ETIKA BERPAKAIAN SEORANG PEGAWAI KANTOR
RUANG LINGKUP:
KANTOR PAJAK CIMAHI
Yulia Karlina
135211029
3A – D3 Administrasi Bisnis
D3 Administrasi Bisnis – Administrasi Niaga
Politeknik Negeri Bandung
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengaruh etika terhadap cara berpakaian para pegawai kantor saat ini. Beberapa data atau informasi yang diperoleh merupakan hasil dari suatu metode penelitian deskriptif kuantitatif karena dibantu dengan menggunakan software SPSS dalam hal pengolahan data yaitu dengan melakukan observasi secara langsung selama 3 bulan dan pengambilan data dengan mengedarkan kuesioner kepada 50 responden yang merupakan masyarakat yang pernah mengunjungi Kantor tersebut atau kepada para customernya. Dengan adanya kuesioner ini diharapkan dapat membantu hasil penelitian agar lebih akurat dan terjamin kebenarannya. Setelah data diperoleh dalam kurun waktu kurang lebih 2 minggu kemudian data tersebut diolah serta diuji dengan menggunakan uji regresi linier, maka dihasilkan suatu data yang menyebutkan bahwa sebagian besar cara berpakaian kantor yang dikenakan para pegawai itu dipengaruhi oleh etika masing-masing pegawai dan sebagian kecilnya merupakan faktor yang mempengaruhinya, diantaranya adalah selera masyarakat dan juga mode fashion yang sedang marak saat ini.
Kata kunci: etika dan berpakaian.
Abstract
This study aims to determine the level of influence of ethics on how to dress the clerks office at this time. Some data or information obtained is the result of a method of quantitative descriptive research because it helped by using SPSS software in terms of data processing that is by direct observation for three months and retrieval of data by distributing questionnaires to 50 respondents who are the people who have visited the office of to its customers. With the questionnaire is expected to help the research to be more accurate and guaranteed the truth, after the data obtained in less than two weeks later the data is processed and tested using linear regression, the generated data that says that the majority of dress office worn by the employees that are affected by the ethics of each employee and patches are factors that influence it, such as public taste and fashion mode which currently emerging.
Keywords: ethics and dress.
OVERVIEW
Suatu perusahaan dalam men- jalankan usahanya tentu sudah memi- liki kriteria atau karakteristik bagi pegawainya untuk memajukan dan mencapai tujuan perusahaannya tersebut.
Dalam hal ini, salah satu aspek yang dijadikan tolak ukur dalam pemilihan pegawai adalah penampilan yang menarik. Penampilan yang menarik disini tidak hanya dilihat dari paras yang cantik atau tampan, kulit yang putih dan mulus, ataupun dari segi rambut dan make-up yang mencolok melainkan dilihat dari segi penampilan dan busana yang rapi, sopan dan tetap menarik.
Menurut Chaniago (2013:239), dalam bukunya yang berjudul Mana- jemen Kantor Kontemporer menga- takan bahwa berbusana mencermin- kan kepribadian seseorang, sehingga dalam berbusana perlu disesuaikan dengan kesempatan atau acara dan situasi yang dikunjungi agar tidak terjadi salah tingkah dan menimbul- kan persepsi negatif dari orang lain.
Ada berbagai mode busana yang diciptakan sesuai kondisi dan untuk acara-acara tertentu. Selain itu, Chaniago (2013:240) mengemukakan kembali bahwa dalam kenyataan sehari-hari, sering kita hadapi oleh berbagai keterbatasan. Begitu juga halnya dengan jumlah pakaian yang dimiliki. Misalkan saja Anda seorang pegawai yang tiap hari harus pergi ke kantor, sedangkan busana yang dimiliki terbatas, dalam kesibukkan seorang pegawai dituntut harus selalu tampil rapi.
PENGERTIAN ETIKA
Etika adalah ilmu tentang apa yang baik, apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral.
Pengertian ini muncul mengi- ngat etika berasal dari bahasa Yunani kuno “ethos” (jamak: ta etha), yang berarti adat kebiasaan, cara berpikir, akhlak, sikap, watak, cara bertindak. Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988, menjelaskan etika dengan membedakan tiga arti, yakni: Ilmu tentang apa yang baik dan buruk, kumpulan azas atau nilai, dan nilai mengenai benar dan salah.
Menurut Harmon Chaniago (2013:237) dalam bukunya yang berjudul Manajemen Kantor Kontem- porer mengatakan bahwa etika adalah nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, didasarkan pada kebiasa- an yang mereka lakukan. Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa etika adalah nilai-nilai dan norma-norma moral, yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. (K. Bertens). Kemudian, W.J.S Poerwa -darminto mengatakan bahwa etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral).
PENGERTIAN BERPAKAIAN
Pakaian adalah salah satu dari seluruh rentang penandaan yang paling jelas dari penampilan luar, yang dengannya seseorang menem- patkan diri mereka terpisah dari orang lain, yang selanjutnya berkembang menjadi identitas suatu kelompok tertentu.
Hasil wawancara dengan sejum-lah informan tentang perkembangan trend fashion saat ini,khususnya trend mode di kalangan mahasiswa putri fisip unhalu mereka mengatakan bahwa, “perkembangan trend busana mahasiswa putri fisip unhalu saat ini lebih mengarah pada penggunaan mode busana yang sedang trend pada saat sekarang ini, hal ini dapat dilihat dari setiap aktifitas mahasiswa pada saat mereka mengikuti proses perkuliahan, pakaian-pakaian ketat (press body) lebih dominan menghiasi lingkungan kampus”.
Hal diatas sesuai dengan pernyataan yang mengatakan bahwa fashion merupakan salah satu bentuk gaya hidup yang dapat dicoba, dipertahankan, atau ditinggalkan (Piliang, 2004: 306). “Kecenderungan pada trend busana baru lebih dimotivasi oleh sebuah pemikiran bagaimana mengespresikan diri lewat pakaian yang mereka pakai”. Malcolm Barnard dalam bukunya Fashion sebagai komunikasi, memulai pengertiannya mengenai fashion dengan mengacu pada Oxford English Dictionary (OED). Menurut Malcolm, “Etimologi kata ini terkait dengan bahasa latin, Factio, yang artinya membuat”. Karena itu, arti asli fashion adalah sesuatu kegiatan yang di lakukan seseorang, tidak seperti dewasa ini yang memaknai fashion sebagai sesuatu yang dikenakan seseorang.
Seperti yang di kutip oleh Idi Subandi Ibrahim (Peneliti Media dan Kebudayaan Pop dalam Pengantar Buku Malcolm Barnard, fashion dan komunikasi:2007)Thomas Carlyle mengatakan,”Pakaian adalah perlambang jiwa”. Masih menurut Idi: “Pakaian tak bisa dipisahkan dari perkem- bangan sejarah kehidupan dan budaya manusia”.
Studi tentang fashion adalah bukan hanya tentang pakaian, tapi juga peran dan makna pakaian dalam tindakan sosial. Dengan kata lain, fashion bisa di metaforakan sebagai kulit sosial yang didalamnya membawa pesan dan gaya hidup suatu komunitas tertentu yang adalah suatu bagian dari kehidupan sosial. Di samping itu, fashion juga mengekspresikan suatu identitas tertentu.
PERKEMBANGAN PENAMPILAN/PAKAIAN KANTOR
Berpenampilan yang baik bukan semata-mata bagaimana kita berbu- sana serta apa saja yang tampak dari luar. Akan tetapi, penampilan yang baik adalah keserasian yang menye- luruh. Mulai dari pemilihan busana, potongan rambut, make-up dan aksesorisnya. Dalam hal ini yang pali- ng menonjol adalah cara mengenakan busananya.
Melihat kenyataan dua dasa- warsa terakhir, dalam berbusana banyak sekali diwarnai oleh selera yang sudah dipengaruhi industri mode, terjadi perubahan-perubahan dalam dunia mode. Perubahan dalam dunia mode itu sendiri disebabkan adanya dinamika yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dan pengaruh mode ini mendorong orang untuk mengikutinya.
Para pengikut mode yang setia dan kalangan modis menyambutnya dengan penuh antusias, namun tak sedikit pula orang yang kesal dan bingung apabila gaya baru yang ditawarkan tidak cocok, tak sesuai dengan selera atau karena tidak tahu harus memilih yang mana.
Sekarang ini terlihat pemakaian busana kerja khususnya untuk ke kantor tidak lagi seperti dulu, yang pada umumnya berupa pakaian kerja yang disain, jenis tekstil dan warna bahannya seragam atau sama. Sudah terjadi perubahan bergeser dari aturan-aturan yang berlaku di masing-masing lembaga, namun masih ada yang bertahan, seperti misalnya pemakaian blus luar yang longgar dengan paduan celana panjang atau munculnya disain busana kerja dengan jenis tekstil dan warna bahan yang bermacam-macam dalam satu lembaga, dan sebagainya.
Jelas merupakan kenyataan yang kurang sedap dipandang dan membawa dampak yang kurang baik, seperti misalnya munculnya persaing- an mode antar pegawai, ketidak- kompakan, tidak menunjukkan sena- sib sepenanggungan, tidak menunjuk identitas lembaga, bahkan terjadi perubahan fungsi busana.
FAKTOR BERPAKAIAN TIDAK SESUAI DENGAN KETENTUAN KANTOR
Penampilan memang tidak ada hubungannya dengan kemampuan seseorang dalam menyelesaikan pekerjaan. Namun sebaiknya para pegawai tetap mematuhi etika berpakaian saat di Kantor dan tidak mengenakan pakaian atau aksesoris yang berlebihan. Faktor-faktor yang menyebabkan pegawai terlihat berpenampilan tidak sesuai demgan ketentuan kantor menurut sumber Merdeka adalah sebagai berikut:
a. Terlalu terbuka
b. Terlalu banyak atau sedikit make-up
c. Pakai sendal jepit
d. Celana olahraga
e. Mengepang rambut
f. Celana kulit
g. Baju kemarin
h. Aksesoris berlebihan
CARA BERPAKAIAN SECARA PROFESIONAL
Berpakaian secara profesional sangat penting untuk kesuksesan di kantor atau lingkungan akademis; muncul dengan pakaian lusuh kemungkinan tidak akan membuat Anda mendapatkan pekerjaan atau kenaikan gaji yang Anda harapkan meskipun apa yang dikatakan “profesional” bervariasi dari satu kantor ke kantor lainnya, namun ada beberapa panduan gaya kunci yang harus diikuti. Menurut sumber Wiki terdapat beberapa cara-cara dalam berpakaian secara profesional adalah sebagai berikut:
1. Menentukan Seberapa Formal dalam Berpakaian
2. Berpakaian Kasual Bisnis
3. Berpakaian Formal Bisnis
4. Menghindari Kesalahan Umum
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Dari kerangka pemikiran diatas, maka dapat dibuat hipotesisnya adalah sebagai berikut:
Ho : Tidak adanya keterkaitan antara etika seseorang dan cara berpakaian seorang pegawai
Ha : Adanya keterkaitan antara etika seseorang dan cara berpakaian seorang pegawai tersebut
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan selama 2 periode. Periode pertama dilakukan pada tanggal 30 November – 2 Des- ember 2015 dan periode kedua dila- kukan pada tanggal 20-22 Desember 2015.
Penelitian ini dilakukan selama 2 periode dikarenakan periode per- tama mengalami kesalahan sehingga mengharuskan peneliti untuk mela- kukan uji coba pada periode kedua dikarenakan rasa keingintahuan yang sangat dalam mengenai kesalahan apa yang menjadikan kuesioner pada periode pertama tidak reliabel.
Subjek yang akan dijadikan responden adalah subjek yang sesuai dengan karakteristik subjek peneliti- an yang telah ditentukan peneliti. Yaitu (1) customer Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi. (2) masyara- kat yang pernah mengunjungi Kantor Pajak tersebut selama kurun waktu 3x atau lebih. (3) berada di daerah Cimahi atau sekitar Kantor Pelaya- nan Pajak Pratama Cimahi. (3) Berusia 20 – 55 tahun.
Metode penelitian yang digu- nakan adalah metode deskriptif pen- dekatan kuantitatif. Peneliti melaku- kan penelitian ini berdasarkan obser- vasi yang telah dilakukan selama 3 bulan dan dibantu dengan kuesioner. Hasil dari penelitian ini disajikan dalam bentuk data-data yang dapat menggambarkan objek penelitian serta dianalisis dengan analisis deskriptif kuantitatif, seperti tabel, grafik, rata-rata, dan lain-lain. Hasil penelitian ini tidak terlalu mendalam karena hanya sebagian objek yang diteliti, yaitu dari sisi etika berpakaian para pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu kuesioner dan observasi yang dilakukan selama melakukan Praktek Kerja Industri (Prakerin) 3 bulan pada saat duduk di Sekolah Menengah Kejuruan. Kuesi- oner dilakukan dengan membagikan lembar kuesioner kepada para pe- langgan (customer) Kantor Pelayan- an Pajak Pratama Cimahi.
Populasi dan sampel yang akan diambil dari penelitian ini yaitu masyarakat yang berada di daerah sekitar Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi, tepatnya masyara- kat daerah Graha Bukit Raya 3 Cimahi dan sekitarnya.
HASIL PENELITIAN
Pada tahap ini peneliti menguji validitas dan reliabilitas dari data yang telah diperoleh. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan menghasil- kan nilai yang sesuai dengan tujuan alat ukur tersebut. pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Pearson yang diolah dengan bantuan Software SPSS 18.0 for Windows, dan hasilnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
No. | Korelasi | Keterangan |
1 | 0.770 | Valid |
2 | 0.479 | Valid |
3 | 0.716 | Valid |
4 | 0.460 | Valid |
5 | 0.779 | Valid |
6 | 0.795 | Valid |
7 | 0.078 | Tidak Valid |
8 | 0.615 | Valid |
9 | 0.883 | Valid |
10 | 0.506 | Valid |
11 | 0.815 | Valid |
Tabel Hasil Pengujian Validitas Variabel Etika
No. | Korelasi | Keterangan |
12 | 0.754 | Valid |
13 | 0.205 | Tidak Valid |
14 | 0.448 | Valid |
15 | 0.640 | Valid |
16 | 0.718 | Valid |
17 | 0.730 | Valid |
18 | 0.637 | Valid |
19 | 0.561 | Valid |
20 | 0.437 | Valid |
21 | 0.677 | Valid |
22 | 0.588 | Valid |
23 | 0.712 | Valid |
24 | 0.404 | Valid |
25 | 0.540 | Valid |
26 | 0.547 | Valid |
27 | 0.672 | Valid |
28 | 0.577 | Valid |
Tabel Hasil Pengujian Validitas Variabel Berpakaian
Metode yang digunakan untuk pengujian reliabilitas dalam peneliti- an ini ditentukan berdasarkan nilai Alpha Cronbach yang didapat dengan bantuan Software SPSS 18.0 for Windows, dan hasilnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Etika
Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Berpakaian
Berdasarkan kedua gambar diatas, maka diketahui bahwa alat ukur yang digunakan memiliki koefisien reliabilitas diatas 0,8. Dan berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang erat (reliabel).
IDENTITAS RESPONDEN
Dibawah ini terdapat Tabel Klasifikasi Data Umum Responden.
Kategori | Sub Kategori | Jumlah Orang | Persentase (%) |
Jenis Kelamin | Pria | 35 | 74,468 |
Wanita | 12 | 25,532 | |
TOTAL | 47 | 100 | |
Usia | 20 – 30 tahun | 5 | 10,638 |
35 – 50 tahun | 40 | 85,106 | |
>50 tahun | 2 | 4,255 | |
TOTAL | 47 | 100 | |
PendidikanTerakhir | SMP | – | – |
SMA | 13 | 27,660 | |
D1 – D3 | 25 | 53,191 | |
S1 – S3 | 9 | 19,149 | |
Lain-lain | – | – | |
TOTAL | 47 | 100 | |
Pekerjaan | Pegawai Swasta | 19 | 40,426 |
Pegawai Negeri Sipil | 12 | 25,532 | |
Wiraswasta | 10 | 21,277 | |
Ibu Rumah Tangga | 5 | 10,638 | |
Lain-lain | 1 | 2,127 | |
TOTAL | 47 | 100 | |
Pendapatan/Bln | < 1juta | 11 | 23,404 |
1juta – 3juta | 17 | 36,17 | |
3juta – 5juta | 16 | 34,043 | |
> 5juta | 3 | 6,383 | |
TOTAL | 47 | 100 |
Jenis kelamin dalam penelitian ini didominasi oleh pria karena penelitian ini mengenai orang-orang yang pernah atau sering mengunjungi KPPP Cimahi. Oleh karena itu, responden ini cenderung pria atau bapak-bapak.
Berdasarkan jenis kelamin yang telah disajikan diatas, maka usia yang paling tinggi persentasenya yaitu sekitar 85% adalah rentang 35– 50 tahun karena didominasi oleh para pria yang sudah berumur (bapak-bapak)
Berdasarkan data diatas terlihat bahwa pendidikan terakhir yang paling tinggi persentasenya adalah jenjang D1–D3 dengan 53,2% dan yang paling rendah adalah jenjang S1 – S3 dengan 19,1%.
Responden yang dijumpai oleh peneliti rata-rata bekerja sebagai Pegawai Swasta dengan persentase tertinggi yaitu 40,4% dan yang paling rendah sebesar 2,1% adalah responden dengan pekerjaan lain-lain yang maksudnya adalah buruh pabrik dan responden yang belum memiliki pekerjaan.
Berdasarkan data yang disajikan diatas, terlihat bahwa pendapatan yang memperoleh per- sentase tertinggi adalah pendapatan dengan rentang 1-3 juta sebesar 36,2%. Hal ini bisa saja dikarenakan karena rata-rata responden yang peneliti jumpai adalah pegawai swasta yang rata-rata pendapatan mereka di Bandung sekitar 1-3 juta. Sedangkan pendapatan terkecil dapat dilihat dengan persentase 6,4% adalah diatas 5 juta dan hal tersebut dapat dikarenakan karena responden yang berjenjang pendidikan tinggi seperti S1 – S3 dan Pegawai Negeri Sipil pada responden yang dijumpai tidak sebanyak pegawai swasta.
Analisis Deskriptif
Dari output tersebut dapat dilihat rata-rata variabel etika dari 47 responden adalah 28,02 dengan standar deviasi 8,89 sedangkan rata-rata variabel berpakaian adalah 46,60 dengan standar deviasi 10,92.
Interval | Tingkat Hubungan |
0,00 – 0,199 | Sangat Rendah |
0,20 – 0,399 | Rendah |
0,40 – 0,599 | Sedang |
0,60 – 0,799 | Kuat |
0,80 – 1,00 | Sangat Kuat |
Dari tabel dapat dilihat bahwa besar hubungan antara variabel etika dengan berpakaian adalah 0,770 hal ini menunjukkan hubungan positif tingkat hubungan antar variabel itu berada di interval 0,60 – 0,779 yang berarti kuat, ini berarti makin besar nilai etika maka makin baik pula dalam berpakaian.
Dari tabel diatas menunjukkan variabel yang dimasukkan adalah variabel berpakaian, sedangkan var- iabel yang dikeluarkan tidak ada (Variables Removed tidak ada)
Pada tabel diatas angka R Square adalah 0,593 yaitu hasil kuadrat dari koefisien korelasi ( 0,770 x 0,770 = 0,593 ). Standar Error of the Estimate adalah 5,73679. Perhatikan pada analisis deskriptif statistik bahwa standar deviasi pada variabel etika adalah 8,89184 yang jauh lebih besar dari standar error, oleh karena lebih besar dari standar error maka model regresi bagus dalam bertindak sebagai predictor variabel etika.
Tabel Koefisien Korelasi
Koefisien Korelasi (R) | Interpretasi Kekuatan Korelasi |
0,00 | Tidak ada korelasi |
0,01 – 0,09 | Korelasi trivial |
0,10 – 0,29 | Korelasi lemah menuju sedang |
0,30 – 0,49 | Korelasi sedang menuju kuat |
0,50 – 0,69 | Korelasi kuat menuju sangat kuat |
0,70 – 0,89 | Korelasi sangat kuat |
0,90 | Korelasi sempurna |
Sumber : De Vaus 2002
Pada tabel Hasil (Model Summary) diatas juga menunjukkan bahwa nilai R atau nilai koefisien hubungan antara variabel dependent dan independent adalah sebesar 0,770 yang berarti hubungan antar variabel dependent dan independent tersebut sebesar 77% dengan tingkat signifikan 0,005 atau 0,5% secara konseptual bahwa hubungan kedua variabel penelitian ada di kategori sangat kuat.
Kemudian, pada tabel diatas juga menunjukkan angka R Square atau koefisien determinasi. Angka R Square dalam penelitian ini adalah sebesar 0,593. Hal ini berarti 59,3% etika seseorang atau pegawai kantor mempengaruhi cara berpakaian orang tersebut, sedangkan sisanya yaitu 40,7% merupakan faktor lain yang mempengaruhi cara berpakaian tersebut. peneliti menilai bahwa faktor lain tersebut bisa karena selera, mode, atau budaya luar yang masuk ke Indonesia.
Hipotesis
Ho : Tidak adanya keterkaitan antara etika seseorang dan etika cara berpakaian seorang pegawai tersebut.
Ha: Adanya keterkaitan antara pekerjaan kantor dan etika cara berpakaian seorang pegawai.
Pengambilan Keputusan:
Jika F Hitung <= T tabel atau probabilitas >= 0,05 maka Ho diterima. Jika F Hitung > T tabel atau probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak
Berdasarkan nilai signifikan, terlihat pada kolom sig yaitu 0,000 itu berarti probabilitas 0,000 lebih kecil daripada 0,05 maka Ho ditolak.
Maka kesimpulannya, apabila Ho ditolak berarti Ha diterima yaitu adanya keterkaitan antara etika seseorang dan etika cara berpakaian seorang pegawai tersebut.
Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini peneliti memiliki keterbatasan, yaitu pada saat penyebaran kuesioner periode pertama ditemukan beberapa item pernyataan yang dinyatakan tidak valid. Hasil yang tidak valid tersebut hanya ditemukan pada variabel pertama saja yaitu variabel etika, pada item pernyataan nomor 6 yang menghasilkan angka 0,236 dan pada nomor 14 dengan angka 0,178.
Hasil yang tidak valid tersebut dapat dikarenakan karena beberapa faktor diantaranya adalah adanya intervensi dari peneliti saat penye- baran kuesioner atau dapat pula disebabkan karena adanya kesalahan dan kecerobohan pada saat membuat operasional variabel dan pernyataan-pernyataan dalam kuesioner tersebut.
Dapat juga dikarenakan karena responden yang sudah lelah dan mengisi kuesioner dengan jumlah item yang cukup banyak sehingga mengisi seadanya saja dan masih banyak faktor lain yang menyebab- kan data menjadi tidak valid.
Setelah menguji validitas data tersebut dan telah ditemukan data yang tidak valid, maka peneliti langsung menghilangkan item-item tersebut (men-drop) sehingga data dapat diolah kembali dengan menggunakan software SPSS untuk melakukan uji reliabilitasnya. Pada saat pengujian reliabilitas ternyata hasil menunjukkan sesuatu yang berbeda. Data tidak reliabel dengan hasil 0,0625 pada variabel etika dan 0,554 pada variabel berpakaian.
Hasilnya sungguh sangat tidak reliabel. Oleh karena itu, peneliti memutuskan untuk mengubah kuesi- oner dan menyebarkan kuesioner kembali kepada 50 responden dengan memberikan sebuah pulpen gratis bagi yang mengisi kuesioner terse- but. Peneliti juga tidak menunggu pada saat responden mengisi kuesio- ner tersebut.
Dari 50 responden yang domi- nan berjenis kelamin pria tersebut dihasilkan 47 kuesioner yang diang- gap sah dan layak untuk dilakukan coding dan pengujian validitas serta reliabilitasnya.
Hasilnya cukup memuaskan dan membuahkan hasil bagi peneliti karena meskipun tetap ada 2 item pernyataan yang tidak valid, tetapi data tersebut menunjukkan reliabi- litas yang cukup tinggi sebesar 0, 875 dan 0,878.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari penelitian yang telah dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner untuk mendapatkan data-data mengenai objek yang diteliti. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat faktor-faktor yang menye- babkan para pegawai kantor khusunya lingkup Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi dalam ber- pakaian atau berpenampilan tidak sesuai etika dan ketentuan kantor yang telah ditetapkan.
Faktor-faktor tersebut diantara- nya adalah adanya trend jaman sekarang yang mempengaruhi para pegawai agar terlihat lebih modis dan trendy. Selain itu, juga dapat diakibatkan karena selera masyarakat dalam berpakaian berbeda-beda se- suai dengan keinginannya masing-masing sehingga terdapat perbedaan pada saat mengenakan busana ke kantor.
Dalam penelitian ini juga membuktikan bahwa terdapat pengaruh antara etika seseorang dengan cara berpakaian seseorang tersebut. hal tersebut dapat diamati ketika seseorang yang tidak mengenakan busana sesuai dengan etika atau ketentuan kantor maka dalam bekerja pun ia akan merasa kurang nyaman karena gelisah akan pakaiannya yang misalnya tidak sopan atau berbeda sendiri dari orang lain. Hal tersebut dapat mempe- ngaruhi menurunya efektivitas dan efisiensi dalam bekerja.
Dalam kasus ini, sebaiknya dalam pembuatan operasional varia- bel beserta item-item pernyataan diperlukan ketelitian dalam mem- buatnya karena akan berpengaruh pada hasil saat pengujian validitas maupun reliabilitasnya. Selain itu, diharapkan mengurangi intervensi atau hallo effect pada saat penye- baran kuesioner karena hal tersebut dapat memungkinkan terjadinya data menjadi tidak valid dan akhirnya tidak reliabel atau tidak layak untuk digunakan.
REFERENCES
(2013, October). Dipetik October 25, 2015, dari http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-etika-menurut-para-ahli.html
Adnamazida, R. (2013, April 24). Dipetik October 14, 2015, dari googleweblight.com/?lite_url=http://m.meerdeka.com/gaya/etika-berpakaian-saat-di-kantor.html&ei=vEqSdu-4&lc=id-ID&geid=7&s=1&m=198&ts=1444806567&sig=APONPFlyi9rAWBsAE94FUEmirM6aHE7u2Q
Bertens, K. (1994). ETIKA. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Harmon Chaniago, D. M. (2013). Dalam Manajemen Kantor Kontemporer (hal. 237). Bandung Barat: CV Akbar Limas Perkasa.
Hasan, N. (2006). Dipetik October 15, 2015, dari www.hasannur.com/etika/berpakaian/saat/ini
Hashniyah, F. (2014, February). Dipetik October 21 , 2015, dari http://fe.um.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/Fani-Hashniyah-UIN-Malang.pdf
Ibrahim, I. S. (2007). Pengantar Buku Malcoln Barnard. Dalam Fashion dan Komunikasi.
Indriani, G. (2013). Dipetik October 25, 2015, dari https://www.academia.edu/5036760/Populasi_Sampel_and_Teknik_Sampling
Poerwadarminta, W. (2003). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.
Putra, S. (2013, July 11). scribd.com. Dipetik October 21, 2015, dari http://www.scribd.com/doc/250132901/Pengertian-Fashion-Menurut-Ahli#scribd
wikihow.com. (t.thn.). Dipetik October 14, 2015, dari googleweblight.com/?lite_url=http://id.m.wikihow.com/Berpakaian-secara-profesional&ei=qTpqUAVt&lc=id-ID&geid=7&s=1&m=198&ts=14444785573&sig=APONPFlvSU3MI9UlmY1s-UnveDplEFmMcQ
Yuliaa. (2013, May). Dipetik October 14, 2015, dari googleweblight.com/?lite_url=http://yulianyanny.blogspot.com/2013/05/makalah-pengertian-etika