Daftar isi
Teknologi Karet
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Karet merupakan salah satu bahan alam yang sangat berperan penting dalam kehidupan sekarang ini. 80% barang yang kita gunakan dalam sehari-hari merupakan barang yang bahan dasarnya karet. Pada dasarnya karet diperoleh dari tumbuhan pohon karet yang kemudian diolah melalui berbagai cara sehingga menghasilkan produk yang kita gunakan saat ini. Proses pengolahan karet sangat di pengaruhi oleh kualitas bahan baku karet yang di olah, mesin-mesin yang digunakan, proses pengolahan, sumber daya manusia dan kondisi lingkungan pabrik, sehinga di perlukan pembuatan standar operasional prosedur (SOP) pengolahan karet sebagai standar tatacara kerja, proses pengolahan terbaik yang menjamin konsistensi mutu yang berlaku untuk semua pabrik karet.
B. Rumusan Masalah
- Apa yang dimaksud karet?
- Bagaimana cara pengolahan karet?
- Apa saja hasil akhir dari pengolahan karet?
C. Tujuan
- Untuk mengetahui mengenai karet
- Untuk mengetahui cara pengolahan karet
- Untuk mengetahui hasil akhir dari pengolahan karet
Bab II. Kajian Teori
A. Tanaman Karet
Tanaman karet berasal dari bahasa latin yaitu Hevea braziliensis. Tanaman karet mula-mula ditemukan di lembah sungai Amazone (Brazil). Tanaman karet dapat tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa dapat mencapai 15-25 meter. Batangnya biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan diatas. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai anak daun utama 3-20 cm. panjang tangkai anak daun 3-10 cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar.
Anak daun berbentuk eliptis, memanjaang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul. Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jumlah biji biasanya ada 3-6 buah sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dan memiliki kulit yang keras. Warnanya coklat kehitaman dan bercak-bercak berpola yang khas. Tanaman karet adalah tanaman dikotil sehingga memiliki akar tunggang.Secara lengkap, struktur botani tanaman karet adalah :
a. Divisi : Spermatophyta
b. Sub Divisi : Angiospermae
c. Kelas Dicotyledonae
d. Ordo : Euphorbiales
e. Family : Euphobiaceae
f. Genus : Hevea
g. Species : Hevea braziliensis
Tanaman karet ini apabika digores/disayat pada kulit batangnya akan mengeluarkan cairan pekat berwarna putih yang disebut lateks. Lateks ini akan kering dan menggumpal apabila dibiarkan lebih dari 2 jam. Pohon karet ini baru boleh dipanen (diambil lateksnya) setelah berusia 5 tahun dan memiliki usia produktif 25 sampai 30 tahun. Lateks inilah yang selanjutkan akan diolah menjadi bentuk baru (Produk barang jadi). Lateks yang masih dalam bentuk cairan menjadi bahan baku produk seperti balon karet, mainan, permen karet, sarung tangan karet, kondom dan lain-lain. Sedangkan lateks yang sudah kering disebut kompo dapat diubah menjadi bahan baku ban mobil, conveyor belt, karet pelindung pada bodi mobil dan lain-lain.
B. Jenis-Jenis Karet
2.2.1 Karet Alam
Karet alam mempunyai sifat daya elastisitas dan daya lentur yang baik, plastis dan tidak mudah panas, dan tidak murah retak, berbagai jenis karet alam yaitu :a. Bahan Olah KaretBahan olah karet yaitu bahan mentah yang digunakan untuk pengolahan di pabrik. Terdiri dari lateks kebun, lembar angin, lapisan (slab) tipis, gumpalan (lumb) segar. Semuanya berasal langsung dari pohon karet atau telah mengalami proses pengolahan yang minimal oleh penyadap.b. Karet Alam KonvensionalKaret yang telah diolah dari bahan lateks alami. Secara garis besar terdiri atas 2 golongan yaitu lembaran (sheet) dan lembaran tebal (crepe). Karet alam konvensional terbagi atas beberapa jenis seperti Ribbed Smoked Sheet (RSS), White Creep and Pale Creep, Estate Brown Crepe, Compo Crepe, Thin Brown Crepe Remills, Thick Blanket Crepe Amber, Plat Bark Crepe, Pure Smoked Blanket Crepe, Off Crepe.c. Lateks PekatBahan untuk pembuatan barang yang tipis dan bermutu tinggi.d. Karet BongkahBerasal dari karet remah yang dikeringkan dan di kilang menjadi bandela-bandela dengan ukuran yang ditentukan.e. Karet Spesifikasi Teknis (Crumb Rubber)Karet yang dibuat secara khusus. Sehingga mutu teknisnya terjamin yang penetapannya didasarkan pada sifat-sifat teknis. Karet ini dikemas dalam bongkahan kecil dengan berat dan ukuran seragam.f. Karet Ban (Tyre Rubber)Karet setengah jadi, sehingga bisa langsung digunakan oleh konsumen, seperti untuk membuat ban.g. Karet Reklaim (Reclaimed Rubber)Karet yang didaur ulang dari karet bekas, seperti bekas roda-roda karet berjalan pabrik, bekas ban mobil. Kelebihan karet ini adalah daya lekatnya bagus, kokoh, awet dan tahan lama, relatif lebih tahan terhadap bensin dan minyak pelumas dibandingkan karet alam yang baru dibuat. Kekurangannya adalah kurang kenyal dan kurang tahan gesekan.
2.2.2 Karet Sintesis
Karet sintesis terdiri atas 2 macam yaitu karet sintesis untuk kegunaan umum seperti SBR (Styrene Butadiene Rubber), BR (Butadiene Rubber), atau PR (Polybutadiene Rubber), IR (Isoprene Rubber) dan karet sintesis untuk kegunaan khusus seperti karet yang memiliki ketahanan terhadap minyak, oksidasi, panas atau sihu tinggi dan kedap gas diantaranya IIR (Isobutene Isoprene Rubber), NBR (Nytrite Butadine Rubber), CR (Chloroprene Rubber), dan EPR (Etylene Propylene Rubber).Kelebihan karet sintesis dibandingkan karet alam yaitu tahan minyak karena karet ini banyak digunakan untuk pembuatan pipa karet untuk minyak dan bensin, seal, gasket. Karet CR mempunyai kelebihan tahan api, untuk pembuatan pipa karet pembungkus kabel, seal, gasket, sabuk/ban berjalan. Jenis IR yang tahan gas digunakan untuk campuran pembuatan ban kendaraan bermotor, pembalut kabel listrik, serta pelapis tangki penyimpan minyak atau lemak.
2.3 SEJARAH INDUSTRI KARET Pada dasarnya karet bisa berasal dari alam yaitu dari getah pohon karet (latex), maupun produksi manusia (sintetis). Saat pohon karet dilukai, maka getah yang dihasilkan akan jauh lebih banyak. Saat ini Asia menjadi sumber karet alami. Awal mulanya karet hanya hidup di Amerika Selatan, namun sekarang sudah berhasil dikembangkan di Asia Tenggara. Kehadiran karet di Asia Tenggara berkat jasa dari Henry Wickham. saat ini, negara-negara Asia menghasilkan 93% produksi karet alam, yang terbesar adalah Thailand, Indonesia, dan Malaysia. Karet sintetik berkembang sejak berakhirnya perang dunia kedua tahun 1945. Saat ini lebih dari 20 jenis karet sintetik terdapat di pasaran dunia. Sifat-sifat, spesial karakteristik dan harga karet sangat bervariasi. Pengetahuan tentang keuntungan dan kekurangan karet sangat membantu dalam pemilihan karet termurah dan cocok dengan spesifikasi penggunaannya.Sebelum perang dunia kedua, hanya karet alam tersedia dalam jumlah besar di pasaran dunia. Dengan berkembangnya kebutuhan manusia seiiring dengan berkembangnya pengetahuan, sangat dirasakan keterbatasan dari karet alam, antara lain tidak tahan pada suhu tinggi. Pengembangan karet sintetik sesudah perang dunia kedua lebih banyak ditujukan untuk memperoleh karet yang sifat-sifatnya tidak dimiliki oleh karet alam, antara lain karet tahan minyak, karet tahan panas, dll
Karet alam adalah jenis karet pertama yang dibuat sepatu. Sesudah penemuan proses vulkanisasi yang membuat karet menjadi tahan terhadap cuaca dan tidak larut dalam minyak, maka karet mulai digemari sebagai bahan dasar dalam pembuatan berbagai macam alat untuk keperluan dalam rumah ataupun pemakaian di luar rumah seperti sol sepatu dan bahkan sepatu yang semuanya terbuat dari bahan karet.
Struktur dasar karet alam adalah rantai linear unit isoprene (C5H8) yang berat molekul rata-ratanya tersebar antara 10.000 – 400.000. Sifat mekanik yang baik dari karet alam menyebabkannya dapat digunakan untuk berbagai keperluan umum seperti sol sepatu dan telapak ban kendaraan. Pada suhu kamar, karet tidak berbentuk kristal padat dan juga tidak berbentuk cairan. Perbedaan karet dengan benda lain, tampak nyata pada sifat yang lembut, fleksibel dan elastis. Sifat ini memberi kesan bahwa karet alam adalah suatu bahan semi cairan alami atau cairan yang kekentalannya sangat tinggi. Namun begitu, sifat mekaniknya menyerupai kulit binatang sehingga harus dimodifikasi untuk memutus rantai molekulnya. Proses mastikasi ini mengurangi keliatan atau viskositas karet alam sehingga akan memudahkan proses selanjutnya saat bahan-bahan lain ditambahkan. Banyak sifat karet alam yang memberikan keuntungan atau kemudahan dalam proses pengerjaan dan pemakaian, baik dalam bentuk karet atau kompon maupun dalam bentuk vulkanisat. Dalam bentuk bahan mentah, karet alam sangat disukai karena mudah menggulung pada roll sewaktu diproses dengan Open mill/ penggiling terbuka dan dapat mudah bercampur dengan berbagai bahan yang diperlukan dalam pembuatan kompo.Dalam bentuk kompo, karet alam sangat mudah dilengketkan satu sama lain sehingga sangat disukai dalam pembuatan barang-barang yang perlu dilapis-lapiskan sebelum vulkanisasi dilakukan. Keunggulan daya lengket inilah yang menyebabkan karet alam sulit disaingi oleh karet sintetik dalam pembuatan karkas untuk ban radial ataupun dalam pembuatan sol karet yang sepatunya diproduksi dengan cara vulkanisasi langsung. Pemanfaatan karet alam di luar industri ban kendaraan masih relative kecil, yakni kurang dari 30 persen. Selain itu industri karet di luar ban umumnya dalam skala kecil atau menengah. Sementara itu industry berbasis lateks pada saat ini nampaknya belum berkembang karena banyak menghadapi kendala. Kendala utama adalah rendahnya daya saing produkproduk industri lateks Indonesia bila dibandingkan dengan produsen lain terutama Malaysia. Industri kecil menengah barang jadi karet secara umum masih memerlukan pembinaan dalam pengembangan usahanya. Industri barang jadi karet dibangun atas sekumpulan usaha/perusahaan yang bergerak dalam penyediaan bahan baku utama karet alam/sintetik, bahan bantu dan pembuat cetakan (molding) serta ditunjang beberapa institusi pendukung yang bergerak dalam bidang jasa penelitian dan pengembangan, regulasi, perdagangan, angkutan, keuangan dan jasa lainnya.
Dalam operasionalnya, pengrajin industri kecil barang jadi karet menjalin hubungan secara interpersonal dengan usaha lainnya baik dalam pengadaan bahan baku maupun dalam sistem pemasarannya. Dalam pengadaan bahan baku, pengrajin industri kecil barang jadi karet terutama menjalin hubungan secara informal dengan pabrik kompon sebagai bahan baku utama. Hal ini dilakukan karena industri kecil belum memiliki kemampuan membuat kompon. Demikian juga dalam pemasaran produk. pengrajin industri kecil barang jadi karet biasanya menjadi vendor dari suatu perusahaan besar seperti pabrik otomotif atau pabrik elektronik, menjual ke toko secara langsung atau menggunakan pedagang perantara. Seringkali industri kecil ini beroperasi dengan mengadalkan pesanan (captive market). Industri kecil barang jadi karet pada umumnya dikelola dalam bentuk industri rumah tangga secara informal. Pengrajin barang jadi karet, dalam operasional usahanya berjalan secara soliter, dalam arti hampir tidak terjadi interaksi antar pengrajin. Pengrajin pada umumnya tidak berminat dan menganggap tidak ada manfaatnya tergabung dalam asosiasi atau koperasi.
Pengrajin barang jadi karet menggunakan teknologi yang sangat sederhana, yakni tertumpu pada proses pencetakan dan vulkanisasi (pemasakan) pada kompon yang dibeli dari perusahaan pembuat kompon. Dengan demikian seluruh pengrajin barang jadi karet sama sekali tidak berhubungan dengan teknologi kompon (compounding). Vulkanisasi menggunakan panas yang bersumber dari kompor tradisional. Suhu untuk pemasakan dan lama waktu pemasakan benar-benar didasarkan atas pengalaman yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga didapatkan parameter suhu dan waktu pemasakan yang dianggapnya paling tepat. Mutu produk barang jadi karet yang dihasilkan yang diamati secara visual. Produk barang jadi karet yang dihasilkan oleh para pengrajin dapat sampai ketangan konsumen melalui tiga saluran utama yakni melalui mitra, broker (pengorder) atau melalui kedua saluran tersebut di atas. Mitra pengrajin dalam sistem pemasaran produk barang jadi karet pada umumnya adalah perusahaan pengadaan suku cadang untuk industri elektronik dan otomotif dari merek-merek terkenal. Kerjasama dengan mitra dilakukan secara informal atas dasar saling percaya tanpa adanya suatu ikatan kontrak formal. Harga barang karet untuk suatu komponen tertentu dijual ke konsumen akhir oleh mitra. setelah dikemas merek terkenal, dengan harga berlipat dari harga jual di tingkat pengrajin.2.4 INDUSTRI BARANG KARETKaret alam maupun karet sintetik tidak dipergunakan dalam keadaan mentah, antara lain karena tidak kuat dan sebagian mudah teroksidasi. Selanjutnya karet mentah mengalami perubahan bentuk yang tetap bila ditarik atau ditekan, yaitu tidak bisa kembali kebentuk semula. Dengan kata lain karet mentah tidak elastis.Karet yang tidak elastis cenderung sulit untuk dimanfaatkan lebih jauh, oleh karena itu karet mentah harus terlebih dahulu diproses dengan perlakuan-perlakuan tertentu serta penambahan bahan-bahan kimia tertentu untuk memperoleh suatu kompo. Kompo merupakan campuran karet dengan bahan-bahan kimia yang mempunyai komposisi tertentu dengan cara pencampuran digiling pada suhu tertentu, kompo karet dapat dibuat pada mesin giling 2 rol atau pada mesin pencampur tertutup (Banbury mixer, Internal mixer).Pembuatan kompo karet adalah ilmu dan seni untuk menyeleksi dan mencampur jenis karet mantah dan jenis-jenis bahan kimia karet, sehingga diperoleh kompo karet yang setelah dimasak, dapat dihasilkan barang jadi karet dengan sifat-sifat fisik yang dibutuhkan. Pada pembuatan kompo karet ada 3 faktor yang perlu diperhatikan, yaitu sifat kompo, karakteristk pengolahan dan harga. Kompo karet selain karet mentah pada umumnya mengandung 8 atau lebih jenis bahan kimia karet. Setiap jenis bahan tersebut memiliki fungsi spesifik dan mempunyai pengaruh terhadap sifat, karakteristik pengolahan dan harga dari kompon karetnya, bahan kimia tersebut adalah:
Bahan PemvulkanisasiBahan kimia yang dapat bereaksi dengan gugus aktif pada molekul karet membentuk ikatan silang tiga dimensi. Bahan pemvulkanisasi yang pertama dan paling umum digunakan adalah belerang(sulfur), khusus digunakan untuk memvulkanisasi karet alam atau karet sintetis jenis SBR, NBR, BR, IR, dan EPDM.
Bahan PencepatDigunakan dalam jumlah sedikit bersama dengan belerang untuk mempercepat reaksi vulkanisasi. Bahan pencepat yang digunakan dapat berupa satu atau kombinasi dari dua atau lebih jenis pencepat. Pencepat dikelompokkan berdasarkan fungsinya ada 2 yaitu pencepat primer : Thiazol (semicepat) : MBT, MBTS dan Sulfenamida (cepat-ditunda) : CBS dan pencepat sekunder : Guanidine (sedang) : DPG, DOTG ;Thiuram (sangat cepat): TMT, TMTD ;Dithiokarbonat (sangat cepat): ZDC; Dithiofosfat (cepat): ZBPP
Bahan PenggiatPenggiat yang paling umum digunakan adalah kombinasi antara ZnO dengan asamstearat.
Bahan AntidegradantBahan kimia yang berungsi sebagai anti ozonan dan anti oksidan, yang melindungi barang jadi karet dari pengusangan dan meningkatkan usia penggunaanya. Contoh : wax (anti ozonan), senyawa amina dan senyawa turuna fenol (ionol).
Bahan PengisiBahan pengisi ditambahkan kedalam kompon karet dalam jumlah yang cukup besar dengan tujuan untuk meningkatkan sifat fisik, memperbaiki karakteristik pengolahan tertentu dan menekan biaya. Bahan pengisi dibagi dalam dua golongan besar yaitu bahan pengisi yang bersifat penguat, contoh carbon black, silica, dan silikat serta bahan pengisi yang bukan penguat, contoh CaCO3, kaolin, BaSO4 dan sebagainya.
Bahan Pelunak (Softener)Bahan untuk melunakkan karet mentah agar mudah diolah menjadi kompon karet. Jenis bahan pelunak antara lain jenis aromatic, naftenik, parafinik,ester, dsb.
Bahan Kimia TambahanBahan ini ditambahkan kedalam kompo karet dengan tujuan tertentu dan sesuai kebutuhan, seperti bahan pewarna, bahan penghambat, bahan pewangi, bahan peniup, bahan bantu olah (homogenizer, peptizer, senyawa pendispersi, tackifier, dsb).Pada penyusunan formulasi kompo yang paling penting adalah menetukan jenis atau campuran karet mentah. Kemudian ditentukan jenis bahan pengisi. Setelah itu ditentukan sistim vukanisasinya kombinasi bahan pemvulkanisasi, bahan pencepat dan penggiat. Terkahir ditentukan bahan-bahan kimia tambahan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan tergantung jenis proses selanjutnya dan barang yang akan dibuat.
Pada proses pencampuran kompon karet biasanya menggunakan alat pencampur (mixer) dapat berupa internal mixer (mesin giling tertutup) atau mesin giling terbuka (open mill). Alat yang paling sederhana adalah mesin giling terbuka yang terdiri dari dua rol keras dan permukaanya licin. Kecepatan berputar kedua rol berbeda (penggilangan dengan friksi). Lebar celah diatara dua rol dapat diatur dan disesuaikan dengan banyaknya kompon dan keadaan kompon, sebelum proses pencampuran, karet mentah terlebih dahulu dilunakkan yang disebut dengan proses mastikasi yang bertujuan untuk mengubah karet padat dan keras menjadi lunak (viskositas berkurang) agar proses pencampuran dengan bahan kimia mneghasilkan dispersion yang merata (homogen). Pencampuran dimulai setelah karet menjadi plastis dan suhu rol hangat. Celah dua rol (nip) diatur sedemikian rupa sampai diperoleh tumpukan material diatas rol yang disebut bank, kemudian bahan kimia bentuk serbuk segera ditambahkan kecuali belerang. Penggulungan dan pemotongan juga dilakukan. Penambahan bahan pengisi dilakukan sedikit demi sedikit. Langkah terkahir adalah pemasukan belerang.Setelah semua bahan kimia tercampur, kompon karet yang dihasilkan dipotong dan dikeluarkan dari gilingan, kemudian dimasukkan gilingan lagi untuk dibentuk menjadi bentuk lembaran dengan ketebalan sesuai dengan kebutuhan. Setelah tahap pembuatan kompo selesai tahap selanjutnya untuk membuat barang karet adalah tahap pemberian bentuk dan proses vulkanisasi (pematangan). Proses pemberian bentuk adalah salah satu cara pemberian bentuk terhadap kompon karet adalah dengan cara cetak tekan (pres moulding) dimana kompon karet dibentuk dalam acuan (cetakan) dan sekaligus dimasak dalam mesin kempa vulkanisasi (pres vulkanisasi). Pada mesin kempa vulaknisasi tunggal terapat satu pasang plat tebal datar yaitu plat atas dan bawah. Kedua plat datar tersebut pada bagian dalamnya terdapat alur yang dapat dialirkan uap jenuh atau dipasang elemen listrik sebagai sumber panas. Plat atas tidak dapat bergerak, sedang plat bawah dipasang pada kempa hirolik sehingga sehingga dapat digerakkan keatas kebawah. Dengan memompa minyak dari tangki minyak kedalam silinder hidrolik, maka plat bawah akan ditekan keatas. Tekanan minyak dapat mencapai 100-150 kg/cm2. sebaliknya dengan mengeluarkan minyak dari selinder kempa hidrolik, kempa bawah akan kembali turun.Pada mesin kompa vulkanisasi, kompon karet diberi bentuk dan divukanisasi pada mesin yang sama. Proses vulkanisasi adalah proses pemasakan karet mentah menjadi vulkanisat. Vulkanisasi merupakan proses irreversible (tidak dapat balik) yang menggabungkan rantai-rantai molekul karet secara kimiawi dengan molekul belerang membentuk ikatan tiga dimensi. Sehingga karet mentah yang semula plastis setelah vulaknisasi berubah menjadi elastis, kuat dan ulet. Salah satu syarat yang harus dimiliki karet agar dapat divulaknisasi dengan belerang adalah memiliki ikatan rangkap pada rantai utamanya. Sistim vulkanisasi belerang yang dipercepat dapat diterapkan untuk jenis-jenis karet yang memiliki ikatan rangkap yaitu: Untuk keperluan umum: karet alam (NR), Isoprene Rubber (IR), Polibutadiene Rubber (BR) dan karet stiren/butadiene Rubber (SBR); Untuk keperluan khusus : Karet Nitril (NBR), Karet Butil (IIR), Karet Bromo Butyl (BIIR), Chlorobutil (CIIR) dan Karet Ethylene Propylene Diene Monomer (EPDM).Vulkanisasi karet alam biasanya dilakukan pada suhu sekitar 1500C dan suhu lebih tinggi (1550C-1600C) untuk karet sintetis (SBR dan IIR). Untuk memperoleh vulkanisat yang dapat matang sempurna yaitu yang memiliki sifat fisika optimum, maka kompon karet dalam cetakan harus dikempa (ditekan) pada tekanan, suhu dan waktu vulkanisasi tertentu.Sifat-sifat mekanik yang baik dari karet alam menyebabkannya dapat digunakan untuk berbagai keperluan umum seperti sol sepatu dan telapak ban kendaraan. Pada suhu kamar, karet tidak berbentuk Kristal padat dan juga tidak berbentuk cairan. Perbedaan karet dengan benda-benda lain, tampak nyata pada sifat karet yang lembut, fleksibel dan elastis. Sifat-sifat ini memberi kesan bahwa karet alam adalah suatu bahan semi cairan alamiah atau suatu cairan dengan kekentalan yang sangat tinggi. Namun begitu, sifat-sifat mekaniknya menyerupai kulit binatang sehingga harus dimastikasi untuk memutus rantai molekulnya agar menjadi lebih pendek. Proses mastikasi ini mengurangi keliatan atau viskositas karet alam sehingga akan memudahkan proses selanjutnya saat bahan-bahan lain ditambahkan. Banyak sifat-sifat karet alam ini yang dapat memberikan keuntungan atau kemudahan dalam proses pengerjaan dan pemakaiannya, baik dalam bentuk karet atau kompon maupun dalam bentuk vulkanisat.Dalam bentuk bahan mentah, karet alam sangat disukai karena mudah menggulung pada roll sewaktu diproses dengan open mill/penggiling terbuka dan dapat mudah bercampur dengan berbagai bahan-bahan yang diperlukan di dalam pembuatan kompon. Dalam bentuk kompon, karet alam sangat mudah dilengketkan satu sama lain sehingga sangat disukai dalam pembuatan barang-barang yang perlu dilapis-lapiskan sebelum vulkanisasi dilakukan. Keunggulan daya lengket inilah yang menyebabkan karet alam sulit disaingi oleh karet sintetik dalam pembuatan karkas untuk ban radial ataupun dalam pembuatan sol karet yang sepatunya diproduksi dengan cara vulkanisasi langsung.Vulkanisasi karet alam sangat baik dalam hal-hal berikut:Kepegasan pantul, Tegangan putus, Ketahanan sobek dan kikis, Fleksibilitas pada suhu rendah, Daya lengket ke fabric atau logam2.5 PROSES PENGOLAHAN KARET2.5.1 Penerimaan Lateks KebunTahap awal dalam pengolahan karet adalah penerimaan lateks kebun dari pohon karet yang telah disadap. Lateks pada mangkuk sadap dikumpulkan dalam suatu tempat kemudian disaring untuk memisahkan kotoran serta bagian lateks yang telah mengalami prakoagulasi. Setelah proses penerimaan selesai, lateks kemudian dialirkan ke dalam bak koagulasi untuk proses pengenceran dengan air yang bertujuan untuk menyeragamkan Kadar Karet Kering.2.5.2 PengenceranTujuan pengenceran adalah untuk memudahkan penyaringan kotoran serta menyeragamkan kadar karet kering sehingga cara pengolahan dan mutunya dapat dijaga tetap. Pengenceran dapat dilakukan dengan penambahan air yang bersih dan tidak mengandung unsur logam, pH air antara 5.8-8.0, kesadahan air maks. 6 serta kadar bikarbonat tidak melebihi 0.03 %. Pengenceran dilakukan hingga KKK mencapai 12-15 %. Lateks dari tangki penerimaan dialirkan melalui talang dengan terlebih dahulu disaring menggunakan saringan aluminium Pedoman Teknis Pengolahan Karet Sit Yang Diasap (Ribbed Smoked Sit). Lateks yang telah dibekukan dalam bentuk lembaran-lembaran (koagulum).2.5.3 PembekuanPembekuan lateks dilakukan di dalam bak koagulasi dengan menambahkan zat koagulan yang bersifat asam. Pada umunya digunakan larutan asam format/asam semut atau asam asetat /asam cuka dengan konsentrasi 1-2% ke dalam lateks dengan dosis 4 ml/kg karet kering Dasar Pengolahan Karet. Jumlah tersebut dapat diperbesar jika di dalam lateks telah ditambahkan zat antikoagulan sebelumnya. Penggunaan asam semut didasarkan pada kemampuannya yang cukup baik dalam menurunkan pH lateks serta harga yang cukup terjangkau bagi petani karet dibandingkan bahan koagulan asam lainnya. Tujuan dari penambahan asam adalah untuk menurunkan pH lateks pada titik isoelektriknya sehingga lateks akan membeku atau berkoagulasi, yaitu pada pH antara 4.5-4.7. Asam dalam hal ini ion H+ akan bereaksi dengan ion OH- pada protein dan senyawa lainnya untuk menetralkan muatan listrik sehingga terjadi koagulasi pada lateks.Penambahan larutan asam diikuti dengan pengadukan agar tercampur ke dalam lateks secara merata serta membantu mempercepat proses pembekuan. Pengadukan dilakukan dengan 6-10 kali maju dan mundur secara perlahan untuk mencegah terbentuknya gelembung udara yang dapat mempegaruhi mutu sit yang dihasilkan. Kecepatan penggumpalan dapat diatur dengan mengubah perbandingan lateks, air dan asam sehingga diperoleh hasil bekuan atau disebut juga koagulum yang bersih dan kuat. Lateks akan membeku setelah 40 menit. Proses selanjutnya ialah pemasangan plat penyekat yang berfungsi untuk membentuk koagulum dalam lembaran yang seragam.
2.6 PROSES PENGGILINGAN KOAGULUM MENJADI SHEETPenggilingan dilakuan setelah proses pembekuan selesai. Hasil bekuan atau koagulum digiling untuk mengeluarkan kandungan air, mengeluarkan sebagian serum, membilas, membentuk lembaran tipis dan memberi garis pada lembaran. Untuk memperoleh lembaran sit, koagulum digiling dengan beberapa gilingan rol licin, rol belimbing dan rol motif (batik). Setelah digiling, sheet dicuci kembali dengan air bersih untuk menghindari permukaan yang berlemak akibat penggunaan bahan kimia, membersihkan kotoran yang masih melekat serta menghindari agar sheet tidak menjadi lengket saat penirisan. Koagulum yang telah digiling kemudian ditiriskan diruang terbuka dan terlindung dari sinar matahari selama 1-2 jam.Tujuan penirisan adalah untuk mengurangi kandungan air di dalam lembaran sheet sebelum proses pengasapan. Penirisan tidak boleh terlalu lama untuk menghindari terjadinya cacat pada sheet yang dihasilkan, misalnya timbul warna yang seperti karat akibat teroksidasi. Penirisan dilakukan pada tempat teduh dan terlindung dari sinar matahari.2.7 PROSES PENGASAPAN SHEETSheet yang sudah melalui penirisan kemudian dilakukan proses pengasan didalam kamar asap sampai matang. Sheet yang telah matang dari kamar asap diturunkan kemudian ditimbang dan dicatat dalam arsip produksi.2.8 PROSES SORTASIProses sortasi dilakukan secara visual berdasrkan warna, kotoran, gelembung udara, jamur dan kehalusan gilingan yang mengacu pada standard yang terdapat pada SNI 06-0001-1987. Secara umum sit diklasifikasikan dalam mutu RSS 1, RSS 2, RSS 3, RSS 4, RSS 5 dan Cutting. Cutting merupakan potongan dari lembaran yang terlihat masih mentah, atau terdapat gelembung udara hanya pada sebagian kecil, sehingga dapat digunting.2.9 PENGUJIAN BARANG KARETUntuk mendapatkan barang karet dengan mutu yang baik, perlu dilakukan analisis karet beserta bahan kimia yang digunakan sebagai addiftiv dalam pembuatan kompon karet, baik terhadap barang karet yang belum divulkanisasi maupun yang sudah divulkanisasi.Analisis barang karet dapat dilakukan berupa pengujian sifat fisika dan analisis kimia, analisis kimia yang dilkukan meliputi analisis jenis bahan dan analisis jumlah setiap bahan yang terdapat dalam barang karet. Sedangkan analisis fisika meliputi uji ketebalan, kuat tarik, kekerasan, perpanjangan putus, ketahanan sobek, bobot jenis, ketahanan kikis, ketahanan retak lentur dan organoleptis. Analisis jenis bahan yang digunakan bertujuan untuk memberikan informasi mengenai jenis karet, bahan pelunak, bahan pengisi, bahan pencepat, antioksidan dan bahan kimia karet lainnya. Analisis jumlah memberikan informasi tentang komposisi bahan utama penyusun barang karet yaitu karet, serta bahan pelunak, karbon black, abu dan ekstrak acetone. Hasil analisis dapat digunakan sebagai dasar perkiraan dalam pembuatan barang karet atau yang lebih baik.
BAB IIIPENUTUP3.1 KESIMPULANKaret adalah suatu produk yang berasal dari alam yaitu dari getah pohon karet (latex), maupun produksi manusia (sintetis). Karet diolah dengan berbagai proses sehingga diperoleh berbagai produk yang sering kita temui dan sering digunakan di kehidupan sekarang ini. 80% barang-barang keperluan seluruh manusia di muka bumi berasal dari bahan dasar karet. Karet juga terdiri dari berbagai macam jenis. Sebelum karet dapat digunakan oleh manusia, karet diolah dengan berbagai cara. Setelah karet diolah karet juga diuji terlebih dahulu sebelum diperjual belikan dan digunakan oleh manusia.
DAFTAR PUSTAKAAnonim. 1982. “Standar International untuk Mutu dan Kemasan Karet Alam. Jakarta : Departemen Perdagangan dan Koperasi.Anonim. 2014. “Proses Pengolahan Karet Crumb Rubber”. https://sites.google.com/site/gapoktanpetanikaretrakyat/classroom-news/proses-pen golahan -karet-crumb-rubber. Diakses Sabtu 24 Oktober 2015.Anonim. “Teknologi Pengolahan Karet Crumb Rubber”. http://elnuhacenter.yolasite.com/reso urces/karet/TEKNOLOGI%20PENGOLAHAN%20KARET%20CRUMB%20RUBBER.pptx. Diakses Sabtu 24 Oktober 2015.Abednego JG. 1989. “Pengolahan Karet Crepe”. Bogor : Balai Penelitian Perkebunan.Nurazizah, Ulfa. 2013. “Proses Pengolahan Karet”. http://rafhaulfa.blogspot.co.id/2013/ 05/contoh-makalah-pengolahan-karet-proses.html. Diakses Sabtu 24 Oktober 2015.Panca Wardanu, Adha. 2010. “Teknologi Pengolahan Karet”. https://apwardhanu.word press.com/politeknik-ketapang/teknologi-pengolahan-karet/. Diakses Sabtu 24 Oktober 2015.Rahmawati, Irma. 2011. “Industri Karet dan Pengolahannya”. http://irizlovely.blogspot.co.id/ 2011/08/industri-karet-dan-pengolahannya.html. Diakses Sabtu 24 Oktober 2015.Untung, Ony. 1996. “Peremajaan Karet Ala Goodyear”. Trubus no 324.