Daftar isi
Pendekatan Science, Engineers, Technology, and Social – SETS
Bab I. Pendahuluan
A. Latar belakang
Hakekat pendidikan adalah proses mengarahkan anak pada perkembangan mencapai kesempurnaan melalui pendidikan. Anak diharapkan dapat diarahkan secara terprogram untuk mencapai penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap tertentu dari tugas- tugas professional dan hidup. Dalam hal ini, occupation –oriented atau training for life.
UNESCO mencanangkan empat pilar belajar yaitu “Learning to know; Learning to do, Learning to live together; dan Learning to be”. Peserta didik harus diberdayakan agar memiliki pemahaman dan pengetahuan (learning to know) terhadap dunia nyata, dengan pengetahuan itu dia dapat berbuat (learning to do), kemudian dapat memperkaya pengalaman belajarnya melalui interaksi dengan lingkungan sosialnya serta bisa menjalin kerjasama antar sesama manusia (learning to life together). Dengan pengetahuan yang dimiliki, kemampuan berbuat dan bekerjasama, peserta didik dapat membangun kepercayaan diri dan membangun jati dirinya sehingga bisa hidup mandiri (learning to be).
Sains merupakan ilmu yang membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasari oleh manusia. Mata pelajaran sains di sekolah merupakan suatu bentuk ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala alam dan kebendaan yang diperoleh dari hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia yang tersusun secara sistematis yang membutuhkan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Untuk melaksanakan pembelajaran sains digunakan beberapa pendekatan salah satunya adalah pendekatan SALINGTEMAS.
B. Rumusan Masalah
- Apa pengertian pendekatan SALINGTEMAS?
- Bagaimana sasaran dan tujuan pendekatan SALINGTEMAS?
- Apa kelebihan dan kekurangan pendekatan SALINGTEMAS?
- Bagaimana penerapan pendekatan SALINGTEMAS dalam pembelajaran?
C. Tujuan
- Dapat menjelaskan pengertian pendekatan SALINGTEMAS.
- Dapat menyebutkan sasaran dan tujuan pendekatan SALINGTEMAS.
- Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan pendekatan SALINGTEMAS.
- Dapat mangaplikasikan pendekatan SALINGTEMAS dalam pembelajaran.
Bab II. Pembahasan
A. Pengertian
Definisi SETS menurut the NSTA Position Statement 1990 (dalam Kuswati, 2004:11) adalah memusatkan permasalahan dari dunia nyata yang memiliki komponen Sains dan Teknologi dari perspektif siswa, di dalamnya terdapat konsep-konsep dan proses, selanjutnya siswa diajak untuk menginvestigasi, menganalisis, dan menerapkan konsep dan proses itu pada situasi yang nyata. Pendekatan SETS/ Salingtemas diambil dari konsep pendidikan STM (Sains, Teknologi, dan Masyarakat), pendidikan lingkungan (Environmental Education/EE), dan STL (Science, Technology, Literacy). Dalam pendekatan Salingtemas atau SETS (Science, Environmental, Technology and Society) konsep pendidikan STM atau STL dan EE dipandang sebagai satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan (Depdiknas, 2002:5). Urutan ringkasan SETS membawa pesan bahwa untuk menggunakan sains (S-pertama) ke bentuk teknologi (T) dalam memenuhi kebutuhan masyarakat (S-kedua) diperlukan pemikiran tentang berbagai implikasinya pada lingkungan (E) secara fisik maupun mental. Pendekatan Salingtemas secara mendasar dapat dinyatakan bahwa melalui pendidikan Salingtemas ini diharapkan agar siswa dapat mengetahui tiap-tiap unsur salingtemas dan juga memahami implikasi antar hubungan elemen-elemen unsur-unsurnya. Selain itu, Salingtemas akan membimbing siswa agar berpikir secara global/ keseluruhan dan bertindak memecahkan masalah lingkungan, baik lingkungan lokal maupun hubungan lingkungan dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan masyarakat dan berperan serta dalam pemecahan masalah internasional sesuai kapasitasnya (Binadja, 2005:2).
Pengertian tersebut hampir sama dengan yang dinyatakan dalam Depdiknas (2002:5) bahwa dengan pendekatan Salingtemas/ SETS siswa dikondisikan agar mau dan mampu menerapkan prinsip sains untuk menghasilkan karya teknologi diikuti dengan pemikiran untuk mengurangi atau mencegah kemungkinan dampak negatif yang mungkin timbul dari munculnya produk teknologi ini terhadap lingkungan dan masyarakat.
Pendekatan SETS harus memberikan kepada siswa pengetahuan yang sesuai dengan tingkatan pendidikannya. Isi pendidikan SETS diberikan sesuai dengan hasil pendidikan yang ditargetkan. Hubungan yang tepat antara SETS dalam pembahasannya adalah keterkaitan antara topik bahasan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Hal ini berarti bahwa bahasan yang berkaitan dengan kehidupan siswa harus lebih diutamakan.
Sasaran pengajaran SETS adalah cara membuat siswa agar dapat melakukan penyelidikan untuk mendapatkan pengetahuan yang berkaitan dengan Sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat yang berkaitan. Dengan kata lain, siswa dibawa pada suasana yang dekat dengan kehidupan nyata siswa sehingga diharapkan siswa dapat mengembangkan pengetahuan yang telah mereka miliki untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah yang diperkirakan akan timbul di sekitar kehidupannya.
Untuk memahami pendekatan SETS maka diperlukan pemahaman terhadap unsur-unsur yang terdapat dalam pembelajaran yang saling terintegrasi yaitu antara STM, STL dan Pendidikan Lingkungan.
Menurut Poedjiadi (2005 : 115 ), para praktisi pendidikan banyak mengungkapkan istilah yang serupa dengan salingtemas yang sebenarnya memiliki inti yang sama, seperti istilah Science, Environment, Technology, and Society (SETS); Science, Technology, and Society (STS) atau dapat diterjemahkan menjadi Sains, Teknologi, Masyarakat (STM); dan Science, Environment, Technology (SET).
Menurut Binadja (1999 : 3), urutan singkatan SETS memberi gambaran bahwa untuk mengaplikasikan sains kedalam bentuk teknologi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, harus dipikirkan berbagai implikasi pada lingkungan secara fisik maupun mental. Pembelajaran berpendekatan SETS ditujukan untuk membantu siswa memahami sains dan perkembangannya serta pengaruh perkembangan sains terhadap lingkungan, teknologi dan masyarakat secara timbal balik.
Dalam pendekatan SETS, siswa tidak hanya mempelajari konsep-konsep sains, tetapi juga diperkenalkan pada aspek teknologi, dan peran teknologi di dalam masyarakat ( Depdikbud, 1992 dalam Rustaman et al.,2003 : 116 ). Pembelajaran berpendekatan SETS harus mampu membuat siswa yang mempelajarinya mengerti hubungan tiap-tiap elemen dalam SETS. Hubungan yang tidak terpisahkan antara sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat merupakan hubungan timbal balik yang dapat dikaji manfaat-manfaat maupun kerugian-kerugian yang ditimbulkan.
Apabila siswa selalu dibiasakan memikirkan keterkaitan positif maupun negatif antara elemen-elemen SETS, maka siswa akan selalu berusaha menganalisis kondisi dan mensintesis sesuatu yang baru. Pendidikan SETS pada hakikatnya akan membimbing siswa untuk dapat berfikir global dan bertindak lokal maupun global dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari.
Masalah-masalah yang ada dalam masyarakat dibawa ke dalam kelas untuk dicarikan solusinya menggunakan pendidikan SETS secara terpadu dalam hubungan timbal balik antara elemen-elemen sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat (Utomo, 2009 : 1).
Unsur-unsur SETS tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Di dalam bidang pendidikan, yang khususnya menjadi fokus adalah sains. Dengan sains sebagai fokus perhatian, guru dan siswa yang menghadapi pelajaran sains dapat melihat bentuk keterkaitan dari ilmu yang dipelajari (sains) dengan unsur lain dalam SETS.
Urutan ringkasan salingtemas membawa pesan bahwa untuk menggunakan sains (S-pertama) ke bentuk teknologi (T) dalam memenuhi kebutuhan masyarakat(S-kedua) diperlukan pemikiran tentang berbagai implikasinya pada pendekatan lingkungan (E) secara fisik maupun mental secara tidak langsung, hal ini menggambarkan arah pendekatan salingtemas yang relatif dimiliki kepedulian terhadap lingkungan kehidupan atau system kehidupan manusia.
Secara mendasar dapat dikatakan bahwa melalui pendekatan salingtemas, diharapkan peserta didik memiliki kemampuan memandang sesuatu secara terintegratif dengan memperhatikan keempat unsur salingtemas, sehingga diperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang pengetahuan yang dimilkinya. Sebagai konsekuensinya, diharapkan agar pengetahuan yang dipahaminya secara mendalam itu akan memungkinkan mereka memanfaatkan pengetahuan yang dimilki dalam kehidupan. Maksudnya ialah bahwa pendidikan salingtemas ditunjukkan untuk membentuk peserta didik mengetahui sains, perkembangannya dan bagaimana perkembangan sains dapat mempengaruhi lingkungan, teknologi, dan masyarakat secara timbal balik (Binadja, 2002).
Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa model Salingtemas adalah suatu pembelajaran yang dimaksudkan untuk mengetahui, dimana ilmu (sains) dapat menghasilkan teknologi untuk perbaikan lingkungan sehingga bermanfaat bagi masyarakat, dan bagaimana situasi sosial atau isu yang berkembang di masyarakat mengenai lingkungan dan teknologi mempengaruhi perkembangan sains dan teknologi, yang memberikan sumbangan terbaru bagi ilmu pengetahuan.
Secara umum dikatakan bahwa pendidikan salingtemas mempunyai makna pengajaran sains yang dikaitkan dengan unsur dalam salingtemas. Sains tidak berdiri sendiri di masyarakat karena keterkaitan dan ketergantungannya pada unsur-unsur tersebut.
B. Sasaran Dan Tujuan Pendekatan Salingtemas
Menurut Yager & McCormack (Yager, 1996b:3-4; 1992b:5-6), ada enam domain utama SETS untuk pengajaran dan penilaian, yaitu domain konsep, proses, kreativitas, sikap, aplikasi, dan keterkaitan.
Sasaran pengajaran salingtemas adalah cara membuat siswa agar dapat melakukan penyelidikan untuk mendapatkan pengetahuan yang berkaitan dengan sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat yang berkaitan . Dengan kata lain, siswa dibawa pada suasana yang dekat dengan kehidupan nyata siswa sehingga diharapkan siswa dapat mengembangkan pengetahuan yang telah mereka miliki untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah yang diperkirakan akan timbul disekitar kehidupannya.
Tujuan utama dari pendidikan salingtemas adalah bagaimana membuat agar salingtemas dapat menolong manusia membuat surga dunia di muka bumi ini, bukan sebaliknya menciptakan neraka dunia dalam segala aspek kehidupan.
Pendekatan salingtemas harus memberikan kepada siswa pengetahuan yang sesuai dengan tingkat pendidikannya. Isi pendidikan saling temas diberikan sesuai dengan hasil pendidikan yang ditargetkan. Hubungan yang tepat antara salingtemas dalam pembahasannya adalah keterkaitan antara topik dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti bahwa bahasan yang berkaitan dengan kehidupan siswa harus lebih diutamakan.
Berdasarkan beberapa pandangan tersebut, maka dapat disederhanakan bahwa model Salingtemas dikembangkan dengan tujuan agar: 1) peserta didik mampu menghubungkan realitas sosial dengan topik pembelajaran di dalam kelas, 2) peserta didik mampu menggunakan berbagai jalan /prespektif untuk menyikapi berbagai isu/situasi yang berkembang di masyarakat berdasarkan pandangan ilmiah, dan 3) peserta didik mampu menjadikan dirinya sebagai warga masyarakat yang memiliki tanggungjawab sosial.
C. Pembelajaran Yang Saling Terintegrasi
Untuk memahami pendekatan salingtemas maka diperlukan pembelajaran yang saling terintegrasi yaitu:
1. Pembelajaran dengan pendekatan STM adalah suatu pendekatan yang mencakup seluruh aspek pendidikan yaitu tujuan, topik/ masalah yang akan dieksplorasi, strategi pembelajaran, evaluasi, dan persiapan kinerja/ guru. Pendekatan ini melibatkan siswa dalam menentukan tujuan, prosedur pelaksanaan, pencarian informasi, dan evaluasi.
Pendekatan STM memiliki karakteristik sebagai berikut.
- Identifikasi masalah (oleh siswa) di dalam masyarakat yang memiliki dampak negatif;
- Mempergunakan masalah yang ada di dalam masyarakat yang ditemukan siswa yang ada hubungannya dengan ilmu pengetahuan alam sebagai wahana untuk menyampaikan pokok bahasan;
- Menggunakan sumber daya yang terdapat dalam masyarakat baik materi maupun manusia sebagai nara sumber untuk informasi ilmiah maupun informasi teknologi yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah nyata dari kehidupan sehari-hari;
- Meningkatkan kesadaran siswa akan dampak ilmu pengetahuan alam dan teknologi;
- Mengikutsertakan siswa untuk mencari informasi ilmiah maupun informasi teknologi yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah nyata yang diangkat dari kehidupan sehari-hari. (Iskandar dalam Wulandari (2006:18)).
Pembelajaran STM memiliki beberapa kelebihan yaitu:
- Dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan intelektualnya dalam berpikir logis dan memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari,
- Dapat membantu siswa mengenal dan memahami sains dan teknologi serta besarnya peranannya dalam meningkatkan kualitas hidup dalam masyarakat,
- Dapat membantu siswa memperoleh prinsip-prinsip sains dan teknologi yang diperkirakan akan dijumpainya dalam kehidupan kelak,
- siswa lebih bebas berkreativitas selama proses pembelajaran berlangsung.
Dari manfaat yang telah kita ketahui, ternyata dalam pendekatan STM ada juga sebuah kekurangannya, kekurangan tersebut adalah:
- Dilihat pada guru yang belum menguasai sains teknologi sehingga guru susah untuk mentransfer materi pembelajaran dengan sains teknologi masyarakat
- Selain itu peserta didik khusunya siswa yang berada di kelas rendah, belum mampu mengoperasikan sains teknologi yang sudah ada.
- Fasililitas pendukung pada beberapa sekolah kurang atau hampir tidak ada itu yang menjadi kendala STM.
2. Pembelajaran Sains, Teknologi, dan Literasi(STL)
Literasi berasal dari kata literacy yang berarti ”melek huruf” atau gerakan pemberantasan buta huruf. STL merupakan kemampuan mengenal hasil teknologi beserta dampaknya, kemampuan menggunakan produk teknologi dan memeliharanya, kemampuan menyelesaikan masalah dengan konsep sains, kemampuan membuat hasil rekayasa teknologi yang disederhanakan, serta kemampuan menganalisis fenomena kejadian berdasarkan konsep IPA.
Pendekatan salingtemas mengintegrasikan CTL di dalamnya, dengan pendekatan ini siswa diharapkan ‘’melek sains dan mempunyai jiwa yang mampu mengambil sains dan teknologi bukan sebagai perangkat konsep tapi bagaimana menjadi mampu mengintegrasikan dan menganalisis keterkaitan antara sains, lingkungan,teknologi, dan masyarakat.
(Yager, 1996:8-9; 1993:4-5 dalam zaini, 1997:20) Ciri-ciri individu yang memiliki literasi sains dan teknlogi adalah sebagai berikut;
- Menggunakan konsep-konsep sains dan teknologi untuk merefleksikan nilai- nilai etika dalam pemecahan masalah dan merespon keputusan- keputusan dalam kehidupan sehari-hari.
- Berpartisipasi dalam sains dan teknologi untuk kebahagiaan dan kesejahteraan hidup.
- Memiliki nilai- nilai penelitian ilmiah dan teknik-teknik pemecahan masalah
- Mampu membedakan bukti- bukti sains dan teknologi dengan opini individual serta antara informasi yang layak dipercaya dan kurang dipercaya.
- Memiliki keterbukaan terhadap bukti-bukti baru dan pengetahuan teknologi/ilmiah yang bukan coba-coba.
- Mengenali sains dan teknologi sebagai hasil usaha manusia
- Memberikan tekanan kepada manfaat perkembangan sains dan teknlogi
- Mengenali kekuatan-kekuatan dan keterbatasan- keterbatasan sains dan teknologiuntuk melanjutkan kesejahteraan manusia
- Mampu menganalisis interaksi antara sains, teknologi, dan masyarakat.
3. Pembelajaran Lingkungan
Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan unsur lingkungan dalam materi pembelajaran yang bertujuan untuk membentuk siswa dari berbagai perilaku siswa yang mengarah pada perusakan lingkungan menuju perilaku yang sadar terhadap lingkungan dan tanggap terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan. Pendidikan lingkungan membentuk siswa menjadi sadar terhadap lingkungan.
Lingkungan memiliki beberapa arti:
- Tahu dan mengekspresikan dampak perilaku terhadap lingkungan;
- Tahu dan mampu mengekspresikan tentang berbagai penyelesaian;
- Memahami perlunya langkah penelitian sebagai bekal pengambilan keputusan;
- Memahami pentingnya kerja sama dalam menyelesaikan masalah lingkungan(Mastur, 2004:1).
Berdasarkan pengamatan, pendidikan lingkungan di berbagai jenjang masih bersifat ilmu pengetahuan, para siswa memperoleh berbagai informasi lingkungan, tetapi tampaknya siswa belum mengetahui cara bertindak untuk lingkungan sesuai dengan kapasitasnya. Pendidikan lingkungan belum mampu mendorong minat, motivasi, dan keterampilan untuk bertindak.
Dalam pembelajaran salingtemas yang mengintegrasikan lingkungan dengan materi pembelajaran memberikan alternatif membentuk siswa yang sadar terhadap lingkungan yang tidak hanya berupa informasi tentang kerusakan lingkungan dan unsur- unsur yang terdapat di dalam lingkungan.
D. Ragam Pendekatan SALINGTEMAS
Pendekatan SETS bisa amat beragam, mulai dari yang mengangkat topik atau isu sebagai payung pembelajaran lebih dari satu bidang, mulai dari Fisika, Kimia dan Ilmu Sosial, atau penggunaan isu lingkungan untuk pembahasan satu bab saja dalam Kimia, misalnya. Secara garis besar, berdasarkan cakupannya, kita bisa melakukan beragam pendekatan STM, antara lain:
- Menempatkan pembelajaran bab tertentu bidang tertentu dalam konteks sains, teknologi dan masyarakat.
- Pendekatan SETS untuk pembelajaran lintas bab pada satu mata pelajaran.
- Pendekatan SETS untuk pembelajaran lintas mata pelajaran.
- Pendekatan SETS dengan perluasan tujuan instruksional secara eksplisit di luar tuntutan standar kompetensi yang tertulis di kurikulum dari mata-mata pelajaran yang terlibat dalam pembelajaran STM tersebut, seperti kepekaan terhadap permasalahan lingkungan, atau pengenalan dampak sains dan teknologi pada pranata sosial, dll.
- Pendekatan SETS yang disertai kerja nyata di masyarakat, seperti gerakan penyelamatan lingkungan, dll.
E. Model Pembelajaran SALINGTEMAS
Dalam proses pembelajaran bervisi dan berpendekatan SETS, terdapat sejumlah ciri atau karakteristik yang perlu dipahami di dalam penerapan pembelajaran, sesuai dengan fokus pembelajarannya pada saat itu. Ciri-ciri tersebut di antaranya adalah:
- Tetap memberi pengajaran dan pembelajaran sainS
- Isu-isu dan masalah-masalah dalam masyarakat dan kehidupan sehari-hari menjadi titik awal (basis) atau ‘kendaraan’ pertama dan utama untuk mempelajari dan menerapkan konsep-konsep/prinsip-prinsip dan proses sain dan teknologi dengan mempertimbangkan perhatian, minat, atau kepentingan peserta didik
- Mengikutsertakan peserta didik dalam pengembangan sikap dan keterampilan dalam pengambilan keputusan serta mendorong mereka untuk mempertimbangkan informasi tentang isu-isu sain, lingkungan, dan teknologi
- Peserta didik dibawa ke situasi untuk memanfaatkan konsep sain ke bentuk teknologi untuk kepentingan masyarakat.
- Peserta didik diminta untuk berpikir tentang berbagai kemungkinan akibat yang terjadi dalam proses pentransferan sain tersebut ke bentuk teknologi.
- Peserta didik diminta untuk menjelaskan keterhubungkaitan antara unsur sain yang dibincangkan dengan unsur-unsur lain dalam SETS yang mempengaruhi berbagai keterkaitan antar unsur tersebut.
- Peserta didik dibawa untuk mempertimbangkan manfaat atau kerugian penggunaan konsep sain tersebut bila diubah dalam bentuk teknologi berkenaan.
- Peserta didik dapat diajak berpikir, misalnya tentang pengaruh lingkungan atau masyarakat terhadap pengembangan sain maupun teknologi tertentu, yang masih berkaitan dengan konsep sain yang dibelajarkan.
- Dalam konteks konstruktivisme, peserta didik dapat diajak berbincang tentang SETS dari berbagai macam arah dan dari berbagai macam titik awal tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki oleh peserta didik bersangkutan.
- Mengitegrasikan belajar dan pembelajaran dari banyak ruang lingkup kurikulum; dan
- Memperkembangkan literasi sain, teknologi dan sosial peserta didik (improved students science, technology, and social literacy).
Model pembelajaran yang bervisi dan pendekatan SETS, sebagai wahana untuk mewujudkan Education Suistinable Development (ESD), perlu menitikberatkan pada:
- Kajian secara transdisiplin dan holistik berbasis isu dan kasus domestik atau global tentang keterkaitan sain, teknologi, masyarakat, dan lingkungan dalam konteks pembangunan berkelanjutan.
- Penumbuhan nilai, sikap, dan perilaku yang berpihak pada pembangunan berkelanjutan.
- Belajar aktif, kooperatif, dan praktikal (hands-on) sehingga pembelajaran menyenangkan dan mengembangkan multi-kecerdasan peserta didik secara keseluruhan.
- Kesesuaian kedalaman dan keluasan materi pelajaran dengan tingkat perkembangan kognitf, sosial dan fisik peserta didik.
- Penilaian performasi peserta didik secara menyeluruh alih-alih hanya dimensi kognitif saja.
Kelebihan model pembelajaran yang bervisi dan pendekatan SETS adalah:
- memberi peluang pada peserta didik untuk memperoleh pengetahuan sekaligus kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan hasil analisis dan sintesis yang bersifat komprehensif dengan memperhitungkan aspek sain, lingkungan, teknologi, dan masyarakat sebagai satu kesatuan tak terpisah.
- memberi wadah secara mencukupi kepada para pendidik dan peserta didik untuk menuangkan kemampuan berkreasi dan berinovasi di bidang minatnya dengan landasan SETS secara kuat
- memberi kesempatan pendidik dan peserta didik untuk mengaktualisasikan diri dengan keistimewaan atau kelebihan SETS.
F. Implementasi Pendekatan SALINGTEMAS
Pembelajaran dengan pendekatan SETS memililiki karakteristik sebagai berikut:
a. Relevansi
Pembelajaran berorientasi konteks dan menempatkan proses pembelajaran pada masalah otentik dan memperhatikan kebutuhan pembelajar.
b. Metodologi
Menggunakan metodologi pembelajaran yang “self-directed” dan “co-operative”.
c. Masalah
Masalah dalam konteks diarahkan agar peserta didik dapat berpikir terarah, interdisipliner dan global.
d. Konsep
Bertujuan pada pengembangan sejumlah konsep dasar sains. Beberapa strategi pembelajaran yang dapat dikembangkan oleh guru dengan pendekatan SETS melalui pembelajaran kontekstual , antara lain:
- Pembelajaran berbasis masalah
- Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar
- Memberikan aktivitas kelompok
- Membuat aktivitas belajar mandiri
- Membuat aktivitas belajar bekerjasama dengan masyarakat
- Menerapkan penilaian autentik
G. Panduan Pembelajaran SALINGTEMAS
Selain menjanjikan kualitas pembelajaran yang lebih baik (dan berbagai penelitian pendidikan menunjukkan hal itu), pembelajaran berbasis SETS juga mengandung beberapa risiko. Panduan ini disusun untuk mengoptimalkan hasil pembelajaran berbasis SETS, dan meminimalkan risiko yang mungkin terjadi.
Secara garis besar, tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran berbasis SETS adalah:
- Inisiasi: pendahuluan pembelajaran SETS dengan mengangkat dan mendiskusikan isu atau masalah.
- Penetapan kompetensi sains: mengumpulkan kompetensi sains yang diperlukan untuk lebih memahami dan memecahkan masalah yang dihadapi.
- Dekontekstualisasi: pemisahan konsep dan prinsip sains (yang perlu dicapai kompetensinya) dari konteks isu atau masalah yang diangkat.
- Pembelajaran konsep dan prinsip sains: pemantapan penguasaan konsep dan prinsip sains, melalui metode pembelajaran yang sesuai.
- Penerapan: menerapkan konsep dan prinsip sains pada isu atau masalah.
- Integrasi: membangun keterkaitan antar konsep dan prinsip sains, serta antar konsep/prinsip tersebut dengan spektrum terapannya dalam kehidupan.
- Perangkuman: merangkum kompetensi yang seharusnya telah dimiliki peserta didik, termasuk kemampuan menerapkannya pada kasus tertentu.
Langkah-langkah pendekatan SETS
1. Dalam pembelajaran SETS, tentunya pendekatan yang paling sesuai ialah pendekatan SETS itu sendiri. Adapun ciri-ciri pendekatan SETS adalah sebagai berikut:
- Guru tetap memberi pengajaran sains.
- Siswa dibawa kesituasi untuk memanfaatkan konsep sains kebentuk teknologi untuk kepentingan masyarakat.
- Siswa diminta untuk berfikir tentang berbagai kemungkinan akibat yang terjadi dalam proses pentrasferan sains tersebut ke bentuk teknologi.
- Siswa diminta untuk menjelaskan keterhubungkaitan antara unsur sains yang dibincangkan dengan unsur-unsur lain dalam SETS yang mempengarui berbagai keterkaitan antara unsur-unsur tersebut.
- Siswa dibawa untuk mempertimbangkan mamfaat atau kerugian daripada menggunakan konsep sains tersebut bila diubah dalam bentuk teknologi.
- Dalam konteks kontruktivisme, siswa dapat diajak berbincang tentang SETS dari berbagai macam arah dan dari berbagai macam titik awal tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki oleh siswa yang bersangkutan. (Nono Sutanto,2007:29-30)
2. Penerapan Pendekatan SETS dalam pembelajaran.
Di dalam pembelajaran menggunakan pendekatan SETS siswa diminta menghubungkan antara unsur SETS. Yang dimaksudkan adalah siswa menghubung kaitkan antara konsep sains yang dipelajari dengan benda-benda berkenaan dengan konsep tersebut pada unsur lain dalam SETS, sehingga kemungkinan siswa memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keterkaitan konsep tersebut dengan unsur lain dalam SETS, baik dalam bentuk kelebihan maupun kekurangannya. (Nono Sutanto,2007:30)
H. Kelebihan-kekurangan SETS
Seperti pendekatan ataupun metode pembelajaran yang lain, pendekatan pembelajaran SETS juga tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan.
1. Kelebihan diterapkan pendekatan SETS
Adapun kelebihan SETS adalah :
- Siswa memiliki kemampuan memandang sesuatu secara terintegrasi dengan memperhatikan keempat unsur SETS, sehingga dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang pengetahuan yang telah dimiliki.
- Melatih siswa peka terhadap masalah yang sedang berkembang di lingkungan mereka.
- Siswa memiliki kepedulian terhadap lingkungan kehidupan atau sistem kehidupan dengan mengetahui sains, perkembangannya dan bagaimana perkembangan sains dapat mempengaruhi lingkungan, teknologi dan masyarakat secara timbal balik. (Nono Sutanto,2007:36)
2.8.2 Kelemahan diterapkan pendekatan SETS
Sedangkan kekurangan SETS antara lain :
- Siswa mengalami kesulitan dalam manghubungkaitkan antar unsur-unsur dalam pembelajaran.
- Membutuhkan waktu yang lebih banyak dalam pembelajaran.
- Pendekatan SET hanya dapat diterapkan dikelas atas.
Bab II. Penutup
A. Kesimpulan
Pendekatan SETS harus memberikan kepada siswa pengetahuan yang sesuai dengan tingkatan pendidikannya. Isi pendidikan SETS diberikan sesuai dengan hasil pendidikan yang ditargetkan. Hubungan yang tepat antara SETS dalam pembahasannya adalah keterkaitan antara topik bahasan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Hal ini berarti bahwa bahasan yang berkaitan dengan kehidupan siswa harus lebih diutamakan.
Sasaran pengajaran SETS adalah cara membuat siswa agar dapat melakukan penyelidikan untuk mendapatkan pengetahuan yang berkaitan dengan Sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat yang berkaitan. Dengan kata lain, siswa dibawa pada suasana yang dekat dengan kehidupan nyata siswa sehingga diharapkan siswa dapat mengembangkan pengetahuan yang telah mereka miliki untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah yang diperkirakan akan timbul di sekitar kehidupannya.
Untuk memahami pendekatan SETS maka diperlukan pemahaman terhadap unsur-unsur yang terdapat dalam pembelajaran yang saling terintegrasi yaitu antara STM, STL dan Pendidikan Lingkungan.
Dalam pendekatan SETS, siswa tidak hanya mempelajari konsep-konsep sains, tetapi juga diperkenalkan pada aspek teknologi, dan peran teknologi di dalam masyarakat ( Depdikbud, 1992 dalam Rustaman et al.,2003 : 116 ). Pembelajaran berpendekatan SETS harus mampu membuat siswa yang mempelajarinya mengerti hubungan tiap-tiap elemen dalam SETS. Hubungan yang tidak terpisahkan antara sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat merupakan hubungan timbal balik yang dapat dikaji manfaat-manfaat maupun kerugian-kerugian yang ditimbulkan.
Apabila siswa selalu dibiasakan memikirkan keterkaitan positif maupun negatif antara elemen-elemen SETS, maka siswa akan selalu berusaha menganalisis kondisi dan mensintesis sesuatu yang baru. Pendidikan SETS pada hakikatnya akan membimbing siswa untuk dapat berfikir global dan bertindak lokal maupun global dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari.
Masalah-masalah yang ada dalam masyarakat dibawa ke dalam kelas untuk dicarikan solusinya menggunakan pendidikan SETS secara terpadu dalam hubungan timbal balik antara elemen-elemen sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat (Utomo, 2009 : 1).
3.2 Saran
Penerapan pendekatan SALINGTEMAS (SETS) perlu untuk diterapkan dalam pembelajaran baik untuk kelas atas maupun kelas bawah. Untuk kelas bawah, pengajar perlu untuk mencari kemudian menggunakan pendekatan lain sebagai aternatif untuk menutupi kekurangan yang ada dalam pendekatan SALINGTEMAS (SETS).
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Suryanullah. (2014). Pendekatan proses dan pendekatan salingtemas. [Online] Tersedia: http://ahmadsuryanullah.blogspot.com/2014/09/belajar-dan-pembelajaran-pendekatan.html (diakses 15 November 2014)
Amama, Nur. (2014). Pendekatan SETS. [Online] Tersedia: http://pgdsamama.blogspot.com/2014/04/pendekatan-setsstm.html (diakses 15 November 2014)
Binadja, A. 2002. Pemikiran dalam SETS. Makalah. Semiloka Pendidikan SETS. Recsamas
Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Kegiatan Belajar Mengajar. Jakarta:Pusat Kurikulum Balitbang
National Science Teachers Association (2000) NSTA Position Statement: The Nature of Science. Arlington, VA: National Science Teachers Association Press
Nurhayati, B. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Makassar: UNM
Rizqi. (2010). Pembelajaran salingtemas. [Online] Tersedia: http://bidadariq-bidadariq.blogspot.com/2010/01/pembelajaran-salingtemas-bab-i.html (diakses 15 November 2014)
Sunandar. (2012). Kelebihan, kekurangan, dan langkah pendekatan SALINGTEMAS. [Online] Tersedia: http://m4y-a5a.blogspot.com/2012/10/kelebihan-kekurangan-dan-langkah.html (diakses 15 November 2014)
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.