Daftar isi
Sistem Pengelolaan Peternakan dan Limbahnya
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Usaha peternakan mempunyai prospek untuk dikembangkan karena tingginya permintaan akan produk peternakan. Usaha peternakan juga memberi keuntungan yang cukup tinggi dan menjadi sumber pendapatan bagi banyak masyarakat di perdesaaan di Indonesia. Namun demikian, sebagaimana usaha lainnya, usaha peternakan juga menghasilkan limbah yang dapat menjadi sumber pencemaran.
Selama ini banyak keluhan masyarakat akan dampak buruk dari kegiatan usaha peternakan karena sebagian besar peternak mengabaikan penanganan limbah dari usahanya, bahkan ada yang membuang limbah usahanya ke sungai, sehingga terjadi pencemaran lingkungan. Limbah peternakan yang dihasilkan oleh aktivitas peternakan seperti feces, urin, sisa pakan, serta air dari pembersihan ternak dan kandang menimbulkan pencemaran yang memicu protes dari warga sekitar. Baik berupa bau tidak enak yang menyengat, sampai keluhan gatal-gatal ketika mandi di sungai yang tercemar limbah peternakan.
B. Rumusan Masalah
- Bagaimana cara mengelola peternakan dengan baik?
- Bagaimana cara mengelola limbah peternakan dengan baik?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang Sistem pengelolaan peternakan dan limbahnya serta sebagai salah satu tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Pengolahan Limbah Peternakan.
Bab II. Pembahasan
A. Pengertian Sistem Peternakan dan Limbah Peternakan
Sistem peternakan terpadu merupakan sistem peternakan efektif yang dapat diterapkan di lingkup masyarakat pedesaan sehingga menjadikan kegiatan beternak menjadi lebih efisien dan menguntungkan bagi peternak.
Definisi sistem peternakan adalah satu sistem yang menggunakan ulang dan mendaur ulang menggunakan tanaman dan hewan sebagai mitra, menciptakan suatu ekosistem yang meniru cara alam bekerja. Secara harfiah, peternakan dapat diartikan sebagai upaya budidaya hewan ternak demi memenuhi kebutuhan pangan. Ditinjau dari komoditasnya, apabila ditinjau dari ilmu yang membangunnya, peternakan dibangun dari ilmu-ilmu keras (hard sciences) dan ilmu-ilmu lunak (soft sciences) baik pada kekuatan ilmu-ilmu dasar, terapan dan lanjutan maupun ilmu-ilmu kawinannya.
Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk ternak, dan sebagainya. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dan lain-lain (Sihombing, 2000). Semakin berkembangnya usaha peternakan, limbah yang dihasilkan semakin meningkat.
Menurut Soehadji (1992), limbah peternakan meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan baik berupa limbah padat dan cairan, gas, maupun sisa pakan. Limbah padat merupakan semua limbah yang berbentuk padatan atau dalam fase padat (kotoran ternak, ternak yang mati, atau isi perut dari pemotongan ternak). Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau dalam fase cairan (air seni atau urine, air dari pencucian alat-alat). Sedangkan limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas atau dalam fase gas.
B. Sistem Pengelolaan Peternakan Ayam Petelur
Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Asal mula ayam unggas adalah berasal dari ayam hutan dan itik liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak.
Ayam-ayam petelur unggul yang ada sangat baik dipakai sebagai plasma nutfah untuk menghasilkan bibit yang bermutu. Hasil kotoran & limbah dari pemotongan ayam petelur merupakan hasil samping yang dapat diolah menjadi pupuk kandang, kompos atau sumber energi (biogas). Sedangkan seperti usus & jeroan ayam dapat dijadikan sebagai pakan ternak unggas setelah dikeringkan. Selain itu ayam dimanfaatkan juga dalam upacara keagamaan.
Syarat Lokasi yang baik untuk budidaya ayam petelur adalah :
- Lokasi yang jauh dari keramaian/perumahan penduduk
- Lokasi mudah dijangkau dari pusat-pusat pemasaran
- Lokasi terpilih bersifat menetap, tidak berpindah-pindah
Pedoman teknis beternak ayam petelur antara lain:
Ø Penyiapan Sarana & Peralatan
1. Kandang
Iklim kandang yang cocok untuk beternak ayam petelur meliputi persyaratan temperatur berkisar antara 32,2–35 °C, kelembaban berkisar antara 60–70%, penerangan & pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi & tidak melawan arah mata angin kencang serta sirkulasi udara yang baik, jangan membuat kandang dengan permukaan lahan yg berbukit karena menghalangi sirkulasi udara & membahayakan aliran air permukaan jika turun hujan, sebaiknya kandang dibangun dengan sistem terbuka agar hembusan angin cukup memberikan kesegaran di dalam kandang. untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih & tahan lama. Selanjutnya perlengkapan kandang hendaknya disediakan selengkap mungkin seperti tempat pakan, tempat minum, tempat air, tempat ransum, tempat obat-obatan & sistem alat penerangan.
Bentuk-bentuk kandang berdasarkan sistemnya dibagi menjadi dua:
- Sistem kandang koloni, satu kandang utk banyak ayam yang terdiri dari ribuan ekor ayam petelur;
- Sistem kandang individual, kandang ini lebih dikenal dengan sebutan cage. Ciri dari kandang ini adalah pengaruh individu di dalam kandang tersebut menjadi dominan karena satu kotak kandang untuk satu ekor ayam. Kandang sistem ini banyak digunakan dalam peternakan ayam petelur komersial.
Jenis kandang berdasarkan lantainya dibagi menjadi tiga macam yaitu:
- kandang dengan lantai liter, kandang ini dibuat dengan lantai yang dilapisi kulit padi, pesak/sekam padi & kandang ini umumnya diterapkan pada kandang sistem koloni;
- kandang dengan lantai kolong berlubang, lantai untuk sistem ini terdiri dari bantu atau kayu kaso dengan lubang-lubang diantaranya, yang nantinya untuk membuang tinja ayam & langsung ke tempat penampungan;
- kandang dengan lantai campuran liter dengan kolong berlubang, dengan perbandingan 40% luas lantai kandang untuk alas liter & 60% luas lantai dengan kolong berlubang (terdiri dari 30% di kanan & 30% di kiri).
2. Peralatan
– Litter (alas lantai)
Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang bocor & air hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang. Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit padi/sekam dengan sedikit kapur & pasir secukupnya, atau hasi serutan kayu dengan panjang antara 3–5 cm untuk pengganti kulit padi/sekam.
– Tempat bertelur
Penyediaan tempat bertelur agar mudah mengambil telur & kulit telur tidak kotor, dapat dibuatkan kotak ukuran 30 x 35 x 45 cm yang cukup untuk 4–5 ekor ayam. Kotak diletakkan dididing kandang dengan lebih tinggi dari tempat bertengger, penempatannya agar mudah pengambilan telur dari luar sehingga telur tidak pecah & terinjak-injak serta dimakan. Dasar tempat bertelur dibuat miring dari kawat hingga telur langsung ke luar sarang setelah bertelur & dibuat lubah yang lebih besar dari besar telur pada dasar sarang.
– Tempat bertengger untuk tempat istirahat/tidur.
Dibuat dekat dinding & diusahakan kotoran jatuh ke lantai yang mudah dibersihkan dari luar. Dibuat tertutup agar terhindar dari angin & letaknya lebih rendah dari tempat bertelur. Tempat makan, minum & tempat grit.
– Tempat makan & minum harus tersedia cukup
Bahannya dari bambu, almunium atau apa saja yang kuat & tidak bocor juga tidak berkarat. untuk tempat grit dengan kotak khusus.
Ø Penyiapan Bibit
Ayam petelur yang akan dipelihara haruslah memenuhi syarat sebagai berikut, antara lain:
- Ayam petelur harus sehat & tidak cacat fisiknya.
- Pertumbuhan & perkembangan normal.
- Ayam petelur berasal dari bibit yang diketahui keunggulannya.
Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day Old Chicken) /ayam umur sehari:
- Anak ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat.
- Bulu tampak halus & penuh serta baik pertumbuhannya .
- Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya.
- Anak ayam mempunyak nafsu makan yang baik.
- Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram.
- Tidak ada letakan tinja diduburnya.
1. Pemilihan Bibit & Calon Induk.
Penyiapan bibit ayam petelur yang berkreteria baik dalam hal ini tergantung sebagai berikut:
– Konversi Ransum
Konversi ransum merupakan perabandingan antara ransum yang dihabiskan ayam dalam menghasilkan sejumlah telur. Keadaan ini sering disebut dengan ransum per kilogram telur. Ayam yang baik akan makan sejumlah ransum & menghasilkan telur yang lebih banyak/lebih besar daripada sejumlah ransum yang dimakannya. Jika ayam itu makan terlalu banyak & bertelur sedikit maka hal ini merupakan cermin buruk bagi ayam itu. Jika bibit ayam memiliki konversi yang kecil maka bibit itu dapat dipilih, nilai konversi ini dikemukakan berikut ini pada berbagai bibit ayam & juga dapat diketahui dari lembaran daging yang sering dibagikan pembibit kepada peternak dalam setiap promosi penjualan bibit ayamnya.
– Produksi Telur.
Produksi telur sudah tentu menjadi perhatian. Dipilih bibit yang dapat memproduksi telur banyak. Tetapi konversi ransum tetap utama sebab ayam yang produksi telurnya tinggi tetapi makannya banyak juga tidak menguntungkan.
– Prestasi bibit dilapangan/dipeternakan.
Apajika kedua hal diatas telah baik maka kemampuan ayam untuk bertelur hanya dalam sebatas kemampuan bibit itu.
Ø Pemeliharaan
– Sanitasi & Tindakan Preventif
Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek & dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry shoup.
– Pemberian Pakan
Untuk pemberian pakan ayam petelur ada 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur 0-4 minggu) & fase finisher (umur 4-6 minggu).
Kualitas & kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut:
- Kwalitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 22-24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2800-3500 Kcal.
- Kwantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu minggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor; minggu kedua (umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor; minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66 gram/hari/ekor & minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91 gram/hari/ekor. Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4 minggu sebesar 1.520 gram.
Kwalitas & kwantitas pakan fase finisher adalah sebagai berikut:
- Kwalitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1-21,2%; lemak 2,5%; serat kasar 4,5%; kalsium (Ca) 1%; Phospor (P) 0,7-0,9% & energi (ME) 2900-3400 Kcal.
- Kwantitas pakan terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur yaitu: minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor; minggu ke-6 (umut 37-43 hari) 129 gram/hari/ekor; minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146 gram/hari/ekor & minggu ke-8 (umur 51-57 hari) 161 gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30-57 hari adalah 3.829 gram.
– Pemberian Minum
Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam, dalam hal ini dikelompokkan dlm 2 (dua) fase yaitu:
a). Fase starter (umur 1-29 hari) kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu, yaitu
- minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor;
- minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor;
- minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan
- minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor.
Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah sebanyak 122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberi tambahan gula & obat anti stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air.
b). Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masing minggu yaitu
- minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 lliter/hari/100 ekor;
- minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor;
- minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor &
- minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/ekor. Jadi total air minum 30-57 hari sebanyak 333,4 liter/hari/ekor.
Ø Pemberian Vaksinasi & Obat
Vaksinasi merupakan salah satu cara pengendalian penyakit virus yang menulardengan cara menciptakan kekebalan tubuh. Pemberiannya secara teratur sangat penting untuk mencegah penyakit. Vaksin dibagi menjadi 2 macam yaitu:
- Vaksin aktif adalah vaksin mengandung virus hidup. Kekebalan yang ditimbulkan lebih lama daripada dengan vaksin inaktif/pasif.
- Vaksin inaktif, adalah vaksin yang mengandung virus yang telah dilemahkan/dimatikan tanpa merubah struktur antigenic, hingga mampu membentuk zat kebal. Kekebalan yang ditimbulkan lebih pendek, keuntungannya disuntikan pada ayam yang diduga sakit.
Macam-macam vaksin:
- Vaksin NCD vrus Lasota buatan Drh Kuryna
- Vaksin NCD virus Komarov buatan Drh Kuryna (vaksin inaktif)
- Vaksin NCD HB-1/Pestos.
- Vaksin Cacar/pox, virus Diftose.
- Vaksin anti RCD Vaksin Lyomarex utk Marek.
Persyaratan dalam vaksinasi adalah:
- Ayam yg divaksinasi harus sehat.
- Dosis & kemasan vaksin harus tepat.
- Sterilisasi alat-alat.
Ø Pemeliharaan Kandang
Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan & dijaga/dicek jika ada bagian yang rusak supaya segera disulam/diperbaiki kembali. dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yang dipelihara.
Ø Panen Ayam Petelur
1. HasilUtama
Hasil utama dari budidaya ayam petelur adalah berupa telur yang dihasilkan oleh ayam. Sebaiknya telur dipanen 3 kali dalam sehari. Hal ini bertujuan agar kerusakan isi telur yang disebabkan oleh virus dapat terhindar/terkurangi. Pengambilan pertama pada pagi hari antara pukul 10.00-11.00; pengambilan kedua pukul 13.00-14.00; pengambilan ketiga (terakhir)sambil mengecek seluruh kandang dilakukan pada pukul 15.00-16.00.Hasil Tambahan
2. Hasil tambahan yang dapat dinikmati dari hasil budidaya ayam petelur adalah daging dari ayam yang telah tua (afkir) & kotoran yang dapat dijual untuk dijadikan pupuk kandang.
3. Telur yang telah dihasilkan diambil & diletakkan di atas egg tray (nampan telur). dalam pengambilan & pengumpulan telur, petugas pengambil harus langsung memisahkan antara telur yang normal dengan yang abnormal. Telur normal adalah telur yang oval, bersih & kulitnya mulus serta beratnya 57,6 gram dengan volume sebesar 63 cc. Telur yang abnormal misalnya telurnya kecil atau terlalu besar, kulitnya retak atau keriting, bentuknya lonjong.
4. Setelah telur dikumpulkan, selanjutnya telur yang kotor karena terkena litter atau tinja ayam dibershkan. Telur yang terkena litter dapat dibersihkan dengan amplas besi yang halus, dicuci secara khusus atau dengan cairan pembersih. Biasanya pembersihan dilakukan untuk telur tetas.
2.3 Sistem Pengelolaan Limbah Peternakan
Keberhasilan pengelolaan limbah peternakan sangat dipengaruhi oleh teknik pengelolaan yang dilakukan.
Teknik Pengelolaan Limbah meliputi :
• Teknik pengumpulan (collections)
• Pengangkutan (transport)
• Pemisahan (separation)
• Penyimpanan (storage) atau Pembuangan (disposal)
2.3.1 Teknik Pengumpulan
Arah kemiringan kandang dibuat agar pada saat dibersihkan dengan air, limbah mudah mengalir menuju ke parit. Kemudian limbah ternak berbentuk cair tersebut dikumpulkan diujung parit untuk kemudian dibuang.
Pada kandang sistem feedlots terbuka, sebagian besar limbah ternak menumpuk di lokasi yang terbuka di depan kandang, lantai pada lokasi ini biasanya ditutup dengan bahan yang keras dan rata dengan kemiringan tertentu untuk mengalirkan limbah cairnya. Untuk membersihkan lantai digunakan pipa semprot yang kuat agar limbah cair dapat didorong dan mengalir ke tempat penampungan.
Ada 3 cara mendasar pengumpulan limbah :
– Scraping, yaitu membersihkan dan mengumpulkan limbah dengan cara menyapu atau mendorong/menarik (dengan sekop atau alat lain) limbah.
– Free-fall, yaitu pengumpulan limbah dengan cara membiarkan limbah tersebut jatuh bebas melewati penyaring atau penyekat lantai ke dalam lubang pengumpul di bawah lantai kandang.
– Flushing, yaitu pengumpulan limbah menggunakan air untuk mengangkut limbah tersebut dalam bentuk cair.
1. Scraping
Scraping Diduga merupakan cara pengumpulan limbah yang paling tua dilakukan oleh para peternak. Scraping dapat dilakukan dengan cara manual ataupun mekanik. Pada dasarnya, kedua cara tersebut menggunakan alat yang terdiri atas plat logam yang fungsinya untuk mendorong atau menarik limbah sepanjang lantai dengan maksud agar limbah terlepas dari lantai dan dapat dikumpulkan.
Cara manual, biasa dipakai pada kandang panggung (stanchions), yaitu untuk membersihkan limbah yang melekat di jeruji lantai kandang atau di tempat-tempat fasilitas kandang yang lain.Cara ini juga dilakukan untuk membersihkan limbah yang terdapat di sepanjang parit dan bak pengumpul terutama limbah padat yang melekat di dinding dan sukar larut dalam air sehingga tidak dapat dialirkan.Cara ini digunakan terutama untuk pekerjaan yang membutuhkan tenaga kerja banyak dan sebagai penyempurnaan sistem pengelolaan limbah peternakan.
Sistem mekanik memiliki cara kerja yang sama dengan sistem manual, hanya saja pada sistem ini menggunakan kekuatan traktor atau unit kekuatan yang tetap. Contoh alat yang digunakan : Front-end Loader, yaitu mesin yang alat pembersih atau penyodoknya terletak di bagian depan .Alat jenis ini biasanya digunakan untuk mem-bersihkan dan mengumpulkan limbah dari permukaan lantai kandang ke tempat pe-nampungan, untuk disimpan atau diangkut dengan kereta dan disebar ke ladang rumput.
Keuntungannya dari cara ini adalahmempermudah pengumpulan limbah dan efisiensi waktu sedangkan kelemahannya diperlukannya tenaga operator dan Selama digunakan sering terjadi penimbunan limbah yang menempel di alat yang mengakibatkan pencemaran udara dan sebagai tempat berkembangnya lalat.
2. Free-Fall
Pengumpulan limbah peternakan dengan system free-fall dilakukan dengan membiarkan limbah melewati penyaring atau penyekat lantai dan masuk ke dalam lubang penampung. Teknik ini telah digunakan secara ekstensif dimasa lampau untuk peternakan hewan tipe kecil, seperti ayam, kalkun, kelinci dan ternak jenis lain. Baru-baru ini juga digunakan untuk ternak besar, seperti babi dan sapi.
Ada dua sistem free-fall , yaitu sistem kandang yang lantainya menggunakan :
• Penyaring lantai (screened floor)
• Penyekat lantai (slotled floor).
· Screened Floor
Lantai kandang sistem ini dapat dibuat menggunakan kawat kasa atau besi gril yang berukuran mes lebih besar dan rata.Penggunaan kawat kasa sangat memungkinkan untuk tempat pijakan hewan yang ada di dalamnya dan memudahkan limbah dapat dikeluarkan.Digunakan pada kandang ayam sistem cage, babi, pedet .
· Slotled Floor
Salah satu bentuk lantai bersekat (jeruji) yang dipasang dengan jarak yang teratur dan rata sehingga ukuran dan jumlahnya mencukupi untuk keluarnya limbah dari lantai.Lubang di bawah lantai merupakan tempat untuk pengumpulan dan penampungan sementara untuk kemudian limbah diolah dan atau digunakan. Dapat dibuat dari bermacam bahan, seperti kayu, beton atau besi plat.
Keuntungannya dari cara ini adalah Penggunaan lantai sistem sekat dapat meningkatkan sanitasi dan mengurangi tenaga kerja untuk membersihkan kandang.
Penggunaan sekat juga memisahkan ternak dari limbahnya sehingga lingkungan menjadi bersih. Penggunaan sekat ini adalah mengurangi biaya gabungan antara pengadaan dan penanganan alas kandang (litter).
3. Flushing
Pengumpulan limbah dengan cara flushing meliputi prinsip kerja :
• Penggunaan parit yang cukup untuk mengalirkan air yang deras untuk mengangkut limbah.
• Kecepatan aliran yang tinggi.
• Pengangkutan limbah dari kandang.
Sistem flushing telah digunakan sejak tahun 1960-an dan menjadi cara yang makin populer digunakan oleh peternak untuk pengumpulan limbah ternak.
Keuntungannya cara ini adalah Biaya lebih murah, Bebas dari pemindahan limbah dan Sama sekali tidak atau sedikit sekali membutuhkan perarawatan dan mudah dipasang pada bangunan baru atau bangunan lama.
Perlengkapan flushing harus kuat, sederhana, mudah dioperasikan dan tahan karat, mudah pemasangannya pada bangunan, tidak memakan tempat , dan harus dapat dipakai juga untuk mengangkut air pada kapasitas tertentu untuk setiap durasi flushing.
2.3.2 Pengangkutan ( Transport )
Cara pengangkutan limbah dari tempat pengumpulan bergantung pada karakteristik aliran limbah. Karakteristik aliran limbah bergantung pada terutama umur dan jenis ternak dan juga pada sistem pengumpulan limbah yang digunakan.Cara pengangkutan limbah yang dikumpulkan menggunakan cara scraping berbeda dengan yang menggunakan flushing.
Sobel (1956) dalam Merkel (1981) mengklasifikasikan cara pengangkutan limbah berdasarkan karakteristiknya, yaitu
• Semisolid (semi padat)
• semiliquid (semi cair)
• liquid (cair)
– Limbah peternakan semipadat
Limbah yang berbentuk semipadat tidak dapat dialirkan tanpa bantuan penggerak secara mekanik. Limbah terletak kuat pada lantai (lengket) dan sangat berat untuk dipindahkan dan membutuhkan periode waktu yang lama. Pada umumnya berpendapat bahwa lebih tepat limbah ini dikategorikan sebagai limbah segar.
– Limbah peternakan semicair
Limbah semicair adalah limbah yang telah mengalami pengenceran dengan air dan bertambahnya aktifitas mikroorganisme. Limbah dengan mudah dapat dialirkan tanpa bantuan mekanik yang dapat dengan mudah dilihat dengan mata telanjang. Limbah semicair biasanya mengandung 5–15% bahan kering (total solid concentrasions) dan diklasifikasikan sebagai slurry.
– Limbah Peternakan Cair
Limbah peternakan yang cair adalah limbah yang sudah berbentuk cairan yang pada umumnya mengandung bahan kering (total solid concentrasions) kurang dari 5 % dan berasal dari aliran kandang feedlot, efluen dari sistem pengolahan dan kamar susu. Karakteristik alirannya hampir sama dengan aliran air dan susu.
Ada 2 sistem pengangkutan limbah peternakan :
(1) Pengangkutan secara mekanik untuk limbah padat dan atau semipadat,
(2) Pengangkutan dengan air (hydraulic transport) untuk limbah cair dan semicair.
– Pengangkutan secara mekanik
Limbah peternakan yang berbentuk padat atau semipadat dapat diangkut secara mekanik menggunakan alat konveyor atau pompa penyedot. Untuk tujuan pengangkutan limbah peternakan pada umumnya menggunakan chain conveyor. Konveyor ini sangat cocok untuk limbah peternakan karena selain biayanya murah juga sederhana, mudah dibuat, dan sangat operasional untuk berbagai kondisi. Bentuk spesifik konveyor untuk penanganan limbah ternak adalah scraper conveyor. Alat jenis ini sering digunakan untuk membersihkan parit dan alley kandang.
Sistem lain pengangkutan limbah peternakan secara mekanik adalah menggunakan pompa penyedot yang terdiri atas pipa penghisap berukuran besar yang digunakan untuk menggerakan cairan atau padatan melalui pipa ke kolam penampungan.
Ada dua tipe pompa penyedot, yaitu hollow piston pump, digunakan untuk mengangkut (memindahkan) limbah peternakan cair sedangkan dan solid piston pump, digunakan untuk mengangkut (memindahkan) limbah peternakan semipadat.
– Pengangkutan limbah dengan sistem aliran :
Pada pengangkutan sistem ini dikategorikan ada beberapa tipe aliran, yaitu :
• Steady flow, tipe aliran yang terjadi tidak mengalami perubahan karena waktu dan aliran relatif konstan.
• Varied flow, tipe aliran yang kecepatan berubah-ubah bergantung kondisi pada waktu tertentu.
• Uniform flow, tipe aliran ini terjadi apabila tidak ada perubahan kecepatan pada arah aliran secara spontan.
• Nonuniform flow, tipe ini terjadi apabila kecepatan aliran bervariasi antara tempat yang satu dengan yang lain secara spontan
Bentuk saluran pengangkutan limbah terdiri atas bentuk saluran terbuka yaitu saluran yang bagian permukaannya tampak terlihat dan bentuk saluran yang tertutup. Bentuk saluran yang tertutup pada umumnya menggunakan pipa yang terbuat dari bahan logam atau PVC.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Limbah peternakan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, karena limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk dimanfaatkan. Limbah ternak kaya akan nutrient (zat makanan) seperti protein, lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroba atau biota, dan zat-zat yang lain (unidentified subtances)
Pemanfatan limbah ternak dapat mengurangi pencemaran yang diakibatklan oleh kegiatan usaha peternakan.
Limbah ternak dapat dimanfaatkan menjadi pakan atau media cacing tanah, pupuk organic, gasbio, pupuk kandang dan pemanfaatn lainnya.
3.2 Saran
Mohon maaf apabila penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dalam penyusunan makalah-makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://rudinunhalu.blogspot.co.id/2013/08/model-model-sistem-peternakan-terpadu.html
http://sarifudinhiola.blogspot.co.id/2015/04/contoh-makalah-pemanfaatan-limbah-ternak.html
http://manaf25.blogspot.co.id/2014/04/karya-ilmiah-pemanfaatan-limbah-ternak.html
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.