Blog

  • Makalah Tentang Masuknya Budaya Asing ke Indonesia

    Makalah Tentang Masuknya Budaya Asing ke Indonesia

    Contoh makalah dengan topik masuknya Budaya asing ke Indonesia. Makalah ini bertujuan untuk membahas proses masuk, dampak dan manfaat pertukauran budaya asing antar negara.

    Masuknya Budaya Asing ke Indonesia

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Pada umumnya masuknya budaya asing ke Indonesia sangat cepat perkembangannya. Masuknya budaya luar bisa melalui banyak cara seperti, sarana multi media massa elektronik maupun cetak, serta media dunia maya (internet dan social media) sangat mempengaruhi perkembangan budaya Indonesia. Dampak yang ditimbulkan ada yang bersifat positif dan ada yang negatif. Jika kebudayaan asing yang bersifat negatif memasuki sendi-sendi kehidupan bangsa, terutama para generasi muda tanpa diimbangi upaya pelestarian nilai-nilai budaya bangsa dikhawatirkan Bangsa Indonesia akan kehilangan jati diri sebagai bangsa.

    Budaya itu sendiri adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama, politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

    Globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.

    Awal masuknya kebudayaan asing di Indonesia melalui penjajahan yang diakukan oleh orang asing, mereka tidak hanya mengambil rempah-rempah saja tetapi memasukan kebudayaan mereka di Indonesia sehingga kebudayaan rakyat Indonesia bercampur dengan kebudayaan asing.

    Kebiasaan orang-orang barat yang biasa kita saksikan baik  di media elektronik, cetak maupun secara langsung seperti  cara berpakaian dan mode yang telah menjadi budaya  masyarakat kita khususnya kalangan remaja. Pengaruh ini dapat merambat lebih cepat ke golongan bawah akibat artis-artis di jagad hiburan yang memiliki tingkat moderenisasi yang lebih tinggi. Dari perilaku dan gayanya itulah di lihat sebagai contoh dan layak di tiru karena di anggap lebih maju dan modern. Umumnya kalangan remaja  Indonesia berperilaku ikut-ikutan tanpa selektif sesuai dengan nilai-nilai agama yang di anut dan adat kebiasaan yang mereka miliki. Para remaja juga merasa bahwa kebudayaan di negrinya sendiri terkesan jauh dari moderenisasi. Sehingga para remaja merasa gengsi kalau tidak mengikuti perkembangan zaman meskipun bertentangan dengan nilai-nilai ajaran agama dan budayanya. Sehingga pada akhirnya para remaja lebih menyukai kebudayaan barat, dibandingkan dengan kebudayaan kita sendiri. Dan kini nilai-nilai kebudayaan kita semakin terkikis  karena di sebabkan oleh pengaruh budaya Asing yang masuk ke Negara kita.

    Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya genersi muda tersebut? Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa.

    Oleh karena itu, untuk meningkatkan ketahanan budaya bangsa, maka Pembangunan Nasional perlu bertitik-tolak dari upaya-upaya pengem­bangan kesenian yang mampu melahirkan “nilai-tambah kultural”. Seni-seni lokal dan nasional perlu tetap dilanggengkan, karena berakar dalam budaya masyarakat. Melalui sentuhan-sentuhan nilai-nilai dan nafas baru, akan mengundang apresiasi dan menumbuhkan sikap posesif terhadap pembaharuan dan pengayaan karya-karya seni. Di sinilah awal dari kesenian menjadi kekayaan budaya dan “modal social – kultural” masyarakat.

    Bab II. Pembahasan

    A. Perkembangan Budaya Asing di Era Globalisasi

    Seiring dengan masuknya era globalisasi saat ini, turut mengiringi budaya-budaya asing yang masuk ke Indonesia. Di zaman yang serba canggih ini, perkembangan kemutahiran tekhnologi tidak dibarengi dengan budaya-budaya asing positif yang masuk. Budaya asing masuk ke negeri kita secara bebas tanpa ada filterisasi. Perkembangan pesat era globalisasi saat ini semakin menekan proses akulturasi budaya terutatama pengaruh budaya Barat. Dengan kemajuan teknologi modern mempercepat akses pengetahuan tentang budaya lain. Membawa perubahan sampai ke tigkat dasar kehidupan manusia di Indonesia. Pengaruh interaksi dengan budaya Barat mewarnai kehidupan masyarakat Indonesia.

    Pada umumnya masyarakat Indonesia terbuka dengan inovasi-inovasi yang hadir dalam kehidupannya, tetapi mereka belum bisa memilah mana yang sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku dan mana yang tidak sesuai dengan aturan serta norma yang berlaku di negara Republik Indonesia, sebagai contoh yaitu: cara berpakaian anak-anak remaja Indonesia yang sudah jauh melenceng dari aturan-aturan agama dan norma yang ada. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan sehingga ada bagian tubuh yang seharusnya tidak diperlihatkan malah diperlihatkan. Masuknya budaya asing diindonesia bisa melalui banyak cara salah satunya adalah melalui social media. Kaum remaja biasa melihat fashion orang asing. Mulai dari cara berpakaian hingga gaya rambut sehingga mereka dengan mudah terpengaruh dengan fashion orang barat, jujur saya sendiri juga mengikuti perkembangan fashion budaya barat. Dari yang ingin hanya melihat saja disosial media menjadi ingin mencoba fashion orang asing yang saat ini sedang tren. Padahal cara berpakaian mereka dengan cara berpakaian yang diajarkan oleh orang tua kita sangat jauh berbeda. Orang Indonesia cenderung ingin mencoba gaya yang mereka anggap baik dan bagus untung di pakai sehingga kaum remaja seperti kita ini dengan mudah terpengaruh. Kebiasaan dan pola hidup orang barat seakan menjadi cermin moderen. Hal ini jelas mengikis perilaku dan tindakan seseorang.

    Hembusan pengaruh Barat, di anggap sebagai ciri khas kemajuan dalam ekspresi kebudayaan kekinian. Padahal belum tentu sesuai dengan kebutuhan situasi dan kondisi masyarakat sendiri. Keadaan ini terus mengikis budaya dan kearifan lokal yang menjadi warisan terjadi kebudayaan masyarakat nusantara. Dari sinilah juga nilai tradisional secara perlahan mengalami kepunahan karena tidak mampu bersaing dengan budaya moderen dalam bentuk pergaulan masyarakat.

    Dalam era globalisasi ini, jati diri bangsa Indonesia perlu dibina dan dimasyarakatkan oleh setiap warga negara Indonesia. Hal ini diperlukan agar bangsa Indonesia tidak terbawa arus oleh pengaruh dan budaya asing yang jelas-jelas tidak sesuai dan (bahkan) tidak cocok dengan bahasa dan budaya bangsa Indonesia. Pengaruh dari luar atau pengaruh asing ini sangat besar kemungkinannya terjadi pada era globalisasi ini. Batas antarnegara yang sudah tidak jelas dan tidak ada lagi, serta pengaruh alat komunikasi yang begitu canggih harus dihadapi dengan mempertahankan jati diri bangsa Indonesia, termasuk jati diri bahasa Indonesia. Sudah barang tentu, hal ini semua menyangkut tentang kedisiplinan berbahasa nasional, yaitu pematuhan aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa Indonesia dengan memperhatikan siatuasi dan kondisi pemakaiannya. Dengan kata lain, pemakai bahasa Indonesia yang berdisiplin adalah pemakai bahasa Indonesia yang patuh terhadap semua kaidah atau aturan pemakaian bahasa Indonesia yang sesuai dengan situasi dan kondisinya.

    Pada awalnya pintu masuk kebudayaan Asing di Indonesia adalah melalui kegiatan penjajahan para orang Asing di Indonesia. Tidak hanya mengambil hasil rempah-rempah dan menjajah pada umunya, tetapi mereka juga menanamkan budaya mereka untuk mencampuri kebudayaan Indonesia. Berbeda dengan masa penjajahan, pada zaman sekarang pintu masuk kebudayaan Asing itu melalui kemajuan teknologi dan informasi. Dizaman dahulu salah satu contoh masuknya budaya asing, yaitu: gaya arsitektur keraton Yogyakarta yang mengarah ala-ala Japanese.

    Para kaum remaja di Indonesia sudah jarang sekali mempelajari kebudayaan – kebudayaan lokal, tetapi anak anak lebih suka bermain play station dan bermain ke time zone. Sangat jarang saat ini saya melihat anak anak bermain kuda lumping, dakon, gobak sodor dll. Tetapi saat ini ada stasiun TV negeri secara konsisten menayangkan acara budaya – budaya Indonesia. Selain itu banyak Negara Negara tetangga yang mengklaim kebudayaan – kebudayaan kita, seperti contoh:

    1. Tari reog ponorogo dari jawa timur oleh pemerintah Malaysia.
    2. Alat music gamelan dari jawa oleh pemerintah Malaysia.
    3. Kain ulos dari Sumatra utara oleh Malaysia
    4. Alat music angklung oleh Malaysia dan masih banyak lagi.

    Seharusnya kita sebagai bangsa Indonesia bangga memiliki warisan budaya tersebut dan memberikan apresiasi dengan cara menjaga budaya kita agar tidak diklaim oleh Negara asing.

    Faktor – Faktor Penyebab Budaya Asing Masuk ke Indonesia

    1. Kurangnya Penjagaan yang ketat di wilayah gerbang Indonesia

    Dalam gerbang wilayah Indonesia, sepertinya kurang adanya badan seleksi khusus yang bisa menyeleksi budaya-budaya asing negatif yang masuk ke Indonesia. Seperti masih banyaknya gambar serta video porno yang didatangkan dari luar.

    2. Lifestyle yang berkiblat pada barat

    Saat ini banyak masyarakat Indonesia yang meniru gaya hidup atau lifestyle orang-orang bule atau lebih berkiblat kebarat-baratan, yakni melakukan sex bebas, berpakaian mini, gaya hidup bebas tanpa ikatan atau biasa sering kita sebut dengan kumpul kebo. Istilah ini digunakan kepada pasangan yang bukan muhrimnya tetapi tinggal seatap tidak dalam tali pernikahan.

    Di Indonesia gaya hidup ini tidak dibenarkan karena menyalahi beberapa norma yakni norma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan. Sanksi yang diberikan bagi yang melanggar juga cukup berat terutama pada lingkungan sekitarnya. Orang-orang yang melakukan “kumpul kebo” atau tinggal serumah tanpa ikatan pernikahan ini akan dipandang kurang pantas oleh warga sekitar. Sanksi yang diberikan masyarakat tidak berat tetapi cukup menyakitkan karena bisa-bisa akan mengucilkan orang yang melakukan kegiatan ini.

    3. Menyalagunakan Tekhnologi

    Seperti sempat kita bahas diatas bahwa pemanfaatan tekhnologi yang salah dapat mempermudah arus budaya asinya negatif yang masuk. Seperti Internet sekarang ini internet banyak disalahgunakan untuk hal-hal negatif, seperti ada situs porno, melakukan hal penipuan, dll. Orang-orang menyalahgunakan pemanfaatan tekhnologi ini denga cara yang tidak benar. Orang-orang bisa mengakses dengan mudah situs-situs porno yang mereka inginkan. Hal ini membawa dampak buruk bagi yang menikmatinya.

    Mencegah

    cara-cara untuk mengatasi memudarnya jati diri bangsa adalah sebagai berikut:

    1. Jati diri harus berbasis kepada budaya dan kepribadian bangsa.

    Jati diri yang telah tersusun harus berbasis kepada budaya dan kepribadian bangsa Indonesia, antara lain:

    1. Religius
    2. Humanis
    3. Naturalis
    4. Terbuka
    5. Demokratis
    6. Integrasi dan Harmoni
    7. Nasionalisme dan Patriotisme
    8. Berkomitmen Terhadap Kebenaran
    9. Jujur dan Adil
    10. Profesional
    11. Ber-IPTEK
    12. Mandiri
    13. Etis dan Moralis
    14. Kepatuhan Kepada Hukum
    15. Berjiwa Kemasyarakatan
    16. Berjiwa Kultural
    17. Berjiwa Seni dan Estetika.

    Hal yang sangat memprihatinkan rakyat Indonesia dewasa ini adalah munculnya kehidupan yang bersifat paradoks dan menjadi bagian dari krisis bangsa yang multidimensial. Kondisi yang paradoks itu antara lain berupa masuknya budaya sekuler kedalam kehidupan bangsa Indonesia yang religius dan spiritualis sehingga muncul gaya hidup modern yang materialistik, individualistik, liberalis, hedonis dan vulgar.

    Sifat rakyat Indonesia yang sangat menghargai kejujuran, keikhlasan dan kemuliaan manusia, namun yang terjadi banyak orang yang memiliki karakter hipokrit atau munafik. Sifat ramah, terbuka, moderat dan bersahabat, namun yang terjadi sekarang adanya gerakan sosial radikal  yang menggunakan kekerasan, sehingga Indonesia disebut negara sarang teroris. Untuk mengatasi kondisi sosial yang paradoks tersebut, maka rakyat Indonesia harus membudayakan  dan mensosialisasikan jati diri  bangsa  seperti telah disebutkan sebelumnya.

    1. Memiliki Loyalitas Terhadap NKRI.

    Hubungan antar suku bangsa Indonesia belum harmonis karena masih ada suku bangsa yang mendominasi suku bangsa lain yang lebih kecil. Globalissi dan keterbukaan saat ini telah memperkuat paham etnosentrisme  danprimordialisme sehingga beberapa suku bangsa di Indonesia ingin mendirikan negara merdeka baru.  Tentu saja keinginan ini mengancam eksistensi NKRI, yang akhirnya akan memunculkan konflik sosial dengan kekerasan.

    Hendaknya semua pihak meyakini bahwa pembangunan jati diri bangsa Indonesia memiliki tujuan akhir, yaitu memperoleh persatuan dan kesatuan bangsa. Jati diri inilah yang membangun dan mengembangkan bangsa  agar memiliki identitas diri secara komprehensif sebagai pribadi yang percaya kepada diri sendiri, percaya akan potensi dengan kemampuan sendiri, mempertahankan harga diri, bersikap terbuka dan moderat.

    2. Memiliki Komitmen Tinggi Untuk Pelestarian Unsur dan Nilai Sosial.

    Kita harus menyadari bahwa setiap masyarakat akan menghadapi masalah perubahan sosial yang selalu terjadi sebagai dampak dari proses-proses sosial, seperti modernisasi dan industrialisasi

    Menurut Anthony Giddens, dampak dari modernisasi ada yang positif dan ada yang negatif. Modernisasi itu membawa perubahan-perbuhan menuju kemajuan  sekaligus juga membawa perubahan yang bersifat negatif seperti runtuhnya institusi sosial dan pudarnya budaya lokal. Tradisi dan budaya lokal dapat hilang secara perlahan-lahan  karena ditinggalkan oleh masyarakatnya sendiri.

    Bangsa dan negara Indonesia akan menjadi  bangsa dan negara besar. Oleh karena itu harus memiliki identitas diri dan jati diri yang khas  yang berbeda dengan bangsa dan negara lainnya.  Sehingga bangsa Indonesia akan memberikan sumbangan besar bagi peradaban umat manusia dikemudian hari.

    Demikian pembahasan yang saya buat, semoga apa yang saya tulis ini dapat  bermanfaat untuk kita semua. Pesan dari saya untuk seluruh lapisan masyarakat terutama anak muda untuk menyaring seluruh kebudayaan asing yang masuk ke budaya Indonesia, yang baik kita ambil sedangkan yang buruk kita tinggalkan. Dalam hal ini kita perlu bersifat bijak dan penyaringan budaya asing harus dilakukan dengan seksama dan cermat dan saya berpesan agar kita menanamkan rasa cinta kepada tanah air kita Bumi Indonesia, seperti: melestarikan budaya Indonesia dengan contoh seperti memakai baju batik, menghargai budaya suku lain serta turut mempelajari tari-tarian dan lagu lagu Indonesia.

    Kata penutup

    Demikianlah  Kliping tentang masuknya budaya asing ke Indonesia  Tak lupa kami mengucapkan terima kasih karena kesediaannya untuk membaca kliping yang kami buat untuk memenuhi tugas pelajaran Bahasa Indonesia. Tentunya masih banyak kekurangan karena berbagai keterbatasan kami baik itu berupa pengetahuan maupun bahan referensi, Oleh karena itu masukan berupa saran dan kritik sangat kami harapkan.

  • Laporan Praktikum Gerak Lurus Beraturan

    Laporan Praktikum Gerak Lurus Beraturan

    Berikut ini contoh laporan praktikum fisika dengan judul gerak lurus beraturan (GLB). Praktikum ini disusun dengabn menggunakan peralatan dari KIT Mekanika.

    Praktikum Gerak Lurus Beraturan

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Gerak merupakan fenomena alam yang paling banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini membuat gerak menjadi topik fisika yang paling mudah diamati. Mulai dari gerak beraturan seperti gerak benda jatuh, perputaran bulan sampai gerak acak seperti gerak mobil, burung terbang, gerak awan dan sejenisnya.

    Dalam bidang kajian fisika, gerak ditinjau dalam dua konsep utama yakni Dinamika dimana gerak ditinjau berdasarkan penyebab gerak dan Kinematika dimana gerak ditinjau tanpa memperhatikan penyebab geraknya. Konsep gerak dalam fisika sendiri sangat has yakni didasarkan pada perubahan posisi yang terjadi berdasarkan kerangka acuan tertentu.

    Kinematika adalah kajian fisika yang berdasarkan dua konsep utama yakni gerak dengan kecepatan konstan atau gerak lurus beraturan (GLB) dan gerak lurus berubah beraturan (GLBB). Dua konsep menjadi dasar dalam kajian tentang gerak dalam fisika.


    B. Rumusan Masalah

    1. Mahasiswa dapat menentukan kecepatan kereta dinamika pada gerak lurus beraturan.
    2. Mahasiswa dapat menjelaskan karakteristik gerak lurus berdasarkan besaran-besaran kinematisnya.

    Bab II. Landasan Teori

    Menurut bentuk lintasannya, gerak dibagi menjadi beberapa jenis penting, seperti gerak melingkar, gerak parabola, dan gerak lurus. Secara umum, gerak lurus dibagi dalam dua kategori, yaitu gerak lurus beraruran dan gerak lurus berubah beraturan. Gerak lurus beraturan artinya gerak benda yang lintasannya lurus dan kecepatannya tetap sehingga nilai percepatannya nol (Ishaq, 2007:24-25).

    Hukum Newton I, jika tidak ada gaya eksternal, saat dilihat dari kerangka acuan inersia, maka sebuah benda yang berada dalam keadaan diam akan tetap diam dan benda yang bergerak akan terus bergerak dengan kecepatan tetap (yaitu dengan kelajuan tetap sepanjang suatu garis lurus). Dalam istilah yang lebih sederhana, kita dapat mengatakan bahwa saat tidak ada gaya yang bekerja terhadap suatu benda, percepatan benda tersebut adalah nol. Jika tidak ada gaya apapun yang beraksi untuk mengubah gerak benda, maka kecepatannya tidak berubah. Dari hukum I, kita menyimpulkan bahwa setiap benda yang terisolasi (yang tidak berinteraksi dengan lingkungannya) akan berada dalam kondisi diam atau bergerak dengan kecepatan tetap (Serway dan Jeweet, 2009: 173).

    Gerak lurus beraturan adalah gerak benda titik yang membuat lintasan berbentuk garis lurus dengan sifat bahwa jarak yang ditempuh tiap satu satuan waktu tetap baik besar maupun arah. Pada gerak lurus beraturan, rata-rata sama dengan sesaat yang tetap baik besar maupun arah. Dengan perkataan lain: Kecepatan rata0rata pada gerak lurus beraturan tak tergantung ada interval (jangka) waktu yang dipilih. Percepatan pada gerak lurus beraturan adalah , sebab tetap, berarti pada gerak lurus berarturan tidak ada percepatan (Sarojo, 2002 : 37-39).

    Bab III. Metode Percobaan

    A. Alat dan Bahan

    I. Alat
    1. Mistar (1 bh)
    2. Rel Presisi (3 bh)
    3. Penyambung Rel Presisi (2 bh)
    4. Kaki Rel Presisi (2 bh)
    5. Trolli (1 bh)
    6. Penanda Ketik (1 bh)
    7. Catu Daya (1 bh)
    8. Kabel Penghubung ( 1 pasang Hitam-Merah)
    9. Pita Ketik
    10. Kertas Karbon

    B. Prosedur Kerja

    Sebelum melakukan praktikum kami mempersiapkan alat dan bahan, dengan langkah percobaan sebagai berikut:

    1. merangkai alat seperti pada gambar;
    2. mengimbangi gesekan yang terjadi antara kereta dinamika dan permukaan rel presisi dengan memasang salah satu ujung rel pada tingkat pertama balok bertingkat;
    3. menahan kereta dinamika di dekat pewaktu ketik;
    4. menghubungan pewaktu ketik ke catu daya dan catu daya ke soket jala-jala listrik pada saat catu daya masih dalam keadaan mati (OFF);
    5. memotong pita ketik sepanjang 1 meter dan memasangnya pada pewaktu ketik, menjepit salah satu ujung pita ke penjepit yang ada pada kereta dinamika, dan meyakinkan bahwa pita ketik lewat di bawah kertas karbon.;
    6. menghidupkan catu daya dan mendorong kereta dinamika sedemikian rupa sehingga bergerak di sepanjang rel presisi;
    7. ketika kereta dinamika mendekati atau hampir mendekati ujung rel presisi, menahan kereta dinamika menggunakan tangan atau menggunakan tumpukan tangan atau menggunakan tumpakan berpenjepit
    8. mengambil pita ketik dari kereta dinamika, memeriksa titik ketikan yang diperoleh pada pita ketik dan mencoba mengambil kesimpulan mengenai gerak yang dilakukan oleh kereta dinamika;
    9. memeriksa titik ketikan pada permulaan gerak kereta dinamika, jika terdapat titik-titik yang bertindihan, mengabaikan titik-titik tersebut dan memotong bagian tersebut;
    10. menggunakan 5 ketik dan 10 ketik sebagai satuan waktu, memotong pita ketik secara berurutan dimulai dari awal gerak kereta dinamika;
    11. menempel potongan pita ketik secara berurutan dari permulaan gerak sampai akhir gerak kereta dinamika pada kertas manila untuk membuat kurva laju waktu.

    Bab IV. Hasil dan Pembahasan

    A. Hasil Pengamatan

    Tabel 1. Hubungan antara jarak tempuh (s) dan waktu tempuh (t)

    NoJarak Tempuh (m)Waktu Tempuh (s)
    10,01350,1
    20,01410,2
    30,01460,3
    40,01510,4
    50,01570,5
    60,01630,6
    I. Analisis Data

    1. Kecepatan I

    v_1= \frac{\Delta s_1}{\Delta t_1}=\frac{(0,0141 -0,0135) \ m}{(0,2 -0,1) \ s} = \frac{0,0006\ m }{0,1 \ s} =0,006  \ m/s

    2. Kecepatan II

    v_2= \frac{\Delta s_2}{\Delta t_2}=\frac{(0,0146 -0,0141) \ m}{(0,3 -0,2) \ s} = \frac{0,0005\ m }{0,1 \ s} =0,005 \ m/s

    3. Kecepatan III

    v_3= \frac{\Delta s_3}{\Delta t_3}=\frac{(0,0151 -0,0146) \ m}{(0,4 -0,3) \ s} = \frac{0,0005\ m }{0,1 \ s} =0,005 \ m/s

    4. Kecepatan IV

    v_4= \frac{\Delta s_4}{\Delta t_4}=\frac{(0,0157 -0,0151) \ m}{(0,5 -0,4) \ s} = \frac{0,0006\ m }{0,1 \ s} =0,006 \ m/s

    5. Kecepatan V

    v_5= \frac{\Delta s_5}{\Delta t_5}=\frac{(0,0163 -0,0157) \ m}{(0,6 -0,5) \ s} = \frac{0,0006\ m }{0,1 \ s} =0,006 \ m/s

    6. Kecepatan rata-rata Metode I

    \bar v_n=\frac{v_1+v_2+...+v_5}{5} =\frac{0,028\ m/s}{5}=0,0056\  m/s

    7. Kecepatan Rata-rata Metode II

    v=\frac{\Delta s}{\Delta t} =\frac{(0,0163-0,0135) \ m}{(0,06-0,01) \ s}=\frac{0,028\ m/s}{5}=0,0056\  m/s

    B. Pembahasan

    Gerak lurus beraturan adalah gerak benda yang lintasannya lurus dan kecepatannya tetap. Menurut hukum Newton I tentang gerak sebuah benda dapat bergerak lurus beraturan jika tidak ada gaya eksternal yang bekerja pada benda tersebut. Hal ini juga berarti bahwa jika tidak ada resultan gaya yang bekerja pada suatu benda, maka percepatannya nol. Inilah yang menjadi ciri khas gerak lurus berarturan, yaitu kecepatan tetap dan percepatan yang nilainya nol.

    Dalam praktikum ini, kami mengamati gerak lurus beraturan pada kereta dinamika. Untuk membuat kereta dinamika bergerak lurus beraturan, kami menggunakan dua buah rel presisi sebagai lintasan kereta, kemudian memiringkan rel presisi dengan memasang salah satu ujungnya pada balok bertingkat. Tujuannya adalah untuk mengimbangi gaya gesekan yang timbul antara kereta dinamika dan rel presisi. Kami melakukan tiga belas kali percobaan, dimana dalam tiga belas kali percobaan, tujuh kali percobaan gagal dan enam kali percobaan berhasil. Dari enam kali percobaan yang berhasil, kami mengambil 2 pita terbaik sebagai sampel, 1 pita untuk data 5 ketikan dan 1 pita lagi untuk data 10 ketikan.

    Kegagalan dalam praktikum kami disebabkan oleh dua faktor, yaitu pewaktu ketik yang tidak berfungsi dengan baik dan kertas karbon yang kami gunakan sudah habis. Adanya dua faktor kesalahan ini menyebabkan tidak munculnya titik-titik ketikan pada pita ketik, kalaupun muncul titik ketikan, titik tersebut tidak terlihat jelas pada pita ketik. Akibatnya, tujuh kali percobaan awal kami selalu menghasilkan pita ketik dengan titik ketikan yang tidak jelas, bahkan ada bagian pada pita ketik yang tidak muncul titik ketikan.

    Setelah berkonsultasi dengan co-ass, faktor-faktor pemicu kesalahan itu dapat kami ataso. Kami kembali melanjutkan percobaan. Kami melakukan enam kali percobaan dan keenam percobaan tersebut berhasil karena muncul titik ketikan yang jelas pada pita ketik. Dari enam kali percobaan tersebut, kami mengambil dua pita terbaik sebagai sampel.

    Berdasarkan hasil ketikan pada dua pita yang kami jadikan sampel, kami menyimpulkan bahwa gerak yang dilakukan oleh kereta dinamika adalah gerak lurus beraturan, melihat jarak antar titik yang hampir sama pada dua pita ketik tersebut. Dari dua pita tersebut, kami kemudian mencari kecepatan kereta dengan membagi pita ketik menjadi potongan-potongan yang berisi 5 ketikan dan 10 ketikan. Untuk pita dengan 5 ketik, kecepatan ditentukan dengan membagi jarak 5 ketik (sebagai jarak tempuh) dengan waktu 5 ketikan yang diperoleh dengan mengalihkan jumlah ketikan dengan 0,02 sekon. Dengan cara yang sama, untuk pita dengan 10 ketik ditentukan dengan membagi jarak 10 ketik dengan waktu 10 ketikan.

    Dari hasil perhitungan, untuk pita dengan lima ketikan kecepatan benda tiap detik hampir sama. Hal ini dapat terlihat pada grafik laju waktu untuk data lima ketikan. Pada awal gerak, grafik membentuk garis lurus dengan kemiringan tertentu, setelah mencapai keseimbangan (gaya gesek dapat diimbangi), grafik mulai menunjukkan garis lurus mendatar yang artinya kereta dinamika bergerak lurus beraturan. Sementara untuk pita dengan sepuluh ketik, kecepatan kereta selalu bertambah, namun dengan penambahan kecepatan yang relatif kecil, sehingga kereta dinamika masih diapit dianggap bergerak lurus beraturan. Adanya penambahan kecepatan ini disebabkan karena semakin lama kereta bergerak, gaya untuk mengimbangi gaya gesekan sebasar Fx = Wsin telah mampu melebihi gaya gaya gesek antara kereta dan rel presisi. Sehingga jika kita menggunakan selang waktu ketik yang semakin besar (jumlah titik ketikan banyak), maka penambahan kecepatan akan semakin besar, sebaliknya dengan memperkecil waktu kecil, kecepatan yang diperoleh relatif konstan dan kecepatan kereta dapat ditentukan dengan lebih cepat.

    Kemudian, berdasarkan hasil analisis data, untuk data lima ketikan kami memperoleh rentang nilai pengukuran kecepatan antara 0,14080 m/s sampai dengan 0,15720 m/s dengan persentase kesalahan yang cukup kecil, yaitu 5,50%. Begitu juga untuk data sepuluh ketikan, walaupun terdapat indikasi penambahan kecepatan, kami memperoleh rentang nilai pengukuran yang tidak begitu besar untuk dapat sepuluh ketikan, yaitu antara 0,15701 sampai dengan 0,19899 dengan persentase kesalahan 11,8%. Bisa disimpulkan bahwa praktikum kami berhasil dengan persentase kesalahan 94,5% untuk data lima ketikan dan 88,2% untuk sepuluh ketikan.

    Bab V. Kesimpulan

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil percobaan, analisis data, dan tujuan dilaksanakannya praktikum dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

    1. jenis gerak yang dilakukan oleh kereta dinamika adalah gerak lurus beraturan;
    2. karakteristik gerak lurus beraturan adalah jarak yang ditempuh tiap satu satuan waktu adalah tetap;
    3. dengan memperkecil selang waktu ketik, kecepatan kereta dinamika dapat ditentukan dengan lebih cepat;
    4. untuk data 5 ketikan, persentase kesalahan praktikum adalah 5,50% dan persentase keberhasilan praktikum adalah 94,5%;
    5. untuk data 10 ketikan, persentase kesalahan praktikum adalah 11,8% dan persentase keberhasilan praktikum adalah 88,2%.

    2.    Saran

    Praktikum ini dapat berjalan lebih maksimal serta hasilnya dapat mendekati konsep jika alat-alat praktikum yang digunakan semuanya berfungsi dengan baik. Dalam percobaan gerak lurus beraturan ada beberapa alat yang tidak berfungsi dengan baik, sehingga antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lainny harus saling menunggu untuk menggunakan alat. Selain itu, alat yang tidak berfungsi dengan baik juga membuat praktikan harus mengulang percobaan berkali-kali untuk mendapat hasil yang baik.

  • Penangan Limbah Laboratorium

    A.  Pengertian Limbah Laboratorium

    Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih dikenal sebagai sampah, yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis.

    Menurut Recycling and Waste Management Act limbah didefinisikan sebagai benda bergerak yang diinginkan oleh pemiliknya untuk dibuang atau pembuangannya dengan cara yang sesuai, yang aman untuk kesejahteraan umum dan untuk melindungi lingkungan. Limbah laboratorium adalah limbah yang berasal dari kegiatan laboratorium.

    Sumber limbah laboratorium dapat berasal diantaranya dari :

    • Bahan baku yang telah kadaluarsa
    • Bahan habis pakai (misal medium biakan/ perbenihan yang tidak terpakai)
    • Produk proses di laboratorium (misal sisa spesimen)
    • Produk upaya penanganan limbah (misal jarum suntik sekali pakai)

    B. Macam-macam Limbah Laboratorium

    Berdasarkan jenisnya, maka klasifikasi pengumpulan limbah laboratorium adalah:

    KelasJenis
    APelarut organik bebas halogen dan senyawa organik dalam larutan
    BPelarut organik mengandung halogen dan senyawa organic dalam larutan
    CResidu padatan bahan kimia laboratorium organik
    DGaram dalam larutan: lakukan penyesuaian kandungan kemasan pada pH 6-8
    EResidu bahan anorganik beracun dan garam logam berat dan larutannya
    FSenyawa beracun mudah terbakar
    GResidu air raksa dan garam anorganik raksa
    HResidu garam logam tiap logam harus dikumpulkan secara terpisah
    IPadatan anorganik
    JKumpulan terpisah limbah kaca, logam dan plastik

    Berdasarkan sifatnya, limbah dibedakan menjadi:

    1. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

    Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia. Limbah beracun dibagi menjadi:

    • Limbah mudah meledak
    • Limbah mudah terbakar
    • Limbah reaktif
    • Limbah beracun
    • Limbah yang menyebabkan infeksi
    • Limbah yang bersifat korosif

    2. Limbah infeksius

    Limbah infeksius meliputi limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular serta limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik, ruang perawatan dan ruang isolasi penyakit menular.

    3. Limbah radioaktif

    Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionucleida.

    4. Limbah umum

    Berdasarkan bentuk limbah yang dihasilkan, dibedakan menjadi:

    1) Limbah padat

    Limbah padat di laboratorium relatif kecil, biasanya berupa endapan atau kertas saring terpakai, sehingga masih dapat diatasi. Limbah padat dibedakan menjadi:

    1. Limbah padat infeksius
    2. Limbah padat non infeksius

    2) Limbah gas

    Limbah yang berupa gas umumnya dalam jumlah kecil, sehingga relatif masih aman untuk dibuang langsung di udara, contohnya limbah yang dihasilkan dari penggunaan generator, sterilisasi dengan etilen oksida atau dari thermometer yang pecah (uap air raksa).

    3) Limbah cair

    Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair (PP No.82 Thn 2001). Umumnya laboratorium berlokasi di sekitar kawasan hunian, sehingga akumulasi limbah cair yang meresap ke dalam air tanah dapat membahayakan lingkungan sekitar. Limbah cair terbagi atas:

    1. Limbah cair infeksius
    2. Limbah cair domestic
    3. Limbah cair kimia

    Berdasarkan atas dasar asalnya, dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

    · Limbah organik

    Limbah ini terdiri atas bahan-bahan yang besifat organik seperti dari kegiatan rumah tangga, kegiatan industri. Limbah ini juga bisa dengan mudah diuraikan melalui proses yang alami.

    · Limbah anorganik

    Limbah anorganik berasal dari sumber daya alamyang tidak dapat di uraikan dan tidak dapat diperbaharui.

    C. Cara Pengelolaan Limbah Laboratorium

    Tujuan penanganan limbah adalah untuk mengurangi resiko pemaparan limbah terhadap kuman yang menimbulkan penyakit (patogen) yang mungkin berada dalam limbah tersebut. Penanganan limbah antara lain ditentukan oleh sifat limbah, yaitu :

    Limbah berbahaya dan beracun, dengan cara :

    a. Netralisasi

    Limbah yang bersifat asam dinetralkan dengan basa seperti kapur tohor, CaO atau Ca(OH)2 Sebaliknya, limbah yang bersifat basa dinetralkan dengan asam seperti H2SO4 atau HCI.

    b. Pengendapan/sedimentasi, koagulasi dan flokulasi

    Kontaminan logam berat dalam ciaran diendapkan dengan tawas/FeC13, Ca(OH)2/CaO karena dapat mengikat As, Zn, Ni. Mn dan Hg.

    c. Reduksi-Oksidasi

    Terhadap zat organik toksik dalam limbah dapat dilakukan reaksi reduksi oksidasi (redoks) sehingga terbentuk zat yang kurang/tidak toksik.

    d. Penukaran ion

    Ion logam berat nikel, Ni dapat diserap oleh kation, sedangkan anion beracun dapat diserap oleh resin anion.

    1. Limbah infeksius

    Ada beberapa metode penanganan limbah cair/padat yang bersifat infeksius, yaitu

    a.   Metode Desinfeksi

    Adalah penanganan limbah (terutama cair) dengan cara penambahan bahan-bahan kimia yang dapat mematikan atau membuat kuman-kuman penyakit menjadi tidak  aktif.

    b. Metode Pengenceran (Dilution)

    dengan cara mengencerkan air limbah sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah, kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Kerugiannya ialah bahan kontaminasi terhadap badan-badan air masih tetap ada, pengendapan yang terjadi dapat menimbulkan pendangkalan terhadap badan-badan air seperti selokan, sungai dan sebagainya sehingga dapat menimbulkan banjir.

    c. Metode Proses Biologis

    dengan menggunakan bakteri-bakteri pengurai. Bakteri-bakteri tersebut akan menimbulkan dekomposisi zat-zat organik yang terdapat dalam limbah.

    d. Metode Ditanam (Landfill)

    Yaitu penanganan limbah dengan menimbunnya dalam tanah.

    e. Metode Insinerasi (Pembakaran)

    Pemusnah limbah dengan cara memasukkan ke dalam insinerator. Dalam insinerator senyawa kimia karbon yang ada dibebaskan ke atmosfir sebagai CO2 dan H2O. Bahan-bahan seperti mineral, logam dan bahan organik lainnya (kuman penyakit, jaringan tubuh, hewan, darah, bahan kimia, kertas, plastik) yang tidak terbakar tersisa dalam bentuk abu yang beratnya 10-30% dari berat aslinya (tergantung dari jenis limbah).

    2. Limbah Radioaktif

    Masalah penanganan limbah radioaktif dapat diperkecil dengan memakai radioaktif sekecil mungkin, menciptakan disiplin kerja yang ketat dan menggunakan alat yang mudah didekontaminasi. Penanganan limbah radioaktif dibedakan berdasarkan:

    1. Bentuk : cair, padat dan gas,
    2. Tinggi-rendahnya tingkat radiasi sinar gamma (γ),
    3. Tinggi-rendahnya aktifitas
    4. Panjang-pendeknya waktu paruh,
    5. Sifat : dapat dibakar atau tidak.

    Ada 2 sistem penanganan limbah radioaktif :

    1. Dilaksanakan oleh pemakai secara perorangan dengan memakai proses peluruhan, peguburan dan pembuangan.
    2. Dilaksanakan secara kolektif oleh instansi pengolahan limbah radioaktif, seperti Badan Tanaga Atom Nasional (BATAN).

    3. Limbah umum

    Limbah umum non infeksius setelah dikumpulkan dalam wadah kantong plastik diikat kuat dan dibakar di insinerator

        D.  Langkah nyata yang dapat dilakukan untuk mengurangi limbah di laboratorium

        Penggunaan kembali limbah laboratorium berupa bahan kimia yang telah digunakan, setelah melalui prosedur daur ulang yang sesuai. Sebagai contoh: (hal ini paling sesuai untuk pelarut yang telah digunakan) Pelarut organik seperti etanol, aseton, kloroform, dan dietil eter dikumpulkan di dalam laboratorium secara terpisah dan dilakukan destilasi.

        sebelum melakukan reaksi kimia, dilakukan perhitungan mol reaktan-reaktan yang bereaksi secara tepat sehingga tidak menimbulkan residu berupa sisia bahan kimia. Selain menghemat bahan yang ada, hal ini juga akan mengurangi limbah yang dihasilkan.

    Pembuangan langsung dari laboratorium. Metoda pembuangan langsung ini dapat diterapkan untuk bahan-bahan kimia yang dapat larut dalam air. Bahan-bahan kimia yang dapat larut dalam air dibuang langsung melalui bak pembuangan limbah laboratorium. Untuk bahan kimia sisa yang mengandung asam atau basa harus dilakukan penetralan, selanjutnya baru bisa dibuang. Untuk bahan kimia sisa yang mengandung logam-logam berat dan beracun seperti Pb, Hg, Cd, dan sebagainya, endapannya harus dipisahkan terlebih dahulu. Kemudian cairannya dinetralkan dan dibuang.

    Dengan pembakaran terbuka. Metoda pembakaran terbuka dapat dterapkan untuk bahan-bahan organik yang kadar racunnya rendah dan tidak terlalu berbahaya. Bahan-bahan organik tersebut dibakar ditempat yang aman dan jauh dari pemukiman penduduk.

    Pembakaran dalan insenerator. Metoda pembakaran dalam insenerator dapat diterapkan untuk bahan-bahan toksik yang jika dibakar ditempat terbuka akan menghasilkan senyawa-senyawa yang bersifat toksik.

    Dikubur didalam tanah dengan perlindungan tertentu agar tidak merembes ke badan air. Metoda ini dapat diterapkan untuk zat-zat padat yang reaktif dan beracun.

  • Laporan Praktikum Resonansi Bunyi

    Resonansi Bunyi

    Bab I. Pendahuluan

    A. Pendahuluan

    Gelombang adalah bentuk dari getaran yang merambat pada suatu medium. Pada gelombang yang merambat adalah gelombangnya, bukan zat medium perantaranya. Satu gelombang dapat dilihat panjangnya dengan menghitung jarak antara lembah dan bukit (gelombang tranversal) atau menhitung jarak antara satu rapatan dengan satu renggangan (gelombang longitudinal). Cepat rambat gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh gelombang dalam waktu satu detik (Riyn,2008).

    Bunyi adalah bahan terpenting dalam musik. Bunyi berasal dari Sumber bunyi, yang digetarkan oleh tenaga atau energi. Kemudian getaran tersebut oleh pengantar diantarkan atau dipancarkan keluar. Dan bila getaran ini sampai di telinga kita, barulah kita dapat mendengarkannya (Mswahyudi,2009).

    Pada umumnya bentuk gelombang di alam adalah sangat kompleks dan sulit digambarkan secara sistematis karena ketidak-linieran, tiga dimensi dan mempunyai bentuk yang random ( Suatu deret gelombang mempunyai periode dan tinggi tertentu ). Beberapa teori yang ada hanya menggambarkan bentuk gelombang yang sederhana dan merupakan bentuk pendekatan gelombang alam. Ada beberapa teori dengan berbagai derajat kekomplekan dan ketelitian untuk menggambarkan gelombang di alam diantaranya adalah teori airy, Stokes, Gertsner, Mich, Knoidal, dan tunggal. Masing – masing teori tersebut mempunyai batasan keberlakuan yang berbeda – beda. Teori yang paling sederhana adalah teori gelombang linier yang pertama kali ditemukan oleh Airy pada tahun 1845(Rahmat,2008).

    Bab II. Kajian Pustaka

    A. Pengertian Gelombang

    Gelombang adalah getaran yang merambat. Bentuk ideal dari suatu gelombang akan mengikuti gerak sinusoide. Selain radiasi elektromagnetik, dan mungkin radiasi gravitasional, yang bisa berjalan lewat vakum, gelombang juga terdapat pada medium (yang karena perubahan bentuk dapat menghasilkan gaya memulihkan yang lentur) di mana mereka dapat berjalan dan dapat memindahkan energi dari satu tempat kepada lain tanpa mengakibatkan partikel medium berpindah secara permanen; yaitu tidak ada perpindahan secara masal. Malahan, setiap titik khusus berosilasi di sekitar satu posisi tertentu.(Wikipedia,2010).

    Gelombang dapat dipantulkan (refleksi), dibiaskan (refraksi), difokuskan, dipolarisasi dan sebagainya. Penelitian eksperimental tentang gelombang cahaya tentang hukum pemantulan (refleksi) yaitu :Sinar yang direfleksikan dan yang direfraksikan terletak pada satu bidang yang dibentuk oleh sinar datang dan normal bidang batas dititik datang (Gie,2009).

    Selama Gelombang dengan medan elektromagnetik yang dinyatakan pada fase medan E yaitu E=X Eo (ejk1-ejk2)= – X 2j Eo sin kz terlihat tidak bergerak , ini disebut dengan gelombang berdiri (Liang,1995).

    B. Jenis-Jenis Gelombang

    Bila gelombang berjalan sepanjang tali ,katakan dari kiri kekanan partikel tali bergerak naik turun dalam arah lintang pada gerak gelombang itu sendiri. Gelombang seperti ini disebut gelombang lintang atau gelombang transversal. Ada tipe gelombang lain yang dikenal sebagai gelombang bujur atau gelombang longitudinal. Dalam sebuah gelombang longitudinal getaran partikel media adalah sama arahnya dengan arah gelombang. Gelombang longitudinal adalah siap dibentuk pada proses yang ditarik atau diletakan secara bergantian menekan dan mengembang pada suatu ujungnya (Giancoli,1997).

    Menurut (Riyn,2008) tentang jenis-jenis gelombang seperti berikut :

    1.Gelombang transversal

    Gelombang transversal adalah gelombang yang arah rambatannya tegak lurus dengan arah rambatannya. Satu gelombang terdiri atas satu lembah dan satu bukit, misalnya seperti riak gelombang air, benang yang digetarkan, dsb.

    2. Gelombang longitudinal

    Gelombang longitudinal adalah gelombang yang merambat dalam arah yang berimpitan dengan arah getaran pada tiap bagian yang ada. Gelombang yang terjadi berupa rapatan dan renggangan. Contoh gelombang longitudinal seperti slingki / pegas yang ditarik ke samping lalu dilepas (Riyn,2008).

    Menurut (Yolanda,2009) berdasarkan amplitudo dan fasenya :

     Gelombang berjalan adalah gelombang yang amplitudo dan fasenya sama di setiap titik yang dilalui gelombng.

     Gelombng diam (stasioner) adalah gelombang yang amplitudo dan fasenya berubah (tidak sama) di setiap titik yang dilalui gelombang.

    2.3 Aplikasi Gelombang Bunyi pada Perikanan

    Aplikasi fish finder “Hydro Acoustic” dan GPS dalam teknolgi pencarian ikanb Saat ini, hydro-acoustic memiliki peran yang sangat besar dalam sektor kelautan dan perikanan, salah satunya adalah dalam pendugaan sumberdaya ikan (fish stock assessment). Teknologi hydro-acoustic dengan perangkat echosounder dapat memberikan informasi yang detail mengenai kelimpahan ikan, kepadatan ikan sebaran ikan, posisi kedalaman renang, ukuran dan panjang ikan, orientasi dan kecepatan renang ikan serta variasi migrasi diurnal-noktural ikan (Herawati,2009).

    Penggunaan -Gelombang Bunyi (Acoustic) Pada Alat Tangkap Payang Terhadap Hasil Tangkap ]kan di Perairan Pantai Popoh K abupaten Tulungagung dibandingkan pelakuan yaitu pengoperasian alat tangkap payang menggunakan bantu gelombang suara dan tanpa alat pembantu gelombang suara. Pada alat bantu gelombang suara memberikan hasil yang lebih baik dari pada menggunakan alat tangkap tanpa bantu gelombang suara (Efani,1996).

    Metode akustik merupakan proses-proses pendeteksian target di laut dengan mempertimbangkan proses-proses perambatan suara. Aplikasi metode ini dibagi menjadi 2, yaitu sistem akustik pasif dan sistem akustik aktif. Salah satu aplikasi dari sistem aplikasi aktif yaitu Sonar yang digunakan untuk penentuan batimetri. Sonar (Sound Navigation And Ranging) berupa sinyal akustik yang diemisikan dan refleksi yang diterima dari objek dalam air (seperti ikan atau kapal selam) atau dari dasar laut(DJPB,2010).

    2.4 Bunyi

    Bunyi atau suara adalah kompresi mekanikal atau gelombang longitudinal yang merambat melalui medium. Medium atau zat perantara ini dapat berupa zat cair, padat, gas. Jadi, gelombang bunyi dapat merambat misalnya di dalam air, batu bara, atau udara(Wikipedia,2010).

    Bunyi adalah suatu bentuk gelombang longitudinal yang merambat secara perapatan dan perenggangan terbentuk oleh partikel zat perantara serta ditimbulkan oleh sumber bunyi yang mengalami getaran (Godam64,2007).

    Bunyi adalah bahan terpenting dalam musik. Bunyi berasal dari Sumber bunyi, yang digetarkan oleh tenaga atau energi. Kemudian getaran tersebut oleh pengantar diantarkan atau dipancarkan keluar. Dan bila getaran ini sampai di telinga kita, barulah kita dapat mendengarkannya (Mswahyudi,2009).

    2.5              Resonansi Bunyi

    Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda akibat benda lain yang bergetar karena keduanya memiliki frekuensi yang sama atau memiliki  frekuensi yang merupakan bilangan bulat dari frekuensi salah satu benda bergetar. Resonansi bunyi pada kolom udara dimanfaatkan untuk menghasilkan bunyi pada alat musik. Alat- alat musik memiliki lubang udara sehingga terjadi resonansi udara dan menghasilkan suara yang merdu.

    Misalnya : bunyi merdu pada gitar dihasilkan oleh resonansi anatara dawai dan kotak resonansi. Ketika gitar di petik udara di dalam kotk resonansi bergetar dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi dawai. Udara yang berada di dalam kendang juga ikut bergetar ketika kendang dipukul. Jika tidak ada kolom udara pada alat musik kita tidak dapat mendengar merdunya suara musik.

    Untuk memahami bagaimana proses resonansi kita perhatikan dua buah garputala yang beresonansi seperti pada gambar.

    Apabila salah satu garputala kita pukul, maka garputala akan bergetar. hal ini menyebabkan garpula lainnya juga ikut bergetar karena frekuensi keduanya sama. Frekuensi bunyi pada garputaladipengaruhi oleh bentuk garputala, bahan garputala dan besar.

    Resonansi Pada Beban Yang Digantung Dengan Tali

    Tiga buah batu yang digantung dengan benang

        Pada saat beban A diayun ternyata beban B ikut berayun, beban C diam.

        Pada saat beban B diayun ternyata beban A ikut berayun, beban C diam.

        Pada saat beban C diayun beban A diam dan beban B diam.

    Maka pada beban yang digantung dengan tali dapat diambil kesimpulan agar dapat terjadi resonansi panjang tali penggantung harus sama.

    Resonansi Kolom Udara

    Jika garpu tala dengan frekuensi tertentu dibunyikan di atas kolom udara, kemudian kolom udara digerakkan naik turun, maka suatu saat terdengar bunyi yang lebih keras dari bunyi aslinya secara berulang-ulang. Pada saat terdengar bunyi yang keras dari bunyi aslinya tersebut dikatakan dalam kolom udara terjadi peristiwa resonansi.

    Ø  Pada saat terjadi perkerasan pertama dikatakan terjadi resonansi I.

    Ø  Pada saat terjadi perkerasan kedua dikatakan terjadi resonansi II.

    Resonansi Kolom Udara

    Pada saat terjadi perkerasan ketiga dikatakan terjadi resonansi III dan seterusnya

    Ø  Resonansi I syaratnya jika L = 1/4 λ

    Ø  Resonansi IIsyaratnya jika L = 3/4 λ

    Ø  Resonansi III syaratnya jika L =5/4 λ

    Keterangan:

    L adalah panjang kolom udara di atas permukaan air.

    λ adalah panjang gelombang bunyi yang terbentuk.

    Dengan percobaan resonansi pada kolom udara tersebut dapat ditentukan kecepatan bunyi di udara pada saat itu dengan menggunakan persamaan :

    V = λ . f

    Dimana :

    v adalah kecepatan bunyi (dalam m/detik)

    λ adalah panjang gelombang (dalam meter)

    f adalah frekuensi sumber bunyi (dalam Hz)

    Jika getaran yang didengar lebih kuat, ini menunjukkan adanya resonansi dari udara di dalam tabung. Dengan demikian adanya resonansi bunyi, mengakibatkan bunyi asli menjadi lebih keras. Pada alat-alat seperti gitar, biola, kentongan, beduk, dan lain-lain diberi kotak yang berisi udara. Hal ini dimaksudkan karena udara mudah beresonansi maka bunyi yang dihasilkan oleh alat-alat tersebut menjadi lebih keras.

    Resonansi Selaput Tipis

    Bagian yang sangat penting pada telinga kita dalah gendang pendengaran. Bagaimana jika gendang pendengaran kita rusak? Selaput gendang sangat mudah beresonansi. Jika ada bunyi dari luar yang masuk lewat lubang telinga maka selaput gendang pendengaran akan bergetar. Dengan adanya getaran ini, terjadilah resonansi.

    Akibat resonansi, kita dapat mendengar bunyi-bunyi di sekitar kita. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa syarat terjadinya resonansi adalah :

        frekuensinya sama;

        ada selaput tipis;

        ada ruang udara yang panjangnya sama dengan bilangan ganjil 1/4 kali panjang gelombang.

    Resonansi Dapat Memperkuat Bunyi Asli

    Bunyi yang dihasilkan garpu tala sebenarnya tidak terlalu keras. Namun, ketika terjadi resonansi dengan kolom udara, suara garpu tala menjadi cukup nyaring terdengar. Di sekitar selaput suara manusia terdapat udara. Ketika selaput suara bergetar, udara ini akan ikut bergetar. Getaran udara ini akan mengakibatkan suara manusia terdengar nyaring.

    Kerugian Akibat Resonansi

    Tidak selamanya resonansi menguntungkan. Bunyi ledakan bom yang sangat keras dapat menimbulkan getaran yang dapat meruntuhkan gedung-gedung. Getaran kereta api yang lewat menyebabkan bagianbagian rumah yang ada di pinggir rel ikut bergetar. Jika hal ini terjadi terus-menerus dan dalam waktu yang lama maka rumah akan cepat rusak karena proses resonansi.

    Bab III. Metode Praktikum

    A. Alat dan Fungsi

    Alat yang digunakan dalam Praktikum Fisika Dasar materi Resonansi Bunyi adalah :

    1. Tabung Resonansi :untuk mencari dengungan (resonansi) bunyi
    2. Garputala :pembuat,frekuensi tertentu yaitu frekuensi 512, 426.6, 341.3Hz
    3. Alat Pemukul :untuk memukul garputala
    4. Jangka Sorong :untuk mengukur diameter tabung resonansi
    5. Meteran : untuk menentukan jarak L1 dan L2
    6. Teko : untuk wadah air
    7. Nampan : untuk tempat alas alat
    8. Thermometer :untuk mengukur suhu ruangan
    9. Selang :untuk mengalirkan air dari teko ke tabung resonansi

    B. Bahan dan Fungsi

    Bahan yang digunakan dalam Praktikum Fisika Dasar materi Resonansi Bunyi adalah air sebagai medium perambatan resonansi bunyi.

    Bab IV. Hasil dan Pemabahasan

    4. Analisa Prosedur

    Pertama yang harus disiapkan pada Praktikum Fisika Dasar materi Resonansi Bunyi adalah alat-alat dan bahan seperti tabung resonansi untuk mencari dengungan (resonansi) bunyi,garputala pembuat frekuensi tertentu (f= 512,426.6,341.3Hz),alat pemukul untuk memukul garputala,jangka sorong untuk mengukur diameter tabung resonansi,meteran untuk menentukan jarak l1 dan l2

    teko untuk wadah air dan nampan untuk tempat alas alat,thermometer untuk mengukur suhu ruangan,selang untuk mengalirkan air dari teko ke tabung resonansi dan air sebagai medium perambatan resonansi bunyi.

    Garputala dengan frekuensi (512,426.6,341.3 Hz) dipukul dengan alat pemukul lalu didekatkan dibibir tabung resonansi serta diturunkan teko (1cm) hingga terdengar suara pengerasan suara. Diukur antara panjang ujung tabung dengan tinggi permukaan air (l1) agar lebih akurat diulang,dan diulang kembali untuk menentukan (l2) diamati, dan dicatat hasilnya.

    Frekuensi 512Hz

    Pertama yang harus disiapkan adalah alat-alat dan bahan seperti tabung resonansi untuk mencari dengungan (resonansi) bunyi,garputala pembuat frekuensi tertentu f 512 Hz,alat pemukul untuk memukul garputala,jangka sorong untuk mengukur diameter tabung resonansi,meteran untuk menentukan jarak l1 dan l2,teko untuk wadah air dan nampan untuk tempat alas alat,thermometer untuk mengukur suhu ruangan,selang untuk mengalirkan air dari teko ke tabung resonansi dan air sebagai medium perambatan resonansi bunyi.

    Pada garputala dengan frekuensi 512Hz, pertama disiapkan garputala 512Hz dan tabung resonansi yang sudah diukur diameternya ,kemudian teko diisi air hingga tebung resonansi penuh. Garputala dipukul dan diletakan pada bibir tabung. Didengar bunyinya dan dicatat sebagai (l1) diulang dan dicatat sebagai (l2) dicatat dan ditulis hasilnya.

    Frekuensi 426,6Hz

    Pertama yang harus disiapkan adalah alat-alat dan bahan seperti tabung resonansi untuk mencari dengungan (resonansi) bunyi,garputala pembuat frekuensi tertentu (f 426.Hz),alat pemukul untuk memukul garputala,jangka sorong untuk mengukur diameter tabung resonansi,meteran untuk menentukan jarak l1 dan l2,teko untuk wadah air dan nampan untuk tempat alas alat,thermometer untuk mengukur suhu ruangan,selang untuk mengalirkan air dari teko ke tabung resonansi dan air sebagai medium perambatan resonansi bunyi.

    Pada garputala dengan frekuensi 426,6Hz, pertama disiapkan garputala 426,6Hz dan tabung resonansi yang sudah diukur diameternya ,kemudian teko diisi air hingga tebung resonansi penuh. Garputala dipukul dan diletakan pada bibir tabung. Didengar bunyinya dan dicatat sebagai (l1) diulang dan dicatat sebagai (l2) dicatat dan ditulis hasilnya.

    Frekuensi 341,3Hz

    Pertama yang harus disiapkan adalah alat-alat dan bahan seperti tabung resonansi untuk mencari dengungan (resonansi) bunyi,garputala pembuat frekuensi tertentu (f 341.3Hz),alat pemukul untuk memukul garputala,jangka sorong untuk mengukur diameter tabung resonansi,meteran untuk menentukan jarak l1 dan l2,teko untuk wadah air dan nampan untuk tempat alas alat,thermometer untuk mengukur suhu ruangan,selang untuk mengalirkan air dari teko ke tabung resonansi dan air sebagai medium perambatan resonansi bunyi.

    Pada garputala dengan frekuensi 341,3Hz, pertama disiapkan garputala 341,3Hz dan tabung resonansi yang sudah diukur diameternya ,kemudian teko diisi air hingga tebung resonansi penuh. Garputala dipukul dan diletakan pada bibir tabung. Didengar bunyinya dan dicatat sebagai (l1) diulang dan dicatat sebagai (l2) dicatat dan ditulis hasilnya.

    5.      KESIMPULAN

    Pada materi percobaan Resonansi Bunyi didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut :

    Ø Gelombang adalah bentuk dari getaran yang merambat pada suatu medium

    Ø Cepat rambat gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh gelombang

    Ø Macam-macam gelombang bunyi adalah :

    Ø Berdasarkan perambatan gelombang

    -Gelombang Transversal

    -Gelombang Longitudinal

    Ø Medium Perantara

    -Gelombang Mekanik

    Gelombang Elektromagnetik

    Ø Amplitudo dan fasenya

    -Gelombang Jalan

    -Gelombang Diam

    DAFTAR PUSTAKA

    http://heruhoerussaleh.blogspot.co.id/2010/12/praktikum-resonansi-bunyi.html

    http://seputarpendidikan003.blogspot.co.id/2014/12/pengertian-resonansi-bunyi.html

    http://fisikazone.com/resonansi/

  • SOP Penggunaan Mikrometer Sekrup

    SOP Penggunaan Mikrometer Sekrup

    Penggunaan mikrometer sekrup harus sesuai dengan standar operasional prosedur. Tujuannya ada dua yakni (1) memastikan hasil pengukuran benar dan (2) menjaga mikrometer tidak rusak saat digunakan.

    Penggunaan Mikrometer Sekrup

    A. Pra Penggunaan Alat

    Sebelum digunakan untuk praktikum ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada alat ukur micrometer sekrup yaitu sebagai berikut.

    I. Kalibrasi.

    Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang akurat, maka alat ukur harus dikalibrasi terlebih dulu sebelum digunakan untuk pengukuran. Kalibrasi pada Micrometer adalah sebagai berikut :

    1. Bersihkan alat ukur yang akan digunakan.
    2. Tempatkan Micrometer pada Ragum dengan menjepitnya pada bagian Tangkai Micrometer
    3. Ambil Batang Kalibrasi yang sesuai Range-nya dan tempelkan salah satu ujungnya pada Anvil. (Pada Micrometer dengan Spesifikasi Range 0 ~ 25 mm tidak menggunakan Batang Kalibrasi).
    4. Putar Thimble sehingga unjung Spindle mendekati ujung lainnya dari batang Kalibrasi.
    5. Putar Ratchet Stopper untuk mengencangkan Spindle hingga terdengar suara sebanyak 2 ~ 3 putaran. (Pastikan posisi Batang Kalibrasi sudah benar atau tidak miring).
    Bagian Bagian dari Mikrometer

    Baca hasil kalibrasi. Hasil kalibrasi yang benar adalah :

    1. Skala Samping berhimpit dengan strip yang menunjukkan angka NOL (0) pada Skala Atas.
    2. Angka NOL (0) pada Skala Samping tepat segaris dengan garis tengah Sleeve.

    Jika kondisi tersebut tidak tercapai, maka lakukan hal berikut :

    1. Kuncilah Spindel dengan Pengunci Spindle.
    2. Ambil Kunci Penyetel (Adjuster Clamp) yang disertakan pada alat ukur.
    3. Masukkan ujung Kunci Penyetel pada lubang yang terdapat pada Ratchet Stopper.
    4. Kendorkan Stopper sampai Thimble bebas.
    5. Luruskan strip angka 0 pada Skala Samping dengan Garis Tengah Sleeve.
    6. Kencangkan kembali Ratchet Stopper.
    7. Periksa kembali kalibrasi.

    Alat ukur Micrometer siap untuk digunakan.

    II. Penggunaan Alat

    1. Pengukuran

    Dalam pengukuran ini ketebalan suatu benda yang relatif tipis. Pengukuran ini umum yang dilakukan pada  rahang putar micrometer sekrup. Langkah-langkah pengukuran:

    1. Ketika kita akan mengukur ketebalan suatu benda dengan alat ukur micrometer sekrup, sebelum mengukur bukalah rahang putar micrometer sekrup tersebut dengan memutar rahang ke kanan dengan memakai pemutar.
    2. Masukkan benda pada rahang tetap micrometer sekrup dan ikatkan dengan pemutar agar benda tetap berada pada rahang tetap.
    3. Amatilah  angka yang ditunjukkan oleh skala utama dan skala nonius.
    4. Catatlah Hasil pengukuran micrometer sekrup berdasarkan pada angka skala utama ditambah angka pada skala nonius yang dihitung dari nol sampai dengan garis skala nonius yang berimpit dengan skala utama.
    5. Untuk lebih jelasnya lihat pada gambar

    Perhatikan gambar pengukuran sebuah benda yang diukur ketebalannya dengan menggunakan micrometer sekrup.

    1. Pada skala nonius yang ditunjukkan tanda panah berwarna merah. Skala nonius dihitung mulai dari angka 0 sampai pada garis skala nonius yang berimpit dengan skala utama.
    2. Dari hasil pengamatan tersebut, pada skala utama menunjukkan angka 13,5 mm atau 1,35 cm dihitung dari angka 13 yang ditunjukkan oleh skala utama dan menghitung garis kecil 5  langkah sebelum angka yang berimpit pada skala nonius.
    3. Perhatikan skala nonius yang berimpit dengan skala utama, dari hasil pengamatan diperoleh angka 17 pada skala nonius yang berimpit dengan skala utama.
    4. Angka 17 tersebut di kalikan dengan tingkat ketelitian 0,01 mm sehingga diperoleh 0,17 mm.
    5. Hasil pengukuran diperoleh dari menjumlahkan hasil pengamatan pada skala utama dengan skala nonius yaitu 13,5 mm + 0,17 mm = 13,67  mm atau 1,367 cm.
    6. Ingat konversikan ( ubah)  satuan jika ingin merubah kedalam melimeter (mm) atau kedalam centimeter (cm).

    III. Pasca Penggunaan Alat

    Ketika selesai menggunakan alat ukur micrometer sekrup dalam pengukuran, lepaskan kembali benda yang diukur dengan memutar kekanan pemutar micrometer sekrup, kemudian tutup kembali rahang tetap dengan memutar kekiri agar sampai dalam keadaan semula. Masukkan micrometer sekrup kembali ke dalam kotak dan kembalikan ke Rak penyimpanan alat sesuai dengan inventaris alat. Hal ini dilakukan agar alat tidak hilang, tidak mudah rusak, dan agar dapat ditemukan dengan cepat untuk praktikum selanjutnya.

    SUMBER REFERENSI

    http://belajarsainsfisika.blogspot.co.id/2011/01/sop-mikrometer-sekrup.html

  • Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Laboratorium,  Laboran dan Teknisi

    Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Laboratorium, Laboran dan Teknisi

    Berikut ini pembagian dan upoksi dari pengurus laboratorium berdasarkan jabatannya. Jabatan pengurus Lab ini terdiri dari Kepala Laboratorium, Laboran dan Teknisi Lab.

    Fungsi dan Tugas Pengurus Laboratorium

    A. Tugas Kepala Laboran

    Fungsi KepalaTugas Pokok Kepala
    1. Merencanakan kegiatan dan pengembangan laboratorium sekolah/madrasah1. Menyusun rencana pengembangan                  laboratorium.
    2. Merencanakan pengelolaan laboratorium.
    3.  Mengembangkan sistem administrasi laboratorium
    4.  Menyusun prosedur operasi standar (POS) kerja laboratorium
    2. Mengelola kegiatan laboratorium sekolah/madrasah1. Mengkoordinasikan kegiatan praktikum dengan guru .
    2. Menyusun jadwal kegiatan laboratorium    
    3. Memantau pelaksanaan kegiatan laboratorium
    4. Mengevaluasi kegiatan laboratorium.
    5. Menyusun laporan kegiatan laboratorium
    3. Membagi tugas teknisi dan laboran laboratorium sekolah/ madrasah1. Merumuskan rincian tugas eknisi dan laboran     2. Menentukan jadwal kerja teknisi dan laboran     3. Mensupervisi teknisi dan laboran     4. Membuat laporan secara periodik
    4. Memantau sarana dan prasarana laboratorium sekolah/ madrasah1. Memantau kondisi dan keamanan bahan serta alat laboratorium.
    2. Memantau kondisi dan keamanan bangunan laboratorium
    3. Membuat laporan bulanan dan tahunan tentang kondisi dan pemanfaatan laboratorium
    5. Mengevaluasi kinerja teknisi dan laboran serta kegiatan laboratorium sekolah/ madrasah1. Mengikuti  perkembangan pemikiran tentang pemanfaatan kegiatan laboratorium sebagai wahana pendidikan
    2. Menerapkan hasil inovasi atau kajian laboratorium
    6. Menerapkan gagasan, teori dan prinsip kegiatan laboratorium sekolah/madrasah1. Mengikuti perkembangan pemikiran tentang pemanfaatan kegiatan laboratorium sebagai wahana pendidikan
    2. Menerapkan hasil inovasi atau kajian laboratorium
    7. Memanfaatkan laboratorium untuk kepentingan pendidikan dan penelitian di sekolah/ madrasah1. Menyusun panduan/penuntun (manual) praktikum.
    2. Merancang kegiatan laboratorium untuk pendidikan dan penelitian.
    3. Melaksanakan kegiatan laboratorium untuk kepentingan pendidikan dan penelitian
    8. Menjaga kesehatan dan keselamatan  kerja di laboratorium sekolah/madrasah1. Mempublikasikan ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja.
    2. Menerapkan ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja
    3. Menerapkan prosedur penanganan bahan berbahaya dan beracun
    4. Memantau bahan berbahaya dan beracun, serta peralatan keselamatan kerja

    B. Tupoksi Laboran Laboratorium

    Fungsi KepalaTugas Pokok Kepala
    1. Mendata alat dan bahan pratikum1. Mencatat bahan laboratorium
    2. Mencatat penggunaan bahan laboratorium     3. Melaporkan penggunaan bahan laboratorium     4. Mencatat alat-alat pratikum
    2. Mencatat kegiatan pratikum1. Mencatat kehadiran guru dan peserta didik     2. Mencatat penggunaan alat
    3. Mencatat penggunaan penuntun pratikum     4. Mencatat kerusakan alat 
    5. Melaporkan keseluruhan kegiatan pratikum secara periodik
    3. Merawat ruang laboratorium1. Menata ruang laboratorium
    2. Menjaga kebersihan ruangan laboratorium     3. Mengamankan ruang laboratorium     4. Menjaga kebersihan alat laboratorium
    4. Melayani kegiatan pratikum1. Menyiapkan bahan sesuai dengan penuntun pratikum
    2. Menyiapkan peralatan sesuai dengan penuntun pratikum
    3. Melayani guru dan peserta didik dalam pelaksanaan pratikum 
    4. Menyiapkan kelengkapan pendukung pratikum (lembar kerja, rekam data, dan lain-lain)
    5. Menjaga kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium1. Menjaga kesehatan diri dan lingkungan kerja     2. Menggunakan peralatan kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium
    3. Menangani bahan-bahan berbahaya dan beracun sesuai dengan prosedur yang berlaku     4. Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan

    C. Tupoksi Teknisi Laboratorium

    Fungsi TeknisiTugas Pokok Teknisi
    1. Mengatur penyimpanan bahan, peralatan, perkakas, dan suku cadang laboratorium1. Mencatat bahan, peralatan, dan fasilitas laboratorium dengan memanfaatkan peralatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)    
    2. Mengatur tata letak bahan, peralatan, dan fasilitas laboratorium.
    3. Mengatur tata letak bahan, suku cadang, dan perkakas untuk perawatan dan perbaikan peralatan laboratorium
    2. Menyiapkan kegiatan laboratorium1. Menyiapkan petunjuk penggunaan peralatan laboratorium.
    2. Menyiapkan paket bahan dan rangkaian peralatan yang siap pakai untuk kegiatan pratikum.
    3. Menyiapkan penuntun kegiatan pratikum.
    3. Merawat peralatan dan bahan di laboratorium.1. Mengidentifikasi kerusakan peralatan dan bahan laboratorium.
    2. Memperbaiki kerusakan peralatan laboratorium
     4. Menjaga kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium1. Menjaga kesehatan diri dan lingkungan kerja    
    2. Menggunakan peralatan kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium
    3. Menangani bahan-bahan berbahaya dan beracun sesuai dengan prosedur yang berlaku    
    4. Menangani limbah laboratorium sesuai dengan prosedur yang berlaku
    5. Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan.

     DAFTAR PUSTAKA

  • Laporan Praktikum Low Pass Filter dan High Pass Filter

    Tujuan

    Mengamati cara kerja rangkaian low pass filter dan high pass filter.

    Dasar Teori

    Beberapa perangkat keras instrumentasi memiliki permasalahan yaitu kurang optimumnya transfer daya dari sinyal input menjadi output perangkat instrumentasi tersebut. Pengkondisi sinyal merupakan salah satu solusi yang ekonomis untuk mengatasi masalah tersebut, salah satu contohnya adalah filter. Transfer daya yang optimum dapat dipengaruhi oleh resistensi dari rangkaian filter. Secara umum tujuan dari penggunaan filter adalah untuk meningkatkan kualitas dari sebuah sinyal misalnya menghilangkan dan mengurangi noise. Filter juga dapat digunakan untuk mendapatkan informasi yang dibawa oleh sinyal. Selain itu juga, filter digunakan untuk memisahkan dua atau lebih sinyal yang sebelumnya dikombinasikan, di mana sinyal tersebut dikombinasikan dengan tujuan mengefisienkan pemakaian saluran komunikasi yang ada. Filter juga dapat digunakan untuk mengeliminasi rentang frekuensi dari sinyal aslinya. Macam-macam filter diantaranya low pass filter, high pass filter, band pass filter, dan notch filter.

    Low pass filter digunakan untuk meneruskan sinyal berfrekuensi rendah dan meredam sinyal berfrekuensi tinggi. Sinyal dapat berupa sinyal listrik seperti perubahan tegangan maupun data-data digital seperti citra dan suara.

    Untuk sinyal listrik, low-pass filter direalisasikan dengan meletakkan kumparan secara seri dengan sumber sinyal atau dengan meletakkan kapasitor secara paralel dengan sumber sinyal. Contoh penggunaan filter ini adalah pada aplikasi audio, yaitu pada peredaman frekuensi tinggi (yang biasa digunakan pada tweeter) sebelum masuk speaker bass atau subwoofer (frekuensi rendah). Kumparan yang diletakkan secara seri dengan sumber tegangan akan meredam frekuensi tinggi dan meneruskan frekuensi rendah, sedangkan sebaliknya kapasitor yang diletakkan seri akan meredam frekuensi rendah dan meneruskan frekuensi tinggi.

    Untuk sinyal berupa data-data digital dapat difilter dengan melakukan operasi matematika seperti konvolusi. Finite Impuls Respons (FIR) dan Infinite Impulse Response (IIR) adalah algoritma untuk memfilter sinyal digital. Contoh aplikasi low-pass filter pada sinyal digital adalah memperhalus gambar dengan Gaussian blur.

    Berikut ini rangkaian untuk low pass filter:

    Gambar 1

    Rangakaian Low Pass Filter

    Dimana

    Adapun faktor penguatannya adalah

    Diagram bode untuk low pass filter ditunjukkan pada gambar di bawah ini

    Gambar 2

    Diagram Bode Low Pass Filter

    Frekuensi sudut fc terjadi saat ωCR2 = 1 dan A = 0,7 A. Maka,                                     

    Setelah fc maka A turun 20 dB setiap kenaikan 10 kali frekuensinya (dekade).

    High pass filter adalah jenis filter yang melewatkan frekuensi tinggi, tetapi mengurangi amplitudo frekuensi yang lebih rendah daripada frekuensi cutoff.Nilai-nilai pengurangan untuk frekuensi berbeda-beda untuk tiap-tiap filter ini .Terkadang filter ini disebut low cut filterbass cut filter atau rumble filter yang juga sering digunakan dalam aplikasi audio.High pass filter adalah lawan dari low pass filter, dan band pass filter adalah kombinasi dari high pass filter dan low pass filter. Filter ini sangat berguna sebagai filter yang dapat memblokir komponen frekuensi rendah yang tidak diinginkan dari sebuah sinyal kompleks saat melewati frekuensi tertinggi. Berikut ini rangkaian untuk high pass filter dan diagram bodenya:

    Gambar 3

    Rangkaian dan Diagram Bode High Pass Filter

    Pada rangkaian high pass filter

    sehingga faktor penguatannya adalah

    dan frekuensi cut-offnya adalah

    Komponen dan Peralatan

    Operational Amplifier Apparatus                                                       1 Buah

    Osiloskop                                                                                            1 Buah

    Audio generator                                                                                  1 Buah

    Resistor (100 Ω dan 220 Ω)                                                                @1 Buah

    Kapasitor 1μF                                                                                      1 Buah

    Probe Osiloskop                                                                                  2 Buah

    Kabel                                                                                                   Secukupnya

    Prosedur Percobaan

    Rangkaian Low Pass Filter

    1. Rangkai alat seperti pada gambar (1)
    2. Tentukan frekuensi cut off dengan menggunakan persamaan (3)
    3. Atur frekuensi yang digunakan dengan cara memutar knob pada audio generator
    4. Amati sinyal keluaran yang dihasilkan pada osiloskop untuk setiap frekuensi yang digunakan 

    Rangkaian High Pass Filter

    1. Rangkai alat seperti pada gambar (3)
    2. Tentukan frekuensi cut off dengan menggunakan persamaan (6)
    3. Atur frekuensi yang digunakan dengan cara memutar knob pada audio generator
    4. Amati sinyal keluaran yang dihasilkan pada osiloskop untuk setiap frekuensi yang digunakan

    Data Hasil Pengamatan

    Rangkaian Low Pass Filter

    R1 = 100 Ω

    R2 = 220 Ω

    C = 1 μF

    Tabel 1

    Tabel Pengamatan Low Pass Filter

    fAG (Hz)𝜆 (div)Time/divChannel 1Channel 2
    Vpp (div)Volt/divVpp (div)Volt/div
    2005,01,01,20,12,40,1
    2502,02,01,20,12,40,1
    3001,62,01,20,12,40,1
    4001,22,01,20,12,40,1
    5001,02,01,20,12,40,1
    6000,82,01,20,12,20,1
    7001,41,01,20,12,00,1
    8001,21,01,20,11,80,1
    10001,01,01,20,11,60,1
    15001,20,51,20,11,20,1

    Rangkaian High Pass Filter

    R1 = 100 Ω

    R2 = 220 Ω

    C = 1 μF

    Tabel 2

    Tabel Pengamatan High Pass Filter

    fAG (Hz)𝜆 (div)Time/divChannel 1Channel 2
    Vpp (div)Volt/divVpp (div)Volt/div
    5002,01,02,00,21,20,2
    7001,41,01,60,21,20,2
    10001,01,01,40,21,20,2
    12000,81,01,20,21,40,2
    15001,40,51,00,21,20,2
    20001,00,50,80,21,20,2
    25004,00,10,80,21,20,2
    30001,60,20,80,21,20,2

    Pengolahan Data

    Rangkaian Low Pass Filter

    Tabel 3

    Tabel Perhitungan Frekuensi, Vin, dan Vout pada Low Pass Filter

    Tabel 4

    Tabel Pembuatan Diagram Bode pada Low Pass Filter

    f (Hz)Vin (volt)Vout (volt)AdB
    200,000,120,242,006,02
    250,000,120,242,006,02
    312,500,120,242,006,02
    416,670,120,242,006,02
    500,000,120,242,006,02
    625,000,120,221,835,25
    714,280,120,201,674,45
    833,330,120,181,503,52
    1000,000,120,161,332,48
    1666,670,120,121,000

    Grafik 1

    Diagram Bode Low Pass Filter

    Rangkaian High Pass Filter

    Tabel 5

    Tabel Perhitungan Frekuensi, Vin, dan Vout pada High Pass Filter


    Tabel 6

    Tabel Pembuatan Diagram Bode pada High Pass Filter

    f (Hz)Vin (volt)Vout (volt)AdB
    500,000,400,240,60– 4,44
    714,280,320,240,75-2,50
    1000,000,280,240,86-1,34
    1250,000,240,281,171,34
    1428,570,200,241,201,58
    2000,000,160,241,503,52
    2500,000,160,241,503,52
    3125,000,160,241,503,52

    Grafik 2

    Diagram Bode High Pass Filter

    Analisis Data

    Filter berfungsi untuk menyaring sinyal masukan sehingga dapat diperoleh sinyal keluaran yang diinginkan. Rangkaian filter memiliki frekuensi cut-off. Pada rangkaian low pass filter, frekuensi masukan yang lebih rendah dari frekuensi cut-off akan diloloskan sedangkan frekuensi yang lebih tinggi dari frekuensi cut-off akan  diredam. Pada percobaan ini diperoleh frekuensi cut-offnya sebesar fc = 723,79 Hz. Setelah mengukur tegangan masukan dan tegangan keluaran yang terjadi, dapat dihitung besar penguatannya sehingga dapat dibuat diagram bodenya seperti ditunjukkan pada grafik (1). Dari grafik (1) tersebut dapat dilihat ketika frekuensi masukan yang diberikan masih di bawah frekuensi cut-off, sinyal keluarannya diteruskan dan saat frekuensinya melebihi frekuensi cut-off sinyal keluaran akan dilemahkan. Hal tersebut dapat dilihat dari grafik yang terus turun.

    Rangkaian high pass filter akan meneruskan frekuensi yang lebih besar dari frekuensi cut-off dan akan meredam sinyal masukan dengan frekuensi yang lebih rendah dari frekuensi cut-off. Pada percobaan ini diperoleh frekuensi cut-offnya sebesar fc = 1592,36 Hz. Sama seperti pada percobaan low pass filter setelah mengukur tegangan masukan dan tegangan keluaran yang terjadi, dapat dihitung besar penguatannya sehingga dapat dibuat diagram bodenya seperti ditunjukkan pada grafik (2). Namun, pada grafik (2) ada beberapa titik yang mengalami penyimpangan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:

    1. kesalahan dalam mengukur Vpp yang digunakan untuk menghitung tegangan masukan maupun tegangan keluaran,
    2. kemampuan alat yang sudah menurun,
    3. pembulatan angka penting dalam pengolahan data.

    Kesimpulan dan Saran

    Kesimpulan

    Rangkaian low pass filter dapat digunakan untuk meloloskan frekuensi rendah dan rangkaian high pass filter dapat digunakan untuk meloloskan frekuensi tinggi.

    Saran

    Sebelum melakukan percobaan ini sebaiknya praktikan:

    1. memahami konsep tentang filter,
    2. melakukan kalibrasi pada osiloskop sebelum digunakan,
    3. memahami kondisi alat dan komponen yang digunakan.

    Daftar Pustaka

    Anonim. Tapis Pelewat Rendah. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/ Tapis_pelewat_rendah.  [ 19 Desember 2011].

    Rahmanzz. High Pass Filter. [Online]. Tersedia: http://rahmanzz.blog.uns.ac.id/ 2010/04/28/high-pass-filter/. [19 Desember 2011].

    Lampiran

    Rangkaian Low Pass Filter

    Rangkaian High Pass Filter

  • Laporan Praktikum Pesawat Atwood

    Praktikum Pesawat Atwood

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Apa yang menyebabkan sebuah dapat bergerak. Benda dikatakan bergerak ketika ada gaya yang di berikan sehingga gaya dapat dikatakan sesuatu yang menyebabkan sebuah benda bergerak lebih cepat. Gerak dibagi atas 2 yaitu gerak linaer dan gerak rotasi, gerak adalah gerak yang dilakukan secara lurus atau perpindahan lurus, sedangkan gerak rotasi adalah gerak yang bergerak secara mengelending.

    Pada gerak translansi, berlaku hukum Newton I,II dan III. Hukum I Newton menyatakan bahwa setiap benda akan tetap diam atau tetap bergerak dengan laju dan arah yang tetap jika tidak ada gaya yang bekerja pada benda tersebut, tetapi ada  suatu kejadian dimana benda yang bergerak dengan kecepatan konstan juga merupakan keadaan yang dinyatakan oleh hukum I Newton dimana pada saat ini kecepatannya constant, sehingga percepatannya sama dengan 0.

    Untuk hukum II Newton, hukum II Newton menyatakan bahwa perceptaan yang dihasilkan oleh resultan gaya yang bekerja pada suatu benda berbanding lurus dengan resultan gaya, searah resultan gaya, dan berbanding terbalik dengan massa benda.

    Untuk hukum III Newton,nhukum III Newton menyatakan bahwa jika bertama memberikan gaya pada benda kedua, benda kedua juga akan memberikan gaya yang sama dengan arah yang berlawanan. Gerak rotasi merupakan gerak suatu benda yang menempuh lintasan berupa lingkaran. Gerak rotasi yang terjadi pada suatu benda dapat menimbulkan adanya momen inersia. Momen inersia adalah ukuran kelembaman suatu benda yang berotasi / berputar terhadap porosnya. Momen inersia merupakan suatu besaran yang memperlihatkan tentang usaha suatu sistem benda untuk menentang gerak rotasinya.

    Pada praktikum ini akan dilakukan percobaan untuk membuktikan keberlakuaan hukum-hukum translansi dan  gerak rotasi, pada kegiatan ini juga berlaku GLB dan GLBB, dimana GLB adalah gerak lurus beraturan dimana pada keadaan ini kecepatan konstan dengan percepatan 0 sehingga gaya yang berlaku untuk GLB adalah hukum I Newton , sedangkan GLBB adalah geralk lurus bergerak beraturan dimana pada keadaan apa perubahan terahadap kecepatan tetapi percepatannya konstan, sehingga pada GLBB berlaku hukum II Newton. Kemusian untuk gerak rotasi akan di alami oleh kantrol. Untuk menmbuktikan hukum-hukum tersebut maka di adakan praktiukm ini dengan menggunakan pesawat atwood, alat yang mempermudah dalam mengetahui gayanya tersebut

    B. Tujuan

    1. Mahasiswa mampu membuktikan keberlakuan hukum-hukum Newton untuk gerak translasi dan gerak rotasi.
    2. Menghitung momen kelembaman (inersia) katrol

    Bab II. Kajian Pustaka

    Hukum II Newton menyatakan : Percepatan yang dialami oleh sebuah benda besarnya berbanding lurus dengan besar resultan gaya yang bekerja pada benda itu, searah dengan arah gaya itu, dan berbanding terbalik dengan massa kelembamannya.

    Kita dapat mempelajari hukum tersebut di atas pada percobaan kereta dinamika maupun pada percobaan pesawat Atwood. Pada percobaan kereta dinamika dapat dijelaskan sebagai berikut :

    Gambar 1 Percobaan Kereta Dinamika

    Perhatikan gambar 1 di atas, ketika kereta dinamika dilepaskan maka pola gerakan kereta dinamika dapat digambarkan melalui pita ticker timer. Dengan memvariasikan massa dan sudut kemiringan maka kita dapat mempelajari perilaku hukum I Newton pada persoalan ini. 

    Gambar 2 Pesawat Atwood

    Percobaan dengan pesawat Atwood seperti pada gambar 2, bila massa silinder dan beban tambahan (M1+m) lebih besar daripada massa silinder M2, maka silinder M1 dan beban tambahan m akan bergerak dipercepat ke bawah sedangkan silinder M2 akan bergerak ke atas dengan percepatan yang sama besarnya. Hal itu akan menyebebkan katrol berotasi pada sumbu tetapnya. Pada tiap silinder berlaku hukum II Newton :

    Sedangkan untuk katrolnya berlaku :

    Dengan menjabarkan persamaan (2) dan (3) di atas kita dapat menurunkan persamaan untuk menghitung percepatan silinder, yaitu :

    Dari persamaan (4) kita dapat menentukan momen inersia katrol.

    Bab III. Metode Praktikum

    A. Prosedur Percobaan

    Kereta Dinamika

    1. Susun alat seperti pada gambar 1 (Anda dapat memulai dengan empat beban di atas kereta dinamika), untuk menghidupkan ticker timer gunakan power supply dengan beda potensial cukup 3 Volt AC (Max 6 Volt AC).
    2. Atur kemiringan landasan rel mulai dari 120. Pasang pita kertas pada penjepit pita di posisi belakang kereta dinamika. Pegang kereta dinamika pada posisi teratas. Lepaskan kereta dinamika bersamaan dengan menghidupkan ticker timer. Tangkap kereta dinamika pada saat pendorong-pegas kereta tepat menyentuh pembatas rel, jaga dengan hati-hati jangan sampai kereta terjatuh dan segera matikan ticker timer dengan memutus saklar penghubung. Amati jejak ketikan ticker timer pada pita kertas, bila baik tandailah pita dengan mencatat kemiringan dan massa beban pada pita lalu lakukan langkah berikutnya.
    3. Ulangi langkah 2 (untuk kemiringan yang sama) dengan beban yang berbeda-beda (ambil lima data untuk beban yang berbeda).
    4. Lakukan langkah 2 sampai 3 dengan pengurangan kemiringan hingga 50 (ambil lima data dengan massa yang sama).
    5. Ukur dan catatlah massa kereta dinamika, massa beban tambahan dari setiap data yang diambil. 

    Pesawat Atwood

    Pertama : Menentukan momen Inersia katrol

    1. Ukur dan catat massa silinder M1, M2, beban tambahan m1 dan m2 serta massa katrol mk, dan jari-jari katrol (R).
    2. Atur sistem seperti pada gambar 2. tetapkan skala nol pesawat sebagai titik A dan tentukan letak pembatas berlubang sebagai titik B, dan catat jarak AB itu.
    3. Tambahkan beban (boleh m1 atau m2 atau (m1+m2)) pada M1 dan atur agar posisi awal tepat di A.
    4. Lepaskan pemegang M2 bersamaan dengan menghidupkan stopwatch. Catat waktu yang diperlukan untuk bergerak dari A ke B (tAB).
    5. Lakukan langkah 1 sampai 4 sebanyak lima kali dengan jarak AB yang berbeda-beda dengan beban yang konstan.
    6. Berdasarkan data yang Anda temukan, buatlah grafik SAB = f (tAB2).

    Kedua : Mempelajari perilaku hukum II Newton

    1. Letakkan pembatas C di bawah titik B. Atur jarak AB 80 cm dan jarak BCmin 20 cm. (Ket: angka-angka ini hanya untuk memudahkan).
    2. Tambahkan beban (m1+m2) pada M1 lalu atur agar posisi awal tepat di A, lepaskan pemegang M2 sehingga dapat bergerak naik, M1 turun melewati B hingga ke C sedangkan m1 tertahan di B. Ukur dan catat waktu yang diperlukan untuk bergerak dari A ke B (tAB) dan dari B ke C (tBC).
    3. Lakukan langkah 8 dan 9 lima kali dengan jarak AC tetap sedangkan jarak AB dan BC berbeda-beda, melalui perubahan posisi B.
    4. Berdasarkan data yang diperoleh buatlah grafik SAB = f(tAB2) dan grafik SBC = f(tBC).

    Bab IV. Hasil dan Pembahasan

    Data Hasil Percobaan

    Tabel 1. Keadaan Laboratorium

    Keadaan RuanganAwal PraktikumAkhir Praktikum
    Suhu (0C)27 ± 0,2527,5 ± 0,25
    Tekanan (cmHg)68,5 ± 0,0568,5 ± 0,05

    Eksperimen Kereta Dinamika

    Tabel 2. Perubahan Sudut Kemiringan

    Pengukuran ke-(m ± 0,005) gram(θ ± 0,5)o
    11502,3811
    210
    39
    48
    57

    Tabel 3. Perubahan Massa Beban

    Pengukuran ke-(m ± 0,005) gram(θ ± 0,5)o
    11502,3812
    21253,98
    31004,82
    4756,32
    5507,72

    Eksperimen Pesawat Atwood

    Mkatrol = (71,54± 0,005) gram

    M1 = (71,52± 0,005) gram

    M2 = (70,82± 0,005) gram

    m1 = (4,01± 0,005) gram

    m2 = (4,01± 0,005) gram

    Rkatrol = (6± 0,05) cm

    Tabel 4. Pengukuran Percobaan Pertama

    Pengukuran ke-(SAB  ± 0,05) cm(tAB ± 0,005) s
    1300,94
    2351,06
    3401,22
    4451,32
    5501,38

    Tabel 5. Pengukuran Percobaan Kedua

    Pengukuran ke-(SAB ± 0,05) cm(SBC ± 0,05) cm(tAB ± 0,005) s(tBC ± 0,005) s
    180201,990,27
    275251,720,33
    370301,640,34
    465351,480,44
    560 401,150,50

    Pengolahan Data

    T = 1/f

    Dik : f = 50 Hertz

    T = 1/f = 1/50 = 0,02 s

    tn = T x jumlah ketukan          

    t1 = 0,02 . 5 = 0,1 s

    t2 = 0,02 . 10 = 0,2 s

    t3 = 0,02 . 15 = 0,3 s

    t4 = 0,02 . 20 = 0,4 s

    t5 = 0,02 . 25 = 0,5 s

    Eksperimen Kereta Dinamika untuk Kemiringan yang Sama (120)

    Massa kereta+ 4 beban

    Tabel 6. Data Pembuatan Grafik v=f(t)

    Ketikan ke-(s±0,05) x10-2 m(t±0,005) sv (m/s)
    14,30,143
    210,30,260
    318,00,377
    427,90,499
    539,00,5111

    Grafik 1
    Grafik s=f(t)

    Grafik 2

    Grafik v=f(t)

    Parameter        Value            Error

    ————————————————————

    A                25,5             2,53311

    B                175              7,63763

    ————————————————————

    R                SD               N                P

    ————————————————————

    0,99716          2,41523          5                1,8208E-4

    ————————————————————

    Massa kereta+ 3 beban

    Tabel 7

    Data Pembuatan Grafik v=f(t)

    Ketikan ke-(s±0,05) x10-2 m(t±0,005) s v m/s
    13,90,139
    29,60,257
    317,00,374
    426,40,494
    537,30,5109

    Grafik 3
    Grafik s=f(t)    

    Grafik 4

    Grafik v=f(t)

    Parameter        Value            Error

    ————————————————————

    A                21,5             1,25565

    B                177              3,78594

    ————————————————————

    R                SD               N                P

    ————————————————————

    0,99931          1,19722          5                <0.0001

    ————————————————————

    Massa kereta+2 beban

    Tabel 8

    Data Pembuatan Grafik v=f(t)

    Ketikan ke-(s±0,05) x10-2 m(t±0,005) sv  m/s
    14,00,140
    29,90,259
    317,40,375
    426,80,494
    537,80,5110


    Grafik s=f(t)  
    Grafik 5

    Grafik 6

    Grafik v=f(t)

    Parameter        Value            Error

    ————————————————————

    A                23,1             0,99499

    B                175              3

    ————————————————————

    R                SD               N                P

    ————————————————————

    0,99956          0,94868          5                <0.0001

    ————————————————————

    Massa kereta+ 1 beban

    Tabel 9

    Data Pembuatan Grafik v=f(t)

    Ketikan ke-(s±0,05) x10-2 m(t±0,005) sv m/s
    14,30,143
    210,50,262
    318,50,380
    428,00,495
    539,10,5111


    Grafik s=f(t)
    Grafik 7

    Grafik 8

    Grafik v=f(t)

    Parameter        Value            Error

    ————————————————————

    A                27,5             1,56738

    B                169              4,72582

    ————————————————————

    R                SD               N                P

    ————————————————————

    0,99883          1,49443          5                <0.0001

    ————————————————————

    Massa kereta

    Tabel 10

    Data Pembuatan Grafik v=f(t)

    Ketikan ke-(s±0,05) x10-2 m(t±0,005) s v m/s
    14,00,140
    29,80,258
    317,00,372
    426,10,491
    536,80,5107

    Grafik 9
    Grafik s=f(t)  

    Grafik 10

    Grafik v=f(t)

    Parameter        Value            Error

    ————————————————————

    A                23,5             1,25565

    B                167              3,78594

    ————————————————————

    R                SD               N                P

    ————————————————————

    0,99923          1,19722          5                <0.0001

    ————————————————————

    Eksperimen Kereta Dinamika untuk Massa yang Sama

    Kemiringan 110

    Tabel 11

    Data Pembuatan Grafik v=f(t)

    Ketikan ke-(s±0,05) x10-2 m(t±0,005) sv m/s
    12,20,122
    26,00,238
    311,10,351
    417,60,465
    525,80,582

    Grafik 11
    Grafik s=f(t)

    Grafik 12

    Grafik v=f(t)

    Parameter        Value            Error

    ————————————————————

    A                8,7              1,19583

    B                161              3,60555

    ————————————————————

    R                SD               N                P

    ————————————————————

    0,99925          1,14018          5                <0.0001

    ————————————————————

    Kemiringan 100

    Tabel 12

    Data Pembuatan Grafik v=f(t)

    Ketikan ke-(s±0,05) x10-2 m(t±0,005) sv m/s
    12,20,122
    26,00,238
    311,10,351
    417,60,465
    525,80,582

    Grafik 13 

    Grafik s=f(t)

    Grafik 14

    Grafik v=f(t)

    Parameter     Value  Error

    ————————————————————

    A                7,5              1,25565

    B                147              3,78594

    ————————————————————

    R                SD               N                P

    ————————————————————

    0,99901          1,19722          5                <0.0001

    ————————————————————

    Kemiringan 90

    Tabel 13

    Data Pembuatan Grafik v=f(t)

    Ketikan ke-(s±0,05) x10-2 m(t±0,005) sv m/s
    12,00,120
    25,30,233
    39,80,345
    415,50,457
    522,40,569

    Grafik 15
    Grafik s=f(t)

    Grafik 16

    Grafik v=f(t)

    Parameter        Value            Error

    ————————————————————

    A                8,2              0,38297

    B                122              1,1547

    ————————————————————

    R                SD               N                P

    ————————————————————

    0,99987          0,36515          5                <0.0001

    ————————————————————

    Kemiringan 80

    Tabel 14

    Data Pembuatan Grafik v=f(t)

    Ketikan ke-(s±0,05) x10-2 m(t±0,005) sv m/s
    12,00,120
    25,00,230
    38,80,338
    413,70,449
    519,40,557

    Grafik 17
    Grafik s=f(t)

    Grafik 18

    Grafik v=f(t)

    Parameter        Value            Error

    ————————————————————

    A                10,9             0,83467

    B                93               2,51661

    ————————————————————

    R                SD               N                P

    ————————————————————

    0,9989           0,79582          5                <0.0001

    ————————————————————

    Kemiringan 70

    Tabel 15

    Data Pembuatan Grafik v=f(t)

    Ketikan ke-(s±0,05) x10-2 m(t±0,005) sv m/s
    11,50,115
    23,80,223
    37,00,332
    411,00,440
    515,70,547

    Grafik 19

    Grafik s=f(t)

    Grafik 20

    Grafik v=f(t)

    Parameter        Value            Error

    ————————————————————

    A                7,1              0,63509

    B                81               1,91485

    ————————————————————

    R                SD               N                P

    ————————————————————

    0,99916          0,60553          5                <0.0001

    ————————————————————

    Tabel 16

    Pengolahan Data Percepatan dengan Kemiringan Konstan

    No.a (m/s2)
    11,660,010,0001
    21,660,010,0001
    31,700,050,0025
    41,620,030,0009
    51,620,030,0009
    8,260,0045


    Tabel 17

    Data Pembuatan Grafik ∑F=f(m)

    No.(m±0,005) kga (m/s2)F (N)
    11,501,652,47
    21,251,652,06
    31,001,651,65
    40,761,651,25
    50,511,650,84

    Grafik 21

    Grafik ∑F= f(m)

    Tabel 18. Data Pembuatan Grafik ∑F=f(a)

    No.(m±0,005) kga (m/s2)F (N)
    11,501,602,40
    21,501,442,16
    31,501,231,84
    41,500,891,33
    51,500,781,17

    Grafik 22

    Grafik ∑F=f(a)

    Tabel 19. Data Pembuatan Grafik SAB=f(tAB2)

    No.(SAB±0,05) x10-2m(tAB±0,005) s(tAB±0,05)2 s
    1301,652,72
    2401,983,92
    3502,265,10
    4602,415,81
    5702,606,80

    Grafik 23

    Grafik SAB=f(tAB2)

    Dari Persamaan (5)

    Selain itu, momen inersia juga dapat dihitung melalui persamaan I = 1/2 mR^2

    Tabel 20. Data Pembuatan Grafik SAB=f(tAB)

    Pengukuran ke-(SAB ± 0,05) cm(tAB ± 0,005) s
    1802,38
    2702,15
    3602,08
    4501,96
    5401,65

    Grafik 24

    Grafik SAB=f(tAB

    Tabel 21. Data Pembuatan Grafik SBC=f(tBC)

    Pengukuran ke-(SBC ± 0,05) cm(tBC ± 0,005) s
    1200,35
    2300,66
    3400,85
    4501,14
    5601,49

    Grafik 25

    Grafik SAB=f(tAB

    Analisis Data

    Eksperimen Kereta Dinamika :

    Grafik v=f(t) yang dibuat dari grafik s=f(t) sama dengan grafik yang dibuat dengan menggunakan potongan pita ticker timer. Karena ketukan pada pita menunjukkan kecepatan pada saat tertentu. Dari grafik v=f(t) dapat dicari harga percepatan. Tabel 22 menunjukkan percepatan saat sudut dibuat konstan.

    Tabel 22. Hasil Pengolahan Data Percepatan dengan Massa Tidak Konstan

    No.(m±0,005)grama (m/s2) secara origina (m/s2) secara manual
    11502,381,75 ± 0,071,66 ± 0,48
    21253,981,77 ± 0,031,66 ± 0,41
    31004,821,75 ± 0,031,70 ± 0,38
    4756,321,69 ± 0,041,62 ± 0,39
    5507,721,67 ± 0,031,62 ± 0,40

    Dari hasil yang diperoleh, jika massa yang digunakan tidak konstan, percepatannya cenderung akan konstan. Hal ini sesuai dengan teori di mana penambahan atau pengurangan massa tidak akan berpengaruh pada percepatan benda. Dari hasil tersebut terlihat beberapa perbedaan antara data yang satu dengan data lainnya. Namun, karena perbedaannya tidak signifikan dapat diasumsikan percepatan akan sama di setiap pengukuran.

    Tabel 23. Hasil Pengolahan Data Percepatan dengan Sudut Kemiringan Tidak Konstan

    No.(θ±0,05)oa (m/s2) secara origina (m/s2) secara manual
    1111,61 ± 0,031,60 ± 0,39
    2101,47 ± 0,031,44 ± 0,41
    391,22 ± 0,011,23 ± 0,41
    480,93 ± 0,020,89 ± 0,31
    570,81 ± 0,010,78 ± 0,31

    Dari hasil yang diperoleh ternyata sudut kemiringan rel sangat berpengaruh pada percepatan kereta dinamika. Semakin besar sudut kemiringan maka akan semakin besar pula percepatannya, dan demikian sebaliknya. Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum II Newton :

    ∑F = m.a

    mg sinθ – fg = m.a

    mg sin θ – µmg cos θ = m.a

    mg (sin θ – µcos θ) = m.a

    a = g (sin θ – µcos θ)

    Dari persamaan tersebut, tampak jelas bahwa percepatan dapat dipengaruhi oleh sudut namun tidak dengan massa.

    Untuk kemiringan yang konstan dapat dibuat grafik ∑F=f(m) dan untuk massa yang konstan dapat dibuat grafik ∑F=f(a). Berdasarkan hasil pengolahan data yang diperoleh, Semakin besar massa yang digunakan, maka semakin besar pula jumlah gaya yang dihasilkan. Dari hasil pengolahan grafik, massa berbanding lurus dengan jumlah gayanya.

    Untuk grafik , Jumlah gaya yang dihasilkan berbanding lurus dengan percepatan gerak bendanya. Dengan kata lain, semakin besar percepatan gerak suatu benda, maka semakin besar pula Jumlah gaya ( yang dihasilkannya.

    Dalam hasil pengolahan data terdapat beberapa kesalahan. Berikut kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi saat eksperimen :

    1. Kurang ketelitian dalam mengukur
    2. Hasil ketikan ticker timer yang tidak lurus
    3. Kesalahan pembuatan grafik
    4. Pembulatan angka penting pada pengolahan data

    Eksperimen Pesawat Atwood

    Pada percobaan pertama, kita dapat membuat grafik SAB=f(tAB2). Dari grafik tersebut kita dapat menghitung percepatan sistem. Percepatan yang diperoleh adalah a = (0,19 ± 0,08) m/s2  . Percepatan tersebut dapat digunakan untuk menghitung momen inersia katrol dimana

    Dari persamaan tersebut diperoleh momen inersia sebesar I = 0,09 x 10-3 kgm2. Kita juga dapat menentukan momen inersia dengan menggunakan persamaan I = 1/2 mR2 dan diperoleh I = 0,13 x 10-3 kgm2.

    Dari percobaan kedua, dapat dibuat grafik SAB=f(tAB) dan SBC=f(tBC). Gerakan pada silinder di lintasan dari  titik A ke titik B menyebabkan benda bergerak lurus berubah beraturan (GLBB), sedangkan gerakan pada lintasan dari titik B ke titik C menyebabkan benda bergerak lurus beraturan (GLB) hal tersebut terjadi karena massa di sisi kiri dan kanan hampir sama sehingga benda bergerak lurus beraturan (GLB). Dari data yang diperoleh, dapat disimpulkan jika suatu benda bergerak lurus berubah beraturan (GLBB), maka grafik S = f (t) berbentuk grafik eksponensial dan jika sebuah benda bergerak lurus beraturan (GLB) grafik S = f (t) akan membentuk sebuah garis linier. Dalam eksperimen kali ini, untuk grafik S = f(t) dalam arah GLBB maupun grafik dalam arah GLB, grafik tidak menunjukan bahwa gerakan tersebut menunjukan gerak lurus beraturan (GLB) atau gerak lurus berubah beraturan (GLBB) melainkan hanya mendekati saja.

    Faktor-faktor yang menyebabkan hal-hal tersebut dapat terjadi, antara lain :

    1. Massa tali tidak dapat diabaikan
    2. Tali berpilin ( berotasi / berputar )
    3. Terjadi gesekan antara tali dengan katrol yang sulit diabaikan
    4. Sifat tali yang elastis
    5. Poros katrol tidak linear / smooth ( halus )
    6. Kesalahan dalam menentukan waktu

    Bab V. Penutup

    A. Kesimpulan

    1. Dari Eksperimen Kereta Dinamika kita dapat mempelajari Hukum II Newton dimana ∑F=m.a. Hal itu dapat dibuktikan dengan grafik ∑F= f(m) dan grafik ∑F= f(a)
    2. Berdasarkan grafik ∑F=f(m) didapat bahwa jumlah gaya (∑F)   berbanding lurus dengan massa benda ( untuk sudut kemiringan yang tetap )
    3. Berdasarkan grafik ∑F=f(a) didapat bahwa jumlah gaya (∑F) berbanding lurus dengan percepatan gerakannya ( untuk massa yang tetap )
    4. Jadi, dapat disimpulkan bahwa jumlah gaya-gaya (∑F) yang bekerja pada kereta dinamika sangat bergantung atau dipengaruhi oleh massa dan juga sudut atau kemiringannya.

    Dari Eksperimen Pesawat Atwood

    1. Dengan menggunakan persamaan  ,
      maka momen inersia yang diperoleh adalah I = 0,09 x 10-3 kgm2, sedangkan dengan melalui persamaan matematis (I=1/2 mR2), maka momen inersia yang diperoleh adalah I = 0,13 x 10-3 kgm2.
    2. Berdasarkan grafik yang diperoleh, gerakan yang terjadi pada lintasan dari titik A ke B adalah Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) dan gerakan pada lintasan dari titik B ke C adalah Gerak Lurus Beraturan (GLB).

    B. Saran

    Pada laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, ada beberapa saran untuk melakukan ekpeimen ini supaya terjadinya kesalahan dapat diminimalisir, diantaranya :

    1. Pilihlah pita kertas yang baik,
    2. Pilih karbon yang baik agar jejak ketikan dapat terlihat dengan jelas,
    3. Jaga kereta dinamika saat eksperimen berlangsung jangan sampai terjatuh atau keluar dari lintasan
    4. Dalam ekperimen pesawat atwood, Pada percobaan pesawat atwood, tali jangan sampai terpelintir sedikit pun dan usahakan posisi kedua massa setimbang
    5. Lebih teliti dalam melakukan pengukuran
    6. Pahami prosedur yang ada dengan baik

    Daftar Pustaka

    Tipler A Paul,1998,Physics for Scientists and Engineers,Third Edition,hal 91-93,Erlangga, Jakarta

    Halliday dan Resnick,1978,Fisika,Third Edition jilid 1(Terjemahan Pantur Silaban Ph.D), hal 54-61,355,Erlangga,Jakarta.

    M.Nelkon dan P.Parker,1975,Advanced Level Physics,pp 1-13,Third Edition,Heinemann Educational Books,London.

    http://fpmipa.upi.edu/kuliah/mod/forum/discuss.php?d=948

  • Laporan Praktikum Pengukuran Berat Jenis Dengan Pikometer

    Pengukuran Massa Jenis

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar belakang

    Massa jenis merupakan nilai yang menunjukkan besarnya perbandingan antara massa benda dengan volume benda tersebut. massa jenis suatu benda bersifat tetap artinya jika ukura benda diubah, massa jenis benda tidak akan berubah. misalnya ukuranya diperbesar sehingga baik massa benda maupun volume benda semakin besartetapi massa jenisnya tetap. hal ini disebabkan oleh kenaikan massa benda atau sebaliknya kenaikan volume benda diikuti secara linear dengan kenaikan volumme benda.

    Untuk menentukan massa benda dapat dilakukan dengan menimbang benda tersebut dengan timbangan yang sesuai, seperti neraca ohaus atau yang lainnya. massa jenis adalah perbandingan antara massa benda denagn volume benda, secara matematis dirumuskan :

    \rho=\frac{m}{V}

    dimana

    P : massa jenis zat ( kg/m3
    m : massa zat ( kg )
    v : volume zat ( m3)

    Satuan massa jenis berdasarkan sistem internasional ( SI ) adalah kg/m3

    1000kg/m^3 = 1gr /cm3

    B. Rumusan Masalah

    1. Menentukan berat jenis zat cair dengan piknometer

    2. Menentukan berat jenis zat padat dengan piknometer

    3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi berat jenis zat

    Bab II. Tinjauan Pustaka

    A. Pengertian berat jenis

    Berat jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot yang baku yang volumenya sama pada suhu yang sama an dinyatakan dalam desimal. semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya. setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda. berat jenis juga dapat diartikan sebagai konstanta atau tetapan bahan tergantung pada suhu untuk zat cair, padat, ataupun gas.

    Bobot jenis dinyatakan dalam desimal dengan beberapa angka dibelakang koma sebanyak akurasi yang diperlukan pada penentuannya. pada umumnya, dua angka dibelakang koma sudah mencukupi. berat jenis dapat dihitung atau untuk senyawa khusus dapat ditemukan dalam United States Pharmacopeia ( USP ) atau buku acuan lain . berat jenis suatu zat apat dihiyung dengan mengetahui berat dan volumenyaberat jenis dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa type piknometer, neraca Mohr, Westpal, hidrometer dan alat penentu berat jenis lainnya.

    Pengujian berat jenis dilakukan untuk menentukan 3 macam berat jenis yaitu :

    1. berat jenis sejati – massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk rongga yang terbuka dan tertutup.
    2. berat jenis nyata – massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk lubang terbuka, tetapi termasuk pori yang tertutup.
    3. berat jenis efektif – massa pertikel dibagi volume partikel termasuk pori yang terbuka dan tertutup. seperti titik lebur, titik didih, dan indeks bias.

    B. Macam piknometer

    1. Piknometer 10ml – piknometer yang tidak dilengkapi dengan termometer
    2. Piknometer 25ml – piknometer yang dilengkapi dengan termometer
    3. Piknometer gas – piknometer yang menggunakan hukum gas ideal untuk menentukan volume sampel.

    C. Fakyor yang mempengarhi berat jenis

    1. temperatur

    Dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya dapat memnguap sehingga dapat mempengaruhi berat jenisnya, demikian pula halnya pada suhu yang sanagat rendah dapat menyebabkan senyawa membeku sehingga sulit untuk menghitung berat jenisny oleh karena itu, digunakan suhu dimana biasanya senyawa stabil.

    2. massa zat

    Jika zat mempunyai masa yang besar maka kemungkinan berat jenisnya juga menjadi lebih besar.

    3. volume zat

    Jika volume zat besar maka berat jenisnya akan berpengaruh tergantung pula dari massa zat itu sendiri. dimana ukuran partikel dari zat dapat mempengaruhi berat jenisnya.

    Bab III. Metode Percobaan

    A. Alat dan bahan

    I. Alat-alat

    1. botol aquadest
    2. piknometer 10ml
    3. tissu
    4. spatula
    5. pippet ukur 5ml
    6. bola sedot
    7. neraca

    II. Bahan

    1. aquadest
    2. etanol
    3. minyak goreng
    4. parafin

    B. Prosedur Percobaan

    Mementukan berat jenis zat cair ( aquadest ) dengan piknometer\

    1. menimbang piknometer kososng, bersih, dan kering
    2. mengisi piknometer dengan zat cair ( aquadest ) pada suhu 27*C
    3. menimbang piknometer yang berisi aquadest pada suhu 29*C
    4. menentukan berat aquadest
    5. dimasukkan dalam rumus

    Menentukan berat jenis zat cair ( etanol ) dengan piknometer

    1. menimbang piknometer kosong, bersih, dan kering
    2. mengisi piknometer dengan zat cair ( etanol ) pada suhu 27*C
    3. menimbang piknometer yang berisi etanol pada suhu 29*C
    4. menentukan berat etanol
    5. dimasukkan dalam rumus

    Menentukan berat jenis zat cair ( minyak goreng ) dengan piknometer

    1. menimbang piknometer kososng, bersih, dan kering
    2. mengisi piknometer dengan zat cair ( minyak goreng ) pada suhu 27*C
    3. menimbang piknometer yang berisi minyak goreng pada suhu 29*C
    4. menentukan berat minyak goreng
    5. dimasukkan dalam rumus

    Menenukan berat jenis zat padat dengan piknometer

    1. menimbang piknometer kosong, bersih, dan kering
    2. mengisi pikonometer dengan parafin sampai separuh dari piknometer
    3. menimbang piknometer yang berisi parafin
    4. mengisi piknometer yang berisi parafin dengan aquadest pada suhu 27*C
    5. menimbang piknometer tersebut pada suhu 29*C
    6. menentukan berat parafin
    7. dimasukkan dalam rumus

    Bab IV. Hasil dan Pembahasan

    A. Data pengamatan  

    ZatPiknometer
    Kosong (gr)Berisi (Gr)
    aquadest9,8620,54
    etanol9,8618,55
    Minyak gorreng9,8619,57
    parafin9,8612,20

    B. Hasil perhitungan

    1. aquadest

    berat aquadest = ( berat pikno + aquadest ) – berat piknometer kosong

    = 20,54 – 9,86

    = 10,68 gr

     volume aquadest = berat aquadest / berat jenis zat cair

    = 10,68 / 1gr/ml

    = 10,68

    volume piknometer = volume aquadest

    = 10,68

    2. etanol

    berat etanol = ( berat piknometer + etanol ) – berat piknometer kosong

    = 18,55 – 9,86

    = 8,69 gr

    berat jenis etanol = berat etanol / volume piknometer

    = 8,69 / 10,68

    = 0,813 gr/ml

    3. minyak goreng

    berat minyak goreng = ( berat piknometer + minyak goreng ) – berat piknometer kosong

    = 19,57 – 9,86

    = 9,71 gr

    berat jenis minyak goreng = berat minyak goreng / volume piknometer

    = 9,71 / 10,68

    = 0,909 gr/ml

    4. parafin

    berat parafin = ( berat piknometer + parafin ) – berat piknometer kosong

    = 12,20 – 9,86

    = 2,34 gr

    berat zat cair = ( berat piknometer + parafin + zat cair ) – ( berat piknometer + parafin )

    = 16,03 – 12,20

    = 3,83 gr

    volume zat cair = berat zat cair / berat jenis zat cair

    = 3,83 / 1

    = 3,83

    volume zat padat = volume piknometer – volume zat cair

    10,68 3,83

    = 6,85

    berat jenis zat padat = berat zat padat / volume zat padat 

    = 2,34 / 6,85

    = 0,341 gr/ml

    B. Pembahasan

    • berat jenis etanol berdasarkan pengujian = 0,813 gr/ml
    • berat jenis minyak goreng berdasarkan pengujian = 0,909 gr/ml
    • berat jenis parafin berdasarkan pengujian = 0,341 gr/ml
    • berat jenis etanol SNI = 0,79 gr/ml
    • berat jenis minyak goreng SNI = 0,900 gr/ml
    • berat jenis parafin SNI = 2,60 gr/ml

    dalam hal ini terjadi penyampingan antara berat jenis dalam pengujian dan berat jrnis dalam SNI. hal ini sangat sering terjadi dan diakibatkan oleh beberapa sebab, yakni:

    1. kesalahan pada waktu pengukuran
    2. kesalahan pada waktu mengatur suhu
    3. bahan tidak murni, sehingga mempengaruhi berat jenis
    4. piknometer tidak terisi penuh
    5. bayak caoran yang meluber keluar dari pikometer dan tidak dilap (dibersihkan) sehingga mempengaruhi berat jenis

    dalam proses percobaan pengukuran berat jenis menggunakan piknometer, langkah-langkah yang dilakukan harus berurutan dan tidak boleh ada satupun langkah yang terlewatkan baik dalam penimbangan piknometer kosong maupun piknometer yang berisi

    dalam proses pengujian berat jenis dengan piknometer, piknometer yang digunakan harus dibersihkan terlebih dahulu dengan air bersih, lalu dilap himgga kering sampai benar-benar kering dari sisa-sisa zat meupun sisa-sisa bilasan. karena hal itu dapat mempengaruhi berat jenisnya.

    Bab V. Penutup

    A. Kesimpulan

    1. berat jenis etanol dalam pengujian ialah = 0,813 gr/ml
    2. berat jenis minyak goreng pada pengujian ialah = 0,909 gr/ml
    3. berat jenis parafin ialah 0,341 gr/ml
    4. faktor-faktor yang mempengaruhi berat jenis zat adalah tempeatur, massa zat, dan volume zat

    B. Saran

    1. seharusnya kebersihan alat harus terjamin, karena mempengaruhi hasil percobaan
    2. ketersediaan alat harus lengkap
    3. jarak waktu antara pengisian piknometer dan penimbangan piknometer berisi harus ditentukan 

    karena juga dapat mempengaruhi hasil percobaan

    • DAFTAR PUSTAKA

    LaporanPraktikumBeratJenis.https://www.scribd.com

    piknometer.http://www.infolaborat.com

  • Laporan Praktikum Titrasi Asam Basa

    Laporan Praktikum Titrasi Asam Basa

    Praktikum titrasi asam basa bertujuan untuk mengetahui metode penetralan larutan asam-basa. Metode titrasi yang idgunakan adalah alkalimetri.

    Praktikum Titrasi Asam Basah

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. (disini hanya dibahas tentang titrasi asam basa).

    Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan.

    Titrasi asam basa disebut juga titrasi adisi alkalimetri. Kadar atau konsentrasi asam basa larutan dapat ditentukan dengan metode volumetri dengan teknik titrasi asam basa. Volumetri adalah teknik analisis kimia kuantitatif untuk menetapkan kadar sampel dengan pengukuran volume larutan yang terlibat reaksi berdasarkan kesetaraan kimia. Kesetaraan kimia ditetapkan melalui titik akhir titrasi yang diketahui dari perubahan warna indicator dan kadar sampel untuk ditetapkan melalui perhitungan berdasarkan persamaan reaksi.

    Titrasi asam basa merupakan teknik untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau basa. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi asam basa (netralisasi). Larutan yang kosentrasinya sudah diketahui disebut larutan baku. Titik ekuivalen adalah titik ketika asam dan basa tepat habis bereaksi dengan disertai perubahan warna indikatornya. Titik akhir titrasi adalah saat terjadinya perubahan warna indicator.

    Titik ekivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah asam tepat di netralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjadi perubahan pH. pH pada titik equivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang dihasilkan dari netralisaasi asam basa. Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah yang memiliki rentang pH dimana titik equivalen berada. Pada umumnya titik equivalen tersebut sulit untuk diamati, yang mudah dimatai adalah titik akhir yaang dapat terjadi sebelum atau sesudah titik equivalen tercapai. Titrasi harus dihentikan pada saat titik akhir titrasi tercapai, yang ditandai dengan perubahan warna indikator. Titik akhir titrasi tidak selalu berimpit dengan titik equivalen. Dengan pemilihan indikator yang tepat, kita dapat memperkecil kesalahan titrasi.

    Titrasi asam basa merupakan contoh analisis glumetri, yaitu suatu cara atau  metode yang menggunakan larutan yang disebut titran dan dilepaskan dari perangkat gelas yang disebut buret. Titik dalam titrasi dimana titran yang telah ditambahkan cukup untuk bereaksi secara tepat dengan senyawa yang ditentukan disebut titik ekivalen atau titik stoikhiometri, titik ini sering ditandai dengan perubahan warna senyawa yang disebut indikator.

    Berikut ini syarat-syarat yang diperlukan agar titrasi yang dilakukan berhasil :

    1. Konsentrasi titrasi harus diketahui. Larutan seperrti ini disebut larutan standar.
    2. Reaksi yang tepat antara titran dan senyawa yang dianalisis harus diketahui.
    3. Titik stoikhiometri atau titik ekivalen harus diketahui. Indikator yang  memberikan perubahan warna, atau sangat dekat pada titik ekivalen yang sering digunakan. Titik pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir.
    4. Volume titran yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen harus diketahui setepat mungkin.

    C. Tujuan

    1. Mengetahui penetralan asam basa dengan metode titrasi.
    2. Menentukan kadar suatu zat dengan metode titrasi alkalimetri.
    3. Mengetahui titik ekuivalen dan titik akhir titrasi basa.

    Bab II. Kajian Pustaka

    A. Titrasi Asam Basah

    Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu yang akan di analisis. Contoh yang akan dianalisis dirujuk sebagai (tak diketahui, unknown). Prosedur analitis yang melibatkan titrasi dengan larutan-larutan yang konsentrasinya diketahui disebut analisis volumetri. Dalam analisis larutan asam dan basa, titrasi melibatkan pengukuran yang seksama, volume-volume suatu asam dan suatu basa yang tepat saling menetralkan (Keenan,1998:422-423).

    Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yang ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan perubahan warna. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi (Brady,1999:217-218).

    Larutan basa yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang berskala) dan jumlah yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan sesudah titrasi. Larutan asam yang dititrasi dimasukkan kedalam gelas kimia (erlenmeyer) dengan mengukur volumenya terlebih dahulu denga memekai pipet gondok. Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai indikator yang warnanya disekitar titik ekivalen. Dala titrasi yang diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalen (syukri,1999:428).

    Suatu proses didalam laboratorium untuk mengukur jumlah suatu reaktan yang bereaksi sempurna dengan sejumlah reaktan lainnya, dimana reaktan pertama ditambahkan secara kontinu ke dalam reaktan kedua disebut titrasi. Reaktan yang ditambahkan tadi disebut sebagai titrant dan reaktan yang ditambahkan titrant kedalamnya disebut titree. Didalam beberapa titrasi, titik ekivalen adalah titik selama proses titrasi dimana tepatnya titrat telah cukup ditambahkan untuk bereaksi dengan titree. Salah satu masalah tekhnis dalam titrasi adalah titik dimana suatu perubahan dapat diamati, terjadi yang untuk mengindikasikan pendekatan yang paling baik ke titik ekivalen. Secara ideal, titik akhir dan titik ekivalen seharusnya identik, tetapi dalam prakteknya jarang sekali ada orang yang mampu membuat kedua titik tersebut tepat sama, meskipun ada beberapa hal dimana perbedaan antara kedua hal tersebut dapat diabaikan (Snyder,199 :597-599).

    Kadang-kadang kita perlu mengetahui tidak hanya atau sekedar pH, akan tetapi perlu kita ketahui juga berapa banyak asam atau basayang terdapat didalam sampel. Sebagai contoh, seorang ahli kimia lingkungan mempelajari suatu danau dimana ikan-ikannya mati. Dia harus mengetahui secara pasti seberapa banyak asam yang terkandung dalam suatu sampel air danau tersebut. Titrasi melibatkan suatu proses penambahan suatu larutan yang disebut tirant dari buret ke suatu flask yang berisi sampel dan disebut analit. Berhasilnya titrasi asam-basa tergantung pada seberapa akurat kita dapat mendeteksi titik stoikiometri. Pada titik tersebut, jumlah mol dari H3O+ dan OH yang ditambahkan sebagai titrant adlah sama dengan jumlah mol dari OH- atau H3O+  yang terdapat dalam analit. Pada titik stoikiometri, larutan terdiri dari garam dan air. Larutan tersebut adalah asam apabila ion asam yang terkandung didalamnya, dan basa apabila ion basa yang terkandung didalamnya (Atkins, 1997:550).

    Seperti yang telah diketahui sebelumnya, dalam stoikiometri titrasi, titik ekivalen dari reaksi netralisasi adalah titik pada reaksi dimana asam dan basa keduanya setara, yaitu dimana keduanya tidak ada yang berlebihan. Dalam titrasi, suatu larutan yang akan dinetralkan, misal asam, ditempatkan di dalam flask bersamaan dengan beberapa tetes indikator asam basa. Kemudian larutan lainnya (misal basa) yang terdapat didalam buret, ditambahkan ke asam. Pertama-tama ditambahkan cukup banyak, kemudian dengan tetesan hingga titik ekivalen. Titik ekivalen terjadi pada saat terjadinya perubahan warna indikator. Titk pada titrasi dimana indikator warnanya berubah disebut titik akhir (Petrucci, 1997:636).

    Misalkan kita ingin menentukan molaritas dari suatu larutan HCl yang tidak diketahui konsentrasinya. Kita bisa menentukan konsentrasi HCl tersebut melalui suatu prosedur yang disebut titrasi, dimana kita menetralisasi suatu asam dengan suatu basa yang telah diketahui konsentrasinya. Pada titrasi, pertama-tama kita menempatkan suatu asam yang volumenya telah ditentukan ke dalam suatu flask. Dan tambahkan beberapa tetes indikator seperti penolftalein, kedalam larutan asam. Dalam larutan asam, penolftalein tidak berwarna. Kemudian, buret kita isi dengan larutan NaOH yang konsentrasinya telah diketahui. dan dengan hati-hati NaOH ditambahkan ke asam pada flask. Kita bisa mengetahui bahwa netralisasi telah berlangsung ketika penolftalein dalam larutan berubah warna menjadi merah muda. Ini disebut titik akhir netralisasi. Dari volume yang ditambahkan dan molar NaOH, kita dapat menentukan konsentrasi asam (Timberlake,2004:354-355).

    Titirasi asam-basa merupakan cara yang tepat dan mudah untuk menentukan jumlah senyawa-senyawa yang bersifat asam dan basa. Kebanyakan asam dan basa organik dan organik dapat dititrasi dalam larutan berair, tetapi sebagian senyawa itu terutama senyawa organik tidak larut dalam  air. Namun demikian umumnya senyawa organik dapat larut dalam pelarut organik, karena itu senyawa organik itu dapat ditentukan dengan titrasi asam basa dalam pelarut inert. Untuk menentukan asam digunakan larutan baku asam kaut misalnya HCl, sedangkan untuk menentuan basa digunakan larutan basa kuat misalnya NaOH. Titik akhir titrasi biasanya ditetapkan dengan bantuan perubahan indikator asam basa yang sesuai atau dengan bantuan peralatan seperti potensiometri, spektrofotometer, konduktometer. (Rivai,H.1990:308-310).

    Tidak semua pereaksi dapat digunakan sebagai titran, untuk itu pereaksi harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut berlangsung sempurna, tunggal dan menurut persamaan yang jelas ( dasar teoritis), cepat dan irreversible, ada petunjuk akhir titrasi (indikator), larutan baku direaksikan dengan alat harus mudah didapat dan sederhana menggunakannya, juga harus stabil sehingga konsentrasinya tidak mudah berubah bila disimpan (Ady Mara,2010:21).

    B. Uraian Bahan

    1. Aqua Destilata (Depkes RI,1979l:62)
    Nama ResmiAQUA DESTILATA
    Nama LainAir Suling, Aquades
    Rm/BmH₂O / 18,02
    PemberianCairan jernih, tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna
    PenyimpananDi dalam wadah tertutup baik
    Kegunaan Sebagai pelarut
    2. Natrium Hydroxydium (Depkes RI,1979:412 )
    Nama resmiNATRIUM HIDROKSIDA
    Nama LainNatrium hidroksida
    Rm/BmNaOH / 40.00
    PemerianBentuk batang, massa hablur atau keping-keping, rapuh dan mudah meleleh basah, sangat Alkalis dan korosif.
    KelarutanSangat mudah larut dalam air dan etanol (95%)
    PenyimpananMengandung tidak kurang dari 97,5% akali jumlah dihitung sebagai NaOH dan tidak lebih dari 2,5% NaCO3
    KegunaanSebagai zat tambahan
    3.  Asam asetat (Depkes RI,1979:71)
    Nama ResmiACIDUM ACETIUM
    Nama LainAsam asetat
    RM/BMCH3COOH / 60,05
    PemerianCairan jernih, tak berwarna, bau busuk, rasa asam tajam
    KelarutanDapat bercampur dengan air, etanol (95%) dan gliserol P
    PenyimpananDalam wadah tertutup rapat
    KegunaanSebagai zat tambahan
    4. Indikator pp (Depkes RI,1979:675)
    Nama Resmi FENOLFTALEIN
    Nama LainFenolftalein, Indikator PP
    RM / BMC20H14O4 / 318,33
    PemerianSerbuk hablur putih atau putih kekuningan lemah, tidak berbau, stabil di udara.  
    KelarutanPraktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol
    PenyimpananDalam wadah tertutup rapat
    K/PZat tambahan, indicator

    Bab III. Metode Kerja

    A. Alat dan bahan

    I. Alat
    1. Buret
    2. Corong kimia
    3. Erlenmeyer
    4. Gelas ukur
    5. Pipet tetes
    6. Sendok tanduk
    7. Statif dan klem
    II. Bahan
    1. Aquadest
    2. Asam asetat
    3. Natrium Hidroksida
    4. Indikator PP

    B. Prosedur Kerja

    I. Alkalimetri penambahan Aquadest
    1. Di ukur seksama asam asetat sebanyak 10 mL.
    2. Dilarutkan dalam erlenmeyer dengan 10 mL Aquadest.
    3. Ditambahkan 3 tetes Indikator PP.
    4. Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N yang ada didalam buret.
    5. Diamati perubahan warna sampai larutan berwarna merah muda.
    II. Alkalimetri tanpa Aquadest
    1. Di ukur seksama asam asetat sebanyak 10 mL.
    2. Ditambahkan 3 tetes Indikator PP.
    3. Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N yang ada didalam buret.
    4. Diamati perubahan warna sampai larutan berwarna merah muda.

    Bab IV. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

    A. Hasil Pengamatan

    Metode TitrasiSampelVolume titrasi(NaOH)Indikator
    ALKALIMETRIAquadest 10ml CH3COOH 10ml1,8 mLPP 3 tetes
    ALKALIMETRICH3COOH 10ml1,3 mLPP 3 tetes

    B. Pembahasan

    Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan alkalimetri dimana digunakan NaOH (Basa kuat) sebagai titran sedangkan titrat atau yang berada didalam elenmeyer yaitu asam asetat (asam kuat) dan aquadest.

    Sesuai dengan yang ada diliteratur bahwa asidi-alkalimetri merupakan suatu metode analisis volumetri yang digunakan dengan cara titrasi berdasarkan terjadinya reaksi netralisasi. Pada alkalimetri digunakan basa kuat sebagai larutan standar.

    Pada saat setelah dilakukan penambahan indikator PP dilakukan titrasi, dimana secara teknis titrasi dilakukan dengan mereaksikan sedikit demi sedikit bahkan tetes demi tetes larutan basa 25 mL melalui buret kedalam larutan asam yang telah dicampur dengan aquadest (asam asetat 10 mL + aquadest 10 mL) yang disimpan dalam Erlenmeyer sampai keduanya tepat habis bereaksi yang ditandai dengan perubahan warna. Pada percobaan alkalimetri terjadi perubahan warna akibat penambahan indikator PP yaitu dari warna bening menjadi warna merah muda, titrasi dihentikan dan volumenya dicatat sebesar volume titik akhir titrasi yaitu 1,8 ml. Selain itu, dilakukan juga percobaan tanpa menggunakan aquadest dengan volume akhir titrasi yaitu 1,3 mL.

    Pada praktikum alkalimetri ini dilakukan penambahan indikator PP sebanyak 3 tetes. Hal tersebut mempengaruhi warna pada larutan, dimana pada praktikum digunakan NaOH sebagai titrat yang menyebabkan perubahan warna menjadi merah muda. Perubahan warna menjadi mersh muda ini disebabkan Karena indikator bereaksi dengan basa. Selain itu, perubahan warna yang terjadi sesuai literature yang menyatakan perubahan warna dikarenakan penambahan  [OH] yang menyebabkan [H+] berkurang dan keseimbangan bergeser kekanan (G.Shelva,1985; hal ).

    Pada proses terjadinya perubahan warna menjadi merah muda saat titrasi, larutan baku atau titran yang digunakan adalah basa, karena pada proses ini yang menjadi titer (larutan yang dititrasi) adalah larutan yang bersifat asam dan yang menjadi titran bersifat basa. Untuk titer sendiri diberikan indikator PP dengan tujuan agar kita dapat mengetahui senyawa tersebut memiliki sifat asam atau basa.

    Pada praktikum yang telah dilakukan, didapatkan haasil yang sesuai dengan literatur dimana pada titrasi aside-alkalimetri senyawa CH3COOH terionisasi menghasilkan ion H+ dan NaOH terurai menghasilkan ion H membentuk senyawa molekul H2O Ion Na+ dan CH3COO- akan membentuk garam.

    Pada percobaan Aquadest volume titran lebih banyak dibandingkan tanpa penambahan aqadest karena asam akan memberikan proton ke air yang bertindak sebagai basa. Sehingga air menjadi asam, setelah penambahan basa terhidrolisis oleh garam. Sedangkan tanpa penambahan aquadest asam ditambah basa akan terhidrolisis jadi garam dan air. Dimana raksi yang terjadi yaitu:

    1.    Reaksi penambahan aquadest

    CH3COOH + H2O                  CH3COO + H3O (Ion Hidroion)

    CH3COO + NaOH                  NaCH3COO + OH

    2.    Reaksi tanpa penambahan aquadest

    CH3COOH + NaOH              NaCH3COO + H2O

    Pada saat praktikum digunakan aquadest sebagai pelarut, aquadest sendiri merupakan larutan yang mudah menyerap dan melarutkan berbagai macam jenis partikel halus yang bermuatan racun dan dapat mencegah pencemaran pda kualitas air sehingga tersebut dapat diminum setiap saat dengan aman.

    Aquadest sendiri mengalami destilasi atau penyulingan yaitu pemissahan bahan-bahan kimia yang ada didalam air dimana mengandung zat racun hasil radikal bebas yang kemudian dibersihkan atau disterilisasikan atau dibersihkan agar tidak lagi tercemar racun apapun sehingga kondisinya bersih.

    Beberapa alasan digunnakannya aquadest sebagai pelarut yaitu :

    1. Aquadest mampu melarutkan kemudian menetralkan bahan kimia ynag bersifat racun didalam makanan dan minuman tertentu.
    2. Aquadest mampu melarutkan dan menetralisir racun yang telah mencapai ginjal lalu akan membuangnya kearah kandung kemih agar segera dikeluarkan.
    3. Aquadest merupakan air murni atau larutan yang dihasilkan dari proses sterilisasi melalui cara penyulingan beberapa kali sehingga logam dan partikel berbahaya yang terkandung didalamnya dapat dibersihkan dan dinetralkan agar aquadest dapat diminum dengan aman.

    Bab V. Penutup

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut :

    1. Volume akhir titrasi NaOH adalah 1,8 ml
    2. Pada proses titrasi alkalimetri terjadi perubahan warna oleh CH3COOH dengan NaOH dari warna bening menjadi merah muda.
    3. Terjadi perubahan warna bening menjadi merah muda dikarenakan adanya penambahan [OH-] yang menyebabkan [H+] berkurang dan keseimbangan bergeser ke kanan.

    B. Saran

    Dalam melakukan praktikum, sebaiknya harus berhati-hati dalam menggunakan larutan-larutan yang ada di laboratorium dan dalam melakukan praktikum kali ini kita juga harus memperhatikan ketelitian dalam mengukur volume larutan basa (NaOH), karena volume larutan NaOH sangat mempengaruhi hasil konsentrasi CH3COOH.

    DAFTAR PUSTAKA

    Harjadi, W. 1990.Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia: Jakarta

    Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press: Jakarta

    Purba, Michael. 1997. Buku Pelajaran Ilmu Kimia Untuk SMU kelas 2.Erlangga: Jakarta

    Rivai, H. 1990. Asas Pemeriksaan Kimia. UI Press: Jakarta

    Susanti, S. 1995. Analisis Kimia Farmasi Kualitatif. LEPHAS: Makassar

    Shelva.G.1985.Vogel analisis anorganik kualitatimakrodan semmakro. PT Kaman media pustaka : Jakarta

    Atkins, Peter and Jones Lorette. 1997. Chemistry Molecules and Canges. NewYork: W. H. Freeman and Company.

    Brady, James E. 1999. Kimia Universutas Asas dan Struktur. Jakarta: Binarupa Aksara

    Keenan, C. W, dkk. 1998. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

    Petrucci, Ralph H and Willias S. Harwood. 1997. General Chemistry. New Jersey:Prentice Hall.

    Snyder, Milton K. 1996. Chemistry Structure and Reaction. New York: Holt Rinehart And winston. Inc.

    Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung ITB.

    Timberlake, Karen C. 2004. General, Organic and Biological Chemistry Structure Of Life. San Fransisco: Pearson Benjamin Cummings.