Pedoman Umum Ejaan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan disingkat PUEYD atau lebih dikenal dengan sebutan EYD kini tidak berlaku lagi. Berdasarkan Permendikbud No. 50 Tahun 2015, Permen No. 46 Tahun dinyatakan tidak berlaku lagi.
Seiring peraturan tersebut, maka EYD kini sudah digantikan oleh Ejaan Bahasa Indonesia atau EBI. Selain EYD dan EBI, Indonesia memiliki beberapa Pedoman ejaan bahasa seperti yang disajikan pada tabel di bawah
No | Nama Pedoman | Tahun Berlaku |
1 | Ejaan Van Ophuijsen | 1901 – 1947 |
2 | Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi | 1947 – 1959 |
3 | Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia) | 1959 – 1972 |
4 | Ejaan Byang Disempurnakan | 1972 – 2015 |
5 | Ejaan Bahasa Indonesia | 2015 – Sekarang |
Dengan demikian, secara Yuridis, Sistem ejaan yang resmi dan diakui negara adalah Ejaan Bahasa Indonesia sebagai zaman yang terlampir dalam Permendikbud Tahun 2015.
Meskipun namanya ganti, tidak ada perbedaan mendasar antara EYD dengan EBI. Hanya ada tiga perbedaan yang dapat saya temukan.
Pertama, penambahan huruf vokal diftong. Di EYD, huruf diftong hanya tiga yaitu ai, au, ao. Di EBI, huruf diftong ditambah satu yaitu ei (misalnya pada kata geiser dan survei).
Kedua, penggunaan huruf kapital. Pada EYD tidak diatur bahwa huruf kapital digunakan untuk menulis unsur julukan. Dalam EBI, unsur julukan tidak diatur ditulis dengan awal huruf kapital.
Ketiga, penggunaan huruf tebal. Dalam EYD, fungsi huruf tebal ada tiga, yaitu menuliskan judul buku, bab, dan semacamnya, mengkhususkan huruf, dan menulis lema atau sublema dalam kamus. Dalam EBI, fungsi ketiga dihapus.