Metode Pengumpulan Data Pada Penelitian Kualitatif

5 min read

Pengumpulan data kualitatif lebih dari sekedar memutuskan apakah akan mengamati atau wawancara peserta atau situs. Suatu penelitian kualitatif dieksplorasi dan diperdalam dari suatu fenomena sosial atau suatu lingkungan sosial yang terdiri atas pelaku, kejadian, tempat, dan waktu. Seorang peneliti kualitatif ingin mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak dapat dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif seperti proses suatu langkah kerja, formula suatu resep, pengertian-pengertian suatu konsep yang beragam, karakteristik suatu barang dan jasa, gambar-gambar, gaya-gaya, tata cara suatu budaya, model fisik suatu artifak dan lain sebagainya.

Data kualitatif yang bersifat deskriptif, maka pengumpulan data kualitatif tidak dibatasi oleh kategori yang sudah ditentukan sebelumnya atas analisis menyokong kedalaman dan kerincian data kualitatif. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan oleh peneliti kualitatif dalam pengumpulan data yaitu, peneliti harus mengidentifikasi peserta dan situs/program, mendapatkan akses (izin), menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, mengembangkan instrumen pengumpulan data, dan mengelola proses tersebut secara etis. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan membahas pengumpulan data kualitatif dalam makalah ini.

Metode Pengumpulan Data Kualitatif

A. Purposive Sampling

Dalam penyelidikan kualitatif, tujuannya adalah tidak untuk generalisasi ke populasi, tetapi untuk mengembangkan dalam eksplorasi mendalam dari fenomena pusat. Jadi, hal terbaik memahami fenomena ini adalah peneliti kualitatif sengaja atau sengaja memilih individu dan situs. Istilah pengambilan sampel dalam penelitian kualitatif ini adalah purposive sampling.

Standar yang digunakan dalam memilih peserta dan situs adalah apakah mereka adalah “kaya informasi” (Patton, 1990, hal 169). Dalam setiap penelitian kualitatif tertentu, peneliti dapat memutuskan untuk mempelajari sebuah situs (misalnya, satu kampus perguruan tinggi), beberapa situs (tiga kecil seni liberal kampus), perorangan atau kelompok (siswa dari suatu sekolah), atau beberapa kombinasi (dua seni liberal kampus dan mahasiswa beberapa mahasiswa kampus tersebut).

Purposive sampling terbaik adalah yang dapat membantu memahami fenomena pusat sehingga diperoleh pemahaman rinci tentang orang atau situs. Hal ini dapat mengakibatkan diperolehnya informasi yang memungkinkan individu untuk “belajar” tentang fenomena tersebut, atau untuk yang mungkin memberikan pemahaman/pandangan kepada orang tentang pengaruh suatu program/situs.

Purposive sampling menyediakan strategi pengumpulan data kualitatif. Peneliti memiliki pilihan untuk memilih dari salah satu dari sembilan strategi yang sering digunakan pendidik. Strategi-strategi ini dibedakan dalam hal apakah yang dilakukan sebelum pengumpulan data dimulai atau setelah pengumpulan data dimulai. Selanjutnya, pendekatan tersebut masing-masing memiliki tujuan yang berbeda, tergantung pada masalah penelitian dan pertanyaan-pertanyaan ingin dijawab dalam penelitian.

1.      Jenis Pendekatan Purposive Sampling sebelum Pengumpulan Data

a.       Sampling Variasi Maksimal (Maximal Variation Sampling)

Salah satu karakteristik penelitian kualitatif adalah untuk menyajikan berbagai perspektif individu untuk mewakili kompleksitas dunia kita Jadi, salah satu strategi sampling untuk membangun kompleksitas yang menjadi penelitian pada peserta atau sampling variasi di lokasi pengambilan sampel.

Sampling variasi maksimal adalah strategi purposive sampling di mana sampel kasus atau individu yang berbeda pada beberapa karakteristik atau sifat (misalnya, kelompok usia yang berbeda). Prosedur ini perlu mengidentifikasi karakteristik dan kemudian menemukan situs atau individu yang menampilkan berbagai dimensi karakteristik itu.

b.      Extreme Case Sampling

Pendekatan ini digunakan pada penelitian tentang kasus yang menyebabkan permasalahan atau pencerahan, atau kasus yang nyata untuk adalah keberhasilan atau kegagalan (Patton, 1990). Sampling kasus Extreme adalah bentuk purposive sampling di mana peneliti mempelajari kasus yang outlier atau satu yang menampilkan karakteristik yang ekstrim.

c.       Sampling Khas (Typical Sampling)

Beberapa pertanyaan penelitian biasanya berupa, “Apa itu normal?” atau “Apa yang khas?”. Sampling khas adalah bentuk purposive sampling di mana peneliti mempelajari seseorang atau situs yang “biasa” untuk mereka yang tidak terbiasa dengan situasi. Apa yang merupakan khas, tentu saja, terbuka untuk diinterpretasi.

d.      Sampling Teori atau Konsep

Seorang peneliti mungkin memilih individu atau situs karena mereka membantu peneliti memahami konsep atau teori. Teori atau konsep sampling adalah strategi purposive sampling di mana sampel peneliti perorangan atau situs karena mereka dapat membantu para peneliti yang menghasilkan atau menemukan suatu teori atau konsep tertentu di dalam teori. Untuk menggunakan metode ini, peneliti memerlukan pemahaman yang jelas tentang konsep atau teori yang lebih besar diharapkan muncul selama penelitian.

e.       Sampling Homogen

Peneliti dapat memilih situs tertentu atau orang karena mereka memiliki sifat atau karakteristik yang serupa. Dalam pengambilan sampel homogen peneliti sengaja sampel individu atau situs berdasarkan keanggotaan dalam sebuah sub-kelompok yang memiliki karakteristik tertentu. Untuk menggunakan prosedur ini, peneliti harus mengidentifikasi karakteristik dan menemukan individu atau situs yang memilikinya.

f.       Sampling Kritis

Kadang-kadang, individu atau lokasi penelitian merupakan fenomena pusat dalam hal dramatis (Patton, 1990). Strategi sampling di sini adalah untuk mempelajari sampel penting karena merupakan kasus yang luar biasa dan peneliti dapat belajar banyak tentang fenomena tersebut.

2.      Jenis Pendekatan Purposive Sampling setelah Pengumpulan Data

a.       Oportunistik Sampling

Setelah pengumpulan data dimulai, peneliti mungkin perlu untuk mengumpulkan informasi baru terbaik untuk menjawab pertanyaan penelitian. Oportunistik sampling adalah purposive sampling yang dilakukan setelah penelitian dimulai, untuk mengambil keuntungan dari peristiwa yang akan membantu menjawab pertanyaan penelitian. Dalam proses ini, sampel muncul selama penyelidikan. Peneliti perlu berhati-hati tentang terlibat dalam bentuk sampling karena bisa mengalihkan perhatian dari tujuan asli dari penelitian. Namun, menangkap sifat berkembang atau muncul dari penelitian kualitatif dengan baik dan dapat menyebabkan ide-ide baru dan temuan mengejutkan.

b.      Snowball Sampling

Dalam situasi penelitian tertentu, peneliti mungkin tidak tahu orang-orang terbaik yang dapat membantu pemahaman dari topik atau kompleksitas kejadian. Seperti dalam penelitian kuantitatif, snowball sampling kualitatif adalah suatu bentuk purposive sampling yang biasanya setelah studi dimulai dan peneliti meminta peserta untuk memberi saran orang lain untuk mengembangkan penelitian suatu kasus atau situs.

c.       Konfirmasi dan Disconfirming Sampling

Bentuk akhir purposive sampling, juga digunakan setelah studi dimulai, adalah individu sampel atau situs diminta untuk mengkonfirmasi atau disconfirm temuan awal. Konfirmasi dan disconfirming sampling adalah strategi tujuan yang digunakan selama penelitian untuk menindaklanjuti kasus-kasus tertentu untuk menguji atau menjelajahi temuan spesifik lebih lanjut.

B. Jenis-jenis Data Penelitian Kualitatif

Aspek lain dari pengumpulan data kualitatif adalah untuk mengidentifikasi jenis data yang akan menjawab pertanyaan penelitian. Dalam penelitian kualitatif, peneliti ajukan pertanyaan yang umum dan luas kepada peserta dan memungkinkan mereka untuk berbagi pandangan mereka relatif tidak dibatasi oleh perspektif peneliti. Selain itu, peneliti mengumpulkan beberapa jenis informasi, dan peneliti dapat menambahkan bentuk-bentuk baru data selama penelitian ini untuk menjawab pertanyaan peneliti. Selanjutnya, peneliti terlibat dalam pengumpulan data yang luas, menghabiskan banyak waktu di tempat di mana orang bekerja, bermain, atau terlibat dalam fenomena yang akan diteliti. Di situs ini, peneliti akan mengumpulkan informasi rinci untuk membangun kompleksitas fenomena pusat.

Data kualitatif yang beragam dapat dikategorikan sebagai berikut:

1.      Pengamatan/Observasi

Pengamatan merupakan suatu bentuk pengumpulan data yang sering digunakan, dengan peneliti dapat mengasumsikan peran yang berbeda dalam proses (Spradley, 1980a). Pengamatan dapat didefenisikan proses pengumpulan terbuka, informasi secara langsung dengan mengamati orang dan tempat di lokasi penelitian.

2.      Wawancara

Wawancara di dalam penelitian kualitatif berbeda penelitian kuantitatif. Sebuah wawancara kualitatif terjadi ketika peneliti mengajukan satu atau lebih peserta umum, pertanyaan-pertanyaan terbuka dan catat jawaban mereka.

Wawancara kualitatif dapat membuat peserta penelitian menyuarakan pengalaman mereka tidak dibatasi oleh sudut pandang peneliti atau temuan penelitian terdahulu. Respon terbuka untuk pertanyaan memungkinkan peserta untuk membuat opsi untuk menanggapi. Jadi dapat dinyatakan bahwa wawancara kualitatif dilakukan lebih mendalam daripada wawancara kuantitatif.

3.      Dokumen

Sebuah sumber informasi yang berharga dalam penelitian kualitatif bisa berupa dokumen. Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Dokumen dapat terdiri dari catatan publik dan swasta, atau bahan audiovisual.

D.    Rambu-rambu Administrasi dan Pencatatan Data Penelitian Kualitatif

Peneliti kualitatif dapat menemui masalah dalam pengumpulan data, selain itu peneliti harus pergi ke lokasi penelitian dari para peserta, waktu yang cukup untuk tinggal di lokasi penelitian, dan mengajukan pertanyaan terperinci, isu-isu etis yang mungkin timbul yang perlu diantisipasi. Oleh karena itu, peneliti harus memahami rambu-rambu administrasi dan pencatatan data penelitian.

Hal pertama yang perlu diperhatikan peneliti dalam pengumpulan data, yaitu waktu. Peneliti harus membatasi waktu pengumpulan data observasi atau wawancara karena hal tersebut dapat berpotensi mengganggu peserta atau situs. Kemudian, peneliti perlu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam pengumpulan data yang substansial, karena dapat menyebabkan suatu program atau peristiwa yang terlewat dari pengamatan.

Peneliti kualitatif dapat menemui situs atau peserta dengan tingkatan yang berbeda, untuk memperoleh data dari seluruh situs atau peserta maka alangkah baiknya jika diperoleh izin untuk berbagai tingkatan situs atau peserta yang akan diteliti. Dengan demikian, peneliti mudah memperoleh data yang utuh, peserta akan nyaman menanggapi dan mendapatkan jadwal pengambilan data yang sesuai dengan jadwal peserta.

Dalam mengumpulkan data untuk sebuah proyek kualitatif, peneliti mencari sebuah deskripsi mendalam tentang sebuah fenomena. Peserta mungkin diminta untuk membahas rincian pribadi pengalaman hidup mereka selama periode waktu tertentu. Proses ini memerlukan tingkat kepercayaan yang cukup berdasarkan tingkat kedalaman pengungkapan peserta. Sifat dari penelitian ini yang mendala maka isu-isu etis mungkin timbul.

Tindak lanjut agar peneliti dapat bersikap etis maka peneliti perlu untuk melindungi identitas peserta dengan menetapkan nomor atau alias kepada mereka untuk digunakan dalam proses analisis dan pelaporan data sehingga topik yang sensitif dapat terungkap. Selanjutnya, untuk mendapatkan dukungan dari para peserta, peneliti perlu menyampaikan kepada peserta bahwa mereka berpartisipasi dalam penelitian dan menginformasikan mereka tentang tujuan penelitian sehingga penelitian tersebut tidak dipandang sebagai suatu penipuan.

Makalah Gotong Royong

Gotong Royong Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Gotong royong adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dan bersifat suka rela agar kegiatan yang...
Ahmad Dahlan
12 min read

Subtansi Filsafat Sebagai Ilmu

Filsafat sebagai landasan pemikiran Menurut pengertian umum, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang hakikat....
Ahmad Dahlan
2 min read

Leave a Reply