Paradigma penelitian
Paradigma penelitian pertama kali dikemukakan oleh Kuhn (1970, dalam Bryman dan Bell, 2007: 25) sebagai suatu petunjuk bagi ilmuwan dalam disiplin ilmu tertentu. Disiplin ilmu tertentu berpengaruh terhadap apa yang sedang ditelitinya, dan bagaimana penelitian itu harus dilakukan serta disimpulkan. Selain itu, ada pendapat lain tentang paradigma penelitan dalam konteks yang berbeda.
Menurut Sugiyono (2009: 42) paradigma penelitian diartikan sebagai pola pikir yang menunjukan hubungan antar variabel yang akan diteliti. Hubungan antar variabel tersebut harus dapat menjawab jenis dan jumlah rumusan masalah penelitian. Variabel-variabel itu juga menentukan hipotesis dan teknik analisis statistik yang akan digunakan. Dalam teknik analisis statistik, termasuk asumsi-asumsi dan pola pengumpulan data yang mendasari paradigma metode penelitian.
Selanjutnya dalam teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu teknik pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif (Bryman dan Bell, 2007: 26).Menurut McDaniel dan Gates (2013: 117), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang digunakan untuk mendapatkan perbedaan yang signifikan secara statistik. Sedangkan penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk menguji sikap, perasaan, dan motivasi responden.
Dalam praktik penelitian, teknik penelitian kuantitatif dan kualitatif memiliki perbedaan yang mendasar (McDaniel dan Gates, 2013: 117). Perbedaan tersebut terletak pada ukuran sampel, jenis pertanyaan, jumlah responden, dan lain-lain. Lebih lanjut, perbedaan tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut ini (Tabel 3.1).
Tabel Perbedaan Paradigma Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Pandangan Dasar | Kualitatif | Kuantitatif |
Jenis Pertanyaan | Bersifat menyelidiki | Tidak bersifat menyelidiki |
Ukuran Sampel/Subjek | Kecil | Besar |
Jumlah Responden | Berarti (substansial) | Bervariasi |
Persyaratan untuk Administrasi | Pewawancara dengan keahlian khusus | Tidak perlu pewawancara khusus atau tidak perlu pewawancara |
Instrume | Terbuka dan Berkembang | Baku dan Valid |
Tipe Analisis | Subjektif | Objektif |
Alat yang digunakan | Alat perekam, gambar, video, panduan diskusi | Kuisioner, computer, telefon genggam |
Derajat Peniruan | Rendah | Tinggi |
Keahlian peneliti | Psikologi, sosiologi, sosial psikologi, pemasaran, riset pemasaran, perilaku konsumen | Statistik, model keputusan, program komputer |
Tipe Penelitian | Eksplorasi | Deskriptif atau Kausal |
Sifat realitas | Ganda, holistic, dinamis, hasil konstruksi dan pemahaman | Dapat diklasifikasikan, konkrit, teramati, terukur |
Hubungan Variabel | Timbal balik/ interaktif | Sebab-akibat (kausal) |
Generalisasi | Transferability (hanya mungkin dalam ikatan konteks dan waktu) | Cenderung membuat generalisasi |
Peranan nilai | Terikat nilai-nilai yang dibawa peneliti dan sumber data | Cenderung bebas nilai |
Sumber: Dimodifikasi dari McDaniel dan Gates (2013) dan Sugiyono (2009)
Teknik penelitian kualitatif memiliki keterbatasan uji signifikansi. Sehingga hasil penelitian kualitatif tidak dapat membedakan signifikansi berdasarkan populasi responden (McDaniel dan Gates, 2013: 119). Selain itu, teknik penelitian kualitatif mengandung unsur yang bersifat subyektif sehingga hasil penelitian tidak akan sesuai dengan tujuan awal peneltian (Bryman dan Bell, 2007: 29).
Oleh karena itu, paradigma dalam metode penelitian ini merupakan metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif memiliki tujuan untuk menguji hipotesis sesuai dengan data yang diperoleh untuk dapat menghasilkan kesimpulan yang obyektif (Bryman dan Bell, 2007: 28).