Blog

  • Teori Model Atom

    1. Teori Atom John Dalton

    Pada tahun 1803, John Dalton mengemukakan mengemukakan pendapatnaya tentang atom. Teori atom Dalton didasarkan pada dua hukum, yaitu hukum kekekalan massa (hukum Lavoisier) dan hukum susunan tetap (hukum prouts). Lavosier mennyatakan bahwa “Massa total zat-zat sebelum reaksi akan selalu sama dengan massa total zat-zat hasil reaksi”. Sedangkan Prouts menyatakan bahwa “Perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu senyawa selalu tetap”. Dari kedua hukum tersebut Dalton mengemukakan pendapatnya tentang atom sebagai berikut:

    1. Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang sudah tidak dapat dibagi lagi
    2. Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil, suatu unsur memiliki atom-atom yang identik dan berbeda untuk unsur yang berbeda
    3. Atom-atom bergabung membentuk senyawa dengan perbandingan bilangan bulat dan sederhana. Misalnya air terdiri atom-atom hidrogen dan atom-atom oksigen
    4. Reaksi kimia merupakan pemisahan atau penggabungan atau penyusunan kembali dari atom-atom, sehingga atom tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan.

    Hipotesa Dalton digambarkan dengan model atom sebagai bola pejal seperti pada tolak peluru. Seperti gambar berikut ini:

    model atom dalton

    Kelemahan:

    Teori dalton tidak menerangkan hubungan antara larutan senyawa dan daya hantar arus listrik.

    2. Teori Atom J. J. Thomson

    Berdasarkan penemuan tabung katode yang lebih baik oleh William Crookers, maka J.J. Thomson meneliti lebih lanjut tentang sinar katode dan dapat dipastikan bahwa sinar katode merupakan partikel, sebab dapat memutar baling-baling yang diletakkan diantara katode dan anode. Dari hasil percobaan ini, Thomson menyatakan bahwa sinar katode merupakan partikel penyusun atom (partikel subatom) yang bermuatan negatif dan selanjutnya disebut elektron.

    Atom merupakan partikel yang bersifat netral, oleh karena elektron bermuatan negatif, maka harus ada partikel lain yang bermuatan positifuntuk menetrallkan muatan negatif elektron tersebut. Dari penemuannya tersebut, Thomson memperbaiki kelemahan dari teori atom dalton dan mengemukakan teori atomnya yang dikenal sebagai Teori Atom Thomson. Yang menyatakan bahwa:

    “Atom merupakan bola pejal yang bermuatan positif dan didalamya tersebar muatan negatif elektron”

    Model atomini dapat digambarkan sebagai jambu biji yang sudah dikelupas kulitnya. biji jambu menggambarkan elektron yang tersebar marata dalam bola daging jambu yang pejal, yang pada model atom Thomson dianalogikan sebagai bola positif yang pejal. Model atom Thomson dapat digambarkan sebagai berikut:

    atom thomson

    Kelemahan:

    Kelemahan model atom Thomson ini tidak dapat menjelaskan susunan muatan positif dan negatif dalam bola atom tersebut.

    3. Teori Atom Rutherford

    Rutherford bersama dua orang muridnya (Hans Geigerdan Erners Masreden) melakukan percobaan yang dikenal dengan hamburan sinar alfa (λ) terhadap lempeng tipis emas. Sebelumya telah ditemukan adanya partikel alfa, yaitu partikel yang bermuatan positif dan bergerak lurus, berdaya tembus besar sehingga dapat menembus lembaran tipis kertas. Percobaan tersebut sebenarnya bertujuan untuk menguji pendapat Thomson, yakni apakah atom itu betul-betul merupakan bola pejal yang positif yang bila dikenai partikel alfa akan dipantulkan atau dibelokkan. Dari pengamatan mereka, didapatkan fakta bahwa apabila partikel alfa ditembakkan pada lempeng emas yang sangat tipis, maka sebagian besar partikel alfa diteruskan (ada penyimpangan sudut kurang dari 1°), tetapi dari pengamatan Marsden diperoleh fakta bahwa satu diantara 20.000 partikel alfa akan membelok sudut 90° bahkan lebih.
    Berdasarkan gejala-gejala yang terjadi, diperoleh beberapa kesipulan beberapa berikut:

    1. Atom bukan merupakan bola pejal, karena hampir semua partikel alfa diteruskan
    2. Jika lempeng emas tersebut dianggap sebagai satu lapisanatom-atom emas, maka didalam atom emas terdapat partikel yang sangat kecil yang bermuatan positif.
    3. Partikel tersebut merupakan partikelyang menyusun suatu inti atom, berdasarkan fakta bahwa 1 dari 20.000 partikel alfa akan dibelokkan. Bila perbandingan 1:20.000 merupakan perbandingan diameter, maka didapatkan ukuran inti atom kira-kira 10.000 lebih kecil daripada ukuran atom keseluruhan.

    Berdasarkan fakta-fakta yang didapatkan dari percobaan tersebut, Rutherford mengusulkan model atom yang dikenal dengan Model Atom Rutherford yang menyatakan bahwa Atom terdiri dari inti atom yang sangat kecil dan bermuatan positif, dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif. Rutherford menduga bahwa didalam inti atom terdapat partikel netral yang berfungsi mengikat partikel-partikel positif agar tidak saling tolak menolak.

    Model atom Rutherford dapat digambarkan sebagai beriukut:

    atom rutherford

    Kelemahan:

    Tidak dapat menjelaskan mengapa elektron tidak jatuh ke dalam inti atom.

    4. Teori Atom Bohr

    ada tahun 1913, pakar fisika Denmark bernama Neils Bohr memperbaiki kegagalan atom Rutherford melalui percobaannya tentang spektrum atom hidrogen. Percobaannya ini berhasil memberikan gambaran keadaan elektron dalam menempati daerah disekitar inti atom. Penjelasan Bohr tentang atom hidrogen melibatkan gabungan antara teori klasik dari Rutherford dan teori kuantum dari Planck, diungkapkan dengan empat postulat, sebagai berikut:

    1. Hanya ada seperangkat orbit tertentu yang diperbolehkan bagi satu elektron dalam atom hidrogen. Orbit ini dikenal sebagai keadaan gerak stasioner (menetap) elektron dan merupakan lintasan melingkar disekeliling inti.
    2. Selama elektron berada dalam lintasan stasioner, energi elektron tetap sehingga tidak ada energi dalam bentuk radiasi yang dipancarkan maupun diserap.
    3. Elektron hanya dapat berpindah dari satu lintasan stasioner ke lintasan stasioner lain. Pada peralihan ini, sejumlah energi tertentu terlibat, besarnya sesuai dengan persamaan planck, ΔE = hv.
    4. Lintasan stasioner yang dibolehkan memilki besaran dengan sifat-sifat tertentu, terutama sifat yang disebut momentum sudut. Besarnya momentum sudut merupakan kelipatan dari h/2∏ atau nh/2∏, dengan n adalah bilangan bulat dan h tetapan planck.

    Menurut model atom bohr, elektron-elektron mengelilingi inti pada lintasan-lintasan tertentu yang disebut kulit elektron atau tingkat energi. Tingkat energi paling rendah adalah kulit elektron yang terletak paling dalam, semakin keluar semakin besar nomor kulitnya dan semakin tinggi tingkat energinya.

    atom Bohr

    Kelemahan:

    Model atom ini tidak bisa menjelaskan spektrum warna dari atom berelektron banyak.

    5. Teori Atom Modern

    Model atom mekanika kuantum dikembangkan oleh Erwin Schrodinger (1926).Sebelum Erwin Schrodinger, seorang ahli dari Jerman Werner Heisenberg mengembangkan teori mekanika kuantum yang dikenal dengan prinsip ketidakpastian yaitu “Tidak mungkin dapat ditentukan kedudukan dan momentum suatu benda secara seksama pada saat bersamaan, yang dapat ditentukan adalah kebolehjadian menemukan elektron pada jarak tertentu dari inti atom”.

    Daerah ruang di sekitar inti dengan kebolehjadian untuk mendapatkan elektron disebut orbital. Bentuk dan tingkat energi orbital dirumuskan oleh Erwin Schrodinger.Erwin Schrodinger memecahkan suatu persamaan untuk mendapatkan fungsi gelombang untuk menggambarkan batas kemungkinan ditemukannya elektron dalam tiga dimensi.

    atom modern

    Persamaan Schrodinger

    persamaan
    x,y dan z
    Y
    m
    ђ
    E
    V = Posisi dalam tiga dimensi
    = Fungsi gelombang
    = massa
    = h/2p dimana h = konstanta plank dan p = 3,14
    = Energi total
    = Energi potensial

    Model atom dengan orbital lintasan elektron ini disebut model atom modern atau model atom mekanika kuantum yang berlaku sampai saat ini, seperti terlihat pada gambar berikut ini.

    Awan elektron disekitar inti menunjukan tempat kebolehjadian elektron. Orbital menggambarkan tingkat energi elektron. Orbital-orbital dengan tingkat energi yang sama atau hampir sama akan membentuk sub kulit. Beberapa sub kulit bergabung membentuk kulit.Dengan demikian kulit terdiri dari beberapa sub kulit dan subkulit terdiri dari beberapa orbital. Walaupun posisi kulitnya sama tetapi posisi orbitalnya belum tentu sama.

    Ciri khas model atom mekanika gelombang

    1.
    Gerakan elektron memiliki sifat gelombang, sehingga lintasannya (orbitnya) tidak stasioner seperti model Bohr, tetapi mengikuti penyelesaian kuadrat fungsi gelombang yang disebut orbital (bentuk tiga dimensi darikebolehjadian paling besar ditemukannya elektron dengan keadaan tertentu dalam suatu atom)
    2.
    Bentuk dan ukuran orbital bergantung pada harga dari ketiga bilangan kuantumnya. (Elektron yang menempati orbital dinyatakan dalam bilangan kuantum tersebut)
    3.
    Posisi elektron sejauh 0,529 Amstrong dari inti H menurut Bohr bukannya sesuatu yang pasti, tetapi bolehjadi merupakan peluang terbesar ditemukannya elektron.

  • Laporan Praktikum Fisika Hukum Archimedes

    Laporan Praktikum Fisika Hukum Archimedes

    Berikut ini adalah contoh laporan praktikum Fisika Hukum Archimedes. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui keberalkuan hukum archimedes dan menghitung besar gaya apung yang didapatkan oleh sebuah benda yang tercelup ke dalam fluida.

    Praktikum Hukum Archimedes

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Setiap benda memiliki massa jenis yang unik. Hal ini bergantung dari ateri yang menyusu benda tersebut. Hal ini pertama kali disadari oleh Filsuf dan Juga Fisikawan zaman Yunani Archimedes (187-212 SM).

    Archimedes pertama kali mengamati Massa jenis benda ketika diberikan tugas oleh raja Heiron II untuk membuktikan dugaanya bahwa Mahkota yang ia dapatkan tidaklah terbuat dari emas murni. Archimedes kemudian mendapatkan metode penentuan emas murni secara tidak sengaja setelah ia berendam dalam bak air di sebuah permandian.

    Archimedes menemukan bahwa Air yang tertumpa dari kamar mandi tersebut sebanding dengan volume benda yang tercelup ke dalam bak mandi. Besar volume air yang dipindahkan ini adalah besar gaya apung yang dialami zat cair selama berada di dalam fluida.

    B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimanakah cara menghitung gaya apung dari zat cair?
    2. Bagaimana hubungan antara gaya apung dan berat massa zat cair yang dipindahkan?

    C. Tujuan

    • Untuk menyelidiki benda melayang di air
    • Untuk menghitung berat benda di air, di udara
    • Untuk menghitung gaya ke atas dengan hukum archimedes

    Bab II. Tinjauan Pustaka

    A. Hukum Archimedes

    Hukum Archimedes adalah hukum yang menyatakan bahwa sebuah benda yang dicelupkan sebagaian atau seluruhnya ke dalam sebuah fluida akan mengalami gaya apung. Besar gaya apung sebanding dengan berat dan zait cair yang pindahkan.

    Dengan demikian, Hukum Archimedes dapat diformulasikan sebagai berikut :

    F_A=W_f

    Dimana FA adalah Gaya apung dan WF adalah berat zat cair yang dipindahkan. Berdasarkan hukum Newton II, Berat benda tidak lain adalah :

    W_f=m_f.g 

    Dimana m = ρV.

    dengan demikian berat zait yang dipidanhkan dapat ditulis dengan persamaan

    W_f=ρ_fgV

    Persamaan berat zat cair ini mengandung dua nilai konstan yakni massa jenis fluida (ρf) dan konstanta percepatan garvitasi (g) pada lokasi pengukuran. Dengan demikian dapat disimpulkan jika berat zat cair yang dipindahkan sebanding dengan besar volume zat cair yang pindah.

    W_f ∝ V_f

    B. Implikasi Gaya Apung

    Implikasi dari hukum ini adalah gaya apung yang dapat dibuat lebih besar jika volume benda yang dicelupkan didesain dapat memindahkan air lebih banyak. Misalnya saja Besi yang memiliki massa jenis yang lebih besar dari air yang secara alami tenggelam. Jika bentuk besi dibuat sedemikian rupa sehingga, seperti kapal misalnya, sehingga volume air yang dipindahkan lebih banyak ketika tercelup. Gaya apung yang diterima besi akan lebih besar dibandingkan dengan ketika besi dicelupkan dalam bentuk bulat, kota atau padatan lainnya.

    Kapal Air adalah implementasi dari Hukum I Archimedes

    Jika besar gaya apung diberikan setara dengan berat besi (kapal) maka kapal dapat dibuat terapung di permukaan air. Hal ini sesuai dengan Hukum Newton I.

    \Sigma F=0
    W_B-F_A=0

    Dimana WB adalah berat benda dalam hal ini adalah kapal. Persamaan ini dapat dijabarkan sebagai berikut

    W_B=F_A
    m_b ρ_b(n.V_b)=m_f.ρ_f.V_f

    Ada dua hal yang menarik dari persamaan yakni VB atau volume benda yang tercelup sama dengan Vf. Dalam kondisi terapung tidak semua volume benda yang tercelum sehingga diberikan indeks n untuk menunjukkan besar volume benda yang tercelup, dimana nilai n adalah 0 sampai 1.

    Dengan demikian persamaan diatas dapat disusun ulan menjadi

    n. m_b ρ_b=m_f.ρ_f

    Bab III. Metode Praktikum

    A. Alat dan Bahan

    1. Alat :

    1. Neraca Pegas
    2. Gelas Ukur
    3. Beban 3 Buah
    4. Plastik bungkus
    5. Benang
    6. Air

    2. Langkah Percobaaan

    1. Menimbang berat benda yang berada di udara dengan Neraca pegas. Kita peroleh Wu
    2. Menyusun alat seperti gambar berikut :

    3.      Memasukkan benda 1 yang sudah digantung di neraca pegas ke dalam gelas kimia yang sudah ada airnya dengan keadaan melayang. Seperti gambar dibawah ini !

    4.      Melihat neraca pegas dan diperoleh Wa.

    5.      Air akan tumpah ke plastik.

    6.      Menimbang plastik yang berisi air tumpahan dengan neraca pegas. Didapatkan Wt seperti gambar dibawah ini !

    7.      Ulangi langkah dan lakukan pada benda 2 dan 3.

    8.      Mengurangi berat benda di udara dengan berat benda di air. Didapatkan Fa

    Bab IV. Hasil dan Pembahasan

    A. Hasil Percobaan

    PercobaanBendaBerat benda di udara Wu (N)Berat benda diair Wb (N)Berat Tumpahan Wt (N)Gaya ke atasFa=Wu-Wa (N)
    112,0 N1,1 N N0,9 N
    222,1 N1,3 N N0,8 N
    333,7 N2,4 N      N1,3 N

    B. Pembahasan

    Berdasarkan percobaan yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa :

    a.    Berat benda di udara berbeda dengan berat benda didalam fluida, ketika benda berada dalam fluida terasa lebih ringan dibandingkan ketika berada di udara.

    b.    Hubungan gaya keatas dengan berat zat cair yang dipindahkan yaitu gaya keatas yang diberikan oleh zat cair terhadap suatu benda sama besar dengan berat zat cair yang dipindahkan oleh benda, dalam hal ini gaya keatas sebanding dengan berat zat cair.

    3.5. Dokumentasi

    Dilampirkan

    Bab V. Penutup

    4.1.Saran

    –          Dalam melakukan percobaan ini sebaiknya harus berhati hati agar barang(alat) percobaan tidak rusak

    –          Harus teliti kalau menghitung

    –          Perhatikan juga arahan dari pembimbing praktikum

    –          Catatlah setiap hasil praktikum

    4.2.Penutup

    Semoga laporan ini dapat memenuhi tugas praktikum kami. Dan semoga dapat menjadi pembelajran dan dapat menambah ilmu bagi semuanya. Dan semoga ilmu yang kita dapat mendapatkan ridho dari Tuhan Yang Maha Esa.

    DAFTAR PUSTAKA

    –          http://kurniyantisamsi.blogspot.co.id/2015/08/laporan-praktikum-hukum-archimedes.html

    –          http://sanphysicsedc.blogspot.co.id/2015/06/laporan-prcobaan-archimedes.html

    –          http://mamanzhpoliven.blogspot.co.id/

    –          http://fisikazone.com/hukum-archimedes/

    –          http://doraemonagustien.blogspot.co.id/2014/03/laporan-hasil-praktek-fisika-hukum.html

    –          http://putriiandynii.blogspot.co.id/2014/01/laporan-praktikum-fisika-hukum.html

    –          http://fisikazone.com/hukum-archimedes-kelas-xi/

    –          http://wijanarkoputrarajeb1710.blogspot.com/

    –          http://www.google.com/

  • Karya Tulis Pembuatan Batu Bata

    Pembuatan Batu Bata

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang Masalah

    Batu bata merupakan salah satu komponen yang sangat penting pada suatu bangunan. Batu bata biasa digunakan sebagai komponen bahan utama dalam pembuatan dinding rumah atau gedung. Batu bata sering dipilih sebagai bahan alternatif utama penyusun bangunan karena harganya yang relative murah, mudah diperoleh, memiliki kekuatan yang cukup tinggi, tahan terhadap pengaruh cuaca dan tahan terhadap api. Pada umumnya pembuatan batu bata dengan cara dibakar pada suhu 800ºC sehingga tidak hancur bila terendam air, tetapi pembakarannya menggunakan sekam padi atau kayu bakar yang dapat menimbulkan polusi udara.

    Selain itu, kondisi cuaca yang kurang baik sangat mempengaruhi pembuatan batu bata dan produktifitasnya akan menurun. Bahan dasar batu bata biasanya dari tanah sawah yang subur atau tanah liat. Hal ini dapat merusak lingkungan karena pertambangan tanah liat secara berlebihan. Oleh karena itu, pemanfaatan abu sekam padi untuk bahan campuran pembuatan batu bata dapat mengurangi penambangan tanah liat yang berlebihan dan memberikan nilai jual bagi abu sekam padi, yang selama ini hanya menjadi bahan buangan. Walaupun kebutuhan bahan bangunan batu bata semakin meningkat, tetapi sampai saat ini pembuatannya masih manual karena jika kita menggunakan teknologi akan membutuhkan biasa yang cukup mahal.

    Hal ini melatarbelakangi penulis melakukan penelitian terhadap proses pembuatan batu bata di Desa Karang Sari Kecamatan Pagelaran.

    B. Rumusan Masalah

    1.     Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang, penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

    a.     Proses pembuatan batu bata

    b.     Fungsi dari batu bata

    2.     Perumusan Masalah

    Dari identifikasi masalah diatas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

    a.     Bagaimana proses pembuatan batu bata di Desa Karang Sari?

    b.     Apa fungsi dari batu bata di Desa Karang Sari?

    C.    Tujuan dan Kegunaan Penelitian

    Adapun tujuan dan kegunaan hasil penelitian adalah sebagai berikut :

    1.  Tujuan Penelitian

    a.    Untuk mengetahui fungsi dari batu bata.

    b.    Untuk mengetahui proses pembuatan batu bata.

    c.    Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti UAMBN dan UN di Madrasah Aliyah Negeri 1 Pringsewu.

    2.  Kegunaan Penelitian

    a.    Digunakan sebagai sumber informasi yang tertulis.

    b.    Untuk menambah wawasan penulis tentang proses pembuatan batu bata dan fungsinya.

    c.    Untuk menambah wawasan pengetahuan bagi pembaca.

    D.    Ruang Lingkup Penelitian

    Dalam penulisan penelitian ini, penulis melakukan penelitian dari masyarakat yang berada di Desa Karang Sari Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung pada hari Sabtu, 5 Agustus 2017.

    Dan dalam penulisan ini hanya menyinggung pembahasan tentang proses pembuatan batu bata dan fungsi dari batu bata.

    BAB II

    METODE PENGAMBILAN DATA

    A.    Lokasi dan Waktu Pengambilan Data

    Laporan ini dilakukan di Desa Karang Sari Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu pada tanggal 05 Agustus 2017 pada pukul 17.00. penelitian dilakukan dengan cara observasi yaitu pengumpulan data secara langsung di rumah BapaK Ansori.

    B.    Metode Pengumpulan Data

    Untuk memperoleh data-data dalam menyusun karya tulis ini penulis menggunakan beberapa metode penelitian yaitu :

    1.     Metode Observasi

    Observasi adalah peninjauan kembali (KKBI, 2002 : 794). Cermat dan langsung ke objek yang dituju dil lapangan atau lokasi penelitian.

    2.     Metode Interview

    Interview adalah percakapan langsung dengan sumber data untuk mendapatkan keterangan atau pendirian independen (KKBI, 2002 : 200)

    3.     Metode Kepustakaan

    Kepustakaan adalah kitab yang dipakai acuan untuk mencari tahu kata-kata yang belum penulis ketahui (KKBI, 2002 : 912). Dalam hal ini, penulis mencari informasi melalui sumber lain seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tata Bahasa Indonesia, dan internet untuk sumber acuan.

    4.     Metode Dokumentasi

    Dokumentasi adalah pengambilan data melalui dokumen tertulis maupun elektronik dari lembaga atau intuisi. Dokumentasi diperlukan untuk kelengkapan data yang lain.

    BAB III

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A.    Hasil Penelitian di Industri Batu Bata

    1.  Sejarah

    Home industri didirikan sejak 2009 oleh Bapak Ansori. Usaha ini berdiri karena inisiatif dari keluarga dan kerabat untuk memperoleh peruntungan yang sama seperti warga desa Karang Sari. Dengan luas tempat ± 40 x 20 meter, Bapak Ansori memulai usahanya.

    Awalnya Bapak Ansori membelir 6 rit tanah merah seharga Rp. 1.500.000,-. Dalam satu rit menghasilkan 6.000 batu bata karena dalam pembuatannya masih manual. Mulai dari pengelumatan tanah dengan air, pencetakan dan pembakarannya semua dilakukan secara manual. Sehingga hanya mampu menghasilkan 25.000 sampai 36.000 batu bata, diperlukan waktu tiga bulan. Dengan semakin meningkatnya permintaan konsumen, maka semakin meningkat pula produksi batu bata milik Bapak Ansori. Teknik pembuatan batu bata mulai ditingkatkan, seperti menggunakan mesin yaitu mesin molen untuk mengelumatkan tanah dengan ait. Dalam teknik pencetakan dan pembakaran masih manual. Karena apabila semua dikerjakan oleh tenaga mesin, akan mengeluarkan banyak biaya.

    Home industri ini menyerao tenaga kerja dari lingkungan sekitar untuk membantu dalam proses pencetakan dan pembakaran. Jadi tanah 6 rit yang sudah menjadi batu bata 25.000 sampai 46.000 siap dipasarkan dalam waktu sebulan.

    2.  Unsur – Unsur

    1.     Tahap Pembuatan Batu Bata

    ·           Tahap Penghalusan

    Tanah merah atau tanah liat yang telah dibersihkan dari kerikirl dan batu bata lainnya, kemudian ditambahkan air dan diinjak-injak. Setelah itu, dimasukkan kedalam mesin molen untuk mempercepat proses penghalusan.

    ·           Tahap Pencetakan

    Tanah merah yang sudah dihaluskan sehingga membentuk tanah liat, kemudian dimasukkan kedalam tempat pencetakan yang berukuran 21 cm, lebar 10 cm, dan tinggi 5 cm. Setelah dipadatkan dengan cara menekan menggunakan bambu. Selanjutnya keluarkan dari cetakan ke tempat yang telah disediakan.

    ·           Tahap Pengeringan

    Setelah dicetak, kemudian batu bata yang masih basah disusun memanjang dan melebar sesuai kapasitas tempat. Setelah disusun, batu bata tersebut diangin-anginkan untuk dikeringkan. Proses pengeringan waktunya 2-3 hari bila keadaan cuaca panas. Tapi jika cuaca hujan atau mendung, bisa memakan waktu lebih lama.

    Tujuan dikeringkan supaya daya ikatan bahan tanah kuat dan tidak mudah patah.

    ·           Tahap Pembakaran

    Pembakaran batu bata berlangsung ditempat seperti gubuk pembakaran dilakukan dengan cara menyusun batu bata yang diberi rongga agar proses pembakaran merata. Pembakaran menggunakan sekam padi, proses pembakaran berlangsung selama 5 hari 5 malam untuk membakar 25.000 bata.

    B.    Pembahasan

    1.     Fungsi Batu Bata

    Batu bata berasal dari tanah merah atau tanah liat yang dibentuk dengan cetakan berukuran tertentu kemudian dibakar. Yang tidak kalah penting dalam menjaga mutu dan dinding adalah spesi atau perekat antar batu bata. Campuran yang baik akan menyebabkan dinding awet dan bertahan terhadap resapan air dari tanah maupun hujan. Dinding yang menggunakan batu bata memiliki daya serap terhadap panas cukup baik sehingga terasa nyaman. Harganya yang relative murah dan banyak tersedia menjadi pilihan terbaik sampai saat ini untuk pembuatan bangunan.

    2.     Proses Pembuatan Batu Bata

    Alat dan bahan

    ·           Alat-alat yang digunakan

    1.     Cangkul

    2.     Cetakan

    3.     Bambu (60cm)

    4.     Gerobak

    ·           Bahan-bahan yang dibutuhkan yaitu :

    1.    Tanah merah atau tanah liat

    2.    Air

    3.    Abu sekam padi

    4.    Sekam padi

    ·           Langkah pembuatan batu bata

    1.    Campurkan tanah merah dengan air dan dinjak-injak.

    2.    Masukan kedalam mesin molen untuk mempercepat proses penghalusan

    3.    Kemudian cetak batu bata yang sudah dicampur dengan abu sekam padi menggunakan cetakan bata.

    4.    Jemur bata di bawah sinar matahari hingga kering dan mengeras.

    5.    Bakar batu bata menggunakan sekam padi selama lima hari lima malam.

    BAB IV

    PENUTUP

    A.    Simpulan

    Berdasarkan hasil pembahasan sebelumnya, penulis mengambil kesimpulan berikut :

    1.     Melalui proses pembuatan yang cukup rumit tersebut, terciptalah batu bata yang sering digunakan untuk pembuatan bangunan.

    2.     Permintaan konsumen yang semakin meningkat, membuat teknik pembuatan batu bata mulai ditingkatkan bahkan menyerap tenaga kerja dan lingklungan sekitar untuk mempercepat proses pembuatan batu bata.

    3.     Pemanfaatan sekam padi untuk campuran batu bata dapat mengurangi penambangan tanah yang berlebihan.

    4.     Batu bata yang harganya relative murah, kemudian didapat dan tahan lama menjadi pilihan terbaik untuk pembuatan bangunan.

    B.    Saran

    1.     Belilah batu bata yang berasal dari daerah yang memang sudah terkenal berkualitas tanahnya.

    2.     Sebelum membeli batu bata lebih baik dicek secara acak kualitas batu batanya.

    3.     Pengembangan tanah yang berlebihan dapat dicegah dengan konservasi tanah yaitu suatu upaya pemeliharaan dan pengembangan secara teratur terhadap tanah. Tujuannya untuk mengurangi kerusakan tanah dengan pelestarian tanah.

    DAFTAR PUSTAKA

    Yunizar, dkk. 2016. Pedoman Penulisan Laporan Akhir Siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Pringsewu. Pringsewu : MAN 1 Pringsewu

    http://jualbatubata123.blogspot.com/2013/asal-usul-dan-sejarah-batu-bata.html? M=1 (diakses tanggal 4 Agustus 2017)

    http://batamerahsukapura.wordpress.com/2015/03/batu-bata-merah.html? M=1 (diakses tanggal 8 Agustus 2017)

  • Laporan Praktikum Perkecambahan Pada Kacang Merah dan Jagung

    Praktikum Perkecambahan Pada Kacang Merah dan Jagung

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Kacang merah ini memiliki 2 tipe yaitu, Kacang Buncis (Phaseolus vulgaris L.) berasal dari Amerika, sedangkan kacang buncis tipe tegak (kidney bean) atau kacang jogo adalah tanaman asli lembah Tahuacan-Meksiko. Penyebarluasan tanaman buncis dari Amerika ke Eropa dilakukan sejak abad 16. Daerah pusat penyebaran dimulai di Inggris (1594), menyebar ke negara-negara Eropa, Afrika, sampai ke Indonesia.

    Pembudidayaan tanaman buncis di Indonesia telah meluas ke berbagai daerah. Tahun 1961-1967 luas areal penanaman buncis di Indonesia sekitar 3.200 hektar, tahun 1969-1970 seluas 20.000 hektar dan tahun 1991 mencapai 79.254 hektar dengan produksi 168.829 ton. Pada umumnya, kacang merah ditanam pada musim kemarau, karena pada musim penghujan tanaman akan londot. Hal ini di karenakan terlalu banyak air yang di serap. Pada musim kemarau pun penyiraman tanaman juga harus diperhatikan, misalnya penyiraman 2 hari sekali.

    Kacang merah memiliki kandungan gizi yang sangat baik, hal ini sangat menguntungkan bagi kesehatan tubuh manusia apalagi jika diolah secara baik dan benar. Kacang merah kering merupakan sumber protein nabati, karbohidrat kompleks, serat, vitamin B, folasin, tiamin, kalsium, fosfor, dan zat besi. Folasin adalah zat gizi esensial yang mampu mengurangi resiko kerusakan pada pembuluh darah.

    1.1.2        Jagung

    Saat ini jagung merupakan produk biji-bijian ketiga yang paling banyak diperdagangkan setelah gandum dan beras. Tanaman ini digunakan sebagai sumber makanan pokok, terutama di Amerika latin dan Afrika, namun karena harganya yang rendah dan digunakan di seluruh dunia jagung telah menjadi bahan baku yang paling penting untuk pakan ternak dan beberapa bahan industri. Jagung (Zea mays, keluarga L, Poaceae) dikenal sebagai tanaman yang serbaguna, tumbuh di segala macam kondisi tanah, ketinggian dan kesuburan, yang menjelaskan adaptasi menyeluruh dan berbagai varietas yang dimilikinya. Dalam tujuan pembudidayaannya, jagung dibudidayakan dalam bentuk jagung manis, jagung pipilan, bahkan jagung untuk sayur (baby corn).

    1.2            Rumusan Masalah

    1.                  Bagaimanakah proses perkecambahan pada kacang merah?

    2.                  Bagaimanakah proses perkecambahan pada jagung?

    1.3            Tujuan Praktikum

    1.                  Untuk mengetahui proses perkecambahan pada kacang merah

    2.                  Untuk mengetahui proses perkecambahan pada jagung

    BAB 2

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Landasan Teori

    2.1.1 Definisi Perkecambahan

    Ahli fisiologi tumbuhan  menetapkan perkecambahan sebagai kejadian yang dimulai dengan imbibisi dan diakhiri ketika radikula (akar lembaga atau pada beberapa biji, kotiledon/hipokotil) memanjang atau muncul melewati kulit biji (Bewley dan Black, 1982, 1984; Mayer, 1974 dalam Salisbury 1992).

    Untuk membedakan kedua keadaan yang berlainan itu, ahli fisiologi benih menggunakan dua istilah : Kuisen, yaitu kondisi biji saat tidak mampu berkecambah hanya karena kondisi luarnya tidak sesuai (misalnya, biji terlalu kering atau terlalu dingin); dan dormansi, yaitu kondisi biji gagal berkecambah karena kondisi dalam, walaupun kondisi luar (suhu, kelembaban dan atmosfer) sudah sesuai (Salisbury, 1992)

    Menurut Copeland (1976) dalam Abidin (1984) perkecambahan adalah “ the resumpition of active growth of a young plant from the seed “ yang berarti aktivitas pertumbuhan yang sangat singkat suatu embrio dalam perkembangan dari biji menjadi tanaman muda. Perkecambahan dan pemantapan adalah saat-saat genting dalam kehidupan tumbuhan, karena dalam tingkatan inilah selama siklus hidup setiap spesies maka jumlah terbesar individunya mati. Kedalaman suatu biji dibenamkan dalam tanah, baik secara sengaja ataupun secara tidak sengaja merupakan faktor yang sangat penting dalam perkecambahan. Biji yang terdapat di permukaan tanah tidak memiliki cukup persediaan air untuk melengkapi perkecambahannya. Kalau terlalu dalam maka biji urung berkecambah atau mungkin menghabiskan sama sekali persediaan makanan untuk menembus tanah dan mendapatkan cahaya.(Tjitrosomo, dkk, 1983).

    2.1.2 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan

    A. Faktor Dalam (Faktor Internal)

    Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain :

    –          Tingkat kemasakan benih

    Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum memiliki cadangan makanan yang cukup serta pembentukan embrio belum sempurna (Sutopo, 2002).

    Pada umumnya sewaktu kadar air biji menurun dengan cepat sekitar 20 persen, maka benih tersebut juga telah mencapai masak fisiologos atau masak fungsional dan pada saat itu benih mencapat berat kering maksimum, daya tumbuh maksimum (vigor) dan daya kecambah maksimum (viabilitas) atau dengan kata lain benih mempunyai mutu tertinggi (Kamil, 1979).

    –          Ukuran benih

    Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pada jenis yang sama. Cadangan makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan sebagai sumber energi bagi embrio pada saat perkecambahan (Sutopo, 2002). Berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen (Blackman, dalam Sutopo, 2002).

    –          Dormansi

    Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan atau juga dapat dikatakan dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat (viabel) namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai (Lambers 1992, Schmidt 2002).

    –          Hormon

    Tidak semua hormon tumbuhan (fitohormon) bersifat mendukung proses perkecambahan. Ada beberapa fitohormon yang menghambat proses perkecambahan.

    A. Faktor Luar

    Faktor luar utama yang mempengaruhi perkecambahan diantaranya:

    Air

    Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya, sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis benihnya, dan tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu (Sutopo,2002). Perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum terserap masuk ke dalam benih hingga 80 sampai 90 persen (Darjadi,1972) dan umumnya dibutuhkan kadar air benih sekitar 30 sampai 55 persen (Kamil, 1979).

    Suhu

    Suhu merupakan syarat penting kedua bagi perkecambahan biji. Tetapi ini tidak bersifat mutlak sama seperti kebutuhan terhadap air untuk perkecambahan, dimana biji membutuhkan suatu level “hydration minimum” yang bersifat khusus untuk perkecambahan.

    Oksigen

    Faktor oksigen berkaitan dengan proses respirasi. Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air dan energi panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan menghambat proses perkecambahan benih (Sutopo, 2002). Kebutuhan oksigen sebanding dengan laju respirasi dan dipengaruhi oleh suhu, mikro-organisme yang terdapat dalam benih (Kuswanto. 1996). Menurut Kamil (1979) umumnya benih akan berkecambah dalam udara yang mengandung 29% oksigen dan 0.03% CO2.

    Cahaya

    Pengaruh cahaya akan berkaitan langsung dengan lama penyinaran harian matahari (fotoperiodisitas). Hubungan antara pengaruh cahaya dan perkecambahan biji dikontrol suatu system pigmen yang dikenal sebagai fitokrom, yang tersusun dari chromophore dan protein. Chromophore adalah bagian yang peka terhadap cahaya. Fitokrom memiliki dua bentuk yang sifatnya reversible (bolak-balik) yaitu fitokrom merah yang mengabsorbsi sinar merah dan fitokrominfra merah yang mengabsorbsi sinar infra merah.Bila pada biji yang sedang berimbibisi diberikan cahaya merah, maka fitokrom merah akan berubah menjadi fitokrom infra merah, yang manamenimbulkan reaksi yang merangsang perkecambahan.

    BAB III

    PEMBAHASAN

    Alat dan Bahan :

    1.     Gelas plastik 2 buah

    2.     Kapas

    3.     Kacang merah  5 biji

    4.     Jagung  5 biji

    5.     Air

    Langkah kerja:

    1.     Terlebih dahulu untuk memilih biji kecambah yang baik untuk yang akan di tanam dengan cara merendam ke dalam air selama beberapa menit, jika kecambah tenggelam ke dalam air berarti kecambah itu baik untuk di jadikan bibit.

    2.     Taruh kapas yang sudah dibasahi pada masing- masing gelas yang sudah disiapkan.

    3.     Beri setiap gelas tersebut masing-masing 5 biji kacang merah.

    4.     Tempatkan 2 gelas tersebut di tempat yang  terkena cukup sinar matahari.

    5.     Berikan label  pada asing-masing gelas tersebut.

    6.     Amati pertunbuhan tersebut pada masing-masing gelas pada hari pertama, kedua dan ketiga.

    7.     Catat perubahan perkembangan biji kacang merah dan biji jagung tersebut.

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil pengamatan perkembangan perkecambahan pada kacang merah dan jagung.

    Hari ke-123
    Kacang merahBiji kacang merah kulitnya mulai mengelupasSudah mulai tumbuh batangSemua tumbuh dan batangnya melengkung berwarna hijau sedangkan bagian atasnya berwarnah putih dan di bagian atas kacang merah bermunculan batang-batang baru berwarnah putih
    Jagung1 biji mulai mengeluarkan rambut akar sedangkan yang lainnya belum ada perubahan.Tumbuh batang lebih dari 1, bagian bawah/rambut akar biji jagung berwarnah merah sedangkan bagian atasnya/batang berwarnah putihPada biji jagung dari 5 kecambah yang di tanam hanya 4 biji yang tumbuh dan 1 nya busuk.

    Keterangan :

    1.     Hari pertama Biji kacang merah kulitnya mengelupas dan untuk biji jagung 1 biji mulai mengeluarkan rambut akar sedangkan yang lainnya belum ada perubahan.

    2.     Hari kedua  biji kacang merah dan jagung sudah mulai tumbuh batang, pada biji jagung tumbuh batang lebih dari 1, bagian bawah/rambut akar biji jagung berwarnah merah sedangkan bagian atasnya/batang berwarnah putih.

    Sedangkan untuk biji kacang merah pada bagian batang banya tumbuh cabang-cabang batang.

    3.     Hari ketiga  biji kacang merah semua tumbuh dan batangnya melengkung berwarna hijau sedangkan bagian atasnya berwarnah putih dan di bagian atas kacang merah bermunculan batang-batang baru berwarnah putih, sedangkan pada biji jagung dari 5 kecambah yang di tanam hanya 4 biji yang tumbuh dan 1 nya busuk.

    BAB V

    PENUTUP

    KESIMPULAN

    Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio. Hasil perkecambahan ini adalah munculnya tumbuhan kecil dari dalam biji. Proses perubahan embrio saat perkecambahan adalah plumula tumbuh dan berkembang menjadi batang, dan radikula tumbuh dan berkembang menjadi akar. Perkecambahan  pada biji kacang merah dan jagung agak sedikit terhambat karena kemungkinan adanya kelembapan pada gelas plastik bekas.

    Perkecambahan terjadi karena pertumbuhan radikula (calon akar) dan pertumbuhan plumula (calon batang).

    Beberapa faktor yang mempengaruhi perkecambahan di bedakan menjadi faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam misalnya tingkat kemaskanan benih, ukuran benih, dormansi, dan penghambat perkecambahan. Sedangkan faktor luar misalnya air, suhu, oksigen, cahaya dan medium.

  • Rumus Mengecerkan Formalin

    Rumus mengencerkan formalin digunakan untuk menghitung konsentrasi Formalin setelah ditambahkan larutan pengencer.

    Pengenceran Formalin

    Misalkan kita ingin mengencerkan formalin dari 25% menjadi 5%. Jumlah aquades yang dibutuhkan dihitung dengan persamaan:

    V_1N_1=V_2N_2

    V1 = Volume formalin yang tersedia (cc)
    N1 = konsenterasi formalin yang tersedia (%)
    V2 = volume formalin setelah pengenceran (cc)
    N2 = konsentrasi formalin yang dikehendaki (%)

    anda tidak menyebutkan volume formalin (cc), sehingga tidak bisa menjawab secara pasti,,

    tapi misal,
    V1 = 100 cc
    N1 = 25%
    N2 = 5%

    jadi berdasarkan rumus di atas :

    100 x 25% = V2 x 5%
    25/5% = V2
    V2 = 500cc

    jadi untuk mengencerkan 100cc formalin 25%, diperlukan aquades sekitar 400cc, agar larutannya jadi 500cc dengan formalin 5%,,

  • Laporan Praktikum Bioteknologi Pembuatan Tempe Jagung

    Praktikum Pembuatan Tempe Jagung

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Indonesia merupakan negara dengan komunitas masyarakatnya bekerja sebagai petani,sehingga menjadikan Indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak aneka tanaman pangan yang memilki kandungan gizi yang berbeda-beda.Salah satunya adalah tempe.Olahan pangan ini merupakan makanan yang tidak lepas dari masyarakat Indonesia.

    Tempe adalah makanan asli indonesia, terbukti tempe merupakan makanan yang sangat berkasiat untuk kesehatan.Pada awalnya tempe hanya terkenal di Pulau Jawa dan merupakan makanan yang biasa dimakan dan dihidangkan setiap hari. Seiring dengan berjalannya waktu tempe tidak hanya dikenal di Pulau Jawa saja, melainkan hampir seluruh pelosok Indonesia dan bisa disebut makanan Nasional.

    Di Indonesia,jagung merupakan salah satu makanan pokok, jagung biasanya diolah sebagai bahan makanan penganti nasi.Jagung merupakan sumber kabohidrat berkalori rendah, sumber vitamin, dan mineral, sehingga cukup baik untuk memenuhi gizi dan kesehatan tubuh. Kandungan gizi magnesium dan fosfat pada jagung yang berwarna kuning lebih tinggi dari pada jagung yang berwarna putih. Sehingga jagung berwarna kuning sebagai pembangun otot, tulang, otak dan system syaraf yang lebih baik dibandingkan dengan jagung yang berwarna putih. Jagung kaya akan protein inhibitor yang dapat mencegah pembentukan kanker, dan mengandung vitamin K yang berkasiat menghentikan pendarahan seperti mimisan dan batuk.          

         Sehingga dengan adanya hal inilah membuat peneliti untuk membuat tempe dari jagung sebagai alternatif dari tempe kedelai dan mengetahui kandungan gizi yang terdapat dalam masing-masing tempe.

    1.2    Rumusan Masalah

    1.      Bagaimana cara mengolah jagung menjadi tempe?

    2.      Apa saja kandungan yang terdapat dalam tempe jagung?

    3.      Apa saja olahan dari jagung sehingga dapat menjadi olahan yang lebih berdaya guna dan berhasil guna selain dalam pembuatan tempe?

    4.      Apakah nilai gizi yang terdapat di dalam tempe jagung dapat mengalahkan  nilai gizi yang terdapat dalam tempe kedelai?

    1.3    Tujuan Penelitian

    1.      Mengetahui cara mengolah jagung menjadi tempe.

    2.      Mengetahui kandungan apa saja yang terdapat dalam tempe jagung.

    3.      Mengetahui olahan apa dari jagung sehingga dapat menjadi olahan yang lebih berdaya guna dan berhasil guna selain dalam pembuatan tempe.

    4.      Mengetahui perbandingan nilai gizi yang terdapat dalam tempe jagung dan tempe kedelai.

    1.4    Manfaat Penelitian

    1.      Bagi masyarakat,yaitu dapat mengembangkan jagung menjadi bahan baku dalam pembuatan tempe agar lebih bernilai ekonomis,sehingga berpotensi sebagai alternatif dalam pembuatan tempe kedelai.

    2.      Bagi pelajar,yaitu dapat mengetahui bahan alternatif dalam pembuatan tempe selain dari kedelai.

    1.5    Hipotesis

    1.      Jagung dapat menjadi bahan alternatif dalam pembuatan tempe selain dari kedelai.

    2.       Diduga kandungan yang terdapat dalam tempe jagung mempunyai kandungan gizi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan gizi yang dimiliki tempe kedelai.

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1    Seputar Mengenai Tempe

    Tempe adalah produk fermentasi yang amat dikenal oleh masyarakat Indonesia dan mulai digemari pula oleh berbagai kelompok masyarakat barat. Tempe dapat dibuat dari berbagai bahan, tetapi yang biasa dikenal sebagai tempe oleh masyapakat pada umumnya ialah tempe yang dibuat dari kedelai. Tempe mempunyai ciri-ciri putih, tekstur kompak. Pada dasarnya cara pembuatan tempe meliputi tahapan sortasi dan pembersihan biji, hidrasi atau fermentasi asam, penghilangan kulit, perebusan, penirisan, pendinginan, inokulasi dengan ragi tempe, pengemasan, inkubasi dan pengundukan hasil. Tahapan proses yang melibatkan tempe dalam pembuatan tempe adalah saat inokulasi atau fermentasi (Rahayu et al., 2005).

     Tempe salah satu produk fermentasi kedelai tradisional yang cukup terkenal, dengan menggunakan jamur R. oligosporus. Tempe mempunyai daya simpan terbatas, kalau terlalu lama disimpan tempe akan membusuk. Hal ini dikarenakan proses fermentasi yang terlalu lama akan menyebabkan degradasi protein lebih lanjut sehingga terbentuk amoniak, amoniak ini yang menyebabkan munculnya bau busuk. Dengan proses fermentasi menjadi tempe, nilai gizi hasil olahan ini bertambah baik, karena pada proses fermentasi dapat mengurangi kandungan antitripsin dan asam fitat yang dapat memperlambat penyerapan protein (Setyowati et al., 2008.)

    2.2    Seputar Mengenai Jagung

    Jagung berperan penting dalam perekonomian nasional dengan berkembangnya industri pangan yang ditunjang oleh teknologi budi daya dan varietas unggul. Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang terus meningkat, Indonesia mengimpor jagung hampir setiap tahun. Pada tahun 2000, impor jagung mencapai 1,26 juta ton (BPS, 2005). Jagung, sebagai bahan pangan pokok kedua setelah beras, selain sebagai sumber karbohidrat juga merupakan sumber protein yang penting dalam menu masyarakat di Indonesia. Jagung kaya akan komponen pangan fungsional antara lain; serat pangan yang dibutuhkan tubuh (dietary fiber), asam lemak esensial, isoflavon, mineral Fe (tidak ada dalam terigu), β-karoten (pro vitamin A), komposisi asam amino esensial, dan lainnya (Suarni, 2009).

     Selain untuk pengadaan pangan dan pakan, jagung juga banyak digunakan industri makanan, minuman, kimia, dan farmasi. Berdasarkan komposisi kimia dan kandungan nutrisi, jagung mempunyai prospek sebagai pangan dan bahan baku industri. Pemanfaatan jagung sebagai bahan baku industri akan memberi nilai tambah bagi usahatani komoditas tersebut, demikian pendapan Suarni (2003), Suarni dan Sarasutha (2002), dan Suarni et al. (2005).

    2.3  Seputar Mengenai Tempe Jagung

         Tempe jagung merupakan salah satu olahan sebagai alternatif dari tempe kedelai.Tempe jagung merupakan olahan yang berbahan baku jagung dengan bantuan dari jamur dalam proses fermentasinya menjadi tempe jagung.Kandungan gizi yang terdapat dalam tempe jagung pun juga tidak kalah dengan kandungan gizi yang terdapat dalam tempe kedelai pada umumnya.

         Banyak masyarakat yang mengira bahwa tempe hanya dapat dibuat dari kedelai saja,akan tetapi dengan adanya tempe jagung ini maka dapat menjadi alternatif dari pernyataan  tersebut.Kandungan yang terdapat dalam tempe kedelai contohnya adalah karbohidrat,protein,lemak,vitamin dan mineral.

    Melalui proses fermentasi, komponen-komponen nutrisi yang kompleks pada kedelai dicerna oleh kapang dengan reaksi enzimatis dan dihasilkan senyawa-senyawa yang lebih sederhana.Sehingga kandungan yang terdapat dalam tempe jagung pun juga tidak kalah dengan kandungan gizi yang dimilki oleh kandungan gizi tempe kedelai pada umumnya.

    2.4 Seputar Mengenai Jamur Dalam Pembuatan Tempe Jagung

    Dalam pembuatan tempe dikenal beberapa macam laru atau inokulum yang dapat digunakan. Penggunaan laru yang baik sangat penting untuk menghasilkan tempe 8 dengan kualitas yang baik. Secara tradisional masyarakat Indonesia membuat laru tempe dengan menggunakan tempe yang sudah jadi. Tempe tersebut diris-iris tipis, dikeringkan dengan oven atau dijemur sampai kering, digiling menjadi bubuk halus dan hasilnya digunakan sebagai inokulum bubuk. Di samping itu, di beberapa daerah digunakan juga miselium kapang yang tumbuh di permukaan tempe.

     Ciri-ciri spesifik Rhizopus adalah sebagai berikut: Hifa nonseptat, mempunyai stolon dan rhizoid yang warnanya gelap jika sudah tua, sporangiospora tumbuh pada noda dimana terbentuk juga rhizoid, sporangia biasanya besar dan berwarna hitam, kolumela agak bulat dan apofisis berbentuk seperti cangkir, tidak mempunyai sporangiola, membentuk hifa vegetatif yang melakukan penetrasi pada substrat, dan hifa fertil yang memproduksi sporangia pada ujung sporangiofor, pertumbuhannya cepat, membentuk miselium seperti kapas (Fardiaz, 1992). 

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Metode Penelitian

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode deskriptif analisis, yaitu mendeskripsikan tentang pengelolahan jagung menjadi tempe,serta perbandigan nilai gizi antara tempe kedelai dan tempe jagung.

    3.2  Tempat dan waktu penelitian

    Penelitian ini dilakukan di rumah peneliti tepatnya di desa Pulau Harapan pada tanggal 14 Februari – 16 Februari 2015.

    3.3 Metode penelitian data

    Dalam penelitian ini ada beberapa cara dalam mengumpulkan data, antara lain sebagai berikut.

    1.      Observasi,yaitu pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan gejala langsung pada objek penelitian yang berupa tempe jagung.

    2.      Studi pustaka, yaitu pengumpulan informasi atau data melalui buku-buku dan internet.

    3.      Dokumentasi (foto objek) mengenai hasil dari penelitian.

    3.4 Variabel Penelitian

    1.    Variable terikat, yaitu jagung dan ragi tempe.

    2.    Variable kontrol, yaitu lamanya waktu pembuatan tempe jagung.

    3.5 Alat dan Bahan

    Alat :

    1.      Tampah

    2.      Baskom

    3.      Panci

    4.      Kompor / tungku

    5.      Pengaduk

    Bahan :

    1.    Jagung

    2.    Daun pisang

    3.    Air

    4.    Ragi tempe

    3.6     Langkah Kerja Dalam Pembuatan Tempe Jagung

    Langkah kerja :

    1.    Cuci jagung terlebih dahulu hingga bersih, mengunakan air bersih yang mengalir, dan menggunakan wadah atau tempat  yang bersih dan pembuatan tempe ini sangat diperhatikan kebersihannya.

    2.    Masukkan jagung ke dalam panci, lalu berikan air secukupnya, dan tunggu jagung hingga kulit arinya mengelupas, kurang lebih selama 3 jam. Dalam pengerebusan jagung api juga tidak boleh sampai mati atau api harus rata.

    3.    Setelah jagung di rebus, lalu diamkan hingga dingin.

    4.    Cuci kembali jagung tersebut, menggunakan air bersih yang mengalir, hingga jagung terpisah dengan kulit arinya.

    5.    Kukus jagung selama ± 1 jam dengan menggukan panci yang lain.

    6.    Kemudian tiriskan ke dalam tampah, hingga dingin.

    7.    Setelah jagung dingin, campurkan jagung dengan ragi tempe hingga rata mengunakan pengaduk.

    8.    Bungkus jagung yang telah di campur dengan ragi ke dalam daun pisang.

    9.    Lubangi daun pisang agar udara bisa keluar dan tidak terlalu lembab.

    10.     Diamkan di tempat yang lembab hingga jagung mengalami fermentasi dan ditumbuhi jamur.

    11.     Setelah 2 hari bisa dilihat hasilnya.

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Perbandingan Nilai Gizi Antara Tempe Kedelai Dan Tempe Jagung

    Tempe merupakan makanan tradisional yang telah lama dikenal di Indonesia.Tempe juga didefinisikan sebagai produk makanan hasil fermentasi biji kedelai oleh kapang tertentu, berbentuk padatan kompak dan berbau khas serta berwarna putih atau sedikit keabu-abuan. Tempe dibuat dengan cara fermentasi atau peragian dengan menggunakan bantuan kapang golongan Rhizopus. Tempe kaya akan serat, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbeda dengan tahu, tempe terasa agak masam.

    Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang telah mendunia. Terutama kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menemukan tempe sebagai pengganti daging. Dengan ini sekarang tempe diproduksi di banyak tempat di dunia, tidak hanya di Indonesia (Yudana, 2003). Tempe berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas, sehingga menghambat proses penuaan dan mencegah penyakit degeneratif (aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker dan lain-lain). Selain itu tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain.

    4.2  Apakah Tempe Jagung Mempunyai Kandungan Yang Sama Seperti Halnya Pada Tempe Kedelai ?

         Seperti yang telah dijelaskan dalam tabel tersebut,bahwa jagung memiliki kandungan gizi yang lebih tinggi per 100 gramnya dibandingkan dengan kandungan kedelai per 100 gramnya.Tempe jagung memiliki banyak kandungan nilai gizi seperti karbohidrat,protein,vitamin,mineral dan yang lannya.Namun kandungan gizi yang terdapat dalam tempe kedelai tidak menutupi memiliki nilai gizi yang kurang.

         Kandungan yang dimiliki oleh masing-masing tempe mempunyai banyak manfaat. Komposisi gizi tempe baik kadar protein, lemak dan karbohidratnya tidak banyak berubah dibandingkan dengan kedelai. Namun, karena adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh jamur tempe maka protein, lemak dan karbohidrat pada tempe menjadi mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Oleh karena itu tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga lansia), sehingga bisa disebut sebagai makanan semua umur. Dibandingkan dengan kedelai, terjadi beberapa hal yang menguntungkan pada tempe. Secara kimiawi hal ini bisa dilihat dari meningkatnya kadar padatan terlarut, nitrogen terlarut, asam amino bebas, asam lemak bebas, nilai cerna, nilai efisiensi protein, serta skor proteinnya.

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Simpulan

    1.Banyak yang mengira bahwa pada umunya tempe hanya dapat dibuat menggunakan kedelai,akan tetapi dengan adanya tempe jagung,maka ditemukanlah alternatif dari tempe kedelai.

    2. Keberhasilan dalam pembuatan tempe jagung bergantung pada jamur yang ada pada tempe tersebut serta bergantung terhadap suhu ruangan.

    5.2 Saran

    Dalam melakukan penelitian ini banyak hal-hal yang perlu diperhatikan seperti pemilihan kualitas jagung dan  cara membuat jagung dengan benar. Jika dalam penelitian tidak diperhatikan hal-hal tersebut penelitian akan tidak sempurna. Kami mengingatkan kepada peneliti selanjutnya agar lebih teliti dalam melakukan penelitian dan memperhatikan dalam penggunaan bahan-bahannya.

  • Laporan Praktikum Bioteknologi Biogas

    Praktikum Bioteknologi Biogas

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Era modern  seperti, manusia benar-benar telah difasilitasi dengan begitu banyak kemudahan berkat munculnya banyak teknologi-teknologi modern. Misalnya bagi seorang ibu rumah tangga, dimana perkejaan seorang ibu rumah tangga lebih mudah dengan adanya alat bantu yang memudahkannya untuk melakukan pekerjaannya seperti adanya mesin cuci sehingga lebih mudah dan hemat tenaga, misalnya lagi alat penanak nasi, tidak lgi menggunakan tungku dan sebagainya. Jika kita amati, hal tersebut tentunya sangat memudahkan bagi seorang ibu rumah tangga dimana ia bisa mengerjakan banyak hal dalam waktu yang bersamaan. Contoh bagi seseorang yang ingin bepergian dimana ia tidak perlu lagi berjalan kaki karena sudah ada kendaraan bermotor yang dapat di kendarai daan lain sebagainaya. Jika kita perhatikan, memang teknologi-teknologi tersebut sangat memudahkan semua pekerjaan manusia baik dari segi penghematan tenaga untuk mengerjakan hal tersebut maupun dari segi efisiennya penggunaan waktu.

    Jika dipehatikan, adanya fasilitas tersebut pasti menggunakan sumber daya atau energi, misalnya pada kendaraan bermotor tesebut di atas menggunakan bahan bakar minyak. Pertanyaan besar saat ini apa yang harus dilakukan apabil sumbr daya atau energi tersebut habis? Karena hal tersebutlah sehingga muncullah banyak inovasi-inovasi alternative dengan tujuan utama sebagai upaya penghematan sumber daya.

    Pengembangan tenaga alternative terus menerus dilakukan. Tentunya hal tersebut tidak lain dan tidak bukan disebabkan karena bahan pokok energi terus brkurang. Seperti minyak bumi yang terus menerus digunakan sepanjang waktu. Hal tersebut membuat manusia mau tidak mau harus berfikir keras guna membuat inovasi-inovasi yang baru terkait pengolahan sumber energi. Salah satunya adalah pembuatan biogas sederhana yang akan dibuat menggunakan bahan-bahan organik yang mudah didapatkan di alam.

    B.  Tujuan

    Untuk mengetahui cara pembuatan biogas sederhana dengan baik dan benar.

    C.  Manfaat

    Praktikan mengetahui cara pembuatan biogas sederhana dengan baik dan benar.

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Aplikasi bioteknologi sesungguhnya telah berlangsung cukup lama, dalam peradaban manusia; seperti upaya produksi antibiotik, fermentasi, alcohol, pangan dan teknologi pengolahan limbah ; yang kesemuanya dapat dikelompokan ke dalam biteknologi konvensional. Tetapi mengapa nampaknya biteknologi baru saja berkembang pada kurun abad ke dua puluh ini? Karena secara implisit yang dimaksud bioteknologi adalah biteknologi modern, yang intinya adalah rekayasa genetik, dengan teknik gen kloning yang berkembang berdasar penemuan struktur dan fungsi DNA oleh Watson dan Creck (Nurcahyo,2011).

    Salah satu tumbuhan atau bahan organik yang cukup berpotensi untuk menjadi bahan baku pembentukan biogas diantaranya tumbuhan eceng gondok.  Dibalik efek negatif, namun beberapa kemungkinan nilai ekonomis yang dapat dimanfaatkan yaitu unsur metan yang terkandung pada eceng gondok dan cukup mengandung selulosa dalam jumlah yang cukup besar, kandungan solulosa inilah yang  memiliki potensi sebagai  pembuatan biogas.  Untuk meningkatkan efisiensi dalam pembentukan biogas dari eceng gondok, memerlukan optimalisasi peranan dari mikroorganisme, hal ini dapat dilakukan dengan cara menambahkan stater (Irawan, 2006).

    Energi biogas adalah salah satu dari banyak  macam  sumber  energi terbarukan,  karena  energi  biogas  dapat diperoleh  dari  air  buangan  rumah tangga,  kotoran  cair  dari  peternakan ayam,  sapi,  babi,  sampah  organik  dari pasar,  industri  makanan  dan  limbah buangan  lainnya.  Produksi  biogas memungkinkan  pertanian  berkelanjutan dengan  sistem  proses  terbarukan  dan ramah  lingkungan (Romdhoni, 2012).

    Biogas merupakan sumber renewal energy yang mampu menyumbangkan andil dalam usaha memenuhi kebutuhan bahan bakar.  Bahan baku sumber energi inimerupakan bahan non fossil, umumnya adalah limbahatau kotoran ternak yang produksinya tergantung atasketersediaan rumput dan rumput akan selalu tersedia, karena dapat tumbuh kembali setiap saat selamadipelihara dengan baik. Sebagai pembanding yaitu gas alam yang tidak diperhitungkan sebagai renewal energy, gas, alam berasal dari fosil yang pembentukannya memerlukan waktu jutaan tahun (Haryati, 2007).

    Seiring dengan berkembangnya teknologi dan pengetahuan, biogas sudah dikembangkan sebagai energi alternatif yang bisa memanfaatkan berbagai kotoran hewan. Selain kotoran sapi, biogas juga bisa dihasilkan dari kotoran ayam. Limbah kotoran ayam umumnya hanya digunakan sebagai pupuk secara langsung oleh peternak, pemanfaatan lain yang bisa dilakukan adalah dengan memprosesnya menjadi sumber energi dalam bentuk biogas. Pengolahan kedua limbah tersebut bisa dilakukan secara bersamaan, sehingga dapat menghasilkan produk yang bernilai ekonomis (Sanjaya,2015).

    Pada dasarnya  dimana penggunaan kotoran sapi sebagai bahan baku biogas cukup mengandung biakan mikroba-mikroba atau starter maupun biang didalamnya. Keadaan tersebut memberikan keterangan dalam kotoran sapi telah terdapat mikroba yang berperanan dalam proses produksi biogas. Adapun laju  dari pembentukan biogas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah suhu, rasio C/N dan pengaruh pengadukan dalam selang waktu tertentu          (Irawan, 2006).

    Pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber pupuk organik sangat mendukung usaha pertanian tanaman sayuran. Dari sekian banyak kotoran ternak yang terdapat di daerah sentra produksi ternak banyak yang belum dimanfaatkan secara optimal, sebagian di antaranya terbuang begitu  saja, sehingga sering merusak lingkungan yang akibatnya akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Limbah biogas, yaitu kotoran ternak yang telah hilang gasnya (slurry) merupakan pupuk organik yang sangat kaya akan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman. Bahkan, unsur-unsur tertentu seperti protein, selulose, lignin dan lain-lain tidak dapat digantikan oleh pupuk kimia. Pupuk organik dari biogas telah dicobakan pada tanaman jagung, bawang merah dan padi (Rahayu, 2009).

    Bahan baku yang tak akan pemah kehabisan dan mudah didapat bagi  para peternak kambing adalali kotoran, tinja (faeces) kambing. Kambing tiap hari akan mengeluarkan sisa-sisa pencemaan makanan sebagai kotoran kambing yang disebut tinja atau  feaces  kambing. Secara matematis volume tinja kambing akan bertambah terns seiring dengan pertambahan ternak kambing. Dalam pemanfaatan tinja kambing sebagai sumber energi biogas ini merupakan salah satu potensi energi yang perlu mendapat perhatian, karena bukan saja dapat menambah suplai energi tetapi dapat menghemat bahan bakar dan mengurangi pemakaian gas elpiji yang relatif mahal harganya. Sisa-sisa pembuatannya (setelah menghasilkan biogas) dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman, karena baunya sudah berkurang. Di samping itu sedikit mengurangi menumpuknya jumlah volume tinja kambing, dan mengeliminir pembuangan tinja kambing di sembarang   tempat (Sunaryo, 2012).

     Bahan organik dimasukkan ke dalam ruangan tertutup kedap udara (disebut  Digester) sehingga bakteri  anaeroba akan membusukkan bahasan organik tersebut yang kemudian menghasilkan gas (disebut biogas). Biogas yang telah berkumpul di dalam  digester selanjutnya dialirkan melalui pipa penyalur  gas menuju tabung penyimpan gas atau langsung ke lokasi pembuangannya (Rahayu, 2009).

    Biogas diproduksi oleh bakteri dari bahan organik di dalam kondisi tanpa oksigen (anaerobic process). Proses ini berlangsung selama pengolahan atau fermentasi. Gas yang dihasilkan sebagian besar terdiri atas CH4 dan CO2. Jika kandungan gas CH4lebih dari 50%, maka campuran gas ini mudahterbakar, kandungan gas CH4dalam biogas yang berasal dari kotoran ternak sapi kurang lebih 60%. Temperatur ideal proses fermentasi untuk pembentukan biogas berkisar 30oC (Putro, 2007)

    Produksi biogas akan mengalami penurunan ketika bakteri metan memasuki  deathphase.  Deathphase terjadi karena berkurangnya nutrient atau sumber karbon yang didapat dari substrat, sehingga pertumbuhan bakteri metan akan menurun dan semakin banyak bakteri yang mat  (Abdulkareem, 2005 dalam Felix, 2012).

    BAB III

    METODE PRAKTIKUM

    A.    Waktu dan Tempat

    Hari/Tanggal        : Rabu/21 Desember 2016

    Waktu                  : Pukul 15.00-16.40 WITA

    Tempat                 : Laboratorium Biologi Lantai 3 Barat FMIPA UNM

    B.     Alat dan Bahan

    1.      Alat

    a.       Botol aqua besar                                      1 buah

    b.      Pisau                                                         1 buah

    c.       Pipa logam 10 cm                                    1 buah

    d.      Pipa logam 20 cm                                    1 buah

    e.       Selang plastik 1 m                                   1 buah

    f.       Korek                                                       1 buah

    g.      Tali

    2.      Bahan

    a.       Eceng gondok

    b.      Sayuran

    c.       Kotoran kambing, sapi dan ayam

    d.      Lem lilin

    C.    Prosedur Kerja

    1.      Menyiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan.

    2.      Menghaluskan eceng gondok dan sayuran

    3.      Mencampur eceng gondok, sayuran dan kotoran dan memasukkannya ke dalam botol aqua.

    4.      Menyiapkan pipa logam dengan diameter 1 cm sepanjang 10 cm dan 20 cm.

    5.      Menyiapkan selang plastik dengan diameter 1 cm sepanjang 1 meter.

    6.      Melubangi tutup botol sedikit saja.

    7.      Menusukkan pipa logam ke dalam tutup botol.

    8.      Kemudian menyambungkan selang plastik ke pipa logam pada tutup botol tersebut.

    9.      Di ujung selang satunya, menyambungkan pipa logam 20 cm.

    10. Melipat salah satu bagian selang plastik dan mengikatnya dengan tali agar gas yang dihasilkan tidak keluar.

    11.  Simpan selam 7 hari.

    12.  Setelah 7 hari, menyulut ujung pipa dengan korek api. Jika pembusukannya baik, maka pasti akan menyala.

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN  

    A.  Hasil Pengamatan

    BahanYang diamati
    GambarKeadaan Botol
    Kotoran SapiKeadaan awal :DikempiskanKeadaan setelah 14 hari didiamkan :Botol tidak mengembang. Tanda tidak adanya gas (CO2 dan CH4) yang dihasilkan.
    Sampah sayur
    Eceng Gondok

    B.  Pembahasan

    Berdasarkan hasil pengamatan setelah empat belas hari proses fermentasi maka praktikum pembuatan biogas sederhana dikatakan gagal.  Dimana botol atau wadah biogas yang telah disiapkan tidak mengembang sebagaimana yang diharapkan. Selain itu, setelah biogas di uji, tidak ternjadi nyala api pada ujung pipa besi tersebut.Ada beberpa hipotesis penyebab biogas tersebut tidak berhasil dimana botol atau wadah yang digunakan tidak tertutup dengan rapat sehingga gas yang telah terbentuk terbentuk dapat  langsung keluar dari wadah yang digunakan, sedang kedap udara adalah sebab berhasilnya pembuatan biogas.

    Selain hal tersebut, diduga bahwa penyebab pembuatan biogas tidak berhasil karena substark yang diperlukan oleh bakteri tersebut  terus berkurang hingga ke titik dimana bakteri tersebut tidak dapat lagi tumbuh hingga mati. Sebagaimana yang dikemukakan oleh (Abdulkareem, 2005 dalam Felix, 2012) “Produksi biogas akan mengalami penurunan ketika bakteri metan memasuki  deathphase.  Deathphase terjadi karena berkurangnya nutrient atau sumber karbon yang didapat dari substrat, sehingga pertumbuhan bakteri metan akan menurun dan semakin banyak bakteri yang mati”.

    BAB V

    PENUTUP  

    A.  Kesimpulan

    Proses pembuatan biogas sederhana tidak berhasil. Hal ini diduga disebabkan karena beberapa faktor diantaranya substrak pertumbuhan bakteri berkurang dengan signifikan dan wadah yang tidak kedap udara

    B.  Saran

    Sebaiknya praktikum yang menggunkan waktu pengerjaan terlalu lama agar lebih awal dikerjakan untuk mengefisienkan waktu praktikum selama satu semester.

    DAFTAR PUSTAKA  

    Felix, Andreas S., Paramitha S.B.U., Diyono Ikhsan. Pembuatan Biogas Dari Sampah Sayuran. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, 1(1).

    Haryati, Tuti. 2006. Limbah Peternakan Menjadi Sumber Energi Alternatif. Balai Penelitian Ternak. Vol. 6 No. 3

    Irawan, Dwi., Teguh Santoso. 2016. Pengaruh Perbedaan Stater Terhadap Produksi Biogas Dengan Bahan Baku Eceng Gondok. Jurnal Teknik Mesin. 3 (2).

    Nurcahyo, Heru. 2011. Diktat Bioteknologi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta

    Putro, Sartono. 2007. Penerapan Instalasi Sederhana Engolahan Kotoran Sapi Menjadi Energi Biogas Di Desa Sugihan Kecamatan Bendosari  Kabupaten  Sukoharjo. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta. Vol. 10 No. 2

    Rahayu, Sugi. 2009. Pemanfaatan Kotoran Ternak Sapi  Bagai Sumber Energi Alternatif Ramah Kungan Beserta Aspek Sosio Kulturalnya. Jurnal Inotek. 13 (2).

    Riyanti, Fahma.,  dkk. 2008. Pembuatan Instalasi Untuk Biogas Dari Enceng Gon (Eichhornia Crassipes ) Yang Efisien Untuk Lahan Kecil. Jurnal Pengabdian Sriwijaya.

    Romdhoni, Hasan Ashari. 2012. Pembuatan Biogas dari Sampah. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan. Vol.6 No.1

    Sanjaya, Denta,dkk.2015. Produksi Biogas Dari Kotoran Sapi dengan Kotoran Ayam.Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol 4 No. 2

    Sunaryo, Burhan Ibnu Mubtadi. 2012. Pembuatan Biogas dari Tinja Kambing. Lembaga Penelitian Politeknik Pratama Mulia: Surakarta

  • Laporan Praktikum Biotek Isolasi DNA

    Praktikum Biotek Isolasi DNA

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Pengembangan ilmu pengetahuan tak henti-hentinya terus berlanjut dan berkembang hingga sekarang ini. Terkhusus pada dua bidang penting bagi keberlangsungan dan kesejahteraan makhluk hidup secara umum dan pada manusia secara khusus. Bidang  tersebut adalah kesehatan secara umum dan khususnya dalam bidang biologi teknologi untuk mempelajari rahasia-rahasia yang belum terungkap oleh ilmu pengetahuan tentang struktur tubuh manusia mulai dari sistem organ hingga masuk ke rana rekayasa genetika.

    Bioteknologi sendiri dibagi ke dalam dua kelompok yaitu, bioteknologi konvensional dan bioteknologi modern. Bioteknologi konvensioanl merupakan bioteknologi yang lebih menekankan penggunaan bakteri atau jamur sebagai mikroorganisme yang berperan dalam proses fermentasi sehingga diperoleh hasil yang diinginkan. Sedangkan bioteknologi modern lebih menekankan adanya unsur-unsur rekayas genetik serta penggunaan teknologi-teknologi modern lainnya.

    Pada praktikum kali ini, akan dilakukan proses ekstraksi DNA atau lebih tepatnya proses ekstraksi kromosom pada beberapa bagian dari tumbuhan. Walaupun praktikum kali ini melibatkan DNA atau ektraksi DNA, namun tidak serta merta dikatakan sebagai bioteknologi modern. Proses ekstraksi kromosom ini masih digolongkan sebagai bioteknologi konvensional dikarenakan metode yang digunakan masih menggunakan metode sederhana dengan bantuan alat-alat dapur dan sebagainya.

    Praktikum ini penting untuk dilakukan sebagai keterampilan dasar dalam bioteknologi terutama yang berhubungan DNA. Hal tersebut tentunya akan mendukung proses belajar mengajar seseorang dalam membahas tentang DNA terutama seseorang yang berada dalam dunia pendidikan. Selain hal itu, keterbatasan alat untuk melihat DNA secara rinci adalah alasan yang tepat guna untuk mempelajari cara ekstraksi DNA dengan metode konvensional.

    B.  Tujuan

    Untuk mengetahui cara ekstraksi kromosom dengan baik dan benar menggunkan metode konvensional.

    C.  Manfaat

    Praktikan mengetahui cara ekstraksi kromosom dengan baik dan benar menggunkan metode konvensional.

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Aplikasi bioteknologi sesungguhnya telah berlangsung cukup lama, dalam peradapan manusia; seperti upaya produksi antibiotik, fermentasi, alcohol, pangan dan teknologi pengolahan limbah ; yang kesemuanya dapat dikelompokan ke dalam biteknologi konvensional. Tetapi mengapa nampaknya biteknologi baru saja berkembang pada kurun abad ke dua puluh ini. Karena secara implisit yang dimaksud bioteknologi adalah biteknologi modern, yang intinya adalah rekayasa genetik, dengan teknik gen kloning yang berkembang berdasar penemuan struktur dan fungsi DNA oleh Watson dan Creck (Nurcahyo,2011).

    DNA dapat diperoleh dari suatu  makhluk hidup dengan suatu proses ekstraksi, sehingga memudahkan untuk mengidentifikasi DNA yang disebut proses isolasi DNA. Ada tiga langkah utama dalam ekstraksi DNA, yaitu perusakan dinding sel (lisis), pemisahan DNA dari bahan padat seperti selulosa dan protein, serta pemurnian DNA. Melalui proses tersebut DNA dipisahkan dari komponen seluler lain seperti protein, RNA (Riboksi nukleat acid), dan lemak (Langga, 2012).

    Menurut (Clark,1997) dalam Yulianti (2006) Isolasi DNA merupakan teknik yang penting dalam pengembangan ilmu ini. Derajat kemurnian dan kualitas dalam isolasi DNA sangat mempengaruhi hasil yang  akan diperoleh. Secara umum, prosedur ekstraksi yang baik untuk isolasi DNA mencakup tiga hal penting, yaitu harus bisa dihasilkan DNA dengan kemurnian yang tinggi, DNAnya harus utuh, dan jumlahnya mencukupi (konsentrasi tinggi).

    Pengenalan isolasi DNA sangatlah penting, mengingat bioteknologi pada akhir-akhir ini semakin maju. Terlebih untuk bidang biologi molekuler. DNA adalah asam nukleat yang mengandung materi genetik dan berfungsi untuk mengatur perkembangan biologi seluruh bentuk kehidupan secara seluler. Isolasi DNA terhadap kopi arabika wamena dianggap penting sebagai langkah awal dalam mengenali profil pita DNA. Namun, yang menjadi kendala adalah terkadang dalam melakukan isolasi DNA, ditemukan DNA yang memiliki kualitas dan kuantitas yang rendah  (Mawardi, 2016).

    Isolasi DNA merupakan langkah awal prosedur kerja dalam genetika molekuler. Prosedur ekstraksi DNA dari jaringan tanaman, pertama  diawali dengan penghancuran dinding sel untuk mengeluarkan isi sel. Cara  yang lazim dilakukan untuk menghancurkan jaringan tanaman adalah dengan membuat sel-sel dalam keadaan dehidrasi atau dengan membekukan jaringan tanaman segar menggunakan es kering atau nitrogen  cair. Jaringan yang sudah getasini kemudian digerus sampai menjadi serbuk. Selanjutnya DNA harus dipisahkan dari isi sel yang lainnya agar bercampur dengan buffer ekstraksi. Hal ini umum dilakukan dengan menggunakan deterjen, misalnya sodium dodecyl sulphate (SDS) atau cetyl trimethyl ammonium bromide (CTAB). Tahap akhir, DNA harus dimurnikan dari senyawa-senyawa non-DNA lainnya, seperti RNA, protein, polisakarida, metabolit sekunder dan sebagainya (Hala, 2016).

    Pemecahan sel merupakan langkah penting dalam isolasi DNA. Jalan untuk memecah sel bisa dilakukan secara kimia, mekanik atau enzimatik. Prosedur yang paling baik untuk membuka sel adalah secara kimia atau enzimatik untuk mendapatkan DNA yang utuh. Pada metode dengan menggunakan detergen komersial kita memasukkan bahan tanaman ke dalam detergen pada saat bahan tersebut dihancurkan. Karena pada saat penghancuran, sel-sel yang lepas akan segera rusak membrannya karena aadnya detergen. Dan DNase akan segera dinonaktivkan. Selain waktunya lebih cepat, diharapkan dengan perlakuan seperti ini akan dapat mengurangi tingkat kerusakan  DNA (Yulianti, 2006).

    Isolasi DNA memiliki beberapatahapan, yaitu: (1)Isolasi sel; (2)Lisis din-ding dan membran sel; (3)Ekstraksi dalamlarutan; (4)Purifikasi; dan (5)Presipitasi.Prinsip-prinsip dalam melakukan isolasiDNA ada 2, yaitu sentrifugasi dan presi-pitasi. Prinsip utama sentrifugasi adalahmemisahkan substansi berdasarkan beratjenis molekul dengan cara memberikangaya sentrifugal sehingga substansi yanglebih berat akan berada di dasar, sedangkansubstansi yang lebih ringan akan terletakdi atas. Teknik sentrifugasi tersebutdilakukan di dalam sebuah mesin yangbernama mesin sentrifugasi dengankecepatan yang bervariasi, contohnya 2500rpm (rotation per minute) atau 3000 rpm (Faatih, 2009).

    BAB III

    METODOLOGI PRAKTIKUM

    A.  Waktu dan Tempat

    Hari/Tanggal           : Rabu, 28 Desember 2016

    Waktu                     : Pukul 16.00 s.d. 17.30 wita

    Tempat                   : Lab Lt III jurusan Biologi FMIPA UNM

    B.  Alat dan Bahan

    1.    Alat

    a.    Tabung reaksi

    b.    Pisau

    c.    Pipet 5 ml

    d.   garpu

    e.    gelas beaker 250 ml

    f.      mortal

    g.    saringan

    2.    Bahan

    a.    Tumbuhan (daun mangga, daun bayam, daun alpukat, buah pisang­)

    b.    Es serut

    c.    NaCl 3 gr

    d.   Detergen

    e.    Etanol 95 % dingin

    C.  Prosedur kerja

    1.    Pilihlah buah yang masak dan potong dengan pisau,keluarkan isinya dengan menggunakan garpu dan simpan gelas beaker 250 ml. Kalau pada daun harus ditumbuk halus dengan menggunakan mortal

    2.    Tambahkan 3 gram NaCl yang telah dilarutkan, kemudian tambahkan 10 ml detergen, buat sampai volume 100 ml dengan menambahkan air

    3.    Campurkan dan aduk dengan garpu sampai benar-benar tercampur dan kemudian disaring kemudian disimpan cairan yang telah disaring tersebut

    4.    Biarkan beberapa menit kemudian isi sebanyak 6 ml cairan tersebut ke dalam tabung reaksi.

    5.    Tambahkan 9 ml etanhol dingin pada bagian bawah tabung reaksi dan tunggu beberapa menit untuk presipitasi DNA sampai terdapat dua bagian yang terpisah oleh etanol dan bagian yang berwarna putih.

    6.    Bagian yang putih dipindahkan ke tabun reaksi yang lain. Ini merupakan DNA hasil ekstraksi.

    BAB IV

    HASIL DAN PENBAHASAN

    A.  Hasil Pengamatan

    NoNama SampelGambar PengamatanReaksi
    1Strawberry
    (+) terbentuk spindle
    2Pear
    (-) Tidak terbentuk spindel
    3Kiwi
    (+) terbentuk spindle
    4Anggur (+) terbentuk spindle
    5Jeruk
    (+) terbentuk spindle
    6Pepaya
    (+) terbentuk spindle
    7Buah Naga
    (+) terbentuk spindle

    B.  Pembahasan

    Berdasarkan hasil praktikum, diketahui bahwa 6 dari 7 ekstrak tumbuhan yang digunakan sebagai sampel berhasil diekstraksi kromosomnya. Hal ini nampak terlihat dengan adanya benang-benang spindel yang melingkar berbentuk cincin dipermukaan sampel. Sedangkan pada sampel yang gagal atau belum berhasil, yaitu pada buah pear dimana tidak nampak adanya benang spindel yang melingkar di atas permukaannya.

    Untuk proses ektraksi kromosom telah dijelaskan dengan rinci oleh Surzycki (2000) dalam Yulianti (2006) dimana pemecahan sel merupakan langkah penting dalam isolasi DNA. Jalan untuk memecah sel bisa dilakukan secara kimia, mekanik atau enzimatik. Prosedur yang paling baik untuk membuka sel adalah secara kimia atau enzimatik untuk mendapatkan DNA yang utuh. Pembukaan sel secara mekanik seperti sonikasi, penggilingan, dan pemberian tekanan tinggi tidak dapat digunakan untuk preparasi DNA, karena dapat memotong DNA menjadi potongan-potongan kecil. Metode yang baik adalah menggunakan detergen (secara kimia) dan/atau secara enzimatik. Detergen dapat melarutkan lemak dalam membran sel, sehingga sel bisa lisis. Selain itu, detergen ini dapat menghambat DNase yang dapat merusak DNA dan dapat mendenaturasi protein, sehingga protein dapat dihilangkan dari larutan. Biasanya sel tumbuhan tidak dapat dirusak hanya dengan menggunakan detergen. Untu  melisiskan sel dapat diberikan perlakuan dengan enzim, sehingg membran sel dapat berinteraksi dengan detergen. Dinding sel tumbuhan dapat dihilangka dengan enzim untuk menghilangkan selulosa yang terdapat di dalam dinding sel. Namu  penggunaan enzim ini mahal dan memerlukan banyak waktu, sehingga untuk sel tumbuhan dapat diganti dengan penggerusan dengan menggunakan pestle atau blender. Penggerusan yang dilakukan tidak boleh terlalu kuat, karen dapat memotong DNA.

    DAFTAR PUSTAKA

    Faatih, M. 2009. Isolasi Dan Digesti Dna KromosomIsolation And Digestion Of Chromosomal Dna. Jurnal Penelitian Sains & Teknolog. 10 (1).

    Hala, Yusminah dan Hartono. 2016. Penuntun Praktikum Pengantar Bioteknologi. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Makassar.

    Langga, Indah Fajarwati., Muh. Restu dan Tutik Kuswinanti. 2012. Optimalisasi Suhu dan Lama Inkubasi dalam Ekstraksi DNA Tanaman Bitti (Vitex Cofassus Reinw) serta Analisis Keragaman Genetik dengan Teknik RAPD-PCR. Jurnal Sains & Teknologi,12 (3) : 265 – 276.

    Mawardi, Arsyam & Simonapendi, Maria L. 2016  Uji Efektivitas Metode Isolasi DNA  Genom Kopi Arabika (Coffea arabica L.) Asal Kabupaten Jayawijaya. JURNAL  BIOLOGI PAPUA ISSN: 2086-3314 Vol 8

    Nurcahyo, Heru. 2011. Diktat Mikrobiologi. jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY. Yogyakarta.

    Yulianti, Evy. 2006. Pengembangan Teknik Isolasi DNA Tumbuhan  Menggunakan Detergen Komersial. Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY: Yogyakarta.

  • Laporan Praktikum Anfisman Tes Buta Warna

    Laporan Praktikum Anfisman Tes Buta Warna

    Berikut ini adalah laporan praktikum tes buta warna. Praktikum ini bertujuan utnuk mengetahui konsep tes buta warna Porbandus.

    Praktikum Anfisman Tes Buta Warna

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Pernahkah anda melihat pelangi dengan warnanya yang begitu indah, pernahkah anda melihat lampu lalu lintas yang berada di tepi jalan? Ataukah jutaan warna yang sampai-sampai warna tersebut tidak terdefinisi jenis atau nama warnanya. Berbicara tentang hal tersebut tentunya kita patut bersyukur kepada Tuhan atas karuniannya yang sangat luar biasa dengan kemampuan kita yang mampu menikmati jutaan warna tersebut, mampu menikmati indahhnya pelangi, birunya langit hijaunya daun dan sebagainya.

    Pernahkah anda berfikir bahwa tidak semua orang mampu membedakan warna. Atau kita katakana ada orang yang kemampuan matanya hanya dapat membedakan warna tertentu saja, misalnya orang yang tentunya sudah kita tahu bersama Mark Zuckerberg pendiri media social terbesar di dunia yaitu facebook. Dia hanya mampu membedakan warna biru, itulah alasan facebook memiliki tema warna biru. Buta warna tentunya merupakan kekurangan yang dalam ilmu genetika bersifat diturunkan.

    Buta warna tentunya memberikan batasan kepada setiap orang untuk bebas melakukan sesuatu namun tentunya kita harus bersyukur terhadap karunia tuhan kepada kita. Orang yang buta warna akan memiliki beberapa hambatan di era modern ini. Misalnya untuk berkendara di jalan, tentunya sesorang harus tahu warna dari tiap rambu-rambu lalu lintas misalnya jika kita di Indonesia warna merah artinya dilarang jalan dan hijau artinya jalan. Atau untuk mendaftar di universitas pada jurusan tertentu biasanya akan melalui tes buta warna misalnya pada jurusan kedokteran. Atau yang ingin menjadi polisi atau tentara tentunya harus memiliki mata yang normal.

    Seperti yang  kita jelaskan sebelumnya, buta warna biasanya bersifat diturunkan dari orang tua kepada keturunannya, sejauh ini belum ada cara untuk mengatasi buta warna tersebut. Buta warna disebabkan oleh tidak mampunya otak untuk menerjemahkan cahaya yang ditangkap oleh mata disebabkan karena adanya sel-sel kerucut pada mata yang tidak ada, sehingga warna yang hasil warna yang diterjemahkan tidak sesuai dengan semestinya. Untuk itu penting bag kita untuk mempelajari masalah buta warna sebagai tambahan wawasan dan untuk menjadi orang yang lebih banyak  bersyukur.

    B. Tujuan Praktikum

    Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui apakah probandus yang di uji mengalami buta warna atau tidak.

    C. Manfaat Praktikum

    Manfaat dari praktikum ini agar praktikan mengetahui ini adalah mengetahui banyak hal tentang buta warna, mengetahui status kenormalan mata probandus serta untuk banyak bersyukur kepada Tuhan.

    Bab II. Kajian Pustaka

    Salah satu gangguan yang terjadi pada mata adalah buta warna. Buta warna adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak dapat membedakan warna tertentu yang bisa dibedakan oleh orang dengan mata normal. Seseorang yang menderita buta warna dapat disebabkan oleh kelainan sejak lahir atau akibat penggunaan obat-obatan yang berlebihan. Buta warna umumnya diderita oleh laki-laki, sedangkan wanita hanyalah sebagai gen pembawa/resesif (Agusta, 2012).

    Buta warna adalah suatu istilah yang di pergunakan untuk menggambarkan adanya kelainan presepsi penglihatan warna. Kelaian ini di akibatkan oleh tidak adanya sekelompok sel kerucut penerima warna pada retina. Orang yang mengalami buta warna tidak atau kurang mampu membedakan dua warna yang berbeda. Buta warna ini dapat di temukan dengan uji ishihara. Pada uji ishihara di pergunakan serangkaian gambar berwarna. Gambar-gambar berwarna itu di rancang sedemikian rupa sehingga secara tepat dan cepat serta dapat memberikan penilaian terhadap kelainan persepsi warna (Taiyeb, 2016).

    Salah satu gangguan yang terjadi pada mata adalah buta warna. Buta warna adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak dapat membedakan warna tertentu yang bisa dibedakan oleh orang dengan mata normal. Seseorang yang menderita buta warna dapat disebabkan oleh kelainan sejak lahir atau akibat penggunaan obatobatan yang berlebihan. Tes Ishihara adalah sebuah metode pengetesan buta warna yang dikembangkan oleh Dr. Shinobu Ishihara. Tes ini pertama kali dipublikasikan pada tahun 1917 di Jepang. Sejak saat itu, tes ini terus digunakan di seluruh dunia, sampai sekarang. Tes buta warna Ishihara terdiri dari lembaran yang didalamnya terdapat titik-titik dengan berbagai warna dan ukuran. Titik berwarna tersebut disusun sehingga membentuk lingkaran. Warna titik itu dibuat sedemikian rupa sehingga orang buta warna tidak akan melihat perbedaan warna seperti yang dilihat orang normal (Agusta, 2012).

    Buta warna merupakan salah satu masalah pada mata seseorang yang tidak dapat mengenali warna yang dilihat. Dalam hal ini penentuan tingkat buta warna akan dibahas dalam tiga tingkatan buta warna yaitu monochromacy, dichromacy dan anomolus trichomacy. Adapun monochromacy adalah keadaan mata manusia hanya memiliki satu sel pigmen cones atau tidak berfungsinya semua sel pigmen, dichromacy keadaan mata manusia yang disebabkan karena salah satu dari tiga sel cone tidak ada atau tidak berfungsi sel cone dan anomalus tricrhomacy yang merupakan keadaan mata manusia yang disebabkan karena faktor keturunan. Namun hal ini sangat jarang terjadi, penderita anomalus tricrhomacy mempunyai semua sel cone yang lengkap namun terjadinya sensitivitas terhadap salah satu warna dari tiga sel reseptor (Taufik, 2013).

    Sekitar 5 % populasi manusia menderita buta warna. Buta warna merupakan gangguan herediter yang lazim di derita pria daripada wanita. Buta warna bervariasi antara buta satu warna tertentu (buta warna parsial) sampai buta warna total. Terjadinya buta warna ini di sebabkan oleh tidak adanya atau ada tetapi sedikit sel kerucut warna merah dan hijau. Bila tidak ada sel kerucut merah, maka warna merah akan nampak hijau. Bila sel kerucut hijau tidak ada, maka benda hiaju akan nampak merah. Bila ketiga macam sel kerucut (warna merah, hijau dan biru) tidak ada, maka semua benda akan nampak hitam dan seseorang akan menderita buta warna total (Basoeki, 2003).

    Salah satu metode yang menjadi standar dokter spesialis mata untuk melakukan tes buta warna adalah metode Ishihara. Metode Ishihara menggunakan buku yang berisikan lembaran pseudoisochromatic (plate) yang didalamnya terdapat titik-titik dengan berbagai warna dan ukuran. Titik-titik berwarna tersebut disusun sehingga membentuk lingkaran yang di dalamnya terdapat titik-titik dengan pola membentuk angka maupun garis berkelok. Plate pada buku akan mengalami perubahan warna menjadi pudar atau kusam seiring lamanya penggunaan. Tingkat kepudaran atau kekusaman warna akan mengubah keaslian plate untuk alat uji sehingga akan mempengaruhi keakuratan hasil tes  (Viyata, 2014).

    Tes Ishihara adalah sebuah metode pengetesan buta warna yang dikembangkan  leh Dr. Shinobu Ishihara. Tes ini pertama kali dipublikasikan pada tahun 1917 di Jepang. Sejak saat itu, tes ini terus digunakan di seluruh dunia, sampai sekarang. es buta warna Ishihara terdiri dari lembaran yang didalamnya terdapat titik-titik dengan berbagai warna dan ukuran. Titik berwarna tersebut disusun sehingga embentuk lingkaran. Warna titik itu dibuat sedemikian rupa sehingga orang buta warna tidak akan melihat perbedaan warna seperti yang dilihat orang normal. Tes berikutnya adalah tes Farnsworth Munsell. Tes ini berfungsi sebagai tes lanjutan dari tes Ishihara yang hanya dapat menentukan kelainan partial atau tidaknya. sedangkan tes Farnsworth Munsell, bisa melakukan skrining kelemahan warna tertentu, seperti kelemahan terhadap warna merah (protan), kelemahan terhadap warna hijau (deutan), dan kelemahan terhadap warna biru (tritan) (Agusta, 2012).

    Kedua tes Ishihara dan Farnsworth Munsell ini mempunyai kelemahan yaitu berupa media tes. Media yang digunakan adalah lembaran kertas bagi Ishihara dan koin-koin warna dari kertas bagi tes Farnsworth Munsell. Media tes ini sendiri hanya dapat dilakukan pada ruangan bercahaya putih dengan intensitas penerangan yang cukup, sehingga melakukan tes buta warna ini tidak bisa di sembarang tempat/ruangan dengan bercahaya redup dan menggunakan cahaya kemerahan atau lampu pijar. Hal ini merupakan salah satu dari kelemahan tes konvensional, karena jika penerangan ruangan tidak sesuai dengan ketentuan standar, maka warna pada media tes pun akan berubah. Media lembaran kertas bagi tes Ishihara pun mempunyai kelemahan berupa pemudaran warna, mudah robek, dan bisa saja salah satu dari lembaran tes terselip ataupun hilang. Sedangkan media koin-koin warna pada tes Farnsworth Munsell sendiri, memiliki kelemahan berupa pemudaran warna, mudah robek, dan bentuk koin yang sangat kecil, sehingga bisa hilang atau tercecer (Agusta, 2012).

    Bab III. Metode Praktikum

    A. Alat dan Bahan

    1. Pulpen
    2. Probandus
    3. Buku petunjuk buta warna (Buku ishihara)

    B. Prosedur Kerja

    1. Dua anggota kelompok menjadi naracoba dan pembanding.
    2. Alat yang di gunakan adalah Ishihara test for colour blindness yang terdiri atas 14 gambar warna.
    3. Meletakkan alat uji pada jarak 75 cm dari naracoba ke pembanding dengan penyinaran matahari yang cukup secara tidak langsung. Alat harus di angkat dengan sudut tegak, lururs dengan garis penglihatan.
    4. Kemudian berturut-turut penguji menunjukkan gambar 1 sampai nomor 1. Setiap kali mwlihat satu gambar diberikan waktu selama 5 detik, kemudian menyebutkan gambar yang dilihatnya.

    Bab IV. Hasil dan Pembahasan

    A. Hasil Pengamatan

    Tabel 1. Hasil Pengamatan Data Pribadi

    NoTerlihat ProbandusTerlihat PembandingKeterangan
    11212
    288
    355
    42929
    57474
    677
    74545
    822
    922
    101616
    123535
    139696

    Tabel 2. Data Hasil Pengataman Individu

    NoNamaYaTidak
    1Fitriani
    2Sinta
    3Widya
    4Mauliani
    5Vera
    6Ainun
    7Qadri
    8Wahyu
    9Rusnita
    10Jihadi
    11Fitriandani
    12Nurhuda
    13Rabiatul
    14Hasriana
    15Elsa
    16Yuliana
    17Marina
    18Azizah
    19Dhia
    20Nurfajrianti
    21Anita
    22Demmanyai
    23Alvia
    24Athifatul
    25Agung
    26Rhoiha
    27Fajri
    28Gunadi
    29Ogy
    30Ningsih
    31Resky
    32Ayu
    33Varadillah
    34Aprilyani
    35Windy
    36Fadilah
    37Ilmi
    38Sinta
    39Sri
    40Husnil
    41Iksan
    42Anggelina
    43Intan
    44Khairul
    45Herni
    46Fajryani
    47Auliyah Mis
    48Khalifah
    49Indra
    50Aisyah
    51Supriadi
    52Ulfa
    53Fadil

    B. Pembahasan

    Berdasarkan kegiatan praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia yang telah dilaksanakan mengenai Tes Buta Warna, maka diperoleh hasil yang baik, yang dimaksudkan baik adalah semua probandus uang telah diuji memiliki mata yang normal. Hal ini terlihat setelah probandus di tes menggunakan tes buta warna dengan metode ishihara dimana probandus dapat menyebutkan semua pola warna yang terdapat pada buku ishihara tersebut.

    Perlu kita ketahui bahwa buta warna ini disebabkan oleh jumlah banyak tidaknya sel kerucut dalam mata. Buta warna bervariasi, mulai dari yang parsial (sebagian) hingga buta warna total. Buta warna parsial artinya penderita tidak dapat membedakan antara warna merah dengan hijau, antara warna hijau dengan biru. hijau dan biru sangat sedikit. Buta warna total artinya penderita tidak memiliki sel kerucut merah, hijau dan biru sehingga warna yang bisa di lihat hanya warna hitam dan putih.

    Lebih jelasnya, buta warna merupakan gangguan herediter yang lazim di derita pria daripada wanita. Buta warna bervariasi antara buta satu warna tertentu (buta warna parsial) sampai buta warna total. Terjadinya buta warna ini di sebabkan oleh tidak adanya atau ada tetapi sedikit sel kerucut warna merah dan hijau. Bila tidak ada sel kerucut merah, maka warna merah akan nampak hijau. Bila sel kerucut hijau tidak ada, maka benda hiaju akan nampak merah. Bila ketiga macam sel kerucut (warna merah, hijau dan biru) tidak ada, maka semua benda akan nampak hitam dan seseorang akan menderita buta warna total (Basoeki, 2003).

    Bab V. Penutup

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil pengamatan, maka dapat disimpulkan bahwa semua probandus yang telah di uji dengan metode ishihara memiliki mata yang nomal atau dengan kata lain tidak buta warna. Serta diketahui bahwa buta warna disebabkan pada jumlah sel kerucut pada mata

    B. Saran

    Sebaiknya dalam pengerjaan laporan tidak perlu menggambar kembali gambar yang telah jelas dan disediakan dalam penuntun.

     DAFTAR PUSTAKA

    Agusta, sofiar. 2012. Instrumen Pengujian Buta Warna Otomatis. Jurusan Fisika FMIPA UI: Depok. Jurnal Ilmiah Elite Elektro Vol 3 No 1.

    Basoeki, soedjono. 2003. JICA: Malang.

    Taufik. 2013. Penentuan Tingkat Buta Warna Berbasis His dengan banyak Warna pada Citra Ishihara. STKIP Bina Bangsa Meulaboh: Meulaboh. Jurnal Vol 4 No 1.

    Viyata, randy. 2014. Aplikasi Tes Buta Warna dengan Metode Ishihara pada Smartphone Android. Program Studi Teknik Informatika FT Universitas Bengkulu: Bengkulu. Jurnal Pseudocode Vol 1 No 1.

    Taiyeb, mushawwir. 2016. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jurusan Biologi FMIPA UNM: Makassar.

  • Laporan Praktikum Bioteknologi Pembuatan Tapai Ketan

    Laporan Praktikum Bioteknologi Pembuatan Tapai Ketan

    Pembuatan Tapai Ketan dapat dilakukan dengan memanfaatkan bakteri dalam memfermentasi gula menjadi alkohol. Praktek ini memanfaatkan konsep bioteknologi.

    Pembuatan Tapai Ketan

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Indonesia sebagai salah satu negara yang terletak di wilayah Katulistiwa terkenal dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Hal ini membuat budaya pembuatan penganan dan makanan sangat beragam. Salah satu jenis makanan khas yang unik dari Indonesia adalah Tapai Ketan.

    Tape ketan adalah kuliner khas Indonesia yang terbuat dari Beras Ketan yang fermentasi sehingga menghasilkan aroma kahs dan rasa manis. Proses pembuatannya melibatkan sejumlah bakteri yang didapat dari bakteri starter pak namun di pasar tradisional dijual dengan nama ragi.

    Ragi sendiri merupakan starter pack yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri Sacchoromiyces cerevicae. Bakteri ini merupakan mikorba eukariotik yang berperan mengubah karbohidrat menjadi senyawa alkohol dan karbondioksida. Pratkikum ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan Tape Ketan.

    B. Tujuan

    1. Mengetahui cara pembuatan tapai ketan.
    2. Mengetahui karakteristik kualitas tape ketan yang baik.

    Bab II. Kajian Pustaka

    Tapai merupakan hasil dari proses fermentasi dari bahan-bahan yang mengandung karbohidrat seperti beras ketan dan ubi kayu. Dalam proses fermentasi yang melibatkan aktifitas mikroorganisme ini terjadi proses pengubahan karbohidrat menjadi etanol, sehingga bahan makanan hasil fermentasi menjadi lebih enak rasanya (Sutanto, 2006).

    Tapai mempunyai rasa sedikit manis dengan sedikit rasa alkohol dan aroma semerbak yang khas. Tekstur lunak dan berair serta mengasilkan cairan yang merupakan efek dari efek fermentasi. Rasa manis pada tapai dipengaruhi oleh kadar gula dari tapai itu sendiri. Tetapi kadang – kadang pada sejenis tapai tertentu timbil rasa asam agak menyengat. Hal ini biasanya disebabkan oleh perlakuan selama proses pembuatan yang kurang teliti, misalnya penambahan ragi yang terlampau banyak, penutupan yang kurang sempurna selama proses fermentasi berlangsung, ataupun karena proses fermentasi yang terlalu lama (Oyon Suwaryono dan Yusti Ismaeni, 1987 dalam Santosa, 2010).

    Fermentasi merupakan suatu cara yang telah dikenal dan digunakan sejak lama sejak jaman kuno. Fermentasi merupakan suatu cara untuk mengubah substrat menjadi produk tertentu yang dikehendaki dengan menggunakan bantuan mikroba. Bioteknologi berbasis fermentasi sebagian besar merupakan proses produksi barang dan jasa dengan menerapkan teknologi fermentasi atau yang menggunakan mikroorganisme untuk memproduksi makanan dan minuman seperti: keju, yoghurt, minuman beralkohol, cuka, sirkol, acar, sosis, kecap, dll (Nurcahyo, 2011).

    Fermentasi mempunyai pengertian aplikasi metabolisme mikroba untuk mengubah bahan baku menjadi produk yang bernilai lebih tinggi, seperti asam-asam organik, protein sel tunggal, antibiotika dan biopolimer. Fermentasi merupakan proses yang relatif murah yang pada hakekatnya telah lama dilakukan oleh nenek moyang kita secara tradisional dengan produk-produknya yang sudah biasa dimakan orang sampai sekarang, seperti tempe, oncom, tapai,  dan lain-lain (Nurhayani, 2001).

    Diantara bahan dasar pembuatan tapai yang sering digunakan adalah beras ketan baik yang hitam maupun yang putih. Tapai dari beras ketan inilah yang paling banyak dijumpai di toko-toko makanan maupun di Super Market. Namun demikian juga belum diketahui apakah ada perbedaan kandungan etanol dalam tapai yang dihasilkan pada pembuatan dengan kedua macam beras ketan tersebut, sehingga dalam penelitian ini akan dipelajari perbedaan kandungan etanol dalam tapai yang dihasilkan dari bahan dasar beras ketan hitam dan putih dan dengan menggunakan beberapa macam pembungkus yang berbeda yaitu dengan daun, plastik dan gelas (Sutanto, 2006).

    Beras, ketan, jagung dan ketela pohon, dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan tapai. Bahan-bahan tersebut dikukus hingga matang, dihamparkan ditampah dan setelah dingin dibubuhi ragi, kemudian campuran itu ditaruh dalam belangga, ditutup dengan daun pisang dan disimpan dalam tempat yang sejuk. Tak lama kemudian berkhamirlah karena daya kerja organismeorganisme yang terdapat dalam ragi (Heyne, 1987 dalam Berlian, 2016).

    Pada proses pembuatan tapai, masyarakat biasanya menggunakan daun pisang sebagai pembungkusnya. Dengan semakin sulitnya mendapatkan daun terutama di daerah perkotaan maka masyarakat beralih ke pembungkus atau wadah alternatif yang lebih mudah diperoleh untuk proses pembuatan tapai seperti plastik, gelas dan wadah yang lain. Namun demikian belum diketahui apakah wadah fermentasi dalam pembuatan tapai ini berpengaruh terhadap kandungan etanol dalam tapai yang dihasilkan (Sutanto, 2006).

    Perbedaan waktu fermentasi dapat menghasilkan perbedaan pertumbuhan mikroorganisme. Semakin lama waktu fermentasi maka mikroorganisme yang tumbuh  semakin banyak sampai nutrisi dimedia tersebut habis. Proses pemecahan karbohidrat dipengarhui aktivitas mikroorganisme. Dari hasil fermentasi yang dilakukan, didapatkan pertumbuhan dan tinggi mikroorganisme yang tertinggi adalah waktu fermentasi 9 hari. Hal ini dikarenakan adanya aktivitas mikroorganisme yang optimal, sedangkan pada fermentasi hari ke 0 mikroorganisme belum tumbuh dan fermentasi hari ke 3 didapatkan pertumbuhan dan tinggi mikroorganisme rendah (Hidayati, 2013).

    Pada proses pembuatan tapai, khamir dan kapang merupakan mikrobia yang mengubah karbohidrat yang terkandung dalam bahan, menjadi gula. peranan ragi dalam pembuatan tape adalah mengubah gula menjadi alkohol. rasa manis pada tape dipengaruhi oleh kadar gula yang ada dalam tape tersebut. dalam proses pembuatan tape, kadang-kadang sering dijumpai adanya tape yang berasa masam. hal ini dapat disebabkan oleh adanya kontaminasi sejenis bakteri karena proses pembuatan tape yang kurang teliti, misalnya penambahan ragi yang berlebihan dan penutupan bahan pada saat fermentasi berlangsung serta waktu fermentasi yang terlalu lama (Rukamana, 2001).

    Bab III. Metode Praktikum

    A. Alat dan Bahan

    1. Alat
    1. Dandang
    2. Baskom
    3. Sendok kayu
    4. Talang
    5. Toples
    2. Bahan
    1. Ketan hitam
    2. Ragi tape
    3. Gula pasir halus
    4. Daun pisang secukupnya

    B. Prosedur Kerja

    1. Mencuci ketan dan membuang kotoran yang ada pada butiran beras ketan.
    2. Memasukkan beras ketan ke dalam baskom kemudian diberi air sampai menutupi beras ketan. Membiarkan beras ketan selama 10-12 jam.
    3. Mencuci kembali sampai bersih kemudian dikukus seperti cara mengukus nasi biasa. Setelah setengah matang lalu diangkat.
    4. Menaruh beras ketan yang setengah matang tersebut di atas talang kemudia diratakan. Hal tersebut bertujuan agar nasi ketan setengah matang yang baru dipanaskan dapat dingin secara merata.
    5. Menaburkan ragi yang sudah dihaluskan secara merata, menambahkan pula gula halus secukupnya jika suka.
    6. Memasukkan ketan yang telah bercampur ragi dan gula ke dalam toples.
    7. Menutup toples dengan rapat agar udara dari luar tidak masuk ke dalam toples lalu diamkan selama 2-3 hari.

    Bab IV. Hasil dan Pembahasan

    A. Hasil Pengamatan

    AromaTeksturRasa
    Berbau alkoholAda yang keras dan ada yang lunak dan berairSedikit manis

    B. Pembahasan

    Tapai merupakan hasil dari proses fermentasi dari bahan-bahan yang mengandung karbohidrat seperti beras ketan dan ubi kayu. Dalam proses fermentasi yang melibatkan aktifitas mikroorganisme ini terjadi proses pengubahan karbohidrat menjadi etanol, sehingga bahan makanan hasil fermentasi menjadi lebih enak rasanya (Sutanto, 2006).

    Tapai mempunyai rasa sedikit manis dengan sedikit rasa alkohol dan aroma semerbak yang khas. Tekstur lunak dan berair serta mengasilkan cairan yang merupakan efek dari efek fermentasi.  Rasa  manis pada tapai dipengaruhi oleh  kadar gula dari tapai itu sendiri (Oyon Suwaryono dan Yusti Ismaeni, 1987 dalam Santosa, 2010).

    Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa tapai yang telah disimpan selama 3 hari mengalami perubahan rasa dan aroma. Jika di analisis, hal ini berkesesuaian dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hidayati (2013) yang mengatakan bahwa “fermentasi hari ke 3 didapatkan pertumbuhan mikroorganisme rendah”. Hasil pengamatan menyatakan bahwa tapai memiliki aroma berbau alcohol dengan rasa yang agak manis. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Rukmana (2001) bahwa “Pada proses pembuatan tapai, khamir dan kapang merupakan mikrobia yang mengubah karbohidrat yang terkandung dalam bahan, menjadi gula. peranan ragi dalam pembuatan tape adalah mengubah gula menjadi alkohol. rasa manis pada tape dipengaruhi oleh kadar gula yang ada dalam tape tersebut”.

    Perubahan-perubahan yang terjadi secara umum berkesesuain dengan teori yang ada, hasil tapai yang dibuat tidak maksimal karena tapai masih memiliki tekstur yang agak keras dan belum memiliki banyak air serta rasa yang belum terlalu manis. Hal ini dikarenakan waktu fermentasi yang singkat yaitu hanya selama 3 hari, sedangkan menurut Hidayati (2013) “fermentasi hari ke 3 didapatkan pertumbuhan mikroorganisme rendah dan didapatkan pertumbuhan dan tinggi mikroorganisme yang tertinggi adalah waktu fermentasi 9 hari”.

    Bab V. Kesimpulan

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil pengamatan, secara umum hasil pembuatan tapai berkesesuain dengan teori yang ada, hasil tapai yang dibuat tidak maksimal karena tapai masih memiliki tekstur yang agak keras dan belum memiliki banyak air serta rasa yang belum terlalu manis. Hal ini dikarenakan waktu fermentasi yang singkat yaitu hanya selama 3 hari,

    B. Saran

    Sebaiknya dilakukan inovasi pembuatan tapai, sehingga praktikan tidak hanya mengetahui cara pembuatan tapai secara umum namun dapat melakukan inovasi-inovasi.

    DAFTAR PUSTAKA

    Berlian, Zainal. Dkk. 2016. Jurnal Biota. Uji Kadar Alkohol Tapai Ketan Putih Singkong  Melalui  Fermentasi  dengan  Dosis  Ragi yang Berbeda. Vol. 2 No. 1.

    Hidayati, Darimiyya. Dkk. 2013. Argointek. Pola Pertumbuhan Ragi pada Fermentasi Kulit SIngkong. Vol. 7 No. 1.

    Nurcahyo, Heru. 2011. Diktat Bioteknologi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta

    Nurhayani. Dkk. 2001. Peningkatan Kandungan Protein Kulit Umbi Ubi Kayu Melalui Proses Fermentasi. Vol. 6. No. 1.

    Rukmana, Rahmat. Yuniarsih, Yuyun. 2001. Aneka Olahan Ubi Kayu. Yogyakarta: Kanisius

    Santosa, Agus. Prakosa, Cucut. 2010. Karakteristik Tapai Buah Sukun Hasil Fermentasi Penggunaan Konsentrasi Ragi Yang Berbeda. Vol. 22. No. 73.

    Sutanto, Teja Dwi. Dkk. Jurnal Gradien. Studi Kandungan Etanol Dalam Tapai Hasil Fermentasi  Beras Ketan Hitam Dan Putih. Vol. 2 No.1.