Daftar isi
Apa Itu Pacaran?
Setidaknya, kita dapat mendefinisikan “pacaran” sebagai hubungan emosional yang terjalin antara dua anak manusia dan dilandasi oleh ikatan batin antar kedua belah pihak yang terlibat di dalamnya. Melalui definisi tersebut, sesungguhnya mereka yang berpacaran tak sebatas pada individu-individu yang berlawanan jenis (pria-wanita), melainkan pula mereka individu-individu sesama jenis; pria dengan pria yang kerap disebut “homo”, atau sesama wanita yang disebut “lesbi”.
Fungsi Pacaran?
Umumnya, pacaran berfungsi sebagai proses penyesuaian antara dua anak manusia yang saling mencintai sebelum beranjak pada jenjang yang lebih serius, pernikahan. Melaluinya, diharapkan setiap pasangan mampu menentukan dan menimbang apakah pasangannya (baca: pacarnya) memenuhi kriteria-kriteria yang diharapkannya berikut mampu menjadi pendamping hidupnya di kemudian hari dalam suka maupun duka.
Pergeseran Fungsi Pacaran
Namun demikian, tak dapat dipungkiri bahwa saat ini telah terjadi distorsi (pergeseran) sedemikian rupa dalam jalinan batin antara dua anak manusia yang kerap diistilahkan dengan pacaran ini. Apabila pada mulanya pacaran berfungsi sebagai tahap penyesuaian sebelum beranjak pada jenjang yang lebih serius, kini pacaran lebih tampak sebagai having fun, semacam perilaku yang sekedar berorientasi pada kesenangan belaka, hal ini kiranya tampak melalui kecenderungan “gonta-ganti” pacar yang kerap kita temui pada anak muda dewasa ini. Bagi mereka, pacaran tak lagi dianggap sebagai perihal yang “sakral” dan suci, ataupun sebagai proses penyesuaian pada tahapan pra-Nikah, melainkan lebih pada hasrat “untuk mencoba”; “Bagaimana rasanya berpacaran dengan Si A, Si B atau Si C?”, kira-kira demikian ilustrasinya. Melalui hal tersebut, dapatlah ditilik bahwa saat ini pacaran sekedar menjadi pengejawantahan “hasrat-libidinal”.
Tak hanya itu saja, dewasa ini pacaran lebih dianggap sebagai “tren”, agaknya cukup banyak dari mereka yang merasa “minder” atau “kurang” dalam pergaulan apabila belum memiliki pacar. Dengan demikian, seolah pacaran sekedar ditujukan sebagai “status” semata. Kiranya, hal tersebut kian diperparah dengan berbagai media jejaring sosial yang menyediakan informasi mengenai “tengah berhubungan atau tidaknya seseorang”. Di samping itu, tak jarang pula saat ini banyak pemuda/i yang sengaja memacari pria atau wanita tertentu guna mendongkrak pamornya dalam pergaulan. Sebagai misal, bakal timbul “keseganan” dari pihak lain atau kepuasan diri apabila seseorang dapat memacari pria/wanita yang diidolakan banyak orang. Secara tak langsung, hal tersebut sudah pasti bakal mendongkrak citranya dalam pergaulan—bakal “diperhitungkan”.