Makalah Biomekanika dan Kinesiologi Serta Analisiss Olahraga Tolak Peluru

Biomekanika dan Kinesiologi Serta Analisiss Olahraga Tolak Peluru

Bab I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Biomekanik dan kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari gerakan pada makhluk hidup, yaitu gerakan pada manusia. Olahraga membutuhkan suatu gerakan dan aktifitas fisik yang teratur untuk mencapai sebuah kebugaran jasmani. Dalam biomekanik dan kinesiologi olahraga mempelajari suatu usaha gerakan yang bertujuan untuk mencapai hasil maksimal dalam berolahraga. Salah satu olahraga yang mudah dianalisis oleh biomekanik dan kinesiologi adalah olahraga tolak peluru, lempar lembing, lempar martil, dll.

Secara terminologi, Biomekanik terdiri atas 2 kata yaitu kata “Bio” = makhluk hidup dan kata “Mekanikal” = gerakan. Biomekanik secara umum/luas adalah ilmu yang mempelajari gerakan pada manusia, yang dipengaruhi oleh sistem anatomi, fisiologi, psikologis, mekanis dan sosiokultural. Sedangkan pengertian Biomekanik secara sempit adalah ilmu yang mempelajari gerakan pada manusia. Adapun pengertian Biomekanik secara ilmiah adalah ilmu yang mempelajari cara menentukan gaya, perubahan dan beban mekanik pada otot, tulang dan sendi dari tubuh manusia.

Kinesiologi, berasal dari kata Yunani kinesis (gerakan) dan kinein (untuk pindah), juga dikenal sebagai kinetika manusia, adalah ilmu tentang gerakan manusia. Kinesiologi berasal dari kata kines dan logos, kines adalah gerak sedangkan logos berati ilmu, jadi kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang gerak, khususnya gerak pada manusia.

Dari tinjauan Biomekanik dan kinesiologi, sangat penting untuk diperhatikan adalah bahwa peluru pada tolak peluru harus dilepaskan pada saat kecepatan maksimum, ketinggian maksimum dan juga pada sudut tolakan kurang dari 45 derajat. Ketiga hal ini mutlak penting untuk mencapai tujuan tolak peluru yaitu melontarkan objek untuk mencapai jarak horisontal maksimal.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

  1. Apakah yang dimaksud dengan biomekanik dalam olahraga?
  2. Apakah yang dimaksud dengan kinesiologi dalam olahraga?
  3. Bagaimana caranya menganalisis biomekanik dan kinesiologi olahraga tolak peluru?

C. Tujuan Permasalahan

Adapun tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini, yaitu sebagai berikut:

  1. Memenuhi tugas yang diberikan pada mata kuliah Biomekanik dan kinesiologi olahraga.
  2. Sebagai salah satu bentuk pengetahuan tentang Biomekanik dan kinesiologi serta analisis olahraga tolak peluru.

Bab II. Pembahasan

A. Pengertian Biomekanik

Secara terminologi, Biomekanik terdiri atas 2 kata yaitu kata “Bio” = makhluk hidup dan kata “Mekanikal” = gerakan. Jadi Biomekanik adalah ilmu yang mempelajari gerakan pada makhluk hidup, dimana dalam Biomekanik hanya mempelajari gerakan pada manusia. Dengan demikian, pengertian Biomekanik secara umum/luas adalah ilmu yang mempelajari gerakan pada manusia, yang dipengaruhi oleh sistem anatomi, fisiologi, psikologis, mekanis dan sosiokultural. Sedangkan pengertian Biomekanik secara sempit adalah ilmu yang mempelajari gerakan pada manusia. Adapun pengertian Biomekanik secara ilmiah adalah ilmu yang mempelajari cara menentukan gaya, perubahan dan beban mekanik pada otot, tulang dan sendi dari tubuh manusia.

Biomekanik adalah bidang ilmu aplikasi mekanika pada sistem biologi. Biomekanik merupakan kombinasi anatara disiplin ilmu mekanika terapan dan ilmu-ilmu biologi dan fisiologi. Dalam biomekanik, prinsip-prinsip mekanika dipakai dalam penyusunan konsep, analisis, desain dan pengembangan peralatan dan sistem dalam biologi dan kedokteran. Ilmu ini adalah sebuah penerapan dari hokum mekanik untuk mendeskripsikan gerakan manusia, juga sebuah ilmu yang mempelajari gaya yang bekerja dan dihasilkan pada tubuh manusia beserta efeknya pada lapisan, cairan ataupun material yang digunakan untuk keperluan diagnosis, perawatan dan penelitian.

Ilmu ini juga merupakan ilmu yang menggunakan prinsip-prinsip kerja mesin untuk memahami kerja mekanis tubuh dan bahwa eksistensi manusia ditentukan oleh kemampuan mobilitasnya yang diakibatkan oleh pemakaian gaya-gaya otot untuk menghasilkan gerakan.

Bidang ilmu biomekanik terdiri dari dua macam gerakan, yaitu:

  1. Kinematik, Mempelajari gerakan baik mengenai perpindahannya, kecepatan dan percepatan, tanpa memperhatikan penyebab gerakan.
  2. Kinetik, Berhubungan dengan kerja gaya-gaya pada benda dan akibat (hasil) kerja gaya-gaya tersebut.

Baik gerakan kinematik maupun kinetik dibedakan menjadi dua macam gerakan yaitu:

  1. Gerakan linear, adalah gerakan lurus ataupun melengkung sepanjang jalur dimana seluruh titik pada tubuh manusia bergerak pada jarak dan waktu yang sama.
  2. Gerakan angular, adalah gerakan disekitar titik yang sama sehingga daerah yang berbeda pada segmen tubuh yang sama tidak bergerak pada jarak dan waktu yang sama. Gerakan ini bekerja pada jalur imaginer yang disebut sumbu rotasi.

Kita sudah mengetahui tentang anatomi terapan FT, yang terdiri atas : sistem otot, sistem tulang dan sendi serta sistem saraf yang menyebabkan manusia dapat bergerak dan dapat melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari, tetapi tidak terlepas dari pengaruh lingkungan manusia tersebut. Ada 5 pendekatan didalam mempelajari gerakan pada manusia, yaitu:

1)             Pendekatan Anatomi

Dimana menggambarkan (menjelaskan) tentang struktur tubuh dan bagian-bagiannya serta bagian-bagian tubuh yang potensial untuk menghasilkan gerakan.

2)             Pendekatan Fisiologis

Dimana mempelajari tentang proses terjadinya gerakan, kontinuitas gerakan dan kontrol gerakan.

3)             Pendekatan psikologis

Dimana mempelajari berbagai sensasi, persepsi dan motivasi yang menstimulasi terjadinya gerakan serta mekanisme neurologis yang mengontrolnya.

4)             Pendekatan Mekanik

Dimana menjelaskan adanya gaya, waktu dan jarak yang berhubungan dengan gerakan tubuh manusia.

5)             Pendekatan sosio-kultural

Dimana menjelaskan tentang pengertian dari gerakan yang bervariasi didalam lingkungan yang berbeda-beda.

2.2         Pengertian Kinesiologi

Kinesiologi, berasal dari kata Yunani kinesis (gerakan) dan kinein (untuk pindah), juga dikenal sebagai kinetika manusia, adalah ilmu tentang gerakan manusia. Kinesiologi berasal dari kata kines dan logos, kines adalah gerak sedangkan logos berati ilmu, jadi kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang gerak, khususnya gerak pada manusia.

Tujuan kinesiologi ditinjau dari beraneka macam kegiatan yang bergerak pada bidang kinesiologi adalah:

1)             Health promotion : Kinesiologists yang bekerja di industri promosi kesehatan berfokus pada bekerja dengan individu yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, kebugaran, dan kesejahteraan individu.

2)             Klinis / Rehabilitasi : Kinesiologists yang bekerja dengan individu-individu dengan kondisi menon-aktifkan yang bertujuan untuk membantu mereka mendapatkan kembali fungsi fisik yang optimal.

3)             Ergonomics : Kinesiologists yang ini bekerja di industri yang bertujuan untuk menilai kesesuaian desain workstation dan memberikan saran untuk modifikasi dan alat-alat bantu.

4)             Kesehatan dan Keselamatan : Kinesiologists yang bekerja adalah orang yang terlibat dalam konsultasi dengan industri dan bertujuan untuk mengidentifikasi bahaya dan memberikan rekomendasi dan solusi untuk mengoptimalkan kesehatan dan keselamatan pekerja.

5)             Disability manajemen/ Case koordinasi : Kinesiologists bekerja merekomendasikan dan menyediakan rencana aksi yang bertujuan untuk mengembalikan individu yang terluka fungsi optimal mereka dalam semua aspek kehidupan.

Manfaat dari hasil kerja kinesiologi yaitu:

a)             Mengetahui keseluruhan kondisi kesehatan organ tubuh atau sistem organ dalam metabolisme suatu zat dalam tubuh.

b)             Mengetahui kondisi imunitas/ kekebalan tubuh dan seluruh gangguan alergi yang dialami.

c)             Mengetahui keseimbangan vitamin dan mineral dalam tubuh.

d)             Mengetahui keseimbangan hormonal tubuh.

e)             Mengetahui respon tubuh terhadap zat, obat bahkan makanan, sehingga diketahui zat/ obat/ makanan apa saja yang cocok untuk tubuh.

f)               Dapat mengetahui gangguan mental dan emosional, stress dan depresi yang mengganggu kesehatan tubuh.

g)             Mengetahui tingkat kesehatan tubuh, baik yang normal ataupun yang menderita suatu penyakit, akut maupun kronis.

h)             Membantu ketepatan suatu diagnosa dan terapi kasus kesakitan serta respon tubuh (alergi/tidak atau cocok/tidak) terhadap suatu bahan/zat/obat.

2.3         Analisis Biomekanik dan Kinesiologi Olahraga Tolak Peluru

Tolak peluru merupakan salah satu nomor perlombaan atletik. Nomor ini diperlombakan untuk kategori pria dan wanita. Berat peluru untuk kategori wanita adalah 4 kilogram dan untuk kategori pria 7,26 kilogram. Peluru terbuat dari besi keras, kuningan atau logam lain dan tidak boleh lebih lunak dari kuningan, atau kulit metal yang keras diisi dengan timah atau materil lain.

Dalam perlombaan tolak peluru, gerakan-gerakan atlit dalam usahanya untuk melaksanakan tolakan harus dilakukan di dalam sebuah lapangan yang dibatasi oleh sebuah lingkaran dengan garis tengah 2,135 m. Peluru harus jatuh di dalam sebuah sektor yang dibatasi oleh dua garis lurus yang ditarik dari pusat lingkaran ke ujung-ujung busur pada lingkaran dengan besar sudut 40 derajat.

A)           Teknik tolak peluru gaya o’brien

1)             Teknik Awalan.

a)             Berdiri Tegak membelakangi arah tolakan.

b)             Peluru dipegang dengan tangan kanan dan jari-jari terbuka.

c)             Jari kelingking dan ibu jari menjaga agar peluru tidak menggeser ke samping.

d)             Peluru diletakkan atau ditempelkan diantara bahu dan leher dibawah rahang dengan telapak tangan terbuka ke atas.

e)             Siku bengkok dan lemas di samping badan.

f)               Lutut kaki kanan dibengkokan, berat badan pada kaki kanan, tungkai kiri lurus ke belakang rileks

2)             Gerak Meluncur

a)             Lengan kiri dilipat di depan badan untuk membentuk keseimbangan.

b)             Tarik tungkai kiri ke depan, lutut dilipat di bawah perut di samping tungkai depan (kanan).

c)             Luruskan kembali tungkai kiri.

d)             Bersamaan dengan meluruskan tungkai kiri ke belakang, tolakan kaki kanan kuat dan pindahkan kaki kanan searah dengan gerakan tubuh sejauh-jauhnya sehingga kaki kiri menyentuh balok tolakan.

e)             Gerakan melentur diakhiri dengan sikap lutut tungkai kiri lurus, lutut tungkai kanan bengkok, berat badan pada kaki kanan.

3)             Teknik Tolakan

a)             Bersamaan dengan kaki kiri menyentuh balok, luruskan lutut tungkai kanan dan tolak atau dorong peluru dengan cepat dibantu dengan putaran pinggul, putaran lengan kiri, lenturan togok dan ekstensi pergelangan tangan kanan.

b)             Sudut tolakan kira-kira 40 derajat dengan bidang horisontal.

c)             Setelah menolak lengan kanan tetap lurus.

d)             Berat badan ke depan, supaya tidak keluar lingkaran pindahkan kaki kanan ke depan.

Menurut pandangan Biomekanik, tolak peluru termasuk jenis keterampilan yang diklasifikasikan dalam: Melontarkan objek untuk mencapai jarak horisontal maksimal. Selain tolak peluru, termasuk dalam klasifikasi ini adalah lempar cakram, lempar lembing, lontar martil dan lompat jauh.

Melontarkan peluru berarti menggerakkan benda/objek, dan agar objek bergerak ke suatu jarak tertentu diperlukan tenaga (force). Tenaga (force) ini diperlukan untuk melawan gaya gravitasi yang bekerja pada setiap benda yang berada di bumi. Gaya gravitasi atau gaya tarik bumi ini bekerja menarik setiap benda ke arah pusat bumi. Untuk menggerakkan sebuah benda makin menjauhi pusat bumi maka makin besar juga tenaga yang harus dikerahkan. Lintasan peluru dalam tolak peluru dalam konsep biomekanika bisa disebut sebagai proyektil dalam olahraga. Atau bisa juga disebut sebagai gerak parabola.

Berdasarkan keterangan di atas Faktor-faktor yang mempengaruhi jauhnya tolakan dalam tolak peluru :

1)             Besarnya kecepatan awal peluru pada saat lepas dari tangan.

2)             Besarnya sudut tolakan.

3)             Ketinggian peluru saat lepas dari tangan.

Untuk memperjelas hal ini, berikut disajikan gambar faktor-faktor yang berhubungan dengan jarak horisontal benda yang menjalani gerak parabola.

Jika peluru atau benda ditolak dengan kecepatan yang sama, tetapi pada saat lepas dari tangan dengan ketinggian yang berbeda (h1 dan h2), maka akan menghasilkan jarak horisontal yang berbeda (h2 > h1). Perbedaan ketinggian saat peluru lepas dari tangan terutama tergantung pada postur tubuh atau tinggi badan atlit dan teknik menolak.

Untuk membuktikan hal tersebut berikut ini diberikan contoh soal; Dalam tolak peluru, diketahui kecepatan awal peluru saat lepas dari tangan (Vo)= 10m/d, sudut tolakan a= 450, Dan percepatan gravitasi g= 10m/d2. Tolakan pertama ditolak pada ketinggian 1.70 m dan tolakan kedua pada ketinggian 2 m, maka jarak yang terjauh dari kedua tolakan adalah pada ketinggian?

Pada ketinggian 1.70 m

Mencari jarak tolak (X) sampai puncak parabola dalam sumbu x

V02 Sin 2a = 102 Sin 90 = 100(1) = 100

Xh = = = = 5 m

2g = 2×10 = 20

Mencari jarak vertical dari ketinggian tolak (1.70m) sampai puncak parabola.

Vo2 Sin2a = 102(0.5) = 100(0.5) = 50

Yh = = = = = 2.5

2g = 2×10 = 20

t = Ö2 ( Y + Yh ) = Ö2 (1.7 + 2.5) = 0.92 dt

g=10

· Mencari jarak tolak (X) dari puncak parabola sampai tanah

X = Vo Cos a t = 10 x 0.71 x 0,92 = 6.53 m

·               Jadi jarak total tolakan adalah Xtotal = Xh + X = 5 + 6.53 = 11.53 m

Pada ketinggian 2 m

·               Mencari jarak tolak (X) sampai puncak parabola dalam sumbu x

V02 Sin 2a=102 Sin 90=100

Xh = = = = 5 m

2g=2 x 10=20

·               Mencari jarak vertical dari ketinggian tolak ( 2 m) sampai puncak parabola.

Vo2 Sin2a=102 X 0.5=100 x 0.5=50

Yh = = = = = 2.5

2g=2 x 10=20

t = Ö 2 ( Y + Yh ) = Ö 2 (2 + 2.5) = 0.95 dt

g=10

·               Mencari jarak tolak (X) dari puncak parabola sampai tanah

X = Vo Cos a x t = 10 x 0.71 x 0,95 = 6.75 m

·               Jadi jarak total tolakan adalah Xtotal = Xh + X = 5 + 6.75 = 11.75 m

Jadi menolak pada ketinggian 2 meter akan menghasilkan jarak tolak yang lebih jauh dari pada menolak pada ketinggian 1.7 m terbukti.

Jika peluru ditolak dari ketinggian yang sama, tetapi dengan kecepatan saat lepas dari tangan berbeda (V1 < V2) maka lintasan parabola akan meyebabkan benda jatuh pada titik yang berbeda yaitu V2 > V1. Benda yang ditolak dengan kecepatan awal lebih besar akan jatuh pada tempat yang lebih jauh. Eksplosif power yang dapat dikerahkan oleh pelempar akan menentukan besaran kecepatan awal peluru saat lepas dari tangan. Eksplosif power adalah hasil kali antara kekuatan dengan kecepatan gerak.

Dari contah soal di atas jika tolakan pertama Vo = 10 m/dt dan tolakan kedua 15 m/dt pada ketinggian 2 m, maka yang lebih jauh adalah tolakan dengan kecepatan awal ….?

Sekarang kita tinggal mencari jarak tolakan dengan kecepatan awal (Vo) 15 m/dt.

·Mencari jarak tolak (X) sampai puncak parabola dalam sumbu x

V02 Sin 2a = 152 Sin 90 = 225

Xh = = = = 11.25 m

2g = 2×10 = 20

·               Mencari jarak vertical dari ketinggian tolak ( 2 m) sampai puncak parabola.

Vo2 Sin2a = 152×0.5 = 225 x 0.5 = 112.5

Yh = = = = = 5.6

2g = 2×10 = 20

t = Ö2 ( Y + Yh ) = Ö2 (2 + 5.6) = 1.23 dt

g 10

·               Mencari jarak tolak (X) dari puncak parabola sampai tanah

X = Vo Cos a x t = 10 x 0.71 x 1.23 = 8.73 m

·               Jadi jarak total tolakan adalah Xtotal = Xh + X = 11.25 + 8.73 = 19.98 m

Jika peluru ditolak dari ketinggian yang sama dengan kecepatan awal sama, maka jarak horisontalnya ditentukan oleh sudut elevasinya, yaitu sudut yang dibentuk oleh arah tolakan dengan bidang horisontal.

Sudut elevasi yang akan mengahsilkan jarak horizontal terjauh dari suatu benda yang bergerak menurut lintasan parabola tergantung pada letak bidang tempat mendaratnya. Ada tiga model tempat mendarat dalam gerak lintas parabola:

1)             Tempat mendarat sama tinggi atau satu bidang horisontal dengan titik lepas benda. Sudut yang paling baik adalah 45 derajat dengan bidang horisontal.

2)             Tempat mendarat lebih rendah dari titik lepas benda atau sama tinggi dengan bidang tempat melempar maka sudut yang paling baik adalah 40 derajat.

3)             Tempat mendarat lebih rendah dari pada tempat tumpuan pelempar, maka sudut yang paling tepat adalah 30 derajat.

B)            Analisis gerakan tolak peluru

Untuk menganalisa gerakan tolak peluru dibutuhkan alat bantu video atau gambar cinematografi. Hal ini dikarenakan gerakan tolak peluru dilakukan dengan sangat singkat kurang lebih 2 detik dari persiapan sampai proses menolak. Dengan alat bantu gambar kita bisa menganalisa gerakan tolak peluru secara detail. Fase persiapan berlangsung lambat. Pada fase persiapan ini kecepatan bagian anggota badan tidak terlalu penting, sebab gerakan-gerakan hanya bertujuan untuk memantapkan kesetimbangan tubuh. Kecepatan gerak tertinggi terjadi pada fase gerakan.

Dari tinjauan Biomekanik dan kinesiologi, sangat penting untuk diperhatikan adalah bahwa peluru harus dilepaskan pada saat kecepatan maksimum, ketinggian maksimum dan juga pada sudut tolakan kurang dari 45 derajat. Ketiga hal ini mutlak penting untuk mencapai tujuan tolak peluru yaitu melontarkan objek untuk mencapai jarak horisontal maksimal.

Gerakan Lutut dan Pinggul

Lutut dan pinggul merupakan titik-titik kritis dalam tolak peluru. Lutut kanan dan sendi pinggul fleksi dalam posisi sudut optimum sehingga peregangan otot cukup untuk menghasilkan tenaga maksimum. Hal ini perlu diperhatikan pada fase akhir persiapan. Bila regangan otot tidak mencapai titik kritis maka pada saat akstensi lutut tidak akan terjadi kekuatan rotasi maksimum. Kemudian pada saat peluru lepas, lutut harus dalam keadaan ekstensi penuh. Jika ini tidak dilakukan maka ketinggian peluru saat lepas dari tangan tidak berada pada ketinggian maksimum yang akan dapat mengurangi jarak tolakan horisontal.

Gerakan Pinggang dan Persendian Pinggul

Pada fase persiapan, pinggang dan persendian pinggul berada di atas bidang tumpuan yang mantap, sehingga kesetimbangan dapat dipertahankan. Masa badan (center of gravity) letaknya lebih rendah oleh karena pengaruh fleksi lutut kanan sebagai kaki tumpuan. Otot ekstensor kaki tumpuan berada dalam keadaan diregang untuk kontraksi dengan kekuatan penuh pada saat dimulainya fase Gerak. Keadaan pinggul tetap dalam kesetimbangan gerak seperti terlihat pada frame 12 hingga frame 20. Tenaga terbesar dihasilkan pada saat dimulainya putaran pinggul. Pada saat putaran putaran pinggul harus terlihat adanya urutan perpindahan kedudukan pusat masa badan. Peluru lepas pada saat mencapai ketinggian maksimum seperti terlihat dalam frame 32. Kecepatan gerak peluru dalam menjalani lintasannya sangat menentukan hasil tolakan.

Bidang tumpuan yang mendukung kesetimbangan gerak ke depan pada tolak peluru ditunjang oleh satu titik tumpu dan dua titik tumpu secara bergantian. Pada fase persiapan kesetimbangan tubuh ditumpu oleh satu kaki yaitu kaki kanan. Keadaan ini berlangsung sampai sampai permulaan fase gerakan. Pada fase gerakan kesetimbangan bertumpu pada dua titik (kaki) sehingga tingkat kesetimbangannya lebih stabil. Akibatnya rotasi pinggul dapat berjalan tanpa merusak kesetimbangan tubuh.

Kepala dan Leher

Kedudukan kepala dan leher atlit tolak peluru tetap dalam keadaan ekstensi dari awal sampai akhir gerakan.

Gerak Lengan dan Gerak Tangan

Pada saat terakhir dari fase gerak maju, gerak lengan kiri memberikan sumbangan terhadap mekanisme refleks fleksor–ekstensor dan memelihara kesetimbangan pada saat peluru lepas. Terjadi abduksi jari tangan dan fleksi pergelangan tangan pada saat peluru lepas.

Otot Penggerak, Sumbu gerak dan Pengungkit (Tuas)

a)             Tahap Persiapan

1)             Cara Memegang

Tangan menggenggam peluru dan di tempelkan pada leher bagian samping.

·               Sendi:

–               Articulatio Intercarpea

–               Articulatio Carpometacarpea II – V

–               Articulatio Carpometacarpea I

–               Articulatio Metacarpo Phalangea

·               Otot:

–               M. Bicep Brachii

–               M. Coracobrachiali

–               M. Supraspinatus

Jenis Pengungkit Ke 3

2)             Posisi Punggung

Punggung membungkuk

·               Sendi :

–               Articulatio lumbalo sacralis

·               Otot :

–               M. Psoas Minor

–               M. Psoas Mayor

3)             Posisi Tungkai

Posisi lutut fleksi

·               Sendi :

–               Articulatio Genue

–               Articulatio Coxae

·               Otot :

–               M. Bicep Femoris

b)             Tahap Pelaksanaan

1)             Gerakan kaki

Kaki kiri diayunkan ke depan dan ke belakang

·               Sendi :

–               Articulatio Coxae

–               Articulatio Genue

·               Otot :

–               M. Gluteus Maximus

–               M. Iliacus

Sumbu : Frontal

Bidang : Sagital

Gerakan : Abduksi

Jenis Pengungkit ke 1

2)             Gerakan Melangkahkan Kaki

Kedua Kaki di langkahkan atau digeser ke belakang

·               Sendi :

–               Articulatio Talotartalis

–               Articulatio talocal Caneonavicularis

·               Otot :

–               M. Extensor digitorum longus

–               M. Gastroknemeus

Sumbu : Sagital

Bidang : Frontal

Jenis Pengungkit ke 2

3)             Menolak Peluru

Posisi pinggang diputar kemudian peluru dilepas

·               Sendi :

–               Articulatio Intervertebralis

–               Articulatio Humeri

·               Otot :

–               M. deltoideus

–               M. Obliquus Eksternus abdominis

–               M Pectoralis mayor

c)             Tahap Gerakan Lanjutan

Setelah Peluru dilepas kaki kanan dilangkahkan kedepan

·               Sendi :

–               Articulatio Coxae

–               Articulatio Genue

·               Otot :

–               M. Quadricep Femoris

–               M. Rectus femoris

Sumbu : Lateral

Bidang : sagital

Gerakan : Abduksi

Pengungkit 1

Hukum-Hukum Newton yang Bekerja Pada Tolak Peluru Gaya O’Brien

1)             Hukum Newton I (Hukum Kelembaman)

Bunyi Hukum Newton I : “Setiap benda akan tetap berada dalam kedaan diam atau bergerak lurus beraturan, kecuali ada gaya luar yang mempengaruhinya.”

Terjadi pada fase persiapan dan fase gerak lanjutan.

2)             Hukum Newton II (Hukum Momentum/Percepatan)

“Perubahan kecepatan gerak sebanding dengan besarnya tenaga yang bekerja pada benda tersebut, arahnya searah dengan arah tenaga yang bekerja”.

Hukum percepatan ini terjadi pada saat fase gerakan. Semakin besar percepatan semakin pula jarak tolakan.

3)             Hukum newton III (Hukum Aksi Reaksi)

“Setiap aksi selalu akan menimbulkan reaksi yang samabesar dengan arah yang berlawanan”

Terjadi pada saat tungkai menjejak tanah untuk gerakan ekstensi agar dapat menolak peluru sejauh-jauhnya. Semakin besar tenaga yang digunakan untuk ekstensi lutut semakin besar pula tenaga yang dihasilkan untuk menolak peluru.

Momen Inersia

Momen Inersia merujuk pada sebuah kecenderungan untuk mempertahankan posisinya. Benda dalam keadaan diam cenderung susah untuk bergerak tetapi jika sudah bergerak maka susah untuk menghentikannya. Momen Inersia ini terjadi pada fase persiapan dan fase gerak lanjutan.

BAB III

PENUTUP

3.1         Kesimpulan

Secara terminologi, Biomekanik terdiri atas 2 kata yaitu kata “Bio” = makhluk hidup dan kata “Mekanikal” = gerakan. Jadi Biomekanik adalah ilmu yang mempelajari gerakan pada makhluk hidup, yaitu gerakan pada manusia. Bidang ilmu biomekanik terdiri dari dua macam gerakan, yaitu: Kinematik dan Kinetik. Kinesiologi, berasal dari kata Yunani kinesis (gerakan) dan kinein (untuk pindah), juga dikenal sebagai kinetika manusia, adalah ilmu tentang gerakan manusia. Kinesiologi berasal dari kata kines dan logos, kines adalah gerak sedangkan logos berati ilmu, jadi kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang gerak, khususnya gerak pada manusia. Dari tinjauan Biomekanik dan kinesiologi tentang tolak peluru, sangat penting untuk diperhatikan adalah bahwa peluru harus dilepaskan pada saat kecepatan maksimum, ketinggian maksimum dan juga pada sudut tolakan kurang dari 45 derajat. Ketiga hal ini mutlak penting untuk mencapai tujuan tolak peluru yaitu melontarkan objek untuk mencapai jarak horisontal maksimal.

3.2         Saran-saran

Biomekanik dan kinesiologi dapat menganalisis olahraga tolak peluru dalam mencapai tolakan peluru dengan hasil yang maksimal, yaitu dengan cara peluru harus dilepaskan pada saat kecepatan maksimum, ketinggian maksimum dan juga pada sudut tolakan kurang dari 45 derajat. Ketiga hal ini mutlak penting untuk mencapai tujuan tolak peluru yaitu melontarkan objek untuk mencapai jarak horisontal maksimal. Sehingga peluru dapat mencapai jarak terjauh.

DAFTAR PUSTAKA

Comments

Leave a Reply