Makalah Upacara Adat Ngarot Masyarakat Lelea

Upacara Adat Ngarot Masyarakat Lelea

Bab I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Upacara adat ngarot merupakan salah satu kebudayaan tradisional Indonesia yang terdapat di Indramayu, tepatnya di kecamatan Lelea. Upacara adat ngarot diselenggarakan setiap kali memasuki musim penghujan sebagai tanda musim tanam padi. Upacara yang dilakukan ini sebagai ungkapan rasa syukur warga terhadap melimpahnya hasil pertanian. Upacara ini di peruntukan untuk para pemuda yang tinggal di daerah tersebut. Namun saat ini, generasi muda kurang berkontribusi terhadap upacara adat ngarot, sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam upacara. Sedangkan generasi muda merupakan investasi bagi Negara yang akan melanjutkan peran leluhur untuk melestarikan kebudayaan Indonesia.

Dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan para generasi muda akan lebih berupaya untuk melestarikan budaya bangsanya. Dikarenakan setiap budaya adat pastilah memiliki peranan peranan yang akan membentuk kepribadian yang tangguh. Dengan itu, maka makalah ini dibuat guna membantu menyalurkan informasi mengenai Upacara Adat Ngarot sebagai budaya yang patut dilestarikan.

B. Rumusan Masalah

1.      Bagaimana maksud dari Upacara Adat Ngarot?

2.      Bagaimana asal usul Upacara Adat Ngarot?

3.      Bagaimana prosesi Upacara Adat Ngarot?

4.      Bagaimana perkembangan Upacara Adat Ngarot?

C.    Tujuan

1.      Untuk mengetahui maksud dari Upacara Adat Ngarot.

2.      Untuk Mengetahui asal usul Upacara Adat Ngarot.

3.     Untuk mengetahui prosesi Upacara Adat Ngarot.

4.     Untuk mengetahui perkembangan Upacara Adat Ngarot.

D. Manfaat

1.      Mendapatkan informasi mengenai maksud dari Upacara Adat Ngarot.

2.      Mendapatkan informasi mengenai  asal usul Upacara Adat Ngarot.

3.     Mendapatkan informasi mengenai prosesi Upacara Adat Ngarot.

4.     Mendapatkan informasi mengenai perkembangan Upacara Adat Ngarot.

BAB II

KAJIAN TEORI

A.    Adat Ngarot

            Kata Ngarot dari bahasa Sansekerta berarti Ngaruwat artinya membersihkan diri dari segala noda dan dosa akibat kesalahan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang pada masa lalu. Sedangkan menurut bahasa Sunda kuno Ngarot mempunyai arti minum, oleh pribumi disebut Kasinoman, karena pelakunya para kawula muda ( si enom artinya anak muda ). Jadi Ngarot adalah pesta “minum-minum atau kasinoman” sementara pendapat umum pesta ngarot adalah mencari jodoh, namun penulis membantah bahwa hal tersebut (pendapat umum) itu tidak benar.

Ngarot bermaksud mengumpulkan para muda mudi yang akan diserahi tugas pekerjaan program pembangunan di bidang pertanian sambil menikmati minuman dan hiburan kesenian di balai desa.

Upacara adat ngarot merupakan salah satu kebudayaan tradisional Indonesia yang terdapat di Indramayu, tepatnya di kecamatan Lelea. Upacara adat ngarot diselenggarakan setiap kali memasuki musim penghujan sebagai tanda musim tanam padi. Upacara yang dilakukan ini sebagai ungkapan rasa syukur warga terhadap melimpahnya hasil pertanian. Upacara ini di peruntukan untuk para pemuda yang tinggal di daerah tersebut. Namun saat ini, generasi muda kurang berkontribusi terhadap upacara adat ngarot, sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam upacara. Sedangkan generasi muda merupakan investasi bagi Negara yang akan melanjutkan peran leluhur untuk melestarikan kebudayaan Indonesia.

Dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan para generasi muda akan lebih berupaya untuk melestarikan budaya bangsanya. Dikarenakan setiap budaya adat pastilah memiliki peranan peranan yang akan membentuk kepribadian yang tangguh. Dengan itu, maka makalah ini dibuat guna membantu menyalurkan informasi mengenai Upacara Adat Ngarot sebagai budaya yang patut dilestarikan.

BAB IV

PEMBAHASAN

A.    Upacara Adat Ngarot

            Kata Ngarot dari bahasa Sansekerta berarti Ngaruwat artinya membersihkan diri dari segala noda dan dosa akibat kesalahan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang pada masa lalu. Sedangkan menurut bahasa Sunda kuno Ngarot mempunyai arti minum, oleh pribumi disebut Kasinoman, karena pelakunya para kawula muda ( si enom artinya anak muda ). Jadi Ngarot adalah pesta “minum-minum atau kasinoman” sementara pendapat umum pesta ngarot adalah mencari jodoh, namun penulis membantah bahwa hal tersebut (pendapat umum) itu tidak benar.

            Ngarot bermaksud mengumpulkan para muda mudi yang akan diserahi tugas pekerjaan program pembangunan di bidang pertanian sambil menikmati minuman dan hiburan kesenian di balai desa. Acara pertemuan tersebut penuh keakraban dan saling bermaafan bila ada kesalahan diantara mereka. Pada dasarnya yang paling utama dari pertemuan tersebut agar para muda mudi menyadari bahwa tidak lama lagi mereka akan turun ke sawah, bekerja dan mengolah sawah bersama-sama, gotong royong saling bahu membahu secara sukarela, maka acara tersebut dinamakan “durugan”.

            Ngarot bertujuan untuk membina pergaulan yang sehat, agar para muda mudi saling mengenal, saling menyesuaikan sikap, kehendak dan tingkah laku yang luhur sesuai dengan nilai-nilai budaya nenek moyang. Ngarot adalah suatu metode atau cara untuk menggalang dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan dikalangan para muda mudi khususnya dan masyarakat pada umumnya.

            Upacara adat Ngarot melibatkan berbagai peserta dan perangkat kegiatan, seperti muda mudi, kepala desa dan isteri paea pamong desa, para wakil lembaga desa, seniman, di iringi beberapa bentuk kesenian tradisional seperti seni topeng, ronggeng ketuk, musik tanjibor dan reog serta sampyong.

            Waktu pelaksanaan upacara adat Ngarot secara turun temurun dan jatuh pada hari Rabu wekasan yaitu antara bulan Oktober dan Nopember, dilaksanakan satu kali pada setiap tahunnya selama sehari semalam penuh.Sebelum menentukan hari pelaksanaan upacara Ngarot, sedikitnya dua kali Kepala Desa mengadakan rembuk desa sebagai persiapan pelaksanaan upacara tersebut. Rernbuk desa pertama mengumpulkan para pamong, lembaga desa, seperti LMD, LKMD, PPK dan tokoh masyarakat dan tokoh pemuda untuk menetapkan waktu, hari, dan tanggal pelaksanaan upacara. Setelah ada keputusan, baru diumumkan oleh Kuwu pada waktu upacara sedekah bumi. Rembuk desa kedua mengumpulkan muda mudi calon peserta upacara adat Ngarot untuk menetapkan corak dan warna pakaian para muda mudi dan ketentuan-ketentuan lainnya.

B.     Asal Usul Adat Ngarot

Pada mulanya, upacara Ngarot dirintis oleh kuwu (kepala desa) pertama Lelea yang bernama Canggara Wirena, tahun 1686. Awalnya, upacara tersebut bukan diperuntukkan sebagai “pesta mencari jodoh” seperti yang terjadi sekarang. Ngarot yang menurut bahasa Sunda berarti minum, merupakan arena pesta minum-minum dan makan-makan di kantor desa sebelum para petani mengawali menggarap sawah. Tradisi itu dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil bercocok tanam.

Kuwu Canggara Wirena sengaja mengadakan pesta Ngarot sebagai ungkapan rasa syukur kepa¬da tetua kampung bernama Ki Buyut Kapol, yang telah rela memberikan sebidang sawah seluas 26.100 m2. Sawah tersebut digunakan para petani untuk berlatih cara mengolah padi yang baik. Demikian pula bagi kaum wanitanya, sawah digunakan sebagai tempat belajar bekerja seperti tandur, ngarambet (menyiangi), pa¬nen padi, atau memberi konsumsi kepada para jejaka yang sedang berlatih mengolah sawah itu.

Dulu, upacara Ngarot bukanlah sarana mencari jodoh, melainkan arena pembelajaran bagi para pemuda agar pintar dalam ilmu pertanian. Akan tetapi perkembangannya, upacara Ngarot berkembang menjadi ajang mencari jodoh atau pasangan hidup.

1.      Dihindari Janda-Duda

Sejak dulu, upacara yang hanya boleh diikuti para perjaka dan perawan. Upacara dimulai jam 8.30 dengan berkumpulnya para muda-mudi berpakaian warna warni di hala¬man rumah Kuwu. Mereka dengan wajah penuh keceriaan berduyun-duyun menuju ha¬laman rumah Pak Kuwu. Pakaian mereka indah-indah, dilengkapi aksesoris gemerlap, seperti kalung, gelang, giwang, bros, peniti emas, dan hiasan rambut. Untuk memikat hati para jejaki, para gadis selalu mengenakan ka¬camata dan kepalanya penuh di¬taburi bunga warna-warni seperti kenanga, melati, mawar dan kantil.

2.      Pawai

Upacara Ngarot ditandai dengan pawai arak-arakan sejumlah gadis dan perjaka desa. Para gadis berbusana kebaya yang didominasi warna merah, berkain batik, berselendang, dan rambut kepala dihias rangkaian bunga. Mereka lantas berjalan mengelilingi kampung. Sementara para jejaka tingting mengenakan baju pangsi warna kuning dan celana gombrang war¬na hitam, lengkap dengan ikat kepala, mengikuti di barisan belakang.

Seusai pesta pawai, semua peserta Ngarot masuk aula balai desa. Sambil duduk berhadap-hada¬an dan ditonton orang banyak, mereka dihibur dengan seni tradi¬sional tari Ronggeng Ketuk yang dimainkan penari wanita degan pasangan pria. Menurut warga, seni Ronggeng Ketuk dimaksudkan untuk ngabibita (menggoda) agar para jejaka dan gadis saling bepan¬dang-pandangan, untuk selanjutnya saling jatuh cinta.

Ketika para jejaka dan perawan bergembira ria, tidak halnya dengan kaum janda, duda dan remaja yang kehilangan keperawanan dan keperjakaannya. Pesta Ngarot merupakan upacara yang paling dihindari. Sebab bila mereka coba-coba menjadi peserta, bukan hanya aib yang bakal diterima, tapi juga malapetaka. Konon, jika seorang gadis tak perawan nekat mengikuti pawai arak-arakan Ngarot, maka bunga melati yang terselip di rambutnya, dengan sendirinya akan layu. Bila hal itu terjadi, maka si gadis akan mendapat aib karena sudah kehilangan kehormatan diri.

Tuah negatif untuk kaum janda berlaku pada saat berlangsung acara pokok Ngarot. Yakni ketika acara saling tatap mata dengan para jejaka. Wajah janda atau gadis tapi sudah tak perawan, meskipun sebelumnya berwajah cantik, tiba-tiba menjadi buruk rupa. Otomatis ia tidak akan mendapatkan pasangan. Bahkan yang lebih menakutkan, jika janda dan gadis tak perawan tadi nekat mengikuti upacara Ngarot, ia tak akan mendapat jodoh seumur hidup. Bagi kaum duda dan pemuda tak perjaka pun berlaku hal serupa.

Menurut warga di sana, sejak tahun 1990-an hingga sekarang, hampir 80 persen peserta Ngarot berhasil mendapatkan pasangan hidup menjalin rumah tangga dengan rukun. Namun belakangan, peserta Ngarot mulai menyusut. Anak remaja di Desa Lelea, kini sudah mulai enggan mengikuti pawai Ngarot. Entah apa penyebabnya. Akan tetapi, jika ingin mendapatkan jodoh yang masih “asli”, orang-orang tua di Indramayu menyarankan agar memilih peserta Ngarot.

C.    Prosesi Upacara Adat Ngarot

Peserta yang mengikuti upacara adat ngarot mengenakan pakaian yang khas. Remaja putri mengenakan busana kebaya berselendang yang dilengkapi aksesoris seperti kalung,gelang,cincin,bros,peniti emas,dan hiasan rambut. Uniknya hiasan rambut upacara ini menggunakan rangkaian bunga-bunga seperti bunga kenanga, melati,dan kertas. Sedangkan remaja putra mengenakan busana baju komboran dan celana gombrang berwarna hitam yang di lengkapi dengan ikat kepala.

Simbol-simbol pada upacara Ngarot mengandung pesan yaitu pada bunga kenanga pesannya agar para remaja putri tetap menjaga keperawanannya, bunga melati mengandung pesan agar para remaja putri menjaga kebersihan diri dan kesuciannya, bunga kertas mengandung pesan bahwa remaja putri harus tetap menjaga kecantikannya sebagai kembang desa. Simbol pada aksesoris kalung, gelang, dan cincin mengandung pesan bahwa petani harus bekerja dengan giat dalam menggarap sawah agar hasil panennya melimpah, sedangkan gelang akar bahar mengandung pesan bahwa seorang jajaka harus melindungi dan mengayomi keluarga dan masyarakat. Simbol pada pakaian kebaya, komboran yang bermakna pakaian khas memberikan pesan agar masyarakat harus tetap menjaga dan melestarikan pakaian adat petani, selendang mengandung pesan bahwa remaja putri harus menjaga penampilan fisik agar terlihat cantik dan menarik.

Upacara adat ngarot dimulai jam 8.30 dengan berkumpulnya para peserta ngarot di halaman rumah Kepala desa  Setelah para muda-mudi sudah di hiasi dandanan yang cantik dan gagah. kemudian muda-mudi ini di arak mengelilingi kampung dengan format kepala desa berada pada urutan paling depan disusul oleh remaja putri dan kemudian remaja putra pada barisan paling belakang. Arak-arakan ini di iringi dengan music khas daerah Indramayu.

Setelah acara di arak mengelilingi kampung, semua peserta ngarot masuk di aula balai desa dan disambut oleh tari topeng indramayu. Setelah itu masuklah kepada acara inti pada upacara adat ngarot,susunan upacara inti tersebut antara lain:

1.      Pembukaan

2.      Pembacaan Sejarah Singkat Ngarot

3.      Sambutan Kuwu Desa Lelea

4.      Prosesi Penyerahan Peralatan Pertanian kepada Para Kasinoman. Prosesi ini terdiri dari :

a.        Penyerahan benih padi oleh kepala desa(kuwu) kepada perwakilan remaja putra dan putri. maksud dari prosesi ini adalah sebagai simbol bahwa musim tanam padi sudah tiba dan petani mulai menggarap sawah.

b.       Penyerahan Kendi berisi air putih oleh Istri kepala desa kepada

perwakilan remaja putra dan putri. Maksud dari prosesi ini adalah sebagai symbol bahwa air tersebut di percaya sebagai obat untuk pertanian agar pertanian menjadi subur.

c.        Penyerahan Cangkul  oleh Raksa Bumi(orang yang mengurus

tentang tanah di sebuah desa) kepada perwakilan remaja putra dan putri.. Maksud dari prosesi ini adalah sebagai symbol agar masyarakat bisa mengolah sawah dengan baik.

d.       Penyerahan pupuk oleh  sesepuh  Desa kepada perwakilan remaja

putra dan putri.. Maksud dari prosesi ini adalah symbol agar tanaman padi tetap subur dan mendapat hasil panen yang melimpah.

e.        Penyerahan Ruas Bambu Kuning, Daun Andong dan Kelararas

Daun Pisang oleh Lebai perwakilan remaja putra dan putri. Maksud dari prosesi ini adalah symbol agar tanaman padi terhindar dari serangan hama.

5.      Pemukulan GONG oleh Kuwu sebagai tanda dimulainya Pesta ngarot.

D.    Perkembangan Upacara Adat Ngarot

Globalisasi memberikan dampak yang signifikan terhadap kebudayaan serta masuknya paham westernisasi dan modernisasi telah membuat masyarakat berpindah haluan dari agraris menjadi industry, hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap bangsa Indonesia pada umumnya dan masyarakat desa Lelea pada khususnya.

Paham-paham tersebut telah merubah perspektif masyarakat secara luas bahwa sector industry jauh lebih baik di bandingkan sector pertanian sebagai mata pencaharian mereka sehingga minat masyarakat dan generasi muda sudah berkurang untuk mengolah pertanian karena alasan sektor industry lebih praktis jika di bandingkan dengan sektor pertanian. Tentu hal tersebut berdampak pada upacara adat ngarot yang notabene mengajak generasi muda untuk turut serta memajukan sistem pertanian.

Saat ini generasi muda mulai enggan untuk mengikuti upacara adat ngarot, banyak putra-putri daerah Lelea yang sudah bekerja di luar kota, sehingga saat acara ini akan di mulai, putra-putri daerah tidak bisa hadir dengan alasan tertentu, jadi ada sedikit pergeseran para peserta dan nilai-nilai ngarot untuk masyarakat desa Lelea.

Para peserta upacara ngarot kini di ramaikan oleh putra-putri yang usianya masih sangat muda, hal tersebut terjadi karena putra-putri yang sudah menginjak usia produktif terbentur oleh pekerjaan ataupun studi mereka. Nilai-nilai yang terkandung dalam upacara itupun sudah mulai memudar, saat ini sepertinya masyarakat desa Lelea mengadakan upacara adat Ngarot hanya sekedar untuk melestarikan kebudayaan yang ada sejak ratusan tahun yang lalu agar tidak punah.

BAB IV

PENUTUP

A.    Simpulan

Upacara Ngarot adalah upacara yang di laksanakan oleh masyarakat Desa Lelea pada saat menyongsong musim tanam padi. Upacara ini di laksanakan sebagai ungkapan rasa syukur terhadap hasil panen yang melimpah dan sebagai sarana untuk regenerasi petani dari golongan tua terhadap golongan muda. Upacara ini di ikuti putra-putri daerah, dimana putri mengenakan busana kebaya dan di hiasi oleh rangkaian bunga sebagai lambang kesucian dan putra mengenakan baju komboran dan celana gombrang berwarna hitam. Namun, karena berbagai factor minat serta nilai-nilai yang terkandung dalam upacara tersebut memudar.

B.     Saran

1.      Sebagai penerus bangsa generasi muda pada umumnya, dan putra-putri Desa Lelea pada khususnya harus bisa lebih berkontribusi serta bangga terhadap kebudayaan sendiri.

2.      Kepada pemerintah agar lebih memperhatikan budaya-budaya yang ada di Indonesia agar tetap di lestarikan dan di jaga ke sakralannya oleh masyarakat yang memiliki budaya tersebut sehingga tidak punah.

Comments

Leave a Reply