Makalah Taksonomi Bloom untuk Aspek Kognitif, Afektif dan Psikomotorik Dalam Pembelajaran

11 min read

Teori Taksonomi Bloom

Berikut ini adalah Contoh Makalah Taksonomi Bloom untuk Aspek Kognitif, afektif dan psikomotorik.

Bab I. Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. Pendidikan lebih daripada pengajaran, karena pengajaran sebagai suatu proses transfer ilmu belaka, sedang pendidikan merupakan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. Perbedaan pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadap pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik di samping transfer ilmu dan keahlian.

Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah.

Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan pada tahun 1956, sehingga sering pula disebut sebagai “Taksonomi Bloom”. Taksonomi bloom merujuk pada tujuan pembelajaran yang diharapkan agar dengan adanya taksonomi ini para pendidik dapat mengetahui secara jelas dan pasti apakah tujuan instruksional pelajaran bersifat kognitif, afektif atau psikomotor. Taksonomi berarti klasifikasi berhirarki dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian sampai pada kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi.

B. Indentifikasi Makalah

Dari  latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

  1. Apa pengertian dari taksonomi Bloom?
  2. Bagaimana peran Taksonomi Bloom dalam Pembelajaran?

C. Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang dibahas dibatasi pada masalah:

  1. Pembahasan tentang Taksonomi Bloom.
  2. Peran Taksonomi Bloom dalam Pembelajaran

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, masalah- masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Apakah Pengertian Taksonomi Bloom dan sejarahnya ?
  2. Bagaimana Peran Taksonomi Bloom dalam Pembelajaran ?

C. Tujuan

Adapun tujuan makalah ini agar para mahasiswa diharapkan dapat :

  1. Mengetahui pengertian taksonomi.
  2. Memahami taksonomi yang dikemukakan menurut Bloom.
  3. Mengetahui peran Taksonomi Bloom dalam Pembelajaran.

Bab II. Pembahasan

A. Sejarah Taksonomi Bloom

Taksonomi Bloom diperkenalkan oleh Benjamin Samuel Bloom (1913-1999). Bloom adalah psikolog pendidikan Amerika Serikat yang mengamati tentang taksonomi kognitif yang mendukung teori belajar tuntas. Bloom mendapatkan pendidikan Sarjana dan Magister di Universitas Pennsylvania State University sedangkan gelar Doktor dalam bidang pendidikan didapatkan di University of Chicago.

Bloom kemudian bekerja sebagai staff Board of Examination di University of Chicago, lalu setelah ditunjukan sebagai pemeriksa pemeriksa di universitas sampai kemudian mengakhiri jabatan tersebut tahun 1959. Pekerjaan sebagai pengajar di Jurusan Pendidikan University of Chicago dimulai tahun 1944 untuk kemudian ditunjuk sebagai Distinguished Service Professor pada tahun 1970. Ia menjabat sebagai presiden American Educational Research Association dari tahun 1965 sampai 1966. Ia menjadi penasihat pendidikan bagi pemerintahan Israel, India, dan beberapa bangsa lain.

Kata Taksonomi diambil dari bahasa Yunani Tassein yang berarti untuk mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan sebagai klasifikasi berhirarki dari sesuatu, atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Hampir semua ( benda bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian ) dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi.

Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyetarakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan pada tahun 1956, sehingga sering pula disebut sebagai “Taksonomi Bloom”.

B. S. Bloom bersama rekan-rekannya yang berpikir sehaluan, menjadi kelompok pelopor dalam menyumbangkan suatu klasifikasi tujuan instruksional (educational objectives). Pada tahun 1956, terbitlah karya “Taxonomy of Educational Objectives”, Cognitive Domain”. Pada tahun 1964, terbitlah karya “Taxonomy of Educational Objectives, Affective Domain”. Kelompok pelopor ini tidak berhasil menerbitkan suatu taksonomi yang menyangkut tujuan instruksional di bidang psikomotorik (psychomotor domain). Orang lainlah yang mengembangkan suatu klasifikasi di bidang ini, antara lain E. Simpson pada tahun 1967 dan A. Harrow pada tahun 1972.

Adapun suatu taksonomi adalah merupakan suatu tipe system klasifikasi yang khusus, yang berdasarkan data penelitian ilmiah mengenai hal-hal yang digolong-golongkan dalam sistematika itu. Misalnya klasifikasi atas genus dan species terhadap tumbuh-tumbuhan dan binatang, sebagaimana dikembangkan dalam ruang lingkup Biologi, sesuailah dengan apa yang diketahui tentang tumbuh-tumbuhan dan binatang. Sistematika pembagian / penggolongan itu tidak berdasarkan suatu sistematika yang ditentukan sendiri (yang bersifat arbitrer), sebagaimana terjadi dalam kartotek perpustakaan, yang mengklasifikasikan buku-buku menurut urutan abjad nama-nama pengarang, menurut urutan abjad judul-judul buku atau menurut topik-topik yang dibahas dalam buku-buku itu. Taksonomi-taksonomi di tiga rana kognitif, afektif, dan psikomotorik, yang dikembangkan oleh kelompok pelopor ini dan beberapa orang lain, memang disebut “taxonomy”, tetapi menurut pendapat beberapa ahli psikologi belajar, mungkin tidak seluruhnya memenuhi tuntutan suatu taksonomi sebagaimana dijelaskan diatas, khususnya dalam rana kognitif. Meskipun demikian, nama taksonomi akan tetap dipertahankan di sini, sesuai dengan sumber-sumber yang asli, kecuali untuk sistematika yang dikembangkan oleh Simpson dalam rana psikomotorik yang menggunakan nama/judul “klasifikasi” (classification).

B. Peran Taksonomi Bloom dalam Model Pembelajaran

Dalam proses mengajar kita harus merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran itulah yang akan kita jadikan sebagai tolak ukur dari hasil belajar siswa. Taksonomi Bloom dapat membantu kita untuk mengetahui sampai dimana tingkat keberhasilan kita dalam proses belajar mengajar sehingga dapat dievaluasi dan ditingkatkan menjadi lebih baik lagi dan atau dinaikkan lagi setingkat lebih tinggi dari semula.

Adapun taksonomi Bloom berdasar area atau rana adalah Rana Kognitif terdiri dari Pengetahuan (Knowledge); Pemahaman (Comprehension); Penerapan (Application); Analisa (Analysis); Sintesa (Syntesis); Evaluasi (Evaluation), Rana Afektif terdiri dari Penerimaan (Receiving) Partisipasi (Responding); Penilaian / Penentuan Sikap (Valuing); Organisasi (Organization); Pembentukan Pola Hidup (Characterization By A Value Or Value Complex), Rana Psikomotorik terdiri dari Persepsi (Perception); Kesiapan (Set); Gerakan Terbimbing (Guided Response); Gerakan yang Terbiasa (Mechanical Response); Gerakan Yang Kompleks (Complex Response); Penyesuaian Pola Gerakan (Adaptation); Kreativitas (Creativity)

a. Rana Kognitif

Kawasan kognitif yaitu kawasan/area yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau berfikir/nalar terdiri dari :

1. Pengetahuan (Knowledge)

Mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal-hal itu dapat meliputi fakta, kaidah dan prinsip, serta metode yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition).

Misalnya, TIK yang untuk sebagian dirumuskan sebagai berikut : “siswa akan mampu menyebutkan nama semua sekretaris jenderal PBB, sejak saat PBB mulai berdiri”. Siswa akan mampu menulis semua nama provinsi di Indonesia, pada peta perbatasan daerah-daerah propinsi”.

2. Pemahaman (Comprehension)

Mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain, seperti rumus matematika ke dalam bentuk kata-kata, membuat perkiraan tentang kecenderungan yang nampak dalam data tertentu, seperti dalam grafik.

3. Penerapan (Application)

Mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus/problem yang kongkret dan baru. Adanya kemampuan dinyatakan dalam aplikasi suatu rumus pada persoalan yang belum dihadapai atau aplikasi suatu metode kerja pada pemecahan problem baru.

4. Analisa (Analysis)

Mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam penganalisaan bagian-bagian pokok atau komponen-komponen dasar, bersama dengan hubungan/relasi antara bagian-bagian itu.

5. Sintesa (Synthesis)

Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. Bagian-bagian dihubungkan satu sama lain, sehingga terciptakan suatu bentuk baru.

6. Evaluasi (Evaluation)

Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu, yang berdasarkan kriteria tertentu. Kemampuan itu dinyatakan dalam memberikan penilaian terhadap sesuatu, seperti penilaian terhadap pengguguran kandungan berdasarkan norma moralitas, atau pernyataan pendapat terhadap sesuatu, seperti dalam menilai tepat-tidaknya perumusan suatu TIK, berdasarkan kriteria yang berlaku dalam perumusan TIK yang baik.

b. Rana Afektif

Pembagian domain ini disusun Bloom bersama dengan David Krathwol.Kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, terdiri dari :

1. Penerimaan (Receiving/Attending)

Mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru.

2. Partisipasi (Responding):

Mengadakan aksi terhadap stimulus, yang meliputi proses sebagai berikut :

  1. Kesiapan menanggapi (acquiescence of responding). Contoh : mengajukan pertanyaan, menempelkan gambar dari tokoh yang disenangi pada tembok kamar yang bersangkutan, atau mentaati peraturan lalu lintas.
  2. Kemauan menanggapi (willingness to respond), yaitu usaha untuk melihat hal-hal khusus di dalam bagian yang diperhatikan. Misalnya pada desain atau warna saja.
  3. Kepuasan menanggapi (satisfaction in response), yaitu adanya aksi atau kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk memuaskan keinginan mengetahui. Contoh kegiatan yang tampak dari kepuasan menanggapi ini adalah bertanya, membuat coretan atau gambar, memotret dari objek yang menjadi pusat perhatiannya, dan sebagainya.
3. Penilaian/Penentuan Sikap (Valuing)

Mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu. Mulai dibentuk suatu sikap : menerima, menolak atau mengabaikan, sikap itu dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dan konsisten dengan sikap batin.

4. Organisasi (Organization)

Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Nilai-nilai yang diakui dan diterima ditempatkan pada suatu skala nilai mana yang pokok dan selalu harus diperjuangkan, mana yang tidak begitu penting. Kemampuan itu dinyatakan dalam mengembangkan suatu perangkat nilai, seperti menguraikan bentuk keseimbangan yang wajar antara kebebasan dan tanggung jawab dalam suatu negara demokrasi atau menyusun rencana masa depan atas dasar kemampuan belajar, minat dan cita-cita hidup.

5. Pembentukan Pola Hidup (Characterization By A Value Or Value Complex)

Mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri.

3. Rana Psikomotorik

Kawasan psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari :

1. Persepsi (Perception)

Mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan (stimulasi) dan perbedan antara rangsangan-rangsangan yang ada, seperti dalam menyisihkan benda yang berwarna merah dari yang berwarna hijau.

2. Kesiapan (Set)

Mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental, seperti dalam mempersiapkan diri untuk menggerakkan kendaraan yang ditumpangi, setelah menunggu beberapa lama di depan lampu lalu lintas yang berwarna merah.

3. Gerakan Terbimbing (Guided Response)

Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi). Kemampuan ini dinyatakan dalam mengerakkan anggota tubuh, menurut contoh yang diperlihatkan atau diperdengarkan, seperti dalam meniru gerakan-gerakan tarian atau dalam meniru bunyi suara.

4. Gerakan Yang Terbiasa (Mechanism Response)

Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan. Kemampuan ini dinyatakan dalam menggerakkan anggota-anggota tubuh, sesuai dengan prosedur yang tepat, seperti dalam menggerakkan kaki, lengan dan tangan secara terkoordinir.

5. Gerakan Kompleks (Complex Response)

Mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat dan efisien. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu rangkaian perbuatan yang berurutan dan menggabungkan beberapa sub ketrampilan menjadi suatu keseluruhan gerak-gerik yang teratur, seperti dalam membongkar mesin mobil dalam bagian-bagiannya dan memasangnya kembali.

6. Penyesuaian Pola Gerakan (Adaptation)

Mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan persyaratan khusus yang berlaku. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menunjukkan suatu taraf ketrampilan yang telah mencapai kemahiran, misalnya seorang pemain tenis yang menyesuaikan pola permainannya dengan gaya bermain dari lawannya atau dengan kondisi lapangan.

7. Kreativitas (Creativity)

Mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri. Hanya orang-orang yang berketerampilan tinggi dan berani berpikir kreatif, akan mampu mencapai tingkat kesempurnaan ini, seperti kadang-kadang dapat disaksikan dalam pertunjukan tarian di lapisan es dengan diiringi musik instrumental.

C. Manfaat Memahami Taksonomi Bloom

Dengan memahami taksonomi Bloom, kita sebagai guru dapat memahami dan menerapkan jenjang-jenjang itu sesuai dengan kondisi siswa di dalam kelas. Beberapa kemungkinan yang dapat diterapkan dalam situasi kelas adalah :

  1. Semua siswa melakukan aktivitas mengingat dan memahami, kemudian beberapa siswa dapat melakukan aktivitas pada jenjang yang lebih tinggi (higher order thinking skills).
  2. Beberapa siswa bekerja pada keterampilan berfikir jenjang dasar (basic thinking skills), sementara beberapa siswa lain yang lebih cepat berfikirnya bekerja pada jenjang yang lebih tinggi.
  3. Beberapa siswa melakukan aktivitas jenjang dasar, kemudian mereka dapat memilih aktivitas pada jenjang yang lebih tinggi.
  4. Beberapa aktivitas dikatakan wajib dikerjakan (essensial), sedangkan yang lainnya digolongkan sebagai pilihan (optional).
  5. Guru menerapkan proses pembelajaran diawali dengan membawa masalah yang berjenjang kemudian siswa dirangsang untuk aktif berfikir pada tingkatannya.

Proses penerapan taksonomi Bloom tentu saja harus dianalisis tingkat kebutuhan dan karakteristis siswa/peserta didik yang kita ajar, proses pengetahuan gambaran awal kemampuan siswa tertera dalam Kriteria Ketuntasan minimal (KKM) khususnya intake siswa.

D. Hasil-hasil Belajar

Hasil belajar berwujud penampilan-penampilan yang disebut kemampuan-kemampuan (capabilities). Di antaranya bersifat kognitif, yaitu:

1. Keterampilan Intelektual

Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah :

Diskriminasi-diskriminasi, merupakan suatu konsep kemampuan untuk mengadakan respons-respons yang berbeda terhadap stimulus-stimulus yang berbeda dalam satu atau lebih dimensi fisik.

  1. Konsep-konsep konkret, menunjukkan suatu sifat objek atau atribut objek. Dalam hal ini diyakini bahwa penampilan manusia merupakan sebuah konsep yang konkret. Belajar konkret merupakan prasyarat dari belajar abstrak.
  2. Konsep terdefinisi, mensyaratkan kemampuan mendemonstrasikan arti dari kelas tertentu tentang objek-objek, kejadian-kejadian, atau hubungan-hubungan.
  3. Aturan-aturan, menunjukkan bagaimana penampilan mempunyai keteratuan dalam berbagai situasi khusus. Dalam hal ini konsep terdefinisi merupakan merupakan suatu bentuk khusus dari aturan yang bertujuan untuk mengelompokkan objek-objek, dan kejadian-kejadian. Dapat pula dikatakan bahwa konsep terdefinisi merupakan suatu aturan pengklasifikasian.
  4. Aturan-aturan tingkat tinggi, merupakan gabungan dari berbagai aturan-aturan sederhana yang dipergunakan untuk memecahkan masalah. Aturan-aturan yang kompleks atau aturan-aturan tingkat tinggi ditemukan untuk memecahkan suatu masalah praktis atau sekelompok masalah.

2. Strategi-strategi Kognitif Strategi

Strategi kognitif merupakan suatu proses kontrol, yaitu proses internal yang digunakan siswa (orang yang belajar) untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar mengingat, dan berpikir.

  1. Strategi-strategi menghafal, yaitu siswa melakukan latihan tentang materi yang dipelajari dalam bentuk pengulangan terus-menerus.
  2. Strategi-strategi elaborasi, yaitu siswa mengasosiasikan hal – hal yang akan dipelajari dengan bahan-bahan lain yang tersedia. Misalnya pembuatan catatan secara matriks, penggunaan analogi, menyeleksi ide utama dari buku teks, dan penggunaan metode PQ4R (preview, question, read, reflect, recite, dan review)
  3. Strategi-strategi pengaturan, yaitu mempelajari materi dengan menyusun kerangka yang teratur dari materi tersebut.
  4. Strategi-strategi metakognitif, meliputi kemampuan siswa untuk menentukan tujuan belajar, memperkirakan n keberhasilan pencapaian tujuan itu, dan memilih alternatif untuk mencapai tujuan itu.
  5. Strategi-strategi afektif, yaitu teknik yang digunakan siswa untuk memusatkan dan mempertahankan perhatian, mengendalikan kemarahan dan menggunakan waktu secara efektif.

3. Informasi Verbal

Informasi verbal adalah informasi yang diperoleh dari belajar di sekolah, kata-kata yang diucapkan orang, membaca, radio, televisi, dan media yang lain.

4. Sikap-sikap

Sikap-sikap yang umum biasanya disebut dengan nilai. Sikap-sikap ini ditujukan pada perilaku-perilaku sosial seperti kata-kata kejujuran, dermawan, dan istilah-istilah lain yang lebih moralitas.

5. Keterampilan-keterampilan motorik

Keterampilan motorik tidak hanya meliputi kegiatan fisik, tetapi juga kegiatan-kegiatan motorik yang digabungkan dengan kegiatan-kegiatan intelektual, misalnya membaca dan menulis. Proses belajar mengajar di suatu kelas dapat dilakukan melalui beberapa fase yang tujuannya untuk mempermudah siswa dan guru berinteraksi dalam suatu proses belajar mengajar.

Fase –fase tersebut adalah :

1. Fase Motivasi (motivatim phase)

Siswa (yang belajar) harus diberi motivasi untuk belajar dengan harapan, bahwa belajar akan memperoleh hadiah. Misalnya, siswa-siswa dapat mengharapkan bahwa informasi akan memenuhi keingintahuan mereka tentang suatu pokok bahasan, akan berguna bagi mereka atau dapat menolong mereka untuk memperoleh angka yang lebih baik.

2. Fase Pengenalan (apperehending phase)

Siswa harus memberikan perhatian pada bagian-bagian yang esensial dari suatu kejadian instruksional, jika belajar akan terjadi. Misalnya, siswa memperhatikan aspek-aspek yang relevan tentang apa yang ditunjukkan guru, atau tentang ciri-ciri utama dari suatu bangun datar.

Guru dapat memfokuskan perhatian terhadap informasi yang penting, misalnya dengan berkata: “Perhatikan kedua bangun yang Ibu katakan, apakah ada perbedaannya”. Terhadap bahan-bahan tertulis dapat juga melakukan demikian dengan menggaris-bawahi kata, atau kalimat tertentu, atau dengan memberikan garis besarnya untuk setiap bab.

3. Fase Perolehan (acquisition phase) B

ila siswa memperhatikan informasi yang relevan, maka ia telah siap untuk menerima pelajaran. Informasi yang disajikan, sudah dikemukakan dalam bab-bab terdahulu, bahwa informasi tidak langsung disimpan dalam memori. Informasi itu diubah menjadi bentuk yang bermakna yang dihubungkan dengan informasi yang telah ada dalam memori siswa. Siswa dapat membentuk gambaran-gambaran mental dari informasi itu, atau membentuk asosiasi-asosiasi antara informasi baru dan informasi lama.

Guru dapat memperlancar proses ini dengan penggunaan pengaturan-pengaturan awal (Ausubel. 1963), dengan membiarkan para siswa melihat atau memanipulasi benda-benda, atau dengan menunjukkan hubungan-hubungan antara informasi baru dan pengetahuan sebelumnya.

4. Fase Retensi (retention phase)

Informasi yang baru diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Ini dapat terjadi melalui pengulangan kembali (rehearsal), praktek (practice), elaborasi atau lain-lainnya.

5. Fase Pemanggilan (recall)

Mungkin saja kita dapat kehilangan hubungan dengan informasi dalam memori jangka panjang. Jadi bagian penting dalam belajar adalah belajar memperoleh hubungan dengan apa yang telah kita pelajari, untuk memanggil (recall) informasi yang telah dipelajari sebelumnya.

Hubungan dengan informasi ditolong oleh organisasi materi yang diatur dengan baik dengan mengelompokkan menjadi kategori-kategori atau konsep-konsep, lebih mudah dipanggil daripada materi yang disajikan tidak teratur. Pemanggilan juga dapat ditolong, dengan memperhatikan kaitan-kaitan antara konsep-konsep, khususnya antara informasi baru dan pengetahuan sebelumnya.

6. Fase Generalisasi

Biasanya informasi itu kurang nilainya jika tidak dapat diterapkan di luar konteks dimana informasi itu dipelajari. Jadi, generalisasi atau transfer informasi pada situasi-situasi baru merupakan fase kritis dalam belajar. Transfer dapat ditolong dengan meminta para siswa menggunakan keterampilan-keterampilan berhitung baru untuk memecahkan masalah-masalah nyata, setelah mempelajari pemuaian zat, mereka dapat menjelaskan mengapa botol yang berisi penuh dengan air dan tertutup, menjadi retak dalam lemari es.

7. Fase Penampilan

Para siswa harus memperlihatkan, bahwa mereka telah belajar sesuatu melalui penampilan yang tampak. Misalnya, setelah mempelajari bagaimana menggunakan busur derajat dalam pelajaran matematika, para siswa dapat mengukur besar sudut. Setelah mempelajari penjumlahan bilangan bulat, siswa dapat menjumlahkan dua bilangan yang disebutkan oleh temannya.

8. Fase Umpan Balik

Para siswa harus memperoleh umpan balik tentang penampilan mereka, menunjukkan apakah mereka telah atau belum mengerti tentang apa yang diajarkan.Umpan balik ini dapat memberikan masukan pada mereka penampilan yang berhasil.

Bab III. Penutup

A. Kesimpulan

Kata taksonomi diambil dari bahasa Yunani yaitu “tassein” yang berarti untuk mengklasifikasi dan “nomos” yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan sebagai klasifikasi berhirarki dari sesuatu, atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian, sampai pada kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi. Pendidikan lebih daripada pengajaran, karena pengajaran sebagai suatu proses transfer ilmu belaka, sedang pendidikan merupakan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. Perbedaan pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadap pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik di samping transfer ilmu dan keahlian.

Taksonomi pendidikan lebih dikenal dengan sebutan “Taksonomi Bloom”. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan. Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Proses penerapan taksonomi Bloom tentu saja harus dianalisis tingkat kebutuhan dan karakteristis siswa/peserta didik yang kita ajar, proses pengetahuan gambaran awal kemampuan siswa tertera dalam Kriteria Ketuntasan minimal (KKM) khususnya intake siswa.

B. Saran

Pendidikan sangat penting di era modern ini. Maka untuk menempuh pendidikan yang sukses perlu adanya teknik belajar dan pembelajaran yang baik dan menarik agar mereka yang belajar memiliki jiwa semangat tinggi untuk terus belajar dan menjadi generasi bangsa yang cerdas. Kami juga berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan kami berharap kritik dan saran yang bersifat positif untuk kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin , M.Z. (2012). Taksonomi Bloom, Konsep dan Iplikisinya bagi Pendidikan Matematika. Online. Tersedia : http://www.masbied.com/2010/03/20/taksonomi-bloom-konsep-dan-implikasinya-bagi-pendidikan-matematika/. Diakses 09 Oktober 2015

Dahara, Ratna wilis. 2006 . Teori-Teori Belajar Dan Pembelajaran. Bandung. Erlangga.

Sagala,Syaiful.2010 . Konsep Dan Makna Pembelajaran . Bandung . Alfabeta.

Wiranataputra, Udin.S.dkk.2007. Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta .Universitas Terbuka.

_____________. 2006. Lampiran Permendiknas no. 22 dan 41 tahun 2006 tentang Standar Isi dan Standar Proses untuk mata pelajaran matematika SD, SMP dan SMA. Jakarta : Depdiknas.

Setiawan, dkk. 2008. Pengembangan pembelajaran dan penilaian untuk memfasilitasi Higher Order Thinking. Bahan ajar Diklat Guru Pengembang Matematika SMA jenjang Lanjut. Yogyakarta : PPPPPTK

Matematika. Iriyanti, P. 2008. Taksonomi Bloom Revisi. Yogyakarta : PPPPPTK Matematika.

Leriva. (2012). Taksonomi Bloom. Online. Tersedia: http://www.leriviaa.blogspot.com/2012/10/taksonomi-bloom.html. Diakses 09 Oktober 2015