Blog

  • Materi Pengenalan Lingkungan Sekolah – PSB

    Materi Pengelanan Lingkungan Sekolah

    Materi I – Wawasan Wiyata Mandala

    A. WAWASAN :

    Suatu pandangan atau sikap yang mendalam terhadap suatu hakikat. Wiyata : Pendidikan Mandala : Tempat atau lingkungan Wiyata mandala adalah sikap menghargai dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sekolah sebagai tempat menuntut ilmu pengetahuan. Unsur- unsur wiyata mandala:

    1. Sekolah merupakan lingkungan pendidikan
    2. Kepala sekolah mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh atas penyelenggaraan pendidikan dalam lingkungan sekolah.
    3. Antara guru dan orang tua siswa harus ada saling pengertian dan kerjasama erat untuk mengemban tugas pendidikan (hubungan yang serasi)
    4. Warga sekolah di dalam maupun di luar sekolah harus menjunjung tinggi martabat dan citra guru.
    5. Sekolah harus bertumpu pada masyarakat sekitarnya dan mendukung antar warga.

    B. SEKOLAH DAN FUNGSINYA

    Sekolah merupakan tempat penyelenggaraan PBM, menanamkan dan mengembangkan berbagai nilai, ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal tempat berlangsungnya PBM untuk membina dan mengembangkan:

    1. Ilmu pengetahuan dan teknologi
    2. Pandangan hidup/kepribadian
    3. Hubungan antara manusia dengan lingkungan atau manusia dengan Tuhannya
    4. Kemampuan berkarya.
      C. FUNGSI SEKOLAH
      Fungsi sekolah adalah sebagai tempat masyarakat belajar karena memiliki aturan/tata tertib kehidupan yang mengatur hubungan antara guru, pengelola pendidikan siswa dalam PBM untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dlam suasana yang dinamis.

    D. CIRI-CIRI SEKOLAH SEBAGAI MASYARALAT BELAJAR

    1. Ada guru dan siswa, timbulnya PBM yang tertib
    2. Tercapainya masyarakat yang sadar, mau belajar dan bekerja keras.
    3. Terbentuknya manusia Indonesia seutuhnya.

    E. PRINSIP SEKOLAH
    Sekolah sebagai Wiyata Mandala selain harus bertumpu pada masyarakat sekitarnya, juga harus mencegah masuknya faham sikap dan perbuatan yang secara sadar ataupun tidak dapat menimbulkan pertentangan antara sesama karena perbedaan suku, agama, asal/usul/keturunan, tingkat sosial ekonomi serta perbedaan paham politik. Sekolah tidak boleh hidup menyendiri melepaskan diri dari tantangan sosial budaya dalam masyarakat tempat sekolah itu berada. Sekolah juga menjadi suri teladan bagi kehidupan masyarakat sekitarnya, serta mampu mencegah masuknya sikap dan perbuatan yang akan menimbulkan pertentangan. Untuk itu sekolah memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut :

    1. Sekolah sebagai wadah/lembaga yang memberikan bekal hidup. Dalam hal ini sekolah seharusnya bukan hanya sekedar lembaga yang mencetak para intelektual muda namun lebih dari itu sekolah harus menjadi rumah kedua yang memberikan pelayanan dan pengalaman tentang hidup, mulai dari berorganisasi, bermasyarakat (bersosialisasi), pendidikan lingkungan hidup (PLH) atau bahkan pengalaman hidup yang sesungguhnya.
    2. Sekolah sebagai institusi tempat peserta didik belajar dibawah bimbingan pendidik. Bimbingan lebih dari sekedar pengajaran. Dalam bimbingan peran pendidik berubah dari seorang pendidik menjadi seorang orangtua bahkan menjadi seorang kakak.
    3. Sekolah sebagai lembaga dengan pelayanan yang adil/merata bagi stakeholdernya. Hal tersebut bisa berupa pemerataan kesempatan mendapatkan transfer of knowledge, maupun transfer of experience, dengan tanpa membedakan baik dari segi kemampuan ekonomi, kemampuan intelegensia, dan juga kemampuan fisik (gagasan sekolah inklusi).
    4. Sekolah sebagai lembaga pengembangan bakat dan minat siswa. Prinsip ini sejalan dengan teori multiple intelligence (Howard Gardner) yang memandang bahwa kecerdasan intelektual bukanlah satu-satunya yang perlu diperhatikan oleh lembaga pendidikan, terutama sekolah. Kemampuan bersosialisasi, kemampuan kinestik, kemampuan seni dan kemampuan-kemampuan lainnya juga perlu diperhatikan secara seimbang.
    5. Sekolah sebagai lembaga pembinaan potensi di luar intelegensi. Peningkatan kemampuan intelektual, emosional maupun kemampuan-kemampuan lainnya mendapat perhatian yang seimbang.
    6. Sekolah harus memberikan perhatian serius untuk mengembangkan kemampuan emosional dan sosial, kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi, kemampuan bekerjasama dalam kelompok, dan lain- lain.
    7. Sekolah sebagai wahana pengembangan sikap dan watak. Sikap sederhana, jujur, terbuka, penuh toleransi, rela berkomunikasi dan berinteraksi, ramah tamah dan bersahabat, cinta negara, cinta lingkungan, siap bantu membantu khususnya kepada yang kurang beruntung merupakan sikap dan watak yang perlu dibentuk di dalam lingkungan sekolah.
    8. Sekolah sebagai wahana pendewasaan diri. Di dalam dunia yang berubah begitu cepat, salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki tiap peserta didik adalah kompetensi dasar: belajar secara mandiri. Dengan proses pendewasaan yang diberikan di sekolah, pendidik tidak lagi perlu menjejali pemikiran peserta didik dengan perintah. Lebih dari itu peserta didik akan mendapatkan sesuatu yang jauh lebih besar ketika ia mencari dan mendapatkan apa yang ia butuhkan untuk hidupnya.
    9. Sekolah sebagai bagian dari masyarakat belajar (learning society). Sekolah bukan hanya sebagai tempat pembelajaran bagi peserta didik, namun juga seharusnya sekolah mampu menjadi pusat pembelajaran bagi masyarakat di lingkungan sekitar.

    F. PENGGUNAAN SEKOLAH
    Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang diperuntukan sebagai tempat proses kegiatan belajar mengajar, tidak diperbolehkan dijadikan sebagai tempat :

    1. . Ajang promosi /penjualan produk-produk perniagaan yang tidak berhubungan dengan pendidikan.
    2. Sekolah merupakan lingkungan bebas rokok bagi semua pihak.
    3. Penyebaran aliran sesat atau penyebarluasan aliran agama tertentu yang bertentangan dengan undang-undang.
    4. Propaganda politik/kampanye.
    5. Shooting film dan atau sinetron tanpa seijin Pemerintah Daerah.
    6. Kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan kerusakan, perpecahan, dan perselisihan, sehingga menjadikan suasana sekolah tidak kondusif.

    G. PENATAAN WIYATA MANDALA DALAM UPAYA KETAHANAN SEKOLAH

    1. Ketahanan sekolah lebih menitikberatkan pada upaya-upaya yang bersifat preventif.
    2. Untuk menjadikan sekolah sesuai dengan tujuan dan fungsinya, perlu dilakukan penataan Wiyata Mandala di sekolah melalui langkah-langkah :
      a. Meningkatkan koordinasi dan konsolidasai sesama warga sekolah untuk dapat mencegah sedini mungkin adanya kegiatan dan tindakan yang dapat mengganggu proses belajar mengajar.
      b. Melaksanakan tata tertib sekolah secara konsisten dan berkelanjutan.
      c. Melakukan koordinasi dengan Komite sekolah dan pihak keamanan setempat untuk terselenggaranya ketahanan sekolah.
      d. Mengadakan penyuluhan bagi orangtua dan siswa yang bermasalah
      e. Mengadakan penyuluhan dan pembinanan kesadaran hukum bagi siswa.
      f. Pembinaan dan pengembangan keimanan, ketaqwaan, etika bermoral Pancasila, kepribadian sopan santun dan berdisiplin.
      g. Pengembangan logika para siswa, rajin belajar, gairah menulis, gemar membaca/ informasi/penemuan para ahli.
      h. Mengikutsertakan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler dan pengembangan diri.
      i. Mengadakan karya wisata dalam rangka pengembangan iptek.

    H. TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNGJAWAB KEPALA SEKOLAH DALAM HAL PELAKSANAAN WIYATA MANDALA

    Kepala Sekolah sebagai pimpinan utama, bertugas dan bertanggung jawab memimpin penyelenggaraan belajar mengajar serta membina pendidik dan tenaga kependidikan serta membina hubungan kerja sama dan peran serta masyarakat. Kepala Sekolah dalam melaksanakan penataan Wiyata Mandala di sekolah, dengan melakukan kegiatan- kegiatan :

    1. Melaksanakan program-program yang telah disusun bersama Komite Sekolah.
    2. Menyelenggarakan musyawarah sekolah yang melibatkan pendidik, OSIS, Komite Sekolah, tokoh masyarakat serta pihak keamanan setempat.
    3. Menertibkan lingkungan sekolah baik yang berbentuk perangkat keras (sarana prasarana) dan perangkat lunak (peraturan- peraturan, tata tertib, tata upacara dan lain lain).
    4. Mengadakan pertemuan baik rutin maupun insidentil yang bersifat intern sekolah (kepala sekolah, pendidik, orangtua siswa, siswa).
    5. Menyelenggarakan kegiatan yang dapat menunjang ketahanan sekolah seperti PKS, Pramuka, PMR, Paskibraka, kesenian dan sebagainya.

    I. MEKANISME DALAM PELAKSANAAN WIYATA MANDALA
    Dalam rangka pelaksanaan Wiyata Mandala perlu upaya penang-gulangan secara dini setiap permasalahan yang timbul sehingga dapat menghilangkan dampak negatifnya, yaitu dilaksanakan secara terpadu, bertahap dan berlanjut sebagai berikut :

    1. Tahap Preventif Upaya untuk meniadakan peluang-peluang yang dapat memungkinkan terjadinya kasus-kasus negatif di sekolah, melalui antara lain :
      a. Memelihara sekolah, dan lingkungan sekolah serta menciptakan kebersihan dan ketertiban agar siswa merasa nyaman dan menyenangkan dan tidak ada tempat tertentu yang dijadikan siswa untuk hal-hal negatif.
      b. Menciptakan suasana yang harmonis antara pihak pendidik/staf dan siswa serta penduduk di sekitar sekolah.
      c. Membentuk jaring-jaring pengawasan/kontrol dan razia terhadap kegiatan siswa di lingkungan sekolah.
      d. Menghilangkan bentuk-bentuk perpeloncoan pada saat MOS.
      e. Meminimalisir keterlibatan kelompok maupun perorangan dalam kegiatan sekolah.
      f. Mengisi jam-jam kosong dengan pelajaran atau kegiatan ekstra lainnya.
      g. Meningkatkan kegiatan ekstra kurikuler pada masa awal/akhir semester dan masa liburan sekolah.
      h. Peningkatan keamanan dan ketertiban khususnya pada saat berangkat/ usai sekolah.
    2. Tahap Represif Upaya untuk menindak siswa yang telah melanggar peraturan-peraturan dan tata tertib sekolah. Upaya Represif seperti
      a. Mendamaikan para pihak yang terlibat perselisihan berikut orangtua/pendidik pembinanya.
      b. Membatasi areal tempat terjadinya aksi.
      c. Menetralisir isu-isu yang berkembang dan mencegah timbulnya isu-isu baru.
      d. Berkoordinasi dengan pihak keamanan apabila terdapat pihak luar sekolah yang melanggar keamanan, ketertiban dan perbuatan kriminalitas di lingkungan sekolah.
      e. Mengungkap lebih lanjut keterlibatan pihak luar sekolah atas kasus yang timbul dan menyelesaikan secara hukum.
      f. Mengikutsertakan para ahli untuk mengadakan bimbingan dan penyuluhan.
      g. Memberikan sanksi sesuai tata tertib yang berlaku.

    MATERI II
    MATERI MPLS PRAMUKA

    Kata “Pramuka” merupakan singkatan dari Praja Muda Karana, yang memiliki arti Orang Muda yang Suka Berkarya.
    “Pramuka” merupakan sebutan bagi anggota Gerakan Pramuka, yang meliputi; Pramuka Siaga (7-10 tahun), Pramuka Penggalang (11-15 tahun), Pramuka Penegak (16-20 tahun) dan Pramuka Pandega (21-25 tahun).
    Sedangkan yang dimaksud “Kepramukaan” adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur. Kepramukaan adalah sistem pendidikan kepanduan yang disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan masyarakat dan bangsa Indonesia.
    Sejarah Gerakan Pramuka atau Kepanduan di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1923 yang ditandai dengan didirikannya (Belanda) Nationale Padvinderij Organisatie (NPO) di Bandung. Sedangkan di tahun yang sama, di Jakarta didirikan (Belanda) Jong Indonesische Padvinderij Organisatie (JIPO).
    Gerakan Pramuka bertujuan untuk membentuk setiap pramuka:

    1. memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, berkecakapan hidup, sehat jasmani, dan rohani;
    2. menjadi warga negara yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa dan negara, memiliki kepedulian terhadap sesama hidup dan alam lingkungan.

    a. Gerakan Pramuka berlandaskan prinsip-prinsip dasar sebagai berikut:
    1) Iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
    2) Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya
    3) Peduli terhadap dirinya pribadi
    4) Taat kepada Kode Kehormatan Pramuka
    b. Metode Kepramukaan merupakan cara belajar interaktif progresif melalui:
    1) pengamalan Kode Kehormatan Pramuka;
    2) belajar sambil melakukan;
    3) kegiatan berkelompok, bekerjasama, dan berkompetisi;
    4) kegiatan yang menarik dan menantang;
    5) kegiatan di alam terbuka;
    6) kehadiran orang dewasa yang memberikan bimbingan, dorongan, dan dukungan;
    7) penghargaan berupa tanda kecakapan; dan
    8) satuan terpisah antara putra dan putri;

    MATERI III
    MATERI KESADARAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

    Di era globalisasi ini banyak tantangan memang bagi negeri kita, namun kesadaran berbangsa dan bernegara sudah selayaknya rakyat dan pemerintah untuk bersama sama memberikan pemahaman bagi rakyatnya, khususnya kaum muda. Pemerintah ikut bertanggung jawab mengemban amanat untuk memberikan kesadaran berbangsa dan bernegara bagi warganya, bila rakyat bangsa Indonesia sudah tidak memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara, maka ini merupakan bahaya besar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, yang mengakibatkan bangsa ini akan jatuh ke dalam kondisi yang sangat parah bahkan jauh terpuruk dari bangsa-bangsa yang lain yang telah mempersiapkan diri dari gangguan bangsa lain.
    Mengingat kondisi bangsa kita sekarang, merupakan salah satu indikator bahwa warga bangsa Indonesia di negeri ini telah mengalami penurunan kesadaran berbangsa dan bernegara. Hal ini bisa kita lihat dari berbagai daerah sering bergejolak diantaranya tawuran antar warga, perkelaian pelajar, ketidakpuasan terhadap hasil pilkada, perebutan lahan pertanian maupun tambang, dan lain- lain. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara mempunyai makna bahwa individu yang hidup dan terikat dalam kaidah dan naungan di bawah Negara Kesatuan RI harus mempunyai sikap dan perilaku diri yang tumbuh dari kemauan diri yang dilandasasi keikhlasan/kerelaan bertindak demi kebaikan Bangsa dan Negara Indonesia.
    Berbagai masalah yang berkaitan dengan kesadaran berbangsa dan bernegara sebaiknya mendapat perhatian dan tanggung jawab kita semua. Sehingga amanat pada UUD 1945 untuk menjaga dan memelihara Negara Kesatuan wilayah Republik Indonesia serta kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan.
    Hal lain yang dapat mengganggu kesadaran berbangsa dan bernegara di tingkat pemuda yang perlu di cermati secara seksama adalah semakin tipisnya kesadaran dan kepekaan sosial di tingkat pemuda, padahal banyak persoalan-persoalan masyarakat yang membutuhkan peranan pemuda untuk membantu memediasi masyarakat agar keluar dari himpitan masalah, baik itu masalah sosial, ekonomi dan politik, karena dengan terbantunya masyarakat dari semua lapisan keluar dari himpitan persoalan, maka bangsa ini tentunya menjadi bangsa yang kuat dan tidak dapat di intervensi oleh negara apapun, karena masyarakat itu sendiri yang harus disejahterakan dan jangan sampai mengalami penderitaan. Di situ pemuda telah melakukan langkah konkrit dalam melakukan bela negara.
    Kesadaran bela negara adalah dimana kita berupaya untuk mempertahankan negara kita dari ancaman yang dapat mengganggu kelangsungan hidup bermasyarakat yang berdasarkan atas cinta tanah air. Kesadaran bela negara juga dapat menumbuhkan rasa patriotisme dan nasionalisme di dalam diri masyarakat. Upaya bela negara selain sebagai kewajiban dasar juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, penuh tanggung jawab dan rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa. Keikutsertaan kita dalam bela negara merupakan bentuk cinta terhadap tanah air kita.
    Nilai-nilai bela negara yang harus lebih dipahami penerapannya dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara antara lain:

    1. CINTA TANAH AIR
      Negeri yang luas dan kaya akan sumber daya ini perlu kita cintai. Kesadaran bela negara yang ada pada setiap masyarakat didasarkan pada kecintaan kita kepada tanah air kita. Kita dapat mewujudkan itu semua dengan cara kita mengetahui sejarah negara kita sendiri, melestarikan budaya-budaya yang ada, menjaga lingkungan kita dan pastinya menjaga nama baik negara kita.
    2. KESADARAN BERBANGSA DAN BERNEGARA
      Kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan sikap kita yang harus sesuai dengan kepribadian bangsa yang selalu dikaitkan dengan cita-cita dan tujuan hidup bangsanya. Kita dapat mewujudkannya dengan cara mencegah perkelahian antar perorangan atau antar kelompok dan menjadi anak bangsa yang berprestasi baik di tingkat nasional maupun internasional.
    3. PANCASILA
      Ideologi kita warisan dan hasil perjuangan para pahlawan sungguh luar biasa, pancasila bukan hanya sekedar teoritis dan normatif saja tapi juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita tahu bahwa Pancasila adalah alat pemersatu keberagaman yang ada di Indonesia yang memiliki beragam budaya, agama, etnis, dan lain-lain. Nilai-nilai pancasila inilah yang dapat mematahkan setiap ancaman, tantangan, dan hambatan.
    4. RELA BERKORBAN UNTUK BANGSA DAN NEGARA
      Dalam wujud bela negara tentu saja kita harus rela berkorban untuk bangsa dan negara. Contoh nyatanya seperti sekarang ini yaitu perhelatan seagames. Para atlet bekerja keras untuk bisa mengharumkan nama negaranya walaupun mereka harus merelakan untuk mengorbankan waktunya untuk bekerja sebagaimana kita ketahui bahwa para atlet bukan hanya menjadi seorang atlet saja, mereka juga memiliki pekerjaan lain. Begitupun supporter yang rela berlama-lama menghabiskan waktunya antri hanya untuk mendapatkan tiket demi mendukung langsung para atlet yang berlaga demi mengharumkan nama bangsa.
    5. MEMILIKI KEMAMPUAN BELA NEGARA
      Kemampuan bela negara itu sendiri dapat diwujudkan dengan tetap menjaga kedisiplinan, ulet, bekerja keras dalam menjalani profesi masing-masing.
      Kesadaran bela negara dapat diwujudkan dengan cara ikut dalam mengamankan lingkungan sekitar seperti menjadi bagian dari Siskamling, membantu korban bencana sebagaimana kita ketahui bahwa Indonesia sering sekali mengalami bencana alam, menjaga kebersihan minimal kebersihan tempat tinggal kita sendiri, mencegah bahaya narkoba yang merupakan musuh besar bagi generasi penerus bangsa, mencegah perkelahian antar perorangan atau antar kelompok karena di Indonesia sering sekali terjadi perkelahian yang justru dilakukan oleh para pemuda, cinta produksi dalam negeri agar Indonesia tidak terus menerus mengimpor barang dari luar negeri, melestarikan budaya Indonesia dan tampil sebagai anak bangsa yang berprestasi baik pada tingkat nasional maupun internasional.
      Apabila kita mengajarkan dan melaksanakan apa yang menjadi faktor-faktor pendukung kesadaran berbangsa dan bernegara sejak dini, yakni dengan mengembalikan sosialisasi pendidikan kewarganegaraan di sekolah-sekolah, juga sosialisasi di masyarakat,niscaya akan terwujud.. Pada pendidikan kewarganegaraan ditanamkan prinsip etik multikulturalisme, yaitu kesadaran perbedaan satu dengan yang lain menuju sikap toleran yaitu menghargai dan mengormati perbedaan yang ada. Perbedaan yang ada pada etnis dan religi sudah harusnya menjadi bahan perekat kebangsaan apabila antar warganegara memiliki sikap toleran.
      Nasionalisme adalah sikap mencintai bangsa dan negara sendiri. Nasionalisme terbagi atas ;
      a. Nasionalisme dalam arti sempit, yaitu sikap mencintai bangsa sendiri secara berlebihan sehingga menggap bangsa lain rendah kedudukannya, nasionalisme ini disebut juga nasionalisme yang chauvinisme, contoh Jerman pada masa Hitler.
      b. Nasionalisme dalam arti luas, yaitu sikap mencintai bangsa dan negara sendiri dan menggap semua bangsa sama derajatnya. Hans Kohn dalam bukunya Nationalism its meaning and history mendivinisikan nasionalisme sebagai berikut :
      Suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan individu tertinggi harus diserahkan pada negara. Perasaan yang mendalam akan ikatan terhadap tanah air sebagai tumpah darah.
      Ada tiga hal yang harus kita lakukan untuk membina nasionalisme Indonesia :
      a. Mengembangkan persamaan diantara suku-suku bangsa penghuni nusantara
      b. Mengembangka sikap toleransi
      c. Memiliki rasa senasib dan sepenanggungan diantara sesama bangsa Indonesia
      Empat hal yang harus kita hidari ndalam memupuk sermangat nasionalisme adalah :
      a. Sukuisme, menganggap msuku bangsa sendiri paling baik.
      b. Chauvinisme, mengganggap bangsa sendiriu paling unggul.
      c. Ektrimisme, sikap mempertahankan pendirian dengan berbagai cara kalau perlu dengan kekerasan dan senjata.
      d. Provinsialisme, sikap selalu berkutat dengan provinsi atau daerah sendiri.
      Sikap patriotisme bangsa indonesia telah dimulai sejak jaman penjajahan, dengan banyaknya pahlawan pahlawan yang gugur dalam rangka mengusir penjajah seperti Sultan Hasanudin dari Makasar, Pangeran Diponogoro dari Jawa tengah, Cut Nyak Dien Tengku Umar dari Aceh dll. Sikap patriotis memuncak setelah proklamasi kemerdekaan pada periode perjuangan fisik antara tahun 1945 sampai 1949 yaitu periode mempertahankan negara dari keinginan Belanda untuk kembali menjajah Indonesia.
      Sikap patriotisma adalah sikap sudi berkorban segala-galanya termasuk nyawa sekalipun untuk mempertahankan dan kejayaan negara. Ciri-ciri patriotisme adalah:
      a. Cinta tanah air.
      b. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
      c. Menempatkan persatuan dan kesatuan bangsa di atas kepentingan pribadi dan golongan.
      d. Berjiwa pembaharu.
      e. Tidak kenal menyerah dan putus asa.
      Implementasi sikap patriotisme dalam kehidupan sehari hari :
      a. Dalam kehidupan keluarga ; Menyaksikan film perjuangan, Membaca buku bertema perjuangan, dan Mengibarkan bendera merah putih pada hari-hari tertentu.
      b. Dalam kehidupan sekolah ; Melaksanakan upacara bendera, mengkaitkan materi pelajaran dengan nilaiu-nilai perjuangan, belajar dengan sungguh- sungguh untuk kemajuan.
      c. Dalam kehidupan masyarakat ; Mengembangkan sikap kesetiakawanan sosial di lingkungannya, Memelihara kerukunan diantara sesama warga.
      d. Dalam kehidupan berbangsa ; Meningkatkan persatuan dan kesatuan, Melaksanakan Pancasila dan UUD 1945, Mendukung kebijakan pemerintah, Mengembangkan kegiatann usaha produktif, Mencintai dan memakai produk dalam negeri, Mematuhi peraturan hukum, Tidak main hakim sendiri, Menghormati, dan menjungjung tinggi supremasi hukum, Menjaga kelestarian lingkungan.

    MATERI IV
    MATERI CARA BELAJAR EFEKTIF

    Belajar yang efektif adalah proses belajar mengajar yang berhasil guna, dan proses pembelajaran itu mampu memberikan pemahaman, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu / kualitas yang lebih baik serta dapat memberikan perubahan perilaku dan dapat diaplikasikan atau diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga hasil dari pembelajaran itu akan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang unggul.
    Dan untuk mencapai belajar yang efektif tentu saja dalam proses belajarnya harus dilakukan dengan baik dan benar. Berikut ini adalah tips-tips belajar yang baik dan benar :

    1. BELAJAR KELOMPOK
      Belajar kelompok dapat menjadi kegiatan belajar menjadi lebih menyenangkan karena ditemani oleh teman dan berada di rumah sendiri sehingga dapat lebih santai. Namun sebaiknya tetap didampingi oleh orang dewasa seperti kakak, paman, bibi atau orang tua agar belajar tidak berubah menjadi bermain. Belajar kelompok ada baiknya mengajak teman yang pandai dan rajin belajar agar yang tidak pandai jadi ketularan pintar. Dalam belajar kelompok kegiatannya adalah membahas pelajaran yang belum dipahami oleh semua atau sebagian kelompok belajar baik yang sudah dijelaskan guru maupun belum dijelaskan guru.
    2. RAJIN MEMBUAT CATATAN INTISARI PELAJARA
      Bagian-bagian penting dari pelajaran sebaiknya dibuat catatan di kertas atau buku kecil yang dapat dibawa kemana-mana sehingga dapat dibaca di mana pun kita berada. Namun catatan tersebut jangan dijadikan media mencontek karena dapat merugikan kita sendiri.
    3. MEMBUAT PERENCANAAN YANG BAIK
      Untuk mencapai suatu tujuan biasanya diiringi oleh rencana yang baik. Oleh karena itu ada baiknya kita membuat rencana belajar dan rencana pencapaian nilai untuk mengetahui apakah kegiatan belajar yang kita lakukan telah maksimal atau perlu ditingkatkan. Sesuaikan target pencapaian dengan kemampuan yang kita miliki. Buat rencana belajar yang diprioritaskan pada mata pelajaran yang lemah. Buatlah jadwal belajar yang baik.
    4. DISIPLIN DALAM BELAJAR
      Apabila kita telah membuat jadwal belajar maka harus dijalankan dengan baik. Contohnya seperti belajar tepat waktu dan serius tidak sambil main-main dengan konsentrasi penuh. Jika waktu makan, mandi, ibadah, dan sebagainya telah tiba maka jangan ditunda-tunda lagi. Lanjutkan belajar setelah melakukan kegiatan tersebut jika waktu belajar belum usai. Bermain dengan teman atau game dapat merusak konsentrasi belajar. Sebaiknya kegiatan bermain juga dijadwalkan dengan waktu yang cukup panjang namun tidak melelahkan jika dilakukan sebelum waktu belajar. Jika bermain video game sebaiknya pilih game yang mendidik dan tidak menimbulkan rasa penasaran yang tinggi ataupun rasa kekesalan yang tinggi jika kalah.
    5. MENJADI AKTIF BERTANYA DAN DITANYA
      Jika ada hal yang belum jelas, maka tanyakan kepada guru, teman atau orang tua. Jika kita bertanya biasanya kita akan ingat jawabannya. Jika bertanya, bertanyalah secukupnya dan jangan bersifat menguji orang yang kita tanya. Tawarkanlah pada teman untuk bertanya kepada kita hal-hal yang belum dia pahami. Semakin banyak ditanya maka kita dapat semakin ingat dengan jawaban dan apabila kita juga tidak tahu jawaban yang benar, maka kita dapat membahasnya bersama-sama dengan teman.
    6. BELAJAR DENGAN SERIUS DAN TEKUN
      Ketika belajar di kelas dengarkan dan catat apa yang guru jelaskan. Catat yang penting karena bisa saja hal tersebut tidak ada di buku dan nanti akan keluar saat ulangan atau ujian. Ketika waktu luang baca kembali catatan yang telah dibuat tadi dan hapalkan sambil dimengerti. Jika kita sudah merasa mantap dengan suatu pelajaran maka ujilah diri sendiri dengan soal-soal. Setelah soal dikerjakan periksa jawaban dengan kunci jawaban. Pelajari kembali soal-soal yang salah dijawab.
    7. HINDARI BELAJAR BERLEBIHAN
      Jika waktu ujian atau ulangan sudah dekat biasanya kita akan panik jika belum siap. Jalan pintas yang sering dilakukan oleh pelajar yang belum siap adalah dengan belajar hingga larut malam / begadang atau membuat contekan. Sebaiknya ketika akan ujian tetap tidur tepat waktu karena jika bergadang semalaman akan membawa dampak yang buruk bagi kesehatan, terutama bagi anak-anak.
    8. JUJUR DALAM MENGERJAKAN ULANGAN DAN UJIAN
      Hindari mencontek ketika sedang mengerjakan soal ulangan atau ujian. Mencontek dapat membuat sifat kita curang dan pembohong. Kebohongan bagaimanapun juga tidak dapat ditutup-tutupi terus-menerus dan cenderung untuk melakukan kebohongan selanjutnya untuk menutupi kebohongan selanjutnya. Anggaplah dengan nyontek pasti akan ketahuan guru dan memiliki masa depan sebagai penjahat apabila kita melakukan kecurangan.
    9. JADILAH SEORANG PEMIMPIN. LATIHLAH RASA TANGGUNG JAWABMU.
      Apabila guru meminta bantuanmu untuk mengerjakan sesuatu misalnya membersihkan kelas, jangan ragu untuk menerimanya. Ajak beberapa teman kelas dan pimpin mereka untuk membersihkan kelas bersama-sama.
    10. MENDENGARKAN PENJELASAN GURU DENGAN BAIK.
      Jawablah setiap pertanyaan yang diajukan oleh guru apabila kamu mengetahui jawabannya. Jangan menunggu guru untuk memanggil kamu untuk menjawab pertanyaan.
    11. JANGAN MALU UNTUK BERTANYA.
      Selalu ajukan pertanyaan kepada guru apabila tidak mengerti tentang sesuatu hal.
    12. KERJAKAN PR
      Kerjakan PR dengan baik, jangan selalu mencari alasan untuk tidak mengerjakannya. Jangan malas mengerjakan PR dengan alasan lupa atau menunda-nunda mengerjakannya. Enak kan kalau kita cepat mengerjakan PR, jadi masih punya banyak waktu untuk bermain dan nonton TV deh!
    13. SELALU MENGULANG PELAJARAN YANG SUDAH DIAJARKAN
      Setiap pulang dari sekolah, selalu mengulang pelajaran yang tadi diajarkan. Nanti sewaktu ada ulangan jadi tidak banyak yang harus dipelajari! Asyik!
    14. CUKUP ISTIRAHAT, MAKAN DAN BERMAIN
      Semuanya dilakukan secara berimbang. Setelah pulang sekolah, kita sering ingin cepat-cepat bermain dan melupakan segala hal penting lainnya, contohnya makan dan istirahat. Padahal setelah seharian di sekolah, tak terasa badan kita membutuhkan masukan energi tambahan yang bisa didapatkan dari istirahat dan makanan yang kita makan. Oleh karenanya kita harus dapat membagi waktu untuk makan, istirahat dan bermain. Kalau semuanya dilakukan dengan baik, badan jadi segar setiap hari! Jadi tidak sering mengantuk di kelas!
    15. BANYAK BERLATIH PELAJARAN YANG KURANG DISUKAI
      Apabila kamu tidak menyenangi suatu mata pelajaran, contohnya matematika, maka banyak-banyaklah berlatih, mengikuti kursus atau belajar berkelompok dengan teman. Sehabis belajar bisa bermain dan menambah teman baru di tempat kursus. Selain itu, siapa tahu dari kurang menyukai matematika, kalian malahan menyukainya.
    16. IKUTILAH KEGIATAN EKTRAKURIKULER YANG KAMU SENANGI
      Cari tahu kegiatan apa yang cocok dan kamu suka. Contohnya apabila kalian suka pelajaran tae kwon do, cobalah untuk mengikuti kursus dari kegiatan tersebut, sehingga selain belajar pelajaran-pelajaran yang diajarkan di sekolah, kalian juga dapat mendapatkan pelajaran tambahan di luar sekolah.
    17. CARI SEORANG PEMBIMBING YANG BAIK
      Orangtua adalah pembimbing yang terbaik selain guru. Apabila ada yang kurang jelas dari keterangan guru di sekolah, kalian dapat menanyakan hal tersebut kepada orang tua. Selain itu, kalian juga dapat belajar dari teman yang berprestasi.
    18. JANGAN SUKA MENCONTEK TEMAN
      Kalau mencontek, kamu bisa bodoh karena tidak berpikir sendiri. Lagipula belum tentu, teman yang kamu contek itu menjawab pertanyaan dengan benar. Belum lagi kalau ketahuan guru dan teman lain, malu kan? Kalau kamu rajin belajar, pasti bisa menjawab semua pertanyaan dengan benar sehingga ulangan dapat nilai baik.
    19. NIAT DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH
      Kalau belajar tidak sungguh-sungguh ataupun tidak niat, yang ada malah pikiran kita melayang kemana-mana. Entah itu tentang makanan, games, lawan jenis, dll. Oleh sebab itu, belajar yang baik dimulai dengan niat yang sungguh- sungguh.
    20. LOKASI DAN SITUASI YANG KONDUSIF
      Jikalau kita belajar, tidak mungkin kalau kita lakukan di tengah jalan raya? Ataupun ketika kita sedang makan. Cara yang paling efektif untuk belajar adalah mencari tempat yang nyaman dan tidak terlalu banyak gangguan agar kita bisa lebih konsentrasi.
    21. HINDARI SIKAP TIDAK JUJUR
      Sekarang ini banyak siswa membuat catatan untuk mencontek saat ada ulangan atau ujian. Dengan belajar dengan jadwal yang teratur seorang murid akan selalu siap jika ada ulangan dadakan dan tidak perlu mencontek.
    22. METODE IMITASI
      Proses belajar bisa berjalan dengan sempurna melalui metode imitasi atau meniru. Metode ini di realisasikan ketika seorang meniru orang lain atau gurunya, metode ini sering di gunakan anak kecil untuk melafal kata bahasa dari orang tuanya, Begitu juga jika ia meniru berbagai perilaku,etika dan tradisi
    23. TRIAL AND ERROR
      Manusia juga belajar dari eksperimen pribadi.dia akan berusaha secara mandiri untuk memecahkan masalah yang di hadapi.terkadang beberapa kali dia melakukan kesalahan dalam memecahkan masalah, namun dia juga beberapa kali mencoba untuk melakuakan kembali. Sampai pada akhirnya dia mampu untuk menyelesaikan permasalahan dengan benar.
    24. CONDITIONING
      Manusia bisa belajar dengan pengkondisian. Seseorang di katakan belajar dengan pengkondisian jika ada stimulun dari indrawi yang merangsangnya. Ketika itulah seseorang menanggapi stimulus tersebut. Tanggapan yang ia berikan ialah suatu respon yang juga di barengkan dengan stimulus netral. Kemudian respon menyertai stimulus netral itu akan di ulang beberapa kali.
      Setelah di lakukan pengulangan beberapa kali, kita akan menjumpai bahwa stimulus netrsl bisa memberikan respon dengan sendirinya sekalipun stimulus indrawi sudah tidak ada lagi.contoh klasi yang dilakukan psikolog Rusia Ivan pavlov dalam experimennya yang cukup masyur. Dia membunyikan lonceng (stimulus netral) pada waktu dia meletakkan sedikit makanan di mulut anjing (indrawi).biasanya, jika makanan itu di letakkan di deapn mulut anjing maka anjing tersebut akan meneteskan air liur (respon).dengan demikian air liur berbarengan dengan bunyi lonceng.
      Ketika hal ini di ulangi beberapa kali, maka peneliti mencoba untuk membunyikan lonceng tanpa meletakkan makanan pada mulut anjing tersebut. Maka hasilnya anjing tersebut tetap meneteskan air liur ketika ia mendengar suara lonceng, sebuah respon baru yang belum pernah dialami oleh anjing. Sekarang anjing tersebut merespon bunyi lonceng dengan meneteskan air liurnya.padahal sebelum di lakukan eksperimen anjing tersebut tidak meneteskan air liur kalau hanya mendengar bunyi lonceng.
    25. METODE BERPIKIR
      Proses belajar juga bisa berjalan sempurna dengan melalui metode berpikir, dengan metode ini seseorang sering kali mampu menyelesaikan masalah hidupnya, dia akan memilki kesamaan dan apa saja yang tidak memiliki kemiripan. Dengan demikian dia akan bisa menarik kesimpulan, dengan pilihan tersebut. Maka pada kuncinya berilah anak-anak kita pertanyaan yang menurut dia mudah, dengan demikian anak tersebut akan selalu belajar dan berpikir.
    26. MULAILAH DARI YANG “KECIL”
      Mulailah belajar dari topik yang paling anda kuasai / gampang. Setelah itu barulah dilanjutkan dengan topik yang lebih “menantang”. Hal ini dimaksudkan agar kita tidak langsung down dan putus asa jika mengerjakan soal-soal sulit terlebih dahulu.
    27. SERING-SERINGLAH “PRACTICE”
      Latihan dan latihan itulah kunci untuk mahir dalam suatu mata pelajaran. Semakin banyak anda mengerjakan dan memahami soal semakin terbiasa pula anda dalam mengerjakannya.
    28. FOKUS
      Ketika belajar, kita dituntut untuk serius. Jangan setengah hati. Karena pikiran kita tidak dapat melakukan / memikirkan beberapa kegiatan / hal dalam satu waktu.
    29. MOHON BIMBINGAN-NYA
      Jangan lupa banyak-banyak berdoa. Karena selain dari nilai religi-nya, hal tersebut dapat membuat kita lebih fokus ketika belajar dan dapat membuat pikiran kita lebih tenang.
    30. MENGGUNAKAN MEDIA DAN SUMBER-SUMBER YANG RELEVAN
      Jika kita hanya menggunakan 1 buku sebagai bahan patokan untuk belajar. Apapun hasil yang kita dapat belum tentu maksimal. Untuk itulah, cobalah untuk mencari-cari hal yang terkait kita pelajari dengan menggunakan Sumber dan Media yang sudah ada. Kita bisa mencarinya dengan menggunakan Internet, Koran, Buku lain, Majalah, dan lain-lain. Tentu kita juga tidak mau ilmu yang kita dapat hanya segitu saja karena hanya mempunyai 1 buku atau sumber yang tidak lengkap. Untuk itulah, Sumber dan Media hanyalah sebagai pelengkap dalam belajar yang baik dan benar.

    MATERI V
    MATERI PENDIDIKAN KARAKTER

    Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Ahli
    Penguatan pendidikan moral (moral education) atau pendidikan karakter (character education) dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda di negara kita. Krisis tersebut antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan menyontek, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, dan perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas, oleh karena itu betapa pentingnya pendidikan karakter.
    Menurut Lickona, karakter berkaitan dengan konsep moral (moral knonwing), sikap moral (moral felling), dan perilaku moral (moral behavior). Berdasarkan ketiga komponen ini dapat dinyatakanbahwa karakter yang baikdidukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan perbuatan kebaikan. Bagan di bawah ini merupakan bagan kterkaitan ketiga kerangka pikir ini.

    1. Pendidikan Karakter Menurut Lickona
      Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa. Tetapi untuk mengetahui pengertian yang tepat, dapat dikemukakan di sini definisi pendidikan karakter yang disampaikan oleh Thomas Lickona. Lickona menyatakan bahwa pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.
    2. Pendidikan Karakter Menurut Suyanto
      Suyanto (2009) mendefinisikan karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun negara.
    3. Pendidikan Karakter Menurut Kertajaya
      Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, serta merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berucap, dan merespon sesuatu (Kertajaya, 2010).
    4. Pendidikan Karakter Menurut Kamus Psikologi
      Menurut kamus psikologi, karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, dan biasanya berkaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap (Dali Gulo, 1982: p.29).
      Nilai-nilai dalam pendidikan karakter
      Ada 18 butir nilai-nilai pendidikan karakter yaitu , Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta tanah air, Menghargai prestasi, Bersahabat/komunikatif, Cinta Damai, Gemar membaca, Peduli lingkungan, Peduli sosial, Tanggung jawab.
      Pendidikan karakter telah menjadi perhatian berbagai negara dalam rangka mempersiapkan generasi yang berkualitas, bukan hanya untuk kepentingan individu warga negara, tetapi juga untuk warga masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai the deliberate us of all dimensions of school life to foster optimal character development (usaha kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah/madrasah untuk membantu pembentukan karakter secara optimal.

    Pendidikan karakter memerlukan metode khusus yang tepat agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Di antara metode pembelajaran yang sesuai adalah metode keteladanan, metode pembiasaan, dan metode pujian dan hukuman.
    Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia.
    Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama.
    Pendidikan yang bertujuan melahirkan insan cerdas dan berkarakter kuat itu, juga pernah dikatakan Dr. Martin Luther King, yakni; intelligence plus character… that is the goal of true education (kecerdasan yang berkarakter… adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya).
    Memahami Pendidikan Karakter
    Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif.
    Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.
    Terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu:
    a. Karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya
    b. Kemandirian dan tanggungjawab
    c. Kejujuran/amanah, diplomatis
    d. Hormat dan santun
    e. Dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama;
    f. Percaya diri dan pekerja keras
    g. Kepemimpinan dan keadilan
    h. Baik dan rendah hati, dan
    i. Karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan.
    Kesembilan pilar karakter itu, diajarkan secara sistematis dalam model pendidikan holistik menggunakan metode knowing the good, feeling the good, dan acting the good. Knowing the good bisa mudah diajarkan sebab pengetahuan bersifat kognitif saja. Setelah knowing the good harus ditumbuhkan feeling loving the good, yakni bagaimana merasakan dan mencintai kebajikan menjadi engine yang bisa membuat orang senantiasa mau berbuat sesuatu kebaikan. Sehingga tumbuh kesadaran bahwa, orang mau melakukan perilaku kebajikan karena dia cinta dengan perilaku kebajikan itu. Setelah terbiasa melakukan kebajikan, maka acting the good itu berubah menjadi kebiasaan.
    Dasar pendidikan karakter ini, sebaiknya diterapkan sejak usia kanak-kanak atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age), karena usia ini terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam

    mengembangkan potensinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Dari sini, sudah sepatutnya pendidikan karakter dimulai dari dalam keluarga, yang merupakan lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter anak.
    Namun bagi sebagian keluarga, barangkali proses pendidikan karakter yang sistematis di atas sangat sulit, terutama bagi sebagian orang tua yang terjebak pada rutinitas yang padat. Karena itu, seyogyanya pendidikan karakter juga perlu diberikan saat anak-anak masuk dalam lingkungan sekolah, terutama sejak play group dan taman kanak-kanak. Di sinilah peran guru, yang dalam filosofi Jawa disebut digugu lan ditiru, dipertaruhkan. Karena guru adalah ujung tombak di kelas, yang berhadapan langsung dengan peserta didik.
    Dampak Pendidikan Karakter
    Apa dampak pendidikan karakter terhadap keberhasilan akademik? Beberapa penelitian bermunculan untuk menjawab pertanyaan ini. Ringkasan dari beberapa penemuan penting mengenai hal ini diterbitkan oleh sebuah buletin, Character Educator, yang diterbitkan oleh Character Education Partnership.
    Dalam buletin tersebut diuraikan bahwa hasil studi Dr. Marvin Berkowitz dari University of Missouri- St. Louis, menunjukan peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter menunjukkan adanya penurunan drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat menghambat keberhasilan akademik.

    Sebuah buku yang berjudul Emotional Intelligence and School Success (Joseph Zins, et.al, 2001) mengkompilasikan berbagai hasil penelitian tentang pengaruh positif kecerdasan emosi anak terhadap keberhasilan di sekolah. Dikatakan bahwa ada sederet faktor-faktor resiko penyebab kegagalan anak di sekolah.
    Faktor-faktor resiko yang disebutkan ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi.
    Hal itu sesuai dengan pendapat Daniel Goleman tentang keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20 persen ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ). Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya.
    Anak-anak yang bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia pra-sekolah, dan kalau tidak ditangani akan terbawa sampai usia dewasa. Sebaliknya para remaja yang berkarakter akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras, perilaku seks bebas, dan sebagainya.
    Beberapa negara yang telah menerapkan pendidikan karakter sejak pendidikan dasar di antaranya adalah; Amerika Serikat, Jepang, Cina, dan Korea. Hasil penelitian di negara-negara ini menyatakan bahwa implementasi pendidikan karakter yang tersusun secara sistematis berdampak positif pada pencapaian akademis.
    Seiring sosialisasi tentang relevansi pendidikan karakter ini, semoga dalam waktu dekat tiap sekolah bisa segera menerapkannya, agar nantinya lahir generasi bangsa yang selain cerdas juga berkarakter sesuai nilai-nilai luhur bangsa dan agama.

    MATERI VI
    MATERI TATA KRAMA SISWA

    Tata krama atau adat sopan santun atau sering disebut etiket telah menjadi bagian dalam hidup, contoh; pada waktu Anda masih kanak-kanak, orang tua Anda sudah melatih Anda menerima pemberian orang dengan tangan sebelah kanan dengan mengucapkan terima kasih. Orang tua Anda melatih Anda cara makan, minum, menyapa, memberi hormat dan berpakaian. Lama kelamaan perilaku Anda menjadi kebiasan. Tata krama adalah kebiasaan, yang lahir dalam hubungan antar manusia. Tata krama yang semula berlaku dalam lingkungan terbatas lama kelamaan dapat merambabt ke lingkungan yang lebih luas. Tata krama telah menjadi bagian dari pergaulan sehari-hari. Jadi dapat disimpulkan bahwa tata kram adalah kebiasaan sopan santun yang dispakati dalam lingkungan pergaulan antara manusia setempat…..
    Tata krama terdiri atas kata tata dan krama. Tata berarti adat, aturan, norma, peraturan. Krama berarti sopan santun, kelakuan, tindakan, perbuatan. Tata krama berarti adat sopan santun, kebiasaan sopan santun. Dalam pergaulan sehari-hari sering kita jumpai manusia dengan type kedondong yaitu orang yang berpenampilan menarik dalam berpakaian, berbicara, makan, minum, dan berjalan. Namun penampilan itu hanyalah polesan saja. Ternyata hatinya dikuasai oleh sifat-sifat tak terpuji, suka dendam, egois, suka menyakiti hati. Ada juga manusia yang bertype durian, penampilan tidak menarik, kasar, dan tidak mengundang simpati, namun berhati emas, rendah hati, suka memaafkan, suka menolong dan menghargai orang lain.
    Kulit durian memang tajam dan kasar, tetapi buah durian terasa enak kalau dimakan. Makna tata krama yang sesungguhnya bukanlah seperti kedondong yang licin kulitnya dan masam rasanya, demikian pula makna tata krama bulanlah seperti durian yang tajam tapi enak rasanya. Kedua-duanya sama merugikan.
    Macam-macam tata krama:

    1. Tata krama pergaulan
      a. Komunikasi sebagai sifat alami manusia
      b. Komunikasi dan tata krama pergaulan adalah hal yang tidak dapat dipisahkan.
      Ada beberapa kunci pokok yang perlu dicamkan dalam masalah komunkasi:
      a. Perlakuan orang lain sebagaimana Anda ingin diperlakukan.
      b. Setiap orang mempunyai perbedaan-perbedaan perorangan tidak ada kembar satu telur yang sama.
      c. Kenal dulu baru sayang, makin kenal makin sayang, tak kenal makin tak sayang.
    2. Tata krama berkenalan
      Kedua belah pihak saling menyebutkan nama, saling memandang, berjabatan tangan, tidak mengayun-ayunkan tangan.Tata karma bertamu Hendaknya berjanji dahulu dan datang tepat waktu.Tata krama berbicara
      a. Berkata peliharalah lidah, jangan menyinggung perasaan
      b. Jangan memotong pembicaraan orang lain
      c. Perhatikan Anda berbicara dengan siapa
    3. Tata krama berpenampilan
      a. Cara menggunakan pakaian
      1) Kalau pakai seragam sekolah harus dimasukkan pakai dasi sabuk hitam (seragam putih abu-abu)
      2) Pada waktu olahraga pakailah pakaian dan olahraga §
      3) Memakai pakaian harus cocock denagn situasi dan tempat
      b. Cara berjalan bersama
      1) Laki-laki harus melindungi wanita
      2) Kalau ada dua wanita dan satu pria, pria berjalan di sisi yang berdekatan dengan lalu lintas
      3) Kalau ada dua pria dan satu wanita, wanita ada di tengah.
      c. Tata cara makan
      1) Cicipilah makan dan minuman dengan tidak bersuara.
      2) Jika batuk pada waktu makan tutupi mulut.
      3) Berdoa sebelum makan.
      d. Tata cara menggunakan fasilitas umum
      1) Buang sampah pada tem patnya
      2) Jagalah kebersihan baik di dalam kelas maupun di sekitar halaman.
      3) Taman umum harus ikut kita jaga kebersihannya.
      4) Sopan berkendara di jalan.
      e. Kebiasaan merokok….

    MATERI VII
    MATERI KURIKULUM 2013

    Tahap pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 meliputi:

    1. Kegiatan Pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
      a. mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan.
      b. mendiskusikan kompetensi yang sudah dipelajari dan dikembangkan sebelumnya berkaitan dengan kompetensi yang akan dipelajari dan dikembangkan;
      c. menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari; dan
      d. menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan.
      e. menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan digunakan
    2. Kegiatan Inti
      Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan pendekatan saintifik yang disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran dan peserta didik.
      Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/ mencoba, menalar /mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan perkembangan sikap peserta didik pada kompetensi dasar dari KI-1 dan KI- 2 antara lain mensyukuri karunia Tuhan, jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan, menghargai pendapat orang lain yang tercantum dalam silabus dan RPP.
    3. Kegiatan Penutup Kegiatan penutup terdiri atas:
      a. Kegiatan guru bersama peserta didik yaitu:
      1) membuat rangkuman/simpulan pelajaran;
      2) melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan; dan
      3) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.
      f. Kegiatan guru yaitu:
      1) melakukan penilaian;
      2) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; dan
      3) menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
      Daya Dukung Proses pembelajaran memerlukan daya dukung berupa ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran. Sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain.

    ASPEK PENILAIAN
    PENGETAHUAN

    Aspek pengetahuan merupakan aspek yang ada di dalam materi pembelajaran untuk menmbah wawasan siswa di suatu bidang. Di dalam struktur kurikulum ini,jenjang SD memiliki pengetahuan sebanyak 20% dan 80% aspek karakter,jenjang SMP memiliki bobot pengetahuan 40% dan 60% aspek karakter,dan jenjang SMA memiliki bobot pengetahuan 80% dan 20% aspek karakter. Pada Kurikulum 2013 memang diintergrasikan dengan pendidikan karakter yang sebelumnya telah dicanangkan pemerintah sebelum terbentuknya kurikulum ini.

    1. Keterampilan
      Aspek keterampilan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam membuat,melaksanakan,dan mengerjakan suatu soal atau proyek sehingga siswa dapat terlatif sifat ilmiah dan karakter yang merujuk pada aspek keterampilan. Aspek keterampilan dapat berupa keterampilan pengerjaan soal,keterampilan pengerjaan dan pelaksanaan proyek,keterampilan membuat teks,dan keterampilan dalam menjawab soal lisan.
    2. Sikap dan Perilaku
      Aspek penilaian sikap dan perilaku merupakan aspek penilaian dengan menilai sikap dan perilaku peserta didik selama proses pembelajaran. Aspek penilaian ini dinilai oleh guru dalam jurnal harian,teman sejawat dalam sebuah lembaran nilai,dan diambil oleh diri masing-masing siswa.

    MATERI VIII
    MATERI MOS PEMBINAAN MENTAL AGAMA DI SEKOLAH

    Pendidikan dimanapun dan kapanpun masih dipercaya orang sebagai media ampuh untuk membentuk kepribadian anak ke arah kedewasaan. Pendidikan agama adalah unsur terpenting dalam pendidikan moral dan pembinaan mental. Pendidikan moral yang paling baik sebenarnya terdapat dalam agama karena nilai-nilai moral yang dapat dipatuhi dengan kesadaran sendiri dan penghayatan tinggi tanpa ada unsur paksaan dari luar, datangnya dari keyakinan beragama. Karenanya keyakinan itu harus dipupuk dan ditanamkan sedari kecil sehingga menjadi bagian tidak terpisahkan dari kepribadian anak sampai ia dewasa. Melihat dari sini, pendidikan agama di sekolah mendapat beban dan tanggung jawab moral yang tidak sedikit apalagi jika dikaitkan dengan upaya pembinaan mental remaja. Usia remaja ditandai dengan gejolak kejiwaan yang berimbas pada perkembangan mental dan pemikiran, emosi, kesadaran sosial, pertumbuhan moral, sikap dan kecenderungan serta pada akhirnya turut mewarnai sikap keberagamaan yang dianut (pola ibadah).
    Pada usia remaja, ditinjau dari aspek ideas and mental growth, kekritisan dalam merangkum pemikiran-pemikiran keagamaan mulai muncul, kekritisan yang dimaksud bisa berupa kejenuhan atau kebosanan dalam mengikuti uraian- uraian yang disampaikan guru Agama di sekolah apalagi jika metodologi pengajaran yang disampaikan cenderung monoton dan berbau indoktrinasi. Jadi mereka telah mulai menampilkan respon ketidak sukaan terhadap materi keagamaan yang dipaketkan di sekolah. Sebenarnya akar permasalahan yang timbul dari kekurang senangan remaja terhadap paket materi pelajaran keagamaan di sekolah terletak pada minimnya motivasi untuk mendalami agama secara lebih intens, yang lebih sederhana lagi ialah pelajaran agama yang mereka dapat di sekolah kurang memberikan aplikasi dan solusi praktis dalam keseharian mereka. Apalagi waktu mereka lebih banyak dihabiskan dengan nonton teve, jalan-jalan ke mall, ngeceng, pacaran dan hal-hal lain meski banyak juga remaja kita yang melakukan aktifitas positif seperti remaja mesjid, berwiraswasta atau ikut organisasi eskul sekolah serta mengikuti kursus-kursus keterampilan.
    Jawaban dari permasalahan diatas adalah kembali pada sosok guru agama sebagai tauladan dan sumber konsentrasi remaja yang menjadi peserta didiknya. Mampukah ia menjadikan dirinya termasuk masalah materi serta metodologi yang dipergunakan sebagai referensi utama bagi peserta didiknya yang seluruhnya remaja itu dalam mengembangkan sikap keberagamaan yang tidak sekedar merasa memiliki agama (having religion) melainkan sampai kepada pemahaman agama sebagai comprehensive commitment dan driving integrating motive, yang mengatur seluruh kehidupan seseorang dan merupakan kebutuhan primer yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Sehingga nantinya remaja-remaja tersebut merasakan ibadah sebagai perwujudan sikap keberagamaan intrinsik tersebut sama pentingnya atau malah lebih penting dibanding nonton teve, jalan-jalan, hura-hura dan lain sebagainya.
    Satu hal penting lainnya yang tidak boleh diabaikan oleh para guru Agama di sekolah ialah materi pelajaran agama yang disampaikan di sekolah hendaknya selalu diorientasikan pada kepentingan remaja, seorang guru Agama harus bisa
    menanamkan keyakinan bahwa apa-apa yang ia sampaikan bukan demi kepentingan sekolah (kurikulum) atau kepentingan guru Agama melainkan demi kepentingan remaja itu sendiri. Karenanya pemahaman akan kondisi objektif kejiwaan remaja mutlak diperlukan oleh para guru Agama di sekolah. Seorang guru Agama harus senantiasa dekat dan akrab dengan permasalahan remaja yang menjadi peserta didiknya agar mampu menyelami sisi kejiwaan mereka. Dan materi pelajaran agamapun harus terkesan akrab dan kemunikatif, sehingga otomatis sistem pengajaran yang cenderung monolog (satu arah), indoktriner, terkesan sangar (karena hanya membicarakan halal haram) harus dihindari, untuk kemudian diganti dengan sistem pengajaran yang lebih menitik beratkan pada penghayatan dan kesadaran dari dalam diri. Hal ini mungkin saja dilakukan baik dengan mengajak peserta didik bersama-sama mengadakan ritual peribadatan (dalam rangka penghayatan makna ibadah) atau mengajak peserta didik terjun langsung ke dalam kehidupan masyarakat kecil sehingga mereka bisa mengamati langsung dan turut merasakan penderitaan yang dialami masyarakat marginal tersebut (sebagai upaya menanamkan rasa solidaritas sosial). Jadi intinya mereka tidak hanya mendengar atau mengetahui saja melainkan turut dilibatkan dalam permasalahan yang terdapat dalam materi pengajaran agama di sekolah.
    Namun diatas semua itu yang paling penting adalah keterpaduan unsur keluarga, lingkungan masyarakat, kebijakan pemerintah disamping sekolah dalam rangka turut menanamkan semangat beragama yang ideal (intrinsik) di
    kalangan para remaja. Karena tanpa kerjasama terkait antar usur-unsur tersebut mustahil akan tercipta generasi muda (remaja) yang berkualitas.

  • Pengeratian dan Perbedaan Dokumen dan Dokumentasi

    Dokumen dan Dokumentasi

    Pengertian Dokumen

    Kata dokumen, baik menurut bahasa Inggris, maupun bahasa Belanda tertulis dalam ejaan yang sama, yakni dokumen. Sedangkan menurut kamus umum Bahasa Indonesia, kata dokumen berarti : sesuatu yang tertulis atau yang tercetak yang dapat dipergunakan sebagai bukti atau keterangan, seperti akta kelahiran, surat nikah, surat perjanjian.

    Sebagai bahan perbandingan berikut ini dapat kita lihat pengertian dokumen dari beberapa buku sumber,

    1. Menurut KBBI
      Dokumen adalah sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat dipergunakan sebagai bukti atau keterangan.
    2. Ensiklopedi Administrasi
      Dokumen adalah warkat asli yang digunakan sebagai alat pembuktian atau sebagai alat untuk mendukung suatu keterangan.
    3. Ensiklopedi Umum
      Dokumen berarti surat, akte, piagam, surat resmi dan bahan rekaman, tertulis atau tercetak yang dapat memberi keterangan untuk penyelidikan ilmiah dalam arti yang luas, termasuk segala macam benda yang dapat memberikan keterangan mengenai suatu hal.
    4. Kamus Bahasa Inggris Webstern
      Dokumen adalah:
      a. Membuktikan dengan keterangan, melengkapi keterangan dengan fakta-fakta.
      b. Melengkapi keabsahan keterangan, seperti surat keterangan, pernyataan, lampiran-lampiran seperti untuk melengkapi sebuah buku atau tesis.

    Dapat disimpulkan bahwa dokumen adalah surat-surat atau benda-benda berharga termasuk rekaman yang dapat dijadikan sebagai alat bukti untuk mendukung keterangan supaya lebih meyakinkan.

    Pengertian Dokumentasi

    Dokumentasi sudah merupakan istilah internasional. Dalam bahasa Inggris disebut documentation. Dalam bahasa Belanda disebut documentatie dan dalam bahasa Latin disebut documentum yang berarti pencarian, penyelidikan, pengumpulan, penyusunan, pemakaian, dan penyediaan dokumen untuk mendapatkan keterangan-keterangan dan penerapan-penerapan dan bukti. Di Indonesia ketentuan-ketentuan mengenai dokumentasi telah diatur dalam perundang-undangan berupa Peraturan Presiden Nomor 20 tahun 1961.

    Sama halnya dengan pengertian dokumen, pengertian dokumentasi berbeda. Sebagai bahan perbandingan pengertian dokumentasi dapat pula kita lihat sebagai berikut :

    1. Kamus Administrasi Perkantoran
      Dokumentasi adalah suatu pekerjaan yang bertugas mencari, mengumpulkan, menyusun, menyelidiki, meneliti dan mengolah, serta memelihara dan menyiapkan sehingga menjadi dokumen yang dapat digunakan.
    2. NIDER (Niderlanse Institut Voor Documentatie en Regestra tuur)
      Dokumentasi adalah tugas memberikan keterangan-keterangan yang didasarkan pada bahan-bahan yang ada diperpustakaan dan pemberitahuan tentang literatur.
    3. FID (Federation Internationale de Documentation)
      Dokumentasi adalah pekerjaan mengumpulkan, menyusun dan menyebarluaskan dokumen dari segala macam jenis lapangan aktivitas manusia.
    4. Hasil seminar dokumentasi dan kearsipan
      Dokumentasi adalah suatu aktivitas bagi suatu badan yang melayani badan tadi dengan menyajikan hasil pengolahan bahan-bahan dokumen yang lebih bermanfaat bagi badan yang mengadakan dokumentasi.

    Jadi, dokumentasi adalah suatu pekerjaan yang bertugas mencari, mengumpulkan, menyusun, menyelidiki, meneliti, dan mengolah serta memelihara dan menyiapkan sehingga menjadi dokumen baru yang bermanfaat.

    Perbedaan Dokumen dan Dokumentasi

    1. Perbedaan kata dokumentasi dan dokumen
      Dokumentasi dan dokumen merupakan dua istilah yang berbeda. Istilah dokumentasi difokuskan pada pengelolaan/kegiatannya, sedangkan istilah kata dokumen difokuskan pada bendanya/informasinya.
      Dokumentasi adalah suatu pekerjaan yang bertugas mencari, mengumpulkan, menyusun, menyelidiki, meneliti, dan mengolah, memelihara, serta menyiapkan sehingga menjadi dokumen baru yang lebih bermanfaat. Sedangkan dokumen adalah surat-surat atau benda-benda berharga yang dijadikan sebagai alat bukti atau untuk mendukung keterangan supaya lebih meyakinkan.
    2. Perbedaan dokumentasi dan dokumen
      Untuk melihat lebih jelas perbedaan dokumentasi dan dokumen dapat dirumuskan sebagai berikut.

    D. JENIS-JENIS DOKUMEN
    Dokumen meliputi surat-surat, akte, SK pendirian bangunan, sertifikat tanah, surat kontrak, kuitansi, cek, laporan, rekaman, tulisan-tulisan, gambar situasi sebidang tanah, dan benda-benda berharga lainnya yang bertebaran diatas permukaan bumi sepanjang dapat dijadikan sebagai alat bukti atau pendukung suatu keterangan. Demikian banyak nya jenis dokumen, maka dokumen itu dapat ditinjau dari beberapa segi :
    a) Dokumen Ditinjau dari Pemakaiannya
    Berdasarkan segi pemakaiannya, dokumen dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
    Dokumen pribadi, dokumen pribadi merupakan surat-surat berharga yang dapat dipakai sebagai alat pembuktian peristiwa penting yang terjadi pada seseorang. Contoh: akta kelahiran, ijazah, piagam, KTP, SIM, surat nikah.
    2 2. Dokumen niaga, adalah surat-surat niaga yang dapat dipakai sebagai alat pembuktian peristiwa penting yang terjadi dalam transaksi jual beli dalam dunia perdagangan. Contoh: cek, obligasi, kuitansi, wesel, saham, faktur.
    Dokumen sejarah, adalah surat-surat berharga yang dapat dipakai sebagai alat pembuktian peristiwa penting yang terjadi pada masa lalu. Contoh: naskah proklamasi, naskah sumpah pemuda, fosil-fosil manusia purba, foto perjuangan, batu tulis.
    Dokumen pemerintah, adalah surat-surat berharga yang dapat dipakai sebagai alat pembuktian peristiwa penting yang terjadi dalam pemerintahan suatu negara. Contoh: UUD 1945, undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan presiden, keputusan menteri, peraturan daerah, naskah kerja sama antar negara.
    b) Dokumen Ditinjau dari Nilai Kegunaannya
    Ditinjau dari nilai kegunaanya, dokumen dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
    Nilai Penerangan, merupakan surat-surat berharga yang dapat digunakan sebagai alat pembuktian dalam memberikan informasi kepada masyarakat.
    Nilai perdagangan, merupakan surat-surat berharga yang dipakai sebagai alat pembuktian dalam transaksi jual beli dalam dunia perdagangan.
    Nilai yuridis, merupakan surat-surat berharga yang dapat digunakan sebagai alat pembuktian secara hukum dimuka pengadilan.

    1. Nilai historis, adalah surat-surat berharga yang dapat dijadikan alat pembuktian peristiwa penting peristiwa penting yang terjadi pada masa lalu.
      c) Dokumen Ditinjau dari Sumbernya
      Berdasarkan sumbernya dokumen dibedakan menjadi lima yaitu,
      Dokumen yang bersumber dari pemerintah, misalnya undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan, surat keterangan yang dikeluarkan pemerintah.
      Dokumen yang bersumber dari swasta yang memiliki kekuatan hukum, misalnya akta notaris, visum dokter.
      Dokumen yang bersumber dari kontrak-kontrak dagang, misalnya surat perjanjian, surat kontrak.
      Aktivasi lembaga persurat kabaran dan penerbitan, misalnya kliping, kaledoskop.
      Perseorangan, misalnya koleksi keramik Adam Malik.

    Dokumen ditinjau dari fungsinya
    Ditinjau dari fungsinya, dokumen dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
    Dokumen dinamis, adalah dokumen yang dapat dipakai secara langsung dalam proses penyelesaian pekerjaan kantor. Dokumen dinamis dapat dibedakan atas: Dokumen Aktif, Dokumen semi Aktif, Dokumen in Aktif.
    Dokumen statis, adalah dokumen yang tidak dipergunakan secara langsung dalam pekerjaan kantor.

    Dokumen ditinjau dari penelitian
    Ditinjau dari penelitian, dokuemn dibedakan menjadi tiga macam yakni:
    Dokumen primer, adalah dokumen yang berisi informasi penelitan langsung dari sumbernya. Contoh: Paten penelitian, laporan, disertasi, kertas kerja.
    Dokumen sekunder, merupakan dokumen yang berisi informasi mengenai literartur primer. Contoh: Bibliografi.
    Dokumen tertier, adalah dokumen yang berisikan informasi yang mengenai literatur sekunder. Contoh: buku teks, buku panduan liteartur, dan bibliografi.

  • Nilai Siri’ Na Pacce dalam Pandangan Falsafah Bugis Makassar

    Siri’ Na Pacce

    Dalam budaya Sulawesi Selatan (Bugis, Makassar, Mandar dan Tana Toraja) ada sebuah istilah atau semacam jargon yang mencerminkan identititas serta watak orang Sulawesi Selatan, yaitu Siri’ Na Pacce. Secara lafdzhiyah Siri’ berarti : Rasa Malu (harga diri), sedangkan Pacce atau dalam bahasa Bugis disebu Pesse yang berarti : Pedih/Pedas (Keras, Kokoh pendirian). Jadi Pacce berarti semacam kecerdasan emosional untuk turut merasakan kepedihan atau kesusahan individu lain dalam komunitas (solidaritas dan empati).

    Kata Siri’, dalam bahasa Makassar atau Bugis, bermakna “malu”. Sedangkan Pacce (Bugis: Pesse) dapat berarti “tidak tega” atau “kasihan” atau “iba”. Struktur Siri’ dalam Budaya Bugis atau Makassar mempunyai empat kategori, yaitu (1) Siri’ Ripakasiri’, (2) Siri’ Mappakasiri’siri’, (3) Siri’ Tappela’ Siri (Bugis: Teddeng Siri’), dan (4) Siri’ Mate Siri’.

    Kemudian, guna melengkapi keempat struktur Siri’ tersebut maka Pacce atau Pesse menduduki satu tempat, sehingga membentuk suatu budaya (karakter) yang dikenal dengan sebutan Siri’ Na Pacce.

    Budaya Siri’ Na Pacce merupakan salah satu falsafah budaya Masyarakat Bugis-Makassar yang harus dijunjung tinggi. Apabila siri’ na pacce tidak dimiliki seseorang, maka orang tersebut dapat melebihi tingkah laku binatang, sebab tidak memiliki rasa malu, harga diri, dan kepedulian sosial. Mereka juga hanya ingin menang sendiri dan memperturutkan hawa nafsunya. Istilah siri’ na pacce sebagai sistem nilai budaya sangat abstrak dan sulit untuk didefenisikan karena siri’ na pacce hanya bisa dirasakan oleh penganut budaya itu. Bagi masyarakat Bugis-Makassar, siri’ mengajarkan moralitas kesusilaan yang berupa anjuran, larangan, hak dan kewajiban yang mendominasi tindakan manusia untuk menjaga dan mempertahankan diri dan kehormatannya. Siri’ adalah rasa malu yang terurai dalam dimensi-dimensi harkat dan martabat manusia, siri’ adalah sesuatu yang ‘tabu’ bagi masyarakat Bugis-Makassar dalam berinteraksi dengan orang lain. Sedangkan, pacce mengajarkan rasa kesetiakawanan dan kepedulian sosial tanpa mementingkan diri sendiri dan golongan inil adalah salah satu konsep yang membuat suku Bugis-Makassar mampu bertahan dan disegani diperantauan, pacce merupakan sifat belas kasih dan perasaan menanggung beban dan penderitaan orang lain, kalau istilah dalam bahasa Indonesia “Ringan sama dijinjing berat sama dipikul”

    Layaknya sebuah tradisi, maka secara turun temurun konsep nilai ini senantiasa akan menjadi pegangan serta pedoman dalam kehidupan masyarakat Bugis Makassar. Bilamana pada suatu generasi penafsirannya meleset, maka akan berdampak ke generasi berikutnya. Jika terjadi disintegrasi terhadap penafsiran tentang nilai Siri’ ini, maka tentunya akan berdampak kepada kelanjutan eksistensi falsafah kepada generasi yang akan datang, inilah yang menjadi salah satu kekhawatiran banyak pihak termasuk penulis sendiri, sehingga harus diluruskan agar kedepannya nilai falsafah ini tetap bisa menjadi pedoman, pegangan serta ciri khas masyarakat Bugis-Makassar.

    Dasar falsafah hidup yang menjiwai dan menjadi pegangan masyarakat Bugis-Makassar untuk senantiasa hidup baik di negeri sendiri atau negeri orang lain adalah menjadi manusia yang perkasa dalam menjalani kehidupan. Setiap manusia keturunan Bugis-Makassar dituntut harus memiliki keberanian, pantang menyerah menghadapi tantangan ataupun ujian hidup. Itulah sebabnya maka setiap orang yang mengaku sebagai masyarakat Bugis-Makassar memiliki orientasi yang mampu menghadapi apapun.

    Hakekat prinsip tersebut bersumber pada leluhur masyarakat Bugis-Makassar yang tersimpul dengan “duai temmallaiseng, tellui temmasarang” (dua bagian yang tak terpisahkan dan tiga bagian yang tak terceraikan).

    Nilai siri’ dapat dipandang sebagai suatu konsep kultural yang memberikan implikasi terhadap segenap tingkah laku yang nyata. Tingkah laku itu dapat diamati sebagai pernyataan ataupun perwujudan kehidupan masyarakat Bugis-Makassar.

    Apabila kita mengamati pernyataan nilai siri’ ini atau lebih konkritnya mengamati kejadian-kejadiannya berupa tindakan, perbuatan atau tingkah laku yang katanya dimotivasi oleh siri’, maka akan timbul kesan bahwa nilai siri’ itu pada bagian terbesar unsurnya dibangun oleh perasaan sentimental atau sejenisnya. Kemudian penafsiran yang berpijak kepada melihat kejadian-kejadian yang timbul akibat penafsiran siri’, misalnya: malu-malu, aib, iri hati, kehormatan dan harga diri, dan kesusilaan. Cara pandang seperti ini jelas merupakan sebuah cara pandang yang kurang lengkap terutama apabila hendak mengamatinya dari sudut konfigurasi kebudayaan. Sebab hal tersebut merupakan sebuah nilai yang bukan hanya sebuah nilai kebudayaan akan tetapi juga merupakan sebuah nilai/falsafah hidup manusia.

    Kemudian, hakikat kebenaran dari falsafah inilah yang mulai surut dalam setiap tingkah laku maupun tindakan kolektif masyarakat Bugis-Makassar. Sebagai seorang masyarakat Sulawesi Selatan, penulis melihat, disintegrasi semacam ini sudah lama terjadi. Bagaimana rasa malu yang tidak ditempatkan pada tempat semestinya, mendahulukan rasa amarah ketimbang sikap rasional dalam memahami suatu permasalahan. Jika berkaca pada peristiwa-peristiwa yang terjadi di daerah ini, mulai dari demonstrasi yang selalu berakhir dengan kerusuhan, sampai kepada perilaku bermasyarakat yang mulai berujung kepada konflik. Distintegrasi seperti inilah yang kemudian berpotensi melahirkan ketidakstabilan dalam kehidupan sosial bermasyarakat di masa yang akan datang.

    Apabila kita ingin mendalami makna siri’ dengan segenap permasalahannya, antara lain dapat diketahui dari lontara’ La Toa. Dimana dalam lontara ini berisi pesan-pesan dan nasehat-nasehat yang merupakn kumpulan petuah untuk dijadikan sebagai suri tauladan. Kata La Toa sendiri sejatinya memiliki arti petuah-petuah, dimana juga memiliki hubungan yang erat dengan peranan siri’ dalam pola hidup atau adat istiadat masyarakat Bugis-Makassar. Misalnya dapat dilihat pada beberapa point dalam lontara’ tersebut: Siri’ sebagai harga diri ataupun kehormatan, Mapappakasiri’ artinya menodai kehormatannya, Ritaroang Siri’ yang artinya ditegakkan kehormatannya, Passampo Siri’ yang artinya penutup malu, Siri’ sebagai perwujudan sikap tegas demi sebuah kehormatan hidup.

    Kata siri’ dapat juga diartikan sebagai pernyataan sikap yang tidak serakah dan sebuah prinsip hidup masyarakat Bugis-Makassar. Ungkapan-ungkapan seperti : siri’ na ranreng (siri’ dipertaruhkan demi kehormatan), palaloi siri’nu (tegakkan siri’mu), tau de’ siri’na (orang tak memiliki malu tak memiliki harga diri) merupakan semboyan-semboyan falsafah hidup masyarakat Bugis-Makassar.

    Dari aspek ontologi (wujud) budaya siri’ na pacce mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan pandangan islam dalam kerangka spiritualitas, dimana kekuatan jiwa dapat teraktualkan melalui penaklukan jiwa atas tubuh. Inti budaya siri’ na pacce mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat Bugis-Makassar, karena siri’ na pacce merupakan jati diri dari orang-orang Bugis-Makassar. Dengan adanya falsafah dan ideologi siri’ na pacce maka keterikatan antar sesama dan kesetiakawanan menjadi lebih kuat, baik dengan sesama suku maupun dengan suku yang lain. Konsep siri’ na pacce bukan hanya dianut oleh kedua suku ini (Bugis dan Makassar), tetapi juga dianut oleh suku-suku lain yang mendiami daratan Sulawesi seperti, suku Mandar dan Tator, hanya kosakata dan penyebutannya saja yang berbeda, tetapi falsafah ideologinya memilikii kesamaan dalam berinteraksi dengan sesama.
    Ungkapan sikap masyarakat Bugis-Makassar yang termanifestasikan lewat kata-kata taro ada’ taro gau (satu kata satu perbuatan), merupakan tekad atau cita-cita dan janji yang telah diucapkan pastilah dipenuhi dan dibuktikan dalam perbuatan nyata. Hal tersebut juga sejalan dengan prinsip-prinsip abattireng ripolipukku (asal usul leluhur senantiasa di junjung tinggi, semuanya ku abadikan demi keagungan leluhurku).
    Berdasarkan jenisnya siri’ terbagi yaitu:

    Siri’ Nipakasiri’
    Adalah Siri’ yang berhubungan dengan harga diri pribadi, serta harga diri atau harkat dan martabat keluarga. Siri’ jenis ini adalah sesuatu yang tabu dan pantang untuk dilanggar karena taruhannya adalah nyawa.

  • Pro dan Kontra Sex Education

    Bedakan Antara Hubungan Badan dengan Sex Education

    Sebelum membahas Sex Education atau pendidikan seks, kita tengok sebentar apa hakikat dari pendidikan itu sendiri. Pendidikan merupakan kunci untuk kemajuan dan perkembangan yang berkualitas, sebab dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua potensi dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Dalam rangka mewujudkan potensi diri menjadi multipel kompetensi harus melewati proses pendidikan yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran.
    Agar terwujud sebuah pendidikan yang bermutu dan efisien, maka perlu disusun dan dilaksanakan program-program pendidikan yang mampu membelajarkan siswa secara berkelanjutan. Dengan mutu pendidikan yang optimal, diharapkan akan menghasilkan keunggulan sumber daya manusia yang dapat menguasai pengetahuan, keterampilan dan keahlian sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang secara pesat. Hal tersebut menunjukkan bahwa keunggulan sumber daya manusia dapat dibentuk melalui pendidikan secara bertahap dan berkelanjutan.

    Akhir-akhir ini seperti yang diberitakan melalui berbagai media, tindak kriminal dan tingkat kekerasan seksual meningkat dan diperparah dengan pelaku-pelaku tersebut masih remaja bahkan ada yang masih di bawah umur. Hal ini memicu berbagai pertanyaan tentang peranan lembaga pendidik yang nampaknya kurang berhasil membentuk sikap sehat mental bagi semua peserta didiknya melalui mata pelajaran yang ada saat ini. Oleh sebab itu maka muncul pemikiran tentang perlunya penambahan pendidikan sex dalam kurikulum di negeri tercinta ini. Seperti halnya masalah lain, maka pemikiran ini juga ada beberapa yang menentang. Mereka yang menentang menganggap bahwa pendidikan sex itu tabu dan hanya akan membuat peserta didik leluasa melakukan hubungan di luar nikah.

    Alasan-alasan seperti itu adalah keliru dan salah besar. Pendidikan sex bukan mengajarkan anak untuk melakukan hubungan badan, tetapi lebih menyangkut pemahaman peran anak sebagai laki-laki dan perempuan. Pemahaman peran tersebut berguna agar anak dapat menghargai perbedaan jenis kelamin disekitarnya. Bentuk menghargai itu misalnya sebagai seorang anak laki-laki harus melindungi anak perempuan atau bahkan dalam kebersihan kelas pekerjaan berat seperti mengangkat kursi dikerjakan laki-laki dan menyapu dikerjakan perempuan.

    Materi dalam pendidikan sex bisa disesuaikan dengan kebutuhan yang ada di sekolah tersebut, materi itu nantinya dikemas dalam mata pelajaran-mata pelajaran yang ada. Kepiawaian guru dalam mengemas materi menjadi modal bagaimana membentuk sikap positif dan karakter yang sehat baik secara mental maupun jasmani pada peserta didik. Jika anak sudah mendapat wawasan secara terbuka dan benar maka anak akan paham dan menghindari dampak-dampak negatifnya. Tetapi apabila hanya sedikit yang merekatau, maka anak akan penasaran dan mencari-cari sendiri melalui internet atau media lain. Proses mencari informasi sendiri itulah yang perlu diwaspadai, tanpa adanya pengawasan akan berdampak yang tidak baik bagi anak.

    Aspek-aspek yang disampaikan dalam pendidikan sex tergantung dari kebutuhan sekolah tersebut karena ini menyangkut penanaman sikap sehat mental dan jasmani pada peserta didik. Aspek tersebut misalnya

    1. pemahaman tentang dunia remaja dan pengaruh negatif/positif dalam pergaulan
    2. perbedaan fisik dan psikis antara laki-laki dan perempuan
    3. perlunya menjaga kesehatan diri terutama organ reproduksi
    4. perlunya memahami perkembangan remaja dan perubahan yang terjadi
    5. perlunya pencapaian tugas-tugas perkembangan remaja
    6. penyaluran tenaga remaja yang berlebih dalam hal yang positif misalnya kompetisi olahraga atau ekstrakurikuler.
  • Pengeritian Istilah Dalam Ilmu Astronomi

    Mungkin tanya jawab ini berguna bagi anda sebagai pelaut yang lagi mencari info untuk persiapkan diri menghadapi ujian di tempat sekolah pelayaran anda dididik untuk jadi calon calon pelaut handal. Salam kenal semoga membantu dan tolong di like di facebook dan tingalkan komentar untuk referensi saya atas kekurangan blog ini supaya kedepan lebih baik.

    ASTRONOMI ADALAH –
    Adalah ilmu yg mmpelajri penentuan posisi kapal dengan bantuan pengukuran benda angkasa,biasanya digunakan saat penyeberangan / Pelayaran samudra.

    ZENIT ADALAH
    suatu titik pada bulatan angkasa yang segaris lurus di atas kepala si pengamat (penilik).

    NADIR ADALAH
    suatu titik pada bulatan angkasa yang segaris lurus di bawah kaki si pengamat (penilik).

    AZIMUT BENDA ANGKASA (AZIMUTH OF BODY) ADALAH
    busur cakrawala, dihitung dari titik utara atau selatan sesuai lintang penilik, kearah barat atau timur sampai ke lingkaran tegak yang melalui benda angkasa, diukur dari 0° sampai 360°.

    SUDUT AZIMUT BENDA ANGKASA (AZIMUTH ANGLE) ADALAH
    sebagian busur cakrawala, dihitung dari titik utara atau selatan sesuai lintang penilik, kearah barat atau timur sampai ke lingkaran tegak yang melalui benda angkasa, diukur dari 0° sampai 180°.

    TITIK ARIES (^) ADALAH
    sebuah titik tetap di khatulistiwa angkasa dimana matahari berada pada tanggal 21 Maret.

    SUDUT JAM BARAT BENDA ANGKASA (SIDERAL HOUR ANGLE) ADALAH
    sebagian busur khatulistiwa angkasa diukur dari titik Aries ke arah barat sampai meridian yang melalui benda angkasa, dihitung dari 0° sampai 360°.

    SUDUT JAM BARAT SETEMPAT (LOCAL HOUR ANGLE) ADALAH
    sebagian busur khatulistiwa angkasa diukur dari meridian angkasa penilik ke arah barat sampai meridian yang melalui benda angkasa, dihitung dari 0° sampai 360°.

    SUDUT JAM BARAT GREENWICH (GREENWICH HOUR ANGLE) ADALAH
    sebagian busur khatulistiwa angkasa diukur dari meridian angkasa Greenwich ke arah barat sampai meridian yang melalui benda angkasa, dihitung dari 0° sampai 360°.

    HORIZON (GARIS CAKRAWALA)
    merupakan garis melintang yang merupakan batas pandangan si pengamat antara langit dan bumi.
    Time diagrap

    WAKTU BINTANG (SIDEREAL TIME) ADALAH
    perhitungan waktu berdasarkan peredaran bumi terhadap bintang.
    Waktu Bintang= SUDUT JAM BARAT ^,
    dimulai pada saat titik Aries melewati derajah atas penilik.
    Waktu Bintang
    = Sudut Jam Barat ^ + Rambat lurus ^

    WAKTU MATAHARI (SOLAR TIME) ADALAH
    perhitungan waktu berdasarkan peredaran bumi terhadap matahari dihitung sejak matahari berada tepat di atas kepala sipengamat sampai dengan kembali lagi esok harinya.
    Waktu Matahari Sejati (Apparent Solar Time)
    = Sudut Jam Barat  Sejati ± 12 jam
    Waktu Matahari Menengah (Mean Solar Time)= Sudut Jam Barat  Menengah ± 12 jam

    TIME AND ARC
    SELISIH WAKTU DAN SELISIH BUJUR
    1 day = 24 hour = 360°
    60 minute = 1 hour = 15°
    4 minute = 1° = 60′
    60 second = 1 minute = 15′
    4 second = 1′ = 60″
    1 second = 15″ = 0.25′

    WAKTU KE DALAM BUJUR
    Jumlah Jam dikalikan 15 untuk memperoleh derajat bujur;
    Jumlah Menit dibagi 4 untuk memperoleh derajat bujur;
    Sisa dari langkah 2 dikalikan 15 untuk memperoleh menit bujur;
    Jumlah Detik dibagi 4 untuk memperoleh menit bujur;
    Sisa dari langkah 4 dikalikan 15 untuk memperoleh detik bujur;
    Jumlahkan total derajat, menit dan detik bujur.

    INTERNASIONAL DATE LINE
    Garis Batas Tanggal Internasional berada pada bujur 180°T/B dan mempunyai selisih waktu ± 12 jam terhadap GMT.
    Garis batas tanggal Nautik menggunakan tepat garis bujur 180°T/B. Setiap kapal/ pesawat yang berjalan dari:

    • Timur ke Barat maka mundur 1 hari
    • Barat ke Timur maka maju 1 hari
      Garis batas tanggal Sipil, arahnya dibelokkan jika melewati daratan.
      Misalnya: Siberia Timur sampai Laut Bering memakai tanggal Asia, Kepulauan Fiji memakai tanggal Australia, Kepulauan Aleut memakai tanggal USA, dst.

    CELESTIAL SPHERE ADALAH
    sebuah bulatan dimana planet bumi sebagai pusatnya, dengan radius tertentu dan semua benda-benda angkasa diproyeksikan padanya

    CELESTIAL EQUATOR ADALAH
    Khatulistiwa angkasa adalah sebuah lingkaran besar di angkasa yang tegak lurus terhadap poros kutub utara dan kutub selatan angkasa.
    Meridian angkasa (Celestial Meridian) adalah lingkaran tegak yang melalui titik utara (Pole North) dan titik selatan (Pole South) angkasa dan menghubungkan titik Nadir dan titik Zenith.

    NAVIGASI ASTRONOMI ADALAH
    Suatu sistem penentuan posisi kapal melalui observasi benda angkasa seperti matahari, bulan, bintang dan planet-planet dengan menggunakan bantuan instrumen navigasi yaitu sextant, chronometer dan compass serta perhitungan tabel-tabel dan Almanak Nautika.

    SISTEM OFKOORDINAT ADALAH
    benda-benda angkasa pada bulatan angkasa dapat ditentukan dengan 3 (tiga) tata koordinat, yaitu:
    Tata koordinat horison dengan argumen Azimuth dan tinggi benda angkasa.
    Tata koordinat khatulistiwa dengan argumen rambat lurus dan zawal benda angkasa.
    Tata koordinat ekliptika dengan argumen lintang astronomis dan bujur astronomis benda angkasa.

    LINGKARAN DEKLINASI BENDA ANGKASA (HOUR CIRCLE OF BODY) ADALAH
    sebuah lingkaran besar yang menghubungkan kutub utara dan kutub selatan angkasa melalui benda angkasa tersebut

  • Pengenalan Arah Mata Angin

    Saya mulai dengan arah mata angin dalam bidang ilmu pelayaran, yang umumnya juga sudah ada dimana-mana, di bangku SMP dulu juga sudah, meski tidak sedetil dalam teori ilmu pelayaran

    Dalam teori dasar Ilmu Pelayaran Datar (IPD) ada yang namanya arah mata angin yang merupakan lingkaran 360° (360 derajat) bumi dari utara ke utara lagi,yang terdiri dari empat inti utama yakni Utara,Timur,Selatan,Barat, dan di jabarkan lagi ke 16 arah yang masing-masing memiliki sudut sebesar 22,5° (22,5 derajat) sehingga menjadi seperti ini.

    arah mata angin utama

    U : Utara = 000° (nol derajat)
    UTL : Utara Timur Laut = 022.5° (22.5 derajat)
    TL : Timur Laut = 045° (45 derajat)
    TTL : Timur Timur Laut = 067.5° (67.5 derjat)

    T : Timur = 090° (90 derajat)
    TMG: Timur Menenggara = 112.5°
    T : Tenggara = 135°
    SMG: Selatan menenggara = 157.5°

    S : Selatan = 180°
    SBD : Selatan Barat Daya = 202°
    BD : Barat Daya = 225°
    BBD : Barat Barat Daya = 247.5°

    B : Barat = 270°
    BBL : Barat Barat Laut = 292.5°
    BL : Barat Laut = 315°
    UBL : Utara Barat Laut = 337.5°

    Dan kembali lagi ke utara sehingga menjadi 360 derajat.

    Dalam ke 16 (enam belas) arah mata angin diatas masih ada juga anak-anaknya hingga menjadi 32 arah, yang didalam ilmu pelayaran di sebut 32 surat, dimana satu tiap-tiap surat memiliki sudut sebesar 11,25° (sebelas koma duapuluh lima derajat).

    Penghitungan diatas menjadi patokan dasar dalam berlayar, apalagi berlayar koboy alias manual tanpa ada alat2 navigasi pelayaran seperti Global Positioning Sytem (GPS), Radar, dsb.

  • Energi Bunyi

    Energi dan Bunyi

    Bunyi adalah segala sesuatu yang dapat didengar. Contoh bunyi adalah percakapan orang, kicau burung, dan suara radio. Bunyi dapat didengar jika telinga kita sehat dan ada suara yang masuk ke telinga. Buktinya, kita tidak dapat mendengar jika telinga sakit atau telinga ditutup. Benda atau alat yang dapat menghasilkan bunyi disebut sumber bunyi.

    Perambatan Bunyi

    Bunyi dapat merambat melalu benda padat, zat cair, dan gas.
    a) Perambatan bunyi melalui benda padat
    Bunyi dapat merambat melalui benda padat. Perambatan bunyi melalui benda padat dapat kamu gunakan untuk membuat mainan. Misalnya membuat mainan telepon-teleponan.
    b) Perambatan bunyi melalui benda cair
    Selain merambat melalui benda padat, bunyi juga dapat merambat melalui benda cair. Ketika dua batu diadu di dalam air, bunyi yang ditimbulkan dapat kita dengar. Hal itu menunjukkan bahwa bunyi dapat merambat melalui zat cair. Sifat bunyi yang dapat merambat melalui zat cair dimanfaatkan oleh tim SAR untuk mencari dan menolong kecelakaan yang terjadi di tengah lautan. Adanya sifat itu, komunikasi antara orang yang ada di atas kapal dan penyelam dapat dilakukan sehingga pencarian korban dapat berjalan lancar.
    c) Perambatan bunyi melalui gas
    Udara merupakan benda gas. Kita dapat mendengar suara orang berbicara dan burung berkicau karena getaran suara itu masuk ke telinga kita. Hal itu menunjukkan bahwa suara dapat merambat melalui udara. Demikian juga halnya pada guntur. Pada saat hari mendung, kita sering mendengar guntur. Guntur dapat kita dengar karena getaran suaranya masuk ke telinga kita setelah merambat melalui udara.
    Bunyi tidak dapat merambat di ruang hampa. Hal ini dapat ditunjukkan dengan sebuah bel listrik yang diletakkan di dalam wadah yang hampa udara. Jika disembunyikan, bunyi bel dapat kita dengar. Namun, jika udara dalam wadah yang udaranya dikeluarkan, bunyi bel tidak terdengar walaupun bel itu digetarkan terus menerus.
    Telah diketahui bahwa bunyi dapat merambat melalui zat padat, zat cair, dan gas. Bunyi juga memerlukan waktu tertentu untuk menempuh suatu jarak. Namun, cepat lambat bunyi akan berubah apabila melalui medium yang berbeda. Makin rapat atau padat medium perantara, cepat rambat bunyi makin besar. Dengan kata lain, cepat rambat bunyi tergantung pada jenis medium yang dilaluinya.

    1. Bunyi dan Peredam Bunyi
      Di sekitar kita ada banyak benda yang dapat menghasilkan bunyi. Contoh benda itu adalah berbagai macam alat musik. Selain itu, ada benda yang merdam bunyi. Untuk memahami kedua jenis benda itu, pada bagian ini kita akan mencoba membuat benda yang menghasilkan bunyi dan yang meredam bunyi.
      a) Benda yang menghasilkan bunyi
      Contoh benda yang menghasilkan bunyi adalah terompet dan seruling. Trompet dan seruling termasuk alat musik tiup. Kedua alat musik itu akan menghasilkan suara pada saat udara di dalamnya bergetar. Akibatnya, tinggi rendahnya nada ditentukan oleh jumlah udara yang masuk.
      b) Peredam bunyi
      Peredam bunyi merupakan benda yang dapat menyerap bunyi. Dengan demikian, bunyi yang telah melewati peredam bunyi menjadi tidak terdengar. Jika dipasang di tembok ruang pertemuan, peredam bunyi menyebabkan pembicaraan di ruangan itu tidak dapat didengar dari luar. Sebaliknya, suara yang datang dari luar juga tidak dapat masuk ke ruangan itu. Itulah sebabnya peredam bunyi banyak dipasang pada dinding dan langit-langit gedung pertemuan, gedung bioskop dan ruang rekaman.
  • Asas-Asas Kemungkinan Pendidikan

    Manusia itu perlu dididik. Implikasinya adalah bahwa setiap orang harus melaksanakan pendidikan dan mendidik diri. Masalahnya apakah manusia mungkin atau dapat dididik? Atas dasar studi fenomenologis yang menyatakan bahwa manusia itu sebagai animal educandum, dan ia memang adalah animal educabile (M.J. Langeveld, 1980). Ada lima asas antropologis yang mendasari kesimpulan bahwa manusia mungkin atau bisa dididik, yang pertama: potensialitas, yang kedua: dinamika, yang ketiga: individualitas, yang keempat: sosialitas, dan yang kelima: moralitas.

    Asas Potensialitas

    Sebelumnya sudah dibahas berbagai potensi yang ada pada manusia yang memungkinkan mereka akan menjadi manusia, tetapi untuk menjadi manusia diperlukan suatu sebab yaitu pendidikan. Contohnya dalam aspek kesusilaan, manusia diharapkan mampu berperilaku sesuai dengan norma-norma moral dan nilai-nilai moral yang diakui di masyarakat. Ini merupakan salah satu tujuan dari pendidikan atau sosok manusia ideal berkenaan dengan dimensi moralitas.

    Apakah kemudian manusia dapat atau mungkin dididik untuk mencapai tujuan tersebut? Jawabannya adalah dapat atau mungkin. Karen manusia mempunyai segala potensi untuk berbuat baik. Demikian juga dengan potensi-potensi lainnya. Berdasarkan pada hal itu maka dapat disimpulkan bahwa manusia akan dapat dididik karena ia mempunyai potensi untuk dapat menjadi manusia.

    Asas Dinamika

    Manusia selalu aktif baik dalam aspek fisiologi ataupun spiritualnya. Ia selalu menginginkan dan mengejar segala hal yang lebih dari apa yang telah ada atau yang telah dicapai olehnya. Ia selalu berupaya untuk mengaktualisasikan diri agar menjadi ideal, baik dalam tujuan interaksi atau komunikasinya secara horizontal manusia ke manusia ataupun vertikal atau transendental, manusia ke Tuhan.

    Jika dilihat dari sudut pandang pendidik, pendidikan dilaksanakan bertujuan membantu manusia atau peserta didik supaya menjadi manusia yang ideal. Sementara di pihak lain manusia itu sendiri atau peserta didik memiliki dinamika untuk menjadi manusia yang ideal. Oleh karena itu dimensi dinamika mengimplikasikan bahwa manusia akan bisa dididik.

    Asas Individualitas

    Individu di antaranya mempunyai kedirisendirian atau subjektivitas. Ia berbeda dari yang lainnya dan mempunyai keinginan untuk menjadi seseorang sesuai keinginan dirinya sendiri. Sekalipun ia bergaul dengan sesama tetapi ia tetap adalah dirinya sendiri. Sebagai Individu ia tidak pasif melainkan bebas dan aktif untuk mewujudkan dirinya sendiri.

    Pendidikan dilakukan dengan tujuan untuk membantu manusia dalam rangka mengaktualisasikan atau mewujudkan dirinya. Pendidikan bukan hanya sekedar untuk membentuk manusia sesuai kehendak pendidik dengan mengabaikan dimensi individualitas manusia atau peserta didik. Sedangkan di sisi lain manusia sesuai dengan individualitasnya berupaya untuk dapat mewujudkan dirinya. Oleh karena itu asas individualitas manusia menandakan bahwa manusia akan dapat dididik.

    Asas Sosialitas

    Sebagai makhluk sosial manusia hidup bersama dengan sesamanya. Ia butuh bergaul dengan orang lain. Dalam kehidupan bersama dengan sesama ini maka akan terjadi hubungan yang mempengaruhi timbal balik. Setiap individu akan menerima pengaruh dari individu lainnya. Kenyataan ini memberikan kemungkinan bagi manusia untuk bisa dididik. Karena upaya bantuan atau pengaruh pendidikan tersebut disampaikan justru melalui interaksi atau komunikasi dengan sesama individu.

    Asas Moralitas

    Manusia mempunyai kemampuan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik, dan pada dasarnya ia berpotensi untuk berperilaku baik atas dasar kebebasan dan tanggung jawabnya atau disbeut sebagai aspek moralitas. Pendidikan pada hakikatnya bersifat normatif yang artinya dilaksanakan berdasarkan sistem nilai dan norma tertentu serta diarahkan untuk dapat mewujudkan manusia yang ideal, yaitu manusia yang diharapkan sesuai dengan sistem nilai dan norma tertentu yang bersumber dari agama maupun budaya yang diakui di masyarakat.

    Pendidikan itu bersifat normatif dan manusia memiliki dimensi moralitas karena itu aspek moralitas memungkinkan manusia untuk bisa dididik. Atas dasar berbagai asas yang disebutkan di atas, pendidikan mutlak harus dilaksanakan. Jika berbagai asumsi tersebut diingkari maka kita akan sampai pada kesimpulan bahwa manusia tidak perlu dididik, dan tidak akan dapat dididik karena itu kita tak perlu melaksanakan pendidikan.

    Rangkuman

    Setelah kelahiran manusia tidak bisa dengan sendirinya mampu menjadi manusia. Perlu dididik dan mendidik diri aga bisa menjadi manusia. Sehubungan dengan hal ini M.J. Langeveld menyebutkan manusia sebagai Animal Educandum. Terdapat tiga asas antropologis yang menyimpulkan bahwa manusia perlu dididik dan mendidik diri;

    1. Manusia adalah makhluk yang belum selesai menjadi manusia,
    2. Tugas dan tujuan manusia adalah menjadi manusia, dan
    3. \Bahwa perkembangan manusia bersifat terbuka.

    Dalam pernyataan bahwa manusia perlu dididik dan mendidik diri tersirat makna yaitu manusia dapat dididik. Animal Educabile begitu M.J. Langeveld menyebutnya. Terdapat lima asas antropologis yang mendefiniskan kemungkinan manusia untuk bisa dididik, yaitu; potensialitas, dinamika, individualitas, sosialitas, dan moralitas.

    Well, demikianlah artikel mengenai Asas-asas Kemungkinan Pendidikan. Dengan mendalami hubungan sebab-akibat hakikat manusia dengan pendidikan, kita jadi mengetahui dua permasalahan yakni mengapa manusia harus dididik dan mengapa manusia dapat atau mungkin dididik

  • Manusia Sebagai Makhluk Beragama

    Assalamualaikum kerabat. Manusia Sebagai Makhluk Beragama mempunyai aspek keberagaman yang merupakan salah satu karakteristik esesnsial eksistensi manusia yang terungkap dalam bentuk pengakuan atau keyakinan akan kebenaran suatu agama yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku. Hal ini terdapat pada manusia mana pun, baik dalam rentang waktu (dulu – sekarang – akan datang) maupun dalam rentang geografis di mana manusia berada.

    Keberagaman menggambarkan adanya pelaksanaan serta pengakuan yang nyata terhadap sebuah agama. Sedangkan agama ialah suatu sistem credo (tata keimanan atau keyakinan) atas adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia. Sebuah sistem ritus (tata peribadatan) manusia yang dianggap mutlak itu dan satu sistem norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan alam lainnya yang sesuai dan sejalan dengan tata peribadatan dan tata keimanan yang dimaksud di atas.

    Seperti yang telah dibahas pada artikel sebelumnya, manusia memiliki potensi untuk mampu beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Di lain pihak, Tuhan pun telah menurunkan wahyu melalui utusan-utusan-Nya, dan telah menggelar tanda-tanda di alam semesta untuk dipikirkan oleh manusia agar (sehingga) manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhannya.

    Manusia hidup beragama karena agama menyangkut tentang .masalah-masalah yang bersifat mutlak. Oleh karena itu pelaksanaan keberagamaan akan terlihat dalam kehidupan sesuai dengan agama yang dianut oleh masing-masing individu. Hal ini baik berkenaan dengan sistem keyakinannya, sistem peribadatan maupun yang berkenaan dengan pelaksanaan tata kaidah yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, hubungan manusia dengan manusia serta hubungan manusia dengan alam.

    Dalam keberagamaan ini manusia akan merasakan hidupnya akan menjadi lebih bermakna. Ia memperoleh kejelasan tentang dasar hidupnya, tata cara hidup dalam berbagai aspek kehidupannya, dan menjadi jelas pula apa yang menjadi tujuan hidupnya. Demikianlah artikel tentang Manusia sebagai Makhluk Beragama, tanpa agama hidup manusia akan terasa hampa. Tanpa agama hidup manusia akan buta tanpa arah tujuan. Maka penting bagi manusia memegang teguh kepercayaan terhadap agama yang dianutnya agar hidupnya tak menyimpang dari nilai-nilai moral yang berlaku.

  • Perkembangan Manusia Bersifat Terbuka

    Manusia Sebagai Mahluk Bersifat Terbuka

    Manusia dilahirkan ke dunia dengan mengemban suatu keharusan untuk menjadi manusia, ia diciptakan dalam susunan yang terbaik, dan dibekali berbagai potensi untuk dapat menjadi manusia. Namun demikian, dalam kenyataan hidupnya, perkembangan manusia bersifat terbuka atau mengandung berbagai kemungkinan. Manusia mungkin berkembang sesuai kodrat dan martabat kemanusiaannya atau mampu menjadi manusia, sebaliknya mungkin pula ia berkembang ke arah yang kurang sesuai atau bahkan tidak sesuai dengan kodat dan martabat kemanusiaannya.

    Gehlen seorang pemikir Jerman mengemukakan hasil studi perbandingannya tentang perkembangan struktur dan fungsi tubuh manusia dengan binatang. Ia sampai pada kesimpulan yang sama dengan teori Retardasi dan Bolk, yaitu bahwa “pada saat kelahirannya taraf perkembangan manusia tidak lebih maju dari hewan, tetapi kurang maju daripada hewan yang paling dekat dengan manusia (primata) sekali pun. Manusia lahir prematur dan tidak mengenal spesialisasi seperti hewan. Ia adalah makhluk yang ditandai kekurangan” (C.A. van Peursen, 1982).

    Kesimpulan Gehlen didukung oleh pernyataan Nietzsche yang menyebut, manusia sebagai das nicht festgestellte Tier, artinya sebagai hewan yang belum ditetapkan. Pada hewan terdapat adaptasi dan koordinasi yang langsung, sedangkan pada manusia terdapat kekosongan. Apa yang bagi hewan merupakan spesialisasi, bagi manusia merupakan kemungkinan yang terbuka (C.A. van Peursen, 1982).

    Pernyataan di atas barangkali dapat kita pahami dengan contoh sebagai berikut: kerbau lahir sebagai anak kerbau, selanjutnya ia hidup sesuai kodrat dan martabat kekerbauannya (menjadi kerbau). Sebaliknya, manusia, ia lahir sebagai anak manusia, tetapi dalam kelanjutan hidupnya menjadi manusia adalah suatu kemungkinan, mungkin ia menjadi manusia, mungkin juga ia kuranng atau bahkan tidak menjadi manusia.

    Jika dibandingkan dengan hewan, manusia sepertinya dilahirkan terlalu dini. Sebelum ia disiapkan dengan spesialisasi tertentu dan sebelum ia mampu menolong dirinya sendiri, ia sudah dilahirkan. Akibatnya:

    1. Berbeda dengan hewan, kelanjutan hidup manusia menunjukan keragaman. Ragam dalam hal kesehatannya, dalam dimensi kehidupan individualitasnya, sosialitasnya, keberbudayaannya, kesusilaanya, keberagamaannya.
    2. Oleh karena saat dilahirkan manusia belum mempunyai spesialisasi tertentu maka spesialisasinya itu harus diperoleh setelah ia lahir dalam perkembangan menuju kedewasaannya.

    Anne Rollet menyatakan bahwa sampai tahun 1976 para etnolog telah mencatat kira-kira sekitar 60 anak-anak buas yang tersebar di seluruh dunia. Tidak diketahui bagaimana awalnya anak-anak tersebut hidup dan dipelihara oleh binatang. Ada yang hidup bersama atau dipelihara oleh serigala, kijang, kera. Anak-anak tersebut tidak berperilaku sebagaimana layaknya manusia.

    Tidak berpakaian, agresif untuk menyerang dan menggigit, tidak dapat tertawa, ada yang tidak dapat berjalan tegak, tidak berbahasa sebagaimana manusia (Intisari, No.160 Tahun ke XIII, November 1976). Salah satu kasus serupa dikemukakan M.I. soelaeman (1988), mengemukakan suatu peristiwa yang dikenal dengan peristiwa manusia serigala:

    Seorang pemburu menemukan di tengah-tengah hutan belantara dua orang anak sekitar 6 dan 7 tahun, ketika anak itu melihat pemburu, mereka lari…dengan kaki dan tangannya sembari mengeluarkan suara seperti meraung-raung. Mereka masuk gua, mencari perlindungan pada seekor serigala. Tapi akhirnya kedua anak itu berhasil ditangkap dan kemdian di bawa ke kota dan dijadikan bahan studi para ahli. Setelah melalui kesukaran, kedua anak itu dapat dididik kembali seperti biasa.

    Dari peristiwa di atas kita dapat memahami bahwa kemampuan berjalan tegak di atas dua kaki, kemampuan berbicara dan kemampuan berperilaku yang lazim dilakukan manusia yang berkebudayaan, tidak dibawa manusia sejak kelahirannya. Demikian halnya dengan kesadaran akan tujuan hidupnya, kemampuan untuk hidup sesuai individualitas, sosalitasnya, tidak dibawa manusia sejak kelahirannya melainkan harus diperoleh manusia melalui belajar.

    Manusia mendapat kemampuan untuk hidup sesuai individualitas, sosalitasnya, dari bantuan berupa bantuan pengajaran, bimbingan, latihan, dan kegiatan lainnya yang dapat dirangkumkan dalam istilah pendidikan. Bila sejak lahir perkembangan dan pengembangan hidup manusia hanya diserahkan kepada dirinya masing-masing tanpa dididik oleh orang lain, kemungkinan ia hanya akan hidup berdasarkan dorongan dari instingnya saja.

    Sampai di sini dapat dipahami bahwa manusia belumlah selesai menjadi manusia, ia dibebani keharusan untuk menjadi manusia, tetapi ia tidak dengan sendirinya menjadi manusia, adapun untuk menjadi manusia ia memerlukan pendidikan atau harus dididik. Immanuel Kant mengatakan dalam teori pendidikannya “Man can become man trough education only” (Henderson, 1959).

    Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil studi M.J. Langeveld. Hingga sehubungan dengan kodrat manusia seperti dikemukakan di atas, Langeveld menyampaikan identitas kepada manusia dengan sebutan Animal Educandum.