Contoh Laporan Studi Kasus Dampak Glukosa Bagi Tubuh Manusia

Dampak Glukosa Bagi Tubuh Manusia

Bab I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Glukosa adalah salah satu monosakarida yang sering disebut dengan gula darah. Glukosa merupakan satu-satunya jenis monosakarida yang langsung dapat digunakan untuk menghasilkan energi (ATP). ATP atau energi sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk melakukan kerja atau aktivitasnya setiap hari, sehingga kadar glukosa yang memadai sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia. Namun selain menguntungkan glukosa juga dapat menjadi penyebab utama kematian seseorang . Misalnya saja Hiperglikemia atau gula darah tinggi yang dapat menyebabkan peradangan yang parah diseluruh tubuh. Lain halnya dengan Hipoglikemia atau gula darah rendah yang terjadi jika ketersediaan glukosa dalam darah sangat rendah, ini juga berbahaya dan berpotensi mematikan.

Tubuh memiliki beberapa cara untuk mendeteksi perubahan kadar glukosa misalnya dengan hormon. Pengkreas mendeteksi kenaikan kadar glukosa darah dan merespon dengan mengeluarkan insulin. Insulin berfungsi untuk pengatur metabolism karbohidrat dan lemak. Namun, apabila tubuh tidak dapat mengatur kadar glukosa maka berbagai penyakit seperti Diabetes Mellitus dapat terjadi.

Ada tiga jenis utama diabetes yaitu diabetes Tipe 1, Tipe 2, dan Tipe 3. Tipe 1 terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang insulin tubuh yang memproduksi sel-sel di pankreas, menghancurkan mereka dan menyebabkan organ untuk menghasilkan sedikit atau tidak ada insulin. Tipe 2 adalah yang paling umum dan berhubungan dengan usia, obesitas, dan genetika. Diabetes berkembang hanya selama kehamilan, tetapi berarti peningkatan kesempatan wanita mengembangkan diabetes tipe 2 di masa depan. Ketiga jenis merupakan penyakit yang serius dan perlu dimonitor secara teratur.

Perubahan gaya hidup seperti menerapkan pola makan yang sehat, seperti memakan makanan yang mengandung banyak serat dan vitamin seperti sayur dan buah-buahan. Menyeimbangkan jumlah kalori yang diserap tubuh melalui makanan yang dikonsumsi dengan aktivitas atau energi yang dikeluarkan tubuh lewat kegiatan yang menguras tenaga.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan artikel ilmiah ini adalah sebagai berikut:

  1. Mengenal serta mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan glukosa.
  2. Mengetahui fungsi serta dampak glukosa bagi tubuh.
  3. Mengetahui penyakit serta gangguan yang disebabkan karena kekurangan glukosa.
  4. Mengetahui penyakit serta gangguan yang disebabkan karena kelebihan glukosa darah.
  5. Mengaplikasikan pengobatan tradisional untuk mengobati penyakit-penyakit yang disebabkan oleh glukosa.
  6. Menerapkan beberapa penelitian mengenai glukosa.

Bab II. Kajian Pustaka

A. Karbohidrat

Dewasa ini kandungan karbohidrat makanan orang Amerika rata-rata 45% dari jumlah kalori yang dikonsumsi; angka ini menunjukkan penurunan sebanyak 25-30% semenjak tahun 1990 (Gortner,1975 dalam M.C.Linder, 2006). Sekitar 60% dari karbohidrat tersebut merupakan karbohidrat yang dapat diserap dalam bentuk polisakarida (terutama pati tanaman); ada penurunan sebanyak 75% bila dibandingkan pada tahun 1990 (Friend,1976 dalam M.C.Linder, 2006). Karbohidrat lainnya hamper semuannya merupakan sucrose dan lactose (gula susu) yang berasal dari buah-buahan, air susu, gula pasir dan lain-lain. Orang Amerika mengkonsumsi 102 lb (sekitar 45 kg) sucrose/tahun, belum termasuk tambahan dari bahan-bahan makanan yang diproses (Whitney dan Helminton,1981 dalam M.C.Linder,2006). Yang dimaksud dengan bahan makanan yang diproses antara lain soda pop, kembang gula (17,4 lb = 7,8 kg), sirop dan gandum untuk makanan pagi (breakfast cereals); juga diperoleh dari bahan-bahan makanan lain, dari kecap sampai bumbu salad.

Banyak peningkatan konsumsi gula (refined sugar) dan penurunan konsumsi biji-bijian, umbi-umbian (tempat penyimpanan karbohidrat tanaman). Proposi karbohidrat yang tidak dapat diserap atau serat bahan makanan menurun proporsinya dibanding konsumsi karbohidrat kompleks. National Research Council (NRC) dari National Academia of Science (NAS) dewasa ini merekomendasikan pola yang sebaliknya dalam konsumsi karbohidrat atau mendekati pola pada tahun 1900-an yaitu 50% sucrose dan gula (10% kalori), lebih banyak karbohidrat kompleks (total: sekitar 60% kalori) dan lebih banyak serat. Sebab-sebab perubahan tersebut erat hubungannya dengan:

  1. Potensi adanya masalah bila konsumsi sucrose dan glucose tinggi/banyak,
  2. Usaha untuk menurunkan konsumsi lemak yang erat hubungannya dengan kanker dan aterosklerosis,
  3. Keuntungan serat bahan makanan untuk kesehatan. (M.C.Linder ,2006 : 27-28 )

B. Klasifikasi Karbohidrat

Gambar . Sumber karbohidrat (Sumber: Anonim , 2013)

Berdasarkan jumlah unit gula (sakarida) yang dimiliki, karbohidrat diklasifikasikan dalam golongan yaitu monoakarida, oligosakarida, dan polisakarida.

1. Monosakarida

Monosakarida adalah karbohidrat yang hanya terdiri dari satu unit polihidroksi aldehid atau keton, yang tidak dapat dihidrolisis lagi menjadi karbohidrat yang lain. Molekul ini hanya terdiri atas beberapa (3 s/d 7) atom karbon saja. Monosakarida yang termasuk aldoheksosa antara lain glukosa, galaktosa dan mannose, sedangkan yang termasuk ketoheksosa adalah fruktosa dan serbosa. Aldosa yang paling banyak ditemukan dialam antara lain D-ribosa, D-glukosa, D-manosa, dan D-glukosa sedangkan untuk ketosa adalah D-ribulosa, D-fruktosa dan D-sedoheptulosa.

2. Oligosakarida

Oligosakarida adalah golongan senyawa karbohidrat yang dibangun oleh dua hingga enam unit molekul monosakarida yang diikat dengan ikatan glikosida. Ikatan glikosida adalah ikatan yang terjadi jika gugus OH pada salah satu monosakarida berikatan dengan anomer karbon (karbon yang mengandung gugus karbonil aldehid/keton) dari monosakarida yang kedua. Oligosakarida yang paling banyak di alam adalah disakarida seperti sukrosa, laktosa, maltose, selobiosa dan trehalosa. Sukrosa berasal dari tebu maupun bit, yang mengandung dua unit monosakarida glukosa dan fruktosa yang diikat dengan ikatan glikosida.

3. Polisakarida

Polisakarida adalah karbohidrat yang dibangun oleh sejumlah besar monosakarida. Polisakarida yang disusun oleh campuran dua jenis/lebih monosakarida disebut heteropolisakarida, misalnya agar-agar, pectin dan alginate. Pektin merupakan polimer yang terdiri dari arabinosa, galaktosa, dan asam glukoronat. Polisakarida yang tersusun oleh satu jenis monosakarida disebut dengan homopolisakarida, misalnya amilum dibangun oleh monosakarida glukosa, glikogen, dan selulosa. Glikogen dan amilum merupakan karbohidrat bahan pangan sedangkan selulosa adalah karbohidrat bahan non pangan misalnya kertas. ( Murniati Simorangkir,2014 : 19-23 )

C. Mengenal Lebih Jauh tentang Glukosa

Glukosa, suatu gula monosakarida, adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. Bentuk alami (D-glukosa) disebut juga dekstrosa, terutama pada industry pangan.

Glukosa merupakan sumber tenaga. Kita dapat menduga alasan mengapa glukosa, dan bukan monosakarida lain seperti fruktosa, begitu banyak digunakan. Glukosa dapat dibentuk dari formaldehida pada keadaan abiotik, sehingga akan mudah tersedia bagi sistem biokimia premitif. Hal yang lebih penting bagi organism tingkat atas adalah kecenderungan glukosa, dibandingkan dengan gula heksosa lainnya, yang tidak mudah bereaksi secara nonspesifik dengan gugus amino suatu protein. Reaksi glikolisis mereduksi atau bahkan merusak fungsi enzim. Rendahnya laju glikosilasi ini dikarenakan glukosa yang kebanyakan berada dalam isomer siklik yang kurang reaktif. Meskipun begitu, komplikasi akut seperti diabetes, kebutaan, gagal ginjal, dan kerusakan saraf peripheral (peripheral neuropathy), kemungkinan disebabkan oleh glikosilasi glukosa. Dalam respirasi, melalui serangkaian reaksi terkatalisis enzim, glukosa teroksidasi hingga akhirnya membentuk karbon dioksida dan air, menghasilkan energi, terutama dalam bentuk ATP. Sebelum digunakan, glukosa dipecah dari polisakarida. (Murniati Simorangkir, 2014 : 15-16 )

1. Metabolisme Glukose

Masuknya (influx) glukose ke dalam darah, meningkatkan kadar glukose darah, yang menyebabkan tersekresinya insulin dari pancreas dan menurunkan sekresi glukagon. Selanjutnya, menyebabkan peningkatan pengambilan glukose oleh hati, urat-urat daging dan jaringan lemak. Juga merangsang sintesis glikogen dalam hati dan urat daging dengan jalan mengurangi produksi cyclic Adenin Monofosfat (cAMP) dan proses fosforilasi atau sintesis glukogen yang aktif. Dalam proses yang sama, aktivitas fosforilase glikogen dikurangi. Sintesis dan penyimpangan glikogen terbatas secara fisik, oleh karena sifat molekul glikogen yang sangat voluminous (terhidrasi) dan diperkirakan bahwa tidak lebih dari 10-15 jam setara energi glukose dapat disimpan dalam hati (sekitas 100 g). Dalam kondisi pengambilan/konsumsi glukose maksimal ada kemungkinan lebih banyak lagi glikogen (sekitar 0,5 kg) yang diencerkan dalam massa jaringan yang lebih besar, disimpan dalam urat daging (total).

Kelebihan glukose akan dikonversi menjadi asam-asam lemak dan trigliserida terutama oleh hati dan jaringan lemak. Trigliserida yang terbentuk dalam hati dibebaskan ke dalam plasma sebagai Very Low Density Lipoprotein (VLDL) yang akan diambil oleh jaringan lemak untuk disimpan. Kalau influks glukose dari intestine berhenti (terutama setelah penyerapan karbohidrat makanan) kadar glukose darah mulai menuru, dan member isyarat untuk mengambil langkah proses kebalikan dari yang disebutkan di atas seperti sekresi hormon oleh pancreas. Namun sekarang glukagon dibebaskan dan sekresi insulin sangat dikurangi. Glukagon akan memobilisasi glikogen hati melalui sistem cAMP-protein kinase dan meningkatkan sintesis enzim yang dibutukan untuk proses kebalikan dari glikolisis; hal ini dibutuhkan kalau karbohidrat tidak segera tersedia.

Toleransi glukose. Respon tubuh terhadap influks glukose diet dimonitor untuk menentukan toleransi glukose. Toleran atau tidak, ditentukan oleh tingkat kesanggupan mekanisme untuk menghilangkan kelebihan glukose dalam darah. Toleransi glukose biasanya diukur dengan mengikuti konsentrasi glukose darah selama 15 menit sampai 2 atau 3 jam pemberian glukose peroral sebanyak 50-100 g setelah dipuasakan semalam. Gangguan-gangguan dalam lintas kerja insulin, dari proses sintetisnya sampai terikat (bereaksi) dan terdegradasinya akan mengubah toleransi glukose. ( M.C.Linder,2006 : 33-37 )

2. Jenis Penyakit Akibat Kekurangan Karbohidrat (Glukosa)

Marasmus

Gangguan akibat kekurangan asupan makanan yang mengandung karbohidrat dapat mengakibatkan penyakit di antaranya adalah penyakit yang sering mengenai anak balita (di bawah lima tahun) disebut juga penyakit marasmus. Ciri-ciri penyakit marasmus adalah sebagai berikut: selalu merasa kelaparan, anak sering menangis, tubuh menjadi sangat kurus, biasanya pada anak yang terkena penyakit busung lapar, kulit menjadi keriput, pernapasan terganggu akibat tekanan darah dan detak jantung yang tidak stabil, penyakit marasmus sangat berbahaya dan bisa menyebabkan kematian apabila tidak ditangani secara serius, penyakit marasmus akan mengakibatkan tumbuh kembang anak menjadi terhambat, perkembangan kecerdasannya menjadi lambat, dan tidak menutup kemungkinan akan berdampak pada perkembangan psikologisnya.

Kasus gizi buruk yang muncul di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang selama ini dikenal sebagai lumbung beras menunjukkan bahwa ketahanan pangan regional tidak menjamin ketahanan pangan rumah tangga. Di Nusa Tenggara Barat, anak balita menderita gizi buruk atau bahkan busung lapar mencapai 10% dari total anak balita, atau sekitar 49.000 anak balita. Secar nasional, kasus busung lapar yang menyerang anak-anak di bawah usia lima tahun mencapai angka 8 persen. Sesuai dengan proyeksi penduduk Indonesia yang disusun BPS, tahun 2005 jumlah anak usia 0-4 tahu di Indonesia mencapai 20,87 juta. Itu berarti saat ini ada sekitar 1,67 juta anak balita yang menderita busung lapar.

Hipoglikemia

Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal-rendah) terjadi kalau kadar glukosa turun di bawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3mmol/L). Faktor-faktor yang menyebabkan hipoglikemia adalah sebagai berikut: asupan karbohidrat kurang, makan tertunda atau lupa, porsi makan kurang, diet slimming, anorexia nervosa, gastroparesis, muntah, menyusui, absorbsi yang cepat, pemulihan glikogen otot, alkohol, pemakaian alkohol dalam jumlah banyak tanpa makan dalam waktu yang lama bisa menyebabkan hipoglikemia yang cukup berat sehingga menyebabkan stupor.

( Noviarta Rafiqah, 2013 )

3. Jenis Penyakit Akibat Kelebihan Karbohidrat (Glukosa)

Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang melibatkan hormon endokrin pankreas, antara lain insulin dan glukagon. Manifestasi utamanya mencakup gangguan metabolisme lipid, karbohidrat, dan protein yang pada gilirannya merangsang kondisi hiperglikemia. Kondisi hiperglikemia tersebut akan berkembang menjadi diabetes mellitus dengan berbagai macam bentuk manifestasi komplikasi.Terdapat beberapa definisi yang dapat merepresentasikan penyebab, perantara dan wujud komplikasi tersebut.

Diabetes mellitus (DM) tipe I diperantarai oleh degenerasi sel β Langerhans pankreas akibat infeksi virus, pemberian senyawa toksin, diabetogenik (streptozotosin, aloksan), atau secara genetik (wolfram sindrome) yang mengakibatkan produksi insulin sangat rendah atau berhenti sama sekali. Hal tersebut mengakibatkan penurunan pemasukan glukosa dalam otot dan jaringan adiposa. Secara patofisiologi, penyakit ini terjadi lambat dan membutuhkan waktu yang bertahun-tahun, biasanya terjadi sejak anak-anak atau awal remaja. Penurunan berat badan merupakan ciri khas dari penderita DM I yang tidak terkontrol. Insulin rerupakan pengatur glukosa untuk masuk ke dalam sel target dan sel lain. Pada defisiensi insulin, glukosa tak dapat masuk ke dalam sel, sehinga konsentrasinya meningkat di luar sel, termasuk di dalam cairan darah, namun timbunan glukosa itu tak dapat dimanfaatkam sel yang memerlukan untuk energi, tumpukan glukosa itu kemudian dibuang melalui ginjal ke dalam urine sehinnga.

Air kencing mengandung gula yang disebut glukosuria. Diabetes melitus dapat ditangani dengan upaya diet, kegiatan fisik  dan otak. Jika penangannya cukup baik, penderita dapat menjalani kehidupan normal untuk jangka waktu cukup lama. Pada penderita sering dijumpai kelainan sampingan, terutama yang tidak dirawat dengan baik, misalnya kelainan retina (retiaepathia diabetica), kelainan kardiovaskuler dengan gejala penyumbatan pembuluh darah halus, kelainan ginjal dan kelainan hati. Bisa juga, terjadi kelainan saraf (neorepathia diabetica).

Obesitas

Obesitas atau kegemukan adalala kelebihan gizi yang ditandai dengan adanya penimbunan lemak secara berlebihan dalan tubuh sehingga menaikkan berat badan. Kegemukan hanya dapat terjadi jika ada kelebihan energi karena berbagai sebab, antara lain kelebihan zat gizi, kelainan bagian otak tertentu, kelainan hormon endokrin, faktor keturunan, dan akibat pemakaian obat tertentu. Kelebihan berat antara lain disebabkan ketidak seimbangan konsumsi kalori dengan kebutuhan energi, dimana konsumai terlalu berlebihan dibanding kebutuhan energi. Kelebihan energi itu disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Pada keadaan normal, jaringan lemak itu ditimbun di beberapa tempat, diantaranya dalam jaringan subkutan dan dalam jaringan tirai khusus (ementum). Penimbunam lemak pada wanita memiserikan bentuk khas feminin, misalnya di daerah pinggul, daerah bahu, dan dada. Timbunan ringan lemak di daerah khusus itu sangat ditakuti dan dijauhi kaum wanita karena cukup sulit diatasi.

Jantung Koroner

Penyakit jantung dimulai ketika kolesterol, bahan lemak, dan kalsium tertumpuk dalam arteri. Ketika ini terjadi dalam arteri yang mensuplai jantung, penumpukan ini, atau plak, menyebabkan arteri menyempit, sehingga pengiriman oksigen ke jantung berkurang. Pengurangan pengiriman oksigen ke jantung dapat membuat nyeri dada, juga disebut angina. Penyakit jantung dimulai ketika kolesterol, bahan lemak, dan kalsium membangun di arteri, sebuah proses yang dikenal sebagai aterosklerosis. Hubungan antara penyakit jantung dan serangan jantung ketika plak terjadi sampai ke titik dan pecah, hal itu menyebabkan bekuan darah terbentuk di arteri koroner. Bekuan darah memblok darah mengalir ke otot jantung, menyebabkan serangan jantung. Dalam skenario terburuk, serangan jantung tiba-tiba atau gangguan irama fatal dapat terjadi. Penyumbatan arteri koroner oleh plak dapat menyebabkan serangan jantung (myocardial infarction) atau gangguan irama fatal (serangan jantung tiba-tiba). Penyakit jantung merupakan pembunuh nomor satu. Penyakit jantung mempengaruhi sekitar 14 juta laki-laki dan perempuan di Amerika Serikat, dan memiliki tingkat kematian yang tinggi. Bahkan, merenggut kehidupan lebih banyak dari total gabungan penyebab utama kematian berikutnya. ( Noviarta Rafiqah, 2013 )

D. Makanan yang dapat Menurunkan Glukosa Darah

Berikut akan disajikan beberapa makanan yang dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah, yang alami dan aman untuk dikonsumsi, sebagai berikut :

Pare

Pare umumnya digunakan baik sebagai makanan atau obat-obatan di beberapa budaya Asia. Rasanya memang pahit, tapi aman untuk dimakan. Buah ini dapat mengaktifkan enzim untuk menurunkan gula darah melalui sel-sel dalam tubuh, selain dapat digunakan sebagai energi. Jadi jangan di pikirkan rasa pahitnya, tapi pikirkanlah manfaatnya. Kita dapat mengolah buah pare menjadi hidangan yang nikmat, misalnya dibuat oseng-oseng dengan campuran udang ( Cendraya, 2013 )

Sejumlah studi klinis telah dijalankan untuk memastikan manfaat buah pare untuk diabetes. Pada bulan Januari 2011, hasil uji klinis selama empat minggu yang diterbitkan dalam Journal of Ethnopharmacology menunjukkan bahwa 2.000 mg dosis harian pare signifikan dalam mengurangi kadar glukosa darah penderita diabetes tipe 2, meskipun efek hipoglikemik kurang dari 1.000 mg/hari dosis metformin. Penelitian terdahulu pun telah membuktikan hubungan antara asupan pare dan peningkatan aktifitas pengendalian glikemik. Sedangkan laporan yang diterbitkan dalam edisi Maret 2008 Jurnal Chemistry and Biology menemukan peran pare dalam peningkatan serapan glukosa dan meningkatkan toleransi glukosa dalam sel. Jika Anda adalah penderita diabetes 

dan ingin mengambil manfaat buah pare untuk diabetes maka Anda harus berkonsultasi dengan dokter Anda atau ahli medis. Dokter akan memeriksa apakah aman mengkonsumsi pare bersama obat diabetes dari dokter. Disebabkan ada risiko mengkonsumsi pare bersama-sama dengan obat dokter dan juga bisa menyebabkan hipoglikemia (kadar gula darah sangat rendah). (Anonim, 2014 )

            2.3.4.2 Kayu Manis

Penelitian yang diterbitkan dalam Diabetes Care tahun 2003, mengatakan bahwa mengonsumsi 1 gram kayu manis selama 40 hari membantu meningkatkan glukosa darah. Oyiners bisa menggunakan sedikit campuran kayu manis dalam masakan (atau dalam minuman kopi). Selain menambah rasa alami, kayu manis juga mengandung zat antioksidan.

            2.3.4.3 Bawang

Bawang mengandung kromium, yang merupakan mineral penting bagi manajemen gula darah. Kromium membantu tubuh memproduksi faktor toleransi glukosa, yang membutuhkan insulin untuk membantu memindahkan gula dari darah ke dalam sel-sel tubuh untuk digunakan sebagai energi.

            2.3.4.4 Bayam

Bayam kaya magnesium yang dapat membantu mengontrol kadar gula darah dengan mengatur pengeluaran insulin serta penggunaan glukosa pada tubuh. Kebetulan, orang dengan diabetes tipe 2 sering memiliki tingkat rendah serum magnesium. Bayam juga mengandung nutrisi penting lainnya, seperti beta-karoten, lutein, asam folat, vitamin K, magnesium, mangan, kalsium, dan kalium.

            2.3.4.5 Biji-Bijian

Biji-bijian dapat menurunkan risiko diabetes dan membantu meningkatkan gula darah. The Dietary Guideline AS menyarankan konsumsi 3 – 5 porsi biji-bijian per hari untuk orang dewasa. Misalnya Biji gandum kaya akan serat beta-glucan yang berguna untuk menurunkan gula darah.

            2.3.4.6 Havermut

Havermut juga mengandung serat beta-glucan yang terbukti membantu menstabilkan gula darah. Havermut memberikan manfaat tambahan bagi mereka dengan diabetes atau pra-diabetes, juga mengurangi kadar kolesterol LDL dan membantu mengontrol berat badan. Satu porsi havermut di pagi hari adalah cara mudah untuk memasukkan gamdum ke dalam asupan harian. Havermut adalah sejenis cereal dari gandum. Havermut ini sering untuk sarapan orang bule. Havermut/Oatmeal yang instan, cara menyajikannya tinggal diberi air panas saja, aduk-aduk dan siap disajikan.

                                                                        ( Cendraya, 2013 )

            2.3.4.7 Madu

     Pada tahun 2002, Catherina Hulbert, seorang warga Negara Amerika mengalami kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kakinya luka parah. Saat kecelakaan itu dia sudah menderita penyakit diabetes. Sebab itu, luka yang dideritanya tidak kunjung sembuh kendati sudah mengkonsusmsi berbagai obat dan anti biotic. Kondisi seperti itu dia alami selama delapan bulan. Setelah melihat kondisi lukanya yang tak kunjung membaik, maka Dr Jennifer Eddy dari fakultas kedokteran Universitas Wisconsin menganjurkan untuk menggunakan madu lebah sebagai obat yang dioleskan di tempat luka. Setelah beberapa bulan melakukan pengabotan dengan madu lebah tersebut luka kaki Catherina Hulbert-pun sembuh total. Kasus tersebut menyebabkan Dr Jennifer Eddy memperoleh dukungan dari Akedemi Amerika Untuk Dokter Keluarga di wilayah Wisconsin untuk meneruskan kajiannya khusus pengobatan melalui madu lebah.

                                                                        ( Anonim , 2009 )

            2.3.4.8 Air Putih

 Para peneliti dari Perancis melaporkan bahwa sebesar 21% orang yang mengkonsumsi air putih sebanyak 8 gelas sehari atau lebih dapat melindungi terhadap kenaikan kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia) dibandingkan dengan orang yang mengkonsumsi lebih sedikit air. Penelitian ini melibatkan 3615 pria dan wanita yang memiliki kadar gula darah normal pada awal penelitian. Analisis studi ini juga memperhitungkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi risiko kadar gula darah tinggi seperti jenis kelamin, usia, berat badan, aktivitas fisik dan diet. Kondisi ini menunjukkan hubungan antara hormon vasopressin (yang mengatur air dalam tubuh) dengan diabetes. Diperkirakan bahwa peran hormon ini yang dapat membantu mengurangi risiko kadar gula darah tinggi. Seseorang yang memiliki kadar gula darah tinggi umumnya tidak menunjukan gejala apapun. Tapi biasanya semakin tinggi kadar gula darah seseorang, maka orang tersebut akan lebih sering merasa haus dan mendesak lebih sering buang air kecil.

Jika tidak ditangani dengan benar, kadar gula darah yang tinggi dapat merusak jaringan yang melayani fungsi sel beta yang melepaskan insulin dan menyebabkan pembuluh darah tertekan sehingga dari waktu ke waktu dapat menyebabkan pengerasan arteri.

Kadar gula darah yang tinggi dapat menimbulkan risiko diabetes tipe 2, penyakit jantung dan stroke. Temuan ini telah dilaporkan dalam pertemuan tahunan American Diabetes Association.

( Anonim, 2011 )

2.3.5    Cek Kadar Gula Darah

Jakarta

, Para

 ilmuwan dan dokter terus bekerja bertahun-tahun untuk menemukan cara yang tidak menyakitkan dalam mengukur kadar gula darah. Kini studi baru menemukan ide dengan menggunakan air mata dan bukan darah. Sebuah sensor yang dikembangkan oleh para peneliti dari University of Michigan bisa mendeteksi kadar gula atau glukosa dalam air mata. Hasil penelitian ini diterbitkan 9 November dalam Journal Analytical Chemistry. Dalam penelitian yang dilakukan terhadap 12 kelinci ini peneliti menunjukkan bahwa kadar glukosa dalam air mata berkorelasi dengan kadar glukosa yang ada di dalam darah. Orang dengan diabetes diketahui memiliki kadar glukosa yang terlalu banyak di dalam darahnya, bisa disebabkan pankreas yang berhenti memproduksi insulin atau sel-sel dalam tubuh yang sudah resisten terhadap insulin. Kondisi ini membuat tubuh tidak bisa menyerap gula dari aliran darah. “Orang dengan diabetes perlu mengukur berkali-kali kadar gula darahnya, karena nilainya bisa berubah-ubah sepanjang hari,” ujar Dr George Grunberger dari American Association of Clinical Endocrinologists, seperti dikutip dari LiveScience.  Dalam studi ini Jeffrey LaBelle, insinyur biomedis dari Arizona State University bekerja sama dengan para peneliti di Mayo Clinic untuk mengembangkan teknologi pemantauan glukosa di air mata. Tujuannya adalah membuat sensor yang bisa disentuh di bagian mata yang berwarna putih selama 5 detik kemudian ditekan ke dalam perangkat yang sudah didesain untuk membaca kadar glukosa. Pengujian ini mungkin memiliki keuntungan kenyamanan dibanding dengan tes darah. Tingkat glukosa dalam air mata diketahui 30 kali lebih rendah dibanding dalam darah, untuk itu para ahli tengah mengembangkan sensor yang bisa bekerja dengan sangat sensitif sehingga dapat menghasilkan data akurat pada jumlah cairan yang kecil. “Tantangan utamanya adalah penguapan, konsentrasi yang lebih rendah, serta glukosa termasuk stress responder yang berarti sulit mendapatkan pembacan akurat jika mata sedang stres,” ujar LaBelle.

                                                                        ( Anonim, 2011 )

1.3 Metode Pelaksanaan

Metode yang digunakan dalam pembuatan artikel ilmiah ini merupakan metode deksriptif yaitu suatu metode yang menjelaskan secara rinci tentang masalah atau fenomena dalam kehidupan. Dalam hal ini dibahas mengenai glukosa yang meliputi fungsi, akibat serta pengaruhnya dalam tubuh manusia. Data yang terkumpul, kemudian diproses atau bias dikatakan dirangkum menjadi sebuah intisari yang bermanfaat. Lamanya waktu yang diperlukan dalam mengumpulkan data sampai dengan proses pemilahan sumber selesai dilakukan adalah selama 1 bulan atau 4 minggu.

Artikel ini diambil atau dirangkum dari berbagai sumber artikel lainnaya. Sehingga jika pembaca ingin mengumpulkan atau mendapatan informasi yang lebih rinci lainnya , silahkan dapat melihatnya di daftar pustaka.

BAB III

JURNAL PENILITIAN

3.1 Judul Percobaan

“Perubahan Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes Mellitus Tipe-2 yang Terkontrol setelah Mengkonsumsi Kurma”

3.2 Hasil

Karakteristik SubjekRata-RataMinimalMaksimalSD
Umur (tahun)6046685,5
Lama DM (tahun)101235,7
Hb (gr%)13,712,115,20,8
Lekosit/mm26463780094671871,1
Kreatinin0,90,61,60,3
Ureum22,312436,3
SGOT27,1415425,7
SGPT28,416526,5

n= 36 (Pria=22 ; wanita=14) , SD: Standard Deviasion

3.3 Pembahasan

Peneliti meneliti berbagai varietas kurma dengan tingkat kematangan yang berbeda dan didapatkan rata-rata ratio perbandingan kadar glukosa dan fruktosa mendekati 1 dan kandengan serat 0,2 gram/100 gram. Linder C mengemukakan bahwa fruktosa tidak membutuhkan mediator insulin untuk memasukkannya kedalam sel untuk dimetabolisme lebih lanjut sehingga tidak menaikkan kadar glukosa darah. Pada penelitian ini dilakukan perbandingan antar buah kurma yang selama ini belum direkomendasikan pada diabitisi dan pisang yang sudah direkomendasikan dapat dikonsumsi oleh diabetisi, ternyata dari hasil penelitian ini tidak dijumpai perbedaan yang bermakna perubahan kadar glukosa darahnya.

3.4 Kesimpulan

Memakan 3 butir kurma pada diabetisi tidak menaikkan kadar glukosa darah, dan tidak berbeda bermakna bila dibandingkan dengan mengkonsumsi pisang. Mengkonsumsi satu-satuan rumah tangga kurma (tiga biji/15 gram) seperti halnya juga pisang (1 buah/50 gram) dengan demikian mengkonsumsi buah kurma tidak menaikkan kadar glukosa darah pada diabetisi, baik diabetisi yang mendapat terapi OHO atau insulin.

                        (Munadi dan Dedi Ardinata, 2008: Volume. 41 No.1)

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari tinjauan teoritis, jurnal penelitian serta hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya sehingga dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Glukosa, suatu gula monosakarida, adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi.

2. Kelebihan glukose akan dikonversi menjadi asam-asam lemak dan trigliserida terutama oleh hati dan jaringan lemak. Trigliserida yang terbentuk dalam hati dibebaskan ke dalam plasma sebagai Very Low Density Lipoprotein (VLDL) yang akan diambil oleh jaringan lemak untuk disimpan.

3. Kekurangan glukosa akan menyebabkan penyakit marasmus dan hipoglikemia.

4. Kelebihan glukosa akan menyebabkan penyakit diabetes, obesitas, dan jantung koroner.

5. Adapun bahan makanan yang dapat mengurangi kadar glukosa dalam darah adalah buah pare, bawang, kayu manis, bayam, biji-bijian, havermut, madu dan air putih. Cek kadar gula darah sangat penting untuk penderita diabetes, sekarang penemuan terbaru cek kadar gula darah dapat digantikan oleh air mata tanpa darah.

6. Berdasarkan hasil Penelitian maka  mengkonsumsi buah kurma tidak menaikkan kadar glukosa darah pada diabetisi, baik diabetisi yang mendapat terapi OHO atau insulin.

4.2 Ucapan Terimakasih

Sebelumnya saya ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pembimbing matakuliah biokimia nutrisi yaitu kepada Bapak Prof.Dr.Ramlan Silaban, M.S yang telah memberikan kepercayaan kepada Saya untuk mengerjakan artikel ilmiah ini. Kemudian Saya juga ingin berterimakasih kepada tim yang telah membantu dalam menyelesaikan artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim., (2011), Air Mata bias Gantikan untuk Cek Darah : http://www.artikel-           menarik.com/2011/11/air-mata-bisa-gantikan-darah-untuk-cek.html akses Agustus        2014.

Anonim., (2011), Air Putih untuk Mengurangi Kadar Gula: http://artikelnartikel.blogspot.com/2011/08/air-putih-untuk-mengurangi-kadar-       gula.html akses Agustus 2014.

Anonim., (2009), Madu Mampu Mengurangi Glukosa dalam Darah :             http://moslemsunnah.wordpress.com/2009/04/19/madu-mampu-mengurangi-     glukosa-dalam-darah.html akses Agustus 2014.

Anonim., (2013), Makalah sekilas Mengenai Karbohidrat :   http://artikelkesmas.blogspot.com/2013/12/makalah-karbohidrat-sekilas-      menganai.html akses Agustus 2014.

Anonim., (2014), Manfaat Buah Pare untuk Diabetes :          http://www.bercerita.org/2014/06/manfaat-buah-pare-untuk-diabetes.html akses         Agustus 2014.

Cendraya., (2013), Makanan untuk Menurunkan Gula Darah :         http://cendraya.blogspot.com/2013/12/6-makanan-untuk-menurunkan-gula-           darah.html akses Agustus 2014.

Linder,M.C., (2006), Biokimia Nutrisi dan Metabolisme, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Munadi., dan Ardinata,Dedi., (2008), Perubahan Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes            Melitus Tipe-2 yang Terkontrol setelah Mengkonsumsi Kurma, Volume:41 No.1

Rafiqah,Noviarta., (2013), Berbagai Penyakit sebagai Akibat dari Kekurangan dan             Kelebihan Karbohidrat pada Bahan Makanan yang di Konsumsi, Vol : 2

Simorangkir, Murniati., (2014), Biokimia I,Universitas Negeri Medan, Medan.

Comments

Leave a Reply