Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara Tentang Pendidikan dan Pengajaran

4 min read

Ki hajar Dewantara adalah seorang tokoh pendidikan Indonesia. Secara umum, beliau berpendapat jika Pendidikan dan Pengajaran bukanlah hal yang sama.

Pemikiran Ki Hajar Dewantara Tentang Pendidikan dan Pengajaran

Koneksi Antara Modul

Filosofis Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan dan pengajaran tidaklah sama. 

  • Pengajaran merupakan bagian dari pendidikan. 
  • Pengajaran merupakan proses pendidikan dalam memberi ilmu untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin.
  • Pendidikan pada hakikatnya adalah menuntun / memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi – tingginya, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. 
  • Pendidikan menciptakan ruang bagi murid untuk bertumbuh secara utuh agar mampu memuliakan dirinya dan orang lain serta menjadi mandiri.

Apa yang anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari modul 1.1 ?

Sebelum mempelajari modul 1.1  tentang filosofis pemikiran Ki Hajar Dewantara pembelajaran yang saya lakukan hanya sebatas transfer materi pelajaran. Saya menganggap ketuntasan materi lebih penting. Saya hanya melihat nilai dari aspek kognitif saja. Contohnya saat mereka mengerjakan soal berupa tugas maupun ulangan harian. Jika murid sudah mencapai nilai kkm dianggap pembelajaran sudah berhasil. Selain itu saya juga beranggapan murid hanya sebagai objek pembelajaran saja sehingga pembelajaran lebih berpusat kepada guru ( teacher center ). Sebelumnya saya tidak memperdulikan apakah murid – murid sudah paham dengan materi yang saya sampaikan karena fokus utama saya lebih kepada ketercapaian materi. Saya hanya meminta siswa menghafal materi yang saya ajarkan tanpa memikirkan bagaimana caranya agar materi yang saya sampaikan dapat mereka pahami sepenuhnya. Sehingga ketika murid mendapat nilai dibawah kkm saya merasa gagal dan kecewa. 

Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini ?

Setelah saya mempelajari modul 1.1 tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara, saya menyadari bahwa apa yang saya pikirkan dan saya lakukan selama ini tidak tepat. Seharusnya saya melakukan proses pembelajaran secara menyeluruh bukan hanya aspek kognitif saja namun juga afektif, psikomotor, spiritual, sosial dan budaya. Murid bukan hanya sebagai objek pembelajaran melainkan juga sebagai subjek pembelaran. Murid memiliki kebebasan dalam berekspresi,mengemukakan pendapat dan berkreasi sesuai dengan metode dan media pembelajaran yang tepat. Guru sebaiknya hanya sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Saya juga harus mempelajari karakteristik murid. Sebaiknya saya berikan kesempatan murid untuk tumbuh sesuai dengan kodratnya masing – masing.

Apa yang dapat segera saya terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara ?

Yang dapat segera saya terapkan dalam pembelajaran di kelas antara lain :

  • Merancang pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan dengan melibatkan murid sesuai metode student center.
  • Menerapkan pembelajaran abad 21 ( Berpikir kirtis, kreatif, inovatif, kolaborasi dan komunikasi ) dengan berpegang teguh pada konsep memerdekakan murid.
  • Pembelajaran tidak lagi menuntut akan tetapi menuntun. Karena tugas guru adalah memberi tuntunan atau arahan yang baik pada murid – muridnya. Beusaha menjadi teladan bagi murid baik dalam perkataan maupun perbuatan.
  • Saya harus mengenali karakter dan latar belakang murid dengan menjalin komunikasi yang baik.

Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara     

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pembentukan karakter dan kemajuan suatu bangsa. Ki Hajar Dewantara, sebagai tokoh pendidikan Indonesia yang sangat berpengaruh, memberikan kontribusi yang besar dalam pengembangan sistem pendidikan di Indonesia. Ki Hadjar Dewantara (KHD) membedakan kata pendidikan dan pengajaran dalam memahami arti dan tujuan pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara, pengajaran adalah bagian dari  pendidikan, pengajaran merupakan proses pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan pendidikan memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Berdasarkan pernyataan tersebut maka didapatlah sebuat kesimpulan bahwa;

“menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya”

Dasar-dasar pemikiran Ki Hajar Dewantara mencerminkan visi yang luas tentang pentingnya pendidikan sebagai sarana untuk membentuk individu yang berkualitas, masyarakat yang inklusif, serta menciptakan perubahan positif dalam konteks sosial dan budaya. Filosofi Ki Hajar Dewantara tidak hanya relevan dalam konteks sejarah pendidikan Indonesia, tetapi juga memberikan inspirasi dan panduan bagi pengembangan sistem pendidikan yang bermakna dan berdampak dalam konteks global saat ini

Refleksi Diri

    Sebelum saya mengikuti kegiatan pembelajaran ini , pemahaman saya tentang murid dan pembelajaran di kelas mungkin lebih bersifat konvensional. Saya cenderung melihat murid sebagai penerima informasi yang harus diisi dengan pengetahuan oleh guru, dengan pembelajaran terutama berfokus pada pemberian materi dan evaluasi hasil tes. Namun, setelah menjalani dan mengikuti proses pembelajaran pada kegiatan modul ini, pemikiran dan pandangan saya mengenai hal ini telah mengalami transformasi yang signifikan. Salah satu perubahan utama dari pemikiran saya sebelumnya adalah pemahaman yang lebih mendalam tentang peran aktif murid dalam proses pembelajaran. Pembelajaran pada modul 1.1.  memberi saya wawasan tentang pentingnya pembelajaran yang terfokus pada murid, di mana murid tidak hanya menerima informasi dari guru, tetapi juga secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran, bertanggung jawab atas pemahaman mereka sendiri, dan memiliki peran dalam mengarahkan pembelajaran mereka. Selain itu, saya juga lebih memahami pentingnya beragam gaya belajar dan strategi pembelajaran yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan individual murid. Sebelumnya, mungkin saya lebih cenderung menggunakan pendekatan yang lebih seragam untuk semua murid, tetapi sekarang saya menyadari bahwa setiap murid memiliki keunikan dan kebutuhan belajar yang berbeda, sehingga penting untuk menyediakan lingkungan belajar yang mendukung dengan beragam media yang disesaikan dengan kebutuhan tersebut..

Transformasi Proses Pembelajaran Kelas

Dengan mengadopsi pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam praktik pembelajaran saya, saya yakin bahwa saya dapat memberikan kontribusi yang lebih besar dalam membantu murid-murid mencapai potensi maksimal mereka, menjadi individu yang berdaya, dan berkontribusi positif bagi masyarakat dan bangsa. Dalam hal penerapan pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD) dalam suasana pembelajaran di kelas secara konkret dalam konteks lokal sosial budaya, maka sebagai seorang pendidik terdapat beberapa langkah yang saya lakukan diantaranya :

    1.   Menghargai keberagaman budaya dan latar belakang sosial murid 

Hal ini tercermin dalam desain pembelajaran yang saya buat, di mana saya memilih materi yang relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka, serta memasukkan elemen-elemen lokal dan tradisional yang dapat membangkitkan minat dan kebanggaan mereka terhadap warisan budaya mereka. Dalam pembelajaran IPA, kita dapat mengaitkan konsep-konsep sains dengan pengetahuan lokal dan tradisional yang dimiliki oleh murid-murid. Misalnya, ketika membahas topik ekosistem, kita dapat menyoroti ekosistem lokal yang ada di sekitar sekolah atau komunitas murid. Dengan demikian, murid tidak hanya belajar konsep-konsep sains secara abstrak, tetapi juga terhubung dengan realitas lingkungan sekitar mereka

    2.   Mengundang Ahli atau tokoh masyarakat 

Saya mengundang tokoh masyarakat setempat pada saat kegiatan tertentu dapat memberikan pengalaman belajar yang berharga bagi murid-murid. Dalam konteks pembelajaran yang saya ampu yaitu IPA, saya mengundang, petani, atau pelestari lingkungan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka terkait dengan topik-topik IPA seperti pertanian berkelanjutan, konservasi lingkungan, atau penemuan ilmiah lokal.

    3.   Merancang pembelajaran kolaboratif dan proyek kelompok:

Mata pelajaran yang saya ampu sangat cocol dengan kegiatan ini. Mata pelajaran IPA sangat cocok untuk pembelajaran kolaboratif dan proyek kelompok. Murid-murid dapat diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam eksperimen ilmiah, penyelidikan lapangan, atau proyek-proyek terapan yang berkaitan dengan masalah-masalah lingkungan lokal. Hal ini tidak hanya mengembangkan keterampilan IPA mereka, tetapi juga membangun keterampilan sosial, kepemimpinan, dan kerja dalam tim. 

    4.   Penilaian yang Holistik:

Dalam hal penilaian, saya juga mengadopsi pendekatan yang sesuai dengan pemikiran KHD. Saya tidak hanya fokus pada penilaian akademik, tetapi juga memberikan perhatian pada pengembangan karakter, sikap, dan nilai-nilai moral yang tercermin dalam perilaku dan tindakan murid. Saya memberikan umpan balik yang konstruktif dan mendukung untuk membantu mereka tumbuh menjadi individu yang bertanggung jawab, peduli, dan memiliki integritas.

Kesimpulan

  • Pemikiran Ki Hajar Dewantara mengajarkan bahwa pendidikan menekankan pada pembentukan karakter yang selaras dengan kearifan lokal (kodrat alam).  Tentu saja hal ini memiliki relevans dalam konteks sosio-kultural (nilai-nilai luhur budaya) yang terdapat pada daerah masing-masing. Ki Hajar Dewantara beranggapan bahwa kekuatan sosio-kultural dapat menjadi pendorong utama pembentukan karakter pada anak. 
  • Dengan mengintegrasikan pemikiran KHD secara konkret dalam proses pembelajaran dan suasana kelas, saya percaya bahwa murid-murid akan lebih terlibat, termotivasi, dan merasa bernilai. Mereka akan belajar bukan hanya untuk mencapai nilai, tetapi juga untuk mengembangkan diri mereka secara holistik sebagai individu yang berdaya dan berkontribusi positif bagi masyarakat. 

Laporan Praktikum Efek Fotolistrik

Efek Fotolistrik Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Efek fotolistrik adalah fenomena terlepasnya elektron logam akibat disinari cahaya. Ditinjau dari perspektif sejarah, penemuan efek...
Ananda Dwi Putri
9 min read

Laporan Praktikum Tetes Minyak Milikan

Tetes Minyak Milikan Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Elektron merupakan suatu dasar penyusun atom. Inti atom terdiri dari elektron (bermuatan negatif) dan proton...
Ahmad Dahlan
7 min read

Makalah Sifat Fantasi Dalam Tinjauan Psikologi

Sifat Fantasi Bab I. Pendahuluan Pada dasarnya psikologi mempersoalkan masalah aktivitas manusia. Baik yang dapat diamati maupun tidak secara umum aktivitas-aktivitas (dan penghayatan) itu...
Wahidah Rahmah
4 min read

Leave a Reply