Blog

  • Makalah Mikroorganisme Pada Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia

    Mikroorganisme Pada Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Sistem pencernaan pada ternak ruminansia seperti pada ternak pada umumnya berfungsi untuk mencerna bahan pakan, menyerap zat-zat makanan dan mengeluarkan sisa pakan. Lingkaran saluran pencernaan dipengaruhi oleh jenis bahan yang dikonsumsi. Pakan utama rumninansia adalah hijauan. Pakan hijauan umumnya berciri amba (bulky) dan tinggi serat kasarnya. Keistimewaan ruminansia terletak pada sistem pencernaannya yang mampu memanfaatkan bahan makanan berserat kasar tinggi. Kemampuannya dalam mencerna bahan makanan berserat kasar tinggi, terletak pada rumen yang berfungsi mencerna serat kasar secara fermentasi dengan bantuan mikroba rumen.

    Pada ternak yang mendapat pakan serat, perkembangan bakteri pencerna serat perlu ditingkatkan. Di dalam rumen ada tiga jenis mikroorganisme, yaitu bakteri, protozoa, dan fungi. Pakan dengan kualitas rendah menyebabkan kontribusi mikroba pada ternak semakin besar, sedangkan pada kondisi pakan miskin akan nutrisi populasi protozoa cenderung menekan perkembangan bakteri dan fungi karena protozoa tidak mendapat pakan yang layak bagi dirinya, padahl kedua golongan mikroba ini sangat dibutuhkan dalam pencernaan serat kasar, sehingga keberadaan protozoa harus terkontrol terutama di daerah pakan berkualitas rendah.

    Salah satu usaha untuk mengontrol populasi protozoa (fauna) dalam rumen adalah dengan defaunasi. Defaunasi adalah penghilangan sebagian atau keseluruhan populasi protozoa rumen dalam rangka meningkatkan kemampuan ternak untuk memanfaatkan pakan kualitas rendah.

    Berdasarkan penelitian, defaunasi total secara kimiawi dapat menimbulkan keracunan pada ternak, defaunasi parsial dengan bahan alami relatif lebih aman dan hanya mengurangi sebagian dari seluruh populasi protozoa dalam rumen.

    Di dalam rumen terdapat populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya. Misalnya, kehadiran fungi dalam rumen diakui sangat bermanfaat bagi pencernaan pakan serat karena dia membentuk koloni pada jaringan selullosa pakan. Rizoid fungi tumbuh jauh menembus sel tanaman sehingga pakan lebih terbuka untuk dicerna oleh enzim bakteri rumen.

    Untuk mwngtahui informasi lebih banyak mengenai mikroba rumen dan proses fermentasinya, dapat dipelajari dalam makalah ini.

    B. Rumusan Masalah

    Pada makalah ini akan dibahas mengenai :

    • Klasifikasi Mikroba dalam rumen
    • Proses Fermentasi oleh Mikroba dalam Pencernaan Ruminansia
    • Sifat dan Cara Kerja Mikroba dalam mencerna bahan makanan
    • Faktor yang mempengaruhi kehidupan mikroba rumen dan interaksi antar mikroba

    C. Tujuan

    • Mengetahui Klasifikasi mikroba dalam rumen
    • Mengetahui proses fermentasi oleh Mikroba dalam pencernaan ruminansia
    • Mengetahui sifat dan cara kerja mikroba dalam mencerna bahan makanan
    • Mengetahui faktor yang mempengaruhi kehidupan mikroba rumen dan interaksi antar mikroba

    Bab II. Pembahasan

    A. Sistem Pencernaan Ruminansia

    Sistem Pencernaan Herbivora berdasarkan pada kegiatan Mikroorganisme dan dapat dibedakan menjadi ruminansia dan pseudoruminansia (Pada Saecum & Colon). Saluran pencernaan ruminansia terdiri dari mulut, Esofagus, Lambung: Rumen, Retikulum, Omasum, Abomasum.

    Setiap organ atau kelenjar dalam pencernaan memiliki fungsi masing – masing, terutama untuk membuat suasana lambung optimal dalam mencerna makanan. Pencernaan pada ruminansia memanfaatkan enzim – enzim yang dikeluarkan oleh mikroba atau disebut dengan fermentasi.

    Proses Pencernaan pertama terjadi di mulut. Di mulut, terjadi pencernaan mekanis yang dibantuu dengan saliva. Saliva berfungsi untuk membantu penelanan, buffer (ph 8,4 – 8,5), dan suplai nutrien mikroba (70% urea).

    Esophagus merupakan penghubung anatara mulut dan lambung dimana terjadinya pencernaan fermentative. Keuntungan pencernaan secara fermentative diantaranya dapat makan cepat dan menampung pakan banyak, dapat mencerna pakan kasar : sumber energi (VFA), dan dapat menggunakan NPN sebagai sumber protein. Sayangnya, banyak energi terbuang sebagai gas metan dan protein nilai hayati tinggi didegradasi menjadi amonia.

    • Rumen

    Terletak di sebelah kiri rongga perut. Permukaan dilapisi papila (papila lidah) yang memperluas permukaan untuk absorbsi. Terdiri 4 kantong (saccus) dan terbagi menjadi 4 zona.

    • Kondisi

    – BK isi rumen : 10 -15%

    – Temperatur : 39-40ºC

    – pH = 6,7 – 7,0

    – BJ = 1,022 – 1,055

    – Gas: CO2, CH4, N2, O2, H2, H2S

    – > mikroba: bakteri, protozoa, jamur

    – Anaerob

    • Fungsi

    – Tempat fermentasi oleh mikroba rumen

    – Absorbsi : VFA, amonia

       – Lokasi mixing

    • Pembagian Zona Di Dalam Rumen
    • Pembagian Mikrobiologis:
    1. Zona gas : CO2, CH4, H2, H2S, N2, O2
    2. Zona apung (pad zone) : Ingesta yang mengapung (ingesta baru dan mudah dicerna)
    3. Zona cairan (intermediate zone) : cairan dan absorbsi metabolit yang terlarut dalam cairan (>> mikroba)
    4. Zona endapan (high density zone) : ingesta tidak dapat dicerna dan benda-benda asing
    5.  

    Fungsi:

    – Tempat fermentasi oleh mikroba rumen

    – Tempat absorpsi VFA, amonia

    – Menyimpan bahan makanan→ fermentasi

    – Lokasi mixing ingesta

    • Retikulum

    Secara fisik tidak terpisahkan dari rumen. Memiliki lipatan-lipatan esofagus yang merupakan lipatan jaringan yang langsung dari esofagus ke omasum, Permukaan dalam memiliki papila seperti sarang laba-laba (honey comb) perut jala.

    • Fungsi

    – tempat fermentasi

    – membantu proses ruminasi

    – mengatur arus ingesta ke omasum

    – Absorpsi hasil fermentasi

    – tempat berkumpulnya benda-benda asing

    • Omasum

    Terletak di sebelah kanan (retikulum) garis median (disebelah rusuk 7-11). Bentuknya ellips, permukaan dalam berbentuk laminae dan disebut perut buku (pada lamina terdapat papila untuk absorpsi). Pada organ tersebut terjadi penyerapan air, amonia, asam lemak terbang dan elektrolit. Pada organ ini dilaporkan juga menghasilkan amonia dan mungkin asam lemak terbang (Frances dan Siddon, 1993).

    • Fungsi
    • Grinder dan Filtering
    • Fermentasi
    • Absorpsi

    Pada Abomasum, Intestinum, dan Colon terjadi Pencernaan secara enzimatis.

    • Sekum Dan Kolon

    Sekum dan kolon berbentuk tabung berstruktur sederhana, kondisinya sama dengan rumen.

    • Fungsi
    • fermentasi oleh mikroba
    • Absorpsi VFA dan air → kolon
    • Konsentrasi VFA pada sekum: 7 mM, kolon: 60 mM (rumen = 100 – 150 mM)

    Pada sistem pencernaan ternak ruminasia terdapat suatu proses yang disebut memamah biak (ruminasi). Pakan berserat (hijauan) yang dimakan ditahan untuk sementara di dalam rumen. Pada saat hewan beristirahat, pakan yang telah berada dalam rumen dikembalikan ke mulut (proses regurgitasi), untuk dikunyah kembali (proses remastikasi), kemudian pakan ditelan kembali (proses redeglutasi).

    Selanjutnya pakan tersebut dicerna lagi oleh enzim-enzim mikroba rumen. Kontraksi retikulorumen yang terkoordinasi dalam rangkaian proses tersebut bermanfaat pula untuk pengadukan digesta inokulasi dan penyerapan nutrien. Selain itu kontraksi retikulorumen juga bermanfaat untuk pergerakan digesta meninggalkan retikulorumen melalui retikulo-omasal orifice (Tilman et al. 1982).

    2.2  Mikroba Rumen

    Adanya mikroba dan aktifitas fermentasi di dalam rumen merupakan salah satu karakteristik yang membedakan sistem pencernaan ternak ruminansia dengan ternak lain. Mikroba tersebut sangat berperan dalam mendegradasi pakan yang masuk ke dalam rumen menjadi produk-produk sederhana yang dapat dimanfaatkan oleh mikroba maupun induk semang dimana aktifitas mikroba tersebut sangat tergantung pada ketersediaan nitrogen dan energi (Yan Offer dan Robert 1996). Kelompok utama mikroba yang berperan dalam pencernaan tersebut terdiri dari bakteri, protozoa dan jamur yang jumlah dan komposisinya bervariasi tergantung pada pakan yang dikonsumsi ternak (Preston dan Leng 1987).

    Mikroba rumen membantu ternak ruminansia dalam mencerna pakan yang mengandung serat tinggi menjadi asam lemak terbang (Volatile Fatty Acids = VFA’s) yaitu asam asetat, asam propionat, asam butirat, asam valerat serta asam isobutirat dan asam isovalerat. VFA’s diserap melalui dinding rumen dan dimanfaatkan sebagai sumber energi oleh ternak. Sedangkan produk metabolis yang tidak dimanfaatkan oleh ternak yang pada umumnya berupa gas akan dikeluarkan dari rumen melalui proses eruktasi (Barry, Thomson dan Amstrong 1977).

    Namun yang lebih penting ialah mikroba rumen itu sendiri, karena biomas mikroba yang meninggalkan rumen merupakan pasokan protein bagi ternak ruminansia. Sauvant, Dijkstra dan Mertens (1995) menyebutkan bahwa 2/3 – 3/4 bagian dari protein yang diabsorbsi oleh ternak ruminansia berasal dari protein mikroba. Produk akhir fermentasi protein akan digunakan untuk pertumbuhan mikroba itu sendiri dan digunakan untuk mensintesis protein sel mikroba rumen sebagai pasok utama protein bagi ternak ruminansia.

    Kualitas pakan yang rendah seperti yang umum terjadi di daerah tropis menyebabkan kebutuhan protein untuk ternak ruminansia sebagian besar dipasok oleh protein mikroba rumen. Soetanto (1994) menyebutkan hampir sekitar 70 % kebutuhan protein dapat dicukupi oleh mikroba rumen.

    Rumen merupakan ekosistem yang mengandung komponen biotic dan abiotik. Komponen Biotik adalah mikroba rumen dengan populasi berkisar antara 1010 sampai 1012 sel/ml cairan rumen (Ogimoto dan Imai, 1981) Mikroba Rumen sangat diperlukan dalam proses pencernaan. Rumen mempunyai kondisi lingkungan yang baik untuk kehidupan mikroba. Temperatur di dalam rumen berkisar antara 38o–42o sedangkan pH rata – ratanya 6.8 atau berkisar antara 6 – 7. Mikroba yang ada di dalam rumen terdapat pada partikel makanan, dalam cairan rumen dan menempel pada dinding rumen.

    Mikroba rumen diklasifikasikan menjadi bakteri, protozoa dan fungi. Meskipun aktifitas metabolismenya sama namun jumlah masing-masing spesies berbeda tergantung bahan pakan yang dikonsumsi. Volume mikroba rumen kurang lebih 3,6% dari total cairan rumen yang terdiri dari 50% siliata dan 50% bakteri ukuran kecil.

    • Bakteri Rumen

    Bakteri memiliki populasi terbanyak antara 109-1010 sel/mil cairan rumen ukurannya berkisar antara 0.3 – 50 µm. Bakteri tersebut berbentuk spiral (Streptococcus) dan yang berbentuk batang (Eubakterium) dan bakteri yang berbentuk bulat.

    Bakteri bentuk batang dan spiral hidup secara anaerob sedangkan bentuk coccus gram negative ada yang hidup aerob. Selain itu ada juga bakteri fakultatif yaitu bakteri yang dapat hidup pada kondisi sedikit oksigen misalnya streptococcus. Bakteri ini biasanya terdapat dalam dinding rumen.

    Beberapa jenis bakteri yang dilaporkan oleh Hungate (1966) adalah :

    • bakteri pencerna selulosa (Bakteroidessuccinogenes, Ruminococcus flavafaciens, Ruminococcus albus, Butyrifibriofibrisolvens),
    • bakteri pencerna hemiselulosa (Butyrivibrio fibrisolvens,Bakteroides ruminocola, Ruminococcus sp),
    • bakteri pencerna pati (Bakteroides ammylophilus, Streptococcus bovis, Succinnimonas amylolytica),
    • bakteri pencerna gula (Triponema bryantii, Lactobasilus ruminus),
    • bakteri pencerna protein (Clostridium sporogenus, Bacillus licheniformis).
    • Protozoa Rumen

    Berdasarkan fungsinya terdapat beberapa kelompok protozoa yaitu kelompok protozoa pencerna protein (misal Ophryoscolex Caudatus), pencerna selulosa, hemiselulosa dan pati (antara lain diplodonium ostracodinium). Kelompok protozoa pencerna selulosa, glukosa, pati dan sukrosa antara lain diplodinium polyplastron.

    Kelompok protozoa pencerna gula, glukosa, pati dan pectin antara lain isotricha intestinalis. Kelompok protozoa pencerna maltosa, glukosa, selobiose antara lain dasytricha ruminantrium. Kelompok protozoa pencerna maltosa, pati dan sukrosa antara lain entodinnium caudatum.

    Protozoa hidup anaerob oleh karena itu apabila kadar oksigen dalam oksigen tinggi maka protozoa akan mati karena tidak dapat membuat ciestee. Populasi protozoa tertinggi apabila makanan yang dikonsumsi ternak mengandung banyak gula terlarut yaitu mencapai 4×10sel/ml cairan rumen. Apabila kekurangan gula terlarut popolasi akan mencapai titik terendah yaitu 105 sel/ml (preston dan Leng 1987) oleh karena itu total biomassa protozoa hampir sama dengan total biomasa bakteri.

    Populasi yang terbanyak adalah ciliate yaitu berkisar antara 105 – 106 sel / ml (pada kondisi ternak sehat), sedangkan populasi flagelata berkisar antara 102-104 sel/ml, dengan ukuran berkisar antara 4,0 sampai 15,0 µm (ogimoto dan imai, 1981;jouany,1991) populasi protozoa lebih rendah daripada bakteri, tetapi ukurannya lebih besar. McDonald (1988), Yokoyama dan Johnson (1988) mengemukakan bahwa panjang protozoa berkisar antara 20 antara 200 µm, oleh karena total biomassa protozoa hampir sama dengan total biomassa bakteri. Menurut Hungate (1966) Protozoa dibagi berdasarkan morfologinya, yaitu :

    • Holotrichs yang mempunyai silia hampir diseluruh tubuhnya dan mencerna karbohidrat yang fermentabel.
    • Oligotrichs yang mempunyai silia sekitar mulut umumnya merombak karbohidrat yang lebih sulit dicerna (Arora, 1989).
    • Fungi Rumen

    Fungi rumen bersifat anaerob yang terdapat dalam rumen sebagian besar mencerna serat kasar. Populasinya berjumlah 103-105 sel/ml cairan rumen (Jouany,1991 yang dikutip oleh Nur Kasim Suwardi, 2000). Meskipun populasinya sedikit, namun sangat berperan dalam mencerna serat kasar. Fungi Rumen sangat efektif mdalam melonggarkan ikatan jaringan tanaman dan diperkirakan menjadi mikroba rumen pertama yang mencerna struktur tanaman.

    Menurut pendapat Preston dan Leng, 1987, Fungi akan memecah ikatan hemiselulosa-lignin dan melarutkan pelindung lignin, tapi tidak mendegradasi lignin. Komponen tanaman dari berbagai hijauan menyebabkan peningkatan yang besar populasi fungi. Secara in vitro, perkembangan aktivitas fungi rumen dihambat oleh bakteri rumen karena pemanfaatan N dan asam laktat oleh bakteri.

    Fungi terdiri dari Yeast (ragi) seperti Saccharomyces dan Mould (Jamur). Untuk hidupnya, jamur seperti Neocallimastix frontalis, Piramonas communis, dan Sphaeromonas communis, membutuhkan kondisi anaerob.

    2.3       Penunjang Aktivitas Mikroorganisme Rumen

    • Konsentrasi Amonia

    Penurunan konsentrasi amonia dalam rumen dapat dilihat dari penurunan konsumsi pakan akibat menurunnya proses perombakan komponen pakan oleh mikroba. Konsentrasi amonia untuk degradasi optimum pakan berserat harus di atas 200 mg/liter cairan rumen (Preston dan Leng, 1987).

    Penggunakan sumber‐sumber nitrogen yang mudah difermentasi (fermentable nitrogen) seperti urea dan amonia pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi amonia cairan rumen. Kadar amonia minimum dalam meningkatkan efisiensi pemanfaatan karbohidrat mudah terfermentasi (fermentable carbohydrate) untuk pertumbuhan mikroba direkomendasikan sebesar 50 mg/liter, akan tetapi jumlah ini terlalu rendah untuk pencernaan optimum pakan berserat

    Pemberian urea dalam air minum hanya dapat dilakukan jika konsentrasi amonia cairan rumen sangat rendah (〈50 mg/liter) dan amonia diasumsikan sebagai faktor pembatas utama penurunan pertumbuhan dan aktivitas mikroba. Pemanfaatan amonia sangat tergantung pada ketersediaan faktor lain seperti kerangka karbon yang berasal dari karbohidrat mudah terfermentasi

    • Mineral

    Kandungan sulfur yang rendah menyebabkan penurunan nafsu makan ternak akibat menurunnya kemampuan mikroba rumen mendegradasi pakan berserat.

    2.4       Interaksi Antar Mikroba Rumen

    Apabila kualitas pakan kurang baik dan terus berlangsung dalam waktu lama, protozoa dan bakteri rumen akan bekerja secara antagonistik. Artinya, kedua mikroba tersebut salingbersiang dalam memanfaatkan bahan – bahan yang ada dalam makanan terlarut. Protozoa akan memakan bakteri sebagai sumber protein untuk hidupnya. Dalam satu jam, protozoa dapat memakan 41.610 sel bakteri pada kepadatan 109 sel/ml cairan rumen sehingga 50 – 90% dari populasi total bakteri berkurang. Idealnya, perbandingan antara bakteri dan protozoa adalah 1010 banding 106 sel/ml cairan rumen tergantung pada jeniiis dan bahan pakan yang diberikan.

    2.5       Fermentasi Mikroba Rumen

          Bentuk anatomi dan fungsi fisiologis rumen menempatkan ternak ruminansia pada peranannya yang sangat penting sebagai ternak yang paling efisien dalam menggunakan bahan makanan murah dan tidak bersaing dengan kepentingan manusia.

          Rumen merupakan bagian terbesar dari perut ruminansia. Di dalam rumen terdapat sejumlah mikroba yang memungkinkan ternak memanfaatkan komponen-komponen yang tidak dapat dicerna oleh enzim perut dan disebut dengan fermentasi. Fermentasi oleh mikroba rumen misalnya hidrolisis karbohidrat menjadi monosakarida dan disakarida kemudian di fermentasi menjadi asam asetat, propionate dan butirat. Sedangkan protein sebagian besar dirombak menjadi peptide, asam amino, ammonia, dan VFA yang selanjutnya disintesis menjadi sel mikroba untuk kemudian dicerna dalam usus. Lemak akan dihirolisis menjadi asam lemak dan gliserol.

          Mikroba juga membentuk vitamin B komplek. Mikroba juga membentuk asam amino yang mengandung sulfur dari sulfur anorganik sebagai sumber NPN. Tidak semua mikroba perombak N dapat memanfaatkan ammonia beberapa jenis hanya menggunakan peptide dan asam amino. Namun sebagian besar mikroba menggunakan ammonia untuk membentuk protein tubuhnya. Menurut Satter dan Slytter, biosintesis tertinggi protein mikroba dicapai pada konsentrasi ammonia sekitar 50 mg/l cairan rumen.

          Fermentasi adalah perubahan kimia dari molekul – molekul kompleks menjadi molekul sederhana sehingga lebih mudah dicerna oleh aktivitas enzim. Aktivitas fermentasi mikroba tergantung sama ketersediaan substrat yang diperlukan untuk hidup, berkembang, dan beraktivitas, tergantung jumlah dan mutu pakan. Fermentasi mikroba rumen terdiri dari Fermentasi Karbohidrat, Fermentasi Protein, dan Fermentasi Lemak.

    • Fermentasi Karbohidrat

    Karbohidrat dapat diperoleh dari Serat Kasar yang terdiri dari Selulosa, Hemiselulosa, dan Pati. Bakteri Pencerna selulosa, seperti Ruminococcus albus, Butyrovibrio fibrisolvens, dan Clostridium lockheadii, akan menghidrolisis selulosa dari pakan berserat kasar. Oleh karena itu, kadar serat kasar minimal 15% dari BK ransum. Bakteri pencerna Hemiselulosa, misalnya Bacteroides ruminicola, akan mencerna pentose, heksosa, dan asam uronat. Sedangkan bakteri pencerna pati seperti Lactobacillus ruminatum, penting untuk memanfaatkan N dari NPN dalam ransum yang biasa terdapat pada biji – bijian dan konsentrat.

    • Fermentasi Protein

          Protein pakan di dalam rumen akan mengalami hidrolisis oleh enzim proteolitik menjadi asam amino dan oligopeptida. Selanjutnya asam asam amino mengalami katabolisme lebih lanjut menghasilkan amonia, VFA dan CO2. Amonia menjadi sumber nitrogen utama untuk sintesis de novo asam-asam amino bagi mikroba rumen. Proses metabolisme tersebut mengungkapkan bahwa nutrisi protein ternak ruminan sangat tergantung pada proses sintesis protein mikroba rumen. Produk hidrolisa protein sebagian besar akan mengalami 15 katabolisme lebih lanjut (deaminasi), sehingga dihasilkan amonia (NH3). Amonia asal perombakan protein pakan tersebut sangat besar kontribusinya terhadap amonia rumen. Diperlukan kisaran konsentrasi amonia tertentu untuk memaksimumkan laju sintesa protein mikroba. Karena itu kelarutan dan degradibilitas protein pakan sangat penting untuk diketahui (Arora, 1989).

          Amonia (NH3) merupakan produk utama dari proses deaminasi asam amino dan kucukupannya dalam rumen untuk memasok sebagian besar N untuk pertumbuhan mikroba merupakan prioritas utama dalam mengoptimalkan fermentasi hijauan (Leng, 1990).

          Menurut Haryanto (1994), konsentrasi amonia di dalam rumen ikut menentukan efisiensi sintesa protein mikroba yang pada gilirannya akan mempengaruhi hasil fermentasi bahan organik pakan. Konsentrasi amonia sebesar 50 mg/100ml (setara dengan 3.57 mM/L) di alam cairan rumen dapat dikatakan optimum untuk menunjang sintesa protein mikroba rumen (Satter dan Slyter, 1974), sedangkan kadar amonia yang dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan mikroba rumen yang maksimal berkisar antara 4-12 mM (Erwanto et al. 1993). Pengamatan secara in vivo yang dilakukan oleh Mehrez et al. (1977), kadar amonia cairan rumen yang optimal untuk pertumbuhan mikroba yang maksimal adalah 16,79 mM. Konsentrasi amonia menggambarkan kecepatan produksi dari pencernaan nitrogen.

          Produk akhir degradasi purin dan pirimidin pada ruminansia adalah alantoin (Arora,1995), terutama berasal dari mikroba rumen dan dalam jumlah kecil berasal dari jaringan hewan atau disebut alantoin endogen. Kadar alantoin endogen semakin kecil bila suplai alantoin eksogen meningkat. Alantoin, asam urat, xanthin dan hipoxanthin merupakan produk degradasi purin yang dapat dideteksi dalam urin. Alantoin dalam urin dapat digunakan untuk mengestimasi besarnya penyedia protein mikroba rumen terhadap induk semangnya. Jika ekskresi alantoin dalam urin tinggi, ini berarti bahwa protein

    banyak yang diserap oleh mikroba rumen dan terjadi proses katabolisme.

          Ekskresi turunan purin di dalam urin dapat dijadikan indikator pasokan protein asal mikroba rumen untuk ternak induk semang, dan kadar alantoin yang didapat pada umumnya 2.13 mmol hari-1. Suplai protein meningkat seiring dengan 16 meningkatnya kadar alantoin. Ekskresi alantoin berbanding lurus dengan alantoin mikroba rumen yang diserap, jika diasumsikan perbandingan protein dengan alantoin dalam populasi mikroba rumen adalah tetap. Sintesis protein mikroba rumen dapat diestimasi dengan menggunakan persamaan Y = 1.995 + 3.8799 X (Chen et al. 1992).

    Probiotik

          Fuller (1989) mendefinisikan probiotik sebagai pakan pelengkap mikroba hidup yang dapat memberikan keuntungan bagi induk semang melalui perbaikan keseimbangan mikroba rumen dalam saluran pencernaan. Probiotik dapat terdiri atas satu atau beberapa strain mikroba dan dapat diberikan pada ternak dalam beberapa bentuk yaitu bentuk tepung, tablet, kapsul, pasta, dan cairan. Wallace (1994) memberikan definisi bahwa probiotik adalah mikroba hidup atau kultur mikroba hidup berupa pakan imbuhan yang memberikan efek keuntungan bagi ternak dan bertujuan untuk memperbaiki keseimbangan mikroba rumen. Probiotik sebagai pakan pelengkap, karena mikroba merupakan protein microbial. Probiotik sebagai pakan imbuhan, karena probiotik tersebut tidak melengkapi zat-zat makanan ransum.

          Probiotik merupakan hasil bioteknologi nutrisi ruminansia yaitu dapat dengan cara rekombinasi informasi genetic dari dua genotip menjadi genotip baru dan dengan cara biotransfer. Biotransfer dapat melalui pakan imbuhan dan dapat dengan inokulasi bakteri rumen dari ternak donor kepada ternak resipien (Wallace, 1994; Winugroho et al . ,1994). Pemberian melalui pakan imbuhan ada dua macam yaitu pertama dengan memasukkan antibiotic untuk menekan pertumbuhan mikroba tertentu dan kedua dengan memasukkan probiotik untuk merangsang pertumbuhan mikroba rumen serta aktivitas fermentasi.

          Penggunaan ragi Saccharomyces cerevisiae sebagai probiotik yaitu pada CYC-100 dari Korea. Populasi ragi 4,71 x 10sel/g. S.cerevisiae memanfaatkan oksigen di dalam rumen, sehingga kondisi rumen lebih anaerob, dengan demikian memungkinkan berkembangnya mikroba rumen terutama bakteri selulolitik.

    Pencernaan adalah proses pemecahan partikel makro menjadi partikel yang ukurannya lebih kecil lagi dan diikuti dengan proses fermentasi dan penyerapan baik dalam rumen maupun usus. Proses pencernaan pada ternak ruminansia dapat terjadi secara mekanis dalam mulut, fermentatif oleh mikroba rumen, dan secara hidrolitis oleh enzim-enzim pencernaan hewan induk semang.

    Ruminansia termasuk hewan poligastrik, yaitu hewan yang memiliki banyak lambung. Lambungnya sendiri terdiri dari rumen, retikulum, omasum, dan abomasum. Pencernaan secara mikrobial sendiri terjadi pada rumen dan retikulum dan pencernaan enzimatik terjadi pada abomasum. Hal inilah yang menjadi perbedaan Sistem Pencernaan antara ternak ruminansia dan non – ruminansia.

    Organ yang paling berperan dalam sistem pencernaan ruminansia adalah Rumen karena memiliki populasi mikroba rumen yang mengeluarkan enzim – enzim tertentu yang berfungsi untuk mendegradasi bahan makanan.

    Mikroba Rumen bekerja berdasarkan Jenis dan Bahan Pakan yang diberikan kepada ternak. Pada dasarnya mikroba rumen dibagi menjadi 3 jenis, yaitu Bakteri, Protozoa, dan Fungi.

    A. Bakteri

    Diklasifikasikan berdasarkan substrat utama yang digunakan. Di bawah ini adalah Bakteri – bakteri tersebut adalah :

    (a) bakteri pencerna selulosa

    Contoh : Bakteroidessuccinogenes, Ruminococcus flavafaciens, Ruminococcus albus, Butyrifibriofibrisolvens

    (b) bakteri pencerna hemiselulosa

    Contoh : Butyrivibrio fibrisolvens, Bakteroides ruminocola, Ruminococcus sp

    (c) bakteri pencerna pati

    Contoh : Bakteroides ammylophilus, Streptococcus bovis, Succinnimonas amylolytica

    (d) bakteri pencerna gula

    Contoh : Triponema bryantii, Lactobasilus ruminus

    (e) bakteri pencerna protein

    Contoh : Clostridium sporogenus, Bacillus licheniformis

    B. Protozoa

    Protozoa diklasifikasikan berdasarkan morfologinya sebab mudah dilihat berdasarkan penyebaran silianya.

    1. Protozoa Berdasarkan morfologi

    Holotrichs : mempunyai silia hampir diseluruh tubuhnya dan mencerna karbohidrat yang fermentabel

    Contoh karbohidrat yang fermentable : Gula sederhana

    Oligotrichs : mempunyai silia sekitar mulut umumnya merombak karbohidrat yang lebih sulit dicerna

    Contoh karbohidrat yang sulit dicerna : Pati, Hemiselulosa, Lignin

    1. Protozoa Berdasarkan fungsi
    1. Kelompok protozoa pencerna protein : Ophryoscolex Caudatus
    2. Kelompok protozoa pencerna selulosa, hemiselulosa dan pati : Diplodonium ostracodinium
    3. Kelompok protozoa pencerna selulosa, glukosa, pati dan sukrosa: Diplodinium polyplastron.
    4. Kelompok protozoa pencerna gula, glukosa, pati dan pectin : Isotricha intestinalis
    5. Kelompok protozoa pencerna maltosa, glukosa, selobiose : Dasytricha ruminantrium.
    6. Kelompok protozoa pencerna maltosa, pati dan sukrosa : Entodinnium caudatum.

    C. Fungi

          Fungi terbagi menjadi dua yaitu yeast (ragi) seperti Saccharomyces dan Mould (Jamur). Fungi rumen sangat efektif dalam melonggarkan ikatan jaringan (hemiselulosa-lignin) tanaman dan diperkirakan menjadi mikroba rumen pertama yang mencerna struktur tanaman.

          Rumen merupakan habitat yang istimewa dan unik, karena didalamnya terdapat kehidupan dari berbagai jenis mikroba termasuk berbagai spesies bakteri dan protozoa yang berbeda-beda yang saling berinteraksi melalui suatu hubungan yang disebut sebagai simbiosa. Jenis simbiosanya sendiri termasuk ke dalam jenis simbiosa mutualisme (dengan catatan dalam kondisi yang terkendali).

          Banyaknya jenis mikroba rumen yang hidup di dalamnya dan masing-masing dari mikrobanya itu sendiri memiliki produk fermentasi intermedier dan produk fermentasi akhir yang bermacam-macam, menyebabkan kehidupan di dalam rumen menjadi sangat kompleks dan terdapat interaksi dan interelasi yang luas antar mikroba rumen. Bentuk interelasi tersebut sendiri dapat berupa ketergantungan akan substrat, saling menguntungkan, ataupun dapat menjadi suatu kompetisi memperebutkan substrat ataupun juga menjadi suatu hubungan yang merugikan.

          Protozoa dan bakteri dalam rumen akan bersaing dalam hal penggunaan pati dan gula terlarut. Hal ini akan berakibat pada penurunan kecepatan fermentasi pati oleh bakteri. Makanan utama dari protozoa adalah karbohidrat yang mudah larut. Pada kondisi pakan SK tinggi, protozoa menjadi kurang mendapatkan makanan yang layak baginya. Akibatnya protozoa menjadi banyak memangsa bakteri dalam rumen, yang berakibat pada menurunnya jumlah bakteri yang pada akhirnya akan menurunkan kecepatan dari fermentasi bahan pakan.

          Protozoa menggunakan bakteri sebagai sumber protein selain dari sumber protein dari pakan untuk kelangsungan hidupnya. Sekitar 130 – 21200 bakteri ditelan oleh protozoa dalam setiap jamnya pada kepadatan 109/ml. Aktivitas protozoa memangsa bakteri selain berefek negatif, terdapat pula efek positifnya. Efek positifnya sendiri, yaitu memberikan pasokan nitrogen (amonia, asam-asam amino, dan peptida) dan asam-asam lemak rantai cabang yang merupakan hasil lisis dari bakteri. Pada kondisi kekurangan makanan protozoa juga akan memangsa protozoa-protozoa lain yang berukuran lebih kecil.

          Pada hewan yang telah menelan makanan SK tinggi, akan terjadi predasi bakteri selulolitik dan fungi rumen oleh protozoa. Pengaruh dari predasi oleh protozoa terhadap habitat rumen yang lainnya bergantung pada kondisi yang kompleks dengan aspek utama kondisi yang berhubungan dengan pakan.

          Interaksi lainnya adalah antara fungi dengan bakteri pencerna SK adalah adanya kemungkinan jamur mempunyai suatu kompetisi dengan bakteri yang lebih bermanfaat dalam mendegradasi dinding dari sel tanaman.

    BAB III

    PENUTUP

                Fermentasi adalah perubahan kimia dari molekul – molekul kompleks menjadi molekul sederhana sehingga lebih mudah dicerna oleh aktivitas enzim. Pencernaan adalah proses pemecahan partikel makro menjadi partikel yang ukurannya lebih kecil lagi dan diikuti dengan proses fermentasi dan penyerapan baik dalam rumen maupun usus.

    • Mikroba Rumen diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu Bakteri, Protozoa, dan Fungi.
    • Proses Fermentasi terjadi di rumen dan setiap mikroba mendegradasi bahan pakan sesuai substratnya.
    • Selulosa,hemiselulosa, pati, gula, dan protein didegradasi oleh Bakteri
    • Multisubstrat seperti selulosa-hemiselulosa-pati, selulosa-glukosa-pati-sukrosa, gula-glukosa-pati-pectin, maltose-glukosa-selobiose, maltose-pati-sukrosa, dan protein didegradasi oleh protozoa
    • Ikatan jaringan hemiselulosa-lignin dilonggarkan oleh fungi.
    • Kehidupan mikroba dipengaruhi oleh kandungan ammonia, mineral, jenis dan jumlah pakan yang diberikan pada ternak, serta kehadiran probiotik.
    • Interaksi antara fungi dengan bakteri serta protozoa dengan bakteri adalah antagonistic.
  • Makalah Biokimia – Vitamin

    Biokimia Vitamin

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Vitamin (bahasa Inggris: vital amine, vitamin) adalah sekelompok senyawa organik amina berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme, yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh. Kata ‘vitamin’ berasal dari gabungan kata bahasa Latin vita yang artinya “hidup” dan amina (amine) yang mengacu pada suatu gugus organik yang memiliki atom nitrogen (N), karena pada awalnya vitamin dianggap demikian. Istilah “vitamin” sebenarnya sudah tidak tepat untuk dipakai tetapi akhirnya dipertahankan dalam konteks ilmu kesehatan dan gizi. Telah diketahui bahwa banyak vitamin yang sama sekali tidak memiliki atom N. Dipandang dari sisi enzimologi (ilmu tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim. Pada dasarnya, senyawa vitamin ini digunakan tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang secara normal.

    Vitamin adalah senyawa-senyawa organik tertentu yang diperlukan dalam jumlah kecil dalam diet, baik manusia maupun hewan, tetapi esensial untuk reaksi metabolisme dalam sel dan penting untuk melangsungkan pertumbuhan normal serta memelihara kesehatan. Kebanyakan vitamin-vitamin ini tidak dapat disintesis oleh tubuh. Beberapa di antaranya masih dapat dibentuk oleh tubuh, namun kecepatan pembentukannya sangat kecil sehingga jumlah yang terbentuk tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Oleh karenanya tubuh harus memperoleh vitamin dari makanan sehari-hari. Jadi, vitamin berperan mengatur metabolisme, mengubah lemak dan kabohidrat menjadi energi, dan ikut mengatur pembentukan tulang dan jaringan.

    B. Rumusan Masalah

    1. Apa yang dimaksud dengan metabolisme?
    2. Bagaimana proses metabolisme?
    3. Bagaimana pengelompokan vitamin?

    Bab II. Pembahasan

    A. Metabolisme

    Metabolisme adalah segala proses reaksi kimia yang terjadi di dalam makhluk hidup, mulai makhluk hidup bersel satu yang sangat sederhana seperti bakteri, protozoa, jamur, tumbuhan, hewan; sampai makhluk yang susunan tubuhnya kompleks seperti manuasia. Di dalam proses ini, makhluk hidup mendapat, mengubah dan memakai senyawa kimia dari sekitarnya untuk mempertahankan hidupnya.

    Metabolisme meliputi proses sintesis (anabolisme) dan proses penguraian (katabolisme) senyawa atau komponen dalam sel hidup. Semua reaksi metabolisme dikatalis oleh enzim. Hal lain yang penting dalam metabolisme adalah peranannya dalam penawaracunan atau detoksifikasi, yaitu mekanisme reaksi pengubahan zat yang beracun menjadi senyawa tak beracun yang dapat dikeluarkan dari tubuh.

    B. Metabolisme Vitamin

    Vitamin yang larut lemak atau minyak, jika berlebihan tidak dikeluarkan oleh, tubuh, melainkan akan disimpan. Sebaliknya, vitamin yang larut dalam air, yaitu vitamin B kompleks dan C, tidak disimpan, melainkan akan dikeluarkan oleh sistem pembuangan tubuh. Akibatnya, selalu dibutuhkan asupan vitamin tersebut setiap hari. Vitamin yang alami bisa didapat dari sayur, buah dan produk hewani. Seringkali vitamin yang terkandung dalam makanan atau minuman tidak berada dalam keadaan bebas, melainkan terikat, baik secara fisik maupun kimia. Proses pencernaan makanan, baik di dalam lambung maupun usus halus akan membantu melepaskan vitamin dari makanan agar bisa diserap oleh usus. Vitamin larut lemak diserap di dalam usus bersama dengan lemak atau minyak yang dikonsumsi.

    Vitamin diserap oleh usus dengan proses dan mekanisme yang berbeda. Terdapat perbedaan prinsip proses penyerapan antara vitamin larut lemak dengan vitamin larut air. Vitamin larut lemak akan diserap secara difusi pasif dan kemudian di dalam dinding usus digabungkan dengan kilomikron (lipoprotein) yang kemudian diserap sistem limfatik, baru kemudian bergabung dengan saluran darah untuk ditransportasikan ke hati. Sedangkan vitamin larut air langsung diserap melalui saluran darah dan ditransportasikan ke hati. Proses dan mekanisme penyerapan vitamin dalam usus halus diperlihatkan pada tabel berikut:

    Jenis VitaminMekanisme Penyerapan
    Vitamin A, D, E, K dan beta-karotenDari micelle, secara difusi pasif, digabungkan dengan kilomikron, diserap melalui saluran limfatik.
    Vitamin CDifusi pasif (lambat) atau menggunakan Na+ (cepat)
    Vitamin B1 (Tiamin)Difusi pasif (apabila jumlahnya dalam lumen usus sedikit), dengan bantuan Na+ (bila jumlahnya dalam lumen usus banyak).
    Vitamin B2 (Riboflavin)Difusi pasif
    NiasinDifusi pasif (menggunakan Na+)
    Vitamin B6 (Piridoksin)Difusi pasif
    Folasin (Asam Folat)Menggunakan Na+
    Vitamin B12Menggunakan bantuan faktor intrinsik (IF) dari lambung.

    Sumber : google.com

    C. Pengelompokan Vitamin Berdasarkan Kelarutan

    Berdasarkan kelarutannya, vitamin dibagi menjadi dua kelompok, yaitu vitamin yang larut dalam air (vitamin C dan semua golongan vitamin B) dan yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K). Oleh karena sifat kelarutannya tersebut, vitamin yang larut dalam air tidak dapat disimpan dalam tubuh, sedangkan vitamin yang larut dalam lemak dapat disimpan dalam tubuh.

    Vitamin yang larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E dan K. Untuk beberapa hal, vitamin ini berbeda dari vitamin yang larut dalam air. Vitamin ini terdapat dalam lemak dan bagian berminyak dari makanan. Vitamin yang larut dalam lemak akan disimpan di dalam jaringan adiposa (lemak) dan di dalam hati. Vitamin ini hanya dicerna oleh empedu karena tidak larut dalam air. Vitamin ini kemudian akan dikeluarkan dan diedarkan ke seluruh tubuh saat dibutuhkan. Beberapa jenis vitamin hanya dapat disimpan beberapa hari saja di dalam tubuh, sedangkan jenis vitamin lain dapat bertahan hingga 6 bulan lamanya di dalam tubuh (Anonim, 2011).

    Berbeda dengan vitamin yang larut dalam lemak, jenis vitamin larut dalam air hanya dapat disimpan dalam jumlah sedikit dan biasanya akan segera hilang bersama aliran makanan. Saat suatu bahan pangan dicerna oleh tubuh, vitamin yang terlepas akan masuk ke dalam aliran darah dan beredar ke seluruh bagian tubuh. Apabila tidak dibutuhkan, vitamin ini akan segera dibuang tubuh bersama urin.  Oleh karena hal inilah, tubuh membutuhkan asupan vitamin larut air secara terus-menerus.

    1. Vitamin Larut Dalam Lemak

    Setiap vitamin larut lemak A, D, E, dan K mempunyai peranan faali tertentu dalam tubuh. Sebagian vitamin lipida larut lemak diabsorsi bersama lipida lain. Absorsi membutuhkan cairan empedu dan pankreas. Vitamin larut lemak diangkut ke hati melalui sistem limfe sebagai bagian dari lipoprotein, disimpan di berbagai jaringan tubuh dan biasanya tidak dikeluarkan melalui urin.

    Vitamin yang larut dalam lemak memiliki sifat-sifat umum, antara lain :

    1. Tidak terdapat di semua jaringan
    2. Terdiri dari unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen
    3. Memiliki bentuk prekusor atau provitamin
    4. Menyusun struktur jaringan tubuh
    5. Diserap bersama lemak
    6. Disimpan bersama lemak dalam tubuh
    7. Diekskresi melalui feses
    8. Kurang stabil jika dibandingkan vitamin B, dapat dipengaruhi oleh cahaya, oksidasi dan lain sebagainya.

    a. Vitamin A (retinol)

    Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Secara luas, vitamin A merupakan nama genetik yang menyatakan semua retinoiddan prekursor atau provitamin A atau karotenoid yang mempunyai aktivitas bilogik sebagai retinol. Vitamin A esensial untuk pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup. Disamping itu kekurangan vitamin A meningkatkan resiko anak terhadap penyakit infeksi seperti penyakit saluran pernafasan dan diare, meningkatkan angka kematian karena campak, serta menyebabkan keterlambatan pertumbuhan.

    Vitamin A dalam makanan sebagian besar terdapat dalam bentuk eter esensial retinil, bersama karotenoid bersama lipida lain dalam lambung. Dalam sel-sel mukosa usus halus, ester retinil dihiddrolisis oleh enzim-enzim pankreas esterase menjadi retinol yang lebih efesien diabsorsi daripada ester retinil. Sebagian karetonoid, terutama beta karoten di dalam sitoplasma sel mukosa usus halus dipecah menjadi retinol.

    Dalam usus halus retinol bereaksi dengan asam lemak dan membentuk ester dan dengan bantuan cairan empedu menyebrangi sel-sel vili dinding usus halus untuk kemudian diangkut oleh kilomikron melalui sistem limfe ke dalam aliran darah menuju hati. Hati merupakan tempat penyimpanan terbesar vitamin A dalam tubuh.

    Bila tubuh memerlukan, vitamin A dimobilasi dari hati dalam bentuk retinol yang diangkut oleh Retinol Binding-Protein (RBD) yang disentesis oleh hati. Pengambilan retinol oleh berbagai sel tubuh bergantung pada resepton permukaan membran yang spesifik oleh RBP. Retinol kemudian diangkut melalui membran sel untuk kemudian diikatkan pada Celluler Retinol Binding-Protein (CRBD) dan RBP kemudian dilepaskan. Di dalam sel mata retinol berfungsi sebagai retinal dan dalam sel epitel sebagai asam retinoat.

    b. Vitamin D (colecalciferol)

    Vitamin D adalah nama generik dari dau molekul, yaitu ergokalsiferol (vitamin D2) dan kolekalsiferol (vitamin D3). Vitamin D mencegahdan menyembuhkan riketsia, yaitu dimana penyaklit penyakit tulang tidak mampu melakukan klasifikasi. Vitamin D dapat dibentuk tubuh dengan bantuan sinar matahari. Bila tubuh cukup mendapat matahari konsumsi makanan tidak dibutuhkan. Karena dapat disintesis dalam tubuh, vitamin D dapat dikatakan bukan vitamin, tapi suatu prohormon. Bila tubuh tidak tidak cukup mendapat sinar matahari, vitamin perlu dipenuhi melalui makanan.

    Vitamin D diabsorsi dalam usus halus bersama lipidadenagn bantuan cairan empedu. Vitamin D dari bagian atas usus halus diangkut oleh D-plasma binding protein (DBP) ke tempat-tempat penyimpanan di hati, kulit, otak, tulang, dan jaringan lain. Absorsi vitamin D dan pada orang tua kurang efesien bila kandungan kalsium makanan rendah. Kemungkinana hal ini disebabkan oleh gangguan ginjal dalam metabolisme vitamin D.

    Vitamin D(kolekalsiferof) dibentuk didalam kulit sinar ultraviolet dari 7-dehidrokolesterol. Vitamin D3 didalam hati diubah menjadi bentuk aktif 25-hidroksi kolikasiferol {25(OH)D3} yang lima kali lebih aktif dari pada vitamin D3. Bentuk {25(OH)D3} adalah bentuk vitamin D yang banyak di dalam  darah dan banyaknya bergantung konsumsi dan penyingkapan tubuh terhadap matahari. Bentuk paling aktif adalah kolsitriol  atau 1,25-dihidroksi kolekalsiferol {1,25(OH)2D3} yang 10 kali  lebih aktif dari vitamin D3. Bentuk aktif ini dibuat oleh gnjal. Kalsitriol pada usus halus meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfor dan pada tulang meningkatkan mobilisasinya.

    Sintesis kalsitriol diatur oleh taraf kalsium dan fosfor didalam serum. Hormon paratiroid (PTH) yang dikeluarkan bila kalsium dalam serum rendah, tampaknya merupakan perantara yang merangsang produksi {1,25(OH)2D3} oleh ginjal. Jadi tarf konsumsi kalsium yang rendah tercermin dalam taraf  kalsium serum yang rendah. Hal ini akan mempengaruhi sekresi PTH dan peningkatan sintesis kalsitriol oleh gnjal. Taraf fosfat dari makanan mempunyai pengaruh yang sama, tetapi tidak membutuhkan PTH.

    c. Vitamin E (tokoferol)

    Pada tahun 1922, diketemukan suatu zat larut lemak yang dapat menegah keguguran dan sterilitas pada tikus. Vitsmin E kemudian pada tahun 1936 dapat diisolasi dari minyak gndum dan dinamakan tokoferol. Semarang dikenal beberapa bentuk tokoferol dan vitamin E biasa digunakan untuk menyatakan setiap campuran tokoferol yang aktif secara biologik.

    Fungsi vitamin E:

    1.    Sebagai antioksidan yang larut dalam lemak dan larut dalam hidrogen dari gugus hidroksil.

    2.    Melindungi asam lemak jenuh ganda komponen membran sel lain dari oksidasi radikal bebas

    Sebanyak 20-80 % tokoferol diabsorsi di bagian atas usus halus dalam bentuk misel. Absorsi tokoferol dibantu trigliserida rantai sedang dan dihambat asam lemak rantai panjang tidak jenuh ganda. Transprortasi dari mukosa usus halus kedalam sistem limfe dilakukan oleh kilo micrón untuk dibawa ke hati. Dari hati bentuk alfa-tokofeol diangkut oleh very low-density lipoprotein/VLDL masuk kedalam plasma, sedangkan sebagian besar gama-tokoferol dikeluarkan melalui empedu. Tokoferol di dalam plasma kemudian diterima oleh reseptor sel-sel perifer low-density lipoprotein/LDL dan masuk ke membran sel. Tokoferol menumpuk di bagian-bagian sel dimana produksi radikal bebas paling banyak terbentuk, yaitu di mitokondria dan retikulum endoplasma.

    d.         Vitamin K (fitomenadion)

    Vitamin K ialah 2-methyl, 1,4-naphthoquinone. Semarang terdapat sejumlah derivat yang semuanya mempunyai bioaktivitas vitamin K. Bentuk induk dari vitamin K disebut Menadion oleh IUPAC dan Menaquionoleh IUNS. Vitamin K cukup tahan terhadap panastetapi tidak tahan terhadap alcali dan cahaya.

    Vitamin K tidak dapat disintesa oleh tubuh, tetapi suplai vitamin K bagi tubuh berasal dari bahan makanan dan dari sintesa oleh mikroflorausus yang menghasilkan menaquinone. Untuk penyerapan vitamin K diperlukan garam empedu dan lemak didalam hidangan. Garam empedu dan lemak dicerna membentuk misel (misell) yang berfungsi sebagai transport carrier bagi vitamin K tersebut.

    2.3.2    Vitamin Larut Dalam Air

    Vitamin yang larut dalam air memiliki sifat-sifat umum, antara lain :

    1. Tidak hanya tersusun atas unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen
    2. Tidak memiliki provitamin
    3. Terdapat di semua jaringan
    4. Sebagai prekusor enzim-enzim
    5. Diserap dengan proses difusi biasa
    6. Tidak disimpan secara khusus dalam tubuh
    7. Diekskresi melalui urin
    8. Relatif lebih stabil, namun pada temperatur berlebihan menimbulkan kelabilan.

    a.   Vitamin C (asam askorbat)

    Vitamin C adalah cristal putih yang mudah larut dalam air. Dalam keadaan kering vitamin C cukup stabil tetapi dalam keadaan larut, vitamin C mudah rusak karena bersentuhan dengan udara terutama bila terkena panas.

    Vitamin C mudah diabsorsi secara aktif dan mungkin pula secara difusi pada bagian atas usus halus lalu masuk ke peredaran darah melalui vena porta. Rata-rata absorsi adalah 90% untuk konsumsi diantara 20 dan 129 mg sehari. Konsumsi tinggi sampai 12 gram pada absorsi sebanyak 16% . Vitamin C kemudian dibawa ke semua jaringan. Konsentrasi tertinggi adalah dalam jeringan adrenal, pituitari, dan retina.

    b.         Vitamin B1 (Tiamin)

                Vitamin B1 merupakan anggota pertama dari suatu kelompok vitamin-vitamin yang disebut B-kompleks. Vitamin B1 larut dalam air, tidak larut dalam minyak dan dalam zat-zat pelarut lemak, stabil terhadap pemanasan pH asam, tetapi terurai pada suasana biasa atau netral.

    Tiaminmudah larut dalam air, sehingga di dalam usus halus mudah diserap kedalam mukosa. Didalam sel epitel mukosa usus thiamin difosforilasikan dengan pertolongan ATP dan sebagai TPP dialirkan oleh vena portae ke hati. Thiamin dieskresikan di dalam urine pada keadaan normal, eskresi ini paralel terhadap tingkat konsumsi, tetapi pada kondisi defisien hubungan paralel ini tidak lagi berlaku.

    c.         Vitamin B2 (Riboflavin)

    Vitamin ini tidak larut dalam minyak atau zat-zat pelarut lemak, stabil dalam pemanasan dalam larutan asam mineral dan tahan terhadap pengaruh oksidasi, tetapi sensitif terhadap larutan alkali, dimana ia terurai irreversibel oleh sinar ultraviolet maupun oleh cahaya biasa. Vitamin ini diketemukan sebagai pigmen kuning kehijauan yang bersifat fluoresen (mengeluarkan cahaya) dalam susu. Dalam bentuk murni adalah kristal kuning, larut air, tahan panas, oksidasi dan asam tetapi tidak tahan dengan alkali dan cahaya terutama sinar ultraviolet.

    Riboflavinbebas terdapat di dalam bahan makanan dan larut di dalam air sehingga mudah diserap dari rongga usus ke dalam mukosa. Didalam sel epithel mukosa usus, riboflavinbebas mengalami fosforilasi dengan pertolongan ATP dan sebagai FMN (Flavin Mononukleotida) dialirkan melalui vena portale ke hati.

    d.         Vitamin B­3 (Niasin)

    Vitamin ini berperan penting dalam metabolisme karbohidrat untuk menghasilkan energi, metabolisme lemak, dan protein. Di dalam tubuh, vitamin B3 memiliki peranan besar dalam menjaga kadar gula darahtekanan darah tinggi, penyembuhan migrain, dan vertigo. Berbagai jenis senyawa racun dapat dinetralisir dengan bantuan vitamin ini. Vitamin B3 termasuk salah satu jenis vitamin yang banyak ditemukan pada makanan hewani, seperti ragi, hati, ginjal, daging unggas, dan ikan.Akan tetapi, terdapat beberapa sumber pangan lainnya yang juga mengandung vitamin ini dalam kadar tinggi, antara lain gandum dan kentang manis. Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan tubuh mengalami kekejangan, keram otot, gangguan sistem pencernaan, muntah-muntah, dan mual.

    e.         Vitamin B5 (asam pantotenat)

    Vitamin B5 (asam pantotenat) banyak terlibat dalam reaksi enzimatik di dalam tubuh. Hal ini menyebabkan vitamin B5 berperan besar dalam berbagai jenis metabolisme, seperti dalam reaksi pemecahan nutrisi makanan, terutama lemak. Peranan lain vitamin ini adalah menjaga komunikasi yang baik antara sistem saraf pusat dan otak dan memproduksi senyawa asam lemaksterolneurotransmiter, dan hormon tubuh. Vitamin B5 dapat ditemukan dalam berbagai jenis variasi makanan hewani, mulai dari daging, susuginjal, dan hati hingga makanan nabati, seperti sayuran hijau dan kacang hijau. Seperti halnya vitamin B1 dan B2, defisiensi vitamin B5 dapat menyebabkan kulit pecah-pecah dan bersisik. Selain itu, gangguan lain yang akan diderita adalah keram otot serta kesulitan untuk tidur.

    f.          Vitamin B6 (Piridoksin, Piridoksal, dan Piridoksamin)

    Vitamin B6 merupakan vitamin yang esensial bagi pertumbuhan tubuh. Vitamin ini berperan sebagai salah satu senyawa koenzim A yang digunakan tubuh untuk menghasilkan energi melalui jalur sintesis asam lemak, seperti spingolipid dan fosfolipid. Selain itu, vitamin ini juga berperan dalam metabolisme nutrisi dan memproduksi antibodi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap antigen atau senyawa asing yang berbahaya bagi tubuh.Vitamin ini merupakan salah satu jenis vitamin yang mudah didapatkan karena vitamin ini banyak terdapat di berasjagung, kacang-kacangan, hati, ikan, daging  dan sayuran. Vitamin ini merupakan bagian dari gugusan prostetik dari enxim dekarboksilase dan transaminase tertentu.

    Piridoksin hidroklorida adalah bentuk sintetik yang digunakan sebagai obat.

    Fungsi vitamin B6:

    1. Sebagai koenzim terutama dalam transaminasi

    2. Dekarboksilasi

    3. Reaksi lain yang berkaitan dengan metabolisme protein

    4. PLP mengatur sintesis pengantar syaraf asam gama-amino butirat (gamma-amino-butiric-acid/GABA).

    Kekurangan vitamin B6 menimbulkan gejala-gejala yang berkaitan dengan gangguan metabolisme protein, seperti lemah dan sukar tidur. Jika lebih lanjut mengakibatkan kejang, anemia, penurunan pembentukan antibodi, peradangan lidah, serta luka pada bibir, sudut-sudut mulut dan kulit dan dapat mengakibatkan kerusakan sistem syaraf. Sedangkan jika kelebihan akan mengakibatkan kram.

    g.         Vitamin B12 (Kobalamin)

    Vitamin B12 atau sianokobalamin merupakan jenis vitamin yang hanya khusus diproduksi oleh hewan dan tidak ditemukan pada tanaman. Oleh karena itu, vegetarian sering kali mengalami gangguan kesehatan tubuh akibat kekurangan vitamin ini. VitaminB12 merupakan satu-satunya vitamin yang belum sanggup dibuat secara sintetis total, tetapi selalu diekstraksi dari media tempat tumbuh mikroba, sebagai hasil fermentasi. Struktur vitamin B12 adalah yang sangat kompleks dari struktur semua vitamin yang diketahui sampai sekarang.

    Vitamin ini banyak berperan dalam metabolisme energi di dalam tubuh. Vitamin B12 juga termasuk dalam salah satu jenis vitamin yang berperan dalam pemeliharaan kesehatan sel saraf, pembentukkan molekul DNA dan RNA, pembentukkan platelet darah.[6] Telur, hati, dan daging merupakan sumber makanan yang baik untuk memenuhi kebutuhan vitamin B12.

    Anemia Persiosa adalah penyakit gangguan gizi yang dapat disembuhkan dengan pemberian makanan yang mengandung 100-200 gram hati sapi. Bentuk utama vitamin ini dalam makanan adalah 5-doeksiadenolsilkobalamin, metilkobalamin, dan hidroksobalamin. Sianokobalamin adalah bentuk paling stabil dan karena itu diproduksi secara komersial dari fermentasi bakteri.

    Absorpsi vitamin B12 mempunyai mekanisme sangat rumit dan unik. Di dalam sekresi gaster terdapat enzim transferase yang disebut Faktor Intrinsik (FI). Faktor Intrinsik mengikat vitamin B12 yang membuat vitamin ini resistan terhadap serangan mikrobayang menghuni rongga usus. Pada manusia, FI dihasilkan oleh sel-sel cardiaventriculi.

    NoNama VitaminSumberFungsiAkibat Kelebihan dan Kekurangan Mengkonsumsi
    1Vitamin B1 (tiamin) = C12H17ON4SHati, ginjal, susu, mentega, kuning telur, ikan, kacang-kacangan, dan kulit ari padi·         Koenzim dan metabolisme·         Metabolisme karbohidrat·         Memelihara fungsi sistem saraf·         Memelihara sistem pencernaan dan nafsu makan·         Nyeri saat perjalanan impuls di saraf perifer·         Pembengkakan neuron pada susunan saraf pusat·         Beri-beri dan endema·         Hilang nafsu makan·         Gangguan jantung dan otot·         Mata lemah
    2Vitamin B(riboflavin laktoflavin) = C17H20O6N4Hati, ginjal, jantung, otak, susu, telur, mentega, sayuran, dan ragi·         Transmisi rangsangan cahaya ke saraf mata·         Menjaga nafsu makan·         Memelihara kulit di sekitar mulut·         Luka di sudut bibir (keilosis)·         Katarak·         Dermatitis·         Diare·         Kelemahan otot
    3Vitamin B3 (niasin) = C6H5O2NSusu, hati, ikan, telur, dan sayur-sayuran·         Pertumbuhan sel·         Bersama fosfat membentuk koenzim yang berperan dalam respirasi sel·         Penyakit pelagra dengan gejala 3D (radang kulit/dermatitis, diare, dan demensia)
    4Vitamin B5 (asam pantotenat) = C9H17O3NRagi, hati, kuning telur, daging, buah-buahan dan sayur-sayuran·         Memelihara tingkat gula darah yang normal·         Komponen struktur koenzim-A yang berperan dalam proses oksidasi sel·         Radang kulit·         Nafsu makan menurun·         Insomnia
    5Vitamin B6 (piridoksin) = C8H12O2NSayuran hijau, hati, daging, telur, dan susu·         Memelihara keseimbangan unsur P dan K dalam sel·         Aktif dalam pembentukan antibodi dan beberapa koenzim dalam metabolisme·         Peradangan kulit·         Anemia
    6Vitamin B11 (asam folat) = C12H12O6N7Kacang-kacangan, ragi, hati, daging, pisang, lemon, dan sayuran hijau·         Pembuatan koenzim untuk produksi eritrosit·         Membentuk asam nukleat untuk sintesis protein·         Anemia·         Diare·         Megaloblastosis (membesarnya eritrosis)·         Terhambatnya petumbuhan
    7Vitamin B12 (sianokobalin = anti anemia pernisiosa) = C63H90O3N2SDaging, unggas, ikan, telur, susu,keju,hati, udang dan kerang·         Metabolisme sel dan pertumbuhan jaringan·         Pembentukan eritrosit·         Kelelahan·         Pusing·         Anemia·         Peradangan saraf
    8Vitamin H (biotin) = C10H16O3N2SKacang-kacangan, hati, dan kuning telur·         Koenzim metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein·         Depresi·         Kurang nafsu makan
    9Vitamin C (asam askrobat = C6H8O6Jeruk, tomat, nanas, pepaya, semangka, stroberi, hati dan sayur-sayuran segar·         Pembentukan serabut kolagen·         Menjaga elastisitas kapiler darah·         Menjaga perlekatan akar gigi pada gusi·         Koenzim reaksi katabolisme karbohidrat dan lemak·         Pendarahan pada gusi dan persendian·         Otot sakit·         Degenerasi (pengurangan) sel-sel kulit·         Skorbut (penyakit karena kekurangna vitamin C)
    10Vitamin A (retinol = anti seroftalmia) = C20H30OSayur-sayuran dan buah-buahan, berwarna kuning dan merah (mengandung karoten), hati, susu, dan daging·         Memelihara kesehatan mata dan  kulit·         Pertumbuhan tulang dan gigi·         Xeroftalmia (terganggunya kelenjar air mata)·         Rabun senja·         Kulit kasar·         Kelelahan
    11Vitamin D (ergosterol = kalsiferol) = C28H44OSusu, minyak ikan, kuning telur, ragi, dan sinar ultraviolet·         Absorpsi fosfor dan kalsium·         Pembentukan tulang dan gigi·         Rakhitis (pada bayi)·         Osteomalasia (melunaknya tulang pada orang dewasa)
    12Vitamin E (tokoferol = antisterilitas)= C29H50O2Kecambah, susu, kuning telur, kacang-kacangan, tumbuhan hijau dan biji gandum·         Pembentuka eritrosit·         Fungsi reproduksi·         Mencegah oksidasi lemak tak jenuh·         Penimbunan lemak pada otot·         Kemandulan·         Pecahnya eritrosit
    13Vitamin K (filokinon = anti hemoragia) = C31H46O2Sayuran hijau, hati dan daging·         Pembekuan darah·         Pembentukan protombin dalam hati·         Darah sukar membeku·         Pendarahan

    BAB III

    PENUTUP

    3.1       Kesimpulan

                Vitamin adalah sekelompok senyawa organik amina berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme. Vitamin berperan mengatur metabolisme, mengubah lemak dan kabohidrat menjadi energi, dan ikut mengatur pembentukan tulang dan jaringan, regenerasi kulit, penglihatan, sistem susunan syaraf dan sistem kekebalan tubuh dan pembekuan darah.

                Metabolisme adalah segala proses reaksi kimia yang terjadi di dalam makhluk hidup. Metabolisme meliputi proses sintesis (anabolisme) dan proses penguraian (katabolisme) senyawa atau komponen dalam sel hidup. Semua reaksi metabolisme dikatalis oleh enzim.

                Berdasarkan kelarutannya, vitamin dibagi menjadi dua kelompok, yaitu vitamin yang larut dalam air (vitamin C dan semua golongan vitamin B) dan yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K). Oleh karena sifat kelarutannya tersebut, vitamin yang larut dalam air tidak dapat disimpan dalam tubuh, sedangkan vitamin yang larut dalam lemak dapat disimpan dalam tubuh.

                Vitamin diserap oleh usus dengan proses dan mekanisme yang berbeda. Terdapat perbedaan prinsip proses penyerapan antara vitamin larut lemak dengan vitamin larut air. Vitamin larut lemak akan diserap secara difusi pasif dan kemudian di dalam dinding usus digabungkan dengan kilomikron (lipoprotein) yang kemudian diserap sistem limfatik, baru kemudian bergabung dengan saluran darah untuk ditransportasikan ke hati. Sedangkan vitamin larut air langsung diserap melalui saluran darah dan ditransportasikan ke hati.

    3.2       Saran

    Demikianlah makalah ini penulis sampaikan, semoga dapat menambah wawasan tentang Demokrasi bagi pembaca. Penulis menyadari makalah ini belumlah sempurna, masih terdapat kekurangan di sana-sini. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, demi lebih sempurnanya makalah ini.

  • Anatomi dan Fisiologi Ayam

    Anatomi dan Fisiologi Ayam

    Berikut ini adalah pembahasan terkait dengan anatomi dan fisiologi ayam atau Gallus gallus domesticus.

    Anatomi dan Fisiologi Ayam – Gallus gallus domesticus

    A. Tatanama Organ Eksterior Ayam 

    Bagian organ ayam yang tampak dari luar terdiri dari bagian kepala, leher, terdapat paruh, jengger, cuping, dan pial. Sementara tubuh bagian depan terdapat dada dan sayap. Dibagian belakang terletak punggung, perut, ekor, paha, betis, dan cakar.

    B. Organ Pelindung Tubuh

    Kulit dan bulu berfungsi secara bersamaan membentuk organ pelindung tubuh yang berfungsi melindungi tubuh dari pengaruh luar yang buruk.

    A. Kulit

    Fungsi kulit antara lain sebagai berikut:

    • Melindungi tubuh dari pengaruh temperatur lingkungan
    • sebagai perlindungan terhadap masuknya mikroorganisme secara langsung ke dalam tubuh
    • sebagai respirator untuk menerima pengaruh rangsangan dari luar.

    1). Struktur kulit
    – Epidermis adalah lapisan luar . Bulu, paruh, kuku, dan sisik merupakan perkembangan dari lapisan epidermis
    – Dermis merupakan bagian utama dari kulit. Perkembangan dermis ini membentuk jengger, cuping dan pial

    2). Jengger, cuping dan pial.

    Organ ini merupakan kulit yang menjulur ke bagian luar. Pada ayam, umumnya epidermis kaya akan pembuluh darah sehingga organ ini berwarna merah. Jengger terdapat di atas kepala. Jengger ayam jantan lebih besar. Selain jengger terdapat juga pial pada bagian kedua sisi rahang bawah di bagian basal paruh. Cuping telinga bersifat berdaging tebal yang terletak di bagian bawah telinga. Warnanya bervariasi sesuai dengsn masing-masing bangsa ayam.

    3). Paruh, kuku, paha dan cakar
    Paruh, jari dan taji bersifat menulang, tersusun atas keratin. Kaki bagian bawah (shank) atau cakar pada ummnya tertutup oleh sisik, tetapi pada bangsa tertentu terutama yang berbulu total (seluruh tubuh), bagian cakar tertutup oleh bulu.
    Kuku pada ayam sangat keras, kuku yang keras ini di sebabkan oleh keratin yang banyak mengandung kalsium.

    4). Warna Kulit
    Warna kulit terbentuk karena adanya pigmen.

    B. Bulu

    Tubuh ayam hampir seluruhnya tertutup bulu. Pada ayam dewasa. bulu mengalami pertumbuhan dan rontok secara alami. Kemudian bulu baru tumbuh kembali secara periodik sekitar setehun sekali dengan pengaruh hormonal. Proses rontok bulu disebut meluruh atau molting Selama ayam betina mengalami molting, produksi telur mulai berhenti. Fungsi bulu bagi ternak unggas sebagai berikut :

    1. sebagai isolator
    2. Melindungi tubuh dari luka dan infeksi karena gesekan langsung dengan benda keras
    3. sebagai sarana untuk terbang
    4. sebagai reseptor dari luar
    5. perhiasan untuk memikat lawan jenis (secundary sex feather)
    6. dapat digunakan untuk mendeteksi kondisi kesehatan dan menduga kemampuan bertelur.

    Bulu tumbuh secara teratur di daerah tertentu yang disebut feather tract  atau pterylae. Terdapat 10 pterylae yaitu, kepala, sayap, leher, perut, bahu, paha, dada, kaki, punggung, dan ekor.

    a. Bagian-bagian bulu
    b. Bentuk bulu

    • 1. Plumae, bulu penutup tubuh paling luar.
    • 2. Plumumae, bulu yang terletak di bagian bawah plumae
    • 3. Filoplumae, bulu halus yang terletak diseluruh permmukaan tubuh.

    `c. Bagian Warna bulu
    Warna bulu dan pola bulu adalah karakteristik genetis.

    C. Kepala

    Kepala ayam terdiri dari jengger, kelopak,mata, bola mata, telinga, daun telinga, pial dan paruh.

    D. Kaki dan cakar

    Cakar dan sebagian besar kaki tertutup sisik dengan berbagai warna. Bagian cakar dan kaki adalah hock. Shnk atau tulang kering atau cakar, dan jari kaki atau toes. Kebanyakan ayam memiliki 4jari kaki disetiap kakinya, tetapi ada beberapa bangsa yang memiliki 5jari.

    3.Kerangka
    kerangka adalah suatu kesatuan sistem yang tersusun dari banyak tulang yang berfungsi menunjang terbentuknya tubuh sebagai tempat melekatnya otot. 
    Juga berfungsi melindungi beberapa organ vital. Karakteristik kerangka umggas bersifat khas yaitu ringan dan berisa udara. Hal ini disesuaikan dengan kepentingan untuk bergerak cepat, berjalan dan terbang.
    (gambar)

    1. Otot
      Unggas seperti halnya mamalia, memiliki 3 jenis otot, yaitu :
    2. Otot halus
      Otot yang membangun organ yang tidak dapat di kontrol, misalnya saluran pencernaan
    3. Otot kardiak
      Otot yang membangun jantung
    4. Otot skeletal
      Otot skeletal terdiri dari :
    • Serabut merah, membentuk daging merah
    • Serabut putih, membentuk daging putih
    • Serabut intermedier, mengandung serabut merah dan serabut putih
    1. Sstem Respirasi


    6. Sistem Pencernaan
     

    1. Mulut (paruh)
      paruh ayam berfungsi untuk mengambil makanan, lidah di dalam mulut akan mendorong makanan ke saluran pencernaan.
    2. Esophagus
      Esophagus atau kerongkongan berupa pipa tempat pakan melalui saluran ini dari belakang mulut ke proventikulus.
    3. Crop (tembolok)
      Berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara.
    4. Proventikulus
      Suatu pelebaran dari esophagus sebelum berhubungan dengan ventrikulus.
    5. Ventrikulus
      Di ventrikulus partikel pakan akan di giling menjadi partikel kecil yang mampu melalui saluran usus.
    6. Usus Halus
    • Organ pertama  tempat berlangsungnnya pencernaan dan absorpsi produk pencernaan
    • Terbagi menjadi 3 bagian :
        1. Duodenum
        2. Jejunum
        3. Ileum
    1. Ceca (usus buntu)
      Tidak ada proses pencernaan.
    2. Usus Besar
      Usus besar merupakan rectum, bentuknya melebar terdapat pada bagian akhirusus halus ke kloaka.
    3. Kloaka
      Saluran umum tempat saluran pencernaan dan reproduksi bermuara.
    4. Vent (anus)
      Lubang bagian luar kloaka.
    5. Organ pencernaan tambahan
    • Berfungsi membantu dalam pemprosesan pakan
    • 1. pankreas
        2. lever
        3. kantong empedu
    1. Sistem Reproduksi
    2. Jantan
      Sistem reproduksi jantan terdiei dari 2 testis. Testis tidak pernah turun ke dalam skorotum eksternal seperti pada mamalia. Testis terdiei dari saluran tubulus seminiferus yang menuju ke ductus deferent.
    3. Betina
      Sistem reproduksi betina terdiri dari ovarium dan oviduct
    • Ovarium
      Ovarium bertanggung jawab atas pembentukan kuning telur
      -Oviduct
       1. Infudibulum, berfungsi untuk menangkap kuning telur (15 menit), dan tempat terjadinya fertilisasi
       2. Magnum, memberi albumen, selama 3 jam
       3. Isthmus, membentuk membran kerabangg bagian dalam dan bagian luar, selama1,5 jam
       4. Uterus, terjadi klasifikasi kerabang telur, selama 18-20 jam
       5. Vagina, penyimpanan kutikula di kerabang sehingga membentuk pori-pori, selama beberapa menit saja

    Proses pembentukan telur memerlukan waktu 23-26 jam dari proses pembentukan kuning telur hingga terbentuknya telur yang siap dikeluarkan

    1. Perkembangan Embrio
      Perkembangan awal struktur pada ungggas berlangsung di dalam tubuh induk setelah terjadi fertilisasi, saat telur dalam tubuh. Perkembangan berlanjut setelah telur di tetaskan atau di eramiinduk. Ketika awal perkembangan terjadinya diferensi, terjasi tiga lapisan sel. Ketiga lapisan swl tersebut akan di kembang kan menjadi berbagai organ dan sistem tubuh.
    2. perkembangan telur sebelum keluar tubuh dan di luar tubuh
        – Setelah fertilisasi, terbentuk zygote, perkembangan embrional di mulai
        – Sekitar 5 jam setelah ovulasi pembelahan sel pertama berlangsung, pembelahan selanjutnya 20 menit              kemudian
        – Satu jam kemudian, saat telur meninggalkan isthmus pembelahan membentuk 16 sel
        – Sekitar 4 jam berada di dalam uterus terebentuk 256 sel sebagai  blastoderm
        – Blastoderm berdiferensiasi menjadi :
         1. Lapisan pertama, ektodermis (membentuk kulit, bulu, paruh, kukuy, sistem syaraf, lensa dan retina                mata, serta lapisan mulut dan vent)
         2. Lapisan kedua, entodermis (membentuk organ saluran pencernaan dan respirasi serta sektori)
         3. Lapisan ketiga akan terbentuk pada saat telur ditetaskan atau di erami induk. Lapisan ketiga,                        mesodermis (membentuk tulang, darah, serta organ reproduksi dan organ ekskretori)

    Oleh karena pada unggas embrio tidak memiliki hubungan langsung dengan induknya selama perkembangan embrinal maka zat-zat makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan embrio berasal dari telur itu sendiri. Penyerapan zat-zat makanan dan metabolisme selama perkembangan embrio dalam telur dapat berlangsung karena adanya membran ekstraembrional. Terdapat 4 membran ekstraembrional yang memiliki peranan penting selama perkembangan embrional yaitu amnion dan chorion, yolk sac, dan allantois.

    1. Dasar-dasar Perkawinan
      Tujuan perkawinan yaitu untuk meningkatkan populasi dan meningkatkan atau meperbaiki potensi genetik sifata produksi yang berguna bagi manusia. Secara teknis perkawinan pada unggas terbagi menjadi kawin alami dan buatan.
    2. Kawin alami, perkawinan yang  terjadi secara alami tanpa bantuan manusia secara langsung.
        – Flock matting, perkawinan  antara sekelompok pejantan dengan sekelompok betina.
        – Pen matting, perkawinan antara satu pejantan dengan sekelompok betina.
        – Stud matting, perkawinan antara satu pejantan dengan satu betina.

    2. Kawin buatan/inseminasi buatan, perkawinan antara betina dan jantan dengan bantuan manusia dan menggunakan alat (insemination gun).

  • Makalah Komunikasi Organisasi Dalam Bisnis

    Komunikasi Organisasi Dalam Bisnis

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi.Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat. Di dalam kelompok ataupun organisasi, selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan  masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari atasan dan bawahannya. Di antara kedua belah pihak (atasan dan bawahan) harus ada komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Kerja sama tersebut terdiri dari berbagai maksud yang meliputi hubungan sosial maupun kebudayaan.

    Hubungan yang terjadi merupakan suatu proses adanya suatu keinginan masing-masing individu, untuk memperoleh suatu hasil yang nyata dan dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang berkelanjutan. Hubungan yang dilakukan oleh unsur pimpinan antara lain kelangsungan hidup berorganisasi untuk mencapai perkembangan ke arah yang lebih baik dengan menciptakan hubungan kerja sama dengan bawahannya. Hubungan yang dilakukanoleh bawahan sudah tentu mengandung maksud untuk mendapatkan simpati dari pimpinan yang merupakan motivasi untuk meningkatkan prestasi kerja ke arah yang lebih baik. Hal ini tergantung dari kebutuhan dan cara masing-masing individu, karena satu sama lain erat hubungannya dengan keahlian dan tugas-tugas yang harus dilaksanakan.

    B. Rumusan Masalah

    1. Apakah yang dimaksud dengan komunikasi dan oganisasi?
    2. Bagaimana hubungan komunikasi terhadap organisasi?
    3. bagaimana bentuk-bentuk komunikasi dalam organisasi?
    4. Apakah hambatan-hambatan dalam komunikasi oganisasi?
    5. Apa klasifikasi komunikasi dalam organisasi?
    6. Bagaimana proses komunikasi dalam organisasi?

    Bab II. Pembahasan

    A. Komunikasi dan organisasi

    Janis & Kelley menjelaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak). Sedangkan Berelson & Steiner berpendapat bahwa komunikasi adalahsuatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain melaluipenggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angka-angka, dan lain-lain.

    Jadi pada dasarnya yang di maksud dengan komunikasi adalah interaksi natar manusia dua tau lebih dan mendapatkan responnya, jadi yang dikatakan berkomunikasi apabila terdapat 2 orang atau lebih dan harus ada peran maksudnya yaitu ada penerima pesan dan ada pengirim pesan dan juga harus menggunakan sebuah media selain media respon juga sangat penting sebab jika berkomunikasi tidak ada respon maka hal tersebut bukan sikatakan komunikasi.

    Istilah organisasi berasal dari bahasa Latin organizare, yang secara harfiah berarti paduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya saling bergantung. Everet M. Rogers dalam bukunya Communication in Organization, mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan, dan pembagian tugas, Robert Bonnington dalam buku Modern Business: A Systems Approach,mendefinisikan organisasi sebagai sarana dimana manajemen mengoordinasikansumber bahan dan sumber daya manusia melalui pola struktur formal dari tugas-tugasdan wewenang. Sedangkan untuk istilah komunikasi (communication) berasal dari Bahasa Latincommunicatus yang berarti ”berbagi” atau “menjadi milik bersama”. Dengandemikian, kata komunikasi menurut kamus bahasa mengacu pada suatu upaya yangbertujuan untuk mencapai kebersamaan.

    Jadipada dasarnya  yang dimaksud dengan organisasi adalah sekelompok orang yang yang memiliki tujuan yang sama melalui jenjang kepangkatan dan pembagian tugas sesuai dengan kemampuannya.

    B. Hubungan komudikasi dalam organisasi

    Hubungan Ilmu Komunikasi dengan Organisasi terletak pada peninjauannya, yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu sendiri. Sedangkan Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang dipergunakan, media apa yang dipakai, dan lain sebagainya, Jawaban-jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah untuk bahan telaah selanjutnya menyajikan suatu konsepsi komunikasi bagi suatu organisasi tertentu berdasarkan jenis organisasi, sifat organisasi, dan lingkup organisasi dengan memperhitungkan situasi tertentu pada saat komunikasi dilakukan. Komunikasi organisasi adalah komunikasi yang dilakukan oleh kelompok-kelompok yang ada dalam organisasi itu sendiri baik oleh organisasi formal maupun informal, komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujuai oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi pada organisasi itu sendiri, sedangkan komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual.

    C. Bentuk Komunikasi dalam organisasi

    · Komunikasi langsung 

    Komunikasi langsung tanpa menggunakan alat. Komunikasi berbentuk kata-kata, gerakan-gerakan yang berarti khusus dan pengguna syarat. Contoh kita berbicara langsung kepada seseorang dihadapan kita.

    · Komunikasi tidak langsung 

    Biasanya menggunakan alat dan mekanisme untuk melipat gandakan jumlah penerima pesan atau pun untuk menghadapi hambatan geografis. Contoh menggunakan radio, buku dan lain-lain. 

    1.         Bentuk komunikasi berdasarkan besarnya sasaran 

    ·         Komunikasi massa yaitu komunikasi dengan sasarannya kelompok orang dalam jumlah besar, umumnya tidak dikenal. 

    Komunikasi masa yang baik harus : pesan disusun dengan jelas, tidak dan tidak bertele-tele. Bahasa yang mudah dimengerti. Bentuk gambar yang baik. Membentuk kelompok khusus. Contoh kelompok pendengar (radio).

    ·         Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang sasarannya sekelompok orang yang umumnya dapat dihitung dan dikenal merupakan komunikasi langsung dan timbal balik. 

    ·         Komunikasi perorangan adalah komunikasi dengan tatap muka dapat juga melalui telepon

    2.         Bentuk komunikasi berdasarkan arah pesan 

    ·         Komunikasi satu arah. Pesan disampaikan oleh sumber kepada sasaran dan sasaran tidak dapat atau tidak punya kesempatan untuk memberikan umpan balik atau bertanya. Contoh radio.

    ·         Komunikasi timbal balik. Pesan disampaikan kepada sasaran dan sasaran memberikan umpan balik. Biasanya komunikasi kelompok atau perorangan merupakan komunikasi timbal balik.    

    D. Hambatan-hambatan dalam komunikasi organisasi

    1. Hambatan dari Proses Komunikasi

    · Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional

    · Hambatan dalam penyandian/symbol Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang  dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.

    · Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan.

    · Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si penerima

    · Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima /mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut.

    · Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak menggambarkan apa adanya akan tetapi memberikan interpretatif, tidak tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya.

    2. Hambatan Fisik

    Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan alat komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan kesehatan (cacat tubuh misalnya orang yang tuna wicara), gangguan alat komunikasi dan sebagainya.

    3. Hambatan Semantik.

    Faktor pemahaman bahasa dan penggunaan istilah tertentu. Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti mendua yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima pesan. Misalnya : adanya perbedaan bahasa ( bahasa daerah, nasional, maupun internasional), adanya istilah – istilah yang hanya berlaku pada bidang-bidang tertentu saja, misalnya bidang bisnis, industri, kedokteran, dll.

    4Hambatan Psikologis

    Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya; perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan, sehingga menimbulkan emosi diatas pemikiran-pemikiran dari sipengirim maupun si penerima pesan yang hendak disampaikan.

    5. Hambatan Manusiawi

                Terjadi karena adanya faktor, emosi dan prasangka pribadi, persepsi,
    kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-alat
    pancaindera seseorang, dll.

    2.5       Klasifikasi komunikasi dalam organisasi

                   Di bawah ini ada beberapa klasifikasi komunikasi dalam organisasi yang di tinjau dari beberapa segi :

    a)      Dari segi sifatnya :

    ·         Komunikasi Lisan, komunikasi yang berlangsung lisan / berbicara.Contoh: presentasi

    ·         Komunukasi Tertulis, komunikasi melalui tulisan.Contoh: email

    ·          Komunikasi Verbal, komunikasi yang dibicarakan/diungkapkan.Contoh: curhat

    ·          Komunikasi Non Verbal, komunikasi yang tidak dibicarakan(tersirat).Contoh: seseorang yang nerves (gemetar)

    b). Dari segi arahnya :

    ·         Komunikasi Ke atas, komunikasi dari bawahan ke atasan

    ·          Komunikasi Ke bawah, komunikasi dari atasan ke bawahan

    ·         Komunikasi Horizontal, komunikasi ke sesama manusia / setingkat

    ·         Komunikasi Satu Arah, pemberitahuan gempa melalui BMKG(tanpa ada timbal balik)

    ·         Komunikasi Dua Arah, berbicara dengan adanya timbal balik/ saling berkomunikasi

    b)      Menurut Lawannya :

    ·         Komunikasi Satu Lawan Satu, berbicara dengan lawan bicara yang sama banyaknya.Contoh: berbicara melalui telepon

    ·         Komunikasi Satu Lawan Banyak (kelompok), berbicara antara satu orang dengan suatu kelompok.Contoh: kelompok satpam menginterogasi maling

    ·         Kelompok Lawan Kelompok , berbicara antara suatu kelompok dengan kelompok lain.contoh: debat partai politik

    ·         Menurut Keresmiannya :

    ·         Komunikasi Formal, komunikasi yang berlangsung resmi.Contoh: rapat pemegang saham

    ·         Komunikasi Informal, komunikasi yang tidak resmi.contoh: berbicara dengan teman

    2.6       gaya komunikasi dalam organisasi

                Gaya Komunikasi Gaya komunikasi atau communication style akan memberikan pengetahuankepada kita tentang bagaimana perilaku orang-orang dalam suatu organisasi ketikamereka melaksanakan tindakan berbagi informasi dan gagasan. Sementara padapengaruh kekuasaan dalam organisasi, kita akan mengkaji jenis-jenis kekuasaan yangdigunakan oleh orang-orang dalam tataran manajemen sewaktu mereka mencobamempengaruhi kemampuan berkomunikasi dalam organsasi, kita akan diajak untukmemikirkan bagaimana mendefinisikan tujuan kita sehubungan dengan tugas dalamorganisasi, bagaimana kita memilih orang yang tepat untuk diajak bekerjasama danbagaimana kita memilih saluran yang efektif untuk melaksanakan tugas tersebut. Gaya komunikasi (communication style) didefinisikan sebagai seperangkatperilaku antarpribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam suatu situasi tertentu(a specialized set of intexpersonal behaviors that are used in a given situation).Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yangdipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu dalam situasi yangtertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan, bergantungpada maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari penerima (receiver). a. The Controlling style Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one- way communications. Pihak-pihak yang memakai controlling style of communication ini, lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan dibanding upaya mereka untuk berharap pesan.

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 KESIMPULAN

                Komunikasi dirumuskan sebagai suatu proses penyampaian pesan atau berita ke beberapa orang. Dikarenakan komunikasi melibatkan seorang pengirim dan menerima pesan yang mungkin juga memberikan umpan balik untuk menyatakan bahwa pesan telah diterima.
    Komunikasi sangat penting dalam kehidupan manusia karena manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Dalam berkomunikasi seseorang harus memiliki dasar yang akan menjadi patokan seseorang tersebut dalam berkomunikasi. Dalam proses komunikasi kita juga harus ingat bahwa terdapat banyak hambatan-hambatan dalam berkomunikasi.
                Tujuan komunikasi adalah berhubungan dan mengajak dengan orang lain untuk mengerti apa yang kita sampaikan dalam mencapai tujuan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan dalam bekerja sama dengan orang lain. Ada dua jenis komunikasi, yaitu verbal dan non verbal, komunikasi verbal atau tertulis dan komunikasi non verbal atau bahasa(gerak) tubuh.Komunikasi dua arah terjadi bila pengiriman pesan dilakukan dan mendapatkan umpan balik. Seseorang dalam berkomunikasi pasti dapat merasakan timbal balik antara pemberi informasi serta penerima informasi sehingga terciptanya suatu hubungan yg mutualisme antara keduanya

    3.2       SARAN

                Komunikasi merupakan alat terpenting dalam berorganisasi, Karena tanpa adanya komunikasi, organisasi tidak akan berjalan dengan maksimal. Jadi disarankan dalam sebuah organisasi harus dibarengi dengan komunikasi yang baik agar tercapai sebuah organisasi yang baik

    DAFTAR PUSTAKA

    http://dhogerz.wordpress.com/2010/10/21/komunikasi-dalam-organisasi/

    http://manajemenkomunikasi.blogspot.com/2010/07/komunikasi-dalam-organisasi.html

  • Makalah Bakteri Fasciolliosis

    Bakteri Fasciolliosis

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Gangguan penyakit pada ternak merupakan salah satu hambatan yang di hadapi dalam pengembangan peternakan. Peningkatan produksi dan reproduksi akan optimal, bila secara simultan disertai penyediaan pakan yang memadai dan pengendalian penyakit yang efektif. Diantara sekian banyak penyakit hewan di Indonesia, penyakit parasit masih kurang mendapat perhatian dari para peternak. Penyakit parasit biasanya tidak mengakibatkan kematian ternak, namun menyebabkan kerugian yang sangat besar berupa penurunan berat badan dan daya produktivitas hewan. Diantar penyakit parasit yang sangat merugikan adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing hati Fasciola hepatica,yang dikenal dengan nama Distomatosis, atau Fasciolosis (Mukhlis, 1985).

    Penyakit ini menimbulkan banyak kekhawatiran, karena distribusi dari kedua inang definitif cacing sangat luas dan mencakup mamalia herbivora, termasuk manusia dan dalam siklus hidupnya termasuk siput air tawar sebagai hospes perantara parasit. Baru-baru ini, tercatat banyak kerugian di seluruh dunia pada produktivitas ternak karena fasciolosis diperkirakan lebih dari US $ 3,2 miliar per tahun. Selain itu, fasciolosis sekarang dikenal sebagai penyakit yang dapat menular pada manusia. Organisasi Kesehatan Dunia World Healt Organization (WHO) memperkirakan bahwa 2,4 juta orang terinfeksi oleh Fasciola spp, dan 180 orang berada pada resiko tinggi terkena infeksi (Purwono, 2010).

    B. Rumusan Masalah

    1. Apa yang dimaksud dengan Fasciolliosis?
    2. Bagaimana siklus hidup cacing Fasciola?
    3. Bagaimana penularan cacing fasciola?
    4. Bagaimana gejala dan diagnosis penyakit Fasciolliosis?
    5. Bagaimana mencegah dan mengobati penyakit Fasciolliosis?
    6. Apa saja faktor yang mempengaruhi infeksi cacing Fasciola?

    C. Batasan Masalah

    Materi pada penyusunan makalah ini hanya membahas tentang penyakit Fasciolliosis pada ternak.

    Bab II. Pembahasan

    A. Definisi Fascioliosis

    Fasciolosis atau infeksi cacing hati merupakan penyakit pada ternak disebabkan oleh cacing daun (trematoda) genus Fasciola spp ., seperti Fasciola hepatica dan Fasciola gigantica. Pada umumnya F. hepatica ditemukan di negara empat musim atau subtropis seperti Amerika Selatan, Amerika Utara, Eropa, Afrika Selatan, Rusia, Australia dan New Zealand. Fasciola gigantica umumnya ditemukan di negara tropis dan subtropis, seperti India, Indonesia, Jepang, Filipina, Malaysia, dan Kamboja. Fasiolosis oleh F. Gigantica merupakanpenyakit penting pada ternak di daerah tropis seperti Afrika, subkontinen India dan Asia Tenggara. Di Indonesia, fasciolosis pada ternak disebabkan oleh F. gigantica dan kejadiannya lebih sering pada sapi dan kerbau dari pada domba atau kambing dengan sebaran yang  luas terutama di lahan-lahan basah.

    Berdasarkan taksonominya cacing ini mempunyai klsifikasi sebagai berikut:

    Phylum: Platyhelminthes
    Sub Phylum: –
    Kelas: Trematoda
    Ordo: Digenea
    Family: Fasciolidae
    Genus: Fasciola
    Species: Fasciola hepatica, Fasciola gigantica

    Sedang secara anatomi fasciola berbentuk pipih dorsoventral. Fasciola gigantica berukuran 25-27 x 3-12 mm, mempunyai pundak sempit, ujung posterior tumpul, ovarium lebih panjang dengan banyak cabang, sedangkan Fasciola hepatica berukuran 35 x 10 mm, mempunyai pundak lebar dan ujung posterior lancip. Telur Fasciola gigantica memiliki operkulum, berwarna emas dan berukuran 190 x 100 μ, sedangkan telur Fasciola hepatica juga memiliki operkulum, berwarna kuning emas dan berukuran 150 x 90 μ (Baker, 2007). Purwanta, dkk. (2009) mengemukakan unsur-unsur yang tampak jelas pada telur Fasciola sp. yang dilihat di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 10 ialah sel-sel kuning telur (yolk) dan sel germinal yang tampak transparan di daerah operkulum pada salah satu kutubnya.





     gambar telur Fasciola sp.

    B.  Siklus Hidup Cacing Fasciola Hepatica

    Cacing Fasciola Hepatica dewasa dapat bertahan hidup di dalam hati ternak ruminansia antara 1-3 tahun. Satu ekor cacing dapat menghasilkan 3000 telur per hari. Telur cacing akan keluar dari tubuh ternak ruminansia bersama feses, dan pada lingkungan yang lembab, menempel pada rumput, telur tersebut dapat bertahan antara 2-3 bulan.

    Telur akan menetas dan mengeluarkan mirasidium, penetasan umumnya terjadi pada siang hari. Mirasidium tersebut memiliki cilia (rambut getar) dan sangat aktif berenang di dalam air untuk mencari induk semang antara yang sesuai, yaitu siput Lymnaea sp . Pada suhu 30°C, mirasidium lni hanya bertahan hidup selama 5-7 jam.Segera setelah mirasidium tersebut menemukan siput Lymnaea sp., maka cilianya akan terlepas dan mirasidium tersebut akan menembus masuk ke dalam tubuh siput. Dalam waktu 24 jam di dalam tubuh siput, mirasidium tersebut akan berubah menjadi sporosis.

    Delapan hari kemudian sporosis tersebut akan berkembang menjadi redia, dari 1 sporosis akan tunbuh menjadi 1-6 redia. Redia tersebut akan menghasilkan serkaria dan keluar dari tubuh siput. Serkaria tersebut memiliki ekor sehingga ketika berada di luar tubuh siput akan berenang, kemudian akan menempel pada benda apa saja di dalam air yang dilaluinya termasuk pada rumput, jerami atau tumbuhan air lainnya. Beberapa saat setelah menempel, ekornya akan terlepas dan membentuk kista yang disebut metaserkaria.

    Metaserkaria ini merupakan bentuk infektif cacing Fasciola spp., sehingga bila ada hewan ternak pemakan rumput, jerami atau tumbuhan air lainnya yang terkontaminasi metaserkaria, maka akan tertular dan menderita penyakit fasciolosis .

    Pada suhu rendah, sekitar 14°C, metaserkaria ini dapat bertahan hidup sampai 3-4 bulan, sedangkan bila terkena sinar matahari langsung akan cepat mati dan tidak infektif lagi. Infeksi terjadi jika metaserkaria tertelan dan masuk ke duodenum. Cacing muda ini dapat menembus dinding usus dan menyeberang ke dalam ruangan peritoneal, menempel dan menghisap darah dan selanjutnya masuk ke hati. Di dalam saluran empedu menjadi cacing dewasa selama 2-3 bulan.

    C. Penularan

    Sumber infeksi yang utama berasal dari kontamianan air dan daging atau produk lain asal hewan yang terinfeksi stadium infektif dari cacing fasciola (Akoso,1996). Infeksi terjadi didaerah yang basah atau lembab, rawa atau daerah payau, dimana banyak terdapat siput., cacing akan keluar dan berenang dan berkeliling akhirnya menempel dan tinggal pada tumbuh-tumbuhan yang akan termakan oleh hewan yang kemudian menjadi induk semang. Penularan ini juga berhubungan erat dengan siklus hidup cacing ini.

    Induk semang dari fasciola adalah siput, umumnya genus Lymnea. Di Indonesia telah diketahui adalah Lymnea rubiginosa. Telur fasciola keluar bersama tinja induk semang dari telur yang menetas keluar mirasidium yang terus masuk ke dalam siput. Dalam tubuh siput mirasidium berubah menjadi sporokista. Sporokista menghasilkan redia, dan redia menghasilkan serkaria. Serkaria keluar dari siput yang merupakan fase infektif. Bila serkaria tidak termakan oleh induk semang maka akan menghasilkan kisata (metaserkaria), tenggelam ke dalam air atau menempel pada rumput (Levin, 1994).

    Infeksi terjadi bila induk semang memakan rumput atau meminum air yang tercemar. Dalam usus serkaria keluar dari metaserkaria dan terus menembus dinding usus masuk keruang peritoneum, selanjutnya menembus selaput hati dan meninggalkan jalur-jalur hemorhagik pada parenkim hati dalam perjalanannya menuju saluran empedu untuk menjadi dewasa. Masa prepaten 2-3 bulan (Soedarto, 2003). Penularan pada manusia pada prinsipnya sama dengan penularan pada hewan.

    D. Gejala Klinis

    Gejala klinis fasciolosis tidak patognomonis dan gejala umum yang terlihat adalah adanya gangguan pencernaan berupa konstipasi/ sembelit kemudian disertai dengan adanya daire (mencret), kurus, lemah, bulu berdiri, depresi, kesulitan bernafas, anemia, selaput lendir pucat kekuningan, kekurusan, terjadi busung (oedema)di bawah rahang dan bawah perut. produktivitas turun ( wol, daging dan susu ) dan pengurangan kenaikan berat badan tiap hari. Pada kejadian Akut (mendadak) , setelah hewan menelan sejumlah besar metaserkaria (biasanya> 2.000) dalam waktu 2-6 minggu.

    Pada domba, fasciolosis akut terjadi secara musiman dengan gejala buncit, anemia dan kematian mendadak terjadi 2-6 minggu setelah infeksi. Kejadian akut (tiba-tiba) akut diperparah oleh infeksi Clostridium novyi, sehingga menghasilkan “penyakit hitam” (clostridial hepatitis nekrotik/ penyakit kerusakanan hati yang disebabkan oleh bakteri clostridia). Pada penyakit subakut, sejumlah besar (500-1,500) metaserkaria tertelan selama jangka waktu yang lebih lama; kelangsungan hidup lebih panjang (7-10 minggu), bahkan dalam kasus dengan kerusakan hati yang signifikan, namun kematian terjadi karena perdarahan dan anemia. Pada Fasciolosis kronis gejala klinis yaitu anemia, lemah, bengkak di rahang bawah, dan turunnya produksi produksi susu dan pengurangan kenaikan berat badan.

    Keruskan hati tergantung jumlah metaserkaria tertelan. Selama tahap pertama cacing dewasa, menghancurkan jaringan hati dan menyebabkan perdarahan. Tahap kedua terjadi ketika Cacing memasuki saluran empedu, di mana mereka memakan darah dan merusak mukosa dengan duri kutikula mereka. Dalam fasciolosis akut (tiba-tiba) , kerusakan yang disebabkan sangat parah; hati membesar dan gembur dengan deposito fibrinous (pengapuran ) pada kapsul. Permukaan hati memiliki penampilan yang tidak rata. Dalam kasus-kasus kronis, sirosis (keruskan hati) berkembang. Saluran empedu rusak membesar. Pada sapi migrasi cacing dapat ditemukan di paru-paru.

    E. Diagnosis

    Penentuan diagnosa fascioliasis diketahui melalui gejala klinis, pengetahuan epidemiologi penyakit, dan dibuktikan dengan ditemukannya telur Fasciola, yang dapat dilakukan dengan metode sedimentasi. Pada hewan yang berkelompok, diagnosa juga diperkuat dengan kerusakan hati salah satu hewan yang mati dengan melalui proses nekropsi. Diagnosa yang tepat pada hewan yang sudah terserang penyakit cacing, akan memberikan jalan untuk pengobatan yang tepat pula untuk ketepatan diagnosa.

    Telur fasciola mirip dengan paramphistomum. Untuk membedakannya, selain mengingat ukuran besarnya telur, telur fasciola lebih kecil dari pada paramphistomum, dinding telur fasciola lebih tipis sehingga mudah menyerap zat warna empedu, yodium, atau metilen biru. Selain itu didalam paramphistomum biasanya lebih jelas sel–sel embrionalnya daripada dalam telur fasciola. Pada sapi dan kerbau yang menderita penyakit kronik memiliki gejala klinis yang sama seperti penyakit lain misalnya defesiensi nutrisional (Cu atau Co), paratisisme oleh cacing lain, anaplasma, piroplasma, maupun penyakit paratuberkulosis. Temuan telur fasciola dan perubahan patologi hati, termasuk temuan cacing fasciola merupakan kunci untuk penentuan diagnosa fasioliasis.

    F. Pencegahan dan Pengobatan  

    Menurut Martindah, dkk. (2005), prinsip pengendalian fasciolosis pada ternak ruminansia adalah memutus daur hidup cacing. Secara umum, strategi pengendalian fasciolosis didasarkan pada musim (penghujan/basah dan kemarau/kering). Pada musim penghujan, populasi siput mencapai puncaknya dan tingkat pencemaran metaserkaria sangat tinggi. Untuk itu, diperlukan tindakan-tindakan pencegahan terhadap infeksi dan atau menekan serendah mungkin terjadinya pencemaran lingkungan, antara lain dengan cara:

    1. Limbah kandang hanya digunakan sebagai pupuk pada tanaman padi apabila sudah dikomposkan terlebih dahulu sehingga telur Fasciola sp. sudah mati.
    2. Pengambilan jerami dari sawah sebagai pakan ternak dilakukan dengan pemotongan sedikit di atas tinggi galengan atau 1-1.5 jengkal dari tanah.
    3. Jerami dijemur selama 2-3 hari berturut-turut dibawah sinar matahari dan dibolak-balik selama penjemuran sebelum diberikan untuk pakan.
    4. Penyisiran jerami agar daun padi yang kering terlepas untuk mengurangi pencemaran metaserkaria.
    5. Tidak melakukan penggembalaan ternak di daerah berair atau yang tercemar oleh metaserkaria cacing hati, misalnya di sawah sekitar kandang ternak atau dekat pemukiman.
    6. Mengandangkan sapi dan itik secara bersebelahan sehingga kotorannya tercampur saat kandang dibersihkan (pengendalian secara biologis).

    Cara lain untuk pencegahan cacing fasciola adalah Memberantas induk semang perantara / siput (memotong siklus hidup cacing) dengan penggunaan Mollusida (secara kimiawi). Memberantas siput secara biologis dengan pemeliharaan itik, rotasi lapangan rumput, perbaikan sistim pengairan supaya memungkinkan diadakan pengeringan, ternak sakit jangan dilepas di padang penggembalaan atau jangan melepaskan ternak sehat di padang penggembalaan yang tercemar.

    Mollusida yang dapat dipergunakan antara lain :

    • Natrium pentachloropenate, dengan dosis : 9 Kg di dalam 3.600liter air untuk tiap hektar
    • Cooper pentachloropenate, dengan dosis 9 Kg di dalam 3.600 liter air untuk tiap hektar.
    • Bayer 73 (2 g – hydroxy – 5, 2 dichloro – 4 diniter – benzanilide), dengan dosis 2 gram di dalam 2.000 liter air untuk tiap hektar.

    Mollusida tersebut diatas hendaknya disemprotkan sewaktu lapangan berair. Selanjutnya selama 3 – 5 hari lapangan tidak boleh dipakai untuk penggembalaan.

    Keberhasilan pengobatan fasciolosis bergantung pada efektivitas obat terhadap stadium perkembangan cacing. Obat cacing yang digunakan harus bersifat toksik minimal agar jaringan hati tidak mengalami kerusakan. Obat yang baik adalah obat yang mampu membunuh Fasciola sp. yang sedang migrasi dan cacing dewasa, serta tidak toksik pada jaringan (Subronto, 2007).

    Pengobatan fasciolosis pada sapi, kerbau dan domba menggunakan Nitroxinil dengan dosis 10 mg/kg sangat efektif dengan daya bunuh 100% pada infeksi setelah 6 minggu. Namun pengobatan ini perlu diulang 8-12 minggu setelah pengobatan pertama. Pemberian obat cacing secara berkala minimal 2 kali dalam 1 tahun bertujuan mengeliminasi migrasi cacing dewasa. Pengobatan pertama dilakukan pada akhir musim hujan sehingga selama musim kemarau, ternak dalam kondisi yang baik dan juga menjaga lingkungan terutama kolam air. Pengobatan kedua dilakukan pada akhir musim kemarau dengan tujuan untuk mengeliminasi cacing muda yang bermigrasi ke dalam parenkim hati. Pada pengobatan kedua ini perlu dipilih obat cacing yang dapat membunuh cacing muda (Ditjennak, 2012).

    Secara umum pengobatan dilakukan selama 3 kali pemberian yaitu pada awal, pertengahan, dan akhir musim penghujan. Obat-obatan yang diberikan antara lain:

    • Dovenix ( bahan aktif: Nitroxynil ), dosis: 10 mg/kg berat badan (1 ml untuk 25 Kg berat badan) diberikan secara Subcutan.
    • Bilevon (bahan aktif: Meniclopholan), dosis 3 mg/kg berat badan diberikan peroral.
    • Monil ( bahan aktif: Albendazole ), diberikan secara per-oral dengan dosis:
      • Sapi dengan berat badan < 150 kg : 1,5 bolus.
      • Sapi dengan berat badan 150 – 300 kg : 3 bolus.
      • Sapi dengan berat badan 300 – 400 kg : 4 bolus.
      • Sapi dengan berat badan > 400 kg : 5,5 bolus.
    • Carbontetrachlorida, dosis : 50 mg/kg berat badan diberikan secara sub kutan, atau 1- 5 ml/ ekor diberikan secara peroral.

    G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Infeksi Cacing Hati ( Fasciola sp. )

    Terdapat beberapa faktor yang umumnya mempengaruhi infeksi cacing hati (Fasciola sp.), yakni:

    1. Umur

    Menurut Hambal, dkk. (2013), pengaruh umur erat kaitannya dengan kurun waktu infestasi terutama di lapangan. Semakin tua umur sapi maka semakin tinggi pula resiko infeksinya terhadap Fasciola sp. Pada sapi muda, prevalensi fasciolosis lebih rendah, hal ini disebabkan oleh sapi muda relatif lebih sering dikandangkan dalam rangka penggemukan. Selain itu, intensitas makan rumput sapi muda masih rendah dibandingkan dengan sapi dewasa, hal ini karena sapi muda masih minum air susu induknya sehingga kemungkinan untuk terinfeksi larva metaserkaria lebih rendah. Sayuti (2007) melaporkan bahwa sapi bali berumur lebih dari 12 bulan lebih rentan terhadap infeksi Fasciola sp. dibandingkan dengan sapi bali berumur kurang dari 6 bulan dan antara 6-12 bulan.

    2. Sistem Pemeliharaan

    Sadarman, dkk. (2007) menyebutkan bahwa sapi yang dipelihara secara ekstensif lebih beresiko terhadap infeksi Fasciola sp. dibandingkan dengan sapiyang dipelihara secara intensif. Ternak sapi yang dipelihara secara ekstensif mempunyai resiko terinfeksi Fasciola sp. yang lebih tinggi karena sapi-sapi tersebut mencari pakannya sendiri sehingga pakan yang diperoleh tidak terjamin baik secara kuantitas maupun kualitasnya serta sesuai dengan kebutuhannya. Kekurangan pakan akan menyebabkan ternak mengalami malnutrisi. Nutrisi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kerentanan seekor sapi terhadap infeksi cacing. Sapi yang mengalami malnutrisi akan lebih peka (Purwanta, dkk., 2007).

    Menurut Abidin (2002), bahwa konsumsi hijauan yang masih berembun dan yang tercemar siput, merupakan salah satu penyebab terjadinya infeksi larva cacing saluran pencernaan. Subronto (2007) menyebutkan bahwa kebanyakan jenis parasit saluran pencernaan masuk ke dalam tubuh hospes definitif melalui mulut dari pakan yang tercemar larva. Karena suatu sebab, misalnya defisiensi posfor, hewan jadi pica sehingga makan feses (koprofagi) atau benda lain yang mengandung larva.

    3. Musim

    Hasil penelitian Ari, dkk. (2011) tidak mengemukakan adanya perbedaan yang signifikan antara infeksi cacing Fasciola sp. pada musim basah dan musim kering, namun persentase kasus positif cenderung lebih tinggi pada musim basah. Suyuti (2007) juga mengemukakan bahwa musim berpengaruh terhadap derajat prevalensi fasciolosis di Kabupaten Karangasem, Bali. Kejadian fasciolosis banyak terjadi pada awal musim hujan karena pertumbuhan telur menjadi mirasidium cukup tinggi dan perkembangan di dalam tubuh siput mencapai tahap yang lengkap pada akhir musim hujan. Selain itu, pelepasan serkaria terjadi pada awal musim kering seiring dengan terjadinya penurunan curah hujan.

    Bab III. Penutup

    A. Kesimpulan

    Fasciolosis atau infeksi cacing hati merupakan penyakit pada ternak disebabkan oleh cacing daun (trematoda) genus Fasciola sp., seperti Fasciola hepatica dan Fasciola gigantica. Fasciola gigantica merupakan parasit yang cukup potensial menyebabkan fascioliasis. Cacing ini banyak menyerang hewan ruminansia yang biasanya memakan rumput yang tercemar metacercaria, tetapi dapat juga menyerang manusia. Kejadian fasciolosis pada ternak ruminansia berkaitan dengan siklus hidup agen penyebab penyakit tersebut. 

    Prinsip pengendalian fasciolosis pada ternak ruminansia adalah memutus daur hidup cacing. Secara umum, strategi pengendalian fasciolosis didasarkan pada musim (penghujan/basah dan kemarau/kering). Pada musim penghujan, populasi siput mencapai puncaknya dan tingkat pencemaran metaserkaria sangat tinggi.

    B. Saran

    Mohon maaf apabila penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dalam penyusunan makalah-makalah selanjutnya.

    DAFTAR PUSTAKA

    http://www.slideshare.net/eqasmcwanabe/kesehatan-32371549

    http://kuya-sumel.blogspot.co.id/2013/06/fasciola-pada-sapiiii.html

    http://pertanian.slemankab.go.id/fasciolosis-penyakit-cacing-hati-yang-disebabkan-oleh-cacing-fasciola-hepatica/

    http://yudhiestar.blogspot.co.id/2009/10/fascioliasis.html

    http://wailineal.blogspot.co.id/2011/12/fascioliasis-etiologi-fasciola-hepatica.html

    http://www.ilmuternak.com/2014/10/peran-pemerintah-terhadap-cacing-hati.html

  • Laporan Praktikum Kimia Dasar – Pengaruh Konsentrasi Terhadap Berat Jenis Larutan

    Pengaruh Konsentrasi Terhadap Berat Jenis Larutan

    A. Tujuan           

    1. Dapat membandingkan Berat Jenis suatu larutan, dari tiap konsentrasi yang berbeda
    2. Dapat mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap berat jenis larutan tersebut

    B. Dasar Teori

    Massa jenis (ρ) merupakan besaran yang menujukkan kerapatan (density) dari sebuah zat. Kerapatan ini menunjukkan banyaknya massa yang terkandung dalam satuan ruang.

    ρ = \frac{m}{V}

    Massa jenis atau berat jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total volumenya. Sebuah benda memiliki massa jenis lebih tinggi (misalnya besi ) akan memiliki volume yang lebih rendah dari pada benda bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air). Satuan SI massa jenis adalah kilogram per meter kubik (kg/m3).

    Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat padat memiliki massa jenis yang berbeda. Dan suatu zat berapapun massanya, volumenya akan memiliki massa jenis yang sama.

    Dengan :  ρ adalah massa jenis
                      m adalah massa
                      v adalah volume

    Satuan massa jenis dalam CGS (centi-gram-sekon) adalah geram percentimeter kubik (g/cm3) 1 g/cm3 = 1000 kg/m3. Massa jenis air murni adalah 1 g/cm3 atau sama dengan 1000 kg/m3.

    Bobot jenis merupakan suatu jenis karakteristik yang digunakan dalam pengujian identitas dan kemurnian bahan oat dan bahan pembantu khusunya sifat cairan dan zat yang berjenis malam. Penentuan berat jenis dilakukan dengan piknometer, aerometer, timbangan hidrostatik(timbangan Morh-Westpal) dan cara manometrik.

    Penggunaan Berat Jenis.

    Berat jenis dapat digunakan dalam berbagai hal untuk menentukan suatu zat antara lain:
    • Menentukan kemurnian suatu zat.
    • Mengenal keaadaan zat.
    • Menunjukan kepekaan larutan.

    Selain karena angkanya yang mudah diingat dan mudah dipakai untuk menghitung massa jenis air dipakai perbandingan untuk rumus ke-2 menghitung massa jenis atau dinamakan massa jenis relative. Rumus massa jenis relative = massa bahan / massa air yang volumenya sama.\Dalam beberapa khasus massa jenis dinyatakan sebagai specific gravity atau massa jenis relatif. Umumnya digunakan untuk menyatakan massa jenis beberapa zat seperti air dan udara. Zat cair memiliki sifat-sifat yang unik berbeda dengan jenis zat cair yang lain. Dibawah ini merupakan penjelasan dasar mengenai hukum Archimedes pada pelajaran fisika.

    C. Alat dan Bahan

    1. Alat

    • Tabung reaksi
    • Labu ukur
    • Gelas kimia
    • Pipet volum dengan ukuran 2ml dan 1ml
    • Botol semprot
    • Spirtus

    2. Bahan

    1. Aquades
    2. NaCl

    D. Langkah Kerja

    1. Garam NaCl dilarutkan dalam aquades hingga konsentrasi berselang 5% masing-masing 30ml (4 larutan).
    2. Gelas kimia 50/100 ml kosong dan kering ditimbang.
    3. Larutan NaCl diencerkan dalam gelas ukur dengan konsentrasi yang berbeda.
    4. Gelas ukur dan larutan ditimbang.
    5. Berat jenis larutan setiap konsentrasinya dihitung

    E. Hasil Pengamatan

    o   Hasil Pengamatan

    Banyak NaClMassa gelas kimiaMassa larutanMassa keseluruhan
    1,5 gr69,1049 gr25,6437 gr94,7522 gr
    3 gr69,1049 gr26,4522 gr95,5571 gr
    4,5 gr69,1049 gr26,9860 gr96,0909 gr
    6 gr69,1049 gr27,6563 gr96,7612 gr

    1.  Berat jenis NaCl 1,5 %

    BJ    = 1,025892 gr/ml

    2.            Berat jenis NaCl 3 %

    BJ    = 1,058088 gr/ml

    3.            Berat jenis NaCl 4,5%

    BJ    = 1,07944 gr/ml

    4.            Berat jenis NaCl 6 %

    BJ    = 1,106252 gr/ml

    PEMBAHASAN :

    Berat jenis suatu zat didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan suatu zat terhadap kerapatan suatu air. Harga kedua zat itu ditentukan pada temperature yang sama,jika dengan tidak cara lain yang khusus.

    Bj larutan garam lebih dari 1, karena bj airnya sendiri adalah 1. Sedangkan pada larutan garam, terdapat sedikitnya garam yang terlarut di dalamnya dan mempengaruhi berat larutan. Sehingga bj larutan lebih dari 1.

    Grafik BJ vs NaCl

    Kesimpulan : Semakin besar konsentrasi, semakin besar berat jenis.

  • Laporan Praktikum Kimia Dasar – Indikator Titrasi

    Indikator Titrasi

    A. Tujuan Pratikum

    Membandingkan keadaan larutan dalam menggunakan indikator dan tidak menggunakan indikator.

    B. Dasar Teori

    Indikator adalah suatu zat penunjuk yang dapat membedakan larutan, asam atau basa, atau netral. Alearts dan Santika (1984) melampirkan beberapa indikator dan perubahannya pada trayek PH tertentu, kegunaan indikatorini adalah untuk mengetahui berapa kira-kira PH suatu larutan. Disampingitu juga digunakan untuk mengetahui titik akhir kosentrasi pada beberapa analisa kuantitatif senyawa organik dan senyawa anorganik.(Nonimus 2008)

    1. Indikator Asam Basa

    Indikator asam-basa adalah asam lemah, yang asam tak bertanya (HLn) mempunyai warna yang berbeda [warna (1)] dengan warna anionnya [warna (2)]. Jika sedikit indicator dimasukkan dalam larutan. Larutan akan berubah warna menjadi warna (1) atau warna (2), tegantung pada apakah keseimbangan bergeser ke arah bentuk asam atau anion. Arah pergeseran kesetimbangan tergantung pada pH.

    HLn + H2O↔ H3O+ + Ln-

    warna (1) warna (2) Jingga metil (Methyl orange) Jingga metil adalah salah satu indikator yang banyak digunakan dalam titrasi. Pada larutan yang bersifat basa, jingga metil berwarna kuning dan strukturnya adalah:

    Pada kasus jingga metil, pada setengah tingkat dimana campuran merah dan kuning menghasilkan warna jingga terjadi pada pH 3.7 – mendekati netral.

    2. Indikator Redoks

    Reaksi oksidasi reduksi atau reaksi redoks adalah reaksi yang melibatkan penangkapan dan pelepasan elektron. Dalam setiap reaksi redoks, jumlah elektron yang dilepaskan oleh reduktor harus sama dengan jumlah elektron yang ditangkap oleh oksidator.

    Berikut adalah beberapa indikator – seperti difenilamin sulfonat. Indikator ini memberikan warna ungu-biru yang menandakan adanya kelebihan larutan kalium dikromat(VI). Perubahan warna menunjukkan keberadaan agen pengoksidasi.

    Dua persamaan setengah-reaksinya adalah:

    Penggabungan keduanya memberikan:

    perbandingan reaksi antara 1 mol ion dikromat(VI) dengan 6 mol ion besi(II).

    C. Alat dan Bahan

    1. Alat

    1. Botol semport
    2. Buret
    3. Statif + klem buret
    4. Erlenmeyer 250mL
    5. Gelas kimia 250mL 
    6. Gelas ukur 50mL
    7. Pipet ukur 1mL
    8. Pipet ukur 2mL
    9. Pipet ukur 10mL

    2. Bahan

    • Aquades
    • Na2CO3 0,1M
    • HCl 0,1M
    • FeSO4 0,1M
    • K2Cr2O7 0,1N (0,02M)
    • H2SO4 2N
    • H3PO4
    • KMnO4 0,02M (0,1N)
    • Diphenilamine

    D. Cara Kerja

    1. Titrasi Asam-Basa

    1.  10mL Na2CO3 0,1M dimasukkan ke dalam erlenmeyer,lalu ditambahkan larutan HCl 0,1M tetes demi tetes sambil dikocok hingga 30mL. Kemudian amati perubahan yang terjadi.
    2. 10mL Na2CO3 0,1M dimasukkan ke dalam erlenmeyer, lalu ditambahkan 3 tetes methyl jingga tambahkan Larutan HCl 0,1M tetes demi tetes sambil dikocok , lihat perubahan yang terjadi dan hentikan penambahan HCl saat indicator berubah warna.

    2. Titrasi Redoks

    1. 10mL FeSO4 0,1M dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Lalu ditambahkan kedalamnya K2Cr2O7 0,1N tetes demi tetes sambil dikocok hingga 30 mL. Kemudian amati perubahan yang terjadi.
    2. 10mL FeSO4 0,1M dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Lalu ditambahkan ke dalamnya 10mL HCl 4M, tambahkan 5tetes H3PO4 pekat, tambahkan diphenilamin, tambahkan larutan K2Cr2O7 0,1 N tetes demi tetes sambil di aduk hingga membentuk warna ungu-biru (gelap) ,catat volume K2Cr2O7 0,1 N yang terpakai.

    3. Titrasi Redoks

    10ml FeSO4 0,1M dimasukkan kedalam Erlenmeyer, kemudian tambahkan 10ml H2SO4 4N ,tambahkan 5 tetes H3PO4 pekat , tambahkan larutan KMnO4 0,1N tetes demi tetes sambil di kocok hingga larutan berwarna pink.

    Hasil                :

    1.      a) warna larutan tetap bening

    b) warna larutan berubah menjadi pink muda, dan volume HCl yang terpakai adalah 39,5ml

    2.      a) berubah larutan warna menjadi warna lumpur/ warna jingga dan mengendap
    b) warna larutan berubah menjadi biru-ungu (gelap), dan larutan K2Cr2O7 yang terpakai adalah   12,5 ml.

    3.      warna larutan berubah menjadi pink, dan larutan KMnO4 yang terpakai adalah 12ml.

    Pembahasan    :

    1. Indikator Asam-Basa

    Dalam titrasi asam basa, Natrium Karbonat (Na2CO3) akan bereaksi dengan Asam Klorida (HCl). Reaksi yang terjadi dapat terlihat jelas dengan adanya bantuan indikator. Indikator yang digunakan dalam hal ini adalah Methyl Orange dengan trayek pH methyl orange berkisar 3,1-4,4 dan warna dalam keadaan asam ditunjukkan dengan warna merah, dan warna dalam keadaan basa ditunjukkan dengan warna kuning. Dalam hal ini, ketika Natrium Karbonat (Na2CO3) telah habis bereaksi dengan Asam Klorida (HCl) ditunjukkan dengan berubahnya larutan menjadi berwarna jingga merah. Berubahnya larutan menjadi jingga merah, hal itu menunjukkan bahwa larutan telah bersifat asam karena adanya penambahan HCl saat titrasi berlangsung sehingga kelebihan dari HCl membuat larutan berwarna merah.
    Sedangkan pada larutan tanpa penambahan indikator, sebanyak apapun HCl yang ditambahkan ke dalam larutan Natrium Karbonat (Na2CO3), tidak terjadi perubahan warna apapun walaupun larutan telah bersifat asam. Hal itu dikarenakan tidak adanya indikator yang dapat menunjukkan reaksi yang terjadi.

    2. Indikator Redoks

    Dalam titrasi redoks, indikator yang digunakan adalah diphenilamine karena indikator ini dapat memberikan warna yang berbeda saat larutan dalam keadaan tereduksi maupun teroksidasi. Larutan yang tak berwarna menunjukkan bahwa larutan tereduksi, sedangkan warna ungu yang terbentuk menunjukkan bahwa larutan teroksidasi. Dalam praktikum kali ini, hasil akhir larutan berwarna biru-ungu, menunjukkan bahwa larutan telah bereaksi dan teroksidasi oleh K2Cr2O7.

    Kesimpulan     : Dari praktikum di atas, telah dilakukan percobaan titrasi asam-basa dan titrasi   redoks.

  • Makalah Biokimia – Manfaat dan Bahaya Lemak Pangan Bagi Tubuh

    Manfaat dan Bahaya Lemak Pangan Bagi Tubuh

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Lemak di dalam tubuh sering dianggap mengganggu penampilan atau kesehatan. Padahal lemak mempunyai peranan penting dalam tubuh. Lemak merupakan salah satu nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh, sebagaimana protein dan karbohidrat. Keberadaan lemak di dalam tubuh hanya akan mengganggu penampilan dan membahayakan kesehatan jika jumlahnya berlebihan. Lemak tubuh pada dasarnya dibutuhkan agar fungsi-fungsi tubuh dapat berjalan normal dan sehat.

    Lemak merupakan salah satu zat gizi yang sangat diperlukan oleh tubuhkita disamping zat gizi lain seperti karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Lemakmerupakan salah satu sumber energi yang memberikan kalori paling tinggi.Satugram minyak atau lemak dapat menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidrat danprotein hanya menghasilkan 4 kkal/gram. Minyak atau lemak nabati mengandungasam-asam lemak esensial seperti asam linoleat, linolenat, dan arakidonat yangdapat mencegah penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol.Minyak dan lemak juga berfungsi sebagai sumber dan pelarut bagi vitamin-vitaminA, D, E dan K. Dalam pengolahan bahan makanan, minyak dan lemak berfungsisebagai media penghantar panas, seperti minyak goreng, shortening (mentegaputih), lemak (gajih), mentega dan margarin. Penambahan lemak dimaksudkanjuga untuk menambah kalori serta memperbaiki tekstur dan cita rasa bahanpangan.

    Berbagai bahan pangan seperti daging, ikan, telur, susu, apokat, kacangtanah, dan beberapa jenis sayuran mengandung lemak atau minyak yang biasanyatermakan bersama bahan tersebut di sebut sebagai lemak tersembunyi (invisible fat). Sedang lemak atau minyak yang telah diekstraksi dari hewan atau tumbuhandan dimurnikan dikenal sebagai lemak minyak biasa atau lemak kasat mata (visible fat).

    Maka dari itu, saya akan membahas mengenai manfaat lemak pangan atau lemak yang biasa kita konsumsi di makanan sehari–hari juga bahayanya bagi tubuh manusia

    B. Rumusan Masalah

    1. Apa yang dimaksud dengan lemak? Dan bagaimana pengelompokkannya?
    2. Apa manfaat lemak pangan bagi tubuh?
    3. Apa bahaya lemak bagi tubuh ?

    C. Tujuan Penluisan

    1. Untuk mengetahui komponen penyusun lemak
    2. Untuk mengetahui manfaat dan bahaya lemak pangan bagi tubuh
    3. Untuk dapat menunjukkan hubungan antara asam lemak dengan sifat lemak
    4. Untuk dapat memberikan contoh tentang bahan pangan sumber lemak
    5. Untuk dapat menguraikan berbagai fungsi dari lemak.
    6. Untuk dapat membedakan berbagai jenis lemak dalam bahan pangan

    Bab II. Pembahasan

    A. Pengertian dan Pengelompokkan Lemak

    Lemak merupakan salah satu zat gizi yang sangat diperlukan oleh tubuhkita disamping zat gizi lain seperti karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Lemakmerupakan salah satu sumber energi yang memberikan kalori paling tinggi.Satugram minyak atau lemak dapat menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidrat danprotein hanya menghasilkan 4 kkal/gram. Minyak atau lemak nabati mengandungasam-asam lemak esensial seperti asam linoleat, linolenat, dan arakidonat yangdapat mencegah penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol.Minyak dan lemak juga berfungsi sebagai sumber dan pelarut bagi vitamin-vitaminA, D, E dan K. Dalam pengolahan bahan makanan, minyak dan lemak berfungsisebagai media penghantar panas, seperti minyak goreng, shortening (mentegaputih), lemak (gajih), mentega dan margarin. Penambahan lemak dimaksudkan juga untuk menambah kalori serta memperbaiki tekstur dan cita rasa bahanpangan.

    Berbagai bahan pangan seperti daging, ikan, telur, susu, apokat, kacangtanah, dan beberapa jenis sayuran mengandung lemak atau minyak yang biasanyatermakan bersama bahan tersebut di sebut sebagai lemak tersembunyi (invisiblefat). Sedang lemak atau minyak yang telah diekstraksi dari hewan atau tumbuhandan dimurnikan dikenal sebagai lemak minyak biasa atau lemak kasat mata (visiblefat).

    Lemak hewani mengandung banyak sterol yang disebut kolesterol, sedangkan lemak nabati mengandung fitosterol dan lebih banyak mengandungasam lemak tak jenuh sehingga umumnya berbentuk cair (minyak). Lemak hewaniada yang berbentuk padat (lemak) yang biasanya berasal dari lemak hewan daratseperti lemak susu, lemak babi, lemak sapi. Lemak hewan laut seperti minyak ikan paus, minyak ikan cod, minyak ikan herring, berbentuk cair. Lemak nabati yangberbentuk cair dapat dibedakan atas tiga golongan yaitu : (a) drying oil yang akan membentuk lapisan keras bila mengering di udara, misalnya minyak yangdigunakan untuk cat dan pernis; (b) semi drying oil seperti minyak jagung, minyakbiji kapas, dan minyak bunga matahari dan (c) non drying oil, misalnya minyakkelapa dan minyak kacang tanah. Lemak nabati yang berbentuk padat adalahminyak coklat dan bagian ”stearin” dari minyak kelapa sawit.

    Ada dua kategori lemak yaitu lemak jenuh  (asam lemak jenuh) dan lemak tak jenuh (asam lemak tak jenuh). Asam lemak jenuh banyak ditemukan dalam daging atau lemak hewani seperti lemak babi, susu yang mengandung lemak, cokelat, minyak kelapa, minyak biji kapas dan minyak kelapa sawit. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang makan makanan  yang mengandung lemak jenuh dalam jumlah yang besar memiliki peningkatan risiko dalam penyakit jantung.Lalu, lemak tak jenuh adalah salah satu jenis lemak yang  dapat dibagi beberapa jenis lagi. Ada lemak tak jenuh tunggal atau monounsaturated fatty acids, tak jenuh ganda (asam lemak tak jenuh ganda), asam lemak omega-3, asam lemak omega-6, dan lemak trans.Makanan yang mengandung lemak tak jenuh yaitu alpukat, kacang-kacangan, ikan, seafood, minyak zaitun, dan minyak canola. Orang yang mengonsumsi makanansehatuntuk jantung akan membatasi asupan lemak jenuh dan memilih untuk mengonsumsi lemak tak jenuh karena lemak tak jenuh telah terbukti dapat menurunkan risiko penyakit jantung. Sedangkan mengonsumsi lemak trans dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan kanker. Lemak trans dan lemak trans juga ditemukan dalam daging, produk susu, pengolahan margarin, roti, kue, biskuit, keripik, dan gorengan.

    B. Manfaat lemak bagi tubuh

    Lemak tidak selalu harus dihindari, dihilangkan atau tidak dikonsumsi. Tubuh membutuhkan lemak agar bisa menghasilkan tenaga atau energi. Selain itu, lemak juga memberikan tubuh kebutuhan kalori yang berguna untuk aktivitas fisik, seperti asam lemak yang membantu tubuh memproduksi hormon, vitamin, dan membangun sel-sel baru. Berikut fungsi lemak dan mekanisme perannya, yang patut kita ketahui

    1. Menyediakan energi

    Sebagai salah satu zat gizi makro, lemak juga menyediakan energi agar Anda dapat menjalankan aktivitas. Bahkan, lemak memberikan kalori sebesar 9 kilokalori per 1 gram. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan karbohidrat dan protein, yang sama-sama memberikan 4 kilokalori per 1 gram. Lemak yang berlebih akan tersimpan di dalam jaringan lemak tubuh. Apabila tubuh membutuhkan energi, asam lemak pun akan dilepaskan.

    2. Menyusun struktur dan komponen sel

    Sebagian besar membran sel tersusun dari fosfolipid, trigliserida, dan kolesterol. Membran ini memisahkan bagian dalam sel, dengan area di luarnya. Selain itu, membran sel juga mengendalikan pergerakan zat ke dalam dan ke luar sel.Panjang dan kejenuhan asam lemak dari fosfolipid dan trigliserida, memengaruhi penyusunan membran serta kemampuan mengalir membran. Membran sel akan lebih fleksibel, apabila asam lemak semakin pendek dan semakin tidak jenuh. Kelenturan tersebut juga berpengaruh dalam berbagai proses internal tubuh, seperti endositosis (pemindahan molekul ke dalam sel). Sebanyak 60% persen otak manusia, juga tersusun oleh lemak. Begitu pula dengan retina mata, yang memiliki konsentrasi asam lemak docosahexaenoic acid (DHA).

    3. Mengangkut vitamin

    Berbagai vitamin yang Anda konsumsi dari buah dan sayuran, tidak akan bisa diserap tubuh, jika bukan karena fungsi lemak. Sebab, lemak berperan dalam pengangkutan vitamin A, D, E, dan K yang larut dalam lemak, serta membantu proses penyerapannya di dalam usus.

    4.      Memulihkan luka dan peradangan

    Tubuh memerlukan asam lemak tak jenuh linoleic acid (LA) dan alpha linolenic acid (ALA), yang berperan dalam pemulihan peradangan, penyembuhan luka, dan pembekuan darah.

    Bentuk asam lemak yang lebih panjang, seperti DHA, dan EPA (eicosapentaenoic acid), sebenarnya juga bisa diubah dari ALA dan LA. Namun, pengubahan asam lemak tersebut bisa dikatakan terbatas. Sehingga, mengonsumsinya dari makanan sehat, sangat disarankan.

    Terlepas dari kelemahan lemak sebagai pengganggu kesehatan akibat kandungan kolesterol, ternyata kolesterol juga diperlukan oleh tubuh untuk membuat asam empedu yang berguna bagi penyerapan lemak makanan, dan hormon steroid yang menentukan sifat kelamin laki-laki dan perempuan. Kadar kolesterol darah yang tinggaI mengakibatkan penyakit jantung koroner. Maka, pemilihan jumlah dan jenis lemak memerlukan pertimbangan yang masak. Di negara maju, asupan lemak dianjurkan kurang lebih 35% dari total asupan kalori, sedangkan di negara berkembang asupan lemak jauh lebih sedikit dari anjuran tersebut.Lemak baik untuk dikonsumsi karena memiliki fungsi menghasilkan energi (9 Kkal/gr), memberikan rasa gurih, membantu pengangkutan vitamin A, D, E, K dan mengandung asam lemak esensial.Dari penjelasan tersebut lemak, yang selama ini mungkin kita takuti dalam makanan, sebenarnya memiliki fungsi yang vital untuk kinerja tubuh. Sehingga, tidak selamanya lemak tidak baik bagi tubuh.

    C. Bahaya Lemak Bagi Tubuh

    Segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Begitu pun dengan konsumsi makanan dengan lemak berlebih. Lemak yang menumpuk dalam tubuh justru dapat meningkatkan berbagai permasalahan pada kesehatan.Hal ini serupa dengan, jika terlalu banyak makanan yang banyak mengandung lemak jenuh, hal ini akan menimbulkan masalah bagi tubuh. Salah satunya dapat menyebabkan peningkatan kolesterol total dan kolesterol LDL (low-density lipoprotein).LDL sering disebut kolesterol jahat, berbentuk lemak mirip lilin. Lemak jenuh ini sering ditemui di atas meja makan lewat hidangan yang mengandung lemak hewani, kulit ayam, produk susu kental manis, dan minyak seperti minyak kelapa dan minyak kelapa sawit. Satu porsi makanan cepat saji mengandung 28 gram lemak (41,2%), dua buah gorengan mengandung 18,8 gram lemak (28,1%), bahkan satu porsi nasi padang mengandung 25–30 gram lemak (37-45%).

    Padahal, anjuran asupan lemak berdasarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) Indonesia adalah 25% dari energi total. Jika konsumsi lemak jenuh tinggi, sedangkan lemak tidak jenuh cenderung rendah, tingkat kolesterol dalam tubuh juga akan tinggi. Hal ini akan mengakibatkan serum kolesterol darah juga tinggi.Kemudian akan terbentuk plak atheroma dalam pembuluh darah yang berdampak pada penyempitan pembuluh darah ke jantung. Jika hal ini terjadi maka dampak terburuknya adalah terjadinya kematian otot jantung yang dapat menyebabkan kematian.

                Setiap orang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang seimbang setiap harinya. Terdapat enam jenis nutrisi yang harus didapatkan dalam asupan makanan, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.Adapun komposisi yang baik untuk asupan protein, baik itu dari protein hewani maupun nabati dianjurkan 10%–20% dari kalori kebutuhan tubuh, karbohidrat sekitar 45%–65%, karbohidrat sederhana sekitar 5%, dan lemak dianjurkan kurang dari 30% dari kalori kebutuhan tubuh. Sementara kebutuhan kolesterol hanya boleh dikonsumsi kurang dari 300 mg/hari. Lemak dibutuhkan oleh tubuh, tapi bila berlebihan justru menimbulkan masalah kesehatan.

                Berdasarkan American Heart Association, anjuran konsumsi lemak adalah 25%–35% per hari dan harus dibatasi asupan lemak jenuh kurang dari 7% dari kalori total. Untuk asupan lemak trans harus kurang dari 1% dari kalori total per hari. Kemudian sisa asupan harus dipenuhi dari asam lemak tidak jenuh. Lemak jenuh kerap disebut sebagai lemak jahat yang berisiko menyumbat peredaran darah. Jika lemak jahat menyumbat peredaran darah ke jantung, hal ini bisa meningkatkan risiko serangan jantung. Jika menyumbat peredaran darah ke otak, akan berisiko stroke. Berikut merupakan bahaya lemak jika dionsumsi berlebihan bagi tubuh :

    1.      Obesitas

                Semua lemak yang masuk ke dalam tubuh bisa dibagi jadi lemak jenuh dan tak jenuh. Namun, tubuh kita tidak akan mampu mengolahnya bila kedua jenis lemak itu masuk ke dalam tubuh secara berlebihan. Hal ini menyebabkan lemak dapat berkumpul di beberapa bagian tubuh seperti pinggang ataupun lengan. Penumpukan lemak ini dapat menyebabkan obesitas yang merupakan sumber dari berbagai penyakit membahayakan seperti penyakit jantung, stroke dan paru-paru.

    2.      Kerusakan dinding arteri

                Konsumsi makanan berlemak secara berlebih juga dapat meningkatkan potensi pertumbuhan kolesterol dalam darah. Tingginya kandungan kolesterol ini dapat memberikan efek buruk pada arteri jantung.  Kerusakan pada arteri jantung memiliki imbas yang cukup berbahaya pada tubuh karena akan mempengaruhi kinerja ginjal dan otak. Selain itu, penumpukan kolesterol dalam darah akan berimbas pada pendarahan dan penumpukkan plak pada arteri. Akibatnya, penumpukkan ini berpotensi menyebabkan permasalahan pada jantung.

    3.      Kolestrol tinggi

                Berbagai jenis lemak yang masuk ke dalam tubuh dalam jumlah yang berlebih juga dapat menyebabkan peningkatan kandungan kolesterol pada tubuh. Kolesterol tinggi dapat menjadi sumber berbagai penyakit seperti kerusakan arteri, penumpukan plak pada pembuluh darah, penyakit jantung, dan stroke.

    4.      Sembelit

                Konsumsi lemak secara berlebihan juga bisa mengganggu organ pencernaan seperti usus. Lemak membutuhkan waktu yang lebih lama untuk di konsumsi sehingga organ lambung tidak pernah kosong dan menyebabkan kinerja lambung semakin berat. 

    Hal ini meningkatkan potensi terjadinya sembelit. Sembelit dapat terjadi akibat tubuh kekurangan serat yang masuk ke dalam tubuh.

    5.      Meningkatkan risiko kanker

                Risiko ini muncul ketika kita terlalu banyak mengonsumsi lemak sehingga melupakan kebutuhan serat pada tubuh. Konsumsi lemak yang berlebihan dapat memicu pertumbuhan sel kanker di beberapa bagian tubuh seperti usus besar, kantung empedu, ginjal, dan beberapa organ reproduksi.

    6.      Kerusakan otak

    Konsumsi lemak yang berlebihan juga dapat memengaruhi kinerja otak. Pasalnya, lemak jenuh yang memasuki tubuh dalam kadar yang tidak wajar dapat merusak bagian hipotalamus pada otak.Hipotalamus merupakan bagian vital yang mengatur keseimbangan energi pada tubuh. Perubahan pengaruh lemak kepada protein dan gen juga sangat erat hubungannya dengan konsumsi lemak berlebihan.

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 KESIMPULAN

                Lemak adalah ester yang dari gliserol dan asam-asam karboksilat pada suku tinggi yang dapat larut dalam pelarut organik nonpolar. Tatanama lemak dimulai dengan kata gliseril yang diikuti oleh nama asam lemak. Berdasarkan klasifikasi kejenuhan ikatannya lemak dibagi menjadi yaitu lemak jenuh dan lemak tak jenuh. Pada umumnya lemak bersifat tidak mudah larut dalam air dan bisa larut dengan baik pada pelarut nonpolar dan alkohol panas. Dalam kehidupan sehari-hari lemak berguna sebagai sumber energi, pembuatan sabun dan pembuatan margarin. Pada metabolisme tubuh lemak berperan sebagai pengganti energi yang kurang akibat sudah habisnya energi utama pada tubuh atau sebagai cadangan makanan dalam proses metabolisme tubuh. Lemak memiliki manfaat yang sangat vital bagi tubuh seperti menyediakan energy, menyusun struktur dan komponen sel, mengangkut vitamin, memulihkan luka dan peradangan. Akan tetapi, lemak jika dikonsumsi berlebihan memiliki dampak negative seperti kolestrol tinggi, sembelit, obesitas, kerusakan dinding arteri, kerusakan otak, meningkatkan risiko kanker dan bahaya lain jika dikonsumsi berlebihan.

    3.2 SARAN

                Saran saya yaitu materi ini dapat dijelaskan sccara langsung oleh pemateri, sehingga kami lebih mudah memahami materi dengan baik, juga bertanya mengenai kata yang sulit untuk dimengerti.

    DAFTAR PUSTAKA

    Campbell, Reece – Mitchell. 2002. Biologi. Jakarta : Erlangga

    Daryl, Robert, Victor. 2009. Biokimia Harper Ed. 27. Jakarta : EGC

    http: // id.wikipedia.org/wiki/ lipid http://www.scribd.com/doc/25851532/

    makalah-Lemak-Dan-Minyak http://www.wikipedia.co.id Kusnawan,E. 2008.

    Panduan Pembelajaran KIMIA untuk SMA/MA kelas XII.Bogor: PT.Siem & Co.Jakarta Kuswati, Tine Maria.Dkk.2007. Sains kimia 3 SMA/MA. Bumi aksara; Jakarta

    Murray, Robert k.Dkk.2009. Biokimia Harper. Buku kedokteran EGC; Jakarta

    Novianto, Ipung S.Pd. 2011. Buku Kerja SMA KIMIA kelas XII. Surakarta: Suara Media Sejahtera Purba, Michael. 2007. Kimia 3 untuk SMA Kelas XII. Jakarta : Erlangga

    Sutedjo. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil pemeriksaan.

    AB Utami, budi, dkk. 2010. KIMIA SMA/MA kelas XII Program Ilmu Alam. Bandung: Buku Sekolah Elektronik http://www.scientificpsychic.com/fitness/diet-kalkulator-id.html 23

  • Makalah Biokimia – Gizi dan Vegetarian

    Gizi dan Vegetarian

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Vegetarian adalah sebutan bagi orang yang hanya makan tumbuh-tumbuhan dan tidak mengkonsumsi makanan yang berasal dari mahluk hidup seperti daging, unggas, ikan atau hasil olahannya. Istilah Vegetarian diciptakan pada tahun 1847, Pertama kali digunakan secara formal pada tanggal 30 September tahun itu oleh Joseph Brotherton dan kawan-kawan, di Northwood Villa, Kent, Inggris. Saat itu adalah pertemuan pengukuhan dari Vegetarian Society Inggris. Kata ini berasal dari bahasa Latin vegetus, yang berarti keseluruhan, sehat, segar, hidup.

    Selama bertahun-tahun vegetarian telah berkembang pesat yang berawal dari suatu kebutuhan menjadi pada suatu pilihan. Pola makan vegetarian cenderung tinggi serat, kalium, magnesium serta rendah lemak, natrium dan kalsium. Faktor asupan makanan diduga mempunyai peranan dalam peningkatan tekanan darah, serta IMT merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah

    Vegetarian menggambarkan seseorang yang tidak mengkonsumsi produk hewani, tetapi terdapat beberapa yang tetap mengkonsumsi telur dan susu serta hasil olahannya dalam makanan sehari-hari. Secara umum, vegetarian dikelompokkan menjadi ovo vegetarian untuk vegetarian yang masih mengkonsumsi telur, lakto vegetarian untuk yang masih mengkonsumsi susu, ovo-lakto vegetarian untuk yang masih mengkonsumsi telur dan susu, dan vegan untuk yang hanya mengkonsumsi makanan nabati saja.

    B. Rumusan Masalah

    1. Apa saja asupan gizi normal pada manusia?
    2. Apa pengertian Vegetarian?
    3. Apa saja jenis-jenis Vegetarian?
    4. Apa saja kebutuhan gizi bagi Vegetarian?
    5. Bagaimana pola makan vegetarian?
    6. Apa akibat kekurangan gizi bagi Vegetarian?
    7. Apa saja kelompok makan piramid?

    C. Tujuan penulisan

    1. Mengetahui asupan gizi normal pada manusia
    2. Mengetahui pengertian Vegetarian
    3. Mengetahui jenis-jenis Vegetarian
    4. Mengetahui kebutuhan gizi bagi Vegetarian
    5. Mengetahui pola makan Vegetarian
    6. Mengetahui akibat kekurangan gizi bagi Vegetarian
    7. Mengetahui kelompok makan piramid

    Bab II. Pembahasan

    A. Asupan Gizi Normal Bagi Manusia

    A.Makronutrien

    Merupakan golongan makanan yang dibutuhkan dalam jumlah banyak

    a)      Karbohidrat

    Contohnya nasi,jagung,tepung,singkong,ubi,kentang,sagu,selulosa dll.

    b)      Protein

    Contohnya ikan,daging,susu,telur,kacang-kacangan

    c)      Lemak

    Contohnya daging,susu,telur,susu,kedelai,kacang tanah,mentega dan kelapa

    B. Mikronutrien

    Merupakan golongan makanan yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit

    a)       Garam mineral

    Contohnya iodum,kalium,natrium,fluor dll

    b)      Vitamin

    Contohnya A,D,E,K,C dll.

    c)      Serat

    Contohnya  buah-buahan,sayuran,beras,gandum.

    d)     Air

    B. Pengertian Vegetarian

    Vegetarian berasal dari kata vegetus, yang artinya lincah, segar dan penuh dengan daya semangat hidup. Vegetarian mempunyai dua pengertian, yakni pengertian sebagai kata benda dan kata sifat. Sebagai kata benda, berarti orang yang berpantang makan daging, tetapi hanya makan sayur-sayuran dan bahan makanan nabati lainnya. Sebagai kata sifat, vegetarian berarti tidak mengandung daging atau kebiasaaan berpantang daging. Dengan demikian, kaum vegetarian sudah tentu akan menjauhkan diri dari makanan yang mengandung daging.

    C. Jenis-jenis Vegetarian

    1. Vegan

    Vegan kadang diartikan sebagai vegetarian murni, atau vegetarian total. Vegan (istilah yang mengambil suku kata pertama dan terakhir dari kata “vegetarian”) tidak memakan produk hewani apapun. Kelompok vegetarian ini meninggalkan sama sekali produk hewani dan turunannya, termasuk gelatin, keju, yoghurt. Selain itu, mereka juga menghindari madu, royal-jelly, dan produk turunan serangga. Sebagian besar orang vegan menghindari madu karena dibuat oleh lebah, yang sering terbunuh pada saat pengambilan madu dari sarangnya. Mereka juga menghindari penggunaan produk hewani seperti kulit hewan ataupun kosmetik yang mengandung produk hewani.

    2.    Vegetarian Lacto

    Vegetarian Lacto adalah tipe vegetarian yang mengonsumsi bahan pangan nabati dan berpantang makan daging ternak, daging unggas, ikan, dan telur beserta produk olahannya namun masih mengonsumsi susu.

    3.    Vegetarian Ovo

    Vegetarian Ovo adalah tipe vegetarian yang berpantang makan daging ternak, daging unggas, ikan dan susu beserta produk olahannya namun masih mengonsumsi telur

    4.    Vegetarian Lacto-Ovo

    Vegetarian Lacto-Ovo adalah tipe vegetarian yang paling umum ditemui. Tipe ini tidak mengonsumsi segala jenis daging, baik daging ternak ataupun daging unggas dan juga ikan. Namun, mereka masih mengonsumsi susu dan telur.

    5.      Pseudo-vegetarian

    Karena kepercayaan yang salah bahwa vegetarian adalah orang yang hanya menghindari “daging merah” maka banyak orang yang menyebut dirinya sebagai vegetarian walaupun memakan daging ayam dan ikan secara rutin. Karena unggas dan ikan adalah termasuk hewan, pola makan demikian paling baik diistilahkan sebagai pseudo-vegetarian. Tipe vegetarian ini kadang juga dinamakan dengan istilahpollo-vegetarian atau pesco-vegetarian.

    6.        Pollo-vegetarian

    adalah tipe vegetarian yang masih mengonsumsi daging unggas, seperti daging ayam, kalkun dan bebek tapi tidak mengonsumsi jenis daging lainnya.

    7.        Flexitarian 

    Adalah tipe vegetarian yang hanya mengonsumsi daging sekali atau dua kali dalam seminggu atau pada saat-saat tertentu saja.

    8.        Fruitarian 

    Adalah tipe vegetarian yang hanya mengonsumsi buah-buahan sebagai makanan sehari-hari.

    2.4 Kebutuhan gizi bagi vegetarian

    1.      Protein

    Kebutuhan rata-rata orang dewasa 50 gr.Sumber protein  tinggi terdapat pada kacang kedelai 36,5 gr; lentil 28,1 gr; kacang hijau 23,9 gr. (Bandingkan dengan daging sapi/kambing tanpa lemak 20,2 gr).

    2.       Karbohidrat

    Kebutuhan rata-rata orang dewasa 300 gr/hari.Sumber karbohidrat tinggi terdapat pada nasi putih 79,3 gr; kismis 71,7 gr; pisang 21.0 gr.

    3.       Serat

    Kebutuhan rata-rata orang dewasa 25 gr/hari.Sumber serat tinggi terdapat pada bekatul 42,8 gr; lentil 30,5 gr; apel 2,7 gr. (Bandingkan dengan daging hewan yang tidak mengandung serat sama sekali).

    4.         Vitamin A, 

    Kebutuhan rata-rata orang dewasa 1000 IU/hari. Sumber terbaik: wortel, bayam, alpukat, alfalfa, buncis, katuk, kentang, tomat, labu kuning, dll.

    5.         Vitamin B1

    Untuk memelihara fungsi saraf, mengoptimalkan aktifitas kognitif dan fungsi otak, membantu proses metabolisme karbohidrat, lemak, protein dan mengatur sirkulasi serta fungsi darah. Kebutuhan rata-rata orang dewasa 1,5 mg/hari. Sumber terbaik: biji bunga matahari 2,29 mg; wheat germ 1,88 mg; kedelai 0,874 mg; beras pecah kulit; buah dan sayuran.

    6.         Vitamin B2

    Untuk mencegah katarak, gangguan pencernaan, kulit dan depresi. Kebutuhan rata-rata orang dewasa 1,7 mg/hari. Sumber terbaik: kacang kedelai 0,870 mg; bekatul 0,577 mg; sayur-sayuran hijau.

    7.         Vitamin B12

    Fungsi: Mengatur pembentukan sel darah merah, mencegah kerusakan dinding saraf, sintesa DNA, mengubah karbohidrat, lemak dan protein menjadi energi.Kebutuhan rata-rata orang dewasa 2-3.5 microgram per hari.Walaupun banyak terdapat pada daging hewan, tetapi terdapat juga sedikit pada tempe, spirulina, rumput laut, dan bakteri di usus dapat memproduksi Vitamin B12 ini.  Demi keamanaan bagi yang Vegan disarankan untuk mengkonsumsi supplemen B12.

    8.          Vitamin C

    Fungsi:  membantu penyembuhan luka, penyerapan zat besi dan kalsium, dan mempertahankan kesehatan kulit dan jaringan. Kebutuhan rata-rata orang dewasa 60 mg per hari.Sumber terbaik:  jambu biji 184 mg, kiwi 98 mg, broccoli 93.2 mg, jeruk 53.2 mg, segala macam buah dan sayuran hijau berdaun (bayam, brokoli dll.).

    9.          Vitamin D

    Fungsi: membantu pembentukan gigi dan tulang dan pembekuan darah.
    Kebutuhan rata-rata orang dewasa 400 IU.Sumber terbaik: sinar matahari.

    10.      Vitamin E

    Fungsi: mempertahankan kesehatan umum, kulit dan rambut, memperlambat proses penuaan, sebagai antioksidan, menaikkan kekebalan tubuh.Kebutuhan rata-rata orang dewasa 10-30 IU per hari.Sumber terbaik: minyak gandum, biji mentah, biji bunga matahari, alpukat, buncis, taoge, kangkung, sayuran dll.

    11.      Vitamin K

    Fungsi: membantu terbentuknya senyawa-senyawa pembeku darah, menjaga tulang dari kerapuhan.Kebutuhan rata-rata orang dewasa 80 mikrogram.Sumber terbaik: alfalfa, taoge, gandum, sayuran hijau dll

    12.      Mineral

    Mineral dibutuhkan tubuh untuk menjaga agar organ tubuh berfungsi secara normal.

    13.      Kalsium

    Fungsi: proses pembentukan tulang dan gigi, berperan dalam tekanan darah dan sistim hormonal. Kebutuhan rata-rata orang dewasa 800 mg per hari.Sumber terbaik:  biji wijen 975 mg, kedelai 277 mg, almond 266 mg, kubis 47.0 mg, bayam 99mg, gandum utuh, tumbuhan polong dll.

    14.      Fosfor

                Fungsi: menjaga kondisi tulang dari kehilangan kalsium, membentuk otot, dan membantu sintesa hormone testosterone.Kebutuhan rata-rata orang dewasa 1000 mg per hari.
    Sumber terbaik: Polongan, sayuran dan buah-buahan.

    15.      Magnesium

    Fungsi: untuk kesehatan jantung dengan membantu mengatur ritme dan aktivitas jantung.  Bagi manula dapat membantu penyerapan kalsium oleh tubuh unyuk menjaga kesehatan tulang dari resiko osteoporosis.Kebutuhan rata-rata orang dewasa 350 mg per hari.
    Sumber terbaik: biji bunga matahari 354mg, bekatul 611 mg, biji wijen 351 mg, almond 296 mg, kacang mente 260 mg, tahu 103 mg, kentang 21.0 mg.

    16.      Besi

    Fungsi:  membantu pembentukan sel darah merah dan sel otot.Kebutuhan rata-rata orang dewasa 10-18 mg per hari.Sumber terbaik:  kedelai 15.7 mg, bekatul 10.6 mg, pollen 9 mg, pistachios 6.8 mg, biji bunga matahari 6.77 mg, garbanzo 6.2 mg, almond 3.7 mg, bayam 2.71 mg, kacang ercis 1.47 mg.

    17.      Selenium

    Fungsi: Melindungi sel-sel (jantung, darah) dari kerusakan karena oksidasi dan diperlukan untuk metabolisme iodin.Kebutuhan rata-rata orang dewasa 55 mcg per hari.
    Sumber terbaik: gandum utuh, beras pecah kulit, Brazil nut, biji-bijian.

    18.      Potasium

    Fungsi: Bekerja sama dengan sodium menjaga keseimbangan cairan di dalam sel dan mengirim impuls saraf; juga memegang peranan penting dalam kerja otot termasuk otot jantung.Kebutuhan rata-rata orang dewasa 2000-3500 mg per hari.Sumber terbaik: kedelai 1,797 mg, almond 732 mg, apokat 599 mg, bayam 558 mg, wortel 323 mg.

    19.      Sodium

                Fungsi: Menjaga keseimbangan cairan di luar sel, memudahkan bekerjanya impuls saraf.Kebutuhan rata-rata orang dewasa 150 mikrogram per hari (+ ¼ sendok teh garam meja).Sumber terbaik: Asparagus, mentimun, seledri, wortel, kelapa, rumput laut.

    2.5  Pola Makan Vegetarian

    Piramida makanan yang cukup dikenal adalah pedoman yang digunakan oleh Departement of Nutrition, Arizona State University. Adapun penjelasan lebih detail adalah sebagai berikut:

    ü  Minyak

    ü  Kacang-kacangan

    ü  Bahan makanan pengganti susu

    ü  Sayur-sayuran segar

    ü  Buah-buahan segar

    ü  Tepung-tepungan

    ü  Mengonsumsi air

    2.5 Dampak dari kekurangan gizi bagi vegetarian

    1. Kekurangan zat besi

    Zat besi memiliki peran besar dalam transportasi dan metabolisme oksigen di dalam tubuh, kekebalan, perkembangan kognitif, pengaturan suhu, metabolisme energi dan performa kerja. Meski tubuh manusia hanya memerlukan zat besi sekitar lima gram saja, namun jika terjadi defisiensi, maka akan berakibat besar bagi tubuh.

    2.      Kekurangan vitamin B12

    Vitamin B12 sangat penting bagi tubuh. Vitamin ini mampu meningkatkan nafsu makan dan mencegah terjadinya anemia. Seseorang yang mengalami kekurangan vitamin B12 akan mengalami gangguan dalam pembentukan sel darah merah.

    3.      Kekurangan protein

    Asupan asam amino dalam menu harian sangatlah penting. Asam amino merupakan unit pembentuk protein, yakni zat yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme dan memperbaiki sel yang rusak.

    4.      Kekurangan lemak

    Lemak berfungsi sebagai sumber energi yang efesien,sumber asam lemak esensial,pelarut vitamin,pembentuk struktur jaringan dll.Kekurangan lemak  dapat menyebabkan kurang gizi,prubahan warna kulit dll.

    5.      Kekurangan vitamin A

    Kekurangan vitamin A bisa menyebabkan kerusakan penglihatan.Jaringan tubuh, mempercepat proses penyembuhan luka/infeksi, sebagai antioksidan yang membantu merangsang & memperkuat daya tahan tubuh, mempertahankan kesehatan kullit & rambut.

    6.      Kekurangan vitamin D

    Vitamin D berguna untuk penyerapan kalsium dan fosfat dari usus, mineralisasi, pertumbuhan dan perbaikan tulang. Oleh karena berfungsi membantu penyerapan kalsium, maka biasanya kekurangan vitamin D ini akan mengakibatkan kekurangan kalsium pula

    7.      Kekurangan kalsium

     kekurangan kalsium akan menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan,tulang kurang kuat,mudah bengkok dan rapuh. kontraksi otot, detak jantung, penyerapan vitamin B12, serta mempengaruhi tekanan darah arterial.

    2.6   Kelompok Makanan Piramida

    Berikut ini adalah rekomendasi terbaru dari porsiporsi kelompok makanan di mana seseorang harus memakannya setiap hari. Kelompok makanan piramida itu menyokong makanan vegetarian karena penekanan itu atas makanan rendah lemak dan non daging.

    1.      Daging Tiruan

    Sekarang ini terdapat pilihan menarik: tidak memakan daging karena mengikuti gaya hidup vegetarian, tapi tetap dapat mengkonsumsi “daging”. Hanya saja, dagingnya memang daging tiruan. Daging tiruan dapat dibuat dari berbagai bahan pangan. Salah satu yang terpopuler dibuat dari bahan gluten, yaitu protein dari golongan wheat atau gandum-ganduman, seperti tepung terigu. Untuk membuat daging tiruan ini, jenis tepung terigu yang baik digunakan adalah tepung berprotein tinggi. Tepung jenis ini dapat menghasilkan gluten yang baik. Selain gluten, daging tiruan juga dapat dibuat dari isolat protein kacang kedelai, kacang hijau, daging buah jambu mete atau jambu monyet, jamur, ampas tahu, dan lain sebagainya.

    2.      World Meatless Day

    World Meatless Day (Hari Tanpa Daging Sedunia) adalah sebuah event yg dirayakan setiap tahunnya pada tanggal 25 November. Dimana pada hari tersebut masyarakat umum menyatakan kesanggupan untuk tidak memakan daging segala jenis hewan apapun juga (sapi, ayam, ikan, babi, kambing, seafood, dsb) selama satu hari penuh sebagai bentuk rasa cinta kasih dan pola hidup sehat. Hal ini ditandai dengan mengisi form kesanggupan / tanda tangan untuk tidak makan daging (plegde to meatless) pada hari tersebut yang telah dibuat oleh organisasi-organisasi vegetarian di seluruh dunia yang ikut mendukung peringatan World Meatless Day.

    World Meatless Day pertama kali dimulai di India pada tahun 1986, dipelopori oleh Misi Sadhu Vaswani yang merupakan organisasi nirlaba yang bergerak di bidang pelayanan sosial.

    BAB 3

    PENUTUP

    3.1  Kesimpulan

    3.1.1        Vegetarian berasal dari kata vegetus, yang artinya lincah, segar dan penuh dengan   daya semangat hidup.

    3.1.2        Jenis-jenis vegetarian tersebut antara lain:

    a.       Vegan,vegan kadang diartikan sebagai vegetarian murni, atau vegetarian total. Vegan      (istilah yang mengambil suku kata pertama dan terakhir dari kata “vegetarian”) tidak memakan produk hewani apapun.

    b.      Vegetarian Lacto adalah tipe vegetarian yang mengonsumsi bahan pangan nabati dan berpantang makan daging ternak, daging unggas, ikan, dan telur beserta produk olahannya namun masih mengonsumsi susu.

    c.       Vegetarian Ovo adalah tipe vegetarian yang berpantang makan daging ternak, daging unggas, ikan dan susu beserta produk olahannya namun masih mengonsumsi telur.

    d.      Vegetarian Lacto-Ovo adalah tipe vegetarian yang paling umum ditemui. Tipe ini tidak mengonsumsi segala jenis daging, baik daging ternak ataupun daging unggas dan juga ikan. Namun, mereka masih mengonsumsi susu dan telur.

    e.       Pseudo-vegetarian, Karena kepercayaan yang salah bahwa vegetarian adalah orang yang hanya menghindari “daging merah” maka banyak orang yang menyebut dirinya sebagai vegetarian walaupun memakan daging ayam dan ikan secara rutin.

    f.       Pollo-vegetarian adalah tipe vegetarian yang masih mengonsumsi daging unggas, seperti daging ayam, kalkun dan bebek tapi tidak mengonsumsi jenis daging lainnya.

    g.      Flexitarian adalah tipe vegetarian yang hanya mengonsumsi daging sekali atau dua kali dalam seminggu atau pada saat-saat tertentu saja.

    h.      Fruitarian adalah tipe vegetarian yang hanya mengonsumsi buah-buahan sebagai makanan sehari-hari.

    3.1.3        Kekurangan kekurangan zat gizi pada vegetarian

    a.       Kekurangan zat besi

    b.      Kekurangan vitamin B12

    c.       Kekurangan protein

    d.      Kekurangan lemak

    e.       Kekurangan vitamin A

    f.       Kekurangan vitamin D

    3.2      Daftar Pustaka

    http://www.anneahira.com/penyakit-kekurangan-protein.html

    http://tiafitria1.wordpress.com/2012/05/13/makalah-vegetarian/

    http://www.tabloidnova.com/Nova/Kesegatan/Anak/Waspadai-kelebihan-dan kekurangan-vitmin-mineral

  • Makalah Bikomia – Emulsi Santan

    Emulsi Santan

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Santan kelapa merupakan cairan putih kental hasil ekstraksi dari kelapa yang dihasilkan dari kelapa yang diparut dan kemudian diperas bersama air. Santan mempunyai rasa lemak dan digunakan sebagai perasa yang menyedapkan masakan menjadi gurih. Dahulu, untuk memperoleh santan dilakukan dengan cara diperas dengan tangan dari kelapa yang diparut dan menambahkan air panas sehingga santan yang dihasilkan lebih baik. Akan tetapi, saat ini sudah terdapat mesin pemeras santan yang dalam penggunaannya kelapa yang diparut tidak perlu dicampurkan dengan air dan pati santan yang dihasilkan murni 100%. Saat ini juga banyak dijual santan instan atau siap saji dengan cara pemakaiannya hanya menambahkan air lalu dimasak. Penggunaan santan di Indonesia sangat luas, diantaranya digunakan dalam pembuatan makanan seperti rendang, opor, dodol, agar-agar, dan lain sebagainya. 

    Santan merupakan bentuk emulsi minyak dalam air dengan protein sebagai stabilisator emulsi. Air sebagai pendispersi dan minyak sebagai fase terdispersi. Di dalam sistem emulsi minyak air, protein membungkus butir-butir minyak dengan suatu lapisan tipis sehingga butir-butir tersebut tidak dapat bergabung menjadi satu fase kontinyu. Butir-butir minyak dapat bergabung menjadi satu fase kontinyu jika sistem emulsi di pecah dengan jalan merusak protein sebagai pembungkus butir-butir minyak. Dalam industri makanan, peran santan sangat penting baik sebagai sumber gizi, penambahan aroma, cita rasa , flavour dan perbaikan tekstur bahan pangan hasil olahan. Hal ini disebabkan karena santan  mengandung senyawa nonylmethylketon, dengan suhu yang tinggi akan menyebabkan bersifat volatil dan menimbulkan bau yang enak. 

    Pemanfaatan santan dalam produksi makanan olahan sering menghadapi permasalahan yaitu terjadi pemecahan santan ketika dipanaskan. Pecahnya santan dapat dilihat dari terbentuknya gumpalan-gumpalan putih di permukaan, rasa gurih dari santan berkurang menyebabkan cita rasa produk olahan berubah dan penampilannya menjadi kurang menarik. Hal ini bisa dicegah dengan melakukan pengadukan selama santan tersebut dipanaskan dan penggunaan api kecil selama pemasakan santan. Namun, warga Sumatera Barat memiliki keunikan yaitu  memasukkan piring porselen ke dalam wajan atau panci untuk menghindari santan pecah meskipun tanpa pengadukan. Oleh karena itu, kelompok kami tertarik untuk membuktikan kebenaran dari kearifan lokal tersebut.

    B. Rumusan Masalah

    1. Apa itu pengertian dari santan  ?
    2. Apa itu pengertian dari emulsi ?
    3. Bagaimana stabilitas emulsi ?

    C. Tujuan

    1. Mengetahui pengertian dari santan.
    2. Mengetahui pengertian dari emulsi.
    3. Mengetahui dan memahami stabilitas emulsi.

    Bab II. Pembahasan

    A. Santan 

    Kelapa (Cocos nucifera) merupakan komoditas yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Buah kelapa dapat dibuat menjadi berbagai macam olahan pangan, salah satunya adalah santan kelapa

    KingdomPlantae
    KelasDicotyledonae
    OrdoArecales
    FamiliAraceae
    GenusCocos
    SpesiesCocos nucifera L

    Santan adalah emulsi minyak dalam air yang berwarna putih susu yang diperoleh dengan cara pemerasan parutan daging kelapa dengan atau tanpa penambahan air. Santan kental merupakan hasil olahan santan kelapa yang telah diberi emulsifier, sehingga emulsinya lebih stabil. Namun, santan kental mudah rusak dan berbau tengik, karena itu perlu diupayakan produk santan kental siap pakai yang mempunyai daya simpan cukup. Untuk memperpanjang masa simpan santan kental diperlukan perlakuan pemanasan (Ramdhoni et all., 2009).

    Pemarutan merupakan tahap pendahuluan dalam memperoleh santan. Pemarutan bertujuan untuk menghancurkan daging buah dan merusak jaringan yang mengandung santan sehingga santan mudah keluar dari jaringan tersebut. Pemerasan dengan menggunakan tangan untuk memberikan tekanan pada hasil parutan dan memaksa santan keluar dari jaringan. Mengekstraksi santan dapat dilakukan pemerasan dengan tangan dan selanjutnya dilakukan penyaringan. Dalam industri makanan, peran santan sangat penting baik sebagai sumber gizi, penambahan aroma, cita rasa , flavour dan perbaikan tekstur bahan pangan hasil olahan.

    B. Emulsi

    Emulsi dapat didefinisikan sebagai suatu sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan emulgator atau surfaktan yang cocok. (Depkes RI, 1979). Emulsi juga merupakan suatu dispersi dimana fase terdispersi terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi keseluruh pembawa yang tidak bercampur. (Ansel, 1989)  Dari kedua sumber diatas maka emulsi dapat pula diartikan sebagai sistem dua fase dalam (terdispersi) yang berupa batas-batas kecil terdistribusi keseluruh fase luar (pembawa) dengan bantuan emulgator yang cocok sebagai komponen penunjang emulsi.

    Pembuatan suatu emulsi terdapat teori yang menyangkut proses terbentuknya emulsi yang stabil. Adapun tiga teori pembentukan emulsi yaitu :

    1.      Teori tegangan permukaan atau Surface Tension Theory

    Dalam teori ini dijelaskan bahwa untuk menurunkan tegangan permukaan antar dua cairan yang tidak tercampur diperlukan suatu zat aktif. Permukaan (surfaktan) atau zat pembasah (emulgator) yang mampu menahan bersatunya tetesan kecil menjadi tetesan besar dengan jalan mengurangi daya tolak menolak cairan-cairan tersebut dan mengurangi gaya tarik menarik antar molekul masing-masing cairan, sehingga stabilitas emulsi tetap baik secara fisik maupun kimia.

    2.      Oriented Wedge Theory

    Menurut teori ini emulsi dapat terbentuk akibat adanya emulgator yang melarut dalam suatu fase dan terikat dalam fase tersebut. Untuk zat pengemulsi yang memiliki karakteristik hidrofilik yang besar daripada sifat hidrofobiknya akan membentuk suatu emulsi minyak dalam air (M/A) dan suatu emulsi air dalam minyak sebagai hasil penggunaan zat pengemulsi yang lebih hidrofobik daripada hidrofilik.

    3.      Teori lapisan antarmuka atau Plastic Film Theory

    Teori ini menjelaskan proses pembentukan emulsi dengan memaparkan zat pengemulsi pada antarmuka masing-masing tetesan dari fase internal, lapisan film plastik tipis yang mengelilingi lapisan tersebut akan mencegah terjadinya kontak atau berkumpulnya kembali tetesan kecil itu menjadi tetesan yang lebih besar, sehingga dengan stabilnya kondisi ini akan mampu mempertahankan stabilitas emulsi.

    Suatu emulsi terdiri dari dua fase yang bersifat kontradiktif, tetapi dengan adanya zat pengemulsi maka salah satu fase tersebut terdispersi dalam fase lainnya. Pada umumnya dikenal dua tipe emulsi yaitu :

    1.      Tipe A/M (Air/Minyak) atau W/O (Water/Oil)

    Emulsi ini mengandung air yang merupakan fase internalnya dan minyak merupakan fase luarnya. Emulsi tipe A/M umumnya mengandung kadar air yang kurang dari 25% dan mengandung sebagian besar fase minyak. Emulsi jenis ini dapat diencerkan atau bercampur dengan minyak, akan tetapi sangat sulit bercampur/dicuci dengan air.

    2.      Tipe M/A (Minyak/Air) atau O/W (Oil/Water)

    Merupakan suatu jenis emulsi yang fase terdispersinya berupa minyak yang terdistribusi dalam bentuk butiran-butiran kecil didalam fase kontinu yang berupa air. Emulsi tipe ini umumnya mengandung kadar air yang lebih dari 31% sehingga emulsi M/A dapat diencerkan atau bercampur dengan air dan sangat mudah dicuci.

    Dari kedua emulsi diatas, emulsi tipe M/A yang paling banyak digunakan dalam formulasi sediaan oral. Hal ini terjadi karena umumnya fase minyak memilik bau dan rasa yang tidak enak, sehingga minyak cenderung digunakan sebagai fase internal. Emulsi tipe A/M umumnya digunakan dalam formulasi untuk pemakaian luar, dimana minyak dapat menjaga kelembutan dan kelembapan kulit.

    Pengujian Tipe emulsi terbagi atas:

    1.      Cara Pengenceran

    Emulsi dapat diencerkan hanya dengan fase luarnya, cara pengenceran ini hanya dapat digunakan untuk sediaan emulsi cair. Jika ditambahkan air emulsi tidak pecah maka tipe emulsi minyak dalam air. Jika pecah maka tipe emulsi air dalam minyak.

    2.      Cara Pewarnaan

    Pewarna padat yang larut dalam air dapat mewarnai emulsi minyak dalam air (M/A). contoh: metilen-blue.

    3.      Cara Flouresensi

    Minyak dapat berflouresensi dibawah cahaya lampu UV, emulsi minyak dalam air flouresensinya berupa bintik-bintik, sedang emulsi air dalam minyak flouresensinya sempurna.

    4.      Hantaran Listrik

    Emulsi minyak dalam air dapat menghantarkan arus listrik karena adanya ion-ion dalam air, sedangkan emulsi air dalam minyak tidak dapat menghantarkan listrik.

    Dalam proses pembuatan emulsi diperlukan suatu tenaga atau energi yang dapat mereduksi  fase intern menjadi butir-butir kecil, energi tersebut merupakan tenaga luar yang diperoleh dari kerja tangan ataupun mesin. Disamping energi juga diperlukan teknik pembuatan emulsi untuk memperoleh emulsi yang stabil yaitu dengan metode pembuatan emulsi:

    1.      Metode gom basah (Anief, 2000)

    Cara ini dilakukan bila zat pengemulsi yang akan dipakai berupa cairan atau harus dilarutkan terlebih dahulu dalam air seperti kuning telur dan metilselulosa.Metode ini dibuat dengan terlebih dahulu dibuat mucilago yang kental dengan sedikit air lalu ditambah minyak sedikit demi sedikit dengan pengadukan yang kuat, kemudian ditambahkan sisa air dan minyak secara bergantian sambil diaduk sampai volume yang diinginkan.

    2.      Metode gom kering

    Teknik ini merupakan suatu metode kontinental pada pemakaian zat pengemulsi berupa gom kering. Cara ini diawali dengan membuat korpus emulsi dengan mencampur 4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1 bagian gom, lalu digerus sampai terbentuk suatu korpus emulsi, kemudian ditambahkan sisa bahan yang lain sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai terbentuknya suatu emulsi yang baik.

    3.      Metode HLB (Hidrofilik Lipofilik Balance)

    Cara ini dilakukan apabila emulsi yang dibuat menggunakan suatu surfaktan yang memiliki nilai HLB. Sebelum dilakukan pencampuran terlebih dahulu dilakukan perhitungan harga HLB dari fase internal kemudian dilakukan pemilihan emulgator yang memiliki nilai HLB yang sesuai dengan HLB fase internal. Setelah diperoleh suatu emulgator yang cocok, maka selanjutnya dilakukan pencampuran untuk memperoleh suatu emulsi yang diharapkan. Umumnya emulsi akan berbantuk tipe M/A bila nilai HLB emulgator diantara 9 – 12 dan emulsi tipe A/M bila nilai HLB emulgator diantara 3 – 6.

    Zat pengemulsi (emulgator) adalah komponen yang ditambahkan untuk mereduksi bergabungnya tetesan dispersi dalam fase kontinu sampai batas yang tidak nyata. Bahan pengemulsi (surfaktan) menstabilkan dengan cara menempati antar permukaan antar tetesan dalam fase eksternal, dan dengan membuat batas fisik disekeliling partikel yang akan berkoalesensi, juga mengurangi tegangan antarmuka antar fase, sehingga meningkatkan proses emulsifikasi selama pencampuran. Penggunaan emulgator biasanya diperlukan 5% – 20% dari berat fase minyak. (Anief, 2004). Dalam pemilihan emulgator harus memenuhi beberapa syarat yaitu :

    • Emulgator harus dapat campur dengan komponen-komponen lain dalan sediaan.
    • Emulgator tidak boleh mempengaruhi stabilitas dan efek terapeutik dari obat.
    • Emulgator harus stabil, tidak boleh terurai dan tidak toksik.

    2.3  Stabilitas Emulsi

    Stabilitas suatu emulsi adalah suatu sifat emulsi untuk mempertahankan distribusi halus dan teratur dari fase terdispersi yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang. (Voigt. R, 1995).

    Faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas emulsi yaitu :

    1.      Pengaruh viskositas

    Ukuran partikel yang didistribusi partikel menunjukkan peranannya dalam menentukan viskositas emulsi. Umumnya emulsi dengan partikel yang makin halus menunjukkan viskositas yang makin besar dibandingkan dengan emulsi dengan partikel yang lebih kasar. Jadi, emulsi dengan distribusi partikel yang besar memperlihatkan viskositas yang kurang. Untuk mendapatkan suatu emulsi yang stabil atau untuk menaikkan stabilitas suatu emulsi dapat dengan cara menambahkan zat-zat yang dapat menaikkan viskositasnya dari fase luar. Bila viskositas fase luar dipertinggi maka akan menghalangi pemisahan emulsi.

    2.      Pemakaian alat khusus dalam mencampur emulsi

    Dalam pencampuran emulsi dapat dilakukan dengan mortir secara manual dan dengan menggunakan alat pengaduk yang menggunakan tenaga listrik seperti mixer. Untuk membuat emulsi yang lebih stabil, umumnya proses pengadukannya dilakukan dengan menggunakan alat listrik. Disamping itu penggunaan alat dapat mempercepat distribusi fase internal kedalam fase kontinu dan peluang terbentuknya emulsi yang stabil lebih besar.

    3.      Perbandingan optimum fase internal dengan fase kontinu

    Suatu produk emulsi mempunyai nilai perbandingan fase dalam dan fase luar yang berbeda-beda. Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan jenis bahan yang digunakan ataupun karena adanya perbedaan perlakuan yang diberikan pada setiap bahan emulsi yang digunakan.

    Umumnya emulsi yang stabil memiliki nilai range fase dalam antara 40% sampai 60% dari jumlah seluruh bahan emulsi yang digunakan.

    a.       Terdapat beberapa teori tentang tidak stabilnya emulsi yaitu :

    1.      Creaming atau Flokulasi

    Adalah peristiwa terbentuknya dua lapisan emulsi yang memiliki viskositas yang berbeda, dimana agregat dari bulatannya fase dalam mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk naik ke permukaan emulsi atau jatuh ke dasar emulsi tersebut dengan keadaan yang bersifat reversibel atau dapat didistribusikan kembali melalui pengocokan. (Ansel, 1989)

    2.      Inversi

    Ialah suatu peristiwa pecahnya emulsi dengan tiba-tiba dari satu tipe ke tipe yang lain.

    3.      Cracking atau Koalesensi

    Adalah peristiwa pecahnya emulsi karena adanya penggabungan partikel-partikel kecil fase terdispersi membentuk lapisan atau endapan yang bersifat irreversibel dimana emulsi tidak dapat terbentuk kembali seperti semula melalui pengocokan(Anief, 2000).

    b.      Pecahnya emulsi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

    ·         Jika emulsi yang terjadi belum sempurna lalu diencerkan maka emulsi akan pecah kembali.

    ·         Pengocokan yang keras dapat menggabungkan partikel terdispersi sehingga emulsi menjadi pecah.

    ·         Teknik pembuatan, misalnya terlalu lama merendam gom dalam minyak.

    ·         Senyawa organik yang larut dalam air misalnya eter, ethanol, etil asetat, akan memberikan pengaruh yang tidak baik terhadap emulsi. Oleh karena itu harus ditambahkan sedikit demi sedikit diikuti dengan pengadukan.

    ·         Perubahan pH yang besar.

    ·         Perubahan temperatur.

    ·         Emulgator yang berlawanan misalnya gelatin dan gom.

    ·         Penambahan garam atau elektrolit dalam kondisi yang besar.

    Bab III. Penutup

    A. Kesimpulan

    Simpulan yang diperoleh dari pembuktian kebenaran kearifan lokal yang dikaji pada makalah ini adalah bahwa piring porselen yang dimasukkan ke wajan yang berisi santan pada saat pemasakan santan akan menghindari pecahnya santan yang telah dimasak, dengan begitu hipotesis yang digunakan diterima. Hal ini telah dibuktikan dari percobaan secara langsung terhadap pengaruh porselen pada saat pemasakan santan. Selain membuat santan tidak pecah, penambahan porselen ternyata memberikan efek santan yang dimasak cepat matang, ini diduga karena piring porselen dapat mengantarkan panas secara konduksi yang menyebabkan santan menjadi matang secara merata. Terdapat dua hal yang bermanfaat dari pembuktian ini yaitu orang yang memasak santan tidak perlu terlalu sering untuk mengaduk santan yang sedang dimasak sehingga orang tersebut dapat mengerjakan hal lain, selanjutnya dengan penambahan porselen ke dalam santan dapat mempersingkat waktu pemanasan sehingga hanya diperlukan waktu yang lebih singkat dari waktu biasanya

    B. Saran

    ·         Pengolahan santan kelapa semestinya di perhatikan menggunakan peralatan yang lebih efisien, cepat, dan lebih sehat.

    ·         Pengolahan santan kelapa sangat bermanfaat bagi kehidupan sahari-hari khususnya dalam bidang pangan.