MAKALAH TENTANG Pedagang, Penguasa dan Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan Buddha)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “perdagangan, penguasa dan pujangga pada masa klasik (hindu-budha)”, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan.Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar.Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada guru sejarah Indonesia yaitu ibu Lina pratama yang telah membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara menyusun karya tulis ilmiah yang baik dan sesuai kaidah.

Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca.Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan.Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun.Terima kasih.

Wassalamuallaikum warahmatullahi wabarakatuh

Banyuwangi, 28 November 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………………….

MOTTO……………………………………………………………………….…

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang ……………………………………………………………….

1.2  Rumusan masalah ………………………………………………………………

1.3  Tujuan ………………………………………………………………….………

BAB II PEMBAHASAN

2.0 Perdagangan, penguasa, dan pujangga pada masa klasik (hindu_budha)………….

2.1 pengaruh budaya india……………………………………………………………..

2.2 kerajaan kerajaan masa hindu Buddha……………………………………………

2.3 kerajaan kutai……………………………………………………………..……….

2.4 kerajaan tarumanegara…………………………………………………….………..

2.5 kerajaan kalingga………………………………………………..…………………

2.6 kerajaan sriwijaya………………………………………….………………………

2.7 kerajaan mataram kuno……………………………………………………………..

BAB III PENUTUP

3.1 kesimpulan…………………………………………………………………

3.2 saran ………………………………………………………………………

DAFTAR PUUSTAKA…………………………………………………………..

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Indonesia adalah bangsa yang majemuk, terkenal dengan keanekaragaman dan keunikannya.Terdiri dari berbagai suku bangsa, yang mendiami belasan ribu pulau yang tidak terlepas dari pengaruh budaya luar, salah satunya pengaruh budaya India. Kebudayaan India masuk ke Indonesia pada saat Indonesia masih mengalami masa pra-sejarah. Masuknya kebudayaan India  ini sekaligus menandai berakhirnya masa pra-sejarah dan mulai membawa bangsa Indonesia ke  jaman sejarah, karena sejak saat itu bangsa kita mulai mengenal tulisan.

Pengaruh hindu-budha ini dapat terlihat dari berbagai macam peninggalan-peninggalan yang tersebar hampir disetiap pulau-pulau di Indonesia yang kini menjadi kebanggaan tersendiri bagi bangsa ini yang berasal dari berbagai kerajaan Hindu-Budha yang merupakan cikal bakal terbentuknya bangsa ini.Dengan hadirnya kebudayaan India di Indonesia banyak sekali aspek yang dipengaruhinya antara lain seni, agama, tradisi, bangunan dan lain-lain.

Sebagai generasi penerus bangsa pertama kita wajib mengetahui sejarah bangsa ini.Sehingga penyusun merasa perlu untuk menyusun makalah ini agar dapat membantu dan memudahkan pembaca untuk mengetahui sejarah dan pengaruh kebudayaan India di Indonesia.

1.2  Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah agama Hindu dan Buddha ?

2. Bagaimana pengaruh agama ini dalam kehidupan masyarakat ?

3. Kerajaan apa saja yang dihasilkan dari agama ini ?

1.3  Tujuan

Secara umum makalah in betujuan untuk memberi pengetahuan dan informasikepada pembaca lebih luas mengenai perdagangan agama Hindudan Buddha di Indonesia.Penulisan ini juga memiliki tujuan khusus yaitu:

1.      Memberi pengetahuan tentang perkembangan perdagangan hindhu dan budha diIndonesia

2. Mengetahui peninggalan-peninggalan sejarah berupa kerajaan yangtersebar di seluruh nusantara, khususnya kerajaan yang bercorak Hindhu danBuddha.

3. Mengetahui Sejarah masuknya agama hindu dan Buddha serta kaitannyadengan kehidupan masyarakat.

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.0 Pedagang,Penguasa dan Pujangga pada masa klasik (Hindu-Budha)

A. Proses Masuknya Agama Hindu Buddha di Indonesia

Candi Borobudur dan Prambanan adalah dua maha karya yang dapat menjadi bukti pencapaian yang luar biasa pada Dinasti Syailendra. Setelah masa dinasti itu surut,pusat kebudayaan dan politik kerajaan pindah ke jawa bagian timur. Nah,di jawa bagian timur tuh berdiri kerajaan yang diperintah oleh keturunan raja Mataram yang bernama Empu Sendok,bukan garpu lhoo. :p Beberapa sumber sejarah  yang berasal dari Cina menyebutkan tentang adanya hubungan perkawinan antara raja Jawa dan Bali pada pemerintahannya.
Sementara itu,kerajaan Sriwijaya di Sumatra sangat handal menjalin hubungan dengan dunia internasional melalui jaringan perdagangan dan kemaritimannya. Saat Sumatra dibawah dinasti Syailendra ,kerajaan itu dapat menguasai kerajaan lain di sepanjang laut Malaka,pada masa itu pula hubungan dengan india dan cina berkembang pesat. Kehebatan Sriwijaya juga ditunjukkan dengan “Dharma” (sumbangan) dari raja Sriwijaya untuk mendirikan asrama di Nelanda.Sriwijaya pun menjadi pusat belajar agama Budha pada masa itu. Sumber-sumber Tibet dan Nepal menyebutkan seorang pendeta Budha yang bernama Atisa,belajar agama Budha di Sriwijaya selama 12 tahun,atas saran I-tsing seorang musafir dari Cina yang dulu pernah singgah di Sriwijaya. 

1.Lahirnya Agama Hindu

Kebudayaan Hindu merupakan perpaduan antara kebudayaan bangsa Arya dari Asia Tengah yang telah memasuki India (Bangsa Dravida). Untuk menunjukkan dominasinya di segala aspek kehidupan,bangsa Arya menciptakan sistem kepercayaan dan kemasyarakatan sesuai dengan tradisinya. Sistemnya tadi dikenal dengan kebudayaan Hindu,di India lahir pula agama Hindu. Agama Hindu bersumber pada kitab Weda yang terdiri dari empat samhita atau himpunan,yaitu sebagai berikut:

a. Regwedha : Berisi syair pujian kepada dewa.

b. Samawedha : Berisi nyanyian pujian pada waktu melaksanakan upacara regwedha.

c. Yajurwedha : Berisi doa yang diucapkan pada waktu upacara dengan diiringi pengajian regwedha dan nyanyian samawedha. 

d. Atharwedha : Berisi mantra untuk sihir dan ilmu gaib; mengusir penyakit,mengikat cinta,menghancurkan musuh serta memperoleh kedudukan dan kekuasaan. 

Dalam arti luas,selain empat samhita tersebut,weda meliputi juga kitab Brahmana dan kitab Upanisad. 

a. Kitab Brahmana : Berisi cara sesajen dan upacara.

b. Kitab Upanisad  : Berisi ajaran ketuhanan dan makna hidup. 

Agama Hindu itu mengenal banyak dewa, diantaranya ada yang disebut trimurti (kesatuan 3 dewa tertinggi) yaitu Brahmana,Wisnu,dan Syiwa. Dewa Syiwa merupakan dewa tertinggi. Diantara ketiga dewa tsb yang paling punya banyak fans adalah dewa Syiwa dan Wisnu.

Fans nya Wisnu namanya golongan Waisnawa,kalo fansnya si syiwa namanya golongan Syinawa. 

Selain ngefans sama dewa dalam Trimurti masyarakat Hindu juga memuja dewa lain. Para dewa itu punya nama menurut kekuatan alam,seperti:

a. Dewa Surya (Matahari)

b. Dewa Candra (Bulan)

c. Dewa Agni (Api)

d. Dewa Wayu/bayu (angin)

e. Dewa Indra (Petir dan hujan)

~Berdasarkan pembagian tugas masyarakat hindu dibagi menjadi beberapa kelompok yang disebut caturwarna. Keempat kasta tersebut adalah :

a. Kasta Brahmana (pemuka agama hindu) : Bertugas memimpin upacara keagamaan.

b. Kasta Ksatria (Raja dan bangsawan istana) : Menjalangkan pemerintahan dan pertahanan negara.

c. Kasta Waisya (Pedagang,petani dan peternak) : Bertugas sesuai keahlian masing-masing.

d. Kasta Sudra (Orang miskin dan buruh) : Mengerjakan perintah yang diberikan oleh ketiga kasta lain yang lebih tinggi tingkatannya. 

2. Lahirnya agama Budha 

Agama Budha lahir pada abad ke -5 SM. Agama ini lahir sebagai reaksi terhadap agama Hindu terutama karena keberadaan kasta.Pembawa agama Budha adalah Sidharta Gautama (563-486 SM) seorang putra dari Raja Suddhodana dari kerajaan Kosala di Kapilawastu.Agama Budha lahir di lembah sungai Gangga (kapilawastu).  Agama Budha muncul sebagai reaksi terhadap dominasi kasta Brahmana di dalam agama Hindu.
~Agama Budha dipelopori oleh Sidharta Gautama yang mendapat sebutan beberapa nama,sbb:

  1. Buddha : Orang yang telah mencapai Bodhi (wahyu) atau orang yang memperoleh penerangan atau kesadaran.
  2. Tathagatha : Orang yang telah mencapai kenyataan.
  3. Jina : Orang yang telah mencapai kemenangan.
  4. Sakyamuni : Orang yang bijaksana dari Sakya Gautama

Pokok ajaran dalam agama Buddha tertuang dalam kitab Tripitaka yang berarti tiga keranjang menggunakan bahasa Pali. Tiga keranjang yg dimaksud adalah

  1. Winayapitaka : Berisi peraturan ttg hukum agama Budha yang berlaku bagi para pemeluknya. 
  2. Sutrantapitaka : Berisi wejangan sang Budha
  3. Abidharmapitaka : Berisi keterangan dan penjelasan tentang soal keagamaan. 

sebelum masuk budha,harus mengucapkan namanya Trisarana yaitu tiga tempat berlindung. Ikrar tersebut berbunyi sebagai berikut:

  1. Saya berlindung kepada Budha
  2. Saya berlindung kepada Dharma
  3. Saya berlindung kepada Sangga.

~ Buddha adalah tokok sejarah pendiri agama Buddha,Dharma adalah ajaran Budha, dan Sanggha adalah masyarakat pemeluk agama Budha. 

Menurut Dharma atau ajaran agama Buddha ,ada empat kebenaran utama dalam hidup di dunia ini atau disebut Caturarya Satya.

a. Hidup (lahir menjadi tua dan meninggal dunia) merupakan penderitaan atau sengsara.

b. Sengsara (Penderitaan) disebabkan oleh hati yg tidak ikhlas dan muncul hawa nafsu untuk hidup mewah.

c. Sengsara itu dapat dilenyapkan kalau hati yg tidak ikhlas dan hawa nafsu mencari kesenangan dunia itu dihilangkan.

d. Hawa nafsu untuk mencari kesenangan dunia itu dapat dihilangkan dengan cara astamargana atau astavidha (delapan jalan kebenaran) yaitu:

– pandangan yg benar,niat yang benar,perkataan yang benar,perbuatan yang benar,penghidupan ,usaha,perhatian,semedi yang benar. 

Masyarakat pemeluk agama Buddha (sanggha) dibedakan menjadi dua macam,yaitu sanggha yg tetap tinggal sbg masyarakat biasa dan sanggha yg hidup dalam biara. sanggha yg tetap tinggal sbg anggota masyarakat disebut upasaka (lakilaki) dan upasika (wanita). Sanggha yg hidup dalam biara disebut biksu (pria) dan biksuni (wanita). 

Pada awal Masehi agama Budha terpecah menjadi dua aliran,yaitu budha Hinayana dan Budha Mahayana. 

a. Buddha Hinayana (Kendaraan kecil)

–> Tiap orang harus berusaha sendiri untuk masuk nirwana tanpa pertolongan orang lain. 

b. Buddha Mahayana (kendaraan besar)

–> Sebaiknya manusia berusaha bersama orang lain dan saling membantu mencapai nirwana. 

3. Masuknya Pengaruh Hindu-Buddha
a. Teori Kolonisasi : Menjelaskan proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia dengan menekankan pada peran aktif dari orang India ,berdasarkan teori ini orang Indonesia sendiri sangat pasif,artinya mereka hanya menjadi objek penerima pengaruh kebudayaan India tsb.  Teori Kolonisasi dibagi lagi menjadi :
      

Teori Brahmana

Teori ini dikemukakan oleh Van Leur.Kelemahan teori ini adalah adanya larangan meninggalkan tanah air

 Teori Ksatria

Teori ini kebanyakan didukung oleh ahli India.Tokoh pendukung teori ini adalah Nehru dan Majumdar.Teori ini mengatakan banyak ksatria India mendirikan koloni di Indonesia maupun di Asia Tenggara. Menurut teori ini,ksatria mengadakan penaklukan dan menyebarkan Hinduisme. Kekuatannya terletak pada kenyataan bahwa semangat berpetualang umumnya dimiliki oleh para ksatria. Kelemahannya adalah : – Para ksatria tdk menguasai bahasa sansekerta dan huruf pallawa,Tidak ada bukti prasasti yang menggambarkan penaklukan kerajaan India terhadap Indonesia. 
    

Teori Waisya 

Teori pedagang ini dikemukakan oleh N.J Krom dan R.K Mookerjee.Para pedagang India yang datang ke Indonesia paling sedikit harus tinggal selama enam bulan.Mereka banyak yang kawin dengan penduduk asli.Pedagang inilah pembawa dan penyebar Hinduisme di Indonesia.Kelemahan dari teori ini adalah Pedagang yang termasuk kasta waisya tidk menguasai bahasa sansekerta dan huruf pallawa selain itu peta persebaran kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia lebih banyak berada di pedalaman. 


Berdasarkan pada peninggalan yang ada,ternyata teori kolonisasi tidak mempunyai bukti yang kuat. Hal tersebut dapat dibuktikan: 

– Teori Waisya : Tidak terbukti bahwa kerajaan awal di Indonesia yang bercorak H-B ditemukan di pesisir pantai,melainkan di pedalaman.

– Teori Ksatria : Tidak ada prasasti yang menyatakan daerah yang ada di  Indo pernah ditaklukkan oleh para ksatria dari India. 

– Bila ada perkawinan antara golongan ksatria dengan putri pribumi dari Indonesia,seharusnya ada keturunan dari mereka yang ditemukan di Indo,nyatannya tidak ada. 

– Terdapat perbedaan antara candi yang dibangun di Indo dan yang di India.

– Bahasa sansekerta hanya dikuasai para Brahmana. 

b. Teori Arus Balik

Dikemukakan oleh FDK Bosch. Menurut teori ini yang pertama kali datang ke Indonesia adalah mereka yang memiliki semangat untuk menyebarkan agama H-B ,yaitu para intelektual yang ikut menumpang kapal-kapal dagang.

2.1 Pengaruh Budaya India di Indonesia

            Orang India menyebarkan kebudayaannya melalui hasil karya sastra, yang berbahasa Sansekerta dan Tamil yang berkembang di wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia.Pada abad 1-5 M di Indonesia muncul pusat-pusat perdagangan terutama pada daerah yang dekat dengan jalur perdagangan tersebut.Awalnya hanya sebagai tempat persinggahan tetapi akhirnya orang Indonesia ikut dalam kegiatan perdagangan sehingga Indonesia menjadi pusat pertemuan antar para pedagang, termasuk pedagang India.

Hal ini menyebabkan masuknya pengaruh budaya India pada berbagai sektor kehidupan masyarakat Indonesia.Terlihat dengan masyarakat Indonesia yang akhirnya memeluk agama Hindu-Budha serta berdirinya kerajaan-kerajaan di Indonesia yang mendapat pengaruh India seperti Kutai, Tarumanegara, dsb. Transfer kebudayaan India merupakan tahapan terakhir dari masa budaya pra sejarah setelah tahun 500 SM. Penyebarannya melalui proses perdagangan, yaitu jalur maritim melalui kawasan Malaka. Jalur perdagangan antar bangsa tersebut kemudian lebih dikenal dengan jalur Sutera.Bukti arkeologisnya ditemukan manik-manik berbahan kaca dan serpihan-serpihan kaca yang bertuliskan huruf Brahmi.

Kebudayan Indonesia pada zaman kuno mempunyai fungsi strategis dalam jalur perdagangan antara dua pusat perdagangan kuno, yaitu India dan Cina.Hubungan perdagangan Indonesia-India jauh lebih awal jika dibandingkan dengan hubungan Indonesia-Cina. Dimana hubungan perdagangan Indonesia India telah terjalin sejak awal abad 1 M. Hubungan dagang tersebut kemudian berkembang menjadi proses penyebaran kebudayaan. Penyebaran budaya India tersebut menyebabkan:

  • Tersebarnya agama Hindu-Budha di kalangan masyarakat Indonesia
  • Dikenalnya sistem pemerintahan kerajaan
  • Dikenalnya bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa yang menandai masuknya zaman sejarah bagi masyarakat kepulauan Indonesia
  • Budaya India tersebut meninggalkan pengaruhnya pada kehidupan masyarakat prasejarah Indonesia terutama pada seni ukir, pahat, dan tulisan.

Kebudayaan India yang memegang peranan penting dalam perkembangan masyarakat prasejarah menjadi masyarakat sejarah. Pengaruh Indonesia yang sampai India : Perahu bercadik milik bangsa Indonesia mempengaruhi penggunaan perahu bercadik di India Selatan (Menurut Hornell). Kelapa asli dari Indonesia yang dijadikan barang perdagangan hingga samapai di India. Pengaruh India di Indonesia dapat dilihat dengan adanya:

Arca Buddha dari Perunggu di Sempaga, Sulawesi Selatan, yang memperlihatkan langgam seni Amarawati (India Selatan pada Abad 2-5 SM).Selain itu ditemukan arca sejenis di daerah Jember, Jawa Timur, dan daerah Bukit Siguntang, Sumatera Selatan.Ditemukan arca Budha di Kutai, yang berlanggam seni arca Gunahasa, di India Utara. Pengaruh Budaya India yang masuk ke Indonesia antara lain terlihat dalam bidang:

Budaya

Pengaruh budaya India di Indonesia sangat besar bahkan begitu mudah diterima di Indonesia hal ini dikarenakan unsur-unsur budaya tersebut telah ada dalam kebudayaan asli bangsa Indonesia, sehingga hal-hal baru yang mereka bawa mudah diserap dan dijadikan pelengkap.

Pengaruh kebudayaan India dalam kebudayaan Indonesia tampak pada:

Seni bangunan

Akulturasi dalam seni bangunan tampak pada bentuk bangunan candi. Di India, candi merupakan kuil untuk memuja para dewa dengan bentuk stupa. Di Indonesia, candi selain sebagai tempat pemujaan, juga berfungsi sebagai makam raja atau untuk tempat menyimpan abu jenazah sang raja yang telah meninggal. Candi sebagai tanda penghormatan masyarakat kerajaan tersebut terhadap sang raja.

Contohnya:

  • Candi Kidal (di Malang), merupakan tempat Anusapati di perabukan.
  • Candi Jago (di Malang), merupakan tempat Wisnuwardhana di perabukan
  • Candi Singosari (di Malang) merupakan tempat Kertanegara diperabukan.

Di atas makam sang raja biasanya didirikan patung raja yang mirip (merupakan perwujudan) dengan dewa yang dipujanya. Hal ini sebagai perpaduaan antara fungsi candi di India dan tradisi pemakaman dan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia.Sehingga, bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya adalah punden berundak, yaitu bangunan tempat pemujaan roh nenek moyang.Contoh ini dapat dilihat pada bangunan candi Borobudur.

Seni rupa dan seni ukir

Akulturasi dalam bidang seni rupa, dan seni ukir terlihat pada relief atau seni ukir yang dipahatkan pada bagian dinding candi. Sebagai contoh: relief yang dipahatkan pada Candi Borobudur bukan hanya menggambarkan riwayat sang budha tetapi juga terdapat relief yang menggambarkan lingkungan alam Indonesia. Terdapat pula relief yang menggambarkan bentuk perahu bercadik yang menggambarkan kegiatan nenek moyang bangsa Indonesia pada masa itu.

Seni hias

Unsur-unsur India tampak pada hiasan-hiasan yang ada di Indonesia meskipun dapat dikatakan secara keseluruhan hiasan tersebut merupakan hiasan khas Indonesia. Contoh hiasan : gelang, cincin, manik-manik.

Aksara/tulisan

Berdasarkan bukti-bukti tertulis yang terdapat pada prasasti-prasasti(abad 5 M) tampak bahwa bangsa Indonesia telah mengenal huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Huruf Pallawa yang telah di-Indonesiakan dikenal dengan nama huruf Kawi. Sejak prasasti Dinoyo (760 M) maka huruf Kawi ini menjadi huruf yang dipakai di Indonesia dan bahasa Sansekerta tidak dipakai lagi dalam prasasti tetapi yang dipakai bahasa Kawi.Prasasti Dinoyo berhubungan erat dengan Candi Badut yang ada di Malang.

Kesusastraan

Setelah kebudayaan tulis, seni sastrapun mulai berkembang dengan pesat.Seni sastra berbentuk prosa dan tembang (puisi).Tembang jawa kuno umumnya disebut kakawin.Irama kakawin didasarkan pada irama dari India.

Berdasarkan isinya, kesusastraan tersebut terdiri atas kitab keagamaan (tutur/pitutur), kitab hukum, kitab wiracarita (kepahlawanan) serta kitab cerita lainnya yang bertutur mengenai masalah keagamaan atau kesusilaan serta uraian sejarah, seperti Negarakertagama.Bentuk wiracarita ternyata sangat terkenal di Indonesia, terutama kisah Ramayana dan Mahabarata.Kisah India itu kemudian digubah oleh para pujangga Indonesia, seperti Baratayudha yang digubah oleh Empu Sedah dan Empu Panuluh. Berkembangnya karya sastra, terutama yang bersumber dari kisah Mahabarata dan Ramayana, telah melahirkan seni pertunjukan wayang kulit(wayang purwa).

Pertunjukkan wayang banyak mengandung nilai yang bersifat mendidik.Cerita dalam pertunjukkan wayang berasal dari India, tetapi wayangnya sendiri asli Indonesia.Bahkan muncul pula tokoh-tokoh pewayangan yang khas Indonesia seperti tokoh punakawan Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong.Tokoh-tokoh ini tidak ditemukan di India.

Pemerintahan

Sebelum kedatangan bangsa India, bangsa Indonesia telah mengenal sistem pemerintahan tetapi masih secara sederhana yaitu semacam pemerintahan di suatu desa atau daerah tertentu dimana rakyat mengangkat seorang pemimpin atau kepala suku. Orang yang dipilih sebagai pemimpin biasanya adalah orang yang senior, arif, berwibawa, dapat membimbing serta memiliki kelebihan tertentu , termasuk dalam bidang ekonomi maupun dalam hal kekuatan gaib atau kesaktian.

Masuknya pengaruh India menyebabkan muncul sistem pemerintahan yang berbentuk kerajaan, yang diperintah oleh seorang raja secara turun-temurun.Peran raja di Indonesia berbeda dengan di India dimana raja memerintah dengan kekuasaan mutlak untuk menentukan segalanya. Di Indonesia, raja memerintah atas nama desa-desa dan daerah-daerah. Raja bertindak ke luar sebagai wakil rakyat yang mendapat wewenang penuh.Sedangkan ke dalam, raja sebagai lambang nenek moyang yang didewakan.

Sosial

Kehidupan sosial masyarakat di Indonesia mengikuti perkembangan zaman yang ada.Hal ini dikarenakan masyarakat Indonesia menerima dengan terbuka unsur-unsur yang datang dari luar, tetapi perkembangannya selalu disesuaikan dengan tradisi bangsa Indonesia sendiri.

Masuknya pengaruh India di Indonesia menyebabkan mulai adanya penerapan hukuman terhadap para pelanggar peraturan atau undang-undang juga diberlakukan.Hukum dan Peraturan menunjukkan bahwa suatu masyarakat itu sudah teratur dan rapi.Kehidupan sosial masyarakat Indonesia juga tampak pada sistem gotong-royong. Dalam perkembangannya kehidupan sosial masyarakat Indonesia distratifikasikan berdasarkan kasta dan kedudukan dalam masyarakat (mulai mengenal sistem kasta)

Kepercayaan

Sebelum pengaruh India berkembang di Indonesia, masyarakat telah mengenal dan memiliki kepercayaan, yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang dan benda-benda besar (animisme dan dinamisme).Ketika agama dan kebudayaan Hindu-Budha tumbuh dan berkembang, bangsa Indonesia mulai menganut agama Hindu-Budha meskipun unsur kepercayaan asli tetap hidup sehingga kepercayaan agama Hindu-Budha bercampur dengan unsur penyembahan roh nenek moyang. Hal ini tampak pada fungsi candi di Indonesia.

2.2 Kerajaan-Kerajaan Pada Masa Hindu Budha

2.3 Kerajaan Kutai

Berdirinya Kerajaan Kutai

Letak   Kerajaan Kutai berada di hulu sungai Mahakam, Kalimantan Timur yang merupakan Kerajaan Hindu tertua di Indonesia.Ditemukannya tujuh buah batu tulis yang disebut Yupa yang mana ditulis dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta tersebut diperkirakan berasal dari tahun 400 M (abad ke-5).Prasasti Yupa tersebut merupakan prasasti tertua yang menyatakan telah beridirinya suatu Kerajaan Hindu tertua yaitu Kerajaan Kutai.

Tidak banyak informasi mengenai Kerajaan Kutai.Hanya 7 buah prasasti Yupa terseubt lah sumbernya. Penggunaan nama Kerajaan Kutai sendiri ditentukan oleh para ahli sejarah dengan mengambil nama dari tempat ditemukannya prasasti Yupa tersebut.

Yupa adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tugu peringatan yang dibuat oleh para Brahmana atas kedermawanan Raja Mulawarman. Dituliskan bahwa Raja Mulawarman, Raja yang baik dan kuat yang merupakan anak dari Aswawarman dan merupakan cucu dari Raja Kudungga, telah memberikan  20.000 ekor sapi kepada para Brahmana.

Dari prasati tersebut didapat bawah Kerajaan Kutai pertama kali didirikan oleh Kudungga kemudian dilanjutkan oleh anaknya Aswawarman dan mencapai puncak kejayaan pada masa Mulawarman (Anak Aswawarman). Menurut para ahli sejarah nama Kudungga merupakan nama asli pribumi yang belum tepengaruh oleh kebudayaan Hindu. Namun anaknya, Aswawarman diduga telah memeluk agama Hindu atas dasar kata ‘warman’ pada namnya yang merupakan kata yang berasal dari bahasa Sanskerta.

Kejayaan Kerajaan Kutai

Tidak banyak informasi mengenai Kerajaan Kutai yang temukan.Tetapi menurut prasasti Yupa, puncak kejayaan Kerajan Kutai berada pada masa kepemerintahan Raja Mulawarman.Pada masa pemerintahan Mulawarman, kekuasaan Kerajaan Kutai hampir meliputi seluruh wilayah Kalimantan Timur.Rakyat Kerajaan Kutai pun hidup sejahtera dan makmur. 

yupa

Keruntuhan Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan melawan Aji Pangeran Sinum Panji yang merupakan Raja dari Kerajaan Kutai Kartanegara. Kerajaan Kutai dan Kerajaan Kutai Kartanegara merupakan dua buah kerajaan yang berbeda.Kerajaan Kutai Kartanegara berdiri pada abad ke-13 di Kutai Lama.Terdapatnya dua kerajaan yang berada di sungai Mahakam tersebut menimbulkan friksi diantara keduanya.Pada abad ke-16 terjadi peperangan diantara kedua Kerajaan tersebut.

Raja-raja Kerajaan Kutai

Berikut di bawah ini merupakan daftar raja-raja yang pernah memimpin Kerjaan Kutai, diantaranya adalah sebagai berikut:

1.      Maharaja Kudungga, gelar anumerta Dewawarman (pendiri)

2.      Maharaja Aswawarman (anak Kundungga)

3.      Maharaja Mulawarman (anak Aswawarman)

4.      Maharaja Marawijaya Warman

5.      Maharaja Gajayana Warman

6.      Maharaja Tungga Warman

7.      Maharaja Jayanaga Warman

8.      Maharaja Nalasinga Warman

9.      Maharaja Nala Parana Tungga

10.  Maharaja Gadingga Warman Dewa

11.  Maharaja Indra Warman Dewa

12.  Maharaja Sangga Warman Dewa

13.  Maharaja Candrawarman

14.  Maharaja Sri Langka Dewa

15.  Maharaja Guna Parana Dewa

16.  Maharaja Wijaya Warman

17.  Maharaja Sri Aji Dewa

18.  Maharaja Mulia Putera

19.  Maharaja Nala Pandita

20.  Maharaja Indra Paruta Dewa

21.  Maharaja Dharma Setia

Kehidupan Sosial-Ekonomi dan Kebudayaan Kerajaan Kutai

Melihat bahwa letak Kerajaan Kutai pada jalur perdagangan dan pelayaran antara Barat dan Timur, maka aktivitas perdagangan menjadi mata pencaharian yang utama. Rakyat Kutai sudah aktif terlibat dalam perdagangan internasional, dan tentu saja mereka berdagang pula sampai ke perairan Laut Jawa dan Indonesia Timur untuk mencari barang-barang dagangan yang laku di pasaran Internasional.

Dalam hal kebudayaan sendiri ditemukan dalam salah satu prasasti Yupa menyebutkan suatu tempat suci dengan nama “Wapakeswara” (tempat pemujaan Dewa Siwa). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masyarakat Kutai memeluk agama Siwa.

2.4 Sejarah Kerajaan Tarumanagara

Kerajaan Terumanagaramerupakan kerajaan Hindu tertua ke dua setelah Kerajaan Kutai.Kerajaan Tarumanagara atau Kerajaan Tarum merupakan kerajaan yang berkuasa di wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 Masehi.

Kata Tarumanagara berasal dari kata Tarum dan Nagara. Tarum yang merupakan nama sungai yang membelah Jawa Barat yang sekarang bernama sungai Citarum dan kata Nagara yang diartikan sebagai negara atau kerajaan.

Beridirnya Kerajaan Tarumanagara

Berdirinya Kerajaan Tarumanagara masih dipertanyakan oleh para ahli sejarah.Satu-satunya sumber sejarah yang secara lengkap membahas mengenai Kerajaan Tarumanagara adalah Naskah Wangsakerta.Naskah Wangsakerta tersebut masih menjadi perdebatan diantara para sejarawan tentang keaslian isinya.

Menurut Naskah Wangsakerta, pada abad ke-4 Masehi, pulau dan beberapa wilayah Nusantara lainnya didatangi oleh sejumlah pengungsi dari India yang mencari perlindungan akibat terjadinya peperangan besar di sana. Para pengungsi itu umumnya berasal dari daerah Kerajaan Palawa dan Calankayana di India, pihak yang kalah dalam peperangan melawan Kerajaan Samudragupta (India).

Salah satu dari rombongan pengungsi Calankayana dipimpin oleh seorang Maharesi yang bernama Jayasingawarman.Setelah mendapatkan persetujuan dari raja yang berkuasa di barat Jawa (Dewawarman VIII, raja Salakanagara), maka Jayasingawarman membuka tempat pemukiman baru di dekat sungai Citarum. Pemukimannya oleh Jayasingawarman diberi nama Tarumadesya (desa Taruma). 

Sepuluh tahun kemudian desa ini banyak didatangi oleh penduduk dari desa lain, sehingga Tarumadesya menjadi besar. Akhirnya dari wilayah setingkat desa berkembang menjadi setingkat kota (Nagara). Semakin hari, kota ini semakin menunjukan perkembangan yang pesat, karena itulah Jayasingawarman kemudian membentuk sebuah Kerajaan yang bernama Tarumanagara.

Kejayaan Kerajaan Tarumanagara

Kerajaan Tarumanagara mencapai puncak kejayaannya ketika dipimpin oleh Purnawarman.Dimasa kepemerintahan Purnawarman, luas Kerajaan Tarumanagara diperluas dengan menaklukan kerajaan-kerajaan yang berada disekitarnya. Tercatat Luas Kerajaan Tarumanagara hampir sama dengan luas daerah Jawa Barat sekarang. Selain itu Raja Purnawarman juga menyusun pustaka yang berupa undang-undang kerjaana, peraturan angkatan perang, siasat perang serta silsilah dinasti Warman.Raja Purnawarman juga dikenal sebagai raja yang kuat dan bijak kepada rakyatnya.

Keruntuhan Kerajaan Tarumanagara

Raja ke-12 Tarumanagara, Linggawarman, memiliki dua orang putri.Putri pertamanya bernama Dewi Manasih yang kemudian menikah dengan Tarusbawa dan Sobakencana yang kemudian menjadi isteri Dapunta Hyang Sri Jayanasa, pendiri Kerajaan Sriwijaya. Tangku kepemimpian Kerajaan Tarumanegara pun jatuh pada suami Manasih yaitu Tarusbawa. Pada masa kepemerintahan Tarusbawa, pusat kerajaan Tarumanagara ke kerajaanya sendiri yaitu Kerajaan Sunda (Kerajaan bawahan Tarumanagara) dan kemudian mengganti Kerajaan Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda.

Prasasti Ciareteun

Sumber Sejarah Kerajaan Tarumanagara

Kerajaan Tarumanagara banyak meninggalkan bukti sejarah, diantaranya ditemukannya 7 buah prasati yaitu:

1.      Prasasti Ciareteun yang ditemukan di Ciampea, Bogor. Pada prasasti tersebut terdapat ukiran laba-laba dan tapak kaki serta puisi beraksara Palawa dan berbahasa Sanskerta. Puisi tersebut berbuyi “Kedua (jejak) telapak kaki yang seperti (telapak kaki) Wisnu ini kepunyaan raja dunia yang gagah berani yang termashur Purnawarman penguasa Tarumanagara.”

2.      Prasasti Pasri Koleangkak yang ditemukan di perkebunan Jambu. Parsasti ini juga sering disebut sebagai Prasasti Jambu. Prasasti Jambu berisi “Yang termashur serta setia kepada tugasnya ialah raja yang tiada taranya bernama Sri Purnawarman yang memerintah Taruma serta baju perisainya tidak dapat ditembus oleh panah musuh-musuhnya; kepunyaannyalah kedua jejak telapak kaki ini, yang selalu berhasil menghancurkan benteng musuh, yang selalu menghadiahkan jamuan kehormatan (kepada mereka yang setia kepadanya), tetapi merupakan duri bagi musuh-musuhnya.”

3.      Prasasti Kebonkopi yang ditemukan di kampung Muara Hilir, Cibungbulang. Isi prasasti Kebon Kopi : yakni adanya dua kaki gajah yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawati (gajah kendaran Dewa Wisnu). Sedangkan Prasasti Jambu berisi tentang kegagahan raja Purnawarman. Bunyi prasasti itu antara lain :”gagah, mengagumkan dan jujur terhadap tugasnya adalah pemimpin manusia yang tiada taranya, yang termasyhur Sri Purnawarman, yang memerintah di taruma dan yang baju zirahnya tak dapat ditembus oleh musuh …”

4.      Prasasti Tugu yang ditemukan di dareah Tugu, Jakarta.

5.      Prasasti Pasir Awi yang ditemukan di daerah Pasir Awi, Bogor.

6.      Prasasti Muara Cianten yang juga ditemukan di Bogor.

7.      Prasasti Cidanghiang atau Lebak yang ditemukan di kampung Lebak, pinggir Sungai Cidanghiang, Pandeglang-Banten. Prasasti Didanghiang berisi “Inilah tanda keperwiraan, keagungan dan keberanian yang sesungguh-sungguhnya dari raja dunia, yang mulia Purnawarman, yang menjadi panji sekalian raja”.

Selain dari prasasti, terdapat juga suber-sumber lain yang berasal dari Cina, diantarnya:

1.      Berita dari Fa-Hien, seorang musafir Cina (pendeta Budha) yang terdampar di Yepoti (Yawadhipa/Jawa) tepatnya Tolomo (Taruma) pada tahun 414. Dalam catatannya di sebutkan rakyat Tolomo sedikit sekali memeluk Budha yang banyak di jumpainya adalah Brahmana dan Animisme.

2.      Berita dari Dinasti Soui yang menyatakan bahwa pada tahun 528 dan 535 datang utusan dari negeri Tolomo (Taruma) yang terletak disebelah selatan.

3.      Berita dari Dinasti Tang Muda yang menyebutkan tahun 666 dan tahun 669 M datang utusan dari Tolomo.

Raja-raja Kerajaan Tarumanagara

Selama berdirinya Kerajaan Tarumanagara dari abad ke-4 sampai abad ke-7 Masehi, kerajaan tersebut pernah dipimpin oleh 12 orang raja, diantaranya:

1.      Jayasingawarman (358-382 M.)

2.      Dharmayawarman (382-395 M.)

3.      Purnawarman (395-434 M.)

4.      Wisnuwarman (434-455 M.)

5.      Indrawarman (455-515 M.)

6.      Candrawarman (515-535 M.)

7.      Suryawarman (535-561 M.)

8.      Kertawarman (561-628 M.)

9.      Sudhawarman (628-639 M.)

10.  Hariwangsawarman (639-640 M.)

11.  Nagajayawarman (640-666 M.)

12.  Linggawarman (666-669 M.)

Kehidupan Sosial-Ekonomi dan Kebudayaan Kerajaan Tarumanagara

Kehidupan perekonomian masyarakat Tarumanegara adalah pertanian dan peternakan. Hal ini dapat diketahui dari isi Prasasti Tugu yakni tentang pembangunan atau penggalian saluran Gomati yang panjangnya 6112 tombak (12 km) selesai dikerjakan dalam waktu 21 hari. Masyarakat Kerajaan Tarumanagara juga berprofesi sebagai pedagang mengingat letaknya yang strategis berada di dekat selat sunda.

Pembangunan/penggalian itu mempunyai arti ekonomis bagi rakyat, karena dapat digunakan sebagai sarana pengairan dan pencegahan banjir.Selain penggalian saluran Gomati dalam prasasti Tugu juga disebutkan penggalian saluran Candrabhaga. Dengan demikian rakyat akan hidup makmur, aman, dan sejahtera.

Dari segi kebudayaan sendiri, Kerajaan Tarumanagara bisa dikatakan kebudayaan mereka sudah tinggi.Terbukti dengan penggalian sungai untuk mencegah banjir dan sebagai saluran irigasi untuk kepentingan pertanian. Terlihat pula dari teknik dan cara penulisan huruf-huruf pada prasasti yang ditemukan, menjadi bukti kebudayaan masyarakat pada saat itu tergolong sudah maju.

2.5 Kerajaan Kalingga (Holing)

Kerajaan Kalingga atau Ho-ling 

(sebutan dari sumber Tiongkok) adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu yang muncul di Jawa Tengah sekitar abad ke-6 masehi. Letak pusat kerajaan ini belumlah jelas, kemungkinan berada di suatu tempat antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Jepara sekarang. Sumber sejarah kerajaan ini masih belum jelas dan kabur, kebanyakan diperoleh dari sumber catatan China, tradisi kisah setempat, dan naskah Carita Parahyangan yang disusun berabad-abad kemudian pada abad ke-16 menyinggung secara singkat mengenai Ratu Shima dan kaitannya dengan Kerajaan Galuh. Kalingga telah ada pada abad ke-6 Masehi dan keberadaannya diketahui dari sumber-sumber Tiongkok. Kerajaan ini pernah diperintah oleh Ratu Shima, yang dikenal memiliki peraturan barang siapa yang mencuri, akan dipotong tangannya.

Pengaruh kerajaan kalingga sampai daerah selatan Jawa Tengah, terbukti diketemukannya prasasti Upit/Yupit yang diperkirakan pada abad 6-7 M. Disebutkan dalam prasasti tersebut pada wilayah Upit merupakan daerah perdikan yang dianugerahkan oleh Ratu Shima. Daerah perdikan Upit sekarang menjadi Ngupit.Kampung Ngupit adalah kampung yang berada di Desa Kahuman/Desa Ngawen, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten. Prasasti Upit/Yupit sekarang disimpan di kantor purbakala Jateng di Prambanan.

SUMBER SEJARAH

Kisah lokal

Terdapat kisah yang berkembang di Jawa Tengah utara mengenai seorang Maharani legendaris yang menjunjung tinggi prinsip keadilan dan kebenaran dengan keras tanpa pandang bulu. Kisah legenda ini bercerita mengenai Ratu Shima yang mendidik rakyatnya agar selalu berlaku jujur dan menindak keras kejahatan pencurian.Ia menerapkan hukuman yang keras yaitu pemotongan tangan bagi siapa saja yang mencuri. Pada suatu ketika seorang raja dari seberang lautan mendengar mengenai kemashuran rakyat kerajaan Kalingga yang terkenal jujur dan taat hukum. Untuk mengujinya ia meletakkan sekantung uang emas di persimpangan jalan dekat pasar. Tak ada sorang pun rakyat Kalingga yang berani menyentuh apalagi mengambil barang yang bukan miliknya.Hingga tiga tahun kemudian kantung itu disentuh oleh putra mahkota dengan kakinya.Ratu Shima demi menjunjung hukum menjatuhkan hukuman mati kepada putranya.Dewan menteri memohon agar Ratu mengampuni kesalahan putranya. Karena kaki sang pangeranlah yang menyentuh barang yang bukan miliknya, maka sang pangeran dijatuhi hukuman dipotong kakinya.

Carita Parahyangan

Berdasarkan naskah Carita Parahyangan yang berasal dari abad ke-16, putri Maharani Shima, Parwati, menikah dengan putera mahkota Kerajaan Galuh yang bernama Mandiminyak, yang kemudian menjadi raja kedua dari Kerajaan Galuh. Maharani Shima memiliki cucu yang bernama Sanaha yang menikah dengan raja ketiga dari Kerajaan Galuh, yaitu Brantasenawa.Sanaha dan Bratasenawa memiliki anak yang bernama Sanjaya yang kelak menjadi raja Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh (723-732 M).

Setelah Maharani Shima meninggal pada tahun 732 M, Ratu Sanjaya menggantikan buyutnya dan menjadi raja Kerajaan Kalingga Utara yang kemudian disebut Bumi Mataram, dan kemudian mendirikan Dinasti/Wangsa Sanjaya di Kerajaan Mataram Kuno.

Kekuasaan di Jawa Barat diserahkannya kepada putranya dari Tejakencana, yaitu Tamperan Barmawijaya alias Rakeyan Panaraban.Kemudian Raja Sanjaya menikahi Sudiwara puteri Dewasinga, Raja Kalingga Selatan atau Bumi Sambara, dan memiliki putra yaitu Rakai Panangkaran.

Pada abad ke-5 muncul Kerajaan Ho-ling (atau Kalingga) yang diperkirakan terletak di utara Jawa Tengah.Keterangan tentang Kerajaan Ho-ling didapat dari prasasti dan catatan dari negeri Cina.Pada tahun 752, Kerajaan Ho-ling menjadi wilayah taklukan Sriwijaya dikarenakan kerajaan ini menjadi bagian jaringan perdagangan Hindu, bersama Malayu dan Tarumanagara yang sebelumnya telah ditaklukan Sriwijaya. Ketiga kerajaan tersebut menjadi pesaing kuat jaringan perdagangan Sriwijaya-Buddha

Berita Cina

Berita keberadaan Ho-ling juga dapat diperoleh dari berita yang berasal dari zaman Dinasti Tang dan catatan I-Tsing.


– Catatan dari zaman Dinasti Tang

Cerita Cina pada zaman Dinasti Tang (618 M – 906 M) memberikan tentang keterangan Ho-ling sebagai berikut.

Ho-ling atau disebut Jawa terletak di Lautan Selatan.Di sebelah utaranya terletak Ta Hen La (Kamboja), di sebelah timurnya terletak Po-Li (Pulau Bali) dan di sebelah barat terletak Pulau Sumatera.

Ibukota Ho-ling dikelilingi oleh tembok yang terbuat dari tonggak kayu.
    Raja tinggal di suatu bangunan besar bertingkat, beratap daun palem, dan singgasananya terbuat dari gading.

Penduduk Kerajaan Ho-ling sudah pandai membuat minuman keras dari bunga kelapa
    Daerah Ho-ling menghasilkan kulit penyu, emas, perak, cula badak dan gading gajah.

Catatan dari berita Cina ini juga menyebutkan bahwa sejak tahun 674, rakyat Ho-ling diperintah oleh Ratu Hsi-mo (Shima).Ia adalah seorang ratu yang sangat adil dan bijaksana. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Ho-ling sangat aman dan tentram.


– Catatan I-Tsing

Catatan I-Tsing (tahun 664/665 M) menyebutkan bahwa pada abad ke-7 tanah Jawa telah menjadi salah satu pusat pengetahuan agama Buddha Hinayana.Di Ho-ling ada pendeta Cina bernama Hwining, yang menerjemahkan salah satu kitab agama Buddha ke dalam Bahasa Tionghoa.Ia bekerjasama dengan pendeta Jawa bernama Janabadra. Kitab terjemahan itu antara lain memuat cerita tentang Nirwana, tetapi cerita ini berbeda dengan cerita Nirwana dalam agama Buddha Hinayana.

Berdasarkan sumber-sumber mengenai kerajaan Kaling tersebut, diketahui bagaimana keadaan : 

Pemerintahan dan Kehidupan Masyarakat

Dalam berita Cina disebut adanya raja atau Ratu Shima, yang memerintah pada tahun 674 M. Beliau terkenal sebagai raja yang tegas, jujur dan bijaksana.Hukum dilaksanakan dengan tegas, hal ini terbukti pada saat raja Tache ingin menguji kejujuran rakyat Kaling.Diletakkanlah suatu pundi-pundi yang berisi uang dinar di suatu jalan. Sampai tiga tahun lamanya tidak ada yang berani mengambil. 

Keadaan sosial dan ekonomi kerajaan Kalingga

Mata pencaharian penduduknya sebagian besar bertani, karena wilayah Kaling dikatakan subur untuk pertanian.Perekonomian, sudah banyak penduduk yang melakukan perdagangan apalagi disebutkan ada hubungan dengan Cina. 
Di Puncak Rahtawu (Gunung Muria) dekat dengan Kecamatan Keling, Jepara di sana terdapat empat arca batu, yaitu arca Batara Guru, Narada, Togog, dan Wisnu. Sampai sekarang belum ada yang bisa memastikan bagaimana mengangkut arca tersebut ke puncak itu mengingat medan yang begitu berat. Pada tahun 1990, di seputar puncak tersebut, Prof Gunadi dan empat orang tenaga stafnya dari Balai Arkeologi Nasional Yogyakarta (kini Balai Arkeologi Yogyakarta) menemukan Prasasti Rahtawun.Selain empat arca, di kawasan itu ada pula enam tempat pemujaan yang letaknya tersebar dari arah bawah hingga menjelang puncak. Masing-masing diberi nama (pewayangan) Bambang Sakri, Abiyoso, Jonggring Saloko, Sekutrem, Pandu Dewonoto, dan Kamunoyoso.

Runtuhnya kerajaan kalingga

 Setiap kerajaan ada masanya, begitu pula dengan kerajaan kalingga yang sempat berjaya pada masa kepemimpinan Ratu Shima.Runtuhnya kerajaan kalingga tentu tidak serta merta terjadi karena tergantinya agama Hindu dengan Budha di wilayah nusantara.Lebih jauh tentang hal tersebut tentu terdapat hukum sebab akibat di dalamnya.Untuk memahami kemunduran dan kehancuran kerajaan kalingga.

Kerajaan kalingga mencapai puncak kejayaan pada masa kepemimpinan Ratu Shima yang terkenal akan sosok wanita bijaksana dan penuh ketegasan dalam memerintah kerajaan holing. Tak heran jika pada masa tersebut beliau mampu mengantarkan kalingga pada masa keemasannya.Peluasan wilayah serta kemakmuran rakyat di daerah kekuasaan kalingga menjadi salah satu bukti kebesaran Ratu Shima.Selian kesejahteraan masyarakat terdapat pula peninggalan-peninggalan sejarah berupa bangunan candi dan prasasti yang semakin mendukung pendapat bahwa holing sangat berjaya pada masa kepemimpinan Ratu Shima.Namun roda tetap berputar, sebagaimana kehidupan manusia pada umumnya Ratu Shima meninggal sekitar tahun 732 dan digantikan oleh keturunannya.Mulai dari sini sebenarnya telah nampak runtuhnya kerajaan kalingga secara perlahan.

Di sisi lain kerajaan Sriwijaya di pulau seberang mulai muncul dan kuat baik dalam hubungannya dengan kerajaan luar maupun militer. Sebagimana isi dari prasasti kota kapur yang telah kita bahas dalam artikel sejarah kerajaan sriwijaya bahwa maharaja pada saat itu menghendaki penyerangan terhadap bumi jawa. Dari serangan tersebut diketahui bahwa kerajaan kalingga dapat dikalahkan dan menjadi taklukan kerajaan sriwijaya.

Dari urain di atas dapat kita simpulkan bahwa penyebab utama runtuhnya kerajaan kalingga adalah serangan dari kerajaan sriwijaya. Latar belakang inilah yang kemudian mengantarkan kalingga pada kehancuran dan tergantikan dengan kekuasaan kerajaan lain. Namun demikian diyakini keturunan dari Ratu Shima nantinya kembali menjadi pemimpin besar dengan kerajaan yang terkenal yakni Mataram Kuno.

PENINGGALAN KERAJAAN KALINGGA

1. Prasasti Tukmas

Ditemukan di lereng barat Gunung Merapi, tepatnya di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelang di Jawa Tengah.

  • Bertuliskan huruf Pallawa yang berbahasa Sanskerta.
  • Isi prasasti menceritakan tentang mata air yang bersih dan jernih. Sungai yang mengalir dari sumber air tersebut disamakan dengan Sungai Gangga di India.
  • Pada prasasti itu ada gambar-gambar seperti trisula, kendi, kapak, kelasangka, cakra dan bunga teratai yang merupakan lambang keeratan hubungan manusia dengan dewa-dewa Hindu.

2. Prasasti Sojomerto

  • Ditemukan di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban,   Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
  • Prasasti ini beraksara Kawi dan berbahasa Melayu Kuno
  • Berasal dari sekitar abad ke-7 masehi.
  • Bersifat keagamaan Siwais.
  • Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya, Dapunta    Selendra, yaitu ayahnya bernama Santanu, ibunya bernama Bhadrawati, sedangkan istrinya bernama Sampula. Prof. Drs. Boechari berpendapat bahwa tokoh yang bernama Dapunta Selendra adalah cikal-bakal raja-raja keturunan Wangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu.
  • Bahan prasasti ini adalah batu andesit dengan panjang 43 cm, tebal 7 cm, dan tinggi 78 cm. Tulisannya terdiri dari 11 baris yang sebagian barisnya rusak terkikis usia.

3. Candi Angin

  • Candi Angin terdapat di desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara. Karena letaknya yang tinggi tapi tidak roboh terkena angin, maka dinamakan “Candi Angin”.
  • Menurut para penelitian Candi Angin lebih tua dari pada Candi Borobudur. Bahkan ada yang beranggapan kalau candi ini buatan manusia purba di karenakan tidak terdapat ornamen-ornamen Hindu-Budha.

4. Candi Bubrah Jepara

Candi Bubrah terdapat di desa Tempur, Kecamatan Tempur, Kabupaten Jepara.Candi Bubrah adalah candi yang terdapat di Desa Tempur.Candi Bubrah bisa juga dikatakan gapura menuju Candi Angin, Candi Bubrah berjarak kurang lebih 500 meter dari Candi Angin.

2.6 Sejarah Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijayamerupakan salah satu kerajaan besar yang ada di nusantara. Kerajaan yang dikeal dengan kekuatan maritimnya tersebut berhasil menguasi pulau Sumatra, Jawa, Pesisir Kalimantan, Kamboja, Thailand Selatan, dan Semenanjung Malaya yang kemudian menjadikan Kerajaan Sriwijaya sebagai kerajaan yang berhasil menguasai perdagangan di Asia-tenggara pada masa itu.

Kata ‘Sriwijaya’ berasal dari dua suku kata yaitu ‘Sri’ yang berarti bercahaya atau gemilang dan ‘Wijaya’ yang berarti kemenangan.Jadi Sriwijaya berarti kemenangan yang gemilang. Sriwijaya juga disebut dengan berbagai macam nama. Orang Tionghoa menyebut Shih-li-fo-shih atau San-fo-ts’i atau San Fo Qi. Dalam bahasa Sansekerta dan Pali kerajaan Sriwijaya disebut Yavadesh dan Javadeh.Bangsa Arab menyebut Zabaj atau Sribuza dan Khmer menyebut Malayu.Sementara dari peta Ptolemaeus ditemukan keterangan tentang ada 3 pulau Sabadeibei yang berkaitan dengan Sriwijaya.

Berdirinya Kerajaan Sriwijaya

Tidak banyak bukti sejarah yang menerangkan kapan berdirinya Kerajaan Sriwijaya. Bukti tertua datangnya dari berita Cina yaitu pada tahun 682 M terdapat seorang pendeta Tiongkok bernama I-Tsing yang ingin belajar agama Budha di India, singgah terlebih dahulu di Sriwijaya untuk mendalami bahasa Sanskerta selama 6 Bulan. Tercatat juga Kerajaan Sriwijaya pada saat itu dipimpin oleh Dapunta Hyang.

Selain berita dari luar, terdapat juga beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya, diantaranya adalah prasasti Kedukan Bukit (605S/683M) di Palembang. Isi dari prasasti terseubt adalah Dapunta Hyang mengadakan ekspansi 8 hari dengan membawa 20.000 tentara, kemudian berhasil menaklukkan dan menguasai beberapa daerah. Dengan kemenangan itu Sriwijaya menjadi makmur.Dari kedua bukti tertua di atas bisa disimpulkan Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke-7 dengan raja pertamanya adalah Dapunta Hyang.

Kejayaan Kerajaan Sriwijaya

Masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya berada pada abad 9-10 Masehi dimana Kerajaan Sriwijaya menguasai jalur perdagangan maritim di Asia Tenggara. Sriwijaya telah melakukan kolonisasi di hampir seluruh kerajaan-kerajaan Asia Tenggara, antara lain: Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Filipina. Dominasi atas Selat Malaka dan Selat Sunda, menjadikan Sriwijaya sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan perdagangan lokal yang mengenakan bea dan cukai atas setiap kapal yang lewat. Sriwijaya mengumpulkan kekayaannya dari jasa pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayani pasar Tiongkok, dan India.

Keruntuhan Sriwijaya

Kemunduran yang berakhirnya Kerajaan Sriwijaya dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:

1.      Pada tahun 1017 dan 1025, Rajendra Chola I, soerang dari dinasti Cholda di Koromande, India Selatan. Dari dua serangan tersebut membuat luluh lantah armada perang Sriwijaya dan membuat perdagangan di wilayah Asia-tenggara jatuh pada Raja Chola. Namun Kerajaan Sriwijaya masih berdiri.

2.      Melemahnya kekuatan militer Sriwijaya, membuat beberapa daerah taklukannya melepaskan diri sampai muncul Dharmasraya dan Pagaruyung sebagai kekuatan baru yang kemudian menguasai kembali wilayah jajahan Sriwijaya mulai dari kawasan Semenanjung Malaya, Sumatera, sampai Jawa bagian barat.

3.      Melemahnya Sriwijaya juga diakibatkan oleh faktor ekonomi. Para pedagang yang melakukan aktivitas perdagangan di Kerajaan Sriwijaya semakin berkurang karena daerha-daerah strategis yang dulu merupakan daerah taklukan Sriwijaya jatuh ke tangan raja-raja sekitarnya.

4.      Munculnya kerajaan-kerajaan yang kuat seperti Dharmasraya yang sampai menguasai Sriwijaya seutuhnya serta Kerajaan Singhasari yang tercatat melakukan sebuah ekspedisi yang bernama ekspedisi Pamalayu.

Kerajaan Sriwijaya pun akhirnya runtuh di tangan Kerajaan Majapahit pada abad ke-13.

Salah Satu Penginggalan Kerajaan Sriwijaya

Sumber-sumber Sejarah Kerajaan Sriwijaya

Ada dua jenis sumber sejarah yang menggambarkan keberadaan Kerajaan Sriwijaya, yaitu Sumber berita asing dan prasasti.

Sumber Berita Asing

1.      Berita dari Cina

Dalam perjalanannya untuk menimba ilmu agama Buddha di India, I-Tsing pendetadari Cina, singgah di Shi-li-fo-shih (Sriwijaya) selama enam bulan dan mempelajari paramasastra atau tata bahasa Sanskerta. Kemudian, bersama guru Buddhis, Sakyakirti, ia menyalin kitab Hastadandasastra ke dalam bahasa Cina. Kesimpulan I-Tsing mengenai Sriwijaya adalah negara ini telah maju dalam bidang agama Buddha.

2.                  Berita Arab menyebutkan adanya negara Zabag (Sriwijaya).Ibu Hordadheh mengatakan bahwa Raja Zabag banyak menghasilkan emas.Setiap tahunnya emas yang dihasilkan seberat 206 kg. Berita lain disebutkan oleh Alberuni. Ia mengatakan bahwa Zabag lebih dekat dengan Cina daripada India. Negara ini terletak di daerah yang disebut Swarnadwipa (Pulau Emas) karena banyak menghasilkan emas.

Sumber Prasasti

Selain dari sumber berita asing, keberadaan Kerajaan Sriwijaya juga tercatat pada prasasti-prasasti yang pernah ditinggalkan, diantaranya:

1.      Prasasti Kedukan Bukit (605S/683M) di Palembang. Isinya: Dapunta Hyang mengadakan ekspansi 8 hari dengan membawa 20.000 tentara, kemudian berhasil menaklukkan dan menguasai beberapa daerah. Dengan kemenangan itu Sriwijaya menjadi makmur.

2.      Prasasti Talang Tuo (606 S/684M) di sebelah barat Palembang. Isinya tentang pembuatan sebuah Taman Sriksetra oleh Dapunta Hyang Sri Jayanaga untuk kemakmuran semua makhluk.

3.      Prasasti Kota Kapur (608 S/686 M) di Bangka.

4.      Prasasti Karang Birahi (608 S/686 M) di Jambi. Keduanya berisi permohonan kepada Dewa untuk keselamatan rakyat dan kerajaan Sriwijaya.

5.      Prasasti Talang Batu (tidak berangka tahun) di Palembang. Isinya kutukan-kutukan terhadap mereka yang melakukan kejahatan dan melanggar perintah raja.

6.      Prasasti Palas di Pasemah, Lampung Selatan. Isinya Lampung Selatan telah diduduki oleh Sriwijaya.

7.      Prasasti Ligor (679 S/775 M) di tanah genting Kra. Isinya Sriwijaya diperintah oleh Darmaseta.

Raja-raja Sriwijaya

Dari abad ke-7 sampai ke-13 Masehi, Kerajaan Sriwijaya pernah di pimpin oleh raja-raja di bawah ini, yaitu:

1.      Dapunta Hyang Sri Jayanasa

2.      Sri IndravarmanChe-li-to-le-pa-mo

3.      Rudra VikramanLieou-t’eng-wei-kong

4.      Maharaja WisnuDharmmatunggadewa     

5.      Dharanindra Sanggramadhananjaya

6.      Samaragrawira

7.      Samaratungga

8.      Balaputradewa

9.      Sri UdayadityavarmanSe-li-hou-ta-hia-li-tan

10.  Hie-tche (Haji)

11.  Sri CudamanivarmadevaSe-li-chu-la-wu-ni-fu-ma-tian-hwa

12.  Sri MaravijayottunggaSe-li-ma-la-pi

13.  Sumatrabhumi

14.  Sangramavijayottungga

15.  Rajendra Dewa KulottunggaTi-hua-ka-lo

16.  Rajendra II

17.  Rajendra III

18.  Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa

19.  Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa

20.  Srimat Sri Udayadityawarma Pratapaparakrama Rajendra Maulimali Warmadewa

Kehidupan Sosial-Ekonomi dan Kebudayaan

Letak Sriwijaya sangat strategis di jalur perdagangan antara India-Cina.Di samping itu juga berhasil menguasai Selat Malaka yang merupakan urat nadi perdagangan di Asia Tenggara, menjadikan Sriwijaya berhasil menguasai perdagangan nasional dan internasional.Penguasaan Sriwijaya atas Selat Malaka mempunyai arti penting terhadap perkembangan Sriwijaya sebagai negara maritim, sebab banyak kapal-kapal asing yang singgah untuk menambah air minum, perbekalan makanan dan melakukan aktivitas perdagangan.

Dalam bidang kebudayaan khususnya keagamaan, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat agama Buddha yang penting di Asia Tenggara dan Asia Timur.Agama Buddha yang berkembang di Sriwijaya ialah Agama Buddha Mahayana, salah satu tokohnya ialah Dharmakirti.Para peziarah agama Buddha dalam pelayaran ke India ada yang singgah dan tinggal di Sriwijaya.Di antaranya ialah I’tsing.

2.7 Sejarah Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah dengan intinya yang sering disebut Bumi Mataram. Daerah ini dikelilingi oleh pegunungan dan gununggunung, seperti Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merapi-Merbabu, Gunung Lawu, dan Pegunungan Sewu. Daerah ini juga dialiri oleh banyak sungai, seperti Sungai Bogowonto, Sungai Progo, Sungai Elo dan Sungai Bengawan Solo.Itulah sebabnya daerah ini sangat subur.

Kerajaan Mataram Kuno atau juga yang sering disebut Kerajaan Medang merupakan kerajaan yang bercorak agraris.Tercatat terdapat 3 Wangsa (dinasti) yang pernah menguasai Kerjaan Mataram Kuno yaitu Wangsa Sanjaya, Wangsa Syailendra dan Wangsa Isana.Wangsa Sanjaya merupakan pemuluk Agama Hindu beraliran Syiwa sedangkan Wangsa Syailendra merupakan pengikut agama Budah, Wangsa Isana sendiri merupakan Wangsa baru yang didirikan oleh Mpu Sindok.

Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah Sanjaya yang juga merupakan pendiri Wangsa Sanjya yang menganut agama Hindu.Setelah wafat, Sanjaya digantikan oleh Rakai Panangkaran yang kemudian berpindah agama Budha beraliran Mahayana.Saat itulah Wangsa Sayilendra berkuasa.Pada saat itu baik agama Hindu dan Budha berkembang bersama di Kerajaan Mataram Kuno.Mereka yang beragama Hindu tinggal di Jawa Tengah bagian utara, dan mereka yang menganut agama Buddha berada di wilayah Jawa Tengah bagian selatan.

Wangsa Sanjaya kembali memegang tangku kepemerintahan setelah anak Raja Samaratungga, Pramodawardhani menikah dengan Rakai Pikatan yang menganut agama Hindu.Pernikahan tersebut membuat Rakai Pikatan maju sebagai Raja dan memulai kembali Wangsa Sanjaya.Rakai Pikatan juga berhasil menyingkirkan seorang anggota Wangsa Sailendra bernama Balaputradewa yang merupakan saudara Pramodawardhani.Balaputradewa kemudian mengungsi ke Kerajaan Sriwijaya yang kemduian menjadi Raja disana.

Wangsa Sanjaya berakhir pada masa Rakai Sumba Dyah Wawa.Berakhirnya Kepemerintahan Sumba Dyah Wawa masih diperdebatkan.Terdapat teori yang mengatakan bahwa pada saat itu terjadi becana alam yang membuat pusat Kerajaan Mataram Hancur.Mpu Sindok pun tampil menggantikan Rakai Sumba Dyah Wawa sebagai raja dan memindahkan pusat Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur dan membangun wangsa baru bernama Wangsa Isana.

Pusat Kerajaan Mataram Kuno pada awal berdirinya diperkirakan terletak di daerah Mataram (dekat Yogyakarta sekarang).Kemudian pada masa pemerintahan Rakai Pikatan dipindah ke Mamrati (daerah Kedu).Lalu, pada masa pemerintahan Dyah Balitung sudah pindah lagi ke Poh Pitu (masih di sekitar Kedu).Kemudian pada zaman Dyah Wawa diperkirakan kembali ke daerah Mataram.Mpu Sindok kemudian memindahkan istana Medang ke wilayah Jawa Timur sekarang.


Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno

Kapan tepatnya berdirinya Kerajaan Mataram Kuno masih belum jelas, namun menurut Prasasti Mantyasih (907) menyebutkan Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah Sanjaya. Sanjaya sendiri mengeluarkan Prasasti Canggal (732) tanpa menyebut jelas apa nama kerajaannya. Dalam prasasti itu, Sanjaya menyebutkan terdapat raja yang memerintah di pulau Jawa sebelum dirinya.Raja tersebut bernama Sanna atau yang dikenal dengan Bratasena yang merupakan raja dari Kerajaan Galuh yang memisahkan diri dari Kerajaan Sunda (akhir dari Kerajaan Tarumanegara).

Kekuasaan Sanna digulingkan dari tahta Kerajaan Galuh oleh Purbasora dan kemudian melarikan diri ke Kerjaan Sunda untuk memperoleh perlindungan dari Tarusbawa, Raja Sunda.Tarusbawa kemudian mengambil Sanjaya yang merupakan keponakan dari Sanna sebagai menantunya.Setelah naik tahta, Sanjaya pun berniat untuk menguasai Kerajaan Galuh kembali.Setelah berhasil menguasai Kerajaan Sunda, Galuh dan Kalingga, Sanjaya memutuskan untuk membuat kerajaan baru yaitu Kerajaan Mataram Kuno.

Dari prasasti yang dikeluarkan oleh Sanjaya pada yaitu Prasasti Canggal, bisa dipastikan Kerajaan Mataram Kuno telah berdiri dan berkembang sejak abad ke-7 dengan rajanya yang pertama adalah Sanjaya dengan gelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.

Runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno

Hancurnya Kerajaan Mataram Kuno dipicu permusuhan antara Jawa dan Sumatra yang dimulai saat pengusiaran Balaputradewa oleh Rakai Pikatan.Balaputradewa yang kemudian menjadi Raka Sriwijaya menyimpan dendam terhadap Rakai Pikatan.Perselisihan antara kedua raja ini berkembang menjadi permusuhan turun-temurun pada generasi selanjutnya.Selain itu, Medang dan Sriwijaya juga bersaing untuk menguasai lalu lintas perdagangan di Asia Tenggara. 

Rasa permusuhan Wangsa Sailendra terhadap Jawa terus berlanjut bahkan ketika Wangsa Isana berkuasa.Sewaktu Mpu Sindok memulai periode Jawa Timur, pasukan Sriwijaya datang menyerangnya.Pertempuran terjadi di daerah Anjukladang (sekarang Nganjuk, Jawa Timur) yang dimenangkan oleh pihak Mpu Sindok.

Runtuhnya Kerajaan Mataram ketika Raja Dharmawangsa Teguh yang merupakan cicit Mpu Sindok memimpin.Waktu itu permusuhan antara Mataram Kuno dan Sriwijaya sedang memanas.Tercatat Sriwijaya pernah menggempur Mataram Kuno tetapi pertempuran tersebut dimenangkan oleh Dharmawangsa. Dharmawangsa juga pernah melayangkan serangan ke ibu kota Sriwijaya. Pada tahun 1006 (atau 1016) Dharmawangsa lengah. Ketika ia mengadakan pesta perkawinan putrinya, istana Medang di Wwatan diserbu oleh Aji Wurawari dari Lwaram yang diperkirakan sebagai sekutu Kerajaan Sriwijaya. Dalam peristiwa tersebut, Dharmawangsa tewas.

Borobudur ~ Salah satu peninggalan Kerajaan Mataram Kuno

Sumber Sejarah Kerajaan Mataram Kuno

Terdapat dua sumber utama yang menunjukan berdirnya Kerajaan Mataram Kuno, yaiut berbentuk Prasasti dan Candi-candi yang dapat kita temui samapi sekarang ini. Adapun untuk Prasasti, Kerajaan Mataram Kuno meninggalkan beberapa prasasti, diantaranya:

1.      Prasasti Canggal, ditemukan di halaman Candi Guning Wukir di desa Canggal berangka tahun 732 M. Prasasti Canggal menggunakan huruf pallawa dan bahasa Sansekerta yang isinya menceritakan tentang pendirian Lingga (lambang Syiwa) di desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya dan disamping itu juga diceritakan bawa yang menjadi raja sebelumnya adalah Sanna yang digantikan oleh Sanjaya anak Sannaha (saudara perempuan Sanna).

2.      Prasasti Kalasan, ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778M, ditulis dalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sansekerta. Isinya menceritakan pendirian bangunan suci untuk dewi Tara dan biara untuk pendeta oleh Raja Pangkaran atas permintaan keluarga Syaelendra dan Panangkaran juga menghadiahkan desa Kalasan untuk para Sanggha (umat Budha).

3.      Prasasti Mantyasih, ditemukan di Mantyasih Kedu, Jawa Tengah berangka 907M yang menggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi dari prasasti tersebut adalah daftar silsilah raja-raja Mataram yang mendahului Rakai Watukura Dyah Balitung yaitu Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, rakai Kayuwangi dan Rakai Watuhumalang.

4.      Prasasti Klurak, ditemukan di desa Prambanan berangka 782M ditulis dalam huruf Pranagari dan bahasa Sansekerta isinya menceritakan pembuatan Acra Manjusri oleh Raja Indra yang bergelar Sri Sanggramadananjaya.

Selain Prasasti, Kerajaan Mataram Kuno juga banyak meninggalkan bangunan candi yang masih ada hingga sekarang. Candi-candi peninggalan Kerajaan Medang antara lain, Candi Kalasan, Candi Plaosan, Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Sambisari, Candi Sari, Candi Kedulan, Candi Morangan, Candi Ijo, Candi Barong, Candi Sojiwan, dan tentu saja yang paling kolosal adalah Candi Borobudur.

Raja-raja Kerajaan Mataram Kuno
Selama berdiri, Kerajaan Mataram Kuno pernah dipimpin oleh raja-raja dinataranya sebagai berikut:

1.      Sanjaya, pendiri Kerajaan Mataram Kuno

2.      Rakai Panangkaran, awal berkuasanya Wangsa Sailendra

3.      Rakai Panunggalan alias Dharanindra

4.      Rakai Warak alias Samaragrawira

5.      Rakai Garung alias Samaratungga

6.      Rakai Pikatan suami Pramodawardhani, awal kebangkitan Wangsa Sanjaya

7.      Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala

8.      Rakai Watuhumalang

9.      Rakai Watukura Dyah Balitung

10.  Mpu Daksa

11.  Rakai Layang Dyah Tulodong

12.  Rakai Sumba Dyah Wawa

13.  Mpu Sindok, awal periode Jawa Timur

14.  Sri Lokapala suami Sri Isanatunggawijaya

15.  Makuthawangsawardhana

16.  Dharmawangsa Teguh, Kerajaan Mataram Kuno berakhir

Kehidupan Sosial-Ekonomi dan Kebudayaan Kerajaan Mataram Kuno

Kehidupan ekonomi masyarakat bertumpu pada pertanian.Kondisi alam bumi Mataram yang tertutup dari dunia luar sulit untuk mengembangkan aktivitas perekonominan dengan pesat. 

Bumi Mataram diperintah oleh dua dinasti, yakni Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra.Dinasti Sanjaya beragama Hindu dengan pusat kekuasaannya di utara dengan hasil budayanya berupa candi-candi seperti Gedong Songo dan Dieng.Dinasti Syailendra beragama Bundha dengan pusat kekuasaannya di daerah selatan, dan hasil budayanya dengan mendirikan candi-candi seperti candi Borobudur, Mendut, dan Pawon.

Semua terjadi perebutan kekuasan namun kemudian terjalin persatuan ketika terjadi perkawinan antara Pikatan (Sanjaya) yang beragama Hindu dengan Pramodhawardhani (Syailendra) yang beragama Buddha.Sejak itu agama Hindu dan Buddha hidup berdampingn secara damai.

 

BAB III

   PENUTUP

3.1   Kesimpulan

Pendapat mengenai proses masuk dan berkembangnya kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia, yaitu hipotesis Waisya, Hipotesis Ksatria, Hipotesis Brahmana dan teori Arus Balik. Masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-Budha membawa pengaruh besar di berbagai bidang. Kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha merupakan salah satu bukti adanya pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia.Setiap kerajaan dipimpin oleh seorang raja yang memiliki kekuasaan mutlak dan turun-temurun. Kerajaan-kerajaan itu antara lain : Kerajaan Kutai, Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Sriwijaya, Mataram Kuno. Masuknya kebudayaan India ke Indonesia telah membawa pengaruh terhadap perkembangan kebudayaaan di Indonesia.Namun kebudayaan asli Indonesia tidak begitu luntur. Kebudayaan yang datang dari India mengalami proses penyesuaian dengan kebudayaan, maka terjadilah proses akulturasi kebudayaan.

3.2      Saran

Kebudayaan yang berkembang di Indoneisa pada tahap awal diyakini berasal dari India.Pengaruh itu diduga mulai masuk pada awal abad masehi. Apabila kita membandingkan peninggalan sejarah yang ada di Indonesia akan ditemukan kemiripan itu. Sebelum kenal dengan kebudayaan India, bangunan yang kita miliki masih sangat sederhana.Saat itu belum dikenal arsitektur bangunan seperti candi atau keraton. Tata kota di pusat kerajaan juga dipengaruhi kebudayaan hindu. Demikian pula dalam hal kebudayaan yang lain seperti peribadatan dan kesastraan.Kita harus menjaga kelestarian dan budaya-budaya yang ditinggalkan agama Hindu-Budha.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.zonasiswa.com/2014/05/sejarah-kerajaan-mataram-kuno.html

http://www.pustakasekolah.com/pengaruh-budaya-india-di-indonesia.html

http://www.zonasiswa.com/2014/05/sejarah-kerajaan-sriwijaya.html

http://www.zonasiswa.com/2014/05/sejarah-kerajaan-tarumanagara.html

http://www.zonasiswa.com/2014/05/sejarah-kerajaan-kutai.html

http://belalangbee.blogspot.sg/2013/12/pedagangpenguasa-dan-pujangga-pada-masa.html

http://artikelmateri.blogspot.ae/2015/11/sejarah-kerajaan-kalingga-holing-lengkap-rangkuman.html

Comments

Leave a Reply

Index