Daftar isi
Osmoregulasi Ikan Nila Dengan Pemberian SAlinitas yang Berbeda
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Ikan merupakan anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup atau habitatnya berada di air, baik air tawar, air payau, maupun air laut dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Kelompok ikan terdiri dari tiga kelas yaitu Agnata, Chondrichthyes, dan Osteichtyes. Tiap-tiap kelas tersebut memiliki ciri-ciri morfologi yang dapat membedakan antara satu kelas dengan kelas lainnya (De Becker dan Hariyanti, 2007). Selain morfologi, ikan juga memiliki anatomi internal. Anatomi internal adalah penampang tubuh bagian dalam yang meliputi organ-organ dan sistem organ (FKUI, 2010). Dengan kata lain, anatomi internal sering disebut dengan anatomi saja atau disebut juga fisiologi.
Fisiologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari fungsi, mekanisme dan cara kerja dari organ, jaringan dan sel-sel organisme. Fisiologi menerangkan faktor-faktor fisik dan kimia yang bertanggung jawab akan asal, perkembangan, dan gerak maju kehidupan (Fajlan, 2016). Fisiologi ikan mencakup beberapa macam sistem satu diantaranya adalah osmoregulasi.
Osmoregulasi merupakan proses yang terjadi pada organisme hewan aquatik termasuk ikan. Lantu (2010), menyatakan bahwa osmoregulasi terjadi pada hewan perairan, karena adanya perbedaan tekanan osmosis (bahasa Yunani = mendorong) antara larutan di dalam tubuh dan di luar tubuh. Larutan yang dimaksud biasanya kandungan garam – garam atau salinitas.
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Kandungan garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam sebenarnya pada air ini, secara definisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai 5%. Lebih dari 5%, ia disebut brine (Abdullah, 2016). Menurut Anonim (1991) salinitas menjadi faktor pembatas bagi kehidupan hewan aquatik (termasuk ikan nila).
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu spesies dari kelas Osteichtyes (Dwijayanti, 2011). Ikan nila merupakan ikan konsumsi yang umum hidup di perairan tawar, terkadang ikan nila juga ditemukan hidup di perairan yang agak asin (payau). Ikan nila dikenal sebagai ikan yang bersifat euryhaline (dapat hidup pada kisaran salinitas yang lebar) (Harrysu, 2012). Nila bisa tumbuh dan berkembangan biak di perairan dengan salinitas 0-29‰ (promil). Ikan ini masih bisa tumbuh tetapi tidak bisa bereproduksi di perairan dengan salinitas 29-35‰ (Khairuman dan Khairul, 2003).
Berkaitan dengan hal di atas, perlu diadakannya praktikum Fisiologi Hewan Air untuk mengetahui osmoregulasi pada ikan nila dengan pengaruh pemberian salinitas yang berbeda.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum Fisiologi hewan air ini, yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian salinitas yang berbeda terhadap sistem osmoregulasi pada ikan nila.
1.3. Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum Fisiologi hewan air ini, yaitu dapat memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh pemberian salinitas yang berbeda terhadap sistem osmoregulasi pada ikan nila.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi Ikan Nila
Terdapat tiga jenis ikan nila yang dikenal, yaitu nila biasa, nila merah (nirah) dan nila albino (Sugiarto, 1988). Menurut Saanin (1984), ikan nila (Oreochromis niloticus) mempunyai klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Subkelas : Acanthopterygii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
2.2. Morfologi Ikan Nila
Morfologi ikan nila (Oreochromis niloticus) menurut Saanin (1984), mempunyai ciri-ciri bentuk tubuh bulat pipih, punggung lebih tinggi, pada badan dan sirip ekor (caundal fin) ditemukan garis lurus (vertikal). Pada sirip punggung ditemukan garis lurus memanjang.
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dapat hidup diperairan tawar dan mereka menggunakan ekor untuk bergerak, sirip perut, sirip dada dan penutup insang yang keras untuk mendukung badannya. Nila memiliki lima buah Sirip, yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip data (pectoral fin) sirip perut (ventral fin), siri anal (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin).
Sirip punggungnya memanjang dari bagian atas tutup ingsang sampai bagian atas sirip ekor. Terdapat juga sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil dan sirip anus yang hanya satu buah berbentuk agak panjang. Sementara itu, jumlah sirip ekornya hanya satu buah dengan bentuk bulat. Selengkapnya morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Morfologi Ikan Nila (O. niloticus) (Isnan, 2010)
2.3. Habitat Dan Penyebaran
Ikan nila (O. niloticus) memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik dengan lingkungan sekitarnya. Ikan nila (O. niloticus) juga memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya, sehingga bisa dipelihara di dataran rendah yang berair payau dan dataran tinggi dengan suhu rendah (Ramdhan, 2010).
Penyebaran ikan nila dimulai dari daerah asalnya yaitu Afrika bagian timur, seperti di sungai Nil (Mesir), Danau Tanganyika, Chad, Nigeria, dan Kenya. Ikan ini kemudian dibawa orang ke Eropa, Amerika, negara – negara Timur tengah, dan Asia. Konon ikan jenis ini dibudidayakan di 110 negara. Di Indonesia ikan nila dibudidayakan di seluruh Provinsi (Suryanto, 2010).
2.4. Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Kehidupan Ikan Nila
Ikan Nila (O. niloticus) mampu hidup pada suhu 14-38°C dengan suhu terbaik adalah 25-30°C, kadar salinitas atau kadar garam berkisar 0-29 ppt untuk dapat tumbuh dengan baik (Ramdhan, 2010). Sebagai organisme air, ikan nila memerlukan kadar oksigen berkisar antara 3-5 ppm. Sedangkan derajat keasaman (pH) berkisar 7-8. Kandungan CO2 yang dapat ditoleransi oleh ikan nila yaitu 25-30 ppm, sedangkan NH3 dan H2S tidak boleh lebih dari 0,3 ppm (Santoso, 1996).
2.5. Osmoregulasi
Fujaya (1999) mengemukakan bahwa osmoregulasi adalah upaya mengontrol keseimbangan air dan ion – ion antara tubuh dan lingkungannya atau suatu proses pengaturan tekanan osmose. Hal ini penting dilakukan, terutama oleh organisme perairan karena;
1) Harus terjadi keseimbangan antara substansi tubuh dan lingkungan;
2) Membran sel yang permeabel merupakan tempat lewatnya beberapa substansi yang bergerak cepat;
3) Adanya perbedaan tekanan osmose antara cairan tubuh dan lingkungan.
Tanpa osmoregulasi maka ikan akan mati, ini karena osmoregulasi dapat mengontrol konsentrasi cairan dalam tubuh. Jika ikan tidak bisa mengatur proses osmose dalam tubuhnya maka ikan akan mati, karena osmoregulasi sangat berfungsi dalam aspek kesehatan ikan (Fujaya,1999).
III. METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu Dan Tempat
Praktikum Fisiologi Hewan Air ini dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Khairun pada hari sabtu, 10 mei 2017 pukul 09.00 WIT s/d selesai.
3.2. Alat Dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Fisiologi Hewan Air dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum.
No. | Nama | Kegunaan |
1 | stoples | Wadah ikan |
2 | tissue | Membersihkan alat |
3 | mistar | Mengukur panjang tubuh ikan |
4 | Alat tulis | Mencatat hasil praktikum |
5 | Kamera | Dokumentasi kegiatan penilitian |
6 | Mikroskop | Mengamati sempel darah |
7 | Tissue | Membersihkan alat |
8 | Aerator | Penyuplai oksigen pada wadah |
9 | Garam | Mempengaruhi salinitas |
10 | Refraktrometer | Mengukur salinitas |
11 | Ikan nila | Objek praktikum |
12 | Alkohol | Mensterilkan alat |
3.3. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini, yaitu sebgai berikut :
· Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
· Siapkan wadah dan masukan air serta diberikan aerasi.
· Buat media perlakukan dengan kadar garam 0 ppt, 15 ppt, dan 30 ppt. Peningkatan kadar garam dilakukan dengan menambahkan garam ke dalam air.
· Setiap perlakuan dilakukan pada wadah yang berbeda dan diberi label.
· Masukan ikan nila ke dalam wadah.
· Amati dan catat tingkah laku ikan setiap 15 menit.
· Mendokumentasikan kegiatan praktikum.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kadar Garam 0 ppt
Hasil dari pengamatan 0 ppt dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Hasil pengamatan perlakuan 0 ppt.
PENGAMATAN | TINGKAH LAKU | |
15 menit | Berenang aktif dan mengeluarkan feses | |
30 menit | Berenang aktif diatas permukaan | |
45 menit | Berenang aktif diatas permukaan dan membutuhkan oksigen |
Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan ormoregulasi dengan sampel ikan nila Oreocromis nilotikus yang dimasukkan kedalam air tawar 0 ppt diperoleh bahwa pada 15 menit pertama b erenang aktif dan mengeluarkan feses, pada 15 menit kedua berenang aktif diatas permukaan dan pada 15 menit ketiga b erenang aktif diatas permukaan dan membutuhkan oksigen.
Hal ini dikarenakan ikan nila mampu beradaptasi dengan lingkungan yang salinitas 0 ppt dan terhadap perubahan air, ia dapat hidup di air tawar dan di air payau karena ikan nila habitatnya ada yang disungai, danau, dan danau.
4.2. Kadar Garam 15 ppt
Hasil dari pengamatan 15 ppt dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Hasil pengamatan perlakuan 15 ppt.
PENGAMATAN | TINGKAH LAKU | |
15 menit | Berenang aktif dan naik kepermukaan | |
30 menit | Pergerakan mulai pasif dan tetap berada di permukaan | |
45 menit | Masih berada dipermukaan sambil menguap-guap |
Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan ormoregulasi dengan sampel ikan nila Oreocromis nilotikus yang dimasukkan kedalam air tawar 15 ppt diperoleh bahwa pada 15 menit pertama b erenang aktif dan naik kepermukaan , pada 15 menit kedua pergerakan mulai pasif dan tetap berada di permukaan dan pada 15 menit ketiga masih berada dipermukaan sambil menguap-guap.
Hal ini menunjukkan bahwa, ikan nila masih tidak mengalami hambatan mengenai perubahan salinitas karena ikan nila termasuk eurihaline yiatu sifat organisme yang mampu mentolerir perubahan salinitas.
4.3. Kadar Garam 30 ppt
Tabel 4. Hasil pengamatan perlakuan 30 ppt.
PENGAMATAN | TINGKAH LAKU | |
15 menit | Pergerakan pasif berada didasar air | |
30 menit | Masih berenang pasif berada didasar air | |
45 menit | Mulai melemah dan pergerakan tidak normal |
Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan ormoregulasi dengan sampel ikan nila Oreocromis nilotikus yang dimasukkan kedalam air tawar 30 ppt diperoleh bahwa pada 15 menit pertama pergerakan pasif berada didasar air , pada 15 menit kedua masih berenang pasif berada didasar air dan pada 15 menit ketiga mulai melemah dan pergerakan tidak normal.
Hal ini menunjukan bahwa ikan nila pada salinitas 30 ppt tidak mampu beradapatasi karena bukan merupakan habitat aslinya.
V. KESIMPULAN DAN PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum dan menyusun laporan ini, dapat penulis tarik kesimpulan bahwa pengamatan sistem osmoregulasi pada ikan nila dengan perlakuan 0 ppt dan 15 ppt menunjukan bahwa ikan nila masih mampu melakukan proses osmoregulasi dengan baik, karena merupakan habitatnya, artinya 0 ppt bersifat air tawar dan 15 ppt bersifat air payau. Sementara pada perlakuan 30 ppt menunjukan bahwa ikan nila tidak mampu melakukan proses osmoregulasi dengan baik, karena bukan merupakan habitatnya, artinya 30 ppt bersifat air laut.
5.2. Saran
Saya menyadari bahwa hasil praktikum ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu perlu dilakukan riset atau kajian lanjutan dari praktikum yang dilakukan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, T. 2016. Laporan Praktikum Oceanografi (Gelombang, Pasut, Arus, & Kualitas Air) on http://taufiqabd.blogspot.co.id/2016/09/laporan-praktikum-oceanografi-gelombang.html di akses pada 12 juni 2017
Affandi, Ridwan. 2002. Fisiologi Hewan Air . Pekanbaru: Unri Press.
Alamikan. 2012. Bagian Sirip Ikan dan Fungsinya.On http://www.alamikan.com/2012/11/sirip-ikan.html?m=1 diakses pada 15 juni 2017.
Anonym. 1999. Canadian Council of Ministers of the Environment. 1999. Canadian water quality guidelines for the protection of aquqtic life: Salinity (marine).In: Canadian environmental quality guiselines, 1999. Canadian Council of Ministers of the Environment, Winnipeg
Burhanuddin, A Iqbal. 2008. Ikhtiologi. Yayasan Citra Emulsi. Makassar
De Becker, G., dan Hariyanti, R. 2007. Atlas Binatang: Pisces, Reptilia, Amfibi. Tiga Serangkai. Jakarta
Dubois, M. et al. 1956. Colorimetric method for determination of sugars and related substances. Analytical Chemistry.
Djawad, M. I, Ambas, I, Yusri, K. 2007. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan Air. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Armiko, Bandung.
Dwijayanti, D. R. 2011. Laporan Praktikum Anatomi Histologi Hewan Anatomi Eksternal Dan Internal Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Laboratorium Fisiologi Hewan Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya. Malang.
Eckertt R., Randall D., Augustine G., 1988. Animal Physiology, Mechanism and Adaptations . WH Freeman and Company New York. Third Edition.
Fajlan. 2016. Sistem Osmoregulasi Ikan, Sistem Homeostatis Dan Konsumsi Oksigen Pada Ikan. On http://fajlan25.blogspot.com/2016/04/sistem-osmoregulasi-ikan-sistem.html?m=1. Diakses pada 5 April 2016.
Firdaus. 2011. Budidaya perikanan . Tira Pustaka, Jakarta.
FKUI. 2010. Informasi Umum Ilmu Anatomi. http://www.fk.ui.ac.id/?page=content.view&alias=departemenanatomi. Diakses tanggal 12 Maret 2011
Fujaya, Yusinta. 1999. Fisiologi Ikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Fujaya, Yusinta. 2004. Fisiologi Ikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Fujaya, Yusinta. 2008. Fisiologi ikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Khairuman, Amri K. 2008. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Khairuman, Khairul Amri. 2013. Pembesaran Nila Di Kolam air Deras . Agromedia. Jakarta.
Kordi. K. G. H. 2007. Budidaya Ikan Nila di Kolam Terpal. Penerbit Andi. Jakarta.
Lantu, Sartje. 2010. Osmoregulasi Pada Hewan Akuatik . Diakses pada tanggal 15 April 2016 pukul 20:12 WIT. Makassar.
Palallo, Alfian. 2010. Pratikum 1 Osmoregulasi . Diakses pada tanggal 5 April 2016 pukul 19:16 WIT. Makassar.
Paridi, et al. 2011. Makalah Teknik Budidaya Ikan Hias “Ikan Mas Koki”. Diakses pada tanggal 5 April 2016 pukul 19:18 WIT. Makassar.
Putri, Sabillah et al. 2011. Sistem Osmoregulasi Pada Ikan . Diakses pada tanggal 5 April 2016 pukul 19:16 WIT. Makassar.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci identifikasi ikan. Jilid I dan II. Bina cipta. Bandung.
Setyo, Bambang Pramono. 2006. Efek Konsentrasi Kromium (Cr+3) dan Salinitas berbeda terhadap Efisiensi Pemanfaatan Pakan untuk Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Eprints.undip.ac.id. Diakses pada tanggal 5 April 2016, pukul 17:32 WIT. Makassar.
Sokolova, Inna M., Markus Frederich, Rita Bagwe. 2012. Energy homeostasis as an integrative tool for assessing limits of environmental stress tolerance in aquatic invertebrates. Marine Environmental Research. 79: 1-15
Sucipto, Adi. 2007. Fisiologi Hewan Air. Diakses pada tanggal 5 April 2016 pukul 19:20 WIT. Makassar.
Suyanto SR. 2010. Pembenihan dan pembesaran nila. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suyanto, Rachmatun. 2008. Budidaya Ikan Nila. Jakarta: Penebar Swadaya
Zonneveld, 1991. Anatomi Ikan. PT intermasa, Jakarta
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.