Daftar isi
Pembelajaran IPS Tradisional dan Modern
A. Pembelajaran IPS Tradisional
Dalam pembelajaran IPS tradisional dilakukan melalui pendekatan pembelajaran tradisional. Pendekatan tradisional adalah sebuah pendekatan pembelajaran dimana guru didalam kelas menggunakan metode mengajar yang relative tetap ( monoton ) setiap kali mengajar IPS. Guru terkesan lebih aktif dari pada siswa. Gurulah yang memegang peranan penting dalam pembelajaran. Pendekatan ini kurang menggunakan alat atau media yang memadai sehingga hasil belajar siswa kurang luas dan mendalam, malahan cenderung verbalistis.
Ciri-ciri pendekatan pembelajaran tradisional adalah sebagai berikut :
- Guru cenderung hanya menyampaikan informasi yang bersifat fakta dan kurang memberikan permasalahan dalam proses pembelajaran.
- Interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa lebih bersifat satu arah (hanya dari guru kepada siswa).
- Dalam proses pembelajaran guru kerap memberikan indoktrinasi kepada siswa juga kurang memberikan kesempatan berpikir kritis dan kreatif.
- Materi pembelajaran yang disampaikan lebih cenderung bersifat kognitif (pengetahuan) saja, kurang memberikan materi yang bersifat afektif dan psikomotor.
- Strategi, metode dan teknik pembelajaran yang digunakan guru cenderung bersifat tunggal dan monoton.
- Dalam pembelajaran kurang menampakkan kadar CBSA yang di tinggi.
- Penilaian lebih banyak menggunakan tes, baik tertulis maupun lisan, kurang menggunakan tes perbuatan ( perilaku ).
B. Prinsip-Prinsip Pengajaran Tradisional
Prinsip-prinsip pengajaran tradisonal adalah :
- Tidak ada teori yang dirumuskan secara koheren yang membahas kegiatan belajar dalam sistem pendidikan tradisonal.
- Motivasi didasari hukuman, ganjaran, atau hadiah dan persaingan.
- Belajar dengan menghafal, dan menyimpan informasi tanpa bantuan catatan ditekankan dalam pendidikan tradisonal.
- Psikologi behavioral memiliki pengaruh yang jelas dalam pendidikan tradisional.
- Psikologi kognitif tidak banyak memberi pengaruh.
- Pada umumnya proses pengajaran dalam sistem pendidikan tradisonal tidak diturunkan oleh teori tertentu.
C. Pembelajaran IPS Dalam Era Globalisasi
Globalisasi inti dari kata global yang artinya bumi atau dunia. Globalisasi artinya suatu keadaan atau kondisi dimana isu dan masalah yang menyangkut berbagai bangsa dan negara atau bahkan seluruh dunia. Pengertian lain dari kata Global yang bermakna keseluruhan. Globalisasi telah menempatkan manusia pada dunia tanpa batas ( borderless word ). Globalisasi ditandai dengan adanya kemajuan kemajuan penting dalam bidang ICT ( Information and commnunication Technology ). Globalisasi membuat kita memperoleh berbagai kemudahan dalam memperoleh informasi, sehingga jika tidak kita pahami akan membuat generasi muda kita akan menjadi sasaran sebagai dampak negative globalisasi, hal ini bisa dilihat dengan semakin lunturnya nilai-nilai norma kehidupan dikalangan generasi muda.
Menurut Tye dalam bukunya “Global Education”: From Thought To Action, pemahaman terhadapat globalisasi merupakan proses belajar tentang masalah-masalah dan isu-isu yang melintas batasan-batasan negara (nation) dan tentang sistem keterhubungan dalam lingkungan budaya, ekonomi, politik, dan teknologi. Dan disamping itu, untuk memahami lebih mendalam diperlukan perspektif atau sudut pandang dan pendekatan terhadap kenyataan bahwa sementara para individu dan kelompok-kelompok memiliki kebutuhan dan keinginan-keinginan yang sama (Skeel, 1995:135).
Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) adalah sejumlah konsep mata pelajaran sosial dan ilmu lainnya dipadukan berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan yang bertujuan membahas masalah sosial atau bermasyarakat untuk mencapai tujuan-tujuan khusus pendidikan melalui program pengajaran IPS pada tingkat sekolah. IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan ( Sardiyo 2009 ).
Hampir sebagian besar guru IPS yang ada di SMP mengajar hanya menitik beratkan pada penguasaan hafalan, proses belajar mengajar yang terpusat pada guru, terjadi banyak miskonsepsi, situasi kesal yang membosankan siswa, ketidaklebih unggulan guru dari sumber lain, ketidak mutakhiran sumber belajar yang ada, sistem ujian yang sentralistik untuk mencapai tujuan kognitif, ini salah satu bentuk kendala yang ada pada pembelajaran IPS.
Dalam pembelajaran IPS guru merupakan sumber utama dalam menciptakan siatuasi interaktif yang edukatif, yakni interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan sumber pembelajaran dalam menunjang tujuan tercapainya tujuan pembelajaran. Untuk terwujudnya proses belajar mengajar yang diharapkan sudah tentu menuntut upaya guru dalam mengaktualiasasikan kompetensi secara professional.
Pembelajaran IPS sebagai salah satu bidang studi yang memiliki tujuan membekali siswa untuk mengembangkan penalarannya, disamping aspek nilai moral yang.banyak memuat materi social dan bersifat hafalan, sehinngga pengatahuan yang diterima siswa sebagai produk hafalan. Sifat materi pembelajaran IPS tersebut membawa konsekuensi terhadap proses belajar mengajar yang didominasi oleh pendekatan ekspositoris, terutama guru menggunakan metode ceramah sedangkan siswa cenderung pasif. Dalam metode ceramah terjadi dialog imperative. Padahal proses belajar mengajak keterlibatan siswa harus secara totalitas, artinya melibatkan pikiran, penglihatan, pendengaran dan psikomotor.
Guru dapat dikatakan suatu profesi, dalam menjalani profesi guru hendaknya selalu meningkatkan kemampuan. Seperti yang dikatakan Zainal Asri ( 2010 ), Mengajar butuh seni dan bakat tugas tersebut merupakan penghargaan yang cukup mulia apabila benar-benar diminati atas kesadaran yang tinggi sebagai pendidik. Pembelajaran IPS menuntut para Guru untuk menciptakan bebarbagai cara agar pembelajaran ini menarik bagi siswa.
Anderson mengatakan bahwa tidak ada satupun Negara di dunia yang mampu menolak bahkan menghindari globalisasi, tidak ada pilihan lain kecuali menyesuaikan diri dengan langkah melakukan perubahan. Perubahan yang penting, antara lain menyesuaikan system pendidikan dalam arti penyesuaian seperlunya agar dapat mengantisipasi realita yang ada. Seharusnya pendidikan nasional dapat mampu mengantisipasi satu langkah lebih maju dibanding segi kehidupan lain.
Pendidikan tidak hanya memberikan pengertian dan keterampilan untuk hidup secara efektif dalam masyarakat global dewasa ini, tetapi juga harus memberikan kemapuan untuk memanfaatkan dengan sebaik-baiknya peluang-peluang dimasa yang akan datang dan mampu menghargai masa lampau.
Pemahaman terhadap globalisasi merupakan suatu proses cara memandang dunia dengan hubungan-hubungan yang terjadi di dalamnya. Menurut king dan kawan-kawan pemahaman tersebut harus mengandung hal-hal berikut :
- Pengertian terhadap bumi beserta manusia sebagai bagian dari jaringan yang memiliki keterkaitan.
- Kepedulian terhadap pilihan-pilihan yang bersifat individu, nasional, maupun universal. Namun demikian keputusan yang diambil haruslah demi tatanan dunia yang lebih baik di masa yang akan datang.
- Menerima bahwa bangsa-bangsa lain memiliki pandangan-pandangan yang berbeda dan mungkin lebih senang pada pilihan-pilihan lain.
Pendidikan global adalah salah satu sarana agar siswa mengerti bahwa mereka adalah bagian dari masyarakat dunia, sekalipun demikian berarti tidak harus mengingkari dirinya sebagai warga dari sebuah bangsa. Demikian juga sebaliknya, sebagai warga Negara yang baik seharusnya menjadi warga dunia yang baik.
Sebagai contoh : Seorang warga dunia yang baik akan mentaati peraturan-peraturan yang berlaku di antaranya mematuhi larangan menebang hutan dengan cara yang merusak lingkungan hutan itu sendiri, misalnya tidak melakukan penanaman kembali. Keputusan terhadap peraturan cara menebang hutan, secara tidak langsung sekaligus telah menjadi warga negara dunia yang baik karena telah ikut melestarikan hutan. Kerusakan hutan sudah menjadi kepedulian dunia di mana hutan itu merupakan bagian bumi kita bersama.
Ditarik suatu gambaran dari contoh di atas, bahwa menjadi warga negara yang baik seharusnya menjadi warga dunia yang baik pula. Pendidikan global mencoba lebih banyak menerangkan persamaan dari pada perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh berbagai bangsa. Disamping itu berusaha memberikan penekanan untuk berpikir tentang negerinya sendiri, terutama berhubungan masalah-masalah dan isu-isu yang mampu melintasi batas-batas Negara.
D. Keragaman Budaya
Keragaman budaya mengandung dua arti yaitu keragaman artinya ketidaksamaan, perbedaan dan budaya berarti dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar. Dengan demikian, keanekaragaman budaya dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana suatu masyarakat memiliki lebih dari suatu perangkat gagasan, tindakan, dan hasil karya (Koentjaraningrat, 1980:193).
Keragaman budaya diantaranya mengambil wujud perbedaan ras, dan teknik yang dimiliki sebuah masyarakat. Keanekaragaman budaya bisa diperkenalkan sejak usia Sekolah Dasar, di indonesia sejak kelas 3, dimulai dengan memperkenalkan perbadaan-perbedaan yang ada pada siswa dikelasnya. Misalnya, perbedaan jenis kelamin, latar belakang pekerjaan orang tua, kemampuan belajar. Pelajaran IPS akan menjadi menarik jika para siswa didorong mengenali berbagai perbedaan diantara mereka, tetapi tanpa melupakan kesamaan dan kebersamaan sebagai anggota kelas tersebut. Menurut Skeel, pelajaran IPS pada dasarnya mengutamakan atau memperbolehkan perbedaan dalam persamaan atau persamaan dalam perbedaan.
Dalam masyarakat yang memiliki keanekaragaman budaya timbul berbagai masalah dan isu diantaranya adalah pembaharuan, prasangka, dan etnosentrisme (melahirkan superioritas dan inferioritas). Dua hal yang terakhir sebenarnya lebih bersifat bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembaharuan (asimilasi).
Menurut Koentjaraningrat pembaharuan adalah proses sosial yang timbul apabila ada ha-hal berikut :
- Golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda.
- Saling bergaul sacara intensif untuk waktu yang lama.
- Kebudayaan-kebudayaan golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas dan juga unsur-unsurnya berubah wujud menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran
Faktor-faktor yang menghambat pembaharuan antara lain yaitu :
- Kurang pengetahuan terhadap kebudayaan yang dihadapi.
- Sifat takut terhadap ketakutan dari kebudayaan lain atau inferioritas.
- Memandang terlalu tinggi terhadap kebudayaan sendiri dan memandang rendah terhadap kebudayaan lain atau perasaan superioritas.
E. Kontradiksi Antara Pendidikan Globalisasi Dengan Keragaman Budaya
Sepintas antara globalisasi dengan keragaman budaya tampak ada kontradiksi. Globalisasi disatu sisi menyadarkan kita akan adanya kesamaan dalam kehidupan manusia dimuka bumi ini, ada kesamaan kebutuhan dan keinginan, sementara di sisi lainnya keanekaragaman budaya mengajarkan kepada kita semua bahwa ada perbedaan diantara manusia sebagai pendukung kebudayaannya.
Fungsi pengajaran IPS, antara lain membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan pemahaman terhadap diri pribadinya, menolong mereka untuk mengetahui dan menghargai masyarakat global dengan keanekaragaman budaya, memperkenalkan proses sosialisasi, memberikan pengertian tentang pentingnya mempertimbangkan masa lampau dan masa kini dalam mengambil keputusan untuk masa datang,mengembangkan keterampilan menganalisis dan memecahkan masalah serta membimbing pertumbuhan dan pengembangan, berpartisipasi dalam aktivitas di masyarakat (skeel,1995:11).
Pengajaran globalisasi dalam IPS harus mengandung tujuan :
- Mampu menampilkan pengertian bahwa sekalipun mereka berbeda, tetapi sebagai manusia memiliki kesamaan-kesamaan.
- Membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir kritis terhadap masalah-masalah dunia dan keterampilan menganalisis informasi yang di terimanya.
Dari tujuan-tujuan pembelajaran dalam IPS diharapkan akan lahir generasi muda yang penuh pengertian keragaman budaya dan ikut bertanggung jawab dan peduli terhadap masalah dan isu global sesuai dengan tingkat pendidikan dan kematangan jiwa. Dengan pendidikan globalisasi kita mengetahui bahwa masalah pembaruan berkenan dengan adanya golongan minoritas dalam budaya mayoritas, tidak hanya dihadapi oleh bangsa indonesia, tetapi juga oleh beberapa Negara lain di muka bumi, seperti Amerika Serikat dengan masalah pembaruan golongan kilit hitam dengan penduduk kulit putih.
Dari pendidikan globalisasi kita bisa mengambil manfaat dan pelajaran dalam memecahkan masalah yang sama. Kita sadar tidak hanya masalah pembaruan yang dihadapi oleh beberapa Negara, masih banyak masalah dan isu yang lebih besar, seperti :
1. Kepadatan Penduduk
Mendorong urbanisasi serta berjangkitnya penyakit-penyakit yang di akibatkan oleh kelaparandan kemiskinan (termasuk kemiskinan pengetahuan). Contoh : Terjadinya bencana kelaparan diberbagai Negara yang belum berkembang.
2. Pencemaran lingkaran
Tidak kalah pentingnya dengan masalah-masalah lainnya.masalah pencemaran lingkungan juga harus mendapat perhatian yang serius dan setiap warga dunia yang di mulai diri sendiri. Contoh : Mengurangi pencemaran lingkungan dari yang paling kecil misalnya cobalah setiap individu khususnya laki-laki mengurangi merokok.
3. Krisis Energi
Baik persendian minyak bumi yang tersisa, organisasi Negara penghasil minyak dunia (OPEC) masalah harga maupun penelitian tentang sumber energy pengganti.
4. Jarangnya antara Negara kaya dan Negara miskin
Hal ini yang melatarbelakangi lahirnya beberapa organisasi kerja sama bilateral (antara 2 negara ). Contoh : Indonesia dan Jepang.
5. Populasi
Meliputi seluruh lingkungan bumi,seperti kerusakan hutan, pencemaran akibat indrustialisasi, pencemaran udara sampai lapisan ozon yang semakin.
6. Perang Nuklir
Berkaitan dengan akibat-akibat yang dihadapi oleh umat manusia jika perang tersebut benar-benar terjadi. Berdasarkan pengalaman yang diakibatkan oleh jatuhnya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, kita tidak bisa membayangkan jika yang jatuh tersebut adalah bom nuklir, yang memiliki kekuatan dahsyat.
7. Perdagangan internasional
Meningkat hubungan saling ketergantungan diantara bangsa-bangsa mendorong gangan untuk menata perdagangan inernasional.
8. Komunikasi
Perkembangan media komunikasi dewasa ini, mampu menghilangkan batas-batas Negara melalui media televise,internet yang dapat di akses di mana saja.
9. Perdagangan obat terlarang
Pada kenyataannya akibat penggunaan bat-obat terlarang, terutama dikalangan generasi muda yang dapat menghancurkan diri mereka sendiri dan akan berdampak jelek pada lingkungan sekitar atau derah mereka, dan pastinya akan berdampak lagi pada Negara dan yang lebih globalnya lagi pada dunia. Padahal semua sadar betapa bahayanya akibat yang ditimbulkan oleh obat-obatan terlarang.
Dari beberapa contoh masalah-masalah tersebut, membuat kita semakin kecilnya dunia dan betapa makin pendeknya jarak anatara satu bangsa dengan bangsa lainnya. Masalah-masalah dan isu-isu tersebut adalah tanggung jawab satu bangsa semata. Walaupun demikian, setiap bangsa harus tetap saling menghargai dan menghormati jika seandainya di dalam usaha memecahkan persoalan-persoalan tersebut setiap bangsa memakai cara dan pendekatan yang berbeda, yang perlu diperhatikan bahwa memiliki kepentingan yang sma terhadap kehidupan dunia yang lebih baik dimasa sekarang dan yang akan datang.
F. Pengaruh Kebudayaan Luar Terhadap Kebudayaan Indonesia
Mempelajari IPS di SD, konsep-konsep sejarah maupun antropologi mempunyai porsi yang cukup basar, ruang lingkup pengajaran sejarah di SD atara lain meliputi : sejarah local, kerajaan-kerajaan di Indonesia, tokoh sejarah, bangunan bersejarah, Indonesia pada zaman penjajahan dan beberapa peristiwa penting masa kemerdekaan. Perkembangan kebudayaan di Indonesia tidak dapat pula diabaikan,karena hal ini merupakan bagian dari perkembangan bangsa Indonesia sendiri.
Sejarah perkembangan kebudayaan Indonesia dapat dibagi menjadi 4 masa yaitu masa pra sejarah, masa purba (kuno), masa madya dan masa modern.
1. Kebudayaan Masyarakat Indonesia
Manusia adalah makhluk yang berpikir dan berakal dengan pikiran itu ia menghasilkan berbagai alat dan cara untuk menyesuaikan diri dengan lingkunganya. Segala cara dan alat yang lahir atas akal manusia itu di sebut kebudayaan. Budaya adalah ciptaan manusia, tapi budaya menguasai kehidupan manusia, karena itu kebudayaan disebut superorganik. Kebudayaan merupakan salah satu bagian dari kehidupan sosial kemasyarakatan.
2. Beberapa Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan: Culture (Inggris), Kultur (Jerman), Cultur ( Belanda), Colore ( Latin), yang mengerjakan, memelihara, memuja.
a. H. Takdir Alisyahbana
Kebudayaan adalah manifestasi dari cara pikiran manusia.
b. H. Agus Salim
Kebudayaan berasal dari bahasa Sansakerta, yaitu budi mengandung makna akal, pikiran, pengertian, paham, pendapat, ikhtiar, perasaan. Sedangkan daya mengandung makna tenaga, kekuatan kesanggupan. Jadi, kebudayaan merupakan himpunan segala daya upaya yang dikerjakan menggunakan hasil pendapat budi untuk memperbaiki sesuatu dengan tujuan mencapai kesempurnaan.
c. Koentjaraningrat
Kebudayaan adalah seluruh dari kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatnya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehiduan masyarakat.
d. Edward Burnett Tylor
Kebudayaan ialah suatu kesatuan yang terjalin meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, kesusilaan, hukum, dan tiap kesanggupan yang diperoleh seseorang sebagai anggota masyarakat.
e. Ashley Monlagu
Kebudayaan ditafsirkan sebagai cara hidup suatu bangsa, lingkungan di mana segolongan manusia mendiami wilayah yang sama sebagai anggota masyarakat.
f. Herskovits
Memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
g. Andreas Eppink
Kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
h. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi
Kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Di dalam kebudayaan terdapat unsur-unsur kebudayaan. Menurut Koentjaraningrat unsur-unsur kebudayaan adalah :
a. Sistem Kepercayaan atau Religi
Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya. Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta.
Agama dan sistem kepercayaan lainnya seringkali terintegrasi dengan kebudayaan. Agama (bahasa Inggris: Religion, yang berasal dari bahasa Latin religare, yang berarti “menambatkan”), adalah sebuah unsur kebudayaan yang penting dalam sejarah umat manusia. Dictionary of Philosophy and Religion (Kamus Filosofi dan Agama) mendefinisikan Agama sebagai “sebuah institusi dengan keanggotaan yang diakui dan biasa berkumpul bersama untuk beribadah, dan menerima sebuah paket doktrin yang menawarkan hal yang terkait dengan sikap yang harus diambil oleh individu untuk mendapatkan kebahagiaan sejati”.
Agama biasanya memiliki suatu prinsip, seperti “10 Firman” dalam agama Kristen atau “5 rukun Islam” dalam agama Islam. Kadang-kadang agama dilibatkan dalam sistem pemerintahan, seperti misalnya dalam sistem teokrasi. Agama juga memengaruhi kesenian.
b. Sistem Organisasi Kemasyarakatan dan Kekerabatan
Organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.
Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya.Dalam kajian sosiologi-antropologi, ada beberapa macam kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil hingga besar seperti keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat. Di masyarakat umum kita juga mengenal kelompok kekerabatan lain seperti keluarga inti, keluarga luas, keluarga bilateral, dan keluarga unilateral.
c. Sistem Pengetahuan
Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau percobaan-percobaan yang bersifat empiris (trial and error).
Sistem pengetahuan tersebut dikelompokkan menjadi:
· Pengetahuan tentang alam.
· Pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan di sekitarnya.
· Pengetahuan tentang tubuh manusia, pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku sesama manusia.
· Pengetahuan tentang ruang dan waktu.
d. Bahasa
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.
Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
e. Kesenian
Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.
f. Sistem Mata Pencaharian
Perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada masalah-masalah mata pencaharian tradisional saja, di antaranya:
• Berburu dan meramu
• Beternak
• Bercocok tanam di ladang
• Menangkap ikan
g. Sistem Teknologi dan Peralatan
Teknologi merupakan salah satu komponen kebudayaan. Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian.
Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian paling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu :
· Alat-alat produktif
· Senjata
· Wadah
· Alat-alat menyalakan api
· Makanan
· Tempat berlindung dan perumahan
· Alat-alat transportasi
Kesimpulan
IPS Tradisional lebih mengacu kepada guru yang berperan aktif. Sehingga siswa kurang mengembangkan kemampuan kreativitasnya. Dari pembahasan terlihat jelas bahwa pelajaran IPS dalam proses pembelajarannya harus mampu mengembangkan sikap hormat dan menghargai akan tanggung jawab sebagai warga negara sekaligus menerima keanekaragaman budaya di dalamnya. Sekalipun terdapat perbedaan tersebut tidak hanya menjadi kepedulian pembelajaran IPS.
Hidup bersama antarsesama penghuni bumi haruslah disadari oleh kesadaran di samping ada kesamaan ada pula perbedaan. Perbedaan tersebut tercipta karena budaya, lingkungan, ekonomi, politik, dan teknologi. Namun yang harus selalu diingat bahwa pendidikan global lebih menonjolkan persamaan dari pada perbedaan yang menuju sesuatu konflik atau pun ketidakharmonisan di muka bumi
Sebagai akibat dari berkembangnya hambatan-hambatan tersebut dalam proses pembauran maka sering timbul kecurigaan dan ketidakpercayaan di antara individu-individu pendukung kebudayaan tersebut. Akibat lainnya, ialah sulit menanamkan sikap toleransi yang didasari simpati.
Perkembangan sejarah dengan perspektif multi etnik dalam pandangan sejarah bangsa-bangsanya. Artinya, para siswa selain mempelajari sejarah nasional dan sejarah dunia, mereka pun harus mempelajari sejarah budaya golongan minoritas, seperti di Indonesia, misalnya sejarah budaya Cina, Arab atau India perantauan diperoleh suatu pengertian bahwa dalam membina kebersamaan harus pula menerima perbedaan di dalamnya.
Daftar Pustaka
Gunawan, Rudy. 2011. PENDIDIKAN IPS Filosofi, Konsep, Aplikasi. Bandung. Alfabeta.
Putra, Cahaya. 2012. Pendidikan IPS Tradisional dan Modern. [serial online] http://catkulku.blogspot.co.id/2012/06/pendidikan-ips-tradisional-dan-modern.html. [05 Maret 2016]