Tujuan Instruksional Taksonomi Bloom Edisi Revisi

12 min read

  1. Sejarah Singkat Taksonomi Bloom

Taksonomi adalah klasifikasi atau pengelompokan benda menurut ciri-ciri tertentu. Taksonomi dalam bidang pendidikan, digunakan untuk klasifikasi tujuan instruksional; ada yang menamakannya tujuan pembelajaran, tujuan penampilan, atau sasaran belajar.

Konsep taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan. Konsep ini mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Taksonomi Bloom ranah kognitif merupakan salah satu kerangka dasar untuk pengkategorian tujuan-tujuan pendidikan, penyusunan tes, dan kurikulum keterampilan (skills) abad 21.

Tingkatan taksonomi Bloom yakni: (1)pengetahuan (knowledge); (2)pemahaman (comprehension); (3)penerapan (application); (4)analisis (analysis); (5)sintesis (synthesis); dan (6)evaluasi (evaluation). Tingkatan-tingkatan dalam taksonomi Bloom, telah digunakan hampir setengah abad sebagai dasar untuk penyusunan tujuan-tujuan pendidikan, penyusunan tes dan kurikulum. Revisi dilakukan terhadap taksonomi Bloom, yakni perubahan dari kata benda (taksonomi versi lama) menjadi kata kerja (taksonomi versi baru). Dalam revisi taksonomi Bloom aspek “noun” dan “verb” menjadi dua aspek yang terpisah, yaitu: aspek “knowledge dimension” dan “cognitive dimension”. Dalam dimensi pengetahuan (knowledge dimension), sebagaimana dalam taksonomi Bloom asli, berkaitan dengan penguasaan materi pelajaran tetapi terdiri dari empat kategori,bukan tiga kategori (pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, dan pengetahuan prosedural) sebagaimana pada taksonomi Bloom asli. Kategori keempat merupakan kategori baru adalah pengetahuan metakognisi (metacognitive knowledge). Perubahan ini dibuat agar sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan. Tujuan-tujuan pendidikan mengindikasikan bahwa siswa akan dapat melakukan sesuatu (kata kerja) dengan sesuatu (kata benda).

Revisi taksonomi Bloom dilakukan oleh Krathwohl dan Anderson, taksonomi menjadi: (1)mengingat (remember); (2) memahami (understand); (3)mengaplikasikan (apply); (4)menganalisis (analyze); (5)mengevaluasi (evaluate); dan (6)mencipta (create).

  1. Taksonomi Tujuan Pendidikan/ Instruksional

Taksonomi tujuan pendidikan (the taxonomy of educational objective) adalah suatu kerangka untuk mengklasifikasikan pernyataan-pernyataan yang digunakan untuk memprediksi kemampuan peserta didik dalam belajar sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran. Taksonomi tujuan instruksional ialah adanya hierarki yang dimulai dari tujuan instruksional pada jenjang terendah sampai jenjang tertinggi. Dengan kata lain, tujuan pada jenjang yang lebih tinggi tidak dapat dicapai sebelum tercapai tujuan pada jenjang di bawahnya.

Tujuan pengajaran atau Instruksional dikelompokkan menjadi 2, yaitu:

a.       Tujuan Instuksional Umum (TIU), yang menggariskan hasil-hasil dianeka bidang studi yang harus dicapai siswa.

b.      Tujuan Instruksional Khusus (TIK), yang merupakan penjabaran TIU yang menyangkut satu pokok bahasan atau topik pelajaran tertentu sebagai tujuan pengajaran yang konkrit dan spesifik, yang dianggap cukup berharga, wajar dan pantas yang dapat direalisasikan dan bertahan lama demi tercapainya tujuan instruksional umum.

Manfaat Tujuan instruksional yaitu:

a.       Guru mempunyai arah untuk memilih bahan pelajaran dan memilih prosedur atau metode pembelajaran

b.      Siswa mengetahui arah belajarnya

c.       Setiap guru mengetahui batas-batas tugas dan wewenang mengajarkan suatu bahan sehingga diperkecil kemungkinan munculnya celah atau saling menutupi antar guru

d.      Guru mempunyai patokan dalam mengadakan penilaian kemajuan belajar siswa

e.       Guru sebagai pelaksana dan petugas-petugas pemegang kebijaksanaan memiliki kriteria untuk mengevaluasi kualitas maupun efisiensi pengajaran

Taksonomi Bloom diartikan sebagai salah satu metode klasifikasi tujuan instruksional secara berjenjang dan progresif ketingkat yang lebih tinggi. Masing- masing kawasan/ranah dari taksonomi Bloom dapat diuraikan sebagai berikut:

a.       Pengetahuan Domain Kognitif

1)      Mengingat (remember)

Tujuan Instruksional pada level ini adalah menuntut siswa untuk mengingat (recall) informasi yang telah diterima sebelumnya, misalnya:fakta, terminology, rumus, strategi pemecahan masalah dan sebagainya.

Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan. Mengingat merupakan dimensi yang berperan penting dalam proses pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) dan pemecahan masalah (problem solving).

Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang jauh lebih kompleks. Mengingat meliputi mengenali (recognition) dan memanggil kembali (recalling). Mengenali berkaitan dengan mengetahui pengetahuan masa lampau yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret, misalnya tanggal lahir, alamat rumah, dan usia, sedangkan memanggil kembali (recalling) adalah proses kognitif yang membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat dan tepat.

2)      Memahami (understand)

Kategori ini dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan dan informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri.

Memahami/mengerti berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi. Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan (classification) dan membandingkan (comparing).

Mengklasifikasikan akan muncul ketika seorang siswa berusaha mengenali pengetahuan yang merupakan anggota dari kategori pengetahuan tertentu.Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh atau informasi yang spesifik kemudian ditemukan konsep dan prinsip umumnya. Membandingkan merujuk pada identifikasi persamaan dan perbedaan dari dua atau lebih obyek, kejadian, ide, permasalahan, atau situasi. Membandingkan berkaitan dengan proses kognitif menemukan satu persatu ciri-ciri dari obyek yang diperbandingkan.

3)      Mengaplikasikan/menerapkan (apply)

Tingkatan ini merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari kedalam situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.

Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi pengetahuan prosedural (procedural knowledge). Menerapkan meliputi kegiatan menjalankan prosedur (executing) dan mengimplementasikan (implementing).

Menjalankan prosedur merupakan proses kognitif siswa dalam menyelesaikan masalah dan melaksanakan percobaan di mana siswa sudah mengetahui informasi tersebut dan mampu menetapkan dengan pasti prosedur apa saja yang harus dilakukan. Jika siswa tidak mengetahui prosedur yang harus dilaksanakan dalam menyelesaikan permasalahan maka siswa diperbolehkan melakukan modifikasi dari prosedur baku yang sudah ditetapkan.

Mengimplementasikan muncul apabila siswa memilih dan menggunakan prosedur untuk hal-hal yang belum diketahui atau masih asing. Karena siswa masih merasa asing dengan hal ini maka siswa perlu mengenali dan memahami permasalahan terlebih dahulu kemudian baru menetapkan prosedur yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Mengimplementasikan berkaitan erat dengan dimensi proses kognitif yang lain yaitu mengerti dan menciptakan.

Menerapkan merupakan proses yang kontinu, dimulai dari siswa menyelesaikan suatu permasalahan menggunakan prosedur baku/standar yang sudah diketahui. Kegiatan ini berjalan teratur sehingga siswa benar-benar mampu melaksanakan prosedur ini dengan mudah, kemudian berlanjut pada munculnya permasalahan-permasalahan baru yang asing bagi siswa, sehingga siswa dituntut untuk mengenal dengan baik permasalahan tersebut dan memilih prosedur yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan.

4)      Menganalisis (analyze)

Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan.

Kemampuan menganalisis merupakan jenis kemampuan yang banyak dituntut dari kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah. Berbagai mata pelajaran menuntut siswa memiliki kemampuan menganalisis dengan baik. Tuntutan terhadap siswa untuk memiliki kemampuan menganalisis sering kali cenderung lebih penting daripada dimensi proses kognitif yang lain seperti mengevaluasi dan menciptakan.

Kegiatan pembelajaran sebagian besar mengarahkan siswa untuk mampu membedakan fakta dan pendapat, menghasilkan kesimpulan dari suatu informasi pendukung.Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif memberi atribut (attributeing) dan mengorganisasikan (organizing). Memberi atribut akan muncul apabila siswa menemukan permasalahan dan kemudian memerlukan kegiatan membangun ulang hal yang menjadi permasalahan.

Kegiatan mengarahkan siswa pada informasi-informasi asal mula dan alasan suatu hal ditemukan dan diciptakan. Mengorganisasikan menunjukkan identifikasi unsur-unsur hasil komunikasi atau situasi dan mencoba mengenali bagaimana unsur-unsur ini dapat menghasilkan hubungan yang baik. Mengorganisasikan memungkinkan siswa membangun hubungan yang sistematis dan koheren dari potongan-potongan informasi yang diberikan. Hal pertama yang harus dilakukan oleh siswa adalah mengidentifikasi unsur yang paling penting dan relevan dengan permasalahan, kemudian melanjutkan dengan membangun hubungan yang sesuai dari informasi yang telah diberikan.

5)      Mengevaluasi (evaluate)

Mengevaluasi adalah level dimana siswa diharapkan mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan kriteria tertentu.

Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh siswa. Standar ini dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif serta dapat ditentukan sendiri oleh siswa. Perlu diketahui bahwa tidak semua kegiatan penilaian merupakan dimensi mengevaluasi, namun hampir semua dimensi proses kognitif memerlukan penilaian.

Perbedaan antara penilaian yang dilakukan siswa dengan penilaian yang merupakan evaluasi adalah pada standar dan kriteria yang dibuat oleh siswa. Jika standar atau kriteria yang dibuat mengarah pada keefektifan hasil yang didapatkan dibandingkan dengan perencanaan dan keefektifan prosedur yang digunakan maka apa yang dilakukan siswa merupakan kegiatan evaluasi.Evaluasi meliputi mengecek (checking) dan mengkritisi (critiquing). Mengecek mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang tidak konsisten atau kegagalan dari suatu operasi atau produk.

 Jika dikaitkan dengan proses berpikir merencanakan dan mengimplementasikan maka mengecek akan mengarah pada penetapan sejauh mana suatu rencana berjalan dengan baik. Mengkritisi mengarah pada penilaian suatu produk atau operasi berdasarkan pada kriteria dan standar eksternal. Mengkritisi berkaitan erat dengan berpikir kritis. Siswa melakukan penilaian dengan melihat sisi negatif dan positif dari suatu hal, kemudian melakukan penilaian menggunakan standar ini.

6)      Mengkreasi/ Mencipta (create)

Mengkreasi atau mencipta adalah level tertinggi. Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya.

Menciptakan sangat berkaitan erat dengan pengalaman belajar siswa pada pertemuan sebelumnya. Meskipun menciptakan mengarah pada proses berpikir kreatif, namun tidak secara total berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menciptakan. Menciptakan disini mengarahkan siswa untuk dapat melaksanakan dan menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh semua siswa.

Perbedaan menciptakan ini dengan dimensi berpikir kognitif lainnya adalah pada dimensi yang lain seperti mengerti, menerapkan, dan menganalisis siswa bekerja dengan informasi yang sudah dikenal sebelumnya, sedangkan pada menciptakan siswa bekerja dan menghasilkan sesuatu yang baru.

Menciptakan meliputi menggeneralisasikan (generating) dan memproduksi (producing). Menggeneralisasikan merupakan kegiatan merepresentasikan permasalahan dan penemuan alternatif hipotesis yang diperlukan. Menggeneralisasikan ini berkaitan dengan berpikir divergen yang merupakan inti dari berpikir kreatif. Memproduksi mengarah pada perencanaan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Memproduksi berkaitan erat dengan dimensi pengetahuan yang lain yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognisi.

Urutan dimensi proses kognitif diatas merupakan hasil revisi dari taksonomi Anderson terhadap proses kognitif yang dikemukakan oleh Bloom yang selama ini dikenal dengan sebutan ranah kognitif.

b.      Pengetahuan Domain Afektif/ sikap

Menurut Bloom, Krathwohl, dan Masia  (truschel, 2008) ranah sikap berkaitan dengan nilai tentang kesadaran, untuk dapat membedakan nilai-nilai secara implisit melalui analisis. Dalam kurun waktu yang lama, dalm pelaksanaan pembelajaran Taksonomi Bloom pada ranah sikap kurang begitu mendapat perhatian disebabkan kurang praktis daripada ranah kognitif. Namun, dalam  pelaksanaan pembelajaran secarau umum dapat dipraktikkan dan dilakukan penilaiannya melalui pengamatan (observasi).

i.                    Tingkat Menerima

Menerima disini diartikan sebagai proses pembentukan sikap dan perilaku dengan cara membangkitkan kesadaran tentang adanya stimulus terstentu yang mengandung estetika.

ii.                  Tingkat Tanggapan

Tanggapan atau jawaban mempunyai beberapa pengertian, yaitu:

1)      Tanggapan dilihat dari segi pendidikan diartikan sebagai perilaku baru dan sasaran didik (siswa) sebagai manifestasi dari pendapatnya yang timbul karena adanya perangsang pada saat ia belajar.

2)      Tanggapan dilihat dari segi psikologi perilaku adalah segala perubahan perilaku organisme yang terjadi atau yang timbul karena adanya rangsangan.

iii.                Tingkat Menilai

Menilai dapat diartikan sebagai:

1)      Pengakuan secara obyektif (jujur) bahwa siswa obyektif, sistem atau kadar tertentu mempunyai manfaat.

2)      Kemauan untuk menerima suatu obyek atau kenyataan setelah seseorang itu sadar bahwa obyek tersebut mempunyai nilai atau kekuatan, dengan cara menyatakan dalam bentuk sikap atau perilaku positif atau negatif.

iv.                Tingkat Organisasi

Organisasi dapat diartikan sebagai:

1)      Proses konseptualisasi nilai-nilai dan menyusun hubunga antar nilai-nilai tersebut, kemudian memilih nilai-nilai yang terbaik untuk diterapkan.

2)      Kemungkinan untuk mengorganisasikan nilai-nilai, menentukan hubungan antar nilai dan menerima bahwa suatu nilai itu lebih dominan dibanding nilai yang lain apabila kepadanya diberikan berbagai nilai.

v.                  Tingkat Karakterisasi/ Pembentukan Pola Hidup

Karakerisasi adalah sikap dan perbuatan yang secara konsisten dilakukan oleh seseorang selaras dengan nilai-nilai yang dapat diterimanya, sehingga sikap dan perbuatan itu seolah-olah telah menjadi ciri-ciri pelakunya.

c.       Pengetahuan Domain Psikomotorik

Kawasan psikomotor adalah kawasan yang berorientasi kepada keterampilan yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot. Dengan demikian kawasan psikomotor adalah kawasan yang berhubungan dengan seluk-beluk yang terjadi karena adanya koordinasi otot-otot oleh pikiran sehingga diperoleh tingkat keterampilan fisik tertentu. Pada awalnya ranah psikomotor kurang detail penjelasannya, namun dalam pelaksanaan pembelajaran secara umum dapat dipraktikkan dan dilakukan penilaiannya melalui pengamatan. Adapun kawasan psikomotor meliputi:

i.                    Persepsi

Mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan.

ii.                  Kesiapan

Mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan.

iii.                Gerakan Terbimbing

Mencakup kemampuan untuk melakukan rangkaian gerak sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi).

iv.                Gerakan yang Terbiasa

Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu gerakan dengan lancar karena sudah dilatih secukupnya tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan.

v.                  Gerakan Kompleks

Mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan yang terdiri atas beberapa komponen dengan lancar tepat dan efisien.

vi.                Penyesuain Pola Gerakan

Mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran.

vii.              Kreativitas

Mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak yang baru atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.

  1. Dimensi Pengetahuan

Dimensi pengetahuan adalah pengetahuan yang diharapkan dikonstruk oleh siswa berdasrkan tujuan yang ingin dicapai pada materi pembelajaran. Dimensi pengetahuan terdiri dari empat kategori. Keempat kategori ini akan membentuk proses perjalanan pengetahuan peserta didik dari yang bersifat konkrit menuju pengetahuan yang bersifat abstrak. Adapun keempat kategori tersebut adalah:

a.       Pengetahuan Faktual

Pengetahuan yang berupa potongan-potongan informasi yang terpisah-pisah atau unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu tertentu. Pengetahuan faktual pada umumnya merupakan abstraksi tingkat rendah. Ada dua macam pengetahuan fakual, yaitu:

i.        Pengetahuan tentang terminologi (knowledge terminology): mencakup pengetahuan tentang label atau simbol tertentu, baik yang bersifat verbal maupun yang bersifat non-verbal. Setiap disiplin ilmu biasanya memiliki banyak sekali terminologi yang khas untuk disiplin ilmu tersebut. Contohnya: pengetahuan tentang alfabet, pengetahuan tentang istilah ilmiah, dan pengetahuan tentang simbol dalam peta.

ii.      Pengetahuan tentang rincian spesifik dan elemen-elemen pengetahuan (knowledge of specific details and element): mencakup pengetahuan tentang kejadian, oarang, waktu, dan informasi lainnya yang bersifat sangat spesifik. Contohnya: pengetahuan tentang nama tempat dan waktu kejadian, pengetahuan tentang kode produk dan komponen elektronika, dan pengetahuan tentang sumber informasi.

b.      Pengetahuan Konseptual

Pengetahuan yang menunjukkan saling keterkaitan antara unsur-unsur dasar dalm struktur yang lebih besar dan semuanya berfungsi sama. Pengetahuan konseptual mencakup skema, model pemikiran, dan teori baik yang bersifat implisit maupun eksplisit. Ada tiga macam pengetahuan konseptual, yaitu:

i.        Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori: mencakup pengetahuan tentang kategori, kelas, bagian, atau susunan yang berlaku dalam susunan bidang ilmu tertentu. Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori merupakan pengetahuan yang sangat penting sebab pengetahuan ini juga menjadi dasar bagi peserta didik dalam mengklasifikasikan informasi dan pengetahuan.tanpa kemampuan melakukan klasifikasi dan kategorisasi, peserta didik akan mengalami kesulitan dalam belajar. Contohnya: pengetahuan tentang bagian-bagian kalimat, pengetahuan tentang pengelompokkan material elektronika, dan pengelompokkan tentang pengetahuan hewan dan tumbuhan.

ii.      Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi: mencakup abstraksi hasil observasi kelevel yang lebih tinggi, yaitu prinsip atau generalisasi. Prinsip dan geeralisasi merupakan abstraksi dari sejumlah fakta kejadian, dan saling keterkaitan antara sejumlah fakta. Contohnya: pengetahuan tentang prinsip-prinsip belajar.

iii.    Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur: mencakup pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi dan saling keterkaitan antar keduanya yang menghasilkan kejelasan terhadap suatu fenomena yang kompleks. Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur merupakan jenis pengetahuan yang sangat abstrak dan rumit, seperti pengetahuan tentang model atom.

c.       Pengetahuan Prosedural

Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu yang dapat berupa kegiatan atau prosedur. Seringkali pengetahuan prosedural berisi langkah-langkah atau tahapan-tahapan yang harus diikuti dalm mengerjakan suatu hal tertentu. Perolehan pengetahuan prosedural dilakukan melalui suatu metode penyelidikan dengan menggunakan keterampilan-keterampilan, tekhnik, dan metode serta kriteria tertentu. Pengetahuan prosedural meliputi:

i.                    Pengetahuan tentang keterampilan khusus yang berhubungan dengan suatu bidang tertentu dan pengetahuan tentang algoritme: mencakup pengetahuan tentang keterampilan khusus yang diperlukan untuk bekerja dalm suatu bidang ilmu atau tentang algoritmeyang harus ditempuh untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Contohnya: pengetahuan tentang mengukur besaran listrik, pengetahuan tentang mengukur suhu air yang dididihkan dalam gelas beker.

ii.                  Pengetahuan tentang tekhnik dan metode yang berhubungan dengan suatu bidang tertentu: mencakup pengetahuan yang pada umumnya merupakan hasil konensus, perjanjian, atau aturan yang berlau dalam disiplin ilmu tertentu. Pengetahuan tentang tekhnik dan metode lebih mencerminkan bagaimana ilmuwan dalm bidang tersebut berpikir dan memecahkan masalah yang dihadapi. Contohnya: pengetahuan tentang metode penelitian, pengetahuan tentang metode pengukuran parameter internal komponen transistor.

iii.                Pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan suatu prosedur tepat untuk digunakan: mencakup pengetahuan tentang kapan suatu tekhnik, strategi, atau metode harus digunakan. Peserta didik dituntut, bukan hanya tahu sejumlah tekhnik atau metode tetapi juga dapt mempertimbangkan tekhnik atau metode tertentu yng sebaiknya digunakan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi yang dihadapi saat itu. Contohnya: pengtahuan tentang kriteria radiasi gelombang tegak antena, pengetahuan tentang kriteria pemilihan rumus yang sesuai dalam memecahkan masalah dan pengetahuan memilih metode statistika menganalisa data dalam penelitian.

d.      Pengetahuan Metakognisi

Bererapa ahli mendefinisikan pengetahun metakognisi sebagai “berpikir dalam berpikir”. Sementara beberapa ahli lain mendefinisikan sebagai “mengetahui”tentang “mengetahui”. Kemampuan refleksi diri dari proses kognitif yang sedang berlangsung merupakan sesuatu yang unik bagi individu dan memainkan peran penting dalam kesadaran manusia. Proses berfikir seperti ini menunjukkan bahwa metakognisi mengikutsertakan pemikiran seseorang.

Kuhn (2000) mendefinisikan metakognisi sebagai kesadran dan manajemen dari proses dan produk kognitif yang dimiliki seseorang atau secara sederhana disebut sebagai “berpikir mengenai berpikir”. Secara umum metakognisi dianggap sebagai suatu konstruk multidimensi. Sebuah model yang populer (Ravell, dkk, 2002) menggambarkan dua dimensi metakognisi yang berhubungan tetapi berbeda secara konsep, yaitu pengetahuan metakognitif dan proses metakognitif. Pengetahuan metakognitif merujuk pada kesadaran dan pemahaman yang mendalam mengenai proses dan produk yang dimiliki seseorang. Sementara proses metakognitif merujuk pada kemampuan seseorang untuk memonitor atau meregulasi aktivitas kognisinya selama pemecahan masalah.

Kesimpulan

Taksonomi tujuan instruksional ialah adanya hierarki yang dimulai dari tujuan instruksional pada jenjang terendah sampai jenjang tertinggi.

Tingkatan Taksonomi Bloom terdiri dari 3 ranah atau kawasan, yaitu:

1.      Kawasan Kognitif

a.       Mengingat (remember)

b.      Memahami (understand)

c.       Mengaplikasikan (apply)

d.      Menganalisis (analyze)

e.       Mengevaluasi (evaluate)

f.       Mencipta (create).

2.      Kawasan Afektif

a.       Tingkat Menerima

b.      Tingkat Tanggapan

c.       Tingkat Menilai

d.      Tingkat Organisasi

e.       Tingkat Karakterisasi

3.      Kawasan Psikomotorik

a.       Persepsi

b.      Kesiapan

c.       Gerakan Terbimbing

d.      Gerakan Terbiasa

e.       Gerakan Kompleks

f.       Penyesuaian Pola Gerakan

g.      Kreativitas

Dalam revisi taksonomi bloom antara “noun” dan “verb” dipisahkan satu sama lain, yaitu aspek dimensi pengetahuan dan dimensi kognitif. Dalam dimensi pengetahuan terjadi penambahan kategori menjadi empat kategori, yaitu:

1.      Pengetahuan faktual

2.      Pengetahuan konsseptual

3.      Pengetahuan prosedural

4.      Pengetahuan metakognitif

Daftar Pustaka

Ejournal.ikippgrimadiun.ac.id/id/node405 diakses pukul 12:45 tanggal 20 Februari 2016.

Bppk.depkeu.go.id diakses pukul 17:00 tanggal 23 Februari 2016.

Laporan Praktikum Efek Fotolistrik

Efek Fotolistrik Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Efek fotolistrik adalah fenomena terlepasnya elektron logam akibat disinari cahaya. Ditinjau dari perspektif sejarah, penemuan efek...
Ananda Dwi Putri
9 min read

Laporan Praktikum Tetes Minyak Milikan

Tetes Minyak Milikan Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Elektron merupakan suatu dasar penyusun atom. Inti atom terdiri dari elektron (bermuatan negatif) dan proton...
Ahmad Dahlan
7 min read

Makalah Sifat Fantasi Dalam Tinjauan Psikologi

Sifat Fantasi Bab I. Pendahuluan Pada dasarnya psikologi mempersoalkan masalah aktivitas manusia. Baik yang dapat diamati maupun tidak secara umum aktivitas-aktivitas (dan penghayatan) itu...
Wahidah Rahmah
4 min read

Leave a Reply