Berikut ini contoh makalah dengan judul tawuran antar pelajar dan Kenakalan remaja. Tawuran dan kenakalan remaja adalah dua hal yang saling berkaitan erat dan menjadi masalah pelajar di Kota dari waktu ke waktu.
Daftar isi
Tawuran Antar Pelajar
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kualitas pelajar di Indonesia berada dalam kategori memprihatinkan, baik dari segi prestasi maupun dari sisi karakter. Dari sisi prestasi, Indonesia selalu menempati kelompok bawah dari berbagai tes terutama Tes yang dilakukan oleh badan dan organisasi internasional seperti PISA. Dari sisi karakter, sangat banyak pelajar Indonesia yang terlibat tindakan kriminal, pelanggaran etika, dan asusila.
Salah satu kondisi yang memprihatikan dalam dunia pendidikan Indonesia adalah banyaknya twauran antar pelajar. Tawuran atau perkelahian antar kelompok yang melibatkan siswa dan mahasiswa hampir terjadi di seluruh kota-kota besar di Indonesia. Hal ini tentu saja muncul dari banyak faktor baik itu berasal dari dalam diri pelajar itu sendiri (internal) maupun pengaruh lingkungan dan pergaulan (eksternal).
Hal yang sangat disayangkan adalah para pelaku tawuran ini sudah tidak menganggap nyawa menjadi hal yang penting atau sudah tidak memiliki harga. Bahkan ada rasa bangga yang muncul saat pelaku tawuran ini berhasil melukai atau sampai membunuh lawan mereka. Masalah ini tentu harus menjadi perhatian serius tidak hanya bagi pemerintah tapi juga sekolah, guru, orang tua dan seluruh pihak yang terlibat dalam kehidupan pelajar.
Dampak dari tawuran ini juga terlihat dari banyaknya geng-geng terbentu dalam satu sekolah maupun antar sekolah. Geng-geng pelajar ini terbentuk karena adanya rasa khawatir berlebih ataupun perasaan senasib sepenangungan yang sayangnya disebabkan oleh faktor negatif. Misalnya ketakutan diserang oleh kelompk sekolah lain atau ketakutan dikatakan pelajar cupu karena tidak pernah ikut tawuran.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka disusunlah sebuah makalah dengan judul Tawuran Antara Remaja. Makalah in bertujuan untuk membahas pengertian, faktor penyebab, dampak dan pencegahannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah dan latar belakang yang telah dikemukakan maka disusun rumusan masalah sebagai berikut :
- Apa pengertian tawuran antar remaja?
- Apa saja faktor penyebab taruwan?
- Apa dampak dari tawuran?
- Bagaimana upaya penanggulangan dan pencegahan tawuran?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan makalah ini adalah :
- Memaparkan pengertian tawuran antar remaja.
- Memaparkan faktor-faktor penyebab tawuran.
- Memarpakn dampak ada saja yang disebabkan oleh tawuran baik bagi pelaku, orang tua, dan pihak terkiat.
- Memaparkan upaya penanggulangan dan pencegahan tawuran antar remaja.
Bab II. Pembahasan
A. Pengertian Tawuran
Kata tawuran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah perkelahian yang melibatkan banyak orang. Pelajar sendiri memiliki arti adalah peserta didik yang mengenyam pendidikan pada sekolah formal seperti sekolah dasar dan sekolah menengah. Dengen demikian Tawuran antar pelajar adalah pekelahian massal yang terjadi di kalangan siswa.
Secara psikologis, Tawuran antar remaja dapat dikategorikan sebagai kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja ini debadakan dalam dua kategori yakni kenakalan situasional dan kenakalan sistematik.
- Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.
- Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya. Seperti yang kita ketahui bahwa pada masa remaja seorang remaja akan cenderung membuat sebuah genk yang mana dari pembentukan genk inilah para remaja bebas melakukan apa saja tanpa adanya peraturan-peraturan yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup kelompok teman sebayanya.
Menurut Mansoer (dikutip dalam Solikhah, 1999) “perkelahian pelajar” atau yang biasa disebut dengan tawuran adalah perkelahian massal yang merupakan perilaku kekerasan antar kelompok pelajar laki-laki yang ditujukan pada kelompok pelajar dari sekolah lain.
Tawuran adalah salah satu bentuk kenakalan remaja, yaitu kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Umumnya dilakukan oleh remaja di bawah umur 17 tahun.
Aspek kecenderungan kenakalan remaja terdiri dari :
- Aspek perilaku yang melanggar aturan atau status.
- Perilaku yang membahayakan diri sendiri dan orang lain.
- Perilaku yang mengakibatkan korban materi.
- Perilaku yang mengakibatkan korban fisik.
Tawuran atau Tubir adalah istilah yang sering digunakan masyarakat Indonesia, khususnya di kota-kota besar sebagai perkelahian atau tindak kekerasan.Biasanya dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat. Tawuran merupakan suatu penyimpangan sosial yang berupa perkelahian.
Tawuran merupakan suatu kegiatan perkelahian atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat.
B. Faktor-faktor penyebab tawuran
Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan tawuran pelajar, diantaranya :
a. Faktor Internal
Faktor internal ini terjadi didalam diri individu itu sendiri yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru dalam menyelesaikan permasalahan disekitarnya dan semua pengaruh yang datang dari luar. Remaja yang melakukan perkelahian biasanya tidak mampu melakukan adaptasi dengan lingkungan yang kompleks. Maksudnya, ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan keanekaragaman pandangan, ekonomi, budaya dan berbagai keberagaman lainnya yang semakin lama semakin bermacam-macam.
Para remaja yang mengalami hal ini akan lebih tergesa-gesa dalam memecahkan segala masalahnya tanpa berpikir terlebih dahulu apakah akibat yang akan ditimbulkan. Selain itu, ketidakstabilan emosi para remaja juga memiliki andil dalam terjadinya perkelahian. Mereka biasanya mudah friustasi, tidak mudah mengendalikan diri, tidak peka terhadap orang-orang disekitarnya. Seorang remaja biasanya membutuhkan pengakuan kehadiran dirinya ditengah-tengah orang-orang sekelilingnya.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu, yaitu :
1. Faktor Keluarga
Keluarga adalah tempat dimana pendidikan pertama dari orangtua diterapkan. Jika seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan didalam keluarganya maka setelah ia tumbuh menjadi remaja maka ia akan terbiasa melakukan kekerasan karena inilah kebiasaan yang datang dari keluarganya. Selain itu ketidak harmonisan keluarga juga bisa menjadi penyebab kekerasan yang dilakukan oleh pelajar. Suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja.
Menurut Hirschi (dalam Mussen dkk, 1994). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik bagi anak (hawari, 1997).
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik bagi anak (hawari, 1997). Jadi disinilah peran orangtua sebagai penunjuk jalan anaknya untuk selalu berprilaku baik.
2. Faktor Sekolah
Sekolah tidak hanya untuk menjadikan para siswa pandai secara akademik namun juga pandai secara akhlaknya . Sekolah merupakan wadah untuk para siswa mengembangkan diri menjadi lebih baik. Namun sekolah juga bisa menjadi wadah untuk siswa menjadi tidak baik, hal ini dikarenakan hilangnya kualitas pengajaran yang bermutu. Contohnya disekolah tidak jarang ditemukan ada seorang guru yang tidak memiliki cukup kesabaran dalam mendidik anak muruidnya akhirnya guru tersebut menunjukkan kemarahannya melalui kekerasan. Hal ini bisa saja ditiru oleh para siswanya. Lalu disinilah peran guru dituntut untuk menjadi seorang pendidik yang memiliki kepribadian yang baik.
3. Faktor Lingkungan
Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah dapat mempengaruhi perilaku remaja. Seorang remaja yang tinggal dilingkungan rumah yang tidak baik akan menjadikan remaja tersebut ikut menjadi tidak baik. Kekerasan yang sering remaja lihat akan membentuk pola kekerasan dipikiran para remaja. Hal ini membuat remaja bereaksi anarkis. Tidak adanya kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para pelajar disekitar rumahnya juga bisa mengakibatkan tawuran.
4. Faktor Pacar
Masalah pacar seperti berebut pacar, saing-saingan pacar, ada yang menggoda pacar satu sekolah, juga acapkali menimbulkan tawuran yang kemudian bereskalasi menjadi tawuran antar sekolah yang melibatkan massa yang besar karena solidaritas atas sesama.
5. Faktor Geng
Hampir setiap sekolah terutama sekolah negeri memiliki geng yang didirikan oleh kakak-kakak kelas, yang kemudian diwariskan kepada adik-adiknya di sekolah. Proses pewarisan geng ini kepada adik kelas sekaligus menanamkan budaya geng yang harus ditaati dan dilaksanakan telah menjadikan sekolah sebagai pusat tawuran dan bullying. Mereka yang sudah telanjur menjadi anggota geng, tidak berani mengundurkan diri, karena takut mendapat perlakukan kasar dan membahayakan jiwa mereka. Pengaruh alumni dari geng suatu sekolah sangat kuat, sehingga kekerasan seolah menjadi budaya yang sulit dihapus.
6. Faktor Ekonomi
Masalah ekonomi juga acapkali menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya tawuran. Kesenjangan ekonomi antar pelajar, dan persaingan antar sesama, menyebabkan sering terjadi tawuran di kalangan pelajar dan masyarakat.
C. Macam-macam tawuran
a. Tawuran di tingkat sekolah
Tawuran paling banyak diartikan sebagai perkelahian massal antaradua kubu siswa suatu sekolah. Misalnya tawuran antar SMA C melawan SMA D yang sering diakibatkan oleh hal-hal sepele, mulai dari saling mengejek, sampai tawuran karena salah satu sekolah memang ingin mengajak tawuran sekolah lain karena hanya ingin bersenang-senang.
b. Tawuran di tingkat fakultas
Tawuran di tingkat fakultas (kampus) biasanya dilakukan antar mahasiswa kampus itu sendiri, namun berbeda faklutas.Misalnya mahasiswa fakultas XXX mempunyai masalah dengan fakultas lain; maka tawuran biasanya akan terjadi di dalam area universitas / kampus. Sebab tawuran di tingkat fakultas biasanya hampir sama dengan sebab tawuran di tingkat sekolah.
D. Dampak Tawuran
Tawuran antar pelajar yang ada di Indonesia saat ini sudah menjadi agenda rutin dan sepertinya sudah membudaya dalam kalangan mereka. Banyak tawuran yang terjadi antar sekolah hanya karena dendam dari alumni yang tidak terbalas dan akhirnya menjadi budaya turun temurun yang susah untuk dihapuskan atau dihilangkan dari sekolah tersebut. Apabila tawuran tetap ditumbuh kembangkan di kalangan pelajar maka akan menimbulkan dampak negatif berupa kerugian. Tidak hanya bagi mereka para pelajar dan sekolah yang bersangkutan, namun juga masyarakat sekitar.
Kerugian tersebut antara lain:
a. Kerusakan tempat tawuran / material.
Dalam kerusakan di tempat mereka melakukan aksi tersebut kebanyakan dari para pelaku tawuran tidak mau bertanggung jawab atas kerusakan yang mereka timbulkan. Biasanya mereka hanya lari setelah puas melakukan tawuran. Contohnya pecahnya kaca pada mobil, perusakan fasilitas umum, pembakaran ban ataupun kendaraan bermotor dsb.
b. Rusaknya citra baik sekolah.
Pencitraan yang baik yang telah dibangun oleh para perangkat sekolah, baik itu kepala sekolah, jajaran guru dan karyawan, serta prestasi yang diraih oleh murid yang lain akan pudar dan sirna apabila murid-murid yang lain masih mempertahankan tradisi tawuran. Akibatnya di tahun ajaran berikutnya, peminat calon murid baru akan berkurang.
c. Adanya korban jiwa.
Tawuran antar pelajar selain merugikan secara material juga mengakibatkan adanya korban jiwa. Misalnya tawuran antar pelajar yang menggunakan senjata tajam seperti batu, clurit, dan senjata tajam lainnya menyebabkan adanya korban luka baik korban luka ringan maupun berat, dan bisa juga ada korban meninggal.
d. Dampak psikis.
Contohnya keresahan masyarakat dan traumatik. Keresahan masyarakat ini akan menimbulkan rasa tidak percaya terhadap generasi muda yang seharusnya menjadi agen perubahan bangsa. Selain keresahan itu, traumatik bisa dialami oleh masyarakat yang ada di lokasi saat terjadi tawuran. Masyarakat akan menjadi takut dan tidak berani lagi berhadapan dengan kelompok pelajar.
e. Rasa malu orang tua dan pihak sekolah atas ketidakberhasilan mendidik anak didiknya.
f. Proses pembelajaran yang tertunda, dikarenakan skorsing ataupun di keluarkan dari sekolah.
g. Dipenjarakan.
h. Menurunnya moralitas para pelajar
Yang paling dikhawatirkan oleh para pendidik adalah berkurangnya penghargaan siswa terhadap toleransi, perdamaian dan nilai-nilai hidup orang lain. Para pelajar itu belajar bahwa kekerasan adalah cara yang paling efektif untuk memecahkan masalah mereka, dan karenanya memilih untuk melakukan apa saja agar tujuannya tercapai. Akibat yang terakhir ini jelas memiliki konsekuensi jangka panjang terhadap kelangsungan hidup bermasyarakat di Indonesia.
E. Contoh tawuran
a. 3 Mei 2012
Satu pelajar meninggal dunia diantara luka-luka akibat tawuran pelajar di Jalan Ampera RT 03/05 Bekasi Timur, Kota Bekasi. Korban tewas diketahui bernama Bayu Dwi Kurniawan (16). Ia tewas dengan luka bacok di tubuhnya, sedangkan dua rekannya Rahman Aldi (17), dan Muhaji Adenan (16) dirawat akibat terkena lemparan batu.
b. 26 Juli 2012
Tawuran siswa SMA Budi Utomo dengan Santa Yoseph di Jalan Kramat Raya Senen, Jakarta Pusat. Korban benama Roni (28). Ia mengalami luka bakar di bagian kaki kanannya akibat lemparan air keras.
c. 29 Agustus 2012
Siswa SMP bernama Jasuli (16) meninggal dunia akibat tawuran di Stasiun Panjang Buaran Duern Sawit, Jakarta timur. Jasuli tewas tersambar Kereta Api yang melintas. Ia yang sebelumnya terlbat tawuran dengan pelajar lain itu tak menyadari kereta api. Alhasil ia pun tersambat dan terseret hingga tewas.
d. 12 September 2012
Tawuran kembali merenggang nyawa, kali ini pelajar kelas SMK Baskara Pancoran Mas Depok bernama Didik Triyuda. Ia tewas setelah terlibat tawuran di Jalan Raya Sawangan perempatan masjid Mampang Pancoran Mas Depok.
e. 26 September 2012
Tawuran yang merenggut nyawa Deni Januar (27), siswa kelas XII SMA Yayasan Karya 66. Ia tewas setelah dibacok dibagian perut oleh siswa STM Kartika Zeni di Manggarai, Jakarta Selatan, rabu siang.
f. 12 September 2012
Tawuran di Jalan Raya Sawangan peremptan Masjid Pancoran Mas Depok tanggal 12 September 2012. Korban Didik Triyuda pelajar kelas 3 SMK Baskara meninggal dunia. Terjadi tawuran pelajar yang menewaskan satu orang pelajar dari SMK Baskara Pancoran Mas Depok Tawuran antar pelajar SMK terjadi di seberang Gerbatama Universitas Indonesia (UI). Puluhan pelajar antar dua SMK terlibat tawuran dengan sasaran bus Debora jurusan Lebak Bulus – Depok.
Kejadian berawal saat belasan siswa SMK berada di dalam bus Debora ke arah Margonda, Depok. Tiba – tiba belasan siswa yang berada di pinggir jalan pun mengolok – olok pelajar di dalam bus. Lantaran bus mengetem di jalan untuk mendapat penumpang, kedua kelompok pelajar tersebut akhirnya beradu mulut hingga saling lempar batu. Penumpang di dalam bus Debora pun kesal hingga berinisiatif menangkap beberapa diantaranya dan membawanya ke Polres Depok.
“Mereka lempar – lemparan batu, akhirnya kita suruh sopir untuk cepat jalan, dan sejumlah pelajar kami tangkap saja untuk dibawa ke Polres, biar kapok,” ujar salah satu penumpang, Imam (42), Senin 14 Mei 12. Kabagops Polres Depok Kompol Suratno mengatakan pihaknya masih memeriksa sejumlah pelajar. Motifnya lantaran kedua kelompok pelajar SMK swasta tersebut saling ejek. “Masih kami selidiki, kalau memang ada tindak pidana akan kami proses, tetapi kalau tidak bawa senjata tajam atau narkoba dan miras, kita kembalikan ke orang tua dengan syarat membuat surat pernyataan,” tandasnya.
g. 26 September 20112
Tawuran di Minangkabau, Manggarai, Jakarta Selatan Rabu Siang Tanggal 26 Semptember 2012. Korban Deny Yanuar (27) siswa kelas XII SMA Yayasan Karya 66. (Yake). Tersangka Pembacokan : AD, Siswa STM Kartika Zeni. Serta E dan G yang juga STM Kartika Zeni.
JAKARTA — Kasat Reskrim Polres Jakarta Selatan, AKBP Hermawan membeberkan kronologis peristiwa tawuran antarpelajar SMA Yayasan Karya 66 (Yake) dan SMK Kartika Zeni yang terjadi di Jalan Minangkabau, Setiabudi, Jakarta Selatan, Rabu (26/9). Ia mengaku memang belum diketahui motif tawuran itu, tapi aksi itu merupakan tawuran lanjutan yang sering dilakukan pelajar sekolah tersebut.
“SMK Kartika Zeni dan SMA Yayasan Karya 66 kan berada di wilayah Jakarta Timur nah mereka (saksi) menyampaikan pertengkaran sudah sejak lama terjadi di sana. Jadi ini peristiwa lanjutan. Kebetulan rumah mereka di Saharjo, Manggarai sekitarnya. Jadi tadi saat turun angkot ke rumah masing-masing mereka berpapasan dan terjadilah tawuran,” papar Hermawan di Polres Jaksel, Rabu Malam. Saat tawuran terjadi jumlah pelajar SMK Yake hanya 8 delapan orang. Jumlah ini lebih sedikit dibanding kelompok penyerang SMA Kaze yang berjumlah 20 orang.
“Saat bertemu mereka (pelajar Yake) langsung diserang. Karena jumlahnya sedikit mereka langsung lari kocar-kacir. Salah satu siswa Kaze membawa senjata tajam untuk membacok korban yang lari tertinggal dari teman lainnya,” sambung Hermawan. Kini pelaku dari SMK Kaze telah dibekuk kepolisian. Pelaku berinisial AD. Ia mengakui membawa senjata tajam dan membacok korban hingga tewas.
h. 24 September 2012
Tawuran pelajar SMAN 6 & SMAN 70 di Bundaran Bulungan, Blok M Plaza Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Korban pelajar dari siswa SMAN 6, Alawi Yusianto tewas dalam aksi tawuran tersebut. Sementara itu rekannya Ramdan Dimas dan Diaz Fahlevi mengalami luka-luka. Alawi tewas dibacok oleh Fitra Rahmadhani, siswa dari SMAN 70.
WartaNews-Jakarta, Sebelumnya berita pertikaian yang hangat diperbincangkan, antara pelajar yang terjadi di bulungan antara SMAN 70 dan SMAN 6 menewaskan satu orang pelajar SMAN 6.
Komisi Nasional Perlindungan Anak (KPAI), mencatat sepanjang enam bulan pertama di tahun 2012. Sudah ada 139 kasus tawuran pelajar. Naik dari tahun sebelumnya sebanyak 128 kasus.
Bab III. Penutup
A. Kesimpulan
Permasalahan yang timbul seperti Tawuran antar pelajar memang bukanlah masalah sepele, dikarenakan makin banyaknya peristiwa serupa yangterjadi belakangan ini, hal ini sangat disayangkan karena tidakan tersebut sangatlah tidak terpuji, dan eksistensi diri para pelajarlah sebagai pemicu terjadinya bentrok antar pelajar.
Kita harus semakin prihatin akan peristiwa yang terjadi disekitar kita, karena banyak faktor yang melatar belakanginya, antara lain faktor internal, yaitu pribadi atau individu dan faktor eksternal, seperti : orang tua, sekolah, dan lingkungan sekitar, dalam hal ini orang tua sangat memiliki peranan penting dalam mendidik anak, karena teladan dan contoh yang baik bisa membuat seorang anak menjadi baik, begitupula sebaiknya, dan peran serta sekolah serta lingkungan juga sangat diharapkan, dimana kondisi yang kondusif bisa berdampak pada keadaan sekitar.
Perkelahian terjadi karena adanya situasi yang mengharuskan mereka untuk berkelahi. Biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat kekerasan makin mewabah di mana-mana. Wajah-wajah beringas para remaja kita telah menjadi momok tersendiri di tengah-tengah masyarakat yang makin tak karuan ini. Karena para remaja nantinya akan jadi generasi akan menjadi penerus bangsa ini dan mampu menjadi pemimpin keluarga masa kelak mendatang. Banyak hal yang bisa dipelajari dari peristiwa ini, selain dari dampak yang tentunya sangat-sangat merugikan diri sendiri dan juga orang lain, serta cara-cara yang bisa diterapkan untuk menghindari terjadinya tawuran.
B. Saran
Dalam menyikapi masalah remaja terutama tentang tawuran pelajar diatas, kami memberikan beberapa saran. Diantaranya :
a. Membuat Peraturan Sekolah Yang Tegas
Bagi siswa siswi yang terlibat dalam tawuran akan dikeluarkan dari sekolah. Jika semua siswa terlibat tawuran maka sekolah akan memberhentikan semua siswa dan melakukan penerimaan siswa baru dan pindahan. Setiap pelajar siswa siswi harus dibuat takut dengan berbagai hukuman yang akan diterima jika ikut serta dalam aksi tawuran. Bagi yang membawa senjata tajam dan senjata khas tawuran lainnya juga harus diberi sanksi.
b. Memberikan pendidikan anti tawuran
Pelajar diberikan pemahaman tentang tata cara menghancurkan akar-akan penyebab tawuran dengan melakukan tindakan-tindakan tanpa kekerasan jika terjadi suatu hal, selalu berperilaku sopan dan melaporkan rencana pelajar-pelajar badung yang merencanakan penyerangan terhadap pelajar sekolah lain. Jika diserang diajarkan untuk mengalah dan tidak melakukan serangan balasan, kecuali terpaksa.
c. Memisahkan pelajar berotak kriminal dari pelajar yang lain
Setiap manusia memiliki sifat bawaan masing-masing. Ada yang baik, yang sedang dan ada yang kriminil. Daripada menularkan sifat jahatnya kepada siswa yang lain lebih baik diidentifikasi dari awal dan dilakukan bimbingan konseling tingkat tinggi untuk menghilangkan sifat-sifat jahat dari diri siswa tersebut. Jika tidak bisa dan tetap berpotensi tinggi membahayakan yang lain segera keluarkan dari sekolah.
d. Kolaborasi belajar bersama antar sekolah
Selama ini belajar di sekolah hanya di situ-situ saja sehingga tidak saling kenal mengenal antar pelajar sekolah yang satu dengan yang lainnya. Seharusnya ada kegiatan belajar gabungan antar sekolah yang berdekatan secara lokasi dan memiliki kecenderungan untuk terjadi tawuran pelajar. Dengan saling kenal mengenal karena sering bertemu dan berinteraksi maka jika terjadi masalah tidak akan lari ke tawuran pelajar, namun diselesaikan dengan cara baik-baik.
e. Membuat program ekstrakurikuler tawuran
Diharapkan setiap sekolah membuat ekskul konsep baru bertema tawuran, namun tawuran pelajar yang mendidik, misalnya tawuran ilmu, tawuran olahraga, tawuran otak, tawuran dakwah, tawuran cinta, dan lain sebagainya yang bersifat positif. Tawuran-tawuran ini sebaiknya bukan bersifat kompetisi, tetapi bersifat saling mengisi dan bekerjasama sehingga bisa bergabung dengan ekskul yang sama di sekolah lain.
f. Patroli polisi dan satpol PP
Patroli polisi dan satpol PP diintensifkan saat jam pulang sekolah, karena siswa atau mahasiswa yang berbeda almamater biasanya akan cepat tersulut emosinya saat mereka berpapasan dengan jumlah yang banyak.