MONDAY 29 JANUARY 2018
Bagikan :
Makalah Adab Dengan Teman Sebaya dan Teman yang Lebih Tua dalam Islam
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di antara kelaziman hidup bermasyarakat adalah budaya saling hormat menghormati, saling menghargai satu sama lain, dalam keluarga sangatlah penting di tanamkan abad dan tatakrama yang sopan terhadap kedua orang dan santun apabila berbicara terhadap keduanya.
Di zaman yang modern seperti sekarang ini telah banyak pergeseran tentang adab atau prilaku sehingga menjurus kepada dekadensi moral, anak dengan orang tua tiada jarak yang memisahkan seperti layaknya teman sebaya, murid dengan guru sudah tidak bisa lagi dibedakan baik dalam perkataan, perbuatan ataupun prilaku dalam kehidupan sehari-hari yang seakan-akan tidak mencerminkan prilaku seorang guru ataupun peserta didik.
Oleh karena itu dalam makalah ini kami akan membahas tentang “Adab pergaulan dalam Islam dengan teman sebaya dan teman lebih tua”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana adab pergaulan dalam Islam dengan teman sebaya?
2. Bagaimana adab pergaulan dalam Islam dengan teman yang lebih tua?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui adab pergaulan dalam Islam dengan teman sebaya.
2. Untuk mengetahui adab pergaulan dalam Islam dengan teman yang lebih tua.
3. Untuk memenuhi slah satu tugas mata Pelajaran Aqidah Akhlak.
baca Juga :Makalah beramal shalih dan toleransi dalam Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. ADAB PERGAULAN DENGAN TEMAN SEBAYA DAN TEMAN LEBIH TUA
adab (ادب) dalam bahasa arab yang artinya budi pekerti, tata krama, atau sopan santun. arti adab secara keseluruhan yaitu segala bentuk sikap, prilaku atau tata cara hidup yang mencerminkan nilai sopan santun, kehalusan, kebaikan, budi pekerti atau akhlak. orang yang beradab adalah orang yang selalu menjalani hidupnya dengan aturan atau tata cara.
Adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun yang didasarkan atas aturan agama, terutama Agama Islam. Norma tentang adab ini digunakan dalam pergaulan antarmanusia, antartetangga, dan antarkaum. Sebutan orang beradab sesungguhnya berarti bahwa orang itu mengetahui aturan tentang adab atau sopan santun yang ditentukan dalam agama Islam. Namun, dalam perkembangannya, kata beradab dan tidak beradab dikaitkan dari segi kesopanan secara umum dan tidak khusus digabungkan dalam agama Islam.
Selaku makhluk sosial, kita tentu tidak akan hidup hanya seorang diri saja. Kita membutuhkan yang namanya teman dalam hidup kita. Namun, dalam mencari teman kita harus selektif dan hati-hati. Tidak semua orang harus kita jadikan teman, dan setelah kita mendapatkannya, kita tidaklah asal-asalan di dalam bergaul dengannya.
1. Carilah Teman Yang Baik
Dalam mencari teman, carilah teman yang selalu mengingatkan kita dalam kebaikan, yang bisa menuntun kita menuju jalan-Nya. Karena teman yang baik bisa menjadi syafa’at bagi kita pada hari kiamat kelak.
2. Etika Berinteraksi
Ketika kita bertemu dengan seorang Muslim hendaklah kita mengucapkan salam walaupun kita tidak mengenalnya, dan berilah senyuman karena senyuman itu sebagian dari ibadah. Dan juga ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam berintraksi dengan teman sebaya, di antaranya :
a. Menyikapi Teman Sebagai Saudara
Karena umat Muslim itu ibarat satu tubuh, jika ada organ tubuh kita yang tersakiti maka anggota yang lain juga ikut merasakannya. Sebagaimana hendaknya kaum Muslimin, jika saudaranya yang satu iman sedang tersakiti, maka kaum Muslimin yang lainnya akan merasakan sakit tersebut.
Jika teman kita sedang kesulitan maka kita pun harus membantunya, dan selalu menemaninya baik dikala susah maupun senang.
b. Saling Menghormati dan Menghargai
Kaum Muslimin adalah seluruhnya sama, yang membedakan mereka hanyalah kadar iman dan takwa masing-masing. Namun, antara satu dengan yang lainnya haruslah menciptakan rasa hormat dan saling menghargai antara satu dengan yang lain. Yang muda menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang muda. Jika terdapat perbedaan pendapat antara satu dengan yang lainnya, hendaknya disikapi dengan rasa lapang dada dan saling menghargai pendapat. Sebab satiap orang memiliki pemikiran berbeda-beda. Dan juga tidak semua yang akan menolong kita adalah berasal dari orang-orang yang memiliki kedudukan atau kekayaan. Bisa jadi kita dibantu oleh saudara kita yang miskin dan tidak memiliki pangkat. Sebagaimana sabda Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam,
Artinya : “Tiadalah kamu mendapat pertolongan dan rezeki, kecuali dari orang-orang lemah dari kalangan kamu”. (HR. Bukhari)
Dari sini jangan sampai kita meremehkan dan tidak menjunjung kehormatan saudara kita. Sebab sebagaimana yang disebutkan tadi, semua kaum Muslimin itu sama.
c. Bersikap Amanah (dapat dipercaya) dan Jujur
Apabila teman memberikan amanah terhadap kita,kita harus bisa menjaganya dan berlaku jujur karena kepercayaan mahal harganya. Jika sebuah kepercayaan sudah kita ingkari maka kepercayaan untuk kedua kalinya tidak akan sama.
d. Berprasangka Baik
Sebagai kaum Muslimin, hendaknya kita mengedepankan perasangka baik terhadap saudara kita. Jangan sampai kita mudah su’u dzan (buruk sangka) terhadap kawan atau saudara kita. Sebab Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
إياكم والظنَّ فإنَّ الظنَّ أكذبُ الحديث
Artinya : “Jauhilah dari kalian perasangka buruk, sebab perasangka buruk adalah sedusta-dustanya perkataan” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
e. Niat Untuk Berteman Bukan Untuk Memanfaatkan
Sering kita temui dari banyak teman yang hanya memanfaatkan temannya saja. Padahal tujuan utama dari berteman adalah agar kita mendapatkan tempat tatkala kita sendiri dan sedang mendapat kesulitan.
Lihatlah temanmu disaat kamu sedang tertimpa kesulitan, maka kamu akan tahu mana temanmu yang SEJATI dan mana temanmu yang PENGKHIANAT. Teman sejati akan menemani kita dikala suka maupun duka. Namun, pengkhianat hanya ada janji belaka, tatkala kesukaran terjadi ia akan melupakan janjinya.
· Mengalah Untuk Memulai Pembicaraan
Hendaknya kita mempersilahkan dia untuk memulai berbicara, sebab kita yang memiliki satu lisan dan dua telinga, menunjukkan agar kita banyak mendengar dan sedikit berbicara.
Namun apabila teman kita pendiam maka hendaklah kita yang memulai pembicaraan tersebut, agar suasana tidak membosankan ( Boring ). Dan agar tetap terjalin kebersamaan.
f. Saling Bekerjasama, Tolong-menolong, dan Melindungi
Artinya : ”Allah akan slalu menolong hambanya selama hamba itu mau menolong saudaranya… .”(HR. Muslim)
وَ تَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَ التَّقْوَى وَ لاَ تَعَاوَنُوْا عَلَى الإِثْمِ وَ الْعُدْوَانِ
Artinya : “Saling tolong-menolonglah kamu di dalam kebajikan dan taqwa, dan janganlah saling tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan.” (Qs. Al-Maidah : 2)
g. Saling Menasehati
إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Artinya : “Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-Ashr : 3)
h. Tidak Mencela dan tidak memanggilnya dengan panggilan yang buruk
Artinya : “… Cukup seseorang dikatakan jahat apabila ia menghina saudaranya yang Muslim, diharamkan bagi setiap Muslim atas Muslim lainnya dari darahnya, hartanya, dan kehormatannya.” (HR. Muslim)
Artinya : “Seorang mu’min bukanlah orang yang suka mencela, tidak suka melaknat, tidak berbuat keji dan tidak berkata kotor.” ( HR Ahmad dan At-Tirmidzi )
i. Tidak menggunjing (menyebarkan aib dan kekurangannya)
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sebagian prasangka itu adalah dosa. Janganlah kalian saling mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lainnya, apakah salah seorang di antara kalian suka memakan bangkai saudaranya yang sudah mati ? Tentu kalian tidak menyukainya. Bertaqwalah kepada Alloh, sesungguhnya Alloh Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Hujurot : 12)
j. Tidak saling mendengki, tidak saling menipu, dan tidak saling membenci
لاَ تَحَاسَدُوْا وَ لاَ تَنَاجَشُوْا وَ لاَ تَبَاغَضُوْا وَ لاَ تَدَابَرُوْا
Artinya : ”Janganlah kalian saling mendengki, jangan saling menipu, jangan saling membenci dan jangan saling membelakangi!” (HR. Ahmad dan Muslim)
k. Tidak saling mendzalimi
Ini sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam hadits qudsi yang berbunyi,
يَا عِبَادِيْ إِنِّيْ حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِيْ وَ جَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلاَ تَظَالَمُوْا
l. Jangan Kau Biarkan Ia Selama Tiga Hari
لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ
Artinya : “Tidak halal bagi seorang Muslim untuk memboikot saudaranya lebih dari tiga hari.” (HR Ahmad, Al-Bukhori, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi)
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu berkata, “Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Tidak halal bagi seorang Mukmin untuk mendiamkan saudaranya yang mukmin di atas tiga hari, jika telah lewat tiga hari lalu saling bertemu, kemudian salah satunya mengucapkan salam kepadanya. Jika ia menjawabnya maka mereka berdua mendapat pahala, namun jika ia tidak menjawabnya, maka yang Muslim telah lepas dari dosa akibat mendiamkan, dan dosa kembali kepada yang tidak menjawab.” (HR. Al-Baihaqi).
B. Adab terhadap orang yang lebih tua
Sabagai umat Islam kita harus menghormati dan memuliakan orang yang lebih tua dari kita. Karena yang demikian itu merupakan ajaran akhlak Islam yang paling ditekankan sebagai sikap terpuji yang mempunyai nilai kewajiban Ilahi.
Terutama kepada orang yang paling dekat dan yang paling berjasa dengan kita, seperti orang tua kita sendiri, yang telah bersusah payah melahirkan kita, membesarkan dan mengasuh kita sejakkecil hingga dewasa.
Maka prioritas utama kita dahulukan kepada keduanya sebelum kita menghormati dan memuliakan orang lain.
Allah swt. berfirman yang artinya : “Dan Tuhanmu telah mempertahankan agar kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai usia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan keduanya perkataan “AH” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah keduanya perkataan yang baik.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagai mereka berdua telah mendidik aku waktukecil”. ( QS. Al-Isra : 23-24 )
Makna yang terkandung dalam ayat tersebut diatas adalah menghendaki kita agar berbuat baik, ramah, berakhlak mulia, bersikap taa’t kepada ibu dan bapak. Sikap dan perbuatan menghormati orang yang lebih tua itu kecuali merupakan kewajiban Ilahi, juga memiliki nilai kemanusiaan yang sangat tinggi. Sebab itu merupakan kewajiban Ilahi maka sebagai imbalan kebaikannya, Allah swt. akan memberikan pahala yang besar kepada yang mampu bersikap demikian itu.
Lebih-lebih kesediaan menghormati dan menghargai jasa pendahulu kita yang didasari dengan sikap ikhlas dengan motiv ingin mendapat ridlo Allah, niscaya Allah swt memberikan pertolongan dan perlindungan kepada siapa saja yang bersikap demikian.
Setiap orang muslim harus berlaku hormat terhadap orang-orang muslim yang sudah lanjut usia / orang tua, orang tua yang paling dekat dari kita adalah orang tua kita yaitu ibu bapak. karenanya berlaku sopan, hormat dan memuliakannya adalah merupakan kewajiban yang tidak dapat ditawar-tawar.
Sikap lemah lemah lembut, ramah, dan patuh kepada kedua ibu dan bapak adalah satu bukti bahwa si anak memiliki rasa terima kasih dan sebagai bahwa dia adalah termasuk anak yang saleh / salehah.
Rasa hormat kepada orang tua, kedua ibu dan bapak, dapat dibuktikan dengan :
- Sikap yang ramah terhadap keduanya
- Taat kepada keduanya
- Mendengarkan nasehatnya, dan melaksanakannya
- Tidak membantah perintahnya
- Berbicara dengan sopan
- Tidak menyakiti hatinya
- Bila mereka sudah tua, maka si anak harus melindungi dan mengurusnya.
- Mendoakan keduanya, baik mereka yang masih hidup maupun mereka yang sudah meninggal
Kemudian dapat disamakan juga dengan kedudukan orang tua kita yaitu saudara-saudara bapak / ibu, mertua, bapak angkat dan lain-lain. Maka kepada mereka juga kita pun harus hormat dan bersikap ramah. Disampingitu kita harus bersikap hormat kepada orang lebih tua dari kita, dalam lingkungan keluarga, tetangga, lingkungan pekerjaan ataupun dimana kita berada. Orang lebih usianya dari kita wajib kita hormati dan patut kita muliakan.
Bab III. Penutup
A. Kesimpulan
Dari pembahasan siatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
Diantara adab dengan teman sebaya adalah Menyikapi Teman Sebagai Saudara, Saling Menghormati dan Menghargai, Bersikap Amanah (dapat dipercaya) dan Jujur, Saling Bekerjasama, Tolong-menolong, dan Melindungi, dan lain sebagainya.
Rasa hormat kepada orang tua, kedua ibu dan bapak, dapat dibuktikan dengan :
- Sikap yang ramah terhadap keduanya
- Taat kepada keduanya
- Mendengarkan nasehatnya, dan melaksanakannya
- Tidak membantah perintahnya
- Berbicara dengan sopan
- Tidak menyakiti hatinya
- Bila mereka sudah tua, maka si anak harus melindungi dan mengurusnya.
- Mendoakan keduanya, baik mereka yang masih hidup maupun mereka yang sudah meninggal.
B. Saran
Dalam kehidupan sehari-hari kita harus beradab sesuai dengan tuntunan Agama Islam baik dengan teman sebaya dan teman lebih tua.
Dalam makalah ini masih banyak kekurangan, maka mohon untuk kritik dan sarannya yang bersifat membantu.
Baca Juga : Makalah Tauhid, Macam-Macam dan Ruang Lingkup Tauhid (Lengkap)
DAFTAR PUSTAKA
http://tyoelbungry.blogspot.co.id/2016/07/adab-bergaul-dengan-teman-sebaya.html
http://islamic-true.blogspot.co.id/2015/12/pengertian-adab-dan-macam-macamnya.html
http://www.perpusta.life/2017/04/adab-bergaul-dengan-yang-lebih-tua.html
http://amiie23new.blogspot.co.id/2013/11/makalah-adab-terhadap-sesama_17.html