Makalah Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak

5 min read

mempengaruhi pembentukan akhlak

Makalah dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak membaha tentang Insting, Pola dasar bawaan, Lingkungan, Kebiasaan, Kehendak, Pendidikan dan Menurut Para Aliran.

    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Berbicara masalah pembentukan akhlak sama berbicara masalah tujuan pendidikan, karena banyak sekali dijumpai pendapat para ahli yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah tujuan akhlak. Menurut muhammah athiyah al-abrasyi yang dikutip oleh abudin nata mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa dan tujuan pendidikan islam. Demikian pula ahmad D. Marimba bahwa tujuan utama pendidikan islam adalah identik dengan tujuan hidup setiap muslim, yaitu menjadi hamba Allah, yaitu hamba yang percaya dan menyerahkan diri kepadanya dengan memeluk agama islam.

    Namun sebelum itu masih ada masalah yang perlu kita dudukkan dengan seksama, yaitu apakah akhlak dapat dibentuk atau tidak? Jika dapat dibentuk apa alasannya dan bagaimana caranya? Dan jika tidak, apa pula alasannya dan bagaimana pula alasannya.

    B. Rumusan Masalah

    Dalam penulisan makalah ini, penulis akan merumuskan masalah sebagai berikut:

    1. Insting
    2. Pola dasar bawaan
    3. Lingkungan
    4. Kebiasaan
    5. Kehendak
    6. Pendidikan
    7. Menurut Para Aliran

    Bab II. Pembehasan

    Menurut H. A. Mustafa bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak ada 6, yaitu insting, pola dasar bawaan, lingkungan, kebiasaan, kehendak dan pendidikan.

    A. Insting

    Definisi insting oleh para ahli jiwa masih ada perselisihan pendapat. Namun perlu diungkapkan juga, bahwa menurut james, yang dikutip oleh mustafa bahwa insting ialah suatu alat yang dapat menimbulkan perbuatan yang menyampaikan pada tujuan dengan berfikir lebih dahulu kearah tujuan itu dan tiada dengan didahului latihan perbuatan itu.

    Pengertian insting lebih lanjut ialah sifat jiwa yang pertama yang membentuk akkhlak, akan tetapi suatu sifat yang masih primitif, yang tidak dapat lengah dan dibiarkan begitu saja, bahkan wajib di didik dan di asuh. Cara mendidik dan mengasuh insting kadang-kadang dengan ditolak dan kadang-kadang pula diterima.

    Dengan demikian insting itu berbeda-beda bagi manusia sebagai  kita katakan diata. Kadang-kadang seorang manusia diberi kekuatan dalam suatu insting, dan diberi kelemahan dalam  insting lainnya. Demikian juga seorang telah kuat instingnya sedang lain orang kelihatan lemah, dan begitu sebaliknya.

    Banyak dari pemuda-pemuda mempunyai persediaan insting untuk menghasilkan keahlian dalam cabang kehidupan yang beraneka warna. Keahlian ini akan dapat kelihatan apabila seorang dapat memelihara keinginannya yang baik dan mengetahui cara bagaimana memberi semangat dan memberi petunjuk yang seharusnya dikerjakan dang apa yang seharusnya ditinggalkan. Sehingga matanglah insting-instingnya.

    Macam-macam insting

    1. Insting menjaga diri sendiri
    2. Insting menjaga lawan jenis
    3. Insting merasa takut

    B. Pola Dasar Bawaan

    Pada awal perkembangan kejiwaan primitif, bahwa ada pendapat yang mengatakan kelahiran manusia itu sama. Dan yang membedakan adalah faktor pendidikan. Tetapi pendapat baru mengatakan tidak ada dua orang yang keluar di alam keujudan sama dalam tubuh, akal dari akhlaknya.

    Ada teori yang mengemukakan masalah turunan, yaitu:

    1. Turunan (pembawaan) sifat-sifat manusia.

    Dimana-mana tempat orang membawa turunan dengan berbeda-beda sifat yang bersamaan. Seperti bentuk, pancaindera, perasaan, akal dan kehendak. Dengan sifat sifat manusia yang diturunkan ini, manusia dapat mengalahkan alam didalam beberapa perkara, sedang seluruh binatang tidak dapat menghadapinya.

    2. Sifat-sifat bangsa.

    Selain adat kebiasaan tiap-tiap bangsa, ada juga sifat yang diturunkan sekelompok orang dahulu kepada kelompok orang sekarang. Sifat-sifat ini ialah menjadikan beberapa orang dari tiap-tiap bangsa berlainan dari beberapa orang dari bangsa lain, bukan saja dalam bentuk mukanya bahkan juga dalam sifat-sifat yang mengenai akal.

    C. Lingkungan

    Lingkungan ialah suatu yang melingkungi tubuh yang hidup. Lingkungan tumbuh-tumbuhan oleh adanya tanah dan udaranya, lingkungan manusian ialah apa yang melingkungi dari negeri, lautan, sungai, udara dan bangsa.

    Lingkungan ada dua macam, yaitu:

    1. Lingkungan alam

    Lingkungan alam telah menjadikan perhatian para ahli-ahli sejak zaman plato hingga sekarang ini. Dengan memberikan penjelasan-penjelasan dan sampai akhirnya membawa pengaruh. Ibnu Chaldun telah menulis dalam kitab pendahuluannya. Maka tubuh yang hidup tumbuhnya bahkan hidupnya tergantung pada keadaan lingkungan yang ia hidup didalamnya. Kalau lingkungan tidak cocok kepada tubuh, maka tubu tersebut akan lemah dan mati. Udara, cahaya, logam di dalam tanah, letaknya negeri dan apa yang ada padanya dari lautan, sungai dan pelabuhan adalah mempengaruhi kesehatan penduduk dan keadaan mereka yang mengenai akal dan akhlak.

    2. Lingkungan pergaulan

    sekolah, pekerjaan, pemerintah, syiar agama, ideal, keyakinan, pikiran-pikiran, adat-istiadat, pendapat umum, bahasa, kesusastraan, kesenian, pengetahuan dan akhlak. Pendeknya segala apa yang diperbuahkan oleh kemajuan manusia.

    Manusia dalam masa kemundurannya lebih banyak terpengaruh dalam lingkungan alam. Apabila ia telah dapat mendapat sedikit kemajuan, lingkungan pergaulanlah yang banyak menguasainya, sehingga ia dapat mengubah lingkungan atau menguasainya atau menyesuaikan diri kepadanya.

    D. Kebiasaan

    Ada pemahaman singkat, bahwa kebiasaan adalah perbuatan yang diulang-ulang terus sehingga mudah dikerjakan bagi seseorang. Seperti kebiasaan berjalan, berpakaian, berbicara, berpidato, mengajar dan lain sebagainya.

    Orang berbuat baik atau buruk karena ada dua faktor dari kebiasaan yaitu:

    1. Kesukaan hati terhadap suatu pekerjaan
    2. Menerima kesukaan itu, yang akhirnya menampikkan perbuatan, dan diulang terus menerus.

    Orang yang hanya melakukan tindakan dengan cara berulang-ulang tidak ada manfaatnya dalam pembentukan kebiasaan. Tetapi hal ini harus dibarengi dengan perasaan suka didalam hati. Dan sebalikanya tidak hanya senang atau suka hati saja tanpa diulang-ulang tidak akan menjadi kebiasaan. Maka kebiasaan dapat tercapai karena keinginan hati dan dilakukan berulang-ulang.

    E. Kehendak

    1. Pengertian

    Suatu perbuatan yang ada berdasar atas kehendak dan bukan hasil kehendak. Contoh berdasarkan kehendak adalah menulis, membaca, mengarang atau berpidato dan lain sebagainya. Adapun contoh yang berdasarkan bukan kehendak adala detik hati, bernafas dan gerak mata.

    Ahli-ahli mengatakan bahwa keinginan yang menang adalah keinginan yang alamnya lebih kuat meskipun dia bukan keinginan yang lebih kuat.

    Keinginan yang kuat desebut “roghbah”, lalu datang 4 azam atau niat berbuat. Azam ini ialah yang disebut dengan kehendak kemudian diikuti dengan perbuatan.

    2. Kehendak adalah kekuatan

    Kehendak adalah suatu kekuatan dari beberapa kekuatan. Seperti uap atau listrik, kehendak ialah kehendak manusia dan dari padanya timbul segala perbuatan yang hasil dari kehendak, dan segala sifat manusia dan kekuatannya seolah olah tidur nyenyak sehingga dibangunkan oleh kehendak. Maka kemahiran penggunaan, kekuatan akal ahli pikir, kepandaian bekerja, kekuatan urat, tahu akan wajib dan mengetahui apa yang seharusnya dan tidak seharusnya, kesemuanya ini tidak mempengaruhi dalam hidup, bila tidak didorongkan oleh kekuatan kehendak, dan semua tidak ada harganya bila tidak dirubah oleh kehendak menjadi perbuatan.

    Ada dua macam perbuatan atas kehendak yaitu: kadang menjadi pendorong dan kadang menjadi penolak. Yakni kadang mendorong kekuatan manusia supaya berbuat, seperti mendorong membaca, mengarang atau berpidato; terkadang mencegah perbuatan tersebut, seperti melarang berkata atau berbuat.

    3. Obat kehendak

    Bagaimana juga kehendak juga dapat sakit. Ada beberapa cara mengobatinya yaitu:

    1. Bila kehendak itu lemah, dapat diperkuat dengan latihan. Sepeti tubuh dapat diperkuat dengan gerak badan dan akal dengan penyelidikan yang dalam.
    2. Wajib bagi kita jangan membiarkan kehendak kita lenyap dengan tiada ditanfidzkan menurut agama kita, karena yang demikian itu akan melemahkan kehendak.
    3. Apabila kehendak itu kuat tetapi penyakitnya di dalam menjuruskan ke arah dosa dan keburukan. Maka obatnya dengan memperkenalkan jiwa, pada jalan-jalan yang baik dan buruk dan ditambah keterangan dengan buah dan akibat kedua jalan itu, dan menganjurkan supaya tunduk kepada maksud kebaikan dan mengelilingi jiwa dengan apa yang menarik kebaikan sehingga ia menuju ke arah kebaikan.

    4. Kebebasan berkehendak

    Ahli filsafat yunani setengahnya berpendapat  bahwa kehendak itu mereka dalam memilih, dan setengahnya berpendapat bahwa kehendak itu terpaksa menjalani suatu jalan yang tidak dapat dilampauinya.

    Ilmuan arab berkata bahwa: manusia itu terpaksa dan tidak mempunyai kehendak yang merdeka, bahkan kepastian itu yang menjalankan menurut apa yang digambarkannya. Dan manusia itu seperti kapas dalam tipuan angin atau seperti kulit biji diatas gelombang, tiada kehendak dan memilih, hanya Allah-lah yang berbuat menurut kehendaknya.

    Kedua faktor ini mengendalikan kehendak yang menggambarkan baginya jalan untuk berbuat sehingga dapat menebak apa yang akan dilakukan oleh manusia yang membentuk akhlak.

    F. Pendidikan

    Dunia pendidikan, sangat besar sekali pengaruhnya terhadap perubahan prilaku akhlak seseorang. Berbagai ilmu diperkenalkan, agar siswa memahaminya dan dapat melakukan perubahan pada dirinya.

    Dengan demikian, setrategis sekali, dikalangan pendidikan dijadikan pusat perubahan perilaku yang kurang baik untuk diarahkan menuju ke prilaku yang baik. Maka dibutuhkan beberapa unsur dalam pendidikan, untuk bisa dijadikan agen, perubahan sikap dan perilaku manusia, yaitu:

    1. Tenaga pendidik
    2. Materi pengajaran
    3. Metodologis pengajaran
    4. Lingkungan sekolah

    G. Menurut Para Aliran

    Berdasarkan buku karangan H. Abudin Nata faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada khususnya, ada 3 aliran yang sudah amat populer. Pertama, nativisme. Kedua, empirisme. Ketiga, korvengensi.

    1. Aliran nativisme

    Menurut aliran nativisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal dan lain-lain. Jika seseorang sudah memiliki kecenderungan kepada yang baik, maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi baik.

    Aliran ini tampak begitu yakin terhadap potensi batin yang ada dalam diri manusia, dan hal ini kelihatannya erat kaiyannya dengan pendapat aliran intuisisme dalam hal baik dan buruk sebagaiman telah diuraikan diatas.

    2. Aliran empirisme

    Selanjutnya menurut aliran empirisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika pendidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah anak itu. Demikian jika sebalikanya. Aliran ini tampak lebih begitu percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan pengajaran.

    3. Aliran konvergensi

    Dalam pada itu aliran konvergensi berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari luar yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial. Fitrah dan kecenderungan kearah yang baik yang ada didalam diri manusia dibina secara intensif melalui berbagai metode.

    Bab III. Penutup

    Dari uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak di anak ada dua, yaitu faktor dari dalam yaitu potensi fisik, intelektual dan hati yang dibawa si anak dari sejak lahir, dan faktor dari luar yang dalam hal ini adalah kedua orang tua dirumah, guru disekolah, dan tokoh-tokoh serta pemimpin dimasyarakat. Melalui kerja sama yang baik anatar tiga lembaga pendidikan tersebut, maka aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik ajaran yang diajarkan akan terbentuk pada diri anak. Dan inilah yang selanjutnya dikenal dengan istilah manusia seutuhnya.

    DAFTAR PUSTAKA

    Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, Rajawali Pers, Jakarta, Cet.9, 2010.

    Mustafa, Akhlak Tasawuf, Pustaka Setia, Bandung, Cet.3, 2005.