Teori belajar trial and error adalah teori belajar yang dikemukakan oleh Edward Lee Thorndike. Hal ini membuat teori ini juga dikenal sebagai Teori Belajar Thorndike.
Daftar isi
Teori Belajar Trial and Error
Thorndike adalah seorang psikolog pendidikan kelahiran Williamsburg, Massachusetts 13 Agustus 1874. Thorndike banyak mengkaji tentang psikologi pendidikan, perilaku verbal, psikologi komparatif dan sosio psikologis. Teori belajar Trial and Error sendiri ia kemukanan sebagai hasil dari riset mengenai mental telepati pada anak-anak. Setelah berhasil menguji coba teori pada anak-anak, Thorndike kemudian mengujikan teori pada hewan seperti ayam, kucing, tikus, anjing, kera dan ikan. Hasil percobaannya menunjukkan bahwa terdapat perilaku yang sama antara hewan dan manusia dalam belajar. Persitiwa ini disebut sebagai Incremnetal.
Connectionism
Asosiasi antara kesan indrawi dan impuls dengan tindakan sebagai ikatan/kaitan atau koneksi atau dengan kata lain hubungan antara S dan R, bukan hanya kondisi stimulus dan tendensi untuk merespon.
Selecting and Connecting
Bentuk paling dasar dari proses belajar menurut Thorndike adalah trial and error learning (belajar dengan uji coba), atau yang bisa juga disebut selecting and connecting (pemilihan dan pengaitan). Thorndike mendapatkan ide ini melalui eksperimen awalnya yang memasukkan hewan ke dalam perangkat yang telah ditata sedemikian rupa sehingga ketika hewan itu melakukan jenis respons tertentu ia bisa keluar dari perangkat tersebut. Dari eksperimen ini Thorndike menyimpulkan bahwa selecting and connecting adalah usaha suatu individu untuk dapat menyeleksi cara yang dapat digunakan untuk mencari jalan keluar dari suatu permasalahan, dan menghubungkan kejadian-kejadian yang telah terjadi sebagai suatu patokan untuk dapat menemukan jalan keluar yang benar.
Learning is Incremental, Not Insightful
Thorndike menyimpulkan bahwa belajar bersifat incremental (bertahap), bukan insightful (langsung ke pengertian). Dengan kata lain belajar itu melalui tahap-tahap yang sistematis, tidak langsung melompat ke pengertian mendalam. Belajar yang dilakukan secara bertahap akan membutuhkan waktu yang lama tetapi menunjukkan kesuksesan yang relatif stabil. Tetapi jika belajar dilakukan dengan langsung ke pengertian, maka waktu yang dibutuhkan hanya sedikit tetapi kesuksesannya relatif tidak stabil.
Learning Not Mediated by Ideas
Berdasarkan risetnya, Thorndike juga menyimpulkan bahwa belajar adalah bersifat langsung dan tidak dimediasi oleh pemikiran atau penalaran. Thorndike menolak campur tangan nalar dalam belajar dan ia lebih mendukung tindakan seleksi langsung dan pengaitan dalam belajar.
Semua Mamalia Belajar dengan Cara yang Sama
Menurut Thorndike, proses belajar pada semua mamalia termasuk manusia, mengikuti kaidah yang sama, tetapi proses belajar pada manusia akan lebih rumit dan maju, seperti adanya akuisisi keterampilan memainkan biola, pengetahuan hitungan kalkulus, atau penemuan mesin-mesin.
Law of Readiness
Law of readiness (hukum kesiapan) yang dikemukakan Thorndike mengandung tiga bagian, yaitu:
- Apabila seseorang siap untuk berperilaku (to conduct), maka perilaku akan sangat memuaskan.
- Apabila seseorang siap untuk berprilaku, tapi tidak melakukannya akan sangat menganggu.
- Apabila seseorang belum siap untuk berperilaku dan dipaksa untuk berperilaku, maka melakukannya akan sangat menganggu.
Law of Exercise
Hukum law of exercise (hukum latihan) yang dikemukakan Thorndike terdiri dari dua bagian, yaitu:
- Koneksi antara stimulus dan respons akan menguat saat keduanya digunakan. Dengan kata lain, melatih koneksi (hubungan) antara situasi yang menstimulasi dengan suatu respons akan memperkuat koneksi diantara keduanya. Hukum latihan ini dinamakan law of use (hukum penggunaan).
- Koneksi antara situasi dan respon akan melemah apabila hubungan dihentikan atau jika ikatan neural tidak digunakan. Hukum ini dinamakan law of disuse (hukum ketidakgunaan).
Law of Effect
Hukum efek yang digagas oleh Thorndike adalah penguatan atau pelemahan dari suatu koneksi antara stimulus dan respon sebagai akibat konsekuensi dari respon. Jika suatu respon diikuti dengan keadaan yang menyenangkan, kekuatan koneksi akan bertambah dan lebih cenderung akan terulang kembali. Jika respon diikui dengan keadaan yang buruk, kekuatan koneksi akan menurun dan memungkinkan untuk perilaku respon tidak mengulang kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Hergenhahn, B.R. & Oslon, Matterhew H. (2009). An Introduction to Theories of Learning (Teori Belajar). Terjemahan oleh Tri Wibowo B.S. 2008. Jakarta: Kencana.
Mount, Julie, dkk. 2007. Trial and Error versus Errorless Learning of Functional Skills in Patient with Acute Stroke. Jurnal NeuroRehabilitation.(Online), Jilid 22, No.2, hal. 123-132, (http://iospress.metapress.com/content/ v132145056w10753, diakses 7 Maret 2010).