Makalah Tumbuh Kembang Balita

19 min read

Tumbuh Kembang Balita

Bab I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Manusia hidup tidaklah secara permanen, melainkan terus berubah-ubah. Mulai dari pembuahan, menjadi janin, bayi, lahir, dewasa, dan akhirnya mati. Saat bayi lahir, belum memiliki kemampuan apapun kecuali menangis. Dengan cara berinteraksi secara terus-menerus dengan lingkungan sekitar, bayi akan lebih menyempurnakan diri, hingga bayi tersebut mengalami perubahan fisik sampai menjadi lebih seimbang. Seiring berjalannya waktu, bayi tersebut terus mengalami perubahan. Perilaku dan keterampilannya juga semakin berkembang.

Perkembangan merupakan proses perubahan secara progress baik secara fisik maupun non fisik menuju kesempurnaan. Perkembangan secara fisik merupakan perkembangan yang terjadi pada aspek-aspek biologis seorang individu. Sedangkan perkembangan non fisik didalamnya terdapat perkembangan emosi, perkembangan kognitif, dan perkembangan pada aspek sosial peserta didik. Peserta didik sebagai makhluk sosial membutuhkan peran lingkungannya atau bantuan dari orang lain untuk dapat tumbuh kembang menjadi manusia yang utuh. Dalam perkembangannya, pendapat dan sikap peserta didik dapat berubah karena interaksi dan saling berpengaruh antar sesama peserta didik maupun dengan proses sosialisasi dan menambah pengetahuan pada balita.

Perkembangan dan pertumbuhan merupakan hal yang penting untuk kita pelajari dan kita pahami. Banyak para pendidik dan orang tua yang belum memahami perkembangan-perkembangan anak. Sehingga masih ada pendidik dan orang tua yang menerapkan sistem pembelajaran tanpa melihat perkembangan anak. Hal ini akan berakibat adanya ketidak seimbangan antara system pembelajaran dengan perkembangan anak yang akan menyulitkannya untuk mengikuti system pembelajaran yang ada. Dengan mengetahui faktor-faktor perkembangan dan pertumbuhan anak diharapkan kita akan mudah mengetahui system pembelajaran yang efektif, efisien, terarah dan sesuai dengan perkembangan anak.

Untuk mengembangkan potensi anak didik dan menciptakan generasi-generasi masa depan yang berkualitas, maka diperlukan adanya pemahaman tentang perkembangan dan pertumbuhan anak. Dengan demikian, sebagai pendidik kita diharuskan mengetahui dan memahami perkembangan dan pertumbuhan peserta.

Dalam psikologi perkembangan, banyak dibahas mengenai bagaimana tahap perkembangan sosial anak, diantara tokoh yang memberi kontribusi dalam hal ini adalah teori perkembangan psikososial Erik H. Erikson. Erikson mengatakan bahwa istilah “psikososial” dalam kaitannya dengan perkembangan manusia berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai mati dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada makalah ini antara lain:

  1. Apakah yang dimaksud dengan balita?
  2. Bagaimana perkembangan fisik pada balita?
  3. Bagaimana perkembangan motorik dan kognitif balita?
  4. Bagaimana perkembangan Bahasa balita?
  5. Bagaimana perkembangan psikososial pada balita?

C. Tujuan Makalah

  1. Untuk mengetahui pengertian balita dari
  2. Untuk mengetahui perkembangan fisik pada balita
  3. Untuk mengetahui perkembangan motorik dan kognitif balita
  4. Untuk mengetahui perkembangan bahasa balita
  5. Untuk mengetahui perkembangan psikososial pada balita

Bab II. Pembahasan

A.      Pengertian Balita

Balita adalah bayi yang berada pada rentang usia 0-5 tahun. Pada usia ini otak anak mengalami pertumbuhan yang sangat pesat yang dikenal dengan istilah masa keemasan (the golden ege), dan pada masa ini harus mendapatkan stimulasi secara menyeluruh baik kesehatan, gizi, pengasuhan dan pendidikan.

Menurut Soetjiningsih (2001), balita adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun dengan karakteristik pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun dimana umur 5 bulan BB naik 2x BB lahir dan 3x BB lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4x pada umur 2 tahun. Pertumbuhan mulai lambat pada masa pra sekolah kenaikan BB kurang lebih 2 kg/ tahun, kemudian pertumbuhan konstan mulai berakhir.

Balita merupakan istilah yang berasal dari kependekan kata bawah lima tahun. Istilah ini cukup populer dalam program kesehatan. Balita merupakan kelompok usia tersendiri yang menjadi sasaran program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) di lingkup Dinas Kesehatan. Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya. Periode tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya (supartini, 2004)

Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai balita, merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita dimulai dari satu sampai dengan lima tahun, atau bisa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 12-60 bulan. Pada masa ini semua orang tua menginginkan anaknya tumbuh menjadi anak yang cerdas, tapi sedikit yang memanfaatkan peluang ini, karena mereka merasa pertumbuhan anak adalah proses alami yang akan terjadi dengan sendirinya tanpa dengan interpretesi orang tua atau siapapun.

B.       Perkembangan Fisik, Motorik, Kognitif, Dan Sosioemosional Pada Balita

Perttumbuhan dan perkembagan bayi merupakan suatu hal yang penuh teka-teki dan pertanyaan karena bayi terlihat bagae mahlik yag perilaku umumnya tampak tidak terorgaisasi, ia akan menangis ketika merasa tidak nyaman dan tidak aman. Serta hanya terdiam saja ketika sebaliknya. Hal itu membuat orang bertanya-tanya sebenarnya hal apa saja yang bias ia lakukan apakah dengan terdiamnya serta kebiasaanya yang selalu tidur hingga 16-17 jam perhari bayi juga bias melihat, mendengar dan merasakan rangsangan dari sekitarnya.

Sang ibu biasanya memliki permasalaha komunikasi degan bayinya. Ibu ingin memenuhi kenyamana dan keiginan bayi sepenuhnya namun kadang kita tidak tau apa maksud dari tangisan bayi. Dalam makalah ini akan membahas mengenai bagaemana sebenarya pertumbuhan dan perkembangan bayi tersebut. Sehingga kita dapat memahami bagaemana dunia sang bayi tersebut dimana hal tersebut akan mendorong perkembangan dan pertumbuhan bayi secara optimal.

a.        Perkembangan Fisik Pada Balita

Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya. Dengan meningkatnya pertumbuhan tubuh,baik yang menyangkut ukuran berat dan tinggi maupun kekuatannya, memungkinkan anak untuk dapat lebih mengembangkan keterampilan fisiknya dan mengeksplorasi lingkungannya. Perkembanga fisik anak ditandai dengan berkembangnya keterampilan motorik, baik yang kasar maupun halus.

Pada fase ini anak berkembang dengan sangat pesat (Choirunisa, 2009 : 10). Pada periode ini, balita memiliki ciri khas perkembangan menurun disebabkan banyaknya energi untuk bergerak.

Perkembangan fisik pada balita antara lain:

a.        Urutan Cephalocaudal dan proximodistal

Urutan Cephalocaudal ialah urutan pertumbuhan,dimana pertumbuhan terbesar selalu dimulai dari atas kepala dilanjutkan dengan pertumbuhan fisikmencakup yang besar,berat serta pertumbuhan organ tubuh lainnya secara berangsur-angsur dari atas kebawah(keleher, bahu batang tubuh tengah dan lain lain).

Urutan proximodistal ialah pertumbuhan dimulai pada bagian tengah tubuh lalu bergerak dari kaki dan tangan.

b.        Tinggi dan berat

Bayi yang baru lahir kehilangan 5-7% berat tubuh meraka, segera setelah bayi menyesuaikan diri dangan mengisap, menelan dan mencerna mereka bertumbuh cepat dan memperoleh berat kira-kira 5-6 ons perminggu selama bulan pertama pada bulan ke empat berat badan mereka naik mencapai hampir tiga kali lipat dari berat mereka ketika hari pertama kelahiiran.

c.        Keterampilan Motorik kasar dan halus

Ketrampilan motorik kasar meliputi kegiatanotot-otot besar seperti menggerakan lengan danberjalan.dan ketrampilan motorik halus meliputi gerakan-gerakan menyesuaikan secara lebih halus, separti ketangkasan jari meraih dan menggegan, gerakan pergelangan tangan, perputaran tangan, dan koordinasi jari.

d.       Otak

Ketika bayi berjalan, berbicara, berlari, menggoyang-goyagka mainan yang daat berbunyi, tersenyum dan mengerutkan dahi maka perubahan-perubahan dalam otaknya sedang berkembang. Sebenarnya sejak lahirn bayi sudah memiliki semua sel syaraf (neurons) yang akan dimiliki sepanjang hidupnya.tetapi pada saat lahir dan awal khidupannya keterkaitan sel-sel ini masih sangat lemah.

e.        Kebutuhan gizi dan perilaku makan

Perbedaan-perbedan yang ada pada setiap bayi dalam cadangan gizi, komposisi tubuh, tingkat pertumbuhan dan pola kegiatan membuat pendefinisian kebutuhan gizi yang sesungguhnya sulit dilakukan. Akan tetapi para pakar gizi menganjurkan bahwa bayi perlu mengkonsumsi 50 kalori per hari untuk setiap pon berat mereka.

f.         Perkembangan Sensoris dan persepsi

Semua informasi datag pada bayi melalui indra. Sesasi terjadi ketika sekumpulan informasi menadakan kontak dengan peerima sensor (mata, telinga, lidah, hidung, dan kulit). Persepsiialah interpretasi tentag apa yang diindrakan atau dirasakan.

g.        Persepsi Visual

Dunia visual pada bayi yang baru lahir bukanlah kebingungan tetapi bayi yang baru lahir diperkirakan 20/200-20/600 pada bagan snellen yaitu akat untuk menguji mata.ini sekitar 10-30 kali lebih rendah dari penglihatan orang dewasa normal. Tetapi akan meningkat pada usia 6 bulan

h.        Pendengaran

Segera setelah kelahiran, bayi dapat mendengar, walaupun ambang pintu sensor orang dewasa (Trehub, dkk, 1991). Oleh karenanya, suatu rangsangan harus lebih nyaring untuk didengar oleh bayi. (Morrongiello, Fenwick, & Chace, 1990). Kenyataan bukan hanya bayi yang baru lahir yang bisa mendengar, bahwa ada kemungkinan janinpun bisa mendengar ketika ia mendekap di dalam kandungan ibunya. Janin dapat mendengar pada beberapa bulan terakhir kehamilan.

i.          Sentuhan pada Bayi yang Baru Lahir

Bayi-bayi yang baru lahir ternyata sudah memberi respons terhadap sentuhan. Sentuhan ke pipi ternyata menghasilkan gelengan kepala sedangkan sentuhan ke bibir menghasilkan gerakan mengisap. Sebagai contoh, sunat biasanya dilakukan kepada bayi laki-laki kecil kira-kira hari ketiga setelah kelahiran. Peningkatan tangisan dan ocehan intensif selama prosedur sunat dilakukan, mengindikasikan bayi berusia 3 hari mengalami rasa sakit (Gunnar, Malone, & Fisch, 1987; Porter, & Marshall, 1988)

Bayi laki-laki yang baru lahir yang menangis intensif selama sunat, menunjukkan bahwa mereka mengalami stres.

Selama bertahun-tahun, para dokter telah melakukan operasi pada bayi-bayi yang lahir tanpa pembiusan. Praktek kedokteran ini dilakukan karena bahaya pembiusan terhadap bayi dan anggapan bahwa bayi yang baru lahir tidak merasakan sakit. Baru-baru ini, ketika para peneliti yakin bahwa bayi yang baru lahir dapat merasakan sakit, praktek operasi yang telah berlangsung lama pada bayi yang baru lahir tanpa pembiusan semakin banyak diperdebatkan.

j.          Penciuman (Smell)

Bayi-bayi yang baru lahir dapat membedakan bau. Hal ini ditunjukkan dari ekspresi wajah mereka. Mereka kelihatannya menyukai bau vanilla dan arbei tetapi tidak suka bau telur dan ikan busuk (Steiner, 1979).

k.        Kecapan (Taste)

Ketika mengisap puting yang diolesi dengan suatu larutan yang manis, jumlah isapan bertambah (Lipsitt, dkk, 1976). Dalam penelitian lain, bayi-bayi yang baru lahir memperlihatkan suatu ekspresi senyum setelah diberi larutan manis. Sebaliknya mereka mengerutkan lidah mereka setelah diberi larutan asam (Steiner, 1979).

l.          Persepsi Menyeluruh

Percepsi menyeluruh (intermodal perception) ialah kemampuan mengaitkan dan informasi atas dua atau lebih pengalaman sensoris, seperti penglihatan dan pendengaran.

2.        Perkembangan Kognitif Pada Balita

Seorang anak melalui serangkaian tahap pemikiran dari masa bayi hingga masa dewasa. Kemampuan bayi dari tahap-tahap tersebut berasal dari tekanan biologis untuk menyesuaikan diri (adapt) dengan lingkungan dan adanya pengorganisasian struktur berpikir.

Menurut Piaget, perkembangan pemikiran dibagi ke dalam empat tahap yang secara kualitatif sangat berbeda: sensoris-motorik, praoperasional dan operasional konkret, dan operasional formal.

a.        Tahap Perkembangan Sensoris- Motorik

Tahap sensoris motorik Piaget berlangsung dari kelahiran hingga kira-kira usia 2 tahun. Selama masa ini perkembangan mental dipengaruhi oleh kemajuan yang besar pada kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik – oleh karena itu, namanya sensorik-motorik (Piaget, 1952)

Tahapan-tahapan Piaget, perkembangan subtahap sensoris motorik adalah: (1) reflek sederhana, (2) kebiasaan-kebiasaan sederhana dan reaksi sirkuler primer, (3) reaksi sirkuler sekunder, (4) koordinasi reaksi sirkuler; (5) reaksi sirkuler tersier, pencarian dan keingin tahuan; (6) internalisasi skema.Reflek sederhana (simple reflexe) ialah subtahap sensoris motorik pertama Piaget, yang terjadi pada bulan pertama setelah kelahiran. Pada subtahap ini, alat dasar Reaksi sirkuler sekunder (secondary sircular reaction) ialai subtahap sensorik-motorik ketiga Piaget, yang berkembang antara usia 4 dan 8 bulan. Pada subtahap ini, bayi semakin berorientasi atau berfokus pada benda di dunia, yang bergerak dengan keasyikan dengan diri sendiri dalam interaksi sensoris-motorik.

Koordinasi reaksi sirkuler sekunder (coordination of secondery sirculer reaction) ialah subtahap sensorik-motorik keempat Piaget, yang berkembang antara usia 8 dan 12 bulan. Pada subtahap ini, beberapa perubahan yang signifikan berlangsung yang meliputi koordinasi skema dan kesengajaan.

Reaksi sirkuler tersier, kesenangan atas suatu yang baru, dan keingintahuan (tertiary circular reaction, novelty and curiosity) ialah subtahap sensoris-motorik kelima Piaget yang berkembang antara usia 12 dan 18 bulan. Pada subtahap ini bayi semakin tergugah minatnya oleh berbagai hal yang ada pada benda-benda itu dan oleh banyak hal yang dapat mereka lakukan pada benda-benda itu.

Internalisasi skema yaitu (internalization of sehemes) ialah subtahap sensoris-motorik keenam dan terakhir Piaget, yang berkembang antara usia 18 dan 24 bulan. Pada subtahap ini fungsi mental bayi berubah dari suatu taraf sensoris motorik murni menjadi suatu taraf simbolis, dan bayi mulai mengembangkan kemampuan untuk mengembangkan kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol primitif.koordinasi sensasi dan aksi ialah melalui perilaku reflektif, seperti mencari dan mengisap, yang dimiliki bayi sejak kelahiran.

Kebiasaan-kebiasaan pertama dan reaksi sirkuler primer (first habit dan primary circual reaktion) ialah subtahap sensorik-motorik kedua Piaget 1-4 bulan. Pada subtahap ini, pada subtahap ini bayi belajar mengkoordinasikan sensasi tipe skema atau struktur-yaitu, kebiasaan dan reaksi-reaksi sirkuler primer.

Reaksi sirkuler primer (primary circular reaction) ialah suatu skema yang didasarkan pada usaha bayi untuk memproduksi suatu peristiwa yang menarik atau menyenangkan yang pada mulanya terjadi secara kebetulan.

b.        Ketetapan Benda

Ketetapan benda (object permanence) ialah istilah Piaget bagi pencapaian paling penting pada seorang bayi: pemahaman bahwa benda-benda dan peristiwa-peristiwa masih tetap ada dan berlansung walaupun benda-benda dan peristiwa-peristiwa itu tidak dapat dilihat, didengar atau disentuh secara langsung.

3.        Perkembangan Bahasa

Bahasa (language) ialah suatu sistem simbol yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Pada manusia, bahasa ditandai oleh daya cipta yang tidak pernah habis dan adanya sebuah sistem aturan. Daya cipta yang tidak pernah habis (invinite generativity) ialah suatu kemampuan individu untuk menciptakan sejumlah kalimat bermakna yang tidak pernah berhenti dengan menggunakan seperangkat kata dan aturan yang terbatas, yang menjadikan bahasa sebagai upaya yang sangat kreatif.

Sistem aturan bahasa mencakup: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmantik.

a.        Fonologi (phonologi) ialah study tentang bunyi-bunyian bahasa.

b.        Morfologi (morphologi) mengacu pada ketentuan-ketentuan pengkobinasian morfem; morfem ialah rangkaian bunyi-bunyian terkecil yang memberi makna kepada penggalan suku kata yang kita ucapkan dan dengar.

c.        Sintaksis (syntax) melibatkan bagaimana kata-kata dikombinasikan untuj membentuk ungkapan dan kalimat yang dapat diterima.

Menurut clara dan wiLiam stern beberapa perkembangan bahasa antara lain:

a.         Prastadium (tahun pertama)

Kata pertama yang diucapkan anak dimulai dari suara-suara seperti yang kita dengar keluar dari mulut seorang bayi. Dalam masa ini anak cendrung mengucapkan pengulangan suara. Contoh sebagai penjelasan, ma-ma, mi-mi (saya mau minum).

b.        Kalimat satu kata (12-18 bulan)

Satu perkataan dimaksudkan untuk mengungkapkan satu perasaan, atau satu keinginan. Seperti kata “mama” dimaksudkan untuk “mama, saya minta makan.”

c.         Masa memberi nama (18-24 bulan)

Perkembangan bahasa ini, seakan-akan terhenti selama beberapa bulan kerena anak memusatkan perhatiannya untuk belajar berjalan. Sambil berjalan kesana sini, dengan tak henti-hentinya dia bertanya, “ini apa?, itu apa?, itu siapa?, ia mengapa?” itulah alasannya mengapa ada yang menyebut masa ini dengan masa “masa memberi nama” atau “masa apa itu”.

d.        Masa kalimat tunggal (24-30 bulan)

Bahasa dan bentuk kalimat makin baik dan sempurna, anak telah menggunakan kalimat tunggal. Sekarang ia mulai menggunakan awalan dan akhiran yang membedakan bentuk dan warna.

e.         Masa kalimat majemuk (>30 bulan)

Anak mengucapkan kalimat yang makin panjang dan bagus. Anak telah mulai menyatakan pendapatnya dengan kalimat majemuk. Sesekali ia menggunakan kata perangkai, akhirnya timbullah anak kalimat. Dalam hal ini anak sering berbuat kesalahan.

Selain berdasarkan umur, perkembangan bahasa balita sangat dipengaruhi perilaku dan lingkungan. Kebanyakan peneliti penguasaan bahasa yakin bahwa anak-anak dari berbagai konteks sosial yang luas menguasai bahasa ibu mereka tanpa diajarkan secara khusus. Walaupun begitu, proses pembelajaran bahasa biasanya memerlukan lebih banyak dukungan dan keterlibatan dari pengasuh dan guru.

Strategi mengajarkan bahasa pada bayi atau anak kecil :

1.        Satu peran lingkungan yang membangkitkan rasa ingin tahu dalam penguasaan bahasa pada anak kecil disebut motherese, yakni cara ibu dan orang dewasa sering berbicara pada bayi dengan frekuensi dan hubungan lebih luas daripada normal, dan kalimat-kalimat yang sederhana.

2.        Menyusun ulang (recasting) ialah pengucapan kata suatu kalimat yang sama atau yang mirip dengan cara yang berbeda, barangkali dengan menguahnya menjadi suatu pertanyaan.

3.        Menggemakan(echoing) ialah mengulangi apa yang dikatakan anak kepada Anda, khususnya kalau perkataan itu suatu ungkapan atau kalimat yang tidak sempurna.

4.        Memperluas(expanding) ialah mengatakan ulang apa yang telah anak katakan dalam bahasa yang secara linguistik “canggih“.

5.        Memberi nama (labeling) ialah mengidentifikasi nama-nama benda.

4.        Perkembangan Psikososial Pada Balita

Selain perkembangan fisik, satu hal juga yang harus diperhatikan oleh setiap orangtua yaitu perkembngan psikologis dan emosional buah hatinya. Dengan peka terhadap setiap tahap perkembangan si kecil dapa mempererat hubungan orangtua dan anak,selain tentunya membantu anda mengetahui bagaimana cara menangani anak muda. Berikut beberapa tahap dalam perkembangan psikologis dan emosional anak.

a.        Usia 12-36 bulan

Kegiatan mendongeng atau membacakan cerita sebelum tidur untuk si kecil merupakan sebuahaktifitas yang tak hanya menyenangkan namun juga dapat mengembangkan kemampuan membaca si kecil sejak dini. Kemampuan tersebut meliputi :

1)        Bagaimana sebuah buku bekerja, dalam hal ini anda mengajarkan bahwa sebuah buku bisa baru akan bermakna setelah kita membukanya, dan membaca cerita didalamnya

2)        Buku bisa menceritakan sebuah kisah.

3)        Setiap cerita memiliki awal dan akhir

Setelah si kecil tahu manfaat dan cara kerja buku, anda bisa mulai mengajarkannya untuk menyukai aktifitas membaca buku, ditahap ini anda cukup mengajarkannya beberapa hal seperti :

1)        Membacakannya buku dengan suara yang jelas dan keras

2)        Biarkan si kecil bermain-main dengan bukunya, sehingga ia familiar dengan buku

3)        Bacalah dalam waktu yang singkat, karena bagi anak-anak 10 menit membaca merupakan waktu yang lama

4)        Ikuti cerita anda dengan pertanyaan seputar kisah yang ada dalam buku tersebut, untuk memancing interaksi antara anak anda dengan buku yang sedang dibaca

5)        Jika si kecil tiba-tiba merebut buku yang sedang anda bacakan, biarkan ia melakukan tersebut, karena itu pertanda si kecil ingin bereksplorasi dengan bukunya.

b.        Usia 18-36 bulan

Jika di bulan-bulan sebelumnya bayi anda sulit berpisah dari anda, maka memasuki tahun ke-2 si kecil mulai menyadari bahwa ia juga makhluk individual. Mereka akan mulai melakukan sesuatu sendiri. Pada tahap ini berikan ruang pada anak anda untuk tumbuh. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara :

1)        Sediakan lebih banyak waktu untuk bagi anak anda untuk melakukan lebih banyak hal sendiri, misalnya saat ia ingin mengembalikan mainannya sendiri ke kotaknya, saat ia ingin makan sendiri, membuka sepatu sendiri dan sebagainya.

2)        Sertakan sikecil dalam aktifitas harian anda misalnya saat anda membersihkan rumah, anda bisa menberinya lap bersih dan sebagainya sehingga ia merasa telah turut serta bersih-bersih bersama anda.

3)        Pada tahap ini ada kalanya si kecil akan membuat anda jengkel misanya membuat makananya berantakan saat mencoba makan sendiri,jika hal tersebut terjadi bersabarlah,bimbinglah iya untuk berlatih kemandirianya dengan benar dan jangan buat iya menyerah karna omelan anda.

4)        Seringkali anda mengatakan “tidak”untuk melarang si kecil melakukan ini itu,jangan kaget jika di usia ini si kecil akan balik mengatakan “tidak” untuk setiap anda minta. Alangkah lebih baik jika sejak dini anda mulai memilih kata-kata yang tepat untuk mengatakan “tidak” pada si kecil.

c.         Usia 18-24 bulan

Memasuki usia 18 bulan, si kecil sudah mulai bisa mengucapkan satu dua patah kata sederhana,bahkan anda akan merasa excidet karna ternyata si kecil sudah milai bisa anda ajak mengobrol. Meski demikian anda harus bersabar karna meski sudah mengenal beberapa kata,namun si kecil belum sepenuhnya mengerti maksud dari kata yang di ucapkanya. Bimbinglah iya terus untuk mengembangkan kemampuan bicaranya dengan cara :

1)        Jangan meneruskan kalimat yang seharusnya diselsaikan anak anda, karena hanya akan membuat anak anda frustasi.

2)        Meski sudah mulai bisa berbicara, namun anda harus ingat, si kecil masih akan menggunakan tangisan saat lelah, lapar, atau sakit

3)        Beri kesempatan pada si kecil untuk berbicara,khususnya jika ada anak lain yang lebih tua di rumah anda.

4)        Jadilah contoh pembicara yang baik untuk anak anda,karna pada usia ini anak anda sedang hobinya meniru apa yang di lihat dan di dengarnya.

d.        Usia 24 bulan

Memasuki usia 24 bulan anak anda muai merasakan hubungan antara perasaan dan perbuatanya terhadap orang lain. Hal tersebutlah yang menjadi dasar interaksi si kecil dengan sesama yang nantinya membangun hubungan persahabatan. Sikap empati tersebut perlu di kembangkan oleh si kecilsejak dini dengan cara :

1)        Saat anak anda sedang kesal atau sedih, biarkan iya merasakan dan menghadapi perasaan tersebut, jangan mencoba menutupi perasaaya atau melarangnya mengungkapkan perasaanya. Dengan demikian anak anda belajar mengidentifikasi beragam perasaan yang dirasakanya.

2)        Perhatikan emosi anda.jangan malu mengakui jika anda sedang marah, sedih atau kecewa, namun pastikan juga anda tidak over acting menghadapi perasaan tersebut sehingga membuat anda takut dan aneh dengan reaksi anda.

Selain berdasarkan penjelasan diatas, pendapat lain mengatakan bahwa perkembangan psikososial balita dapat dijelaskan sebagai berikut:

a.        Percaya Vs Tidak percaya ( 0-1 tahun )

Komponen awal yang sangat penting untuk berkembang adalah rasa percaya. Membangun rasa percaya ini mendasari tahun pertama kehidupan. Begitu bayi lahir dan kontakl dengnan dunia luar maka ia mutlak terganting dengan orang lain. Rasa aman dan rasa percaya pada lingkungan merupakan kebutuhan. Alat yang digunakan bayi untuk berhubungan dengan dunia luar adalah mulut dan panca indera, sedangkan perantara yang tepat antara bayi dengan lingkungan dalah ibu. Hubungan ibu dan anak yang harmonis yaitu melalui pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis dan sosial, merupakan pengalaman dasar rasa percaya bagi anak. Apabila pada umur ini tidak tercapai rasa percaya dengan lingkungan maka dapat timbul berbagai masalah. Rasa tidak percaya ini timbul bila pengalaman untukmeningkatkan rasa percaya kurang atau kebutuhan dasar tidak terpenuhi secara adekwat, yaitu kurangnya pemenuhan kebutuhan fisik., psikologis dan sosial yang kurang misalnya: anak tidak mendapat minuman atau air susu yang edukat ketika ia lapar, tidak mendapat respon ketika ia menggigit dot botol dan sebagainya.

2.      Otonomi Vs Rasa Malu dan Ragu ( 1-3 tahun )

Pada masa ini alat gerak dan rasa telah matang dan ada rasa percaya terhadap ibu dan lingkungan. Perkembangan Otonomi selama periode balita berfokus pada peningkatan kemampuan anak untuk mengontrol tubuhnya, dirinya dan lingkungannya. Anak menyadari ia dapat menggunakan kekuatannya untuk bergerak dan berbuat sesuai dengan kemauannya misalnya: kepuasan untuk berjalan atau memanjat. Selain itu anak menggunakan kemampuan mentalnya untuk menolak dan mengambil keputusan. Rasa Otonomi diri ini perku dikembangkan karena penting untik terbentuknya rasa percaya diri dan harga diri di kemudian hari. Hubungan dengan orang lain bersifat egosentris atau mementingkan diri sendiri.

Peran lingkungan pada usia ini adalah memberikan support dan memberi keyakinan yang jelas. Perasaan negatif yaitu rasa malu dan ragu timbul apabila anak merasa tidak mampu mengatasi tindakan yang di pilihnya serta kurangnya support dari orangtua dan lingkungannya, misalnya orangtua terlalu mengontrol anak.

5.        Perkembangan Emosi

Pada masa ini, emosi balita sangat kuat di tandai oleh ledakan amarah, kekuatan yang hebat atau iri hati yang tidak masuk akal. Pada usia 4 tahun anak sudah mulai menyadari “aku” nya. Bahwa “aku” nya (dirinya) berbeda dengan orang lain. Bersamaan dengan itu, berkembang pula perasaan harga diri yang menuntut pengakuan dari lingkungannya.

Pola emosi umum yang terjadi pada masa balita antara lain :

a.         Takut : perasaan terancam oleh suatu objek yang di anggap membahayakan.

b.        Cemas : perasaan takut yang bersifat khayalan.

c.         Marah : perasaan tidak senang atau benci.

d.        Cemburu : perasaan tidak senang pada orang lain.

e.         Kegembiraan, kesenangan dan kenikmatan : masukkan yang positif, nyaman karena terpenuhi keinginannya.

6.        Perkembangan Kepribadian

Masa ini lazim di sebut masa “trotzalter” yaitu periode berlawanan atau masa krisis pertama. Krisis ini terjadi karena ada perubahan yang hebat dalam dirinya. Dia menyadari bahwa dirinya terpisah dari lingkungan atau orang lain. Dengan kesadaran ini balita menemukan bahwa ada dua pihak yang berhadapan yaitu “akunya” dan “orang lain”. Aspek-aspek perkembangan kepribadian balita meliputi :

1.        Ketergantungan atas citra diri (dependensi vs self image).

Konsep balita tentang dirinya sulit di pahami dan di analisis, karena keterampilan bahasanya belum jelas dan pandangan terhadap orang lain masih egosentris. Mereka memiliki system pandangan dan persepsi yang kompleks, tetapi belum dpat menyatakannya.

2.        Inisiatif vs rasa bersalah ( initiative vs guilt )

Erik erikson mengemukakan suatu teori bahwa mengalami suatu krisis perkembangan, karena mereka menjadi kurang defenden dan mengalami konflik antara inisiatif dan rasa bersalah. Kemampuan anak berkembang, baik secara fosik maupun mental. Pada tahap ini balita siap dan berkeinginan untuk belajar dan bekerja sama dengan orang lain guna mencapai tujuannya.

7.        Perkembangan Moral

Pada masa ini balita sudah memiliki dasar tentang sikap motalitas terhadap kelompok socialnya ( orang tua, saudara dan teman sebaya ). Melalui pengalaman berinteraksi dengan temannya, anak belajar memahami tentang kegiatan atau prilaku mana yang baik / boleh / di terima / disetujui / buruk / tidak boleh.

Pada saat mengenal konsep baik buruk, benar salah atau menanamkan disiplin oleh orang tua hendaknya memberikan penjelasan tentang alasanya. Penanaman disiplin dengan di sertai alasannya ini di harapkan akan mengembangkan self control atau self discipline pada anak.

C.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan

1.        Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Pada dasarnya pertumbuhan manusia itu berbeda satu dengan yang lainnya karena mereka memiliki perbedaan genetic dan asupan dari masing-masing manusia. Sehingga bisa dikatakan bahwa faktor dari pertumbuhan manusia itu sendiri merupakan hal penting dalam perkembangan manusia . Faktor-faktornya adalah :

a.         Faktor Genetik (Keturunan)

Faktor ini merupakan factor utama yang dimiliki oleh seorang manusia dalam awal pertumbuhannya. Faktor ini sangat berpengaruh dalam proses pertumbuhannya dari bayi sampai dewasa. Biasanya factor genetic ini susah untuk diubah, karena sudah terbentuk dan melekat pada si manusia sejak mereka lahir. Dan sekalipun bisa diubah itu memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengubahnya. Contoh factor-faktor genetic manusia ; postur tubuh, warna rambut, warna kulit, sifat, tempramen dan lain-lain.

b.        Faktor Asupan

Faktor ini juga mempengaruhi dalam proses pertumbuhan manusia. Dengan pemberian asupan seperti makanan,vitamin,buah-buahah,sayuran,dll secara teratur dalam proses pertumbuhannya maka akan terbentuklah manusia yang sehat, baik sehat fisik dan sehat psikis. Asupan juga berpengaruh dengan cara berfikir, pertumbuhan badan, dan lain-lain.

c.         Faktor Lingkungan

Setelah kedua factor diatas telah dilewati segeralah anda mengetahui factor yang satu ini, factor lingkungan merupakan cara pembelajaran para manusia dalam pembangunan karakter secara alamiah dengan kata lain proses belajarnya secara otomatis. Maka dengan itu lingkungan berpengaruh dalam pembangunan sifat dan karakter mereka. Apabila factor gen dan asupan mereka telah terpenuhi dengan baik tetapi ia bergaul dan hidup dilingkungan yang salah (tidak baik) maka akan menghasilkan manusia yang tidak baik pula.

Sedangkan faktor pertumbuhan organisme pada manusia, diantaranya yaitu:

1.        Faktor sebelum lahir. Misalnya peristiwa kekurangan nutrisi pada ibu dan janin, janin terkena virus, keracunan sewaktu bayi ada dalam kandungan, terkena infeksi oleh bakteri virus dan lain-lain

2.        Faktor ketika lahir. Antara lain : pendaran pada bagian kepala bayi yang disebabkanoleh tekanan dari dinding rahim ibu sewaktu ia dilahirkan.

3.        Faktor sesudah lahir. Antar lain: pengalaman traumatik pada kepala, kepala bagian dalam terluka, kepala terpukul atau mengalami serangan sinar matahari.

4.        Faktor psikologis. Misalnya bayi yang ditinggal ibu, ayah atau kedua orangtuanya. Sebab lain ialah dibesarkan didalam institusional sehingga kurang mendapat perawatan jasmaniah dan cinta kasih. Anak-anak tersebut kemungkinan besar mengalami kehampaan jiwa, sehingga mengakibatkan kelambatan pertumbuhan fungsi jasmani dan rohani terutama perkembangan inteligensi dan emosi.

2.        Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan

Perkembangan anak tidak berlangsung secara makanis-otomatis sebab perkembangan terjadi sangat bergantung pada beberapa faktor secara simultan. Faktor tersebut antara lain :

a.         Faktor hereditas (warisan sejak lahir/ bawaan)

Hereditas merupakan factor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai totalitas karakteristik individu yang diwariskan orangtua kepada anak, atau segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma) sebagai pewarisan dari pihak orangtua melalui gen-gen.

Setelah terjadi pembuahan maka terjadilah perpaduan kromoson yang jumlahnya menjadi 48 pasang. Perpaduan ini pun segera diikuti oleh pembelahan diri menjadi dua organism sehingga jumlah kromoson pada sel-sel baru tersebut tetap 24 pasang. Diantara kedua organism baru tersebut terjadilah perjuangan dan yang lebih kuat dapat terus hidup. Pada akhirnya hanya satu organism yang berhasil hidup, maka akan lahir satu orang anak, tetapi apabila keduanya berhasil mempertahankan hidupnya, akan lahir anak kembar.

b.        Faktor lingkungan

Urie Bronfrenbrenner & Ann Crouter mengemukakan bahwa lingkungan perkembangan merupakan “berbagai peristiwa, situasi atau kondisi di luar organism yang diduga mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perkembangan individu”. Lingkungan ini terdiri atas:

1)        Fisik, yaitu meliputi segala sesuatu dari molekul yang ada di sekitar janin sebelum lahir sampai kepada rancangan arsitektur suatu rumah

2)        Sosial, yaitu meliputi seluruh manusia yang secara potensial mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perkembangan individu.. Konsep lama tentang lingkungan perkembangan, memahaminya sebagai seperangkat kekuatan yang membentuk manusia, karena manusia dipandang seperti seonggok tanah liat yang dapat dicetak atau dibentuk. Sekarang dipahami bahwa manusia disamping dipengaruhi, juga mempengaruhi lingkungan fisik dan sosialnya. Dengan kata lain, dapat dikemukakan bahwa hubungan antara manusia dengan lingkungan itu bersifat saling mempengaruhi. Hampir sama dengan pengertian diatas, J.P Chaplin (1979;175) mengemukakan bahwa lingkungan merupakan “keseluruhan aspek atau fenomena fisik dan sosial yang mempengaruhi organism individu”. Sementara itu, Joe Kathena mengemukakan bahwa lingkungan itu merupakan segala sesuatu yang berada di luar individu yang meliputi fisik dan sosial budaya. Lingkungan ini merupakan sumber seluruh informasi yang diterima individu melalui alat inderanya. Berdasarkan ketiga pengertian diatas, bahwa yang dimaksud dengan lingkungan perkembangan siswa adalah “ keseluruhan fenomena (peristiwa, situasi, atau kondisi) fisik atau sosial yang anak yang akan dibahas yaitu menyangkut lingkungan keluarga, sekolah, kelompok sebaya, dan masyarakat.

3)        Kematangan fungsi-fungsi organis dan psikis, Kematangan merupakan fase perubahan yang dialami oleh individu karena pengaruh genetic dan berlangsung secara bertahap.

4)        Aktifitas anak sebagai subyek bebas yang berkemauan, kemampuan seleksi, bisa menolak atau menyetujui, punya emosi, serta usaha membangun diri sendiri. Setiap fenomena atau gejala perkembangan anak merupakan produk dari kerjasama dan pengaruh timbal balik antara potensialitas hereditas dengan faktor-faktor lingkungan. Sehingga perkembangan merupakan produk dari pertumbuhan berkat pematangan fungsi-fungsi fisik, pematangan fungsi-fungsi fisik, pematangan fungsi-fungsi psikis dan usaha belajar oleh subyek anak dalam mencobakan segenap potensialitas rohani dan jasmaninya.

BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan

Balita adalah bayi yang berada pada rentang usia 0-5 tahun dan merupakan masa terpenting dalam kehidupan manusia karena pada usia ini otak anak mengalami pertumbuhan yang sangat pesat yang dikenal dengan istilah masa keemasan (the golden ege), dan pada masa ini harus mendapatkan stimulasi secara menyeluruh baik kesehatan, gizi, pengasuhan dan pendidikan.

Perkembangan dan pertumbuha pada balita sangatlah cepat. Perkembangan tersebut mencangkup beberapa aspek yang sangat mendukung satu sama lain. Diantaranya aspek fisik akan mempunyai pengaruh besar terhadap aspek kognitif, bahasa dan sosio-emosional. Maupun aspek kognitif akan mengalami kesinambungan satu sama lain.

Keadaan ini juga dipengaruhi oleh pola asuh yang diberikan orang tua terhadap anak. Pola asuh yang tidak baik akan berdampak tidak baik juga terhadap anak, dan akan membuat perkembangan dan pertumbuhan anak terhambat. Pada dasarnya dalam menjaga perkembangan anak peran orang tua dalam menjaga, mendidik, dan memberi dorongan motivasi membangun terhadap anak itu sangatlah diperlukan anak. 

B.      Saran

Saran yang ingin penulis sampaikan pada makalah ini yaitu sebagai orang tua ataupun pendidik harus memperhatikan anak baik dari pendidikan, lingkungan, pola asuh dan lain sebagainya karena baik buruknya anak tergantung pada orang tuanya dan pada masa balita anak sangat mudah memperoleh kemampuan yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

A.Aziz Alimul Hidayat. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan, Jakarta.Penerbit Medika Salemba.

Nursalam,Susilaningrum Rekawati,Utami Sri. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk Perawat dan Bidan).Cetakan Kedua, Jakarta.Penerbit Medika Salemba.Halaman 42-43

http://www.seputaribudananak.co.cc

http://mariaanasiati.blogspot.co.id/2013/05/makalah-psikologi-tentang-balita.html

Laporan Praktikum Efek Fotolistrik

Efek Fotolistrik Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Efek fotolistrik adalah fenomena terlepasnya elektron logam akibat disinari cahaya. Ditinjau dari perspektif sejarah, penemuan efek...
Ananda Dwi Putri
9 min read

Laporan Praktikum Tetes Minyak Milikan

Tetes Minyak Milikan Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Elektron merupakan suatu dasar penyusun atom. Inti atom terdiri dari elektron (bermuatan negatif) dan proton...
Ahmad Dahlan
7 min read

Makalah Sifat Fantasi Dalam Tinjauan Psikologi

Sifat Fantasi Bab I. Pendahuluan Pada dasarnya psikologi mempersoalkan masalah aktivitas manusia. Baik yang dapat diamati maupun tidak secara umum aktivitas-aktivitas (dan penghayatan) itu...
Wahidah Rahmah
4 min read

Leave a Reply