Daftar isi
PKI Madiun
Pasca melaksanakan Proklamasi pada 17 Agustus 1945 silam, Keadaan Republik Indonesia masih sangat labil baik dari segi keamanan, sosial dan ekonomi. Hal ini membuat banyak pihak melakukan upaya mempertahankan kemerdekaan dengan cara-cara mereka sendiri.
Salah satu hal yang paling tampak dalam gerakan perjuangan mempertahankan kemerdekaan adalah membentuk banyak gerakan dalam bentuk persatuan, kelompok, partai, golongan dan sejenisnya. Salah satu yang tumbuh dengan cepat adalah Golongan Kiri dan Golongan Sosialis. Golongan Kiri dan Sosialis kemudian cenderung membentuk gerakan beraliran komunis baik dalam bentuk partai seperti Partai Murba dan Partai Komunis Indonesia maupun gerakan dengan paham komunis saja.
Perjanjian Renville
Akibat perjanjian Renville yang kurang menguntungkan untuk RI, maka kabinet Amir Syarifudin mendapatkan mosi tidak percaya dan akhirnya jatuh pada bulan Januari 1948. Dan Amir Syarifudin pun beralih menjadi partai oposisi. Partai oposisinya diperkuat pada tanggal 26 Februari 1948.Selain tergabung dalam Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia), Partai Sosialis Indonesia (PSI) juga terdapat kelompok-kelompok kiri. Kelompok kiri juga disebut Kelompok Diskusi Patuk karena pendirinya berasal dari Patuk, Jawa Tengah yang tak hanya terdiri dari golongan sipil namun militer juga.
Pada tanggal 21 Juli 1948, di hotel Huisje Hansje diadakan pertemuan yang disebut Pertemuan Sarangan, dekat Madiun yang dihadiri oleh Soekarno, Hatta, Sukiman, Menteri Dalam Negeri, Mohamad Roem (anggota Masyumi) dan Kepala Polisi Sukanto, sedangkan di pihak Amerika hadir Gerald Hopkins (penasihat politik Presiden Truman), Merle Cochran (pengganti Graham yang mewakili Amerika dalam Komisi Jasa Baik PBB). Pemerintah Republik Indonesia menyetujui Red Drive Proposal (proposal pembasmian kelompok merah). Dengan bantuan Arturo Campbell, Sukanto berangkat ke Amerika guna menerima bantuan untuk kepolisian RI. Campbell yang menyandang gelar resmi Atase Konsuler pada Konsulat Jenderal Amerika di Jakarta, sesungguhnya adalah anggota Central Intelligence Agency – CIA
Tanggal 11 Agustus 1948, Musso tiba di Yogyakarta dan segera menempati kembali posisi di pimpinan Partai Komunis Indonesia. Banyak politisi sosialis dan komandan pasukan bergabung dengan Musso. Mr. Amir Sjarifuddin Harahap, dr. Setiajid, kelompok diskusi Patuk.
Sebab-sebab :
Aksi saling menculik dan membunuh mulai terjadi, dan masing-masing pihak menyatakan, bahwa pihak lainlah yang memulai. Banyak perwira TNI, perwira polisi, pemimpin agama, pondok pesantren di Madiun dan sekitarnya yang diculik dan dibunuh. Tanggal 10 September 1948, mobil Gubernur Jawa Timur RM Ario Soerjo (RM Suryo) dan mobil 2 perwira polisi dicegat massa pengikut PKI di Ngawi. Ke 3 orang tersebut dibunuh dan mayatnya dibuang di dalam hutan. Demikian juga dr. Muwardi dari golongan kiri, diculik dan dibunuh. Tuduhan langsung dilontarkan, bahwa pihak lainlah yang melakukannya. Di antara yang menjadi korban juga adalah Kol. Marhadi. Kelompok kiri menuduh sejumlah petinggi Pemerintah RI, termasuk Wakil Presiden Hatta telah dipengaruhi oleh Amerika Serikat untuk menghancurkan Partai Komunis Indonesia, sejalan dengan doktrin Harry S. Truman, Presiden AS yang mengeluarkan gagasan Domino Theory. Truman menyatakan, bahwa apabila ada satu negara jatuh ke bawah pengaruh komunis, maka negara-negara tetangganya akan juga akan jatuh ke tangan komunis, seperti layaknya dalam permainan kartu domino. Oleh karena itu, dia sangat gigih dalam memerangi komunis di seluruh dunia.
Diisukan, bahwa Sumarsoso tokoh Pesindo, pada 18 September 1948 melalui radio di Madiun telah mengumumkan terbentuknya Pemerintah Front Nasional bagi Karesidenan Madiun. Namun Soemarsono kemudian membantah tuduhan yang mengatakan bahwa pada dia mengumumkan terbentuknya Front Nasional Daerah (FND) dan telah terjadi pemberontakan PKI. Dia bahwa FND dibentuk sebagai perlawanan terhadap ancaman dari Pemerintah Pusat
Untuk itu PKI beranggapan bahwa harus melakukan pemurnian Negara yang dilakukan dengan pembentukan Front Demokratik Rakyat (FDR) dan proklamasikannya negara Soviet Republik Indonesia pada tanggal 18 September 1948 di Madiun oleh Muso, seorang tokoh Partai Komunis Indonesia dengan didukung pula oleh Menteri Pertahanan saat itu, Amir Syarifuddin.
Pada 19 September 1948, Presiden Soekarno dalam pidato yang disiarkan melalui radio menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia, untuk memilih: Musso atau Soekarno-Hatta. Maka pecahlah konflik bersenjata, yang pada waktu itu disebut sebagai Madiun Affairs (Peristiwa Madiun), dan di zaman Orde Baru kemudian dinyatakan sebagai pemberontakan PKI.
Jalannya Peristiwa dan akhir peristiwa:
Kekuatan pasukan pendukung Musso digempur dari dua arah: Dari barat oleh pasukan Divisi II di bawah pimpinan Kolonel Gatot Subroto, yang diangkat menjadi Gubernur Militer Wilayah II (Semarang-Surakarta) tanggal 15 September 1948, serta pasukan dari Divisi Siliwangi, sedangkan dari timur diserang oleh pasukan dari Divisi I, di bawah pimpinan Kolonel Sungkono, yang diangkat menjadi Gubernur Militer Jawa Timur, tanggal 19 September 1948, serta pasukan Mobiele Brigade Besar (MBB) Jawa Timur, di bawah pimpinan M. Yasin. Kekuatan inti pasukan-pasukan pendukung Musso dapat dihancurkan dalam waktu singkat.
Tanggal 30 September 1948, kota Madiun dapat dikuasai seluruhnya. PKI kembali harus menelan pil pahit setelah pemberontakannya kembali digulung pemerintah Sukarno-Hatta. Pasukan Republik yang datang dari arah timur dan pasukan yang datang dari arah barat, bertemu di Hotel Merdeka di Madiun. Namun pimpinan kelompok kiri beserta beberapa pasukan pendukung mereka, lolos dan melarikan diri ke beberapa arah, sehingga tidak dapat segera ditangkap.
Baru pada akhir bulan November 1948 seluruh pimpinan dan pasukan pendukung Musso tewas atau dapat ditangkap. Sebelas pimpinan kelompok kiri, termasuk Mr. Amir Syarifuddin, mantan Perdana Menteri RI, dieksekusi pada 20 Desember 1948, atas perintah Kol. Gatot Subroto.
Dan untuk mengenang peristiwa kejamnya PKI di Madiun dan perjuangan para pahlawan, maka setiap tanggal 30 September diperingati hari Kesaktian Pancasila.
Tokoh-tokoh :
Amir Syarifudin : Mantan Perdana Menteri RI
DN Aidit : Pemimpin Pemberontakan
Musso : Ketua Partai Komunis Indonesia
Soekarno : Presiden RI
Moh. Hatta : Wakil Presiden RI
Sukiman : Menteri Dalam Negeri
Mohamad Roem : Anggota Masyumi
Sukanto : Kepala Polisi
Harry S. Truman : Presiden AS pada saat itu
Gerald Hopkins : Penasihat politik Presiden Truman dari AS
Merle Cochran : pengganti Graham yang mewakili Amerika dalam Komisi Jasa Baik PBB
Kolonel Gatot Subroto : Pemimpin serangan kepada PKI