan kriteria yang digunakan dalam mengkaji keramahan alat tangkap pukat pantai, terdapat satu kriteria yang kurang memenuhi sebagai persyaratan puse seine yang ramah lingkungan. Kedua kriteria tersebut adalah : Selektifitas. Sama halnya dengan puse seine, pukat pantai juga diperlukan penelitian lebih lanjut dalam hal selektifitasnya ukuran catch (panjang total dan lingkar tubuh) pada suatu fishing ground tertentu. Dari kriteria tersebut solusi yang dapat diberikan untuk meningkatkan keramahannya, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan kurva selektifitasnya.
C. Alat Tangkap Payang
Peranan ikan laut sebagai sumber protein hewani dewasa ini semakin penting, karena semakin banyaknya permasalahan yang dihadapi dalam pengadaan daging ternak seperti masalah penyakit menular dari hewan ternak serta semakin tingginya harga daging ternak. Sementara keberadaan ikan laut di Indonesia sangat melimpah. Ikan laut merupakan kekayaan alam yang tidak habis-habisnya selama dapat mengelola dengan baik karena di laut yang sangat luas terjadi kesadaran masyarakat akan pentingnya laut semakin baik, berbagai proses perbaikan stok ikan baik melalui pertumbuhan fertilitas, migrasi ikan dan lain-lain. Ikan yang ada di laut ini harus dapat dimanfaatkan dengan baik melalui proses penangkapan ikan. Untuk melakukan penangkapan harus menggunakan alat tangkap yang sesuai dengan karakteristik tingkah laku dan habitat ikan yang berada di laut tersebut.
Keberadaan ikan dalam suatu kawasan perairan umumnya dihuni oleh berbagai jenis dan macam ikan yang terjalin dalam suatu rantai makanan. Ikan-ikan tertentu yang popolasinya besarnya umumnya muncul secara periodik berdasarkan musimnya.
Berbagai jenis alat tangkap telah dikembangkan untuk membantu mempermudah proses penangkapan ikan di laut. Alat tangkap dikembangkan dengan mengacu pada tingkah laku jenis ikan dan habitat dimana ikan berada. Berdasarkan habitat tersebut, sumber daya ikan dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu ikan pelagis (permukaan) dan ikan demersial (ikan dasar). Ikan pelagis umumnya memiliki jumlah populasi yang sangat banyak sehingga untuk melakukan penangkapan diperlukan alat tangkap yang paling efektif diantaranya adalah jaring. Sesuai dengan karakteristik habitat dan tingkah laku ikan pelagis,kemudian dikembangkan beberapa alat tangkap, seperti : jaring payang, gillnet, pursein dan trawll.
Jaring payang merupakan salah satu jenis alat tangkap yang cukup produktif digunakan untuk penangkapan ikan di kolom air dan banyak tersebar di seluruh perairan Indonesia. Namun demikian kadang kala tiap daer kan modifikasi, sebagai contoh bahwa jaring payang dikenal di perairan Laut Jawa dan di Perairan Belitung dengan ukuran yang agak berbeda.
Secara spesifik jaring payang merupakan salah satu bentuk jaring penangkapan ikan yang terdiri atas kantong jaring, kaki jaring dan tali jaring. Mata jaring memiliki ukuran standar yang telah ditentukan dan direkomendasi oleh pemerintah.
Jaring payang banyak digunakan oleh usaha kecil menengah, karena jaring payang memerlukan biaya yang relatif kecil sehingga terjangkau oleh nelayan kecil dan dioperasionalkan cukup dengan satu perahu dan 5 orang anak buah kapal (ABK). Sebagian besar pengguna jaring payang adalah nelayan tradisional dan berpendidikan rendah.
Payangadalah termasuk alat penangkap ikan yang sudah lama dikenal nelayan Indonesia. Payang adalah pukat kantong yang digunakan untuk menangkap gerombolan ikan permukaan (pelagic fish). Kedua sayapnya berguna untuk menakut-nakuti atau mengejutkan serta menggiring ikan untuk masuk ke dalam kantong. Cara operasinya adalah dengan melingkari gerombolan ikan dan kemudian pukat kantong tersebut ditarik ke arah kapal.
Payang hampir dikenal di seluruh daerah perikanan laut Indonesia dengan nama yang berbeda-beda, antara lain: payang (Jakarta, Tegal, Pekalongan, Batang dan daerah lain di pantai utara Jawa), payang uras (Selat Bali dan sekitarnya), payang ronggeng (Bali Utara), payang gerut (Bawean), payang puger (daerah Puger), payang jabur (Padelengan/ Madura, Lampung), pukat nike (Gorontalo), pukat banting Aceh (Sumatera Utara, Aceh), pukat tengah (Sumatera Barat: Pariaman, Sungai Limau, Perairan Tiku), jala lompo (Kaltim, Sulsel), panja/pajala (Muna, Buton, Luwuk, Banggai), pukat buton (Air Tembaga, Gorontalo, Manokwari, Kupang, Kalabai, Kendari, Flores), jala uras (Sumbawa, Manggarai/Flores).
Konstruksi
Payang adalah pukat kantong lingkar yang secara garis besar terdiri dari bagian kantong (bag), badan/ perut (body/belly) dan kaki/ sayap (leg/wing). Namun ada juga pendapat yang membagi hanya menjadi 2 bagian, yaitu kantong dan kaki. Bagian kantong umumnya terdiri dari bagian-bagian kecil yang tiap bagian mempunyai nama sendiri-sendiri. Namun bagian-bagian ini untuk tiap daerah umumnya berbeda-beda sesuai daerah masing-masing.
Besar mata mulai dari ujung kantong sampai dengan ujung kaki berbeda-beda, bervariasi mulai dari 1 cm (atau kadang kurang) sampai ± 40 cm. Berbeda dengan jaring trawl di mana bagian bawah mulut jaring (bibir bawah/underlip) lebih menonjol ke belakang, maka untuk payang justru bagian atas mulut jaring (upperlip) yang menonjol ke belakang. Hal ini dikarenakan payang tersebut umumnya digunakan untuk menangkap jenis-jenis ikan pelagik yang biasanya hidup dibagian lapisan atas air atau kurang Iebih demikian dan mempunyai sifat cenderung lari ke lapisan bawah bila telah terkurung jaring. Oleh karena bagian bawah mulut jaring lebih menonjol ke depan maka kesempatan lolos menjadi terhalang dan akhirnya masuk ke dalam kantong jaring.
Pada bagian bawah kaki/sayap dan mulut jaring diberi pemberat. Sedangkan bagian atas pada jarak tertentu diberi pelampung. Pelampung yang berukuran paling besar ditempatkan di bagian tengah dan mulut jaring. Pada kedua ujung depan kaki/sayap disambung dengan tali panjang yang umumnya disebut tali selambar (tali hela/tali tarik).
Metode pengoperasian
Penangkapan dengan jaring payang dapat dilakukan baik pada malam maupun siang hari. Untuk malam hari terutama pada hari-hari gelap (tidak dalam keadaan terang bulan) dengan menggunakan alat bantu lampu petromaks (kerosene pressure lamp). Sedang penangkapan yang dilakukan pada siang hari menggunakan alat bantu rumpon/payaos (fish aggregating device) atau kadang kala tanpa alat bantu rumpon, yaitu dengan cara menduga-duga ditempat yang dikira banyak ikan atau mencari gerombolan ikan. Kalau gerombolan ikan yang diburu tadi kebetulan tongkol dalam penangkapan ini disebut oyokan tongkol.
Penggunaan rumpon untuk alat bantu penangkapan dengan payang meliputi 95% lebih.
Penangkapan dengan payang dan sejenisnya ini dapat dilakukan baik dengan perahu layar maupun dengan kapal motor. Penggunaan tenaga berkisar antara 6 orang untuk payang berukuran kecil dan 16 orang untuk payang besar.
Daerah penangkapan
Daerah penangkapan dan payang ini pada perairan yang tidak terlalu jauh dan pantai atau daerah subur yang tidak terdapat karang. Hasil tangkapan terutama jenis-jenis pelagik kecil (layang, solar, kembung, lemuru, tembang japuh dan lain-lain). Hasil tangkapan sangat tergantung keadaan daerah dan banyak sedikitnya ikan yang berkumpul disekitar rumpon.
Musim penangkapan
Musim penangkapan dan payang ini sepanjang tahun, kecuali pada saat-saat tertentu di mana cuaca tidak memungkinkan seperti pada saat musim barat.
Pemeliharaan alat
Pemeliharaan alat tangkap sebaiknya setelah alat dipakai dicuci dengan air tawar, bagian yang rusak diperbaiki, dikeringkan di tempat yang tidak kena sinar matahari secara langsung dan disimpan ditempat yang bersih.
Pengadaan alat dan bahan jaring
Alat dan bahan jaring bisa diperoleh di semua toko penlengkapan nelayan di lokasi terdekat atau bisa dipesan dan pabnik janing “PT. Anida” di Cirebon atau “PT Indoneptun” di Ranca Ekek Bandung. Payang termasuk alat yang produktifitasnya tinggi dan dikenal hampir diseluruh daerah perikanan laut Indonesia, namun yang paling banyak adalah di pantai utara Jawa termasuk Madura, Sulawesi Selatan dan Tenggara.
D. Cantrang
Danish seine merupakan salah satu jenis alat tangkap dengan metode penangkapannya tanpa menggunakan otterboards, jaring dapat ditarik menyusuri dasar laut dengan menggunakan satu kapal. Pada saat penarikan kapal dapat ditambat (Anchor Seining) atau tanpa ditambat (Fly Dragging). Pada anchor seining, para awak kapal akan merasa lebih nyaman pada waktu bekerja di dek dibandingkan Fly dragging. Kelebihan fly dragging adalah alat ini akan memerlukan sedikit waktu untuk pindah ke fishing ground lain dibandingkan Anchor seining (Dickson, 1959).
Setelah perang dunia pertama, anchor seining dipakai nelayan Inggris yang sebelumnya menggunakan alat tangkap Trawl. Dari tahun 1930 para nelayan Skotlandia dengan kapal yang berkekuatan lebih besar dan lebih berpengalaman menyingkat waktu dan masalah pada anchor seining pada setiap penarikan alat dengan mengembangkan modifikasi operasi dengan istilah Fly Dragging atau Scotish Seining. Pada Fly Dragging kapal tetap berjalan selagi penarikan jaring dilakukan.
Cantrang merupakan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan demersal yang dilengkapi dua tali penarik yang cukup panjang yang dikaitkan pada ujung sayap jaring. Bagian utama dari alat tangkap ini terdiri dari kantong, badan, sayap atau kaki, mulut jaring, tali penarik (warp), pelampung dam pemberat.
George et al, (1953) dalam Subani dan Barus (1989). Alat tangkap cantrang dalam pengertian umum digolongkan pada kelompok Danish Seine yang terdapat di Eropa dan beberapa di Amerika. Dilihat dari bentuknya alat tangkap tersebut menyerupai payang tetapi ukurannya lebih kecil.
Setelah dikeluarkannya KEPRES tentang pelarangan penggunaan alat tangkap Trawl di Indonesia tahun 1980, maka cantrang banyak dipilih nelayan untuk menangkap ikan demersal, karena dilihat dari fungsi dan hasil tangkapannya cantrang ini hampir memiliki kesamaan dengan jaring trawl.
Gambar. Alat tangkap cantrang
Kontruksi Alat Tangkap
Dari segi bentuk (konstruksi) cantrang ini terdiri dari bagian-bagian :
a) Kantong (Cod End)
Kantong merupakan bagaian dari jarring yang merupakan tempat terkumpulnya hasil tangkapan. Pada ujung kantong diikat dengan tali untuk menjaga agar hasil tangkapan tidak mudah lolos (terlepas).
b) Badan (Body)
Merupakan bagian terbesar dari jaring, terletak antara sayap dan kantong. Bagian ini berfungsi untuk menghubungkan bagian sayap dan kantong untuk menampung jenis ikan-ikan dasar dan udang sebelum masuk ke dalam kantong. Badan tediri atas bagian-bagian kecil yang ukuran mata jaringnya berbeda-beda.
c) Sayap (Wing).
Sayap atau kaki adalah bagian jaring yang merupakan sambungan atau perpanjangan badan sampai tali salambar. Fungsi sayap adalah untuk menghadang dan mengarahkan ikan supaya masuk ke dalam kantong.
d) Mulut (Mouth)
Alat cantrang memiliki bibir atas dan bibir bawah yang berkedudukan sama. Pada mulut jaring terdapat:
1) Pelampung (float): tujuan umum penggunan pelampung adalah untuk memberikan daya apung pada alat tangkap cantrang yang dipasang pada bagian tali ris atas (bibir atas jaring) sehingga mulut jaring dapat terbuka.
2) Pemberat (Sinker): dipasang pada tali ris bagian bawah dengan tujuan agar bagian-bagian yang dipasangi pemberat ini cepat tenggelam dan tetap berada pada posisinya (dasar perairan) walaupun mendapat pengaruh dari arus.
3) Tali Ris Atas (Head Rope) : berfungsi sebagai tempat mengikatkan bagian sayap jaring, badan jaring (bagian bibir atas) dan pelampung.
4) Tali Ris Bawah (Ground Rope) : berfungsi sebagai tempat mengikatkan bagian sayap jaring, bagian badan jaring (bagian bibir bawah) jaring dan pemberat.
e) Tali Penarik (Warp)
Berfungsi untuk menarik jarring selama di operasikan.
f) Karakteristik
Menurut George et al, (1953) dalam Subani dan Barus (1989). Dilihat dari bentuknya alat tangkap cantrang menyerupai payang tetapi ukurannya lebih kecil. Dilihat dari fungsi dan hasil tangkapan cantrang menyerupai trawl yaitu untuk menangkap sumberdaya perikanan demersal terutama ikan dan udang, tetapi bentuknya lebih sederhana dan pada waktu penangkapannya hanya menggunakan perahu layar atau kapal motor kecil sampai sedang. Kemudian bagian bibir atas dan bibir bawah pada Cantrang berukuran sama panjang atau kurang lebih demikian. Panjang jarring mulai dari ujung belakang kantong sampai pada ujung kaki sekitar 8-12 m.
Bahan Dan Spesifikasinya
1. Kantong, Bahan terbuat dari polyethylene. Ukuran mata jaring pada bagian kantong 1 inchi.
2. Badan Terbuat dari polyethylene dan ukuran mata jaring minimum 1,5 inchi.
3. Sayap terbuat dari polyethylene dengan ukuran mata jaring sebesar 5 inchi.
4. Pemberat, Bahan pemberat terbuat dari timah atau bahan lain.
5. Tali ris atas Terbuat dari tali dengan bahan polyethylene.
6. Tali ris bawah, Terbuat dari tali dengan bahan polyethylene.
7. Tali penarik, Terbuat dari tali dengan bahan polyethylene dengan diameter 1 inchi.
Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan dengan jaring Cantrang pada dasarnya yang tertangkap adalah jenis ikan dasar (demersal) dan udand seperti ikan petek, biji nangka, gulamah, kerapu, sebelah, pari, cucut, gurita, bloso dan macam-macam udang (Subani dan Barus, 1989).
Daerah Penangkapan
langkah awal dalam pengperasian alat tangkap ini adalah mencari daerah penangkapan (Fishing Ground). Menurut Damanhuri (1980), suatau perairan dikatakan sebagai daerah penangkapan ikan yang baik apabila memenuhi persyaratan dibawah ini:
1. Di daerah tersebut terdapat ikan yang melimpah sepanjang tahun.
2. Alat tangkap dapat dioperasikan denagn mudah dan sempurna.
3. Lokasi tidak jauh dari pelabuhan sehingga mudah dijangkau oleh perahu.
4. Keadaan daerahnya aman, tidak biasa dilalui angin kencang dan bukan daerah badai yang membahayakan.
Penentuan daerah penangkapan dengan alat tangkap Cantrang hampir sama dengan Bottom Trawl. Menurut Ayodhyoa (1975), syarat-syarat Fishing Ground bagi bottom trawl antara lain adalah sebagai berikut:
Karena jaring ditarik pada dasar laut, maka perlu jika dasar laut tersebut terdiri dari pasir ataupun Lumpur, tidak berbatu karang, tidak terdapat benda-benda yang mungkin akan menyangkut ketika jaring ditarik, misalnya kapal yang tengelam, bekas-bekas tiang dan sebagainya.
Dasar perairan mendatar, tidak terdapat perbedaan depth yang sangat menyolok.
Perairan mempunyai daya produktivitas yang besar serta resources yang melimpah.
Alat Bantu Penangkapan
Alat bantu penangkapan cantrang adalah GARDEN. (Mohammad et al. 1997) dengan alat bantu garden untuk menarik warp memungkinkan penarikan jaring lebih cepat. Penggunaan garden tersebut dimaksudkan agar pekerjaan anak buah kapal (ABK) lebih ringan, disamping lebih banyak ikan yang terjaring sebagai hasil tangkapan dapat lebih ditingkatkan.
Gardanisasi alat tangkap cantrang telah membuka peluang baru bagi perkembangan penangkapan ikan, yaitu dengan pemakaian mesin kapal dan ukuran jaring yang lebih besar untuk di operasikan di perairan yang lebih luas dan lebih dalam.
Teknik Pengoperasi (Setting dan Houling)
1. Persiapan
Operasi penangkapan dilakukan pagi hari setelah keadaan terang. Setelah ditentukan fishing ground nelayan mulai mempersiapkan operasi penangkapan dengan meneliti bagian-bagian alat tangkap, mengikat tali selambar dengan sayap jaring.
2. Setting
Sebelum dilakukan penebaran jaring terlebih dahulu diperhatikan terlebih dahulu arah mata angin dan arus. Kedua faktor ini perlu diperhatikan karena arah angin akan mempengaruhi pergerakan kapal, sedang arus akan mempengaruhi pergerakan ikan dan alat tangkap. Ikan biasanya akan bergerak melawan arah arus sehingga mulut jaring harus menentang pergerakan dari ikan.
Untuk mendapatkan luas area sebesar mungkin maka dalam melakukan penebaran jaring dengan membentuk lingkaran dan jaring ditebar dari lambung kapal, dimulai dengan penurunan pelampung tanda yang berfungsi untuk memudahkan pengambilan tali selambar pada saat akan dilakukan hauling. Setelah pelampung tanda diturunkan kemudian tali salambar kanan diturunkan →sayap sebelah kanan → badan sebelah kanan → kantong → badan sebelah kiri → sayap sebelah kiri → salah satu ujung tali salambar kiri yang tidak terikat dengan sayap dililitkan pada gardan sebelah kiri. Pada saat melakukan setting kapal bergerak melingkar menuju pelampung tanda.
3. Hauling
Setelah proses setting selesai, terlebih dahulu jarring dibiarkan selam ± 10 menit untuk memberi kesempatan tali salambar mencapai dasar perairan. Kapal pada saat hauling tetap berjalan dengan kecepatan lambat. Hal ini dilakukan agar pada saat penarikan jaring, kapal tidak bergerak mundur karena berat jaring. Penarikan alat tangkap dibantu dengan alat gardan sehingga akan lebih menghemat tenaga, selain itu keseimbangan antara badan kapal sebelah kanan dan kiri kapal lebih terjamin karena kecepatan penarikan tali salambar sama dan pada waktu yang bersamaan. Dengan adanya penarikan ini maka kedua tali penarik dan sayap akan bergerak saling mendekat dan mengejutkan ikan serta menggiringnya masuk kedalam kantong jaring.
Setelah diperkirakan tali salambar telah mencapai dasar perairan maka secepat mungkin dilakukan hauling. Pertama-tama pelampung tanda dinaikkan ke atas kapal → tali salambar sebelah kanan yang telah ditarik ujungnya dililitkan pada gardan sebelah kanan → mesin gardan mulai dinyalakan bersamaan dengan mesin pendorong utama hingga kapal bergerak berlahan-lahan → jaring mulai ditarik → tali salambar digulung dengan baik saat setelah naik keatas kapal → sayap jaring naik keatas kapal → mesin gardan dimatikan → bagian jaring sebelah kiri dipindahkan kesebelah kanan kapal → jaring ditarik keatas kapal → badan jaring → kantong yang berisi hasil tangkapan dinaikkan keatas kapal. Dengan dinaikkannya hasil tangkapan maka proses hauling selesai dilakukan dan jaring kembali ditata seperti keadaan semula, sehingga pada saat melakukan setting selanjutnya tidak mengalami kesulitan.
F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Penangkapan
1. Kecepatan dalam menarik jaring pada waktu operasi penangkapan.
2. Arus
Arus akan mempengaruhi pergerakan ikan dan alat tangkap. Ikan biasanya akan bergerak melawan arah arus sehingga mulut jaring harus menentang pergerakan dari ikan.
3. Arah angin
Arah angin akan mempengaruhi pergerakan kapal pada saat operasi penangkapan dilakukan.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Seine nets atau pukat atau pukat tarik merupakan alat penangkapan ikan berkantong tanpa alat pembuka mulut jaring. Pengoperasiannya dengan cara melingkari gerombolan ikan dan menariknya ke kapal yang sedang berhenti/berlabuh jangkar atau ke darat/pantai melalui kedua bagian sayap tali selambar.
2. Jaring payang merupakan salah satu jenis alat tangkap yang cukup produktif digunakan untuk penangkapan ikan di kolom air dan banyak tersebar di seluruh perairan Indonesia. Secara spesifik jaring payang merupakan salah satu bentuk jaring penangkapan ikan yang terdiri atas kantong jaring, kaki jaring dan tali jaring. Mata jaring memiliki ukuran standar yang telah ditentukan dan direkomendasi oleh pemerintah.
3. Cantrang merupakan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan demersal yang dilengkapi dua tali penarik yang cukup panjang yang dikaitkan pada ujung sayap jaring. Bagian utama dari alat tangkap ini terdiri dari kantong, badan, sayap atau kaki, mulut jaring, tali penarik (warp), pelampung dam pemberat.
4. Factor-faktor yang mempengaruhi penangkapan yaitu kecepatan dalam menarik jaring pada waktu operasi penangkapan, arus, dan arah angin.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan , oleh sebab itu kami mengaharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan penyusunan makalah-makalah berikutnya.
DAFTRAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Anonim. 2006. Panduan Jenis-Jenis Penangkapan Ikan. Ramah Lingkungan. COREMAP II. Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Departemen Kelautan Dan Perikanan. Jakarta.
Brant A Vont,1984. Fish Catch Methods of the World, Fishing News Book Ltd England
Baskoro,S.B,2002. Metode Penangkapan Ikan. Diktat Kuliah (tidak dipublikasikan) Fakultas Perikanan dan ilmu Kelautan IPB, Bogor.
Nedelec, C. and J. Prado. 1990. Definition and Clasification of Fishing Gears Categories. FAO FISEHRIES TECHNICAL PAPER 222 Rev.1, FAO Fisheries Industries Division, Rome. 92p.
Nomura,M 1985. Fishing Techniques 1,2,3, Kanagawa International Training Center , JICA, Tokyo
Subani, W dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang di Indoensia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut, BPPL, BPPP, Departemen Pertanian, Jakarta.
Prinsip pendinginan ikan menggunakan es sangat penting dipahami untuk menjaga kualitas dan kesegaran ikan. Es menjadi salah satu alternatif yang penting karena harganya yang murah dan mudah diaplikasikan pada kapal-kapal nelayan.
Daftar isi
Pendinginan Ikan Menggunakan Es
Bab I. Pendahuluan
A. Latar belakang
Ikan merupakan produk pangan yang memiliki daging yang mudah rusak. Proses pembusukan daging ikan segera terjadi begitu ikan mati. Hal ini disebabkan oleh bakteri yang melekat pada ikan selama hidup.
Pada keadaan tropis, seperti di Indonesia ikan bisa membusuk dalam waktu 12 hingga 20 jam. Durasi waktu pembusukan ikan dipengaruhi oleh beberapa hal namun yang paling umum adalah spesies, alat penangkapan dan metode penangkapan.
Upaya pencegahan pembusukan dan menjaga kualitas daging ikan dapat dilakukan dengan pendinginan. Daging ikan dapat disimpan selama 2 hari pada suhu 15oC-20oC. Semakin dingin suhu penyimpanan ikan semakin lama durasi proses pembusukan. Secara umum ditunjukkan pada tabel berikut
No
Suhu
Durasi (Hari)
1
15oC-20oC
2
2
5oC
5 – 6
3
0oC
9 – 14
Durasi penyimpanan ikan juga bergantung dari spesies ikan itu sendiri. Misalnya Ikan Kerapu memiliki masa simpan yang lebih lama dibandingkan dengan ikan Tuna.
Pengolahan ikan agar lebih awet perlu dilakukan agar ikan dapat tetap dikonsumsi dalam keadaan yang baik. Pada dasarnya pengawetan ikan bertujuan untuk mencegah bakteri pembusuk masuk ke dalam ikan. Nelayan biasanya memberi es sebagai pendingin agar memperpanjang masa simpan ikan sebelum sampai pada konsumen.
Salah satu usaha untuk meningkatkan nilai dan mengoptimalkan pemanfaatan produksi hasil tangkapan laut adalah dengan pengembangan produk bernilai tambah, baik olahan tradisional maupun modern. Namun produk bernilai tambah yang diproduksi di Indonesia masih dari ikan ekonomis seperti tuna/udang kaleng, tuna steak, loin dan lain sebagainya yang memiliki nilai jual meski tanpa dilakukan proses lanjutan. Sedangkan apabila ingin merubah nilai jual ikan non ekonomis maka salah satu cara yang bisa ditempuh adalah melalui teknologi produk perikanan (pengembangan produk hasil perikanan) agar lebih bisa diterima oleh masyarakat dan sesuai dengan selera pasar dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, aman, sehat melalui asupan gizi/vitamin/protein dari produk hasil perikanan dan ketahanan pangan.
Penggunaan suhu rendah sangat bagus untuk menghambat proses pembusukan sebab dengan suhu rendah pertumbuhan mikroba dapat dihambat atau bahkan dapat membunuh mikroba atau bakteri tersebut dan untuk mempertahankan kesegaran produk perikanan selain bentuk serta susunan kimianya tidak banyak berubah jika dibandingkan dengan penggunaan suhu tinggi. Penggunaan suhu rendah dilakukan dengan pemakaian es atau pembekuan.
Prinsip pendinginan adalah mendinginkan ikan secepat mungkin ke suhu serendah mungkin tetapi tidak sampai menjadi beku. Pendinginan tidak dapat mencegah pembusukan secara total, tetapi semakin dingin suhu ikan, semakin besar penurunan aktivitas bakteri dan enzim. Pendinginan bertujuan untuk menunda proses bakteriologi dan biokimia pada ikan. Proses pendinginan ikan seharusnya ikan diselimuti oleh medium yang suhunya lebih dingin dari suhu ikan, dapat berbentuk cair, padat atau gas. Pendinginan ikan dapat dilakukan dengan menggunakan es.
Es balok yang digunakan untuk pendinginan ikan harus dihancurkan terlebih dahulu menjadi bentuk bongkahan atau diserut menjadi butiran-butiran yang tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar. Ukuran pecahan butiran es kira-kira 1-2 cm3. Pemakaian butiran es yang terlalu besar dan runcing dapat mengakibatkan kerusakan fisik ikan. Butiran es yang terlalu kecil akan menyebabkan butiran es cepat melebur dan juga membendung aliran air ke bawah sehingga terjadi genangan air antar lapisan ikan. Pemakaian es balok yang dihancurkan akan lebih baik dari pada yang diserut karena akan diperoleh ukuran butiran es yang berbeda-beda dan disarankan untuk tidak menghancurkan es balok di atas tumpukan ikan karena akan mengakibatkan kerusakan fisik pada ikan (Junianto 2003).
B. Tujuan
maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk dapat mengetahui cara dan prinsip penanganan ikan menggunakan es yang mana bertujuan untuk mempertahankan kualitas kesegaran ikan tetap terjaga.
Bab II. Pembahasan
A. Faktor-Faktor Penurunan Kualitas Kesegaran Ikan
Dalam setiap operasi penangkapan, ikan yang tertangkap harus diperlakukan dengan sebaik-baiknya, karena perlakuan ini merupakan langkah pertama yang sangat menentukan mutu ikan dalam proses berikutnya. Ikan yang ditangkap akan segera membusuk, kecepatan pembusukan dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:
Cara Penangkapan : Ikan yang tertangkap dengan playing, pole & line, akan lebih baik keadaanya bila dibandingkan dengan yang ditangkap dengan gill net, long line, dan sebagainya.
Reaksi ikan menghadapi kematian : Ikan-ikan yang keras menghabiskan banyak tenaganya dalam menghadapi kematiannya, lebih cepat busuk daripada ikan yang mati dengan tenang atau cepat.
Jenis dan ukuran ikan :
Kecepatan pembusukan berbeda pada setiap jenis ikan, karena perbedaan komposisi kimianya.
Ikan yang berukuran kecil cepat membusuk dari pada ikan yang berukuran besar.
Keadaan fisik sebelum ditangkap :
Ikan yang sangat kenyang akan makanan saat ditangkap, perut dan dinding perutnya segera diurai oleh enzym isi perut dan akan mengakibatkan perubahan warna.
Ikan yang kondisi physiknya lemah, misalnya ikan yang sakit, lapar atau habis bertelur, akan lebih membusuk.
Keadaan Cuaca : Udara yang panas, suhu air yang tinggi, laut yang banyak gelombang, akan mempercepat pembusukan.
Cara penanganan dan penyimpanan : Jika ikan dalam keadaan rigor diperlakukan dengan kasar, misalnya ditumpuk terlalu banyak, terinjak, terlempar, dan sebagainya, proses pembusukannya akan berlangsung lebih cepat. Pembusukan dapat dicegah atau diperlambat jika ikan disiangi dan disimpan pada suhu yang cukup rendah.
Penurunan Mutu Ikan Oleh Pengaruh Fisik
Penurunan mutu ikan juga dapat terjadi oleh pengaruh fisik. Misal kerusakan oleh alat tangkap waktu ikan berada di dek, di atas kapal dan selama ikan disimpan di palka. Kerusakan yang dialami ikan secara fisik ini disebabkan karena penanganan yang kurang baik. Sehingga menyebabkan luka-luka pada badan ikan dan ikan menjadi lembek. Hal-hal ini dapat disebabkan karena :
Terlalu lamanya ikan berada dalam jaring, misal dalam jaring trawl, penarikan trawl terlalu lama. Kondisi ini dapat menyebabkan kepala atau ekor menjadi luka atau patah.
Pemakaian alat, semisal ganco atau sekop terlalu kasar, sehingga melukai badan ikan dan ikan dapat mengalami pendarahan.
Penyimpanan dalam palka terlalu lama.
Penanganan yang ceroboh sewaktu penyiangan, mengambil ikan dari jaring, sewaktu memasukkan ikan dalam palka, dan membongkar ikan dari palka.
Daging ikan juga akan lebih cepat menjadi lembek, bila kena sinar matahari.
B. Penanganan hasil tangkapan ikan
Penanganan hasil tangkapan ikan adalah proses mempertahankan kualitas ikan tetap terjaga dalam waktu selama mungkin. Penanganan ikan seperti kita ketahui ada beberapa cara untuk mempertahankan kualitas kesegaran ikan yaitu dengan menggunakan es balok, es curah, es kering, menggunakan air dingin dan juga secara pembekuan. Namun di Indonesia yang banyak dilakukan penanganan hasil tangkapan yaitu melakukan pendinginan ikan dengan menggunakan es.
C. Jumlah Es Yang Digunakan
Jumlah es yang di gunakan harus di sesuaikan dengan jumlah ikan yang akan di tangani akan di peroleh suhu pendinginan yang optimal. Jika jumlah es terlalu sedikit dibandingkan jumlah ikannya maka suhu pendinginan yang dihasilkan tidak cukup dingin untuk mempertahankan kesegaran ikan dalam waktu yang di tentukan. Sebaiknya, bila jumlah es terlalu banyak dapat menyebabkan ikan kerusakan fisik karena himpitan atau tekanan dari bongkahan es. Es yang di tambahkan harus dapat menurunkan suhu ikan sampai 0ºC dan suhu tersebut dapat dipertahankan selama penyimpanan dalam waktu yang ditentukan.
Perbandingan es dan ikan yang dipergunakan selama pendinginan bervariasi antara 1 : 4 sampai 1 : 1. Perbandingan tersebut tergantung pada waktu penyimpanan yang diperkirakan, suhu udara diluar kemasan, dan jenis wadah penyimpanan.
Ketebalan lapisan ikan berpengaruh terhadap kecepatan penurunan suhu tubuh ikan. Semangkin tipis lapisan ikan, kecepatan penurunan suhunya semangkin cepat. Waktu yang diperlukan untuk mencapai 1,5ºC dari suhu awal tubuh ikan 10ºC dari berbagai perlakuan.
Dalam perhitungan jumlah es yang diperlukan, terdapat dua tahapan yang harus diperhatikan yaitu tahap penurunan suhu mencapai suhu penyimpanan yang diinginkan ( 0ºC s/d 3ºC ) dan tahap pemeliharaan suhu penyimpanan dan distribusi. Untuk menurunkan suhu ikan sampai pada tingkat suhu yang lebih rendah, maka jumlah panas yang harus dienyahkan dari ikan dapat dihitung dengan rumus umum berikut :
Q = m (T1 – T2) c
Dimana :
Q = Jumlah panas dalam kilokalori (kkal)
m = masa atau berat bahan dalam kg
T1 = suhu awal bahan dalam oC
T2 = suhu akhir bahan dalam oC
C = panas spesifik bahan
Kalau panas spesifik ikan 0.84, suhu awal 20oC, sedangkan berat ikan 100 kg maka jumlah panas yang harus dienyahkan dari ikan agar suhunya mencapai 0ºC adalah : 100 kg X (20 – 0)oCX 0,84= 1680kkal
Oleh karena tiap kg es saat meleleh pada 0oC dapat menyerap 80kkal ( berhubung panas laten pelelehan es 80 kkal/kg), maka berat es yang diperlukan bagi pendinginan ikan itu adalah 1680/80 = 21kg es dengan catatan tidak memperhitungkan panas yang terbuang. Jadi kebutuhan es bagi tahap penurunan suhu ikan seberat 100 kg dengan suhu awal 20ºC adalah 21 kg es.
D. Cara Pendingin Ikan Dengan Es
Ada dua cara pendinginan ikan dengan menggunakan es, yaitu
1. Tumpukan
Es yang telah disiapkan dan juga telah dihancurkan dimasukkan kedalam wadah, selanjtnya dimasukkan ikan-ikan kedalam wadah yang telah diisi dengan es. Dengan cara tumpukan ini ikan-ikan yang dimasukkan kedalam wadah tidak disusun. Namun es dan ikan ditumpukkan secara begitu saja. Hal ini sering kita jumpai didaerah kita indonesia. Akan tetapi pada bagian atas ikan juga ditutupi dengan es balok yang telah dihancurkan, hal ini bertujuan agar suhu dalam wadah tetap merata, selanjutnya wadah ditutup agar tidak terjadi kontak dengan udara sekitarnya yang dapat membawa panas dalam wadah. Teknik ini dilakukan apabila ikan-ikan berukuran tidak terlalu besar.
2. Berlapis
Teknik ini dilakukan dengan cara es dan ikan disusun sedemikian rupa. Dimana ikan dan es disusun didalam wadah dengan cara 1:1. Yang artinya jika ikan sebanyak 5 Kg maka ikan juga sebanyak 5 Kg. Teknik ini dilakukan dengan cara es terlebih dahulu disusun didalam wadah, selanjutnya dimasukkan ikan, kemudian dilapisi es. Hal seperti ini dilakukan apabila ikan-ikan berukuran lumayan besar.
Gambar A Penyusunan ikan secara tumpukan. Dan gambar B penyusunan ikan secara berlapis
Kedua cara tersebut adalah cara yang efesien dilakukan untuk mempertahankan kesegaran ikan. Perlakuan terhadap ikan tergantung kepada ukuran ikan tersebut. Seperti pada penjelasan diatas, dimana ukuran ikan yang berbeda akan diperlakukan dengan beda pula cara pendinginan ikan.
Bahkan jika ukuran ikan lebih kecil maka akan dilakukan penanganan ikan dengan cara mendinginkan menggunakan air dan es. Hal ini tidak dapat dilakukan pendinginan menggunakan es saja, karena dapat merusak daging ikan, makan perludilakukan pendinginan menggunakan air dan es atau air dingin.
\Namun sebaliknya jikan ukuran ikan terlalu besar maka tidak dapat dilakukan pendinginan dengan menggunakan es. Karena suhu dingin yang dihasilkan oleh es terlalu lama masuk atau menyerap kedalam tubuh ikan yang terlalu besar. Sehingga suhu panas dalam tubuh ikan tidak berubah, sehingga daging ikan menjadi lembek dan dapat menimbulkan proses pembusukan oleh bakteri. Maka harus dilakukan dengan cara pembekuan. Karena suhu pada pembekuan dibawah 0ºC, misalnya ikan tuna sirip kuning sebagai salah satu contohnya. Maka harus dilakukan pembekuan terhadap ikan tersebut. Untuk ikan-ikan ekspor umumnya dibekukan, tapi isi perut dan insang dibuang dan dibersihkan terlebih dahulu sebelum dibekukan.
Selama proses pembekuan berlangsung, terjadi pemindahan panas dari tubuh ikan yang bersuhu lebih tinggi ke suhu yang rendah. Dengan demikian kandungan air dalam tubuh ikan akan berubah menjadi bentuk kristal es. Kandungan air ini terdapat didalam sel jaringan dan ruang antar sel. Sebagian besar air didalam tubuh ikan tersebut merupakan air bebas (free water) sebanyak 67% dan selebihnya merupakan air tak bebas.
Waktu yang diperlukan untuk proses pembekuan sangat tergantung pada kecepatan dan suhu pembekuan yang ingin dicapai. Suhu pembekuan, dimana seluruh cairan tubuh ikan telah membeku disebut eutectic point dan biasanya berkisar -55ºC sampai -65ºC. Penurunan suhu selanjutnya akan meningkatkan jumlah cairan tubuh ikan yang akan membeku dan akhirnya akan mencapai air tak bebas. Biasanya proses pembekuan ikan dianggap selesai bila suhu tubuhnya telah mencapai -12ºC. Karena pada suhu tersebut sebagian besar cairan yang terdapat didalam tubuh ikan telah membeku.
E. Cara Penyusunan Ikan
Dalam pendinginan ikan ada beberapa cara penyusunan ikan di dalam wadah atau palkah, yaitu :
1. Bulking
Dengan cara ini ikan dan es disusun selapis demi selapis dalam wadah. Bagian dasar wadah dibari es balok untuk mencegah perambatan panas dari udara dibagian luar. Tebal antara lapis es dengan ikan sebaiknya sama dan usahakan agar setiap tubuh ikan tetap terbungkus oleh es sehingga ikan cepat dingin.
Teknik penyusunan ikan dengan cara Bulking
2. Shelfing
Prinsip kerjanya sama dengan bulking, akan tetapi pada shelfing di berikan sekat hidup didalam wadah. Jarak antar sekat sekitar 20 cm dan setiap sekat hanya menampung satu lapis ikan.
Penyusunan ikan dengan cara ini dianggap menghabiskan lebih banyak waktu, tenaga dan tempat sehingga hanya digunakan untuk ikan yang berukuran besar. Namun demikian, dengan cara ini mutu ikan tetap baik dan kehilangan berat berat karena tertekan dapat dikurangi.
Teknik penyusunan ikan dengan cara Shelfing.
3. Boxing
Cara boxing adalah proses penyusunan dengan menggunakan kotak (box) terbuat dari kayu, aluminium dan plastik. Kotak terbuat daribahan aluminium dan plastik dianggap lebih baik karena relatif mudah dibersihkan.
Ikan yang akan dimasukkan kedalam kotak harus dicapurkan dengan es terlebih dahulu secukupnya agar tingkat kesegarannya dapat dipertahankan lebih lama.
Cara ini dianggap lebih menguntungkan dibanding dengan dua cara dari penjelasan di atas, karena :
Dengan cara ini tubuh ikan tidak akan banyak mengalami luka karena tekanan. Berat ikan tidak banyak berubah sebab tingkat penyusutannya rendah.
Tingkat kesegaran maupun kualitas ikan tidak banyak mengalami perubahan.
Dengan cara ini penyusunan dan pembongkaran ikan dari dalam kotak dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.
Teknik penyusunan ikan dengan cara Boxing
F. Prosedur Pendinginan Ikan
Proses pendinginan ikan akan lebih efektif bila dilaksanakan sebelum ikan rigor mortir berakhir. Apabila dilakukan setelah terjadi autolisis, biasanya proses pendinginan ikan tidak banyak bermanfaat. Oleh karena itu, sebaiknya proses pendinginan ikan dilakukan dengan secepat mungkin.
Langkah-langkah prosedur pendinginan ikan dengan es yaitu:
Ikan yang akan di dinginkan dipisahkan menurut ukuran, jenis, dan tingkat kesegarannya.
Ikan besar harus disiangi terlebih dahulu dan dibuang isi perut maupun insangnya. Ikan kecil tidak perlu disiangi, cukup dicuci hingga bersih.
Sisik ikan dibersihkan dengan menggunakan sikat kawat, dimulai dari ekor terus ke arah kepala.
Ikan yang telah dibersihkan dan dibuang isi perut maupun insangnya segera dicuci dengan air bersih agar lendir, darah maupun kotoran yang masih menempel hilang.
Kemudian ikan disusun didalam wadah pendingin yang telah disiapkan.
Jumlah es yang di gunakan harus di sesuaikan dengan jumlah ikan yang akan ditangani akan di peroleh suhu pendinginan yang optimal. Jika jumlah es terlalu sedikit dibandingkan jumlah ikannya maka suhu pendinginan yang dihasilkan tidak cukup dingin untuk mempertahankan kesegaran ikan dalam waktu yang di tentukan. Sebaiknya, bila jumlah es terlalu banyak dapat menyebabkan ikan kerusakan fisik karena himpitan atau tekanan dari bongkahan es.
Ukuran dan jenis wadah yang digunakan, Semakin besar luas permukaan maka panas yang masuk ke dalam kotak semakin besar pula. Jenis material kotak peng-es-an yang sering sering di gunakan saat ini oleh para pelaku penanganan ikan di Indonesia antara lain: kayu, plastik polietilen, fiberglass, dan Styrofoam.
Kondisi fisik ikan sebelum penanganan ( sebelum di es-kan ) harus di perhatikan. Ikan-ikan yang kondisi fisiknya jelek, misalnya lecet-lecet, memar, sobek, atau luka pada kulit, sebaiknya dipisahkan dari ikan yang kondisi fisiknya baik. Hal ini di sebabkan darah dari ikan yang luka akan mencemari atau mengontaminasi ikan yang masih baik kondisinya.
G. Kelebihan dan Kekuranagn Pendingin Ikan Dengan Es
Adapun kelebihan dan kekurangan pada pendinginan ikan menggunakan es adalah :
1. Kelebihan
Harga es murah dan mudah dibawa
Es mudah didapatkan
Es tidak membahayakan bagi yang memakannya
Air lelehan es membasahi permukaan ikan sambil menghanyutkan lendir, sisa darah dan kotoran lainnya.
2. Kekurangan
Tidak dapat mempertahankan kesegaran ikan dalam waktu yang lama
Es cepat mencair
Bab III. Penutup
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembahasan dalam makalah ini adalah :
Penanganan hasil tangkapan ikan adalah proses mempertahankan kualitas ikan tetap terjaga dalam waktu selama mungkin.
Jumlah es yang di gunakan harus di sesuaikan dengan jumlah ikan yang akan di tangani akan di peroleh suhu pendinginan yang optimal.
Langkah-langkah prosedur pendinginan ikan dengan es yaitu:
Ikan yang akan di dinginkan dipisahkan menurut ukuran, jenis, dan tingkat kesegarannya.
Ikan besar harus disiangi terlebih dahulu dan dibuang isi perut maupun insangnya.
Ikan kecil tidak perlu disiangi, cukup dicuci hingga bersih.
Sisik ikan dibersihkan dengan menggunakan sikat kawat, dimulai dari ekor terus ke arah kepala.
Ikan yang telah dibersihkan dan dibuang isi perut maupun insangnya segera dicuci dengan air bersih agar lendir, darah maupun kotoran yang masih menempel hilang.
Kemudian ikan disusun didalam wadah pendingin yang telah disiapkan.
a) Kelebihan pendinginan ikan dengan es yaitu : (1) Harga es murah dan mudah dibawa. (2) Es mudah didapatkan. (3) Es tidak membahayakan bagi yang memakannya. (4) Air lelehan es membasahi permukaan ikan sambil menghanyutkan lendir, sisa darah dan kotoran lainnya. Sedangkan kekurangannya adalah : (1) Tidak dapat mempertahankan kesegaran ikan dalam waktu yang lama. (2) Es cepat mencair.
Suatu daerah dapat disebut sebagai daerah penangkapan ikan apabila ada interaksi antara sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan ikan dengan teknologi penangkapan ikan yang digunakan untuk menangkap ikan. Keadaan suhu, salinitas, arus permukaan, upwelling dan front dapat mempengaruhi kehidupan ikan secara baik secara langsung maupun tidak langsung. Keadaan iklim dan cuaca juga dapat mempengaruhi kelimpahan ikan. Iklim dan musim akan mempengaruhi penyebaran ikan, sedangkan cuaca seperti terjadinya topan dapat mempengaruhi ruaya serta keberadaan ikan pada suatu daerah karena topan dapat menyebabkan terjadinya turbulensi. Ikan biasanya akan menghindari hal demikian karena sedimen laut yang terangkat dapat merusak filament insang ikan-ikan tersebut (Nomura, 1996)
Daerah penangkapan ikan merupakan suatu daerah perairan dimana ikan yang menjadi sasaran penangkapan tertangkap dalam jumlah yang maksimal dan alat tangkap dapat dioperasikan serta ekonomis. Suatu wilayah perairan laut dapat dikatakan sebagai “daerah penangkapan ikan” apabila terjadi interaksi antara sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan dengan teknologi penangkapan ikan yang digunakan untuk menangkap ikan. Hal ini dapat diterangkan bahwa walaupun pada suatu areal perairan terdapat sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan tetapi alat tangkap tidak dapat dioperasikan yang dikarenakan berbagai faktor, seperti antara lain keadaan cuaca, maka kawasan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai daerah penangkapan ikan demikian pula jika terjadi sebaliknya (Nelwan, 2004)
Pengetahuan mengenai daerah penangkapan ikan meliputi kelimpahan, kepadatan stok, sifat fisik lingkungan, pola migrasi dan distribusi jenis-jenis ikan sangat penting, seperti I daerah terumbu karang. Begitu pula pada ekosistem terumbu karang, ekosistem ini mempunyai produktivitas organik yang sangat tinggi, demikian pula keanekaragaman biota yang ada didalamnya. Sebagai sumber daya hayati terumbu karang dapat pula menghasilkan berbagai produk yang mempunyai nilai eonomi tinggi (Nelwan, 2004).
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah daerah penangkapan ikan belanak yaitu:
mengetahui apa itu daerah penangkapan ikan
memahami daerah penangkapan ikan belanak
memahami cara penangkapan ikan belanak
mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi daerah penangkapan ikan
Bab II. Pembahasan
A. Pengertian Daerah Penangkapan Ikan
Daerah Penangkapan Ikan merupakan suatu perairan dimana ikan yang menjadi sasaran penangkapan diharapkan dapat tertangkap secara maksimal, tetapi masih dalam batas kelestarian sumberdayanya.
Agar suatu perairan memenuhi kriteria sebagai daerah penangkapan ikan, maka:
1. Perairan tersebut harus merupakan lingkungan yang cocok untuk hidup ikan belanak yang menjadi sasaran penangkapan.
2. Perairan itu mempunyai kandungan makanan yang cocok bagi ikan belanak yang menjadi sasaran penangkapan.
3. Perairan itu merupakan tempat perkembangbiakan dan pemijahan yang cocok bagi ikan belanak akan yang menjadi sasaran penangkapan.
2.2. Karakteristik Daerah Penangkapan Ikan
Kondisi-kondisi yang perlu dijadikan acuan dalam menentukan daerah penangkapan ikan adalah sebagai berikut :
a) Daerah tersebut harus memiliki kondisi dimana ikan dengan mudahnya datang bersama-sama dalam kelompoknya, dan tempat yang baik untuk dijadikan habitat ikan tersebut. Kepadatan dari distribusi ikan tersebut berubah menurut musim. Daerah yang sesuai untuk habitat ikan, oleh karena itu, secara alamiah diketahui sebagai daerah penangkapan ikan. Kondisi yang diperlukan sebagai daerah penangkapan ikan harus dimungkinkan dengan lingkungan yang sesuai untuk kehidupan dan habitat ikan, dan juga melimpahnya makanan untuk ikan. Tetapi ikan dapat dengan bebas memilih tempat tinggal dengan kehendak mereka sendiri menurut keadaan dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. Oleh karena itu, jika mereka tinggal untuk waktu yang agak lebih panjang pada suatu tempat tertentu, tempat tersebut akan menjadi daerah penangkapan ikan.
b) Daerah tersebut harus merupakan tempat dimana mudah menggunakan peralatan penangkapan ikan. Umumnya daerah muara untuk ikan belanak yang bisa menjadi daerah penagkapan ikan memiliki kaitan dengan kelimpahan makanan untuk ikan. Tetapi terkadang pada perairan tersebut susah untuk dilakukan penangkapan ikan belanak karena adanya factor tertentu.
c) Daerah tersebut harus bertempat di lokasi yang bernilai ekonomis. Ini sangat alamiah di manamanajemen akan berdiri atau jatuh pada keseimbangan antara jumlah investasi dan pemasukan. Daerah penangkapan ikan juga dikontrol oleh permintaan pasar untuk ikan. Permintaan untuk produk ikan akan dipengaruhi oleh kapasitas ketersediaan dari tempat tersebut, sebagai contoh, adalah baru saja dikembangkan sebagai daerah penangkapan ikan. Jadi, daerah penangkapan ikan selalu memiliki nilai yang relatif, berhubungan dengan keseimbangan ekonomi, daerah penangkapan ikan lainnya, efisiensi usaha perikanan dan permintaan ikan di dalam pasar. Begitulah, harus selalu berusaha menemukan daerah penangkapan ikan yang ekonomis dan efektif dari metode penangkapan ikan yang dimodernisasi.
2.3. Ikan belanak
Ikan beanak ini mempunyai nama latin valamugil Sehel, Liza Melinoptera. Ikan belanak merupakan jenis ikan laut tropis dan subtropis yang bentuknya hamper menyerupai ikan bandeng. Ikan belanak mepakan jenis ikan pelagis ( Benthopelagic ) yang bersifat Katadromus, dapat hidup diperairan tawar seperti sungai, estuaria dan laut dengan kedalaman sampai 120 meter. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai blue-spot mullet atau blue-tail mullet. Ikan ini hidup diperairan tropis dan subtropis, terkadang ditemukan juga diperairan payau, bahkan diair tawar.
Ikan belanak secara umum bentuknya memanjang agak langsing dan gepeng. Sirip punggung terdiri dari satu jari-jari keras dan delapan jari-jari lemah. Sirip dubur berwarna putih kotor terdiri dari satu jari-jari keras dan sembilan jari-jari lemah. Bibir bagian atas lebih tebal daripada bagian bawahnya ini berguna untuk mencari makan di dasar/organisme yang terbenam dalam lumpur (kriswantoro dan Sunyoto, 1986). Ciri lain dari ikan belanak yaitu mempunyai gigi yang amat kecil, tetapi kadang-kadang pada beberapa spesies tidak ditemukan sama sekali.
Gambar : Ikan belanak
Bentuk ikan belanak secara umum memanjang agak langsing dan gepeng. Sirip punggung terdiri dari satu jari-jari keras dan delapan jari-jari lemah. Sirip dubur berwarna putih kotor terdiri dari satu jari-jari keras dan sembilan jari-jari lemah. Bibir bagian atas lebih tebal daripada bagian bawahnya ini berguna untuk mencari makan di dasar/ organisme yang terbenam dalam lumpur. Ciri lain dari ikan belanak yaitu mempunyai gigi yang amat kecil, tetapi kadang-kadang pada beberapa spesies tidak ditemukan sama sekali.
Di perairan Cirebon, tepat sekitar pelabuhan Cirebon (berdasarkan pengalaman trip), banyak sekali ikan belanak, mereka sering bergerombol 5-8 ikan, dengan ukuran bervariatif. Terkadang ikan ini bermanuver, sehingga membuat gemas, karena sulit sekali memancing ikan ini. Saya coba dengan udang mati, udang hidup, pelet dll, tak kunjung strike, ikan ini tetap berlenggang bebas berenang. Yang sering saya lihat di sekitar, untuk menangkap ikan ini biasanya menggunakan jaring insang, nelayan Cirebon selalu menggunakan jaring untuk menangkap ikan ini.
Ikan belanak merupakan ikan yang habitatnya berasal dari air laut. Jenis-jenis ikan belanak diperairan pantai Indonesia digolongkan kedalam Genus Mugil (Djuahanda, 1981). Warna : Bagian belakang berwarna kehijau-hijauan atau abu-abu kecoklatan, pada bagian sisi dan perut berwarna keperakan; pinggiran belakang sirip ekor berwarna hitam; pada permulaan sirip dada terdapat spot biruMoolgarda delicatus. Ikan belanak bersisik cycloid atau ctenoid, bisa dengan jari-jari kecil di tepinya atau tidak, ujung rahang atas melengkung ke bawah dan terlihat pada saat mulutnya tertutup.
Famili Mugillidae merupakan ikan yang mempunyai prospek yang paling baik untuk dijadikan ikan budidaya diantara ikan laut dan air payau. Dilihat dari segi pemasaran Ikan belanak banyak disukai masyarakat baik sebagai ikan segar atau sebagai ikan yang telah diawetkan secara tradisional. Ikan ini merupakan ikan yang senang hidup bergerombol dekat pantai dan perairan yang dangkal, mempunyai kebiasaan melompat-lompat untuk menghindari predator. Ikan ini memeliki berat kurang dari 0,5 kg. Habitat ikan Liza subviridis di sekitar pantai yang termasuk payau ikan ini juga dapat hidup diair tawar. Penyebaran ikan belanak, sangat luas (all tropical and temperate seas) meliputi ; Indo-Pacific, laut merah, jepang bagian utara, dan afrika selatan.
2.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Daerah Penangkapan Ikan
Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi daerah penangkapan ikan, termasuk juga pada ikan belanak.
1. Suhu perairan
Ikan laut termasuk jenis hewan yang eksotermik yang artinya memiliki suhu tubuh yang sangat dipengaruhi oleh suhu massa air yang ada di sekitarnya. Hampir semua hewan laut memang termasuk golongan hewan yang eksotermik, kecuali burung laut dan mamalia laut yang endotermik karena keduanya tersebut dapat mengatur suhu tubuhnya sendiri (Effendi, 2003).
Suhu air sangat berpengaruh terhadap kehidupan ikan. Kenaikkan suhu perairan sebesar 10ºC akan meningkatkan metabolisme dalam tubuh ikan itu sampai dua kali lipat. Penurunan suhu perairan 1ºC akan menurunkan nafsu makan dari ikan. Jika suhu perairan tiba-tiba naik cukup tajam, maka tingkat metabolisme dalam tubuh ikan naik, dan kebutuhan oksigen pada ikan tersebut juga meningkat. Disisi lain kenaikkan oksigen justru menyebabkan turunnya tingkat kelarutan oksigen dalam air. Akibatnya, terjadi kesenjangan oksigen di satu pihak dengan suplay oksigen di lain pihak bagi ikan tersebut. Ikan kekurangan oksigen akan menjadi lemas (karena oksigen tersebut dalam proses pembakaran menghasilkan tenaga), jika hal ini berlangsung lama maka ikan mati. Hal ini oleh ikan akan diantisipasi dengan berpindah mencari perairan yang kondisi suhunya sesuai dengan yang mereka senangi.
2. Arus
Arus laut adalah gerakan massa air laut kearah horizontal dalam skala besar. Walaupun ada arus vertikal, namun ulasan ini hanya membahas arus horizontal saja. Berbeda seperti pada arus sungai yang searah dengan aliran sungai menuju ke arah hilir, dimana kecepatan arus sungai bisa di ukur secara sederhana. Arus merupakan gerakan air secara perlahan maupun cepat dipermukaan air maupun di dalam air yang merupakan wujud dari penyinaran bumi yang tidak merata. Arus akan mempengaruhi terhadap ikan, yang dapat memindahkan anak-anak ikan karena arus yang terlalu kuat, dan juga dapat memindahkan makanan ikan, sehingga ikan berpindah tempat.
3. Salinitas
Tiap jenis ikan menyenangi kadar garam atau salinitas yang berbeda untuk lingkungan hidupnya. Ada jenis ikan yang senang di perairan yang kadar garamnya tinggi (dengan fluktuasi kecil). Ada juga ikan yang senang hidup di perairan yang kadar garamnya rendah (dengan fluktuasi besar). Kelompok pertama (senang kadar garam tinggi) disebut ikan stenohaline. Kelompok kedua (senang kadar garam rendah) disebut euryhaline. Ikan stenohaline hidup di perairan dalam, sedangkan untuk ikan euryhaline hidup di perairan dangkal atau pantai.
Salinitas, pengaruhnya terhadap kehidupan dari ikan di laut cukup besar. Bila seekor ikan senang hidup pada perairan dengan tingkat salinitas 25‰, ini berate cairan dalam sel tubuh ikan itu isotonis dengan perairan yang tingkat salinitasnya 25‰. Jika ikan ini kemudian dimasukkan pada perairan yang salinitasnya lebih tinggi, misalnya 30‰, maka cairan dalam tubuh ikan menjadi hipotonis terhadap cairan di luar tubuhnya (perairan sekitarnya). Akibatnya, karena dinding sel tubuh ikan dapat berfungsi sebagai dinding semi permiabel, maka berdasarkan kaidah osmose, cairan osmose akan bergerak ke arah cairan hipertonis. Atau dengan kata lain, ikan mengalami dehidrasi, mengeluarkan cairan dalam tubuhnya. Ikan akan menjadi lemas, bahkan bisa mati karena kekurangan cairan.
Hampir semua organisme hidup pada daerah yang mempunyai perubahan salinitas sangat kecil. Daerah estuarin adalah suatu daerah yang kadar salinitasnya berkurang karena adanya sejumlah air tawar yang masuk yang berasal dari sungai-sungai dan juga disebabkan oleh terjadinya pasang surut. Salinitas bersifat lebih stabil di lautan terbuka, walau di beberapa tempat menunjukkan adanya fluktuasi perubahan. Contohnya, salinitas permukaan di perairan Laut Mediterania dam Laut Merah mencapai 39 – 41 psu, disebabkan banyaknya air yang hilang akibat besarnya penguapan yang terjadi pada waktu musim panas panjang. Sebaliknya salinitas turun tajam disebabkan besarnya curah hujan.
4. Kedalaman
Kedalaman perairan memberikan petunjuk keberadaan parameter limnologi pada suatu habitat akuatik tertentu. Fitoplankton dalam melakukan fotosintesis membutuhkan sinar matahari, penyinaran cahaya matahari akan berkurang secara cepat sesuai dengan makin tingginya kedalaman suatu perairan tersebut. Oleh sebab itu, fitoplankton sebagai produsen primer hanya didapat pada daerah atau kedalaman dimana sinar matahari masih dapat menembus badan perairan. Sinar matahari yang masuk ke laut akan semakin berkurang energinya karena diserap (absorbsi) dan disebarkan (scattering) oleh molekul-molekul di laut. Selain berkurang energinya, sinar matahari yang masuk akan mengalami pula perubahan kualitas dalam komposisi spektrumnya.
2.5. Ciri Umum Ikan Belanak
Ikan belanak secara umum bentuknya memanjang agak langsing dan gepeng. Sirippunggung terdiri dari satu jari-jari keras dan delapan jari-jari lemah. Sirip duburberwarna putih kotor terdiri dari satu jari-jari keras dan sembilan jari-jari lemah. Bibirbagian atas lebih tebal daripada bagian bawahnya ini berguna untuk mencari makan di dasar/organisme yang terbenam dalam lumpur (kriswantoro dan Sunyoto, 1986). Ciri lain dari ikan belanak yaitu mempunyai gigi yang amat kecil, tetapi kadang-kadang pada beberapa spesies tidak ditemukan sama sekali.
Menyebar mullet atau ikan belanak terdapat di perairan tropis dan subtropis (FAO, 1974 di Adrim et al., 1988), juga ditemukan di air payau dan kadang-kadang di air tawar (Iversen, 1976). Mullet ditemukan di Pasifik di Fiji, Samoa, Kaledonia Baru dan Australia. Sementara di Asia, ditemukan di Indonesia, India, Filipina, Malaysia dan Sri Lanka.
Di Amerika Utara, “mullet” atau ikan belanak dengan sendirinya biasanya mengacu Mugilidae. Di Eropa, kata “mullet” biasanya memenuhi syarat, yang “ikan belanak abu-abu” yang Mugilidae dan “ikan belanak merah” atau “surmullets” menjadi Mullidae, terutama anggota genus Mullus. Para ikan belanak merah. Di luar Eropa, Mullidae sering disebut “goatfish”
Ikan dengan nama-nama umum termasuk kata “mullet” dapat menjadi anggota dari satu keluarga atau yang lain, atau bahkan tidak berhubungan seperti air tawar pengisap putih (Catostomus commersonii).
2.8. Makanan Ikan Belanak
Ikan belanak pada dasarnya memakan lumut disekitar habitatnya,lumut yang dimaksud adalah lumut yang menempel pada dasar air dipinggiran kali,selokan,atau kolam tambak.Lumut ini berbeda dengan lumut yang kita buat mancing ikan Nila atau Mujaher,lumut untuk mancing ikan nila biasanya memiliki helai-helai seperti daun berbentuk jarum namun lembut,sedangkan lumut untuk makanan ikan belanak berbentuk lembaran yang sangat lembut,saking lembutnya apabila kita ambil dengan tangan atau dipercikan air maka lumut ini mudah sekali hancur.
Namun, pada umumnya untuk melakukan penangkapan ikan belanak dengan menggunakan pancing biasanya para pemancingan menggunakan umpan yang terbuat dari roti. Untuk melakukan pemancingan ikan belanak. Ikan belanak tidak akan tertangkap jika menggunakan umpan udang, oleh karena itu ikan belanak sangat sulit untuk dipancing. Karena ikan belanak termasuk ikan herbivore yaitu ikan Pemakan tumbuhan.
2.9. Cara Memancing Ikan Belanak
Ikan Belanak adalah ikan yang selalu bergerombol dan terkenal sulit dipancing, habitat ikan Belanak berada di deburan ombak Belanak termasuk ikan yang hidup di air asin.dan.sungai. Ternyata ikan belanak bisa menjadi target pemancingan yang sangat menarik dan memuaskan. Selain membuat ketagihan karena tarikannya yang mengejutkan, hasil yang banyak juga bisa diharapkan kalau memancing ikan ini. Tetapi untuk mengailnya tentu ada teknik khusus yang harus dipelajari. Selama ini, teknik ini telah dikembangkan oleh pemancing-pemancing dari Jawa Barat, khususnya daerah Pesisir, Cilacap, Pangandaran dan sekitarnya memancing belanak secara umum dilakukan disungai dekat muara.
1. Palesan/Joran Walesan/Joran ujungnya lunak, untuk mempermudah mengendalikan tarikan ikan Belanak, karena ikan Belanak akan merasa takut apabila sudah muncul di atas permukaan air.
2. Tali pancing
Tali pancing harus berkualitas bagus agar tidak mudah putus saat melakukan pemancingan ikan belanak nanti. Benang dengan ukuran 0.20 mm.
3. Joran/pancing
Gagang pancingnya juga harus dari benda yang bagus dan kokoh, untuk lebih tahan menggunakan joran.ukuran joran disesuaikan dengan besarnya ikan yang berada didalam air.
4. Pelampung
Fungsi pelampung pada pancingan ikan belanak yaitu untuk mengetahui ikan terkait pancing atau tidak, jka pelampungnya tenggelam menandakan bahwa ikan sudah tertangkap atau terkait pada mata pancing
5. Lokasi
Cari lokasi didaerah muara yang aliran arus tidak deras. Karena biasanya ikan belanak banyak terdapat pada perairan payau jka dibandingkan pada perairan laut dan sungai.
Gambar : melakukan pemancingan ikan belanak
Ikan belanak memang terkenal ikan yang sulit untuk dipancing, karena ikan belanak tidak dapat kita pancing jika menggunakan udang atau cumi-cumi seperti memancing ikan-ikan lain. Ikan belanak biasanya dipancing dengan menggunakan umpan roti. Ada beberapa cara pembuatan umpan pancing untuk ikan belanak yaitu.
1. Umpan dari terigu
Bahan :
a. Terigu
b. Mentega
c. Gula
d. Air
e. Gajih ayam
f. Aroma pewangi
Cara pembuatannya:
Terigu ¼ kg dicampur air kurang lebih 5 sendok the, kemudian campurkan mentega secukupnya. Kemudian aduk dalam keadaan seperti kering, kemudian dikukus kurang lebih 10 menit. Sesudah itu diamkan sampai dingin, campurkan gajih ayam dan aroma pewangi dan pasta yang dibutuhkan.
2. Umpan dari roti
Bahan :
a. Roti tawar
b. Air
c. Mentega
d. Gajh ayam
Cara pembuatannya:
Roti tawar diaduk dengan air secukupnya, jangan terlalu lembek, campurkan mentega, gajih ayam sehingga umpan menjadi wangi dan segar.
3. Umpan terbuat dari bumbu dapur
Bahan :
a. Bawang merah
b. Bawang putih
c. Kacang tanah
d. Minyak kelapa
e. Aroma pewangi
Cara pembuatannya :
Bawang merah 3 buah dan bawang putih 5 siung diiris tipis, kacang tanah digoreng secara terpisah. Bawang merah dan bawang putih digreng secara bersamaan jangan sampai berubah warna. Sesudah itu ditumbuk bersamaan kacang tanah, minyak penggorengan dicampurkan kepada hasil tumbukan dan ditambah gajih ayam.
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembahasan diatas dapat kita simpulkan sebagai berikut.
1. Daerah Penangkapan Ikan merupakan suatu perairan dimana ikan yang menjadi sasaran penangkapan diharapkan dapat tertangkap secara maksimal.
2. Ikan belanak pada dasarnya memakan lumut disekitar habitatnya,lumut yang dimaksud adalah lumut yang menempel pada dasar air dipinggiran kali,selokan,atau kolam tambak.
3. Menyebar mullet atau ikan belanak terdapat di perairan tropis dan subtropis (FAO, 1974 di Adrim et al., 1988), juga ditemukan di air payau dan kadang-kadang di air tawar (Iversen, 1976). Mullet ditemukan di Pasifik di Fiji, Samoa, Kaledonia Baru dan Australia. Sementara di Asia, ditemukan di Indonesia, India, Filipina, Malaysia dan Sri Lanka.
4. Ikan belanak terkenal ikan yang sulit untuk dipancing, karena ikan belanak tidak dapat kita pancing jika menggunakan udang atau cumi-cumi seperti memancing ikan-ikan lain.
Daftar Pustaka
· Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan. 2005. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan, Semarang.
· Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan. 2006. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan, Semarang.
· BPPI. 1996. Trammel Net dan Jaring Arad, Semarang.
· Diniah, 2001. TRAWL : Suatu Tinjauan Terhadap Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1980. Makalah Falsafah Sains Program Pascasarjana, Bogor : Fakultas Pascasarjana IPB dalam http://tumoutou.net/3_sem1_012/diniah.htm (21 juni 2006).
· Effendie, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius, Jakarta.
· H. Robert. 2005. Introduction to Physical Oceanography.p.52
· Hutabarat, Sahala. 2000. Pengantar Oceanografi. Universitas Indonesia, Jakarta.
· Nomura M. 1981. Fishing Tecniques 2. Japan International Cooperation Agency,Tokyo. p119 – 120.
· Nontji, Anugerah. 1997. Laut Nusantara. Djambatan, Jakarta.
· Nontji, Anugerah. 2002. Laut Nusantara. Djambatan, Jakarta.
· Sudirman dan Mallawa. 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Rineka Cipta, Jakarta.
· Seminarpsp. Multiply. com/journal/item/8/setiawan_k2c003184_(17 mei 2011, 12.05)
· Sudirman. 2003. Analisis Tingkah Laku Ikan untuk mewujudkan Teknologi Ramah Lingkungan dalam Proses Penangkapan pada Bagan Rambo. Disertasi(tidak dipublikasikan), Bogor: IPB, Program pascasarjana. Halaman 270 – 272.
Pada tahun 132 H/ 750 M. merupakan tahun peralihan dari bani Umayyah ke bani Abbas, setelah meruntuhkan bani Umayyah dengan membunuh khalifah Marwan Ibn Muhammad yang memerintah tahun 127/ 132H/ 744-759 M.
Bani Abbas berkuasa selama lima abad lamanya dengan khalifah yang pertama Abu al-Abbas Ibn Abdullah al-Shaffah (tahun 132-137 H/ 750-754 M sampai ke khalifah ke 37 Abu Ahmad ibn al-Mu’tashim (tahun 640-656 H/ 1242-1258 M), telah memperlihatkan kepesatan perkembangan kebudayaan dan peradaban Islam.
Runtuhnya bani Umayyah yang pada kenyataanya telah membuka babak baru bagi perkembangan Islam secara keseluruhan pada dinasti bani Abbas, pada hakekatnya disebabkan dari perbedaan dua dinasti dalam memandang kepentingan negara. Dinasti Umayyah dengan corak Arabisme nampaknya lebih mementingkan ekspansi wilayah atau lazim disebut sebagai perluasan wilayah-wilayah Islam. Sedangkan dinasti bani Abbas, kepentingan Negara tidak tertumpu selalu pada perluasan wilayah, tetapi telah melebar kepada kepentingan-kepentingan pencapaian ilmu-ilmu pengetahuan dan peradaban.
Kemajuan dinasti Abbasiyah tidak dapat disangkal adalah dimulai dari kepindahan ibu kota Negara di Baghdad yang sebelumnya berada di Damaskus pada dinasti Umayyah. Perpindahan tersebut telah mengakibatkan saling berinteraksinya orang-orang Arab dengan orang-orang Persia, dimana mereka telah dikenal dengan tradisi-tradisi keilmuannya. Di kota inilah kelak dimulai kemajuan-kemajuan Islam yang pernah dicapai sebelumnya dan kota ini pula orang Arab telah menanggalkan tradisi-tradisi Baduinya menjadi orang bijak yang penuh pertimbangan rasional. Olehnya, wajar bila seorang penulis mengatakan bahwa Baghdad memang pantas disebut sebagai The Intelectual capital.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas salah satu aspek kebudayaan yang mengalami kemjuan pada masa Dinasti Abbasiyah yaitu ilmu pengetahuan. Maka yang menjadi permasalahan dalam makalah ini adalah :
Bidang-bidang apa saja yang mengalami kemajuan ?
Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kemjuan ilmu pengetahuan dan usaha-usaha apa saja yang telah dilakukan dalam pengembangannya ?
Bab II. Pembahasan
A. Bidang-Bidang ilmu pengetahuan yang mengalami Kemajuan
1. Kemajuan di Bidang Ilmiah
Terdapat aktifitas ilmiah yang berlansung dikalangan umat Islam pada masa Dinasti Abbasiyah dimana hal ini mengantar mereka mencapai kemajuan di bidang ilmu pengetahuan.
a. Penyusunan buku-buku ilmiah
Akitivitas penyusunan buku ini melalui beberapa proses dimana masyarakat Islam pada saat itu hanya mengandalkan hafalan hal ini bertahan sampai pemerintahan khalifah Harun al-Rasyid.[5] Kemudian pencatatan pemikiran seperti ilmu hadits kemudian dirangkap, lalu diadakan pembukuan pemikiran-pemikiran atau hadits-hadits Rasulullah dalam satu buku seperti fiqhi, tafsir, hadits. Dan terakhir disusun dan diatur kembali buku yang telah ada ke dalam pasal-pasal dan bab-bab tertentu.
b. Penterjemahan
Penterjemahan merupakan aktivitas yang paling besar peranannya dalam mentrasfer ilmu pengetahuan yang berasal dari buku-buku bahasa asing, seperti bahasa Sansekerta, Yunani ke dalam bahasa Arab. Ketika pemerintahan Abbasyiah ini sudah kokoh, terutama pada masa al-Mansyur, Harun al –Rasyid dan al-Ma’mun, maka dari itu mereka mengirim misi untuk membawa kembali hasil karya ilmiah, yang baik dalam bidang filsafat, logika, kedokteran, matematika, astrologi, geografi serta sejarah. Kemudian memerintahkan agar hasil karya mereka diterjemahkan dalam bahasa Arab.
c. Pensyarahan
Sebelum memasuki abad ke 10 M. kegiatan kaum muslimin tidak hanya menerjemahkan, bahkan mulai memberikan syarahan (penjelasan) dan melakukan tahqiq (pengeditan), pada awalnya muncul dalam bentuk karya tulis, lalu dipadukan dalam berbagai pemikiran dan petikan, analisis dan kritis yang disusun dalam bentuk bab-bab dan pasal-pasal, bahkan dengan keahlian mereka, hasil kritik dan analisis itu dapat melahirkan teori-teori baru, seperti memisahkan aljabar dengan ilmu hisab yang pada ahlinya menjadi ilmu tersendiri secara sistematis.[8] Pada masa inilah lahirnya karya-kaya ulama yang telah tersusun rapi.
2. Kemajuan dalam Bidang Pendidikan
Kemajuan dalam bidang pendidikan ini, bukan berarti nanti pada masa pemerintahan Abbasyiah akan tetapi diawal Islam lembaga pendidikan sudah mulai berkembang. Hal ini dapat diketahui dengan adanya pendidikan terdiri dua tingkat yang pertama, Maktab dan mesjid sebagai pendidikan terindah tempat anak-anak mengenal dasar bacaan, hitungan dan tempat para remaja belajar dasar-dasar ilmu agama, seperti tafsir, hadits, fiqih dan bahasa, yang kedua tingkat pendalaman, para pelajar ingin meningkatkan ilmunya keluar daerah menuntut ilmu kepda seorang, biasanya berlangsung di mesjid-mesjid atau rumah ulama yang bersangkutan. Lembaga-lembaga pendidikan tersebut semakin berkembang dengan berdirinya perpustakaan dan akademi, dimana perpustakaan pada masa itu merupakan sebuah universitas karena terdapat buku-buku, orang juga dapat membaca, menulis dan berdiskusi dan terjadinya penterjemahan diberbagai macam ilmu ke dalam bahasa Arab.
3. Kemajuan Ilmu di Bidang Agama
Pada zaman Dinasti Abbasiyah telah terjadi semacam pembagian wawasan dalam bidang keilmuan menjadi ilmu-ilmu agama (naqli) dan ilmu-ilmu duniawi (aqli) namun yang dimaksud dengan ilmu-ilmu agama, menurut Ahmad Amin adalah ilmu-ilmu yang bersumber baik secara lansung maupun tidak lansung dari agama dengan bahasa Al_Quran.[9] Dalam batasan ini termasuk dalam kelompok ilmu-ilmu agama adalah tafsir, hadits, fiqih, bahasa Arab dan ilmu Kalam.
a. Ilmu Tafsir
Kemajuan yang telah dicapai ilmu tafsir pada masa ini adalah berpisahnya dari ilmu hadits, dan terjadi penafsiran secara sistematis. Tafsir pada masa itu terbagi ke dalam dua bentuk :
1. Tafsir bi-al-ma’tsur yaitu model penafsiran Al-Quran dengan menggunakan interpretasi Nabi dan sahabat-sahabat terkemuka, diantara ahli tafsirnya adalah al-Thabari (w. 310 H). yang berjudul Jami al-Bayan fi Tafsir Al-Quran yang terdiri atas 30 jilid.[10]
2. Tafsir bi al-ra’yi yaitu model penafsiran yang lebih banyak bertumpu pada kekuatan nalar, diantara ahli tafsir dalam metode ini yang lebih banyak dipelopori dari aliran Mu’tazilah seperti Abu Bakar al-Sham (w. 240 H). Jadi pada masa inilah semakin berkembang interpretasi Al-Quran, hal ini dipengaruhi oleh perkembanagan-perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan.
b. Ilmu Hadits
Hadits-hadits pada masa sekarang telah diadakan pengkodifikasian sebagai lanjutan dari usaha para ulama sebelumnya. Dimana ulama pada waktu itu pengkodifikasian dilakukan tanpa ada penyaringan sehingga bercampur antara yang datang dari Nabi dan yang bukan dari Nabi. Nanti pada masa Abbasiyah baru diadakan penyaringan dengan melakukan kritik pada sanad hadits, dari sinilah lahirlah kualitas hadits yang terdiri dari hadits shahih, hasan dan dhaif.[11] Ulama yang terkenal pada masa ini antara lain; Imam Bukhari bukunya shaih Bukhari, Muslim bukunya shahih Muslim, Ibnu Majah dan lain sebagainya. Perkembangan hadits ini sangat dipengaruhi oleh sarana dan prasarana seperti alat tulis dan transportasi.
c. Ilmu Kalam dan teologi
Ilmu kalam lahir karena dorongan untuk membela Islam dengan pemikiran filsafat dari serangan orang-orang Kristen, Yahudi yang mempergunakan senjata filsafat dan menyelesaikan persoalan agama dengan kemampuan akal pikiran dan ilmu pengetahuan. Orang-orang dari golongan Mu’tazilah yang andil besar dalam mengembangkan ilmu kalam, dan penyelesaiannya bercorak filsafat Islam.[12] Pada masa ini tokoh-tokoh besar dalam bidang ilmu kalam, seperti dari Mu’tazilah dikenal antara lain Abu al-Huzail al-Allaf (w. 235 H) al-Nizam (w. 231), serta al-Jubbai (w. 290H). sedangkan dari ahlu Sunnah waljamaah antara lain, al-Asy’ary (w. 234), al-Baqillani (w. 403 H), al-Juwaini (w. 479H). Ilmu kalam semakin berkembang pada masa ini dikarenakan adanya penerjemahan bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab. Ilmu pengetahuan yang paling penting yang muncul dari kecenderungan itu adalah teologi, Hadits, Fikih, dan Linguistik. Kebanyakan sarjana dalam bidang ini adalah keturunan Arab. Minat orang Arab Islam paling awal tertuju pada cabang keilmuan yang lahir karena motif keagamaan. Kebutuhan untuk memahami dan menjelaskan Al-Quran, kemudian menjadi landasan teologis dan linguistik yang serius. Interaksi dengan dunia Kristen pada abad pertama Hijriah di Damaskus telah memicu munculnya pemikiran spekulatif teologis yang melahirkan mazhab pemikiran Murjiah dan Qadariah.[13]
Bidang kajian berikutnya adalah Hadits (sunnah),[14] yaitu perilaku, ucapan, dan persetujuan (taqrir) Nabi, yang kemudian menjadi sumber ajaran yang paling penting. Awalnya hanya diriwayatkan dari mulut ke mulut, Hadits Nabi kemudian direkam dalam bentuk tulisan pada abad kedua Hijriah. Selama dua setengah abad pertama setelah Nabi Muhammad wafat, catatan tentang perkataan dan perilakunya terus bertambah, terhadap berbagai persoalan agama, politik, atau sosial setiap kelompok berusaha mencari Hadits untuk memperkuat pendapatnya baik Hadits itu shahih atau palsu. Perseteruan politik antara Ali dan Abubakar, konflik antara Muawiyah dan Ali, permusuhan antara Dinasti Abbasiyah dan Dinasti Umayyah, serta persoalan supriritas antara orang Arab dan non- Arab, membuka pintu yang sangat yang sangat lebar untuk menjamurnya pemalsuan Hadits.
d. Ilmu Fiqh
Merupakan kebanggaan pada masa pemerintahan Abbasiyah ini adalah lahirnya empat imam mazhab yang ulung. Mereka itu adalah Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hambal. Keempat ulama inilah merupakan ulama fiqih yang paling agung dan tiada tandingannya di dunia Islam.
Metode istimbat hukum yang digunakan oleh para fuqaha pada masa ini dapat dibedakan menjadi ahl ra’yi dan ahl hadits. Yang pertama banyak dipengaruhi perkembangan yang terjadi di Kufah, dimana kehidupan masyarakat telah mencapai tingkat kemajuan yang lebih tinggi. Olehnya itu mazhab ini lebih banyak menggunakan pemikiran rasional dari pada hadits, dan tradisi masyarakat Madinah. Perbedaan kedua mazhab ini dapat ditengahi oleh Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hambal.[15] Kitab-kitab yang terkenal sekaligus menjadi pegangan mazhab mereka adalah al-fiqh al-Akbar karya Imam Abu hanafi, al-Muwaththa karya Imam Malik, Al-Risalah Karya Imam Syafi’i serta al-Kharfy pada masa ini mengalami kemajuan seiring dengan perkembangan pemikiran masyarakat serta lahirnya beberapa buku-buku yang telah dikarang oleh para imam mazhab.
Selain keempat bidang tersebut di bidang lain ilmu nahwu, tasawuf serta penulisan sejarah juga mengalami kemajuan yang pesat. Tokoh-tokoh ilmu nahwu pada masa ini seperti Basrah adalah Umar al-Tsaqafi, al-Akhfasy dan Labawaihi. Sementara Kufah adalah Abu Jafar al-Kisai dan al-Farra’ sufi yang terkenal adalah Abun Jafar al-Kisai dan al-farra’. Sufi terkenal adalah al-Qusayri Sahabuddin dengan karyanya al-Risalah al-Qusairiyah dan Sahabuddin dengan karyanya Awaruf al-Ma’arif. [16] Penulisan sejarah tentang biografi Nabi saw oleh Ibn Ishaq, buku ini telah sampai ditangan kita dengan perantaraan muridnya Ibn Hisyam.[17] Jadi perkembangan ilmu pengetahuan agama pada masa Bani Abbasiyah ini disebabkan karena kesadaran para tokoh yang masing-masing ingin mengembangkan ilmu pengetahuan sesuai dengan keahliannya.
4. Kemajuan Ilmu di bidang Filsafat
Kemajuan ilmu pengetahuan yang dicapai pada zaman Abbasiyah ini diawali dengan maraknya kegiatan keilmuan, hal ini disebabkan karena adanya penerjemahan buku-buku karya filosof Yunani ke dalam bahasa Arab yang telah dipelopori Harun al-Rasyd dan al-Ma’mun di lembaga Bait al-Hikmah. Fisofof –filosof muslim yang terkenal pada masa ini antara lain Ya’kub Ibn Ishak al-Kindi, ia turut aktif dalam penerjemahan, namun banyak dalam memberikan kesimpulan dari pada menerjemah karena ia orang kaya sehingga dapat membayar orang untuk menerjemahkan buku-buku yang dibutuhkan.[18] Ia seorang filosof yang terkenal pada zaman itu karena pendapat-pendapatnya tentang filsafat ketuhan dan filsafat jiwa.
Fisofof lain juga seperti Abu Nasr Muhammad al-Farabi yang lahir di Arab pada tahun 870 M, dari Arab pindah ke Baghdad sebagai pusat ilmu pengetahuan. Al-Farabi ada yang menjuluki sebagai seorang filosof Islam pertama. Dialah yang pertama menciptakan sistem Filsafat yang lengkap sebagai mana peran Plotinus bagi dunia barat, karangan-karangannya ada sekitar 30 buah.[19] Di antara karangan-karangannya adalah Agradha ma Baida at-Tabiah, Tahsil as-sahadah dan sebagainya.
Ibnu Sina salah seoarang filosof muslim karyanya dalam bidang filsafat yang berjudul Asy-Syifa, buku ini terdiri atas empat bagian yaitu logika, fisika, matematika dan metafisika (ketuhanan), al-Gazali yang terkenal antara lain Ihya Ulumuddin yang artinya menghidupkan ilmu-ilmu agama, al-Mungqis Dhalal yang berarti penyelamat dari kesesatan. Bagi orang Arab, filsafat (falsafah) merupakan pengetahuan tentang kebenaran dalam arti yang sebenarnya, sejauh hal itu biasa dipahami oleh pikiran manusia. Secara khusus nuansa filsafat mereka berakar pada tradisi filsafat Yunani. Yang dimodifikasi denagan pemikiran para penduduk di wilayah taklukan, serta pengaruh-pengaruh Timur lainnya, yang disesuaikan dengan nilai-nilai Islam, dan diungkapkan dalam bahasa Arab. Orang Arab percaya bahwa karya-karya Aristoteles merupakan kodifikasi filsafat Yunani yang lengkap. Dengan demikian, filsafat dan kedokteran Yunani yang berkembang saat itu senyatanya merupakan ilmu yang dimilki oleh Barat. Sebagai muslim orang Arab percaya bahwa Al-Quran dan teologi Islam merupakan rangkuman dari hukum dan pengalaman agama. Karena itu kontribusi orisinal mereka terletak di antara filsafat dan agama di satu sisi, dan di antara filsafat dan kedokteran di sisi lainnya.
Filosof pertama, al-Kindi atau Abu Yusuf Ya’kub ibn Ishaq, ia memang representasi pertama dan terakhir dari seorang murid Aristoteles di dunia Timur yang murni keturunan Arab. al-Kindi lebih dari sekedar seorang filosof, ia ahli perbintangan, kimia, ahli mata dan musik. Kemudian dilanjutkan oleh al-Farabi, nama lengkapnya Muhammad Ibn Muahammad ibn Tharkhan Abu Nashr al-Farabi (Alpharabius), 29 seorang keturunan Turki, dan disempurnakan di dunia Timur oleh Ibn Sina, (w. 1037) seorang keturunan Suriah, yang pernah dijuluki ahli kedokteran yang banyak mengadopsi pandangan filosofis al-Farabi. Menurut Ibnu Khallikan, 34 “tidak ada satupun orang Islam yang pernah mencapai pengetahuan filosofis yang menyamai prestasi al-Farabi; dan melalui terhadap berbagai kajian karyanya, serta peniruan terhadap gaya penulisannya itulah Ibn Sina mencapai keunggulan, dan menjadikan karya-karyanya sedemikian bermanfaat”. Meski demikian, Ibn Sina merupakan pemikir yang sanggup menyatukan berbagai kebijaksanaan Yunani dengan pemikirannya sendiri yang dipersembahkan untuk kalangan muslim terpelajar dalam bentuk yang mudah dicerna.[20] Demikianlah diantara tokoh-tokoh yang hidup pada masa Abbasiyah.
5. Kemajuan Ilmu dalam Bidang Sains
Merupakan bukti sejarah, bahwa banyak dari peradaban Islam khususnya dalam kemajuan sains yang ditransfer ke Eropa, dan dapat dibuktikan bahwa telah ada suatu peradaban gemilang yang dimainkan oleh para pelaku sejarah dari kalangan dunia Islam. Sebagai bukti bahwa ketika Harun al-Rasyid dan al-Ma’mun sudah giat menyelami filsfat Yunani dan Persia, sementara orang-orang di dunia Barat pada waktu itu seperti Karl Agung dan kaum ningratnya masih bercakar-cakar untuk belajar menulis nomornya sebagaimana yang diungkapkan oleh Philip K. Hitti.[21] Perkembangan sains itu merupakan pengaruh gerakan terjemahan terutama di bidang astronomi, kedokteran, matematika dan lain sebagainya.
a. Astronomi
Ahli astronomi Islam yang terkenal adalah al-Fazzari yang hidup pada masa khalifah al-Mansyur sebagai seorang Islam yang pertama kali yang menyusun astrolober (alat yang dahulu dipakai sebagai pengukur tinggi bintang), sedang al-Farqani yang dikenal di Eropa mengarang ringkasan tentang ilmu astronomi kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa latin lalu diterjemahkan oleh Gewrar Cremona dan Johannes Hispalensis.[22] Astronomi Islam yang lainya seperti Ya’qub bin Thariq, Muhammad bin Umar al-Balkhi dengan karyanya seperti kitab al-Madhal al-Kabir, al-Battani penulis buku al-Zaij al- Shabi oleh al-Khawarizmi dan lain sebagainya.[23] Demikianlah berbagai ahli astronom Islam Abbasiyah.
b. Kedokteran
Pada masa Dinasti Abbasiyah ini ilmu kedokteran telah mencapai puncaknya sehingga melanirkan para dokter yang terkenal. Diantaranya adalah Yuhannah bin Musawai dalam bukunya yang terkenal al-Asyr al-Maqalat fi al- Ain tentang pengobatan penyakit mata, Abu Bakar al-Razi termasuk ketua seluruh dokter di seluruh Baghdad, karyanya yang sangat terkenal adalh Kitab Asrar, kitab al-Manshuri, al-Juwadi wa al-Hasbah serta al-Hawi yang merupakan Ensiklopedi tentang medis dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa latin pada tahun 1279.[24] Ibnu Sina termasuk juga seorang dokter yang sangat mashur karangannya dalam bentuk ensiklopedi berjudul al-Qanun fi al-Thib, yang diterjemahkan ke dalam bahasa latin dan menjadi buku-buku standar untuk universitas-universitas di Eropa sampai akhir abad ke 17 M. Buku ini pernah diterbitkan di Roma pada tahun 1593 M. dan di India pada tahun 3123 H.[25] Jadi pada dasarnya perkembangan kedokteran disebabkan perkembangan dalam bidang perekonomian karena sebagian kekayaan Negara dipakai untuk membiayai kedokteran dan rumah sakit.
c. Matematika
Disamping perkembangan sains di atas ilmu pasti (matematika), dikenal Muhammad ibn Musa al-khawarizmi, adalah yang menemukan ilmu al-jabar wa al-Muqabalah yang sangat mempengaruhi ilmuan sesudahnya seperti Umar Khayam.
Demikianlah puncak kejayaan yang telah dialami oleh Khalifah Abbasiyah sampai masa khalifah al-Mutawakkil. Sepeninggalnya daulat ini mulai mengalami kemunduran karena khlifah-khlifah penggantinya pada umumnya lemah tidak mampu melawan kehendak tentara yang sangat berkuasa sehingga khalifah tidak punya peranan lagi yang punya peranan hanyalah tentara-tentara dari Turki.
B. Faktor-Faktor Penyebab Kamajuan Ilmu Pengetahuan
Masyarakat Islam pada Dinasti Abbasiyah ini mengalami kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan yang sangat pesat yang dipengaruhi oleh dua factor :
1.Faktor politik
a. Perpindahan ibu kota Negara dari Syam ke Irak dan Baghdad sebagai ibu kota pada tahun 146 H. dimana Baghdad pada waktu itu merupakan kota yang tinggi kebudayaannya dan sudah lebih dahulu mencapai tingkat ilmu yang lebih tinggi dari Syam.
b. Banyaknya cendekiawan yang diangkat sebagai pegawai pemerintah dan istana. Khalifah-khalifah Abbasiyah seperti al-Mansyur banyak mengangkat pegawai pemerintahan dan istana dari cendekiawan Persia, yang banyak berpengaruh seperti dia mengamgkat Khalid keluarga dari Barmark sebagai Wazir.
c. Mu’tazilah diakui sebagai mazhab resmi Negara pada masa al-Ma’mun dan dilanjutkan oleh adiknya al-Mu’tasim.
1. Faktor Sosiografi
Yang termasuk faktor sosiografi adalah sebagai berikut :
a. Peningkatan kemakmuran umat pada masa Dinasti Abbasiyah ini, menurut Ibnu Khaldun adalah ilmu itu seperti industri, banyak atau sedikitnya tergantung pada kemakmuran, kebudayaan dan kemewahan hidup masyarakat.[26] Sehingga apabila taraf hidup masyarakat itu rendah maka peningkatan ilmu itu sulit dicapai dengan baik.
b. Luasnya wilayah kekuasaan Islam menyebabkan banyaknya orang Persia dan Romawi masuk Islam. Hal ini disebabkan hasil perkawinan yang melahirkan keturunan yang tumbuh dengan memadukan kedua kebudayaan.[27]
c. Pribadi beberapa khalifah pada masa itu terutama pada masa pemerintahan al-Mansyur, Harun al-Rasyid dan al-ma’Mun yang sangat mencintai ilmu pengetahuan sehingga kebijakanya banyak ditujukan pada peningkatan ilmu pengetahuan.[28]
d. Selain permasalahan tersebut, bahwa permasalahan yang dihadapi masyarakat semakin kompleks dan berkembang.
Kesimpulan
Perkembangan ilmu dalam bidang agama, filsafat, pendidikan dan sains, sangat pesat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk faktor kebijakan politik pemerintahan dan sosiografi, dimana permasalahan masyarakat semakin kompleks dan masyarakat membutuhkan pengaturan pembukuan dari berbagai macam ilmu pengetahuan, termasuk kemajuan yang dicapai pada masa Dinasti Abbasiyah ini yang ditandai dengan adanya aktifitas ilmiah, seperti penerjemahan, pensyarahan dan penyusunan buku-buku ilmiah.
Amin, Ahmad , Dhuha Islam, Juz II Kairo: Maktaba al-Nahdah al-Mishriyat,
Hasyim, A. Sejarah Kebudyaan Islam. Jakrta: Bulan Bintang, 1979.
Ibrahim Hassan, Hassan, Islamic History and Culture, diterjemahkan oleh Jhohan Human dengan judul “Sejarah dan Kebudayaan Islam”, Cet. I; Yogyakarta: Kota Kembang, 1989
Muafradi, Ali, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, Cet. II; Jakarta: Logos, 1999.
Nasution, Harun, Ensiklopedi Islam di Indonesia, Vol I, Jakarta : Depag RI, Direktorat Pembinaan Kelembagan Islam Proyek Peningkatan Prasarana dan Sarana Pengurus Tinggi Agama/IAIN, 1992/1993.
______________, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, jilid I, Jakart: UI Press, 1984.
______________, Filsafat dan Mistisisme Dalam Islam, Cet. VII; Jakarta, 1990.
K. Hitti, Philip, Dunia Islam, Sejarah Ringkas, diterjemahkan oleh Ushuluddin Hutagalung dan O.D.P. Sihombing (Bandung; Sumur, t. t.)
______________, History of Thale Arabs; From thale Earliest Times to thale Present, New York: Palgrave Macmillan, 2002
____________, The Capital Cities Of Arab Islam. Minneapolis: Oxford University Press
Poerwantha. (et.al), Seluk Beluk Filsafat Islam. Cet I; Bandung: Rosda Karya, 1988.
[2]HALarun Nasution (edit), Ensiklopedi Islam di Indonesia, Vol I, (Jakarta : Depag RI, Direktorat Pembinaan Kelembagan Islam Proyek Peningkatan Prasarana dan Sarana Pengurus Tinggi Agama/IAIN, 1992/1993), hal. 8.
[3] HALarun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, jilid I, (Jakart: UI Press, 1984), hal. 70
[4] Phalilip K. HALitti, Thale Capital Cities Of Arab Islam (Minneapolis: Oxford University Press), hal. 85
[5] Lihat, HALassan Ibrahalim HALassan, Islamic HAListory and Culture, diterjemahalkan olehal Jhalohalan HALuman dengan judul “Sejarahal dan Kebudayaan Islam”, (Cet. I; Yogyakarta: Kota Kembang, 1989), hal. 131.
Jika kita membahas tentang perang berskala dahsyat yang dinamakan Perang Dunia II, maka yang pertama kali terngiang di benak kita adalah peristiwa “Holocaust” atau pembantaian jutaan warga Yahudi di Eropa oleh rezim Nazi di bawah pimpinan Hitler. Namun pada kenyataannya, kita tak perlu jauh-jauh untuk melihat kekejaman perang tersebut. Di Asia sendiri, sebuah unit ketentaraan Jepang bernama Unit 731 ternyata melakukan aksi yang sama-sama tak manusiawinya terhadap penduduk Asia, terutama yang bermukim di Tiongkok.
Pada masa Perang Dunia II, sebuah pasukan khusus yang dinamakan Unit 731 diutus oleh sang kaisar negeri Matahari terbit itu untuk mengembangkan senjata biologis dan kimia untuk memenangkan perang. Akibatnya, Unit 731 menggunakan wewenang yang diberikan kepada mereka untuk melakukan eksperimen-eksperimen biadab tak berperikemanusiaan, termasuk menguji coba berbagai penyakit-penyakit mematikan pada manusia, kemudian membedah mereka hidup-hidup.
Straight from a gore horror movie, this is the story of Unit 731, one of the cruelest human experiments in history.
Kita semua yang belajar sejarah pasti sudah mengenal kebengisan tentara Jepang pada masa kependudukan mereka setelah berhasil mengusir Belanda dari tanah air kita. Selama PD II, Jepang memang banyak melakukan kejahatan perang. Salah satu yang terkenal di negara mungkin adalah memaksa para wanita pribumi untuk melayani hasrat seksual mereka (alias para “jugun ianfu”). Namun sebenarnya bangsa kita cukuplah beruntung apabila dibandingkan dengan penduduk negara-negara lain seperti Tiongkok dan Flilipina yang menjadi korban kekejaman Unit 731. Namun apa itu Unit 731? Mengapa kita (kecuali kalau kalian penggemar fanatik sejarah PD II) tak pernah mendengar nama mereka sebelumnya jika memang kejahatan mereka benar-benar tak terperikan?
Alkisah pada 1932, seorang jenderal bernama Shiro Ishii ditugaskan oleh menteri ketentaraan Kerajaan Jepang bernama Sadao Araki di sebuah badan misterius bernama Army Epidemic Prevention Research Laboratory (AEPRL). Shiro kala itu tak hanya seorang jenderal perang yang piawai, namun ia juga memiliki background mumpuni sebagai seorang dokter bedah, sehingga kemampuannya dianggap sesuai untuk tugas barunya itu.
Dilihat dari nama yayasannya, AEPRL seakan memiliki misi mulia untuk mempaljari cara pencegahan penyebaran penyakit, sehingga diharapkan akan menyelamatkan banyak nyawa manusia (atau at least, para tentara Jepang yang ditempatkan di berbagai wilayah yang mereka duduki). Tapi ternyata, tak sesuci namanya, AEPRL justru memiliki tujuan kejam untuk mengembangkan senjata biologis berupa bibit penyakit.
Kala itu, tentara Kerajaan Jepang terkesan akan keberhasilan tentara Jerman yang menggunakan senjata kimia berupa gas klorin pada Second Battle of Ypres di Belgia, dimana mereka berhasil menghabisi sekitar 5 ribu tentara Sekutu. Tentara Jepang-pun mulai melirik penggunaan senjata kimia dan biologi untuk memenangkan perang dan mengukuhkan posisi mereka sebagai “Nippon Cahaya Asia”.
Jenderal Shiro kemudian membawahi sebuah unit bernama Unit Togo yang memiliki misi rahasia untuk meneliti penggunaan senjata biologis. Tak hanya militer di bawah pimpinan Menteri Sadao saja yang mendukung langkah Shiro tersebut, namun juga Menteri Kesehatan Jepang sendiri, bernama Kolonel Chikahiko Koizumi. Mengerikan ya, dokter dan menteri kesehatan yang seharusnya sudah disumpah untuk melindungi nyawa manusia, malah mengembangkan senjata yang bisa memusnahkan sebanyak mungkin manusia.
Unit Togo tentu saja tak menggunakan warga Jepang sendiri sebagai kelinci percobaan mereka. Mereka kemudian dikirim untuk bercokol di sebuah benteng bernama Benteng Zhongma yang berada di desa bernama Beiyinhe, sekitar 100 km dari kota Harbin, di wilayah Manchuria (wilayah timur laut Tiongkok yang berbatasan dengan Rusia). Alasannya, Benteng Zhongma, yang kala itu berada di bawah kekuasaan Jepang setelah mereka menginvasi Tiongkok, digunakan sebagai penjara untuk mengurung para tahanan perang.
Di luar dugaan, para tahanan di benteng tersebut diperlakukan dengan baik. Mereka diberi makanan yang cukup mewah, bahkan daging dan minuman beralkohol. Namun tentu saja, itu baru awalnya. Para tentara dari Unit Togo menginginkan semua “kelinci percobaan” mereka sehat sebelum melakukan eksperimen. Kemudian, mereka mencekoki para tahanan tersebut dengan berbagai bakteri dan virus penyebab penyakit, kemudian mengamati gejalanya. Tak hanya itu, mereka juga tak diberi makan dan minum apapun, bahkan tak jarang mereka kemudian dibedah hidup-hidup untuk melihat apa pengaruh penyakit tersebut terhadap kondisi organ dalam mereka. Tentu saja, para tahanan itu tidak dalam kondisi dibius kala mereka dibedah hidup-hidup.
Karena kekejaman itulah, pada 1934 terjadi “prison break” alias kerusuhan di penjara akibat perlawanan para tahanan. Benteng Zhongma bahkan terbakar habis akibat pemberontakan itu. Merasa tak aman lagi, Jendral Shiro kemudian memindahkan markas besar mereka ke kota Pingfang, sekitar 24 km dari kota Harbin. Celakanya, gedung baru yang mereka tempati jauh lebih megah dan berfasilitas lebih lengkap untuk melakukan segala eksperimen keji mereka.
MARUTA EXPERIMENT: THE BIRTH OF INFERNO
Diorama yang menunjukkan operasi tak manusiawi yang dilakukan oleh tim dokter bejad dari Unit 731
Pada 1936, melihat keberhasilan Unit Togo yang cukup menjanjikan, Kaisar Hirohito kemudian menggabungkan Unit Togo dengan Pasukan Kwantung. Kini dengan tambahan personil, tentara Jepang mengubah nama Unit Togo menjadi Unit 731. Untuk tujuan propaganda, tentu saja mereka memberi nama yang “tidak mengundang curiga”, yakni “Epidemic Prevention and Water Purification Department of the Kwantung Army”. Tentu saja melihat nama itu, tentu banyak yang mengira tugas mereka adalah untuk membantu masyarakat, namun kenyataannya, mereka meneruskan aksi biadab mereka untuk bereksperimen mengembangkan senjata biologis.
Tak hanya itu, dengan tambahan personil sebanyak ribuan, merekapun berani membuka “cabang”. Tak hanya di Manchuria, mereka juga “beraksi” di Beijing, Nanjing, Guangzhou, bahkan Singapura. Pada 1939, Unit 731 memiliki 10 ribu personel yang tak hanya berasal dari kalangan tentara, namun juga para dokter dan profesor dari Jepang. Kala itu, para akademisi merasa tertarik akan godaan melakukan “eksperimen” terhadap manusia, sesuatu yang jelas ilegal apabila dilakukan ada masa damai. Bagi mereka, PD II bak sebuah “The Purge” dimana mereka bisa melakukan apapun keinginan mereka demi memenuhi hasrat mereka. Banyak di antara para dokter dan peneliti itu juga sebelumnya sudah biasa melakukan eksperimen pada binatang, sehingga tak berkeberatan melakukannya pada manusia juga.
Kala itu, mereka menggunakan sebuah istilah sebagai kode rahasia bagi korban eksperimen mereka, yakni “Maruta”. Kata tersebut dalam bahasa Jepang berarti “gelondongan kayu”. Hal ini karena gedung berfasilitas lab yang mereka miliki disamarkan sebagai sebuah pabrik pemotongan kayu untuk menyembunyikan eksperimen rahasia mereka. Selain itu, dengan menyebut subjek mereka sebagai “maruta” juga bertujuan untuk merendahkan mereka supaya mereka tak lagi disebut manusia.
Lalu siapa saja para “maruta” yang menjadi kelinci percobaan mereka itu? Kebanyakan mereka adalah kriminal. Tak hanya bandit, namun mereka yang berani menentang kekuasaan Jepang, seperti para aktivis, tahanan perang, bahkan mereka yang ditangkap karena terlibat dalam “aktivitas mencurigakan”, apapun itu. Mereka yang dianggap “tak berguna” bagi masyarakat, seperti gelandangan dan orang-orang yang mengalami keterbelakangan mental juga akan ditangkap oleh Kempeitai atau polisi Jepang untuk mencukupi pasokan “maruta” mereka. Naasnya, tak jarang warga sipil tak berdosa seperti anak-anak, kaum lansia, hingga wanita hamil menjadi korban kekejaman mereka pula.
Bagi warga sipil yang tak curiga, para tentara Jepang mendekati mereka dan pura-pura melakukan kebaikan, semisal melaksanakan vaksinasi gratis atau memberi mereka makanan, minuman, bahkan permen. Namun sesungguhnya, semua yang mereka berikan tersebut ternyata sudah disusupi berbagai bakteri dan virus penyebab berbagai penyakit.
Shiro Ishii
Seperti yang tadi gue sebutkan, banyak tahanan yang dibedah hidup-hidup demi kepentingan penelitian sadis tersebut. Namun tak jarang, mereka sengaja diamputasi dan diambil organnya untuk melihat apa efeknya pada tubuhnya (semisal berapa lama mereka akan mati karena kehabisan darah). Tak jarang, demi memuaskan rasa “ingin tahu” mereka, organ-organ atau potongan tubuh para korban kemudian disambungkan ke bagian tubuh lain, hanya demi “bersenang-senang”.
Tentu saja melihat kesadisan mereka, muncul pertanyaan tentang tujuan sesungguhnya Unit 731 ini. Banyak yang menduga aksi-aksi sadis mereka sebenarnya didorong oleh hasrat psikopat mereka, ketimbang melakukan eksperimen medis semata. Contohnya, mereka kerap menggunakan manusia sebagai sasaran lemparan granat untuk melihat keefektifan senjata tersebut. Tak jarang, mereka mengikat korban mereka kemudian melempatkan bom, senjata kimia, hingga menghujamkan bayonet dan pisau, hanya sekedar untuk menyaksikan seperti apa dampaknya.
Di percobaan lain, korban tidak diberi sedikitpun makanan ataupun air untuk mengetahui berapa lama mereka bertahan hidup. Mereka juga ditaruh di sebuah kabin bertekanan rendah (semacam percobaan fisika) sampai (konon) mata mereka meledak. Eksperimen lain meliputi para korban dibakar, dibekukan (kemudian diamputasi), disuntikkan darah binatang, disinari radiasi X-ray, hingga dikubur hidup-hidup. Melihat semua “gaya” eksperimen tersebut, banyak yang menganggap Unit 731 hanyalah menjadi pelampiasan para psikopat berkedok sebuah percobaan medis.
Unit 731 kemudian mengembangkan penelitian mereka tak hanya sebatas di laboratorium saja, tapi juga melihat efeknya pada populasi luas. Contohnya, mereka menerbangkan pesawat ke kota-kota kecil yang didiami masyarakat kemudian melepaskan bibit penyakit dari udara. Warga kota Ningbo dan Changde di Provinsi Hunan pada 1940-1941 merasakan kekejaman ini. Akibat peristiwa ini, puluhan ribu warga kedua kota tersebut tewas akibat serangan wabah. Ketika tentara Jepang menduduki kota Nangking, mereka juga menyebarkan penyakit tifus kepada para warganya. Pada 1941, mereka kembali menyerang sebuah kota bernama Changda dengan penyakit kolera. Sekitar 10 ribu penduduk tewas dan uniknya, sekitar 1.700 ribu tentara Jepang sendiri juga ikut tewas karena mereka tak mampu mengendalikan wabah tersebut, bak senjata makan tuan.
Namun semua eksperimen yang dilakukan Unit 731 dianggap Kerajaan Jepang sebagai sebuah keberhasilan. Sehingga pada 1945, mereka memberanikan diri untuk mengajukan sebuah rencana untuk menyerang Amerika Serikat menggunakan senjata biologis yang mereka kembangkan. Rencananya, pada 22 September 1945 mereka hendak menyerang kota San Diego di California. Namun tentu saja kita tahu, rencana tersebut tak urung dilaksanakan karena pada 6 dan 9 Agustus 1945, Amerika Serikat keburu membom atom kota Hiroshima dan Nagasaki sehingga negeri Matahari terbit itupun menyerah tanpa syarat.
Namun tak ayal, sebelum mereka akhirnya menyerah, Unit 731 sudah keburu membunuh hampir separuh juta orang karena kekejaman mereka, kebanyakan korbannya berasal dari etnis Tionghoa.
THE INJUSTICE LEAGUE
Seandainya bom atom tak dijatuhkan, mungkin saja kekejaman Unit 731 akan terus berlanjut
Kekalahan Jepang sudah di depan mata. Para tentara Red Army kala itu menyerbu Manchuria hingga membuat sisa anggota Unit 731 menjadi panik. Banyak di antara mereka memutuskan kabur. Namun sebelum itu, mereka berusaha melenyapkan barang bukti dengan membakar habis lab mereka dan membunuh semua sisa tahanan yang ada. Tak hanya itu, di anatra para kru Unit 731 yang tersisa, mereka juga diperintahkan untuk menelan pil sianida apabila tertangkap, agar semua “rahasia” mereka dibawa ke dalam kubur.
Kemudian tentara Amerika Serikat, sebagai bagian dari bala tentara Sekutu yang dikenal sebagai protagonis PD II serta berada di pihak kebajikan datang. Unit 731 pun merasa inilah akhir bagi mereka. Mereka akan segera ditangkap dan dibunuh, apalagi mereka pernah merencanakan serangan ke San Diego yang tak pelak pasti membuat murka para tentara Amerika Serikat.
Namun apa yang terjadi berikutnya sungguh diluar dugaan.
Seorang petinggi militer AS kala itu tiba di Jepang yang sudah ditaklukkannya. Pria itu bernama Kolonel Murray Sanders yang mendarat di Yokohama pada 1945. Kolonel Muray yang sebelum perang berkecimpung di biologi sebagai peneliti di bidang mikrobiologi pun mencium keberadaab Unit 731. Segala kekejaman tak manusiawi yang dilakukan Unit 731 tentu adalah sebuah kejahatan perang yang harus dihukum dengan berat. Namun, Kolonel Murray sendiri tertarik akan hasil eksperimen yang mereka lakukan (yang jelas ilegal apabila dilakukan di negara yang “waras”). Iapun segera mengabari jenderal besar AS kala itu, yakni Jenderal Douglas MacArthur. Kita tentu mengira, AS yang konon amat menjunjung tinggi HAM, akan mengutuk aksi biadab Unit 731 ini. Namun yang terjadi justru sebaliknya.
Sang Jenderal justru menawari untuk mengampuni para peneliti di Unit 731, bahkan memberikan imunitas atau kekebalan hukum terhadap semua kejahatan perang yang mereka lakukan. Semua itu bersedia ia lakukan dengan satu syarat, yakni asal Unit 731 memberikan semua hasil penelitian mereka dari eksperimen-eksperimen biadab itu kepada pihak AS. Alasannya, data-data penelitian itu dianggapnya terlalu “berharga” untuk jatuh ke pihak lain, terutama pihak Uni Soviet yang menjadi musuh mereka.
Tak hanya itu, ketika pihak Tiongkok dan Rusia (kala itu masih bernama Uni Soviet) bekerja sama untuk menuntut Unit 731 agar bertanggung jawab atas kejahatan mereka yang diluar batas kemanusiaan, pihak militer AS malah pasang badan melindungi mereka, bahkan menyebut tuduhan mereka sebagai “fitnah” dan “propaganda Komunis” semata.
Jenderal Douglas McArthur
Mengejutkan memang, namun hingga kini, semua anggota Unit 731 justru lepas dari semua hukuman yang seharusnya mereka terima, bahkan melenggang bebas, bahkan menikmati hidup tenang hingga usia tua yang jelas tak pantas mereka dapatkan.
Tercatat Shiro Ishii, sang pemimpin Unit 731 hidup damai hingga akhirnya meninggal di Tokyo pada usia 65 tahun. Ada rumor menyebutkan, bahwa selepas dari Unit 731, Shiro kemudian sempat hijrah ke Maryland untuk membantu pihak AS mengembangkan senjata biologis. Bahkan, salah satu dokter dari Unit 731 bernama Masami Kitaoka, kemudian melanjutkan eksperimennya pada manusia ketika ia bekerja di National Institute of Health Sciences di Jepang. Kala itu, seolah tak jera, ia mengadakan percobaan dengan menginfeksi tahanan dengan bakteri rickettsia dan pasien dengan keterbelakangan mental dicekokinya dengan penyakit tifus.
Bayang-bayang Unit 731 pun menggentayangi dunia medis Jepang sebab banyak “alumni”-nya lolos dan melanjutkan hidup mereka, menyusup di antara masyarakat. Pada 1952, diketahui sebuah percobaan menggunakan manusia dilakukan di rumah sakit pediatri di Nagoya yang mengakibatkan kematian pasiennya. Pelakunya dicurigai terkait dengan Unit 731. Bahkan, kasus Sadamichi Hirasawa yang pernah gue bahas juga dianggap banyak pihak sesungguhnya dilakukan oleh anggota Unit 731 yang lolos.
Namun ternyata tak semua pelaku Unit 731 yang lolos bertebaran menyebar maut. Salah satu “alumni” Unit 731 bernama Ken Yuasa justru insyaf dan malah berusaha keras membangkitkan kesadaran masyarakat Jepang akan kekejaman dan kejahatan perang yang pernah mereka lakukan. Kini, paling tidak Unit 731 dan segala kekejamannya sedikit diketahui publik, karena mulai disinggung di berbagai media. Komik “ My Hero Academia” pernah memunculkan tokoh bernama Shiga Maruta yang merupakan hasil eksperimen Maruta yang jika kalian masih ingat, merupakan kode alias bagi para korban Unit 731. Serial sci-fi horor “X-Files” hingga game “ Call of Duty: Black Ops 3” juga mengangkat tentang eksperimen Unit 731, walaupun hanya sekelumit.
Tentu di dunia damai seperti ini, sulit bagi kita membayangkan seperti apa kekejaman Unit 731 kala itu. Untuk menggambarkannya, konon salah seorang tentara Sekutu yang melihat langsung kekejaman Unit 731 konon mengutip novel Inferno yang ditulis sastrawan Eropa kuno Dante yakni “– abandon hope all ye who enter here ….” sebagai ucapan “selamat datang” bagi mereka yang memasuki lab Unit 731.
Di “Inferno” milik Dante, kata-kata itulah yang tertulis di pintu gerbang neraka.
Paham Komunisme menjadi salah satu paham dengan pengikut yang paling awal dalam menyuarakan kemerdekaan Indonesia.
Partai Komunis Indonesia (PKI) didirikan dalam gelombang pertama perjuangan anti Belanda. Pada awal tahun 20-an, dengan adanya perpecahan dalam kepemimpinan kelas menengah yang ada waktu itu, PKI muncul sebagai organisasi terkemuka dalam perjuangan kebangsaan dan kelas.
Namun demikian, kelemahan pimpinan PKI dan pergeseran mereka ke politik ultra-kiri, menggiring partai ini menemui kegagalan total pada tahun 1923-26. Hal ini memungkinkan para pimpinan kelas menengah nasionalis bercokol di pucuk pimpinan pada perjuangan kemerdekaan di tahun 1940-an.
Sebelum 1914 tidak ada tanda apapun bahwa dalam beberapa tahun saja di Indonesia akan ada partai komunis berbasis massa yang pertama di dunia kolonial. Kelas buruh tidak mempunyai organisasi politik dan hanya ada beberapa serikat buruh yang semuanya lemah.
Gerakan “Nasionalis” masih berupa jabang bayi; dan sebetulnya, imbauan nasionalisme belum terdengar di kalangan rakyat. Aslinya gerakan nasionalis dikuasai pemimpin kolot dari kelas menengah yang berdasarkan agama. Jurang yang dalam memisahkan para pemimpin nasionalis ini dengan kondisi sosial yang begitu buruk di kalangan rakyat. Pada era itu juga belum mulai berkembang sayap kiri apapun yang secara potensial bersifat Bolshevik.
Partai Komunis Indonesia
Asal Mula PKI
Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah partai politik di Indonesia yang berideologi komunis. Dalam sejarahnya, PKI pernah berusaha melakukan pemberontakan melawan pemerintah kolonial Belanda pada 1926, mendalangi pemberontakan PKI Madiun pada tahun 1948, serta dituduh membunuh 6 jenderal TNI AD di Jakarta pada tanggal 30 September 1965 yang di kenal dengan peristiwa G30S/PKI. Partai ini didirikan atas inisiatif tokoh sosialis Belanda, Henk Sneevliet pada 1914, dengan nama Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV) atau (Persatuan Sosial Demokrat Hindia Belanda).
SDAP
Keanggotaan awal ISDV pada dasarnya terdiri atas 85 anggota dari dua partai sosialis Belanda, yaitu SDAP (Partai Buruh Sosial Demokratis) dan SDP (Partai Sosial Demokratis), yang aktif di Hindia Belanda. Pada Oktober 1914 ISDV mulai aktif dalam penerbitan dalam bahasa Belanda, “Het Vrije Woord” (Kata yang Merdeka). Editornya adalah Adolf Baars. Dan pada 1917 ISDV mengeluarkan penerbitannya sendiri dalam bahasa Melayu, yaitu “Soeara Merdeka“. Pada saat pembentukannya, ISDV tidak menuntut kemerdekaan Indonesia.
ISDV
Pada saat itu, ISDV mempunyai sekitar 100 orang anggota, dan dari semuanya itu hanya tiga orang yang merupakan warga pribumi Indonesia. Namun demikian, partai ini dengan cepat berkembang menjadi radikal dan anti kapitalis. Di bawah pimpinan Sneevliet partai ini merasa tidak puas dengan kepemimpinan SDAP di Belanda, dan yang menjauhkan diri dari ISDV. Pada 1917, kelompok reformis dari ISDV memisahkan diri dan membentuk partainya sendiri, yaitu Partai Demokrat Sosial Hindia.
Henk Sneevliet
Di bawah kepemimpinan Sneevliet, ISDV yakin bahwa Revolusi Oktober seperti yang terjadi di Rusia harus diikuti Indonesia. Kelompok ini berhasil mendapatkan pengikut di antara tentara-tentara dan pelaut Belanda yang ditempatkan di Hindia Belanda. Dibentuklah “Pengawal Merah” dan dalam waktu tiga bulan jumlah mereka telah mencapai 3.000 orang.
Pada akhir 1917, para tentara dan pelaut itu memberontak di Surabaya, sebuah pangkalan angkatan laut utama di Indonesia saat itu, dan membentuk sebuah dewan Soviet. Para penguasa kolonial menindas dewan-dewan Soviet di Surabaya dan ISDV. Para pemimpin ISDV dikirim kembali ke- Belanda, termasuk Sneevliet. Para pemimpin pemberontakan di kalangan militer Belanda dijatuhi hukuman penjara hingga 40 tahun.
ISDV terus melakukan kegiatannya, meskipun dengan cara bergerak di bawah tanah. Organisasi ini kemudian menerbitkan sebuah terbitan yang lain, Soeara Ra’jat. Setelah sejumlah kader Belanda dikeluarkan dengan paksa, ditambah dengan pekerjaan di kalangan Sarekat Islam, keanggotaan organisasi ini pun mulai berubah dari mayoritas warga Belanda menjadi mayoritas orang Indonesia.
Pada awalnya PKI adalah gerakan yang berasimilasi ke dalam Sarekat Islam. Keadaan yang semakin parah dimana ada perselisihan antara para anggotanya, terutama di Semarang dan Yogyakarta membuat Sarekat Islam melaksanakan disiplin partai. Yakni melarang anggotanya mendapat gelar ganda di kancah perjuangan pergerakan indonesia. Keputusan tersebut tentu saja membuat para anggota yang beraliran komunis kesal dan keluar dari partai dan membentuk partai baru yang disebut ISDV.
Semaoen
Pada Kongres ISDV di Semarang (Mei 1920), nama organisasi ini diubah menjadi Perserikatan Komunis di Hindia (PKH). Semaoen diangkat sebagai ketua partai. PKH adalah partai komunis pertama di Asia yang menjadi bagian dari Komunis Internasional. Henk Sneevliet mewakili partai ini pada kongresnya kedua Komunis Internasional pada 1920. Lalu pada 1924 nama partai ini sekali lagi diubah, kali ini adalah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).
Perjalanan PKI dari awal hingga akhir
A. Pemberontakan 1926
Pada November 1926 PKI memimpin pemberontakan melawan pemerintahan kolonial di Jawa Barat dan Sumatra Barat. PKI mengumumkan terbentuknya sebuah republik. Pemberontakan ini dihancurkan dengan brutal oleh penguasa kolonial.
Boven Digul
Ribuan orang dibunuh dan sekitar 13.000 orang ditahan. Sejumlah 1.308 orang, umumnya kader-kader partai, dikirim ke Boven Digul, sebuah kamp tahanan di Papua. Beberapa orang meninggal di dalam tahanan. Banyak aktivis politik non-komunis yang juga menjadi sasaran pemerintahan kolonial, dengan alasan menindas pemberontakan kaum komunis.
Tan Malaka
Pada 1927 PKI dinyatakan terlarang oleh pemerintahan Belanda. Karena itu, PKI kemudian bergerak di bawah tanah. Rencana pemberontakan itu sendiri sudah dirancang sejak lama. Yakni di dalam perundingan rahasia aktivis PKI di Prambanan. Rencana itu ditolak tegas oleh Tan Malaka, salah satu tokoh utama PKI yang mempunyai banyak massa terutama di Sumatra.
Penolakan tersebut membuat Tan Malaka di cap sebagai pengikut Leon Trotsky yang juga sebagai tokoh sentral perjuangan Revolusi Rusia. Walau begitu, beberapa aksi PKI justru terjadi setelah pemberontakan di Jawa terjadi. Semisal Pemberontakan Silungkang di Sumatra.
Muso
Pada masa awal pelarangan ini, PKI berusaha untuk tidak menonjolkan diri, terutama karena banyak dari pemimpinnya yang dipenjarakan. Pada 1935 pemimpin PKI Muso kembali dari pembuangan di Moskwa, Uni Soviet, untuk menata kembali PKI dalam gerakannya di bawah tanah. Namun Muso hanya tinggal sebentar di Indonesia.
Kini PKI bergerak dalam berbagai front, seperti misalnya Gerindo dan serikat-serikat buruh. Di Belanda, PKI mulai bergerak di antara mahasiswa-mahasiswa Indonesia di kalangan organisasi nasionalis, Perhimpoenan Indonesia , yang tak lama kemudian berada di dalam kontrol PKI.
B. Peristiwa Madiun 1948
Perundingan Renville
Pada 8 Desember 1947 sampai 17 Januari 1948 pihak Republik Indonesia dan Belanda melakukan perundingan yang dikenal sebagai Perundingan Renville. Hasil kesepakatan perundingan Renville dianggap menguntungkan posisi Belanda. Sebaliknya, RI menjadi pihak yang dirugikan dengan semakin sempit wilayah yang dimiliki.
Oleh karena itu, kabinet Amir Syarifuddin diaggap merugikan bangsa, kabinet tersebut dijatuhkan pada 23 Januari 1948. Ia terpaksa menyerahkan mandatnya kepada presiden dan digantikan kabinet Hatta.
Amir Syarifuddin
Selanjutnya Amir Syarifuddin membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) pada 28 Juni 1948. Kelompok politik ini berusaha menempatkan diri sebagai oposisi terhadap pemerintahan dibawah kabinet Hatta. FDR bergabung dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) merencanakan suatu perebutan kekuasaan.
Beberapa aksi yang dijalankan kelompok ini diantaranya dengan melancarkan propaganda anti-pemerintah, mengadakan demonstrasi-demonstrasi, pemogokan, menculik dan membunuh lawan-lawan politik, serta menggerakkan kerusuhan dibeberapa tempat.
Sejalan dengan peristiwa itu, datanglah Muso seorang tokoh komunis yang sejak lama berada di Moskow, Uni Soviet. Ia menggabungkan diri dengan Amir Syarifuddin untuk menentang pemerintah, bahkan ia berhasil mengambil alih pucuk pimpinan PKI. Setelah itu, ia dan kawan-kawannya meningkatkan aksi teror, mengadu domba kesatuan-kesatuan TNI dan menjelek-jelekan kepemimpinan Soekarno-Hatta.
Puncak aksi PKI adalah pemberotakan terhadap RI pada 18 September 1948 diMadiun, Jawa Timur. Tujuan pemberontakan itu adalah meruntuhkan negara RI dan menggantinya dengan negara komunis. Dalam aksi ini beberapa pejabat, perwira TNI, pimpinan partai, alim ulama dan rakyat yang dianggap musuh dibunuh dengan kejam.
Tindakan kekejaman ini membuat rakyat marah dan mengutuk PKI. Tokoh-tokoh pejuang dan pasukan TNI memang sedang menghadapi Belanda, tetapi pemerintah RI mampu bertindak cepat. Panglima Besar Soedirman memerintahkan Kolonel Gatot Subroto di Jawa Tengah dan Kolonel Sungkono di Jawa Timur untuk menjalankan operasi penumpasan pemberontakan PKI.
Anggota PKI yang berhasil ditawan TNI
Pada 30 September 1948, Madiun dapat diduduki kembali oleh TNI dan polisi. Dalam operasi ini Muso berhasil ditembak mati, sedangkan Amir Syarifuddin dan tokoh-tokoh lainnya ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.
C. Bangkitnya PKI
Surat Kabar Harian Rakjat
Setelah terpuruk akibat peristiwa di Madiun, PKI seakan telah menghilang, namun pada tahun 1950, PKI memulai kembali kegiatan penerbitannya, dengan organ-organ utamanya yaitu Harian Rakjat dan Bintang Merah. Pada 1950-an, PKI mengambil posisi sebagai partai nasionalis di bawah pimpinan D.N. Aidit, dan mendukung kebijakan-kebijakan anti kolonialis dan anti Barat yang diambil oleh Presiden Soekarno.
D.N Aidit
Aidit dan kelompok di sekitarnya, termasuk pemimpin-pemimpin muda seperti Sudisman, Lukman, Njoto dan Sakirman, menguasai pimpinan partai pada 1951. Pada saat itu, tak satupun di antara mereka yang berusia lebih dari 30 tahun. Di bawah Aidit, PKI berkembang dengan sangat cepat, dari sekitar 3.000-5.000 anggota pada 1950, menjadi 165.000 pada 1954 dan bahkan 1,5 juta pada 1959.
Pada Agustus 1951, PKI memimpin serangkaian pemogokan militan, yang diikuti oleh tindakan-tindakan tegas terhadap PKI di Medan dan Jakarta. Akibatnya, para pemimpin PKI kembali bergerak di bawah tanah untuk sementara waktu. Pada Pemilu 1955, PKI menempati tempat ke empat dengan 16% dari keseluruhan suara. Partai ini memperoleh 39 kursi (dari 257 kursi yang diperebutkan) dan 80 dari 514 kursi di Konstituante.
Pada 3 Desember 1957, serikat-serikat buruh yang pada umumnya berada di bawah pengaruh PKI, mulai menguasai perusahaan-perusahaan milik Belanda. Penguasaan ini merintis nasionalisasi atas perusahaan-perusahaan yang dimiliki oleh asing. Perjuangan melawan para kapitalis asing memberikan PKI kesempatan untuk menampilkan diri sebagai sebuah partai nasional.
Pada Februari 1958 terjadi sebuah upaya koreksi terhadap kebijakan Sukarno yang mulai condong ke timur di kalangan militer dan politik sayap kanan. Mereka juga menuntut agar pemerintah pusat konsisten dalam melaksanakan UUDS 1950, selain itu pembagian hasil bumi yang tidak merata antara pusar dan daerah menjadi pemicu.
Gerakan yang berbasis di Sumatera dan Sulawesi, mengumumkan pada 15 Februari 1958 telah terbentuk Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Pemerintahan yang disebut revolusioner ini segera menangkapi ribuan kader PKI di wilayah-wilayah yang berada di bawah kontrol mereka. PKI mendukung upaya-upaya Soekarno untuk memadamkan gerakan ini, termasuk pemberlakuan Undang-Undang Darurat. Gerakan ini pada akhirnya berhasil dipadamkan.
Pada 1959, militer berusaha menghalangi diselenggarakannya kongres PKI. Namun demikian, kongres ini berlangsung sesuai dengan jadwal dan Presiden Soekarno sendiri memberi angin pada komunis dalam sambutannya.
Pada 1960, Soekarno melancarkan slogan Nasakom yang merupakan singkatan dari Nasionalisme, Agama, dan Komunisme. Dengan demikian peranan PKI sebagai mitra dalam politik Soekarno dilembagakan. PKI membalasnya dengan menanggapi konsep Nasakom secara positif, dan melihatnya sebagai sebuah front bersatu yang multi-kelas.
Dengan berkembangnya dukungan dan keanggotaan yang mencapai 3 juta orang pada 1965, PKI menjadi partai komunis terkuat di luar Uni Soviet dan RRT. Partai itu mempunyai basis yang kuat dalam sejumlah organisasi massa, seperti SOBSI (Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia), Pemuda Rakjat, Gerwani, Barisan Tani Indonesia (BTI), Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) dan Himpunan Sardjana Indonesia (HSI). Menurut perkiraan seluruh anggota partai dan organisasi-organisasi yang berada di bawah payungnya mungkin mencapai seperlima dari seluruh rakyat Indonesia.
Pada Maret 1962, PKI bergabung dengan pemerintah. Para pemimpin PKI, Aidit dan Njoto, diangkat menjadi menteri penasihat. Pada bulan April 1962, PKI menyelenggarakan kongres partainya. Pada 1963, pemerintah Malaysia, Indonesia dan Filipina terlibat dalam pembahasan tentang pertikaian wilayah dan kemungkinan tentang pembentukan sebuah Konfederasi Maphilindo, sebuah gagasan yang dikemukakan oleh presiden Filipina, Diosdado Macapagal.
PKI menolak gagasan pembentukan Maphilindo dan federasi Malaysia. Para anggota PKI yang militan menyeberang masuk ke Malaysia dan terlibat dalam pertempuran-pertempuran dengan pasukan-pasukan Inggris dan Australia. Sebagian kelompok berhasil mencapai Malaysia lalu bergabung dalam perjuangan di sana. Namun demikian kebanyakan dari mereka ditangkap begitu tiba.
Salah satu hal yang sangat aneh yang dilakukan PKI adalah dengan diusulkannya Angkatan ke-5 yang terdiri dari buruh dan petani, kemungkinan besar PKI ingin mempunyai semacam militer partai seperti Partai Komunis Cina dan Nazi dengan SS nya. Hal inilah yang membuat TNI AD merasa khawatir takut adanya penyelewengan senjata yang dilakukan PKI dengan “tentaranya”.
D. GESTAPU/G30S
Alasan utama tercetusnya peristiwa G30S disebabkan sebagai suatu upaya pada melawan apa yang disebut “rencana Dewan Jenderal hendak melakukan coup d‘etat terhadap Presiden Sukarno“. Aktivitas PKI dirasakan oleh kalangan politik, beberapa bulan menjelang Peristiwa G30S, makin agresif.
Meski pun tidak langsung menyerang Bung Karno, tapi serangan yang sangat kasar misalnya terhadap apa yang disebut “kapitalis birokrat“, terutama yang bercokol di perusahaan-perusahaan negara, pelaksanaan UU Pokok Agraria yang tidak menepati waktunya sehingga melahirkan “Aksi Sepihak“ dan istilah “7 setan desa“, serta serangan-serangan terhadap pelaksanaan Demokrasi Terpimpin yang dianggap hanya bertitik berat kepada “kepemimpinan“-nya dan mengabaikan “demokrasi“-nya, adalah pertanda meningkatnya rasa superioritas PKI, sesuai dengan statementnya yang menganggap bahwa secara politik, PKI merasa telah berdominasi. Anggapan bahwa partai ini berdominasi,pada akhirnya tidak lebih dari satu ilusi.
Ada pun Gerakan 30 September 1965, secara politik dikendalikan oleh sebuah Dewan Militer yang diketuai oleh D.N. Aidit dengan wakilnya Kamaruzzaman (Syam), bermarkas di rumah sersan Suyatno di komplek perumahan AURI, di Pangkalan Udara Halim.
Sedang operasi militer dipimpin oleh kolonel A. Latief sebagai komandan SENKO (Sentral Komando) yang bermarkas di Pangkalan Udara Halim dengan kegiatan operasi dikendalikan dari gedung PENAS (Pemetaan Nasional), yang juga instansi AURI dan dari Tugu MONAS (Monumen Nasional). Sedang pimpinan gerakan, adalah Letkol. Untung Samsuri.
Menurut keterangan, sejak dicetuskannya gerakan itu, Dewan Militer PKI mengambil alih semua wewenang Politbiro, sehingga instruksi politik yang dianggap sah, hanyalah yang bersumber dari Dewan Militer. Tapi setelah nampak bahwa gerakan akan mengalami kegagalan, karena mekanisme pengorganisasiannya tidak berjalan sesuai dengan rencana, maka dewan ini tidak berfungsi lagi. Apa yang dikerjakan ialah bagaimana mencari jalan menyelamatkan diri masing-masing.
Aidit dengan bantuan AURI, terbang ke Yogyakarta, sedang Syam segera menghilang dan tak bisa ditemui oleh teman-temannya yang memerlukan instruksi mengenai gerakan selanjutnya. Antara kebenaran dan manipulasi sejarah. Dalam konflik penafsiran dan kontroversi narasi atas Peristiwa 30 September 1965 dan peranan PKI, klaim kebenaran bagaikan pendulum yang berayun dari kiri ke kanan dan sebaliknya, sehingga membingungkan masyarakat, terutama generasi baru yang masanya jauh sesudah peristiwa terjadi. Tetapi perbedaan versi kebenaran terjadi sejak awal segera setelah terjadinya peristiwa.
Di tingkat internasional, Kantor Berita RRC (Republik Rakyat Cina), Hsinhua, memberikan versi bahwa Peristiwa 30 September 1965 adalah masalah internal Angkatan Darat Indonesia yang kemudian diprovokasikan oleh dinas intelijen Barat sebagai upaya percobaan kudeta oleh PKI.
Presiden Soekarno pun berkali-kali melakukan pembelaan bahwa PKI tidak terlibat dalam peristiwa sebagai partai melainkan karena adanya sejumlah tokoh partai yang keblinger dan terpancing oleh insinuasi Barat, lalu melakukan tindakan-tindakan, dan karena itu Soekarno tidak akan membubarkan PKI.
Kemudian, pimpinan dan sejumlah perwira Angkatan Darat memberi versi keterlibatan PKI sepenuhnya, dalam penculikan dan pembunuhan enam jenderal dan seorang perwira pertama AD pada tengah malam 30 September menuju dinihari 1 Oktober 1965. Versi ini segera diterima secara umum sesuai fakta kasat mata yang terhidang dan ditopang pengalaman buruk bersama PKI dalam kehidupan sosial dan politik pada tahun-tahun terakhir. Hanya saja harus diakui bahwa sejumlah perwira penerangan telah menambahkan dramatisasi artifisial terhadap kekejaman, melebihi peristiwa itu secara fakta.
Penculikan dan kemudian pembunuhan para jenderal menurut fakta memang sudah kejam, tetapi dramatisasi dengan pemaparan yang hiperbolis dalam penyajian, telah memberikan efek mengerikan melampaui batas yang mampu dibayangkan semula. Dan akhirnya, mengundang pembalasan yang juga tiada taranya dalam penumpasan berdarah antar manusia di Indonesia.
Setelah berakhirnya masa kekuasaan formal Soeharto, muncul kesempatan untuk menelaah bagian-bagian sejarah –khususnya mengenai Peristiwa 30 September 1965 dan PKI– yang dianggap kontroversial atau mengandung ketidakbenaran. Kesempatan itu memang kemudian digunakan dengan baik, bukan saja oleh para sejarawan dalam batas kompetensi kesejarahan, tetapi juga oleh mereka yang pernah terlibat dengan peristiwa atau terlibat keanggotaan PKI.
Bila sebelum ini penulisan versi penguasa sebelum reformasi banyak dikecam karena di sana sini mengandung unsur manipulasi sejarah, ternyata pada sisi sebaliknya di sebagian kalangan muncul pula kecenderungan manipulatif yang sama yang bertujuan untuk memberi posisi baru dalam sejarah bagi PKI, yakni sebagai korban politik semata. Pendulum sejarah kali ini diayunkan terlalu jauh ke kiri, setelah pada masa sebelumnya diayunkan terlalu jauh ke kanan.
Terdapat sejumlah nuansa berbeda yang harus bisa dipisahkan satu sama lain dengan cermat dan arif, dalam menghadapi masalah keterlibatan PKI pada peristiwa-peristiwa politik sekitar 1965. Bahwa sejumlah tokoh utama PKI terlibat dalam Gerakan 30 September 1965 dan kemudian melahirkan Peristiwa 30 September 1965 –suatu peristiwa di mana enam jenderal dan satu perwira pertama Angkatan Darat diculik dan dibunuh– sudah merupakan fakta yang tak terbantahkan.
Bahwa ada usaha merebut kekuasaan dengan pembentukan Dewan Revolusi yang telah mengeluarkan sejumlah pengumuman tentang pengambilalihan kekuasaan, kasat mata, ada dokumen-dokumennya. Bahwa ada lika-liku politik dalam rangka pertarungan kekuasaan sebagai latar belakang, itu adalah soal lain yang memang perlu lebih diperjelas duduk masalah sebenarnya, dari waktu ke waktu, untuk lebih mendekati kebenaran sesungguhnya. Proses mendekati kebenaran tak boleh dihentikan.
Bahwa dalam proses sosiologis berikutnya, akibat dorongan konflik politik maupun konflik sosial yang tercipta terutama dalam kurun waktu Nasakom 1959-1965, terjadi malapetaka berupa pembunuhan massal dalam perspektif pembalasan dengan anggota-anggota PKI terutama sebagai korban, pun merupakan fakta sejarah. Ekses telah dibalas dengan ekses, gejala diperangi dengan gejala.
Gerakan 30 September yang dilancarkan oleh PKI kini disebut dengan peristiwa G30S/PKI. Dimana peristiwa tersebut telah cukup menggambaran penculikan dan pembunuhan terencana yang dipublikasikan dilakukan oleh PKI terhadap sejumlah jenderal TNI AD yang kemudian di buang ke sumur tua di daerah Lubang Buaya.
Dan gagalnya upaya PKI untuk menggulingkan Ideologi Pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia untuk kemudian di ganti dengan Ideologi Komunis, pada masa pemerintahan presiden Soeharto telah dikenal dengan peringatan hari kesaktian Pancasila yang selalu diperingati setiap tanggal 1 Oktober oleh seluruh rakyat indonesia dengan mengkibaran bendera setengah tiang. Namun hingga kini berbagai pertanyaan tentang siapa perencana gerakan 30 September masih berkumandang.
Nilai-nilai luhur budaya Bugis-Makassar menjadi nilai yang sudah melekat dalam kehidupan dan keseharian suku-suku yang ada di Sulawesi Selatan. Nilai ini banyak diterapkan oleh warga yang mayoritas suku Bugis dan Makassar.
Daftar isi
Nilai-nilai luhur budaya Bugis-Makassar
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Suku Bugis dan Suku Makassar, bersama dengan suku Toraja merupakan suku-suku utama yang mendiami daerah Sulawesi Selatan. Suku ini mendiami seluruh daerah pesisir pantai di Sulawesi Selatan hingga pegununganm mulai dari Wajo hingga Selayar.
Dalam masyarakat Modern ini, suku-suku ini sudah tersebar dan hidup berbaur, namun secara umum masih dapat dibedakan berdadarkan mayoritas jumlah sukunya. Berikut ini pembagian suku berdasarkan sukunya.
Suku Bugis mendiami Kabupaten Daerah Tingkat II Bulukumba, Sinjai, bone, Wajo, Sidenreng-Rappang (sidrap), Pinrang, Polewali-Mamasa Polmas, Enrekang, Luwu, Pare-pare, Barru, Pangkajene-Kepulauan (Pangkep) dan Maros. Dua Daerah Tingkat II yang disebutkan terakhir (Pangkep dan Maros) merupakan daerah peralihan suku Bugis dan Makassar, Sedangkan Enrekang peralihan Bugis dengan Toraja sering dikenal sebagai orang-orang Duri atau Massenrempulu’.
Suku Makassar mendiami Kabupaten Daerah Tingkat II Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng dan selayar walaupun mempunyai dialek tersendiri.
SIRIK sebagai aspek kebudayaan atau aspek Sosial budaya Bugis-Makassar, guna mengkajinya dan menghayatinya secara mendasar dibutuhkan pengenalan-pengenalan pada pengertian-pengertian kebudayaan itu terlebih dahulu. Yakni pengertian tentang apakah kebudayaan itu?.
Kebudayaan Indonesia mengalami pengaruh-pengaruh (akulturasi) kebudayaan Hindu, kebudayaan Islam. Karenanya maka pengetahuan dasar perihal kebudayaan perlu dihayati, sebelum mengkaji masalah-masalah SIRIK tersebut.
Istilah kebudayaan dalam bahasa Indonesia yang biasa dipakai oleh umum dalam pembicaraan sehari-hari mengandung pengertian mengenai bangunan-bangunan indah, candi-candi, tarian-tarian, seni-suara, seni-rupa dan sebagainya. Tetapi Istilah tersebut yang berasal dari bahasa Sansekerta berarti akal, jadi dengan kebudayaan dapat diartikan segala sesuatu yang bersangkutan dengan akal.
Dalam lingkungan sosiologi, definisi kebudayaan dirumuskan, sebagai berikut:
“ Kebudayaan ialah keseluruhan dari kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata-kelakuan yang harus didapatnya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat”.
Dari definisi kebudayaan tersebut , kita dapat mengganggap: tujuh unsur kebudayaan yang
ada pada sebuah bangsa di dunia, yaitu:
Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, sistem hukum dan sebagainya.
Mata pencaharian dan sistem ekonomi.
Perlengkapan dan peralatan hidup manusia (pakaian,perumahan,alat-alat produksi dan sebagainya.
Religi.
Ilmu
Bahasa
Seni.
Diuraikan dalam buku Lontara ( catatan yang ditulis di atas daun lontar) yang kemudian diwariskan kepada generasi ke lain generasi dalam lingkungan masyarakat suku Bugis-Makassar, bahwa watak atau falsafah hidup orang-orang Bugis-Makassar itu, tergambar sebagai berikut:
Jangan dipermalukan dia, sebab dia akan pi-lih lebih baik mati daripa pada dipermalukan (“Aja mupakasiriwi, materi-tu”).
Jangan kecewakan dia, sebab apabila dikecewakan pasti meninggalkan anda (“Aja muballeiwi, nabokoriko-tu”).
Pada hakekatnya, sikap mental atau pandangan hidup orang Bugis-Makassar pada umumnya, sama atau sejalan dan tali temali dengan sikap mental orang-orang Makassar, karena berdasarkan kisah awal mula kelahiran kedua suku ini ( Bugis-Makassar), adalah satujuan adanya. Yakni, berawal usul dari satu sumber rumpun (leluhur).
Dikisahkan dalam buku Lontara, bahwa di Sulawesi selatan ini tempo dulu, ada tiga buah kerajaan besar. Masing-masing kerajaan Luwu/Toraja yang mengusai daerah sampai ke Sulawesi Tengah, kerajaan Gowa, dan kerajaan Bone.
Raja luwu/Toraja mencanangkan politik pemerintahnya dengan mengutamakan “rasa kekeluargaan” (menghendaki agar yang mengusai daerah Sulawesi selatan sebagai raja-raja ialah keturunannya).
Raja Gowa menjalankan politik perintahannya berdasarkan pengembangan syiar Agama Islam
Raja bone mencanangkan politik pemerintahannya berdasarkan politik pengusaha (perluasan daerah).
Secara umum dapat digambarkan bahwa pandangan orang-orang Bugis atau Makassar terhadap sirik dan masalah-masalah penyelesaian Sirik itu, hakekatnya sama saja. Begitu pula dengan masalah-masalah adat-istiadat sebagai warisan leluhur mereka yang satu. (bersumber dari satu rumpun asal usul).
Bagi orang-orang suku Makassar yang pada umumnya berwatak keras dan konsekwen dijiwai oleh manifestasi sikap-sikap yang berpolakan semboyang:
Ejatompi na-doang (arti harfiah: Merah baru disebut udang; dalam arti positif, namun dalam arti negatif ada juga istilah “pabbamban-gang na-tolo” yang artinya semacam sikap membabi buta karena pancingan emosi yang kelewatan sehingga sukar menjaga keseimbangan pada dirinya, biasanya terjadi atau dilakukan dalam hal-hal yang sangat memalukan atau Ni-pakasiriki).
Ku-alleangnga tallanga na-towalia (arti harfiah: Lebih kupilih tenggelam daripada kembali ke pangkalan; lebih baik mati berkalangan tanah daripada hidup menanggung malu; juga biasa diartikan sekali layar terkembang pantang biduk surut ke pantai, demi mencapai sasaran yang hendak dicapai. Ibaratnya,dalam mengarungi lautan sekalipun badai mengamuk harus tetap melayarkan bahtera dan jika harus menanggung risikonya misalnya tenggelam ditengah ditengah laut, (memang yang bersangkutan sudah mempersiapkan diri untuk itu).
Punna tena sirik-nu pa’niaki pacce-nu (jika anda kehilangan harga diri atau kehormatan, pertahankanlah rasa kemanusiaan dan kesetiakawananmu (setia-kawan, solidaritas), tunjukkan kesetiaan (loyalitas) untuk itu.
Dengan sikap “ eja tompi na-doang” ( merah baru disebut udang) memanifestasikan watak yang keras (konsekwen pada pendiririan atau sikap). Yakni bertindak (berbuat) terlebih dahulu, resiko itu soal belakang. Menggambarkan bahwa emosi lebih menonjol (dominan) ketimbang rasionya bersifat resesif/sifat yang tak muncul pada keturunan (resesif, kebalikan dominan).
Atau dengan perkataan lain, dapat dikemukakan bahwasanya emosi seringkali mengusai rasio. Hal ini erat kaitannya dengan masalah sendi-sendi Sirik tersebut.
Yakni, manakala rasa ketersinggungan kehormatan (identitas terganggu), maka hal tersebut berarti Sirik. Yakni nilai Sirik bagi orang-orang suku Bugis-Makassar dinilai sesuatu yang perlu dimuliakan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka kami merumuskan masalah sebaigai berikut:
a) Apa itu SIRIK NA PACCE/PESSE?
b) Apa itu SIPAKATAU?
c) Bagaimanakah unsur-unsur nilai positif dan negatifnya yang terkandung di dalamnya?
C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka kami bermaksud untuk menggambarkan nilai-nilai luhur budayah Bugis-Makassar.
D. MANFAAT PENULISAN
Manfaat penulisan ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai luhur budaya Bugis-Makassar.
E. METODE PENULISAN
Penulisan nilai-nilai luhur budayah Bugis-Makassar ini dalam bentuk makalah, metode yang digunakan dalam mengumpulkan data yaitu dari buku-buku mengenai budaya Bugis-Makassar dan data dari internet. Sehingga apabilah dalam penulisan makalah ini ada kata-kata atau kalimat yang hampir sama dari sumber atau penulis lain harap dimaklumi dan merupakan unsur ketidak sengajaan kami.
F. BATASAN MASALAH
Mengingat Bugis-Makassar adalah suku-bangsa yang di dalamnya terkandung banyak nilai budaya dan suatu referensi yang sangat luas dan beragam macamnya maka kami hanya fokus pada rumusan masalah yang kami tulis.
Bab II. Pembahasan
A. Siri’ na Pacce’
Orang-orang Bugis-Makassar mengutamakan sifat-sifat Harga diri dan kesetia kawanan (loyalitas), yang di nilai sebagai unsur Sirik dan Pacce atau passe.
Sirik adalah kebanggaan atau keagungan harga diri . Bagi orang-orang suku Bugis-Makassar diwariskan amanah oleh leluhurnya untuk menjunjung tinggi adat-istiadatnya yang didalamnya terpatri pula sendi-sendi sirik tersebut.
Manakala harga diri tersebut disinggung yang karenanya melahirkan aspek-aspek sirik,maka diwajibkan bagi yang tertimpa Sirik itu untuk Melakukan aksi-aksi tantangan. Dapat berupa aksi (perlawanan) seseorang atau aksi (perlawanan) kelompok masing-masing.Terserah pada mutu nilai Sirik yang timbul sebagai ekses-ekses (kejadian bermasalah) kasus yang lahir karenanya.
Bagi pihak-pihak yang terkena Sirik tetapi hanya diam (tanpa aksi-aksi perlawanan) dijuluki sebagai: tau tena Sirikna (tak punya rasa malu atau tak punya hargadiri). Atau dalam bahasa Bugis diungkapkan sebagai tau kurang Sirik (orang yang tak ada harga diri).
Dalam hal-hal mencapai tujuan, orang-orang Makassar berpegang semboyan Kualleangnga tallanga na-towalia (sekali layar terkembang pantang biduk surut ke pantai),semboyan ini memanifestasiakan bahwa orang-orang Bugis-Makssar itu tabah menghadapi tantangan-tantangan hidup. Tabah menghadapi segala jenis cobaan-cobaan yang datang bertubi-tubi menimpa. Hal ini erat pula hubungannya dengan perjuangan-perjuangan hidup orang-orang Bugis-Makassar sebagai pelaut-pelaut.
Sebagaimana sejarah mengajarkan, bahwa oaring-oarang Bugis-Makassar adalah pelaut-pelaut yang ulung yang berlayar mengarungi selat Malaka sampai kepulauan Makassar. Yang kemudian melahirkan ammana Gappa yang terkenal sebagai penyusun ilmu pelayaran (ahli pelayaran) orang-orang Bugis pada zamannya.
Pacce dan pesse adalah suatu perasaan yang menyayat hati, pilu bagaikan tersayat sembilu apabila sesama warga masyarakat ditimba kemalangan (musibah). Perasaan yang demikian ini merupakan suatu pendorong kearah solidaritas dalam berbagai bentuk terhadap mereka yang dulunya ditimpa kemalangan itu seperti diperkosa dan sebagainya, maka dapat disimpulkan bahwa sirik atau pacce atau pesse tersebut adalah sama tetapi yang terakhir ini lebih rendah tingkatannya.
Namun demikian, antara keduanya sangat erathubungannya dan tak dapat dipisahkan, seperti jelas dalam ungkapan-ungkapan berikut:
punna tena sirita pacceta seng ammantang (Makssar)
rekuade sirita engka messa passeta (Bugis).
yang artinya: jika anda kehilangan harga diri atau kehormatan, pertahankanlah rasa kemanusiaan dan kesetiakawananmu
I.a. SIRIK
Manakala kita ingin mendalami pengertianSIRIK dengan segenap masalahnya antara lain dapat diketahui dari buku LA TOA. Buku ini berisi pesan-pesan dan nasehat-nasehat yang merupakan kumpulan petuah untuk dijadikan suri teladan.
BukuLA TOA artinyaYANG TUA. Tetapi, arti sebenarnya ialah PETUAH-PETUAH, berisis sekitar seribu jenis petuah-petuah. Hampir semua isiLA TOA ini erat hubungannya dengan peranan SIRIK dalam pola hidup atau adat istiadat Bugis-Makassar (merupakan falsafah hidup).
– TOMASIRI’NA (artinya : keluarga pihak yang dinodai kehormatannya).
– dan SIRIK sebagai perwujudan sikap tegas demi kehormatan tersebut.
Sirik adalah ethos kultur, berisi pandangan hidup dan pandangan dunia yang melekat pada sistim nilai yang terjelma dalam sistem budaya, sistim sosial, dan sistim kepribadian (Personality) masyarakat.
Sirik secara harfiah adalah suatu perasan malu. Jawaban menurut arti kata mungkin tepat secara harfiah tetapi tidak cukup mewakili makna sebenarnya. Sedangkan jiwanya dirumuskan dalam suatu batasan,inipun akan terbatas pada aspek tertentu saja yang mewakili sesuai pendekatan objek tersebut.
istilah sirik ini bila dibahas dalam bentuknya ada dua bagian, yaitu:
Sirik yang berasal dari pribadi yang merasakannya/bukan kehendaknya (penyebabnya dari luar), jadi sirik ripakkasirik.
Sirik yang berasal dari pribadi yang itu sendiri (penyebabnya di dalam) disebut sirik masirik.
Sedangkan dalam bentuk jenisnya ada empat yaitu:
Sirik dalam hal pelanggaran kesusilaan,
sirik yang dapat meningkatkan motivasi seseorang untuk bekerja,
sirik yang berakibat kriminal,
sirik yang berarti malu-malu (sirik-sirik).
Semua jenis sirik tersebut dapat diartikan sebagai harkat, martabat, dan harga diri manusia.
Jenis sirik yang pertama
adalah sirik dalam hal pelanggaran kesusilaan. Berbagai macam pelanggaran kesusilaan yang dapat dikategorikan sebagai sirik seperti kawin lari (dilariang, nilariang, dan erang kale), perzinahan, perkosaan, (perbuatan sumbang/salimarak)/susu talloa yakni perbuatan seks yang dilarang karena adanya hubungan keluarga yang terlalu dekat, misalnya perkawinan antara ayah dan putrinya, ibu dengan putranya dsb.
Dari berbagai perbuatan a-susila itu, maka salimarak merupakan pelanggara terberat. Sebab susah untuk diselesaikan karena menyangkut hubungan keluarga yang terlalu dekat, semuanya serba salah. Kalau perkawinan terus dilangsungkan, sengat dikutuk oleh masyarakat, dan kalau perkawinan tidak dilangsungkan, status anak yang lahir nanti bagaimana ? Perbuatan salimarak ini dulu dapat dikenakan hukuman “niladung” yakni kedua pelaku dimasukkan dalam karung kemudian ditenggelamkan kelaut atau ke dalam air sampai mati. Lain halnya perbuatan asusila lainnya seperti perzinahan, perkosaan, dan kawin lari Penyelesaiannya dapat dilakukan melalui perkawinan secara adat kapan saja, bilamana kedua belah pihak ada persetujuan atua mengadakan upacara abajik (damai). Sesudah itu tidak ada lagi masalah.
Jadi, kalau ada anggapan orang luar yang mengatakan sirik itu “kejam” atau “jahat” memang demikian, akan tetapi dibalik kekejaman itu tersimpan makna hidup yang harus dimiliki oleh manusia untuk menjaga harga dirinya. Lebih kejam atau lebih jahat, bilamana anak yang lahir tanpa ayah, anak haram, kemana anak ini harus memanggil ayah ? Apalagi kalau perbuatan a-susila membudaya di negara kita, jelas harkat dan martabat manusia lebih rendah dari pada binatang. Dekatakan memang nalurinya, sedangkan manusia punya otak, pikiran untuk membedakan mana yang baik dan mana yang salah. Alangkah jahatnya bila perbuatan free seks atau “kumpul kerbau/kebo”, membudaya di negara kita, berapa banyak wanita yang harus jadi korban kebuasan seksual ? Justru kehadiran sirik di tengah masyarakat dapat dijadikan sebagai penangkal kebebasan seks (free seks)
Jenis sirik yang kedua
adalah sirik yang dapat memberikan motivasi untuk meraih sukses. Misalnya, kalau kita melihat orang lain sukses, kenapa kita tidak? Contoh yang paling konkret, suku Bugis-Makassar biasanya banyak merantau ke daerah mana saja. Sesampai di daerah tersebut mereka bekerja keras untuk meraih kesuksesan. Kenapa mereka bekerja keras ? Karena mereka nantinya malu bilamana pulang kampung tanpa membawa hasil.
Contoh lain, semester yang lalu-lalu nilai saya ada yang jelek dikarenakan sesuatu hal (relative karena dosennya tidak objektif menurutku), karena saya malu maka semester kali ini saya meningkatkan pola belajar saya, karena saya malu bilamana ada nilai yang tidak bagus. Artinya orang yang kemarin nilainya jelek dan sekarang masih cuek sama pelajaran berarti tena sirik na (tidak ada malunya)
Jenis sirik yang ketiga
adalah sirik yang bisa berakibat kriminal. Sirik seperti ini misalnya menempeleng seseorang di depan orang banyak, menghina dengan kata-kata tidak enak didengar dan sebagainya tamparan itu dibalasnya dengan tamparan pula sehingga terjadi perkelahian yang bisa berakibat pembunuhan.
Ada anggapan orang luar bahwa orang Makassar itu “Pabbambangangi na tolo” (pemarah lagi bodoh). Anggapan seperti ini bagi orang Makassar tidaklah sepenuhnya benar, karena tindakan balasan yang dilakukannya bukan karena mereka bodoh, akan tetapi semata-mata ingin membela harga dirinya. Adalah lebih bodoh bila dipermukaan di muka umum lantas diam saja tanpa ada tindakan apa-apa. Yang jelas, memang marah karena harga dirinya direndahkan di depan umum, tapi bukan berarti bodoh.
Jenis sirik yang keempat
adalah sirik yang berarti malu-malu. Sirik semacam ini sebenarnya dapat berakibat negatifnya bagi seseorang, tapi ada juga positifnya. Misalnya yang ada akibat negatifnya ialah bila seseorang disuruh tampil di depan umum untuk jadi moderator tetapi tidak mau dengan alasan sirik-sirik. Ini dapat berakibat menhalangi bakat seseorang untuk berani tampil di depan umum. Sebaliknya akibat positif dari sirik-sirik ini, misalnya ada seseorang disuruh untuk mencuri ayam, lalu dia tidak mau dengan alasan sirik-sirik bilamana ketahuan oleh tetangganya.
Mengapa sirik bagi suku Bugis-Makassar perlu ditegakkan, jawabnya untuk meningkatkan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Yang menjadi masalah dalam kehidupan manusia ialah adanya dua versi hukum yang saling bertentangan, menyangkut sirik, yakni hukum adat Makassar menginginkan mengambil tindakan balasan terhadap orang-orang yang merendahkan martabatnya dalam arti kata bisa main hakim sendiri, sedang hukum positif (KUHP) melarang sama sekali melakukan tindakan main hakim sendiri. Suatu prinsip bagi suku Makassar, kalau harga dirinya direndahkan, akan melakukan tindakan balasan, Dalam ungkapan orang Makassar “Teai Mangkasarak punna boko’na lokok (bukan orang Makassar kalau bahagian belakangnya luka) maksudnya kalua luka itu berada di bagian belakang berarti orang itu takut berhadapan dengan lawannya, sebaliknya kalau luka itu ada di bagian depan menandakan keberaniannya.
Dalam arti yang lebih luas, setiap orang Bugis-Makassar diwajibkan untuk menegakkan prinsip-prinsip: Loyalitas pada hukum yang berlaku dan atau pantang berkompromi dengan kebahtilan, bagaimanapun bentuknya dan manifestasinya. Pantang surut, sebelum cita-cita perjuangan dicapai. Harus tegas keyakinan. Tidak boleh terombang-ambing dalam sikap pendirian. Yang diistilahkan dengan semboyan: orang bugis-Makassar: Toddo puli (Memaku pendirian).
Jelaslah kiranya, bahwa jika dianalisa secara mendasar aspek-aspek Sirik ini perlu digali guna diarahkan dalam kerangka-kepentingan keagungan faktor-faktor yang menjiwai Wawasan Nasional Bangsa. Yakni kepentingan-kepentingan ke Bhinneka Tunggal Ika itu dalam pengalaman pancasila dan UUD 1945 demi pencapaian sasaran : Masyarakat adil, makmur dan sejahtera. Sirik sebagai harga diri, perlu menjiwai masyarakat dalam lingkungan pertahanan kepentingan-kepentingan sendi-sendi wawasan Nusantara tersebut. Aspek Khusus
Terhadap permasalahan Sirik, orang Makassar dan Bugis tak pernah mengenal kompromi. Seperti kata orang Makassar, Bawaku-ji akkaraeng badikku tena nakkareang (hanya mulut yang mengucapkan tuan,member penghormatan,tetapi kerisku tak tak kenal siap-kau, yakni na-pelakkanga’ Sirik-ku (menyinggung kehormatanku, membuat aku kehilangan malu/harga diri dan martabat), maka badikku tidak mengenal tuan (senjata tidak akan memilih merek,tidak pilih bulu).
Sirik sukar sekali dinilai oleh orang yang tidak bersangkutan (abstrak). Banyak sekali hal yang mengenai sirik yang tak dapat dituturkan dan banyak diantaranya tak dapat diterima Rasio, akan tetapi tak dapat dikesampingkan kerena benar-benar pengaruhnya untuk menimbulkan peristiwa pidana berdarah, antara lain: kentut tiba-tiba (nakelo ettu) di muka umum.
Contoh: (dikisakan dalam cerita orang Bugis-Makassar) Pernah seorang laki-laki nakelo ettu dimuka umum yang secara refleks kemudian menghunus kerisnya. Orang-orang sependapat bahwa itu sirik, sehingga tiada seorangpun menegadah, semua tunduk terpaku sebelum silaki-laki itu belum meninggalkan tempat. Oleh karena malunya, maka setibanya dirumah ia selalu berteriak :sayang sekali tiada seorangpun yang menegadah, kalau ada akan ku tikam mati.oleh karena menahan malu, maka diperintahkan istrinya untuk menumbuk lada sebanyak-banyaknya kemudian dipulaskan kejalan kentutnya sebagai ganjaran dan ia lalu meninggal dunia.
Dengan demikian, dapatlah dibayangkan betapa besar pengaruh nilai-nilai Sirik itu, bagi sikap mental orang-orang Bugis-Makassar pada umumnya.
Ada pendapat, menyatakan: perasaan sirik dipakasirik tidak akan lenyap di dalam perasaan seseorang yang didalam tubuhnya mengalir darah ugi-mengkasara’ (Bugis Makassar) sampe akhir zaman.
I.b. PACCE/PESSE
Pacce/Pesse secara harfiah bermakna perasaan pedih dan perih yang dirasakan meresap dalam kalbu seseorang karena melihat penderitaan orang lain. Pacce ini berfungsi sebagai alat penggalang persatuan, solidaritas, kebersamaan, rasa kemanusiaan, dan memberi motivasi pula untuk berusaha, sekalipun dalam keadaan yang sangat pelik dan berbahaya.
Pacce sebagai aspek yang hakiki dari pada sirik itu, bukan berarti kesetiaan kawanan dalam membelah kehormatan (sirik), melainkan ia mengandung makna : kepedihan yang tiada taranya, karena martabat harkat diri tersinggungan. Ia tersayat-sayat menjangkau jauh kedalam lubuk hati. Itulah hakekat dasar yang disebut pacce. Sebagai perwujudan lanjut (inti sari) dari pada sirik tersebut.
Dari pengertian tersebut, maka jelasnya bahwa pacce itu dapat memupuk rasa persatuan dan kesatuan bangsa, membina solidaritas antara manusia agar mau membantu seseorang yang mengalami kesulitan. Sebagai contoh, seseorang mengalami musibah, jelas masyarakat lainnya turut merasakan penderitaan yang dialami rekannya itu. Segera pada saat itu pula mengambil tindakan untuk membantunya, pakah berupa materi atau nonmateri.
Antara sirik dan pacce ini keduanya saling mendukung dalam meningkatkan harkat dan martabat manusia, namun kadang-kadang salah satu dari kedua falsafah hidup tersebut tidak ada, martabat manusia tetap akan terjaga, tapi kalau kedua-duanya tidak ada, yang banyak adalah kebinatangan. Ungkapan orang Makassar berbubyi “Ikambe Mangkasaraka punna tena sirik nu, pacce seng nipak bulo sibatangngang (bagi kita orang Makassar kalau bukan sirik, paccelah yang membuat kita bersatu).
Ada berbagai ungkapan dalam kepustakaan Lon-tara Bugis-Makassar yang menunjukkan bahwa sirik bukanlah suatu sikap yang semata-mata berpangkal dari keluapan emosi. Dalam persekutuan hidup, desa, wanua ataupun tanah, niscaya terdapat pemimpin dari persekutuan itu. Tiap-tiap pemimpin menurut jenjangnya masing-masing, menjadi orang pertama tempat sirik itu harus terpelihara, dikembangkan dan dibela. Tiap-tiap orang anggota persekutuan yang dipimpinnya, merasa diri bersatu dengan pemimpinnya karena sirik yangdimilikinya bersama. Antara pemimpin dengan yang dipimpin terikat oleh satu kesadaran martabat diri yang menimbulkan sikap pesse(Bugis) = Pacce ( Makassar) yang dapat disebut solidaritas yang kuat.
Masing-masing orang yang ditentukan dan mengetahui hak-hak dan kewajiban-kewajiban masing-masing yang mendapat sandaran dari sirik dan pacce. Itulah yang melarutkan tiap-tiap orang pribadi mendukung sirik melebur diri untuk kepentingan bersama. Pacce atau pesse itulah yang mendorong dalam kenyataan adanya perbuatan tolong-menolong, adanya tindakan saling membantu, adanya pembalasan dendam, adanya tuntut bela dan segala kenyataan lain yang mirip pada solidaritas yang mendapatkan hidupnya dari konsep sirik. Pemimpin kaum terhina berarti sirik atau martabat negeri terhina, tiap-tiap orang terhina siriknya. Maka pesse atau paccepun muncul menjadi pendorong untuk menuntut bela.
Anak negeri terhina, berarti sirik (Martabat) negeri ternoda. Pemimpin kehinaan,maka pesse atau pacce mendorong sang pemimpin untuk bertindak. Apabila antara pemimpin dan yang dipimpin sudah tidak terdapat sirik bersama yang masing-masing mengetahui hak dan kewajiban untuk memikulnya, maka pesse atau pacce itupun tidaklah akan menjadi motif untuk perbuatan dan tindakan masing-masing. Dalam pesse atau pacce itulah melarut tiap-tiap pribadi didalam kesatuan antara pemimpin dengan yang dipimpin.
Sirik menjadi sumber dari panggilan pesse atau pacce itu. Karena siriklah yang menimbulkan kewajiban masing-masing untuk saling memelihara batas, sehingga tidak saling cegat mencegat daulat-mendaulat.
Di sini terletak aspek kesadaran atau pikiran yang memberi batas-batas rasional dari sirik itu. Bahwa masing-masing orang sepadan dengan siriknya, milik pribadi dan kepunyaannya, dibatasi oleh kesadaran adanya pesse atau pacce, menimbulkan kewajiban untuk bekerja sama, bantu membantu, bersetia kawan dalam lapangan-lapangan pekerjaan yang menyangkut sirik yang bersama-sama mereka miliki, dan penghinaan atas seseorang,berarti penghinaan atas semua. Lapangan-lapangan kehidupan yang menempati posisidemikian , disitulah perbuatan atau tindakan solidaritas berlangsung dengan intensifnya solidaritas seseorang terhadap kaumnya, merupakan totalitas yang pada oleh dorongan sirik.
II. SIPAKATAU
Sesungguhnya budaya Makassar mengandung esensi nilai luhur yang universal, namun kurang teraktualisasi secara sadar dan dihayati dalam kehidupan sehari-hari. Kalau kita menelusuri secara mendalam, dapat ditemukan bahwa hakikat inti kebudayaan Makassar itu sebenarnya adalah bertitik sentral pada konsepsi mengenai “tau”(manusia), yang manusia dalam konteks ini, dalam pergaulan sosial, amat dijunjung tinggi keberadaannya.
Dari konsep “tau” inilah sebagai esensi pokok yang mendasari pandangan hidup orang Makassar, yang melahirkan penghargaan atas sesama manusia. Bentuk penghargaan itu dimanifestasikan melalui sikap budaya “sipakatau”. Artinya, saling memahami dan menghargai secara manusiawi.
Dengan pendekatan sipakatau, maka kehidupan orang Makassar dapat mencapaui keharmonisan, dan memungkinkan segala kegiatan kemasyarakatan berjalan dengan sewajarnya sesuai hakikat martabat manusia. Seluruh perbedaan derajat sosial tercairkan, turunan bangsawan dan rakyat biasa, dan sebagainya. Yang dinilai atas diri seseorang adalah kepribadiannya yang dilandasi sifat budaya manusiawinya.
Sikap Budaya Sipakatau dalam kehidupan orang Makassar dijabarkan ke dalam konsepsi Sirik na Pacce. Dengan menegakkan prinsip Sirik na Pacce secara positif, berarti seseorang telah meneapkan sikap Sipakatau dalam kehidupan pergaulan kemasyarakatan. Hanya dalam lingkunagn orang-orang yang menghayati dan mampu mengamalkan sikap hidup Sipakatau yang dapat secara terbuka saling menerima hubungan kekerabatan dan kekeluargaan.
Sipakatau dalam kegiatan ekonomi, sangat mencela adanya kegiatan yang selalu hendak “annunggalengi” (egois), atau memonopoli lapangan hidup yang terbuka secara kodrati bagi setiap manusia. Azas Sipakatau akan menciptakan iklim yang terbuka untuk saling “sikatallassa” (saling menghidupi), tolong-menolong, dan bekerjasama membangun kehidupan ekonomi masyarakat secara adil dan merata.
Demikianlah Sipakatau menjadi nilai etika pergaualan orang Makassar yang patut diaktualisasikan di segala sektor kehidupan. Di tengah pengaruh budaya asing cenderung menenggelamkan penghargaan atas sesama manusia, maka sikap Sipakatau merupakan suatu kendali moral yang harus senantiasa menjadi landasan. Hal itu meningkatkan budaya Sipakatau juga merupakan tuntunan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan azas Pancasila, terutama Sila Ketiga yaitu Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
III. UNSUR-UNSUR POSITIF DAN NEGATIF SIRIK NA PACCE
Ditinjau dari segi kepentingan masyarakat dan kepentingan pembangunan budaya bangsa yang Bhineka Tunggal Ika ini sesungguhnya masalah Sirik tersebut mengandung nilai-nilai/ unsur-unsur positif dan negative. Namun dalam beberapa hal pada perwujudannya kadang kala menjurus pada yang negative. Karena salah diartikan atau ditafsirkan secara tidak tepat.
Nilai Positif
Bertolak dari hakekat Sirik, yakni masalah harga diri atau prestise (wibawa), maka Sirik sesungguhnya merupakan hal yang sangat positif untuk dikembangkan bagi kepentingan kemajuan masyarakat yang sudah berlembaga dengan tatanan nilai-nilai budaya ini.
Sirik pada pokoknya bersumber pada dasar dan nilai-nilai bentuk ikatan dalam masyarakat mentaati hukum, peraturan, perjanjian, dan lain-lain bentuk ikatan dalam masyarakat (community) sehingga dapat menjaga kelestarian hidup sesuatu kelompok masyarakat.
Dengan prinsip sirik, mendorong masyarakat untuk tidak tertinggal dalam bentuk kemajuan apapun. Sebab motivasi terhadap rasa tidak ingin ketertinggalan adalah bersumber pada sirik itu sendiri.
Sirik adalah merupakan harkat yang berlembaga dan hidup terus dihati masyarakat, berarti ia positif.
Sirik dapat dikembangkan lebih jauh untuk kepentingan kemajuan masyarakat disebabkan oleh rasa solider yang tinggi terhadap nilai-nilai saja yang bersikap untuk kepentingan kemajuan masyarakat.
Sirik oleh masyarakat Sulawesi Selatan telah dianggap sebagai suatu nilai budaya yang harus dipegang teguh (terus). Sebab tanpa sirik, manusia ini dianggap sangat rendah nilai kemanusiaanya (harkatnya).
Dengan memberikan bentuk dari segi basic Moral tentang sirik yang positif, maka sikap budaya ini mendorong masyarakat untuk mendukung masalah integritas nasional. Utamanya dalam permasalahan pembinaan moral bangsa yang diarahkan pada nilai-nilai semangat juang 1945 dan pengamalan Pancasila serta ke-Bhinneka Tunggal Ika-an.
Sirik dengan kaitannya sebagai unsur kewiraan / kepatriotikan kepahlawanan / ketahanan, dapat dijadikan unsur-unsur ketahanan. Yakni pantang menyerah kalah pada musuh atau pada setiap bentuk tantangan yang timbul (menantang kebathilan), dalam kerangka menegakkan yang haq. Yakni, pendirian (sikap) yang tak tergoyahkan, yang dalam istilah Bugis-Makassar disebut : Toddopuli. Yakni, Memaku dalam sikap pendirian. Tidak tergoyahkan dalam keyakinan.
Nilai Negatif
Sirik banyak diselewengkan oleh pribadi-pribadi pembawanya, menyimpang dari harkatnya sebagai aspek kebudayaan yang nilainya luhur. Karena terkadang perbutan yang negative dan sifatnya sangat sepele atau tidak prinsipil dikait-kaitkan dengan Sirik yang bernilai positif (mengandung nilai kulturil yang agung).
Kadangkala nilai Sirik itu ditunggangi untuk kepentingan-kepentingan untuk mencapai
sasaran-sasaran atau melindungi perbuatan-perbuatan yang negative. Yang di gerakkan oleh seseorang atau kelompok tertentu.
Bab III. Penutup
A. Kesimpulan
Siri’ yang merupakan konsep kesadaran hukum dan falsafah masyarakat Bugis-Makassar adalah sesuatu yang dianggap sakral . Siri’ na Pacce ( Bahasa Makassar ) atau Siri’ na Pesse’ ( Bahasa Bugis ) adalah dua kata yang tidak dapat dipisahkan dari karakter orang Bugis-Makassar dalam mengarungi kehidupan di dunia ini.
Siri’ adalah rasa malu yang terurai dalam dimensi-dimensi harkat dan martabat manusia, rasa dendam ( dalam hal-hal yang berkaitan dengan kerangka pemulihan harga diri yang dipermalukan ).
Jadi Siri’ adalah sesuatu yang tabu bagi masyarakat Bugis-Makassar dalam interaksi dengan orang lain. Sedangkan pacce/pesse merupakan konsep yang membuat suku ini mampu menjaga solidaritas kelompok dan mampu bertahan di perantauan serta disegani.
Pacce/pesse merupakan sifat belas kasih dan perasaan menanggung beban dan penderitaan orang lain, meskipun berlainan suku dan ras. Jadi, kalau pepatah Indonesia mengatakan “ Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul ”.
Itulah salah satu aplikasi dari kata pacce/pesse, jadi Siri’ skopnya dalam skala intern, sedang pacce/pesse bersifat intern dan ekstern, sehingga berlaku untuk semua orang.
Dengan adanya falsafah dan ideologi Siri’ na pacce/pesse, maka keterikatan dan kesetiakawanan di antara mereka mejadi kuat, baik sesama suku maupun dengan suku yang lain.
Konsep Siri’ na Pacce/pesse bukan hanya di kenal oleh kedua suku ini, tetapi juga suku-suku lain yang menghuni daratan Sulawesi, seperti Mandar dan Toraja. Hanya saja kosa katanya yang berbeda, tapi ideologi dan falsafahnya memiliki kesamaan dalam berinterasi.
Sikap Budaya Sipakatau dalam kehidupan orang Makassar dijabarkan ke dalam konsepsi Sirik na Pacce. Dengan menegakkan prinsip Sirik na Pacce secara positif, berarti seseorang telah menerapkan sikap Sipakatau dalam kehidupan pergaulan kemasyarakatan.
B. SARAN-SARAN
a) Sirik perlu digali sebagi suatu aspek budaya bangsa kita sebagai sub kultur budaya bangsa yang Bhineka Tunggal Ika. Guna dimanfaatkan sebagai ramuan-ramuan pembinaan kebudayaan Nasional dan aspek-aspek pembangunan Nasional pdaumumnya yang Bhineka Tunggal Ika itu.
b) Sirik sebagai aspek budaya bangsa yang Bhineka Tunggal Ika ini perlu diangkat nilai-nilai positifnya. Digali nilai-nilai mutiaranya, demi kepentingan identitas bangsa dalamkerangka penghayatan dan pengamalan pancasila.
c) Perlu ditempu langkah-langkah agar nilai-nilai sirik tersebut, terpisahkan dari nilai-nilai emosional. Dengan kegiatan-kegiatan berupa merasionalkan masyarakat bersangkutan Melalui sarana-sarana pendidikan. Hal ini memungkin kan dengan berkembang pesatnya dunia pendidikan yang kini merata sampai ke pelosok-pelosok desa dimana desa sebagai tempat pesemaian sirik itu masih merupakan sesuatu yang berakar (melembaga).
d) SIRIK sebagai manifestrasi harga diri dan pegangan hidup untuk tidak berbuat yang tercela atau a’moral, disamping merupakan tekat untuk memperkuat iman untuk mencapai sukses yang dicita-citakan serta daya dorong untuk mengatasi hambatan yang dihadapi perlu dilestarikan sebagai aspek budaya bangsa yang Bhineka TunggalIka dan upaya mengamalkan nilai-nilai luhur falsafah pancasila.
DAFTAR RUJUKAN
Hasil Rumusan Tudang Sipulung Kebudayaan Majelis Pertimbangan Budaya Daerah Propensi Sulawesi Selatan tanggal 15-17 Juli 1989.
H.A.Mattulada. 1996. Demokrasi dalam Perspektif Budaya Bugis-Makassar. Dalam Najib,
dkk (Ed.) Demokrasi dalam Perspektif Budaya Nusantara (hal. 21—90). Yokyakarta: LKPSM
R. Rahim,. 1985. Nilai-nilai Utama Kebudayaan Bugis. Ujung Pandang: Hasanuddin University Press.
Sudjiman, Panuti dan Aart Van Zoest, 1992 “Serba-serbi Semiotika”, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Indonesia’s Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute of Southeast Asian Studies. 8 Januari 2011. ISBN9812302123.