Makalah Kebudayaan Jepang

11 min read

Budaya Jepang Kimono Sira Aoi

Kebudayaan Jepang

Bab I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Budaya adalah sesuatu yang sangat menarik jika dicermati lebih dekat yang setiap belahan dunia memiliki ragam budaya yang menarik dan bernilai tinggi. Budaya juga merupakan slahsatu hal yang dapat dipelajari dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Jepang (bahasa Jepang : Nippon/Nihon , nama resmi : Nipponkoku/Nihonkoku adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur laut Jepang,dan bertetangga dengan Republik Rakyat Cina, Korea dan Rusia. . Pulau-pulau paling utara berada di Laut Okhotsk, dan wilayah paling selatan berupa kelompok pulau-pulau kecil di Laut Cina Timur, tepatnya di sebelah selatan Okinawa yang bertetangga dengan Taiwan.

Jepang merupakan Negara yang di juluki Negara matahari dan Negara bunga sakura, mengapa demikian? Karena di Negara jepang mayoritas beragama Shinto yang menyembah matahari sehingga disebut Negara matahari, sedangkan julukan Negara bunga sakura di berikan karena banyak bunga sakura yang tumbuh si tanah jepang, bahkan untuk menyambut musim semi sakura orang jepang mempunyai suatu tradisi, yaitu biasa disebut perayaan hanami (perayaan melihat mekarnya bunga) sebagai symbol kebahagiaan karena datangnya musim semi, di mana di saat itu bunga sakura mekar dengan cantiknya. Di setiap budayanya mempunyai arti tersendiri. Dari zaman jomon sampai zaman hesei sekarang, orang jepan mampu melestarikan kebudayaannya sendiri.

B. Rumusan Masalah

Adapun beberapa masalah yang dapat dirumuskan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.

  1. Apa saja pakaian Tradisonal Jepang ?
  2. Apa keunikan upacara minum teh di Jepang  ?
  3. Apa itu Geisha dan bagaimana sejarahnya ?

C. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan manfaat dibuatnya makalah ini adalah agar para pembaca :

  1. Dapat mengetahui dan memahami pakaian tradisonal Jepang .
  2. Dapat mengetahui dan memahami upacara minum teh dan keunikannya.
  3. Dapat mengetahui dan memahami sejarah Geisha.

Bab II. Pembahasan

A. Baju Tradisional Jepang

Baju tradisional jepang adalah kimono, kimono di bagi menjadi 2 macam yaitu kimonowanita dan kimono pria. Kimono wanita ini masih di bagi menjadi beberapa macam diantaranya adalah:

1. Tomesode

Menurut urutan tingkat formalitas, tomesode adalah pakaian paling formal setara dengan baju malam. Istilah tomesode berasal tradisi wanita yang sudah menikah atau sudah menjalani genbuku untuk memperpendek lenganfurisode yang dikenakannya semasa gadis. Kimono jenis ini merupakan pakaian yang dikenakan istri nakōdo sewaktu hadir di pesta pernikahan.. Corak pertanda keberuntungan seperti burung jenjang atau seruniberada pada bagian bawah kimono. Posisi corak kain disesuaikan dengan usia pemakai, semakin berumur pemakainya, corak kain makin diletakkan di bawah.

·         Kurotomesode

    Kimono paling formal dan biasanya di pakai wanita yang sudah menikah. Kurotomesode  adalah Kimono yang terbuat dari kain krep berwarna hitam tanpa motif tenun. Kurotomesode hanya dikenakan sebagai pakaian formal ke pesta pernikahan sanak keluarga, pesta-pesta, serta upacara yang sangat resmi.

·         Irotomesode

    Kimono yang di pakai oleh wanita dewasa yang sudah menikah/belum menikah untuk menghadiri acara formal. Terbuat dari kain krep berwarna.

2. Furisode

Adalah kimono berlengan lebar yang dikenakan wanita muda yang belum menikah. Dibuat dari bahan berwarna cerah, motif kain berupa bunga dan tanaman, keindahanmusim, binatang, atau burung yang digambar dengan tangan memakai teknik yuzen. Kain bisa bertambah mewah dengan tambahan bordiran benang emas. Menurut urutan tingkat formalitas, furisode adalah kimono paling formal setara dengankurotomesode, irotomesode, dan homongi. Furisode dikenakan sebagai pakaian terbaik untukpesta perkawinan (ketika hadir sebagai tamu atau sebagai baju pengantin wanita), miai, dan upacara resmi, seperti seijin shiki, wisuda, atau resepsi sesudah wisuda (shaonkai). Alas kaki untuk furisode adalah zōri berhak tinggi.

3. Homongi

Adalah salah satu jenis kimono formal untuk wanita yang menikah atau belum menikah.Menurut urutan tingkat formalitas, homongi berada setingkat di bawah irotomesode.Dikenakan bersama fukuro obi, homongi dipakai sewaktu diundang ke pesta pernikahan yang bukan diadakan sanak keluarga, upacara minum teh, merayakan tahun baru, dan pesta-pesta. Sewaktu membeli kimono, pemakai bisa memesan lebar lengan kimono sesuai keinginan. Wanita yang belum menikah memakai homongi dengan bagian lengan yang lebih lebar.                                                                                                                                         

Ciri khas homongi disebut eba yakni corak kain yang saling tepat bertemu di perpotongan kain (bagian jahitan kimono)

4. Iromuji

 Iromuji adalah kimono semiformal, namun bisa dijadikan kimono formal bila iromuji tersebut memiliki lambang keluarga (kamon). Sesuai dengan tingkat formalitas kimono, lambang keluarga bisa terdapat 1, 3, atau 5 tempat (bagian punggung, bagian lengan, dan bagian dada). Iromoji dibuat dari bahan tidak bermotif dan bahan-bahan berwarna lembut, merah jambu, biru muda, atau kuning muda atau warna-warna lembut. Iromuji dengan lambang keluarga di 5 tempat dapat dikenakan untuk menghadiri pesta pernikahan. Bila menghadiri upacara minum teh, cukup dipakai iromuji dengan satu lambang keluarga.

5. Tsukesage

Tsukesage adalah kimono semiformal untuk wanita yang sudah atau belum menikah. Menurut tingkatan formalitas, kedudukan tsukesage hanya setingkat dibawah homongi. Kimono jenis ini tidak memiliki lambang keluarga. Tsukesage dikenakan untuk menghadiri upacara minum teh yang tidak begitu resmi, pesta pernikahan, pesta resmi, atau merayakan tahun baru..

6. Komon

Komon adalah kimono santai untuk wanita yang sudah atau belum menikah. Ciri khas kimono jenis ini adalah motif sederhana dan berukuran kecil-kecil yang berulang.Komon dikenakan untuk menghadiri pesta reuni, makan malam, bertemu dengan teman-teman, atau menonton pertunjukan di gedung.

7. Tsumugi

Tsumugi adalah kimono santai untuk dikenakan sehari-hari di rumah oleh wanita yang sudah atau belum menikah. Walaupun demikian, kimono jenis ini boleh dikenakan untuk keluar rumah seperti ketika berbelanja dan berjalan-jalan. Bahan yang dipakai adalah kain hasil tenunan sederhana dari benang katun atau benang sutra kelas rendah yang tebal dan kasar. Kimono jenis ini tahan lama, dan dulunya dikenakan untuk bekerja di ladang.

8 . Yukata

Adalah baju sesudah mandi adalah jenis kimono yang dibuat dari bahan kain katun tipis tanpa pelapis. Dibuat dari kain yang mudah dilewati angin, yukata dipakai agar badan menjadi sejuk di sore hari atau sesudah mandi malam berendam dengan air panas.

Sedangkan kimono pria di bagi menjadi 2 yaitu: kimono formal dan kimono santai

1. Kimono formal

Yaitu berupa setelan montsuki hitan dengan hakama dan haori berupa setelan montsuki hitam dengan hakama dan haori

Bagian punggung montsuki dihiasi lambang keluarga pemakai. Setelan montsuki yang dikenakan bersama hakama dan haori merupakan busana pengantin pria tradisional. Setelan ini hanya dikenakan sewaktu menghadiri upacara sangat resmi, misalnya resepsi pemberian penghargaan dari kaisar/pemerintah atau seijin shiki.

2. Kimono santai atau kinagashi:

Pria mengenakan kinagashi sebagai pakaian sehari-hari atau ketika keluar rumah pada kesempatan tidak resmi. Aktor kabuki mengenakannya ketika berlatih. Kimono jenis ini tidak dihiasi dengan lambang keluarga.

2.2  Upacara Minum Teh  

Upacara minum teh (茶道 sadō, chadō, jalan teh) adalah ritual tradisional Jepang dalam menyajikan teh untuk tamu. Pada zaman dulu disebut chatō (茶の湯) atau cha no yu. Upacara minum teh yang diadakan di luar ruangan disebut nodate. Ruangan khusus untuk minum teh yang disebut chashitsu. Upacara minum teh mencerminkan kepribadian dan pengetahuan tuan rumah yang mencakup antara lain tujuan hidup, cara berpikir, agama, apresiasi peralatan upacara minum teh dan cara meletakkan benda seni di dalam ruangan upacara minum teh. Pada umumnya, upacara minum teh menggunakan teh bubuk matcha yang dibuat dari teh  yang digiling halus. Upacara minum teh menggunakan matcha disebut matchadō, sedangkan bila menggunakan teh hijau jenis sencha disebut senchadō.

Minuman teh mulai diperkenalkan di Jepang pada abad ke 9 oleh seorang biksu Budha dari Cina. Dari situlah, teh mulai dikenal oleh warga Jepang dan mulai menjadi kebudayaan Jepang.

Pada mulanya di Cina kebiasaan minum teh pada awalnya hanya sebagai pengobatan, dan seiring waktu maka teh juga dinikmati sebagai minuman biasa yang menyenangkan. Pada awal abad ke 9, seorang penulis Cina, Lu Yu menulis suatu catatan mengenai budaya minum teh dan langkah-langkah persiapan minum teh. Kehidupan Lu Yu ini sangat terpengaruh oleh agama Budha, terutama dari sekolah yang kemudian dikenal di Jepang sebagai Zen. Ide-idenya mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perkembangan upacara minum teh di Jepang ini.

Pada abad ke 12, jenis baru dari teh, yaitu matcha, mulai diperkenalkan. Teh yang terbuat dari bubuk teh hijau ini pertama kali digunakan dalam ritual keagamaan di biara Budha. Pada abad ke 12, samurai-samurai mulai meminum teh ini, dan dasar-dasar upacara minum teh mulai dibuat.Pada abad ke 16, tradisi minum teh ini telah menyebar ke seluruh lapisan masyarakat di Jepang.

Sen no Rikyu adalah seorang figur tokoh sejarah dalam upacara minum teh yang paling terkenal dan dihormati di Jepang. Dia memperkenalkan konsep ichi-go ichi-e(一期一会, one time, one meeting), sebuah keyakinan bahwa sebuah pertemuan harus dihargai karena pertemuan tersebut belum tentu dapat terulang kembali. Ajarannya menyebabkan perkembangan bentuk-bentuk baru dalam arsitektur, perkebunan, karya seni dan tentu saja dalam upacara Sadou ini. Prinsip-prinsip yang diperkenalkannya, yaitu kehormatan, ketenangan, dan kemurnian masih menjadi pusat dalam upacara minum teh hingga sekarang ini.

Alat-alat untuk memulai Sadou :

Okama = alat pemanas air

Mizu sashi = wadah air bersih buat ocha   

Koboshi = tempat wadah untuk mencuci bekas teh                            .
Onatsume = gelas tempat ocha
Ocha syaku = ocha untuk sado
Cha sen = alat buat mengaduk teh
Hisyaku = centong air
Senshu = kipas
Kaishi = tempat okashi/makanan untuk minum teh
Kashi kiri = alat pemotong kue
Ojiku = kaligrafi
Ikebana = rangkaian bunga

Cara Membuat teh :

Masukkan Bubuk Teh Hijau dengan Chasaku

Tuangkan Air Panas dengan Hishaku

Kocok Teh aduk dengan chasen, dilakukan dengan cepat agar teh berbusa. 

Jika tidak berbusa, itu tandanya gagal dan teh akan terasa kurang nikma

Tata Cara Minum Teh   :                                                .
-Duduk dengan rapi                                  .
-Membungkukan badan dan Berkata otemae chodai itashimasu                                               .
-Mangkuk teh diletakkan di tangan kiri dan tangan kanan memutar mangkuk teh  ke kanan sebanyak 2 kali sambil menatap ornamen atau hiasan dalam mangku
-Teh di Minum Perlahan-lahan sambil dinikmati sampai habis
-Selesai minum teh, bagian bibir dibersihkan dengan jari, putar mangkuk
 ke kiri dengan melihat ornamen mangkuk dan membungkuk mengucapkan terima kasih
-Semuanya yang di atas harus dilakukan secara teratur

C. Geisha

Geisha adalah seorang seniman wanita tradisional Jepang yang berprofesi sebagai wanita penghibur bagi para laki-laki. Mereka memang menghibur seutuhnya, menemani mengobrol, memberi solusi terhadap masalah, petuah yang bijak, dan hal-hal baik lain yang sepertinya dibutuhkan oleh para kepala rumah tangga sedang bermasalah. Namun, jangka sangka bahwa Geisha merupakan sosok yang melayani dalam hal seksualitas, meskipun ada di antaranya yang berbuat seperti itu, menyalahi aturan pemerintah yang berlaku bagi para Geisha, seniman satu ini hanya bertugas menjadi sebatas “Sahabat” saja. Mereka akan dengan baik mendengar curahan isi hati si penyewa, berada di sampingnya ketika minum-minum, berbincang-bincang hingga terlelap dalam tidur.

Budaya Jepang Geisha tsukasa aoi wanita Penghibur

Di Jepang sendiri, kawasan Gion di kota lama Kyoto terkenal sebagai pusat kegiatan Geisha. Mereka dididik dengan baik di sana dari umur sekian tahun untuk menjadi seorang Geisha, dibekali pengetahuan dan memainkan alat musik. Namu, sebelum Minna-san mencari dan bercengkerana dengan para Geiko alias Geisha, sebaiknya membaca thread ini sampai habis karena ada beberapa hal yang perlu Minna-san ketahui.

Geisha di jepang sendiri sesuatu yang tabu untuk dibicarakan, tetapi semua orang di seluruh dunia sudah tahu apa itu geisha. Kenapa tabu ? karena pemahaman Geisha suka disalahartikan oleh sebagian orang bahwa Geisha itu selalu dengan konotasi yang negatif. 

Maka dari itu kita akan kupas sedikit tentang Geisha. Bagaimana Semua ini dimulai..???

Sejarah

Sejarah geisha dimulai dari awal pemerintahan Tokugawa, di mana Jepang memasuki masa damai dan tidak begitu disibukkan lagi dengan masalah-masalah perang. Seorang calon geisha harus menjalani pelatihan seni yang berat selagi usia dini. Berlatih alat musik petik shamizen yang membuat calon geisha harus merendam jarinya di air es. Berlatih alat musik lainnya juga seperti tetabuhan kecil hingga taiko. Berlatih seni tari yang menjadi kunci kesuksesan seorang geisha, karena geisha papan atas umumnya adalah penari, tari Topeng Noh yang sering dimainkan oleh geisha dihadirkan bagi masyarakat kelas atas berbeda segmennya dengan pertunjukkan Kabuki yang lebih disukai rakyat jelata. 

Geisha (bahasa Jepang:芸者 “seniman”) adalah seniman-penghibur (entertainer) tradisional Jepang. Kata geiko digunakan di Kyoto untuk mengacu kepada individu tersebut. Geisha sangat umum pada abad ke-18 dan abad ke-19, dan masih ada sampai sekarang ini, walaupun jumlahnya tidak banyak. Di Kansai, istilah “geiko” (芸妓) dan geisha pemula “maiko” (舞妓) digunakan sejak Restorasi Meiji. Istilah “maiko” hanya digunakan di distrik Kyoto. Pengucapan ˈgi ʃa (“gei-” – “key”) atau “gadis geisha” umum digunakan pada masa pendudukan Amerika Serikat di Jepang, mengandung konotasi prostitusi. Di Republik Rakyat Cina, kata yang digunakan adalah “yi ji,” yang pengucapannya mirip dengan “ji” dalam bahasa Mandarin yang berarti prostitusi. Geisha belajar banyak bentuk seni dalam hidup mereka, tidak hanya untuk menghibur pelanggan tetapi juga untuk kehidupan mereka Rumah-rumah geisha (“Okiya”) membawa gadis-gadis yang kebanyakan berasal dari keluarga miskin dan kemudian melatih mereka. Semasa kanak-kanak, geisha seringkali bekerja sebagai pembantu, kemudian sebagai geisha pemula (maiko) selama masa pelatihan.

Intinya bahwa Geisha itu bukan wanita penghibur, PSK, ataupun ladies Escort yang bisa dibawa tidur oleh kaum adam, tetapi justru awal mulanya mereka ada karena tuntutan karir dan zaman bahwa wanita bisa juga sebagai entertainer. Setelah 100 tahun sejak Geisha ada , ketidakpastian mengenai Keberadaan Geisha sendiri mulai bergeser sedikit demi sedikit. Di Jepang banyak sekali kaum adam saat itu (suami) yang tidak puas dengan rumah tangganya, nah karena kehebatan Geisha yg bisa menghibur, menari, melawak dan menyanyi maka tidak heran banyak kaum para suami/lelaki yang ingin mencari Geisha sebagai pasangan hidupnya. Dan inilah salah satu contoh pergeseran Geisha yang tadinya mereka adalah entertainer sejati menjadi buruan kaum adam yang sifatnya hanya pelarian dari kenyataan hidupnya.

Pakaian / Tata Busana Geisha Busana: Ditahun 1930 , seorang Geisha tampil bak supermodel , cantik, anggun, mempunyai tubuh yang seksi dan juga masih menghormati adat istiadat kuno jepang. Dan uniknya wanita Geisha sangat menutupi bagian auratnya yang bisa mengundang nafsu kaum adam, ini terlihat dari pakaian para geisha (kimono) seperti dibawah ini. Dan yang terbuka hanya bagian leher belakang yang berbentuk V. semakin panjang bentuk V-nya kebawah berarti sang Geisha semakin provokatif.

Memakai Kimono tidak mudah karena  baju kimono memiliki 12 lapisan. dan itu harus sesuai dengan masing-masing setelannyaUntuk memakainya memakan waktu sekitar  1 Jam lebih. Dan setelah kimono terpakai si wanita harus menyesuaikan gerakannya. Untuk menentukan  Geisha Muda dan Geisha Senior, lihat saja warna kerahnya. jika warna kerahnya Merah berarti Geisha Muda, dan jika kerah warna putih berarti Geisha Senior. 

Soal Rambut, Geisha kadang memakai wig atau juga rambutnya di bentuk dengan cara me-wax agar lebih mengembang. dan yang perlu dihindari adalah terlalu sering mencuci rabut ataupun menyisir rambutnya yg bisa mengakibatkan kerontokan rambut ataupun ramput tidak dapat mengembang                                  .

Ketrampilan apa yang harus dimiliki oleh seorang Geisha?                                   . 
1. Kemampuan menari tradisional                                                        . 
2. Kemampuan Menyanyi                                            . 
3. Kemampuan berkomunikasi                                                     . 
4. Kemampuan Melawak

Kerahasian yang tidak boleh dilakukan oleh seorang Geisha pada saat dia menghibur dan mereka harus pandai merahasiakan hal tersebut    :                                                             
1.Tidak boleh terlihat sedih , apalagi menangis                                                            
2.Tidak boleh menerima dan memberi cinta                                        
3.Tidak boleh memilih cinta                                     
4.Tidak boleh terlihat emosional apalagi melakukan kekerasan                                                 

Karena yang dilarang sifatnya adalah sesuatu hal yang suci yang diberikan tuhan kepada manusia yaitu CINTA.   Jadi , Geisha itu bukan seorang PSK. mereka adalah pekerja seni sejati, melestarikan kebudayaannya, menghibur dan membuat orang lain bahagia. tapi kalau dilihat apa yang dikorbankan bagi seorang Geisha agar bisa menghibur sungguh ironis dan tidak seimbang. tapi untungnya dunia ini sudah modern dan kita sekarang punya kebebasan untuk memilih mana yang baik dan mana yang salah. 

Bab III. Penutup

A. Kesimpulan

Demikian makalah ini kami sususun, mohon maaf bila banyak kekurangan. Namun ada beberapa point yang dapat kami simpulkan yang berupa penilaian atau argumentasi terhadap budaya jepang.

  1. Keanekaragaman budaya jepang memiliki nilai esensi yang tinggi dengan karakteristik yang berbeda-beda.
  2. Indonesia perlu memaplikasikan program-program masyarakat jepang dalam mempertahankan budyanya.
  3. Kebudayaan jepang memiliki nilai budaya yang tinggi, yang sampai sekarang masih mengkombinasikan budaya tradisionalnya ditengah zaman modern saat ini.
  4. Kebudayaan Jepang sangat tertata, rapih dan lebih tradisionalis

Semoga makalah ini dapat memberikan inspirasi bagi kita semua untuk selalau menjaga dan melestarikan budaya agar dapat menjadi buah tangan bagi cucu kita nanti. Terimakasih atas semua pihak yang telah mendukung tersusunya makalah ini


DAFTAR PUSTAKA

Suka Jepang .[2015]. Macam Tradisi & Budaya Jepang, Budaya Tradisional Hingga Modern

.[Online]. Tersedia:  http://sukajepang.com/macam-macam-budaya-jepang/ diakses pada tanggal : [04 Oktober  2016]

Silence Angelo, Winata.[2016]. 8 Hal Tentang Geisha, Seorang Seniman Wanita Asal Jepang.[Online]. Tersedia : https://www.akibanation.com/8-hal-geisha-seorang-seniman-wanita-asal-jepang/   diakses pada tanggal : [04 Oktober 2016 ]

Rohman, Fatwa.[2016]. Upacara Minum Teh Jepang (Sadou) サドウ .[Online]. Tersedia: http://fatwarohman.blogspot.co.id/2012/06/upacara-minum-teh-jepang-sadou.html diakses tanggal : [04 Oktober  2016]

Lukman’s world.[2011]. Makalah Kebudayaan Jepang.[Online]. Tersedia:http://lukmansworld.blogspot.co.id/2011/05/makalah-kebudayaan-jepang.html diakses tanggal : [04 Oktober 2016]

Rumintha,Fathia. [2014]. MAKALAH KEBUDAYAAN JEPANG.[Online]. Tersedia: http://keciljugul.blogspot.co.id/2014/06/makalah-kebudayaan-jepang.html diakses tanggal : [04 Oktober 2016].

Laporan Hasil Praktikum – Kerja Otot Gastrocnemius

Kerja Otot Gastrocnemius Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Otot dirangsang dengan rangsangan maksimal secara beruntun (multiple) dan frekuensi ditinggikan berpotensi menimbulkan beberapa gambaran...
Ananda Dwi Putri
8 min read

Laporan Praktikum Fluida Statis dan Hukum Archiemedes

Fluida Statis dan Hukum Archiemedes Bab. Pendahuluan A. Latar Belakang Fluida adalah zat yang dapat mengalir. Kata Fluida mencakup zat car, air dan gas...
Ahmad Dahlan
7 min read

Laporan Agroklimatologi – Pengukuran Kelembaban

Pengukuran Kelembaban Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Dalam atmosfer (lautan udara) senantiasa terdapat uap air. Kadar uap air dalam udara disebut kelembaban (lengas udara)....
Ananda Dwi Putri
9 min read

Leave a Reply