Tentang Mitos dan Logos

3 min read

Pada tulisan sebelumnya sudah dikatakan bahwa mitologi merupakan faktor yang mendahului filsafat dan “seolah-olah” mempersiapkan ke arah timbulnya filsafat. Memang benar, filsuf-filsuf pertama menerima obyek penyelidikannya dari mitologi, yaitu alam semesta dan kejadian-kejadian yang setiap orang dapat menyaksikan di dalamnya. Mitologi Yunani memang menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang alam semesta itu, tetapi jawaban-jawaban serupa itu justru diberikan dalam bentuk mite, yang meloloskan diri dari tiap-tiap kontrol pihak rasio.

Mitos atau mite adalah cerita prosa rakyat yang menceritakan kisah masa lalu (masa lampau), yang mengandung penafsiran tentang alam semesta serta keberadaan makhluk di dalamnya, dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya. Dalam pengertian yang lebih luas, mitos dapat mengacu kepada cerita tradisional (cerita kuno). Pada umumnya, mitos menceritakan kejadian alam semesta, dunia dan para makhluk penghuninya, bentuk topografi, kisah para mahkluk supranatural, dan sebagainya. Mitos bisa muncul dari catatan peristiwa sejarah yang terlalu dilebih-lebihkan.

Sedangkan logos, termasuk konsep salah satu kunci dalam agama Yahudi. Kata logos dalam bahasa Ibrani, davar, sangat erat hubungannya dengan penciptaan, kristologisoteriologi, dan teologi. Kata logos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sabda, atau “buah pikiran” yang diungkapkan dengan perkataan, pertimbangan nalar, atau arti. Dalam bahasa Ibrani, davar berarti hal yang berada di belakang, yang berarti firman Tuhan, yang dianggap sejajar dengan sofia (hikmat), yaitu perantara (wasilah) Tuhan dengan makhluk ciptaannya.

Sekitar abad ke-6 S.M. sudah mulai berkembang suatu pendekatan yang sama sekali berlainan. Sejak saat itu manusia mulai mencari jawaban-jawaban rasional tentang masalah-masalah yang diajukan oleh alam semesta. Logos (akal budi, rasio) mengganti mitos (mythos), dengan begitulah filsafat dilahirkan. Bisa dikatakan bahwa kata “logos” mempunyai arti yang lebih luas dibandingkan kata “rasio”. Logos berarti baik kata (tuturan, bahasa) maupun juga rasio.

Meskipun filsafat lahir pada saat rasio mengalahkan mite, tetapi tidak berarti seluruh mitologi ditinggalkan begitu saja secara mendadak. Sebenarnya proses itu berlangsung secara berangsur-angsur saja. Seluruh filsafat Yunani dapat dianggap sebagai suatu pergumulan yang panjang antara mitos dan logos. Dan justru sebenarnya tidak sulit untuk menunjukkan pengaruh mitlogi atas filsuf-filsuf yang pertama. Namun demikian, pada abad ke-6 S.M., di negeri Yunani telah terjadi sesuatu yang benar-benar baru.

Filsuf-filsuf pertama memandang dunia atas cara yang belum pernah dipraktekkan oleh orang lain. Mereka tidak lagi mencari keterangan tentang alam semesta dalam peristiwa-peristiwa mitis pada awal mula yang harus dipercaya begitu saja, sebab belum ada kemungkinan untuk membuktikan kebenarannya. Mereka tidak membatasi diri atas mite-mite yang telah diturunkan dalam tradisi, setinggi-tingginya ditambah dalam imajinasi puitis, seperti pada HESIODOS (750 S.M.). Mereka sudah mulai berpikir sendiri. Di belakang kejadian-kejadian yang dapat diamati oleh umum, mereka mencari suatu keterangan yang memungkinkan untuk dapat mengerti tentang kejadian-kejadian itu.

Tidak dapat disangkal lagi, keterangan-keterangan semacam itu bagi telinga kita sekarang ini sering kali agak “naif” kedengarannya. Tetapi yang terpenting adalah cara rasional dan logis yang mereka gunakan untuk mendekati problem-probem yang ditemui dalam alam semesta. Salah satu contoh yang paling sederhana adalah pelangi (rainbow). Dalam masyarakat tradisional Yunani, pelangi adalah seorang “Dewi” yang bertugas sebagai pesuruh bagi dewa-dewa lain. Tanggapan semacam ini dapat kita baca mengenai HOMEROS (850 S.M.), misalnya. Tetapi XENOPHANES (570-480 S.M.), salah seorang di antara filsuf-filsuf pertama, mengatakan bahwa pelangi merupakan suatu awan.

Kira-kira satu abad sesudahnya, ANAXAGORAS (499-428 S.M.) sudah mengerti bahwa pelangi disebabkan oleh pantulan matahari dalam awan-awan. Dan justru karena cara pendekatan seperti itulah yang bersifat rasional, dan dapat dibuktikan oleh siapa saja, terbukalah kemungkinan untuk mendebatkan hasil-hasilnya secara leluasa dan untuk umum. Satu jawaban akan menampilkan pertanyaan-pertanyaan lain, dan kritik atas suatu keterangan akan menuntut timbulnya keterangan lain, sehingga dalam suasana rasional ini perkembangan dan kemajuan ilmiah menjadi sangat mungkin.

Kalau kita katakan bahwa filsafat lahir karena logos telah mengatakan mitos, berarti sekali lagi harus kita tekankan bahwa kata filsafat di sini meliputi filsafat maupun ilmu pengetahuan, sebagaimana keduanya sekarang dibedakan dalam terminologi modern. Bagi orang Yunani, filsafat merupakan suatu pandangan rasional tentang segala-galanya. Baru berangsur-angsur dalam sejarah kebudayaan, berbagai ilmu satu demi satu melepaskan diri dari filsafat, supaya memperoleh otonominya.

Dari sebab itu, filsuf-filsuf selanjutnya seperti RENE DESCRATES alias CARTESIUS (1596-1650), IMMANUEL KANT (1724-1804), GEORGE W. F. HEGEL (1770-1831), EDMUND HUSSERL (1859-1938), dan ilmuwan-ilmuwan lainnya seperti ISAAC NEWTON (1642-1727), MAX PLANCK (-), ALBERT EINSTEIN (1879-1955) mempunyai leluhur-leluhur yang sama di negeri Yunani. Bangsa Yunani mendapat kehormatan yang bukan kecil, bahwa merekalah yang “menelorkan” cara berpikir ilmiah. Kata J. Burnet“it is an adequate description of science to say that it is thinking about the world in the Greek way….”. Adalah suatu penggambaran tepat mengenai ilmu pengetahuan, bila dikatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah berpikir tentang dunia dengan gaya Yuanani.

Dengan demikian mereka termasuk pendasar pertama kultur barat, bahkan kultur sedunia, sebab cara pendekatan ilmiah semakin menjadi unsur hakiki dalam suatu kultur universal yang merangkun seluruh kebudayaan di seluruh dunia.

Demikian yang dapat kami rangkum mengenai Mitos dan Logos. Semoga ada manfaatnya serta dapat menambah wawasan kita. Jika Anda ingin menambahkan atau sekedar mengoreksi, silahkan tuangkan di kotak komentar. Kritik dan saran yang bersifat membangun, senantiasa kami terima dengan tangan terbuka.

Laporan Praktikum Efek Fotolistrik

Efek Fotolistrik Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Efek fotolistrik adalah fenomena terlepasnya elektron logam akibat disinari cahaya. Ditinjau dari perspektif sejarah, penemuan efek...
Ananda Dwi Putri
9 min read

Laporan Praktikum Tetes Minyak Milikan

Tetes Minyak Milikan Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Elektron merupakan suatu dasar penyusun atom. Inti atom terdiri dari elektron (bermuatan negatif) dan proton...
Ahmad Dahlan
7 min read

Makalah Sifat Fantasi Dalam Tinjauan Psikologi

Sifat Fantasi Bab I. Pendahuluan Pada dasarnya psikologi mempersoalkan masalah aktivitas manusia. Baik yang dapat diamati maupun tidak secara umum aktivitas-aktivitas (dan penghayatan) itu...
Wahidah Rahmah
4 min read

Leave a Reply