Daftar isi
Sejarah Desa Ajakkang
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang

Dalam Struktur tatanan Pemerintahan Negara Indonesia di kenal istilah Desa yang acapkali sebutannya disetiap tempat berbeda-beda seperti Nagari di Sumatera Barat, Dukuh di Jawa Barat dll. Akan tetapi mempunyai makna yang sama. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut asal usulnya dan adat istiadat setempat yang diakui dalam Sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah. Desa merupakan suatu wilayah territorial yang dipimpin oleh Seorang Kepala Desa yang bertugas mengatur jalannya roda Pemerintahan.
Setiap Desa memiliki nama yang berbeda sebagai representasi dari budaya dan kehidupan masyarakatnya, Kondisi sosial ekonomi masyarakat suatu desa sangatlah penting, begitupula kondisi alam atau tofografinya sebagai modal dasar pembangunannya, semakin tinggi tingkat mobilitas social ekonominya maka semakin besar pula laju pertumbunuhan pembangunannya.
Untuk membentuk suatu desa maka biasanya diambil tindakan berupa penggabungan beberapa desa atau dapat pula melalui pemekaran. Demi untuk menata wilayah suatu desa dibentuklah dusun dan RT yang masing-masing diKepalai oleh Kepala Dusun dan Ketua RT. Setiap Desa memiliki batas yang memisahkan antara satu desa dengan desa lainnya, baik itu berupa Laut, sungai, gunung, pantai dan lain sebagainya. Desa dapat terbentuk jika jumlah penduduknya minimal 1.500 jiwa atau 300 Kepala Keluarga.
Desa mempunyai hak untuk menyelengarakan urusan Rumah Tangganya sendiri dan menolak Pelaksanaan Tugas Pembantuan yang tidak disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana serta Sumber Daya Manusia.
Nama-nama desa yang ada diseluruh Indonesia tentunya punya sejarah, namun sudah sangat jarang penduduk setempat yang tau sejarah nama desanya, hal seperti inilah yang perlu perhatikan, karena kita akan dapat memprediksi keadan desa itu kedepannya apabila kita telah tau persis bagaimana sejarahnya.
B. Rumusan Masalah
Ø Bagaimana sejarah terbentuknya desa Ajakkang
Ø Darimana asal nama desa Ajakkang
Ø Bagaimana keadaan wilayahnya saat ini
C. Dasar Pemikiran
Setiap desa memiliki sejarah maupun latar belakang terbentuknya oleh sebab itu perlu kiranya setiap warga memiliki pengetahuan akan hal tersebut.
D. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran kepada siswa tentang proses terbentuknya Desa Ajakkang, Kecamatan Soppeng Riaja, Kab. Barru.
E. Sasaran
Makalah ini pada waktu penyusunannya menggunakan teknik observasi dan pengumpulan data Dan yang menjadi sasarannya adalah Desa Ajakkang, Kec. Sop. Riaja, Kab. Barru.
BAB II
SELAYANG PANDANG
DESA AJAKKANG
A. Sejarah Desa Ajakkang
Sesuai letak geografisnya, desa Ajakkang merupakan bagian dari Kecamatan Soppeng Riaja. Dulu Soppeng Riaja adalah bagian dari Kerajaan AJATAPPARENG yang terdiri atas dua kerajaan kecil (lili) , yang rakyatnya hidup dengan bercocok tanam dan sebagian sebagai nelayan.
Pada abad ke 15, Kerajaan Gowa menguasai Kerajaan AJATAPPARENG secara menyeluruh. Berkat jasa Bone LATENRI Tatta Arung Palakka Petta Malampe’e Gemme’na Tori Tompae (Raja Bone), pada awal abad ke 16 Kerajaan Ajatappareng dan sekitarnnya dapat bebas dari kerajaan Gowa. Sebagai tanda terimah kasih Ajatappareng menyerahkan kerajaan lili antara sungai Batu Pute dan Sungai Lamelotasi (Sungai Takkalasi) Kepada Raja Bone Sebagai rasa Syukurnya.
Untuk menngawasi pemberian Ajatappareng ini, Raja-raja menyerahkannya kepada Raja Soppeng, pertengaha abad ke 16 tejadi kemelut antara Bone, Soppeng, dan Ajatappareng/Nepo. Maka semua daaerah pengawasan menjadi daerah wilayah kekuasaan penuh dalam Kerajaan Soppeng melebar, dan menjadi penguasa Wilayah Laut.
Untuk keseluruhan Wilayah antara sungai batu Pute dengan sungai Takkalasi oleh raja Soppeng Memberi nama Soppeng Riaja yang artinya Soppeng Bagian Barat.
Desa Ajakkang juga merupakan salah satu dari 54 Desa/Kelurahan yang ada di Kabupaten Barru berada pada 17 Km sebelah utara Ibu kota Kabupaten Barru. Kata Ajakkang diambil dari kata “jakka” atau sisir karena dulu, seorang anak raja dari kerajaan Luwu’ memisahkan diri dari kerajaannya dan ingin mencari tempat yang akan dipimpin sendiri olehnya, akhirnya ia berjalan dengan pengawalnya mencari tempat yang cocok dan bisa dijadikan pemukiman. Sementara ia berjalan, tiba-tiba sisirnya terjatuh, sehingga ia menyebut tempat itu “jakka”, selanjutnya setelah tempat itu telah berpenghuni atau telah menjadi sebuah desa, maka desa tersebut berubah nama menjadi “Ajakkang” karena diambil dari kebiasaan masyarakat pada masa lampau yang dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dilakukan dengan musyawarah yang diidentikkan seperti rambut/benang kusut yang diluruskan dengan menggunakan Jakka “ Sisir “ sehingga dikenal dengan sebutan Kampung Ajakkang. Maksudnya dari kata “Ajakkang” adalah tempat menyisir atau meluruskan suatu masalah.
Pada tahun 1900 terbentuklah Kampung Ajakkang dan dikepalai oleh Anre Guru, Berikut adalah daftar nama Anre Guru yang pernah menjabat sebagai Kepala Kampung Ajakkang :
1. Anre Guru Laikki Pada Tahun 1880 – 1900
2. Anre Guru Lagala Pada Tahun 1900 – 1910
3. Anre Guru Lakenta Pada Tahun 1910 – 1920
4. Anre Guru Abd. Rahim Pada Tahun 1920 – 1930
Pada Tahun 1954 Kampung Ajakkang di mekarkan menjadi 2 Kampung Yaitu Kampung Baru dan Kampung Ajakkang. Pada Tahun itu Juga di pilih Kepala Dusun dan masing – masing mengepalai dusun tersebut selama Kurang lebih 15 tahun lamanya. Berikut adalah daftar nama Kepala Dusun yang pernah menjabat sebagai Kepala Dusun di Kampung Baru dan Kampung Ajakkang :
1. Kepala Dusun Kampung Baru
a. Abd. Samad Pada Tahun 1954 – 1970
b. Muh. Nasir Pada Tahun 1970 – 1985
2. Kepala Dusun Ajakkang
a. Abd. Kadir Pada Tahun 1954 – 1970
b. Muh. Nuh Pada Tahun 1970 – 1975
c. Muh. Idi Pada Tahun 1975 – 1985
Setelah diberlakukannya UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, maka Ajakkang dibentuk menjadi Desa berdasarkan SK Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 450/XII/1965, tanggal 20 Desember 1965.
Pada Tahun 1995 Desa Ajakkang kembali dimekarkan menjadi 5 Dusun yaitu :
1. Dusun Ajakkang Kepala Dusunnya M. Nasar
2. Dusun Latappareng Kepala Dusunnya Buhari
3. Dusun Kamp. Baru Kepala Dusunnya Abd. Muttalib
4. Dusun Minangatoa Kepala Dusunnya M. Nuh
5. Dusun Paccekke Kepala Dusunnya La Tahe
Akan tetapi pada tahun 2000 Dusun Paccekke berubah menjadi Desa, sehingga sampai sekarang Desa Ajakkang hanya terdiri menjadi 4 Dusun.
Dengan diberlakukannya Undang – undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang – undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai pengganti Undang – undang sebelumnya, tentang Pemerintahan Desa, Maka Desa Ajakkang memposisikan diri sebagai Desa otonom dengan mengedepankan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam proses pembangunan.
Daftar Nama yang pernah menjabat sebagai Kepala Desa Ajakkang mulai tahun 1962 sampai sekarang :
1. Abd. Rahim Periode 1930 – 1938
2. Masud Nur Periode 1938 – 1946
3. Andi Palloge Periode 1946 – 1954
4. Muhsen Periode 1954 – 1964
5. Muhsen Periode 1964 – 1974
6. Amin Nur Periode 1974 – 1981
7. Andi Arifin Periode 1981 – 1987
8. M. Nasir Periode 1987 – 1995
9. M. Nasir Periode 1995 – 2002
10. Mikhdar M. Noor, BA Periode 2002 – 2007
11. Mikhdar M. Noor, BA Periode 2007 – 2013
B. DATA POTENSI DESA AJAKKANG(POTENSI SUMBER DAYA ALAM POTENSI UMUM)
Batas Wilayah
Batas | Desa/Kelurahan | Kecamatan |
Sebelah utara | Kelurahan kiru-kiru | Soppeng riaja |
Sebelah selatan | Desa balusu | Balusu |
Sebelah timur | Desa paccekke | Soppeng Riaja |
Sebelah barat | Selat Makassar | Soppeng Riaja |
Penetapan batas dan peta wilayah
Penetapan batas | Dasar hukum | Peta wilayah |
Sudah ada/belum ada | Ada | Ada |
Luas wilayah menurut penggunaan
Luas pemukiman | 455 Ha |
Luas persawahan | 389 Ha |
Luas perkebunan | 5 Ha |
Luas kuburan | 3Ha |
Luas pekarangan | 10 Ha |
Luas taman | – |
Perkantoran | 0,30 Ha |
Luas prasarana umum lainnya | 0,50 Ha |
Total luas | 862,8 Ha |
TANAH SAWAH | |
Sawah irigasi ½ teknis | 53,76 Ha |
Sawah tadah hujan | 335,24 Ha |
Total luas | 389 Ha |
TANAH KERING | |
Tegal/lading | 50 Ha |
Pemukiman | 2 Ha |
Pekarangan | 0,50 Ha |
Total luas | 52,50 Ha |
TANAH FASILITAS UMUM | |
Perkantoran pemerintah | 0,30 Ha |
Tempat pemakaman desa/umum | 3 Ha |
Bangunan sekolah/perguruan tinggi | 2 Ha |
Fasilitas pasar | 0,30 Ha |
Jalan | 5 Ha |
Daerah tangkapan air | 50 Ha |
Usaha perikanan | 117,6 Ha |
Sutet/aliran listrik tegangan tinggi | 0,50 Ha |
Total luas | 178,7 Ha |
TANAH HUTAN | |
Hutan lindung | 250 Ha |
Hutan produksi | |
a. Hutan produksi tetap | 100 Ha |
b. Hutan produksi terbatas | 56 Ha |
Hutan konservasi | 20 Ha |
Hutan asli | 340 Ha |
Hutan mangrove | 1 Ha |
Huatan rakyat | 50 Ha |
Total luas | 817 Ha |
IKLIM
Curah hujan | 100 Hh 1.975 Mm |
Jumlah bulan hujan | 9 bulan |
Kelembapan | – |
Suhu rata-rata harian | 20-350C |
Tinggi tempat dari permukaan laut | 0-100 Mdpl |
Jenis dan kesuburan tanah
Warna tanah(sebagian besar) | Hitam |
Tekstur tanah | Lempung |
Tingkat kemiringan tanah | 1-300 |
Lahan kritis | 64 Ha |
Lahan terlantar | 20 Ha |
Tofografi
Orbitasi | |
Jarak ke ibu kota kecamatan | 2 Km |
Lama jarak tempuh ke ibu kota kecamatan dengan kendaraan bermotor | 5 menit |
Lama jarak tempuh ke ibu kota kecamatan dengan berjalan kaki atau kendaraan non bermotor | 30 menit |
Kendaraan umum ke ibu kota kecamatan | Ada/lancer |
Jarak ke ibu kota kabupaten/kota | 17 Km |
Lama jarak tempuh ke ibu kota kabupaten dengan kendaraan bermotor | 45 menit |
Lama jarak tempuh ke ibu kota kabupaten dengan berjalan kaki atau kendaraan non bermotor | 4 jam |
Kendaraan umum ke ibu kota kabupaten /kota | Ada/lancer |
Jarak ke ibu kota provinsi | 120 Km |
Lama jarak tempuh ke ibu kota provinsi dengan kendaraan bermotor | 3 jam |
Lama jarak tempuh ke ibu kota provinsi dengan berjalan kaki atau kendaraan non bermotor | 24 jam |
Kendaraan umum ke ibu kota ptovinsi | Ada/lancer |
PERTANIAN
TANAMAN PANGAN
Pemilikan lahan pertanian tanaman pangan
Jumlah keluarga memiliki tanah pertanian | 625 KK |
Tidak memiliki | 63 KK |
Memiliki kurang 1 Ha | 588 KK |
Memiliki 1,0-5,0 Ha | 20 KK |
Memiliki 5,0-10 Ha | 15 KK |
Memiliki lebih dari 10 Ha | 2 KK |
Jumlah total keluarga petani | 688 KK |
Luas tanaman pangan menurut komoditas pada tahun ini
Jagung | 2 Ha | 1 Ton/Ha |
Kacang tanah | 4 Ha | 0,50 Ton/Ha |
Padi sawah | 389 Ha | 8 Ton/Ha |
Jenis komoditas buah-buahan yang dibudidayakan
Hasil tanaman dan luas tanaman buah-buahan
Semangka | 250 Ha | 1,5 Ton/Ha |
Pemasaran hasil tanaman buah buahan
Dijual langsung ke konsumen | |
Dijual ke pasar | |
Dijual melalui KUD | |
Diual melalui tengkulak | Dijual ke tengkulak |
Luas dan hasil perkebunan menurut jenis komoditas
Jenis | Swasta/Negara | Rakyat | ||
Luas (Ha) | Hasil(Kw/Ha) | Luas (Ha) | Hasil(Kw/Ha) | |
Kelapa | 2,5 Ha | 2 Ton/Ha | ||
Kapuk | 3 Ha | 1 Ton/Ha |
Pemasaran hasil perkebunan
Dijual langsung ke konsumen | |
Dijual ke pasar | |
Dijual melalui KUD | |
Diual melalui tengkulak | Dijual ke tengkulak |
PETERNAKAN
Jenis populasi peternakan
Jenis ternak | Jumlah pemilik | Perkiraan jumlah populasi |
Sapi | 336 orang | 1.031 ekor |
Kerbau | 1 orang | 5 ekor |
Ayam kampong | 567 orang | 4.356 ekor |
Bebek | 137 orang | 411 ekor |
Kuda | 2 orang | 7 ekor |
Kambing | 4 orang | 7 ekor |
Angsa | 3 orang | 11 ekor |
Kelinci | 6 orang | 15 ekor |
Anjing | 249 orang | 273 ekor |
Burung langka lainnya | 7 orang | 10 ekor |
Produksi peternakan
Kulit | 600 Kg/tahun |
Daging | 3 Ton/tahun |
Minyak | 500 Kg/tahun |
Ketersediaan hijauan pakan ternak
Luas tanaman pakan ternak (rumput gajah, dll) | 3 Ha |
Produksi hijauan makanan ternak | 1 Ton/ tahun |
Luas lahan gembalaan | 235 Ha |
BAHAN GALIAN
Jenis dan deposit bahan galian
Batu kali | 10.000.000 M3 |
Batu gunung | 8.500.000 M3 |
Pasir | 15.000.000 M3 |
Pasir batu | 7.500.000 M3 |
Produksi bahan galian
Pasir | 400 M3/ Tahun |
Pasir batu | 400 M3/ Tahun |
Kepemilikan dan pengelolaan bahan galian
Jenis dan produksi bahan galian | Pengelola/pemilik |
Batu kali | Perseorangan |
Pasir | Perseorangan |
Pemasaran hasil galian
Dijual langsung ke konsumen | Dijual langsung ke konsumen |
Dijual ke pasar | |
Dijual melalui KUD | |
Diual melalui tengkulak |
SUMBER DAYA AIR
Jenis | jumlah | Pemanfaatan | Kondisi |
(unit) | (KK) | Baik/Rusak | |
mata air | 2 unit | 12 KK | Baik |
sumur gali | 664 unit | 708 KK | Baik |
sumur pompa | 25 unit | 26 KK | Baik |
Pipa | 1 unit | 35 KK | Baik |
Sungai | 1 unit | 3 KK | Baik |
Kualitas air minum
Mata air | Baik |
Sumur gali | Baik |
Sumur pompa | Baik |
Pipa | Baik |
Air panas
Sumber | Jumlah | Pemanfaatan | Kepemilikan | ||
Lokasi | (wisata,pengobatan,energi,dll) | Pemda | Swasta | Perorangan | |
gunung | 1 | Wisata |
Kualitas udara
Sumber | Jumlah | Efek | kepemilikan | |||
Lokasi | polutan | terhadap kesehatan | Pemda | Swasta | Perorangan | |
Sumber | pencemar | (gangguan penglihatan/ | ||||
Pencemar | kabut, ISPA, dll) | |||||
pabrik(kapur,marmer,dll) | 5 | Asap | ISPA | X | ||
kendaraan bermotor | 1 | Asap | ISPA | X |
POTENSI SWASTA
Lokasi/Tempat/Area wisata | Keberadaan | Luas | Tingkat Pemanfaatan (aktif/fasif) |
Laut (wisata pulau,taman laut,situs,sejarah bahari,pantai,dll | ada | 2 Ha | Pasif |
Gunung (wisata hutan,taman nasional,bumi perkemahan,dll) | ada | 250 Ha | Pasif |
POTENSI SUMBER DAYA MANUSIA
JUMLAH
Jumlah laki-lai | 1.304 |
Jumlah perempuan | 1.487 |
Jumlah total | 2.791 |
Jumlah kepala keluarga | 784 |
Kepadatan penduduk | 125 orang/Km |
USIA
Usia | Laki-laki | Wanita | Usia | Laki-laki | Wanita | |
0-12 Bulan | 18 | 24 | 39 Tahun | 16 | 17 | |
1 Tahun | 27 | 33 | 40 Tahun | 24 | 26 | |
2 Tahun | 28 | 26 | 41 Tahun | 15 | 11 | |
3 Tahun | 23 | 30 | 42 Tahun | 12 | 23 | |
4 Tahun | 20 | 19 | 43 Tahun | 17 | 24 | |
5 Tahun | 15 | 19 | 44 Tahun | 12 | 13 | |
6 Tahun | 14 | 17 | 45 Tahun | 27 | 31 | |
7 Tahun | 17 | 18 | 46 Tahun | 13 | 15 | |
8 Tahun | 16 | 21 | 47 Tahun | 12 | 16 | |
9 Tahun | 27 | 26 | 48 Tahun | 16 | 12 | |
10 Tahun | 25 | 27 | 49 Tahun | 11 | 9 | |
11 Tahun | 23 | 19 | 50 Tahun | 31 | 33 | |
12 Tahun | 16 | 22 | 51 Tahun | 14 | 21 | |
13 Tahun | 23 | 25 | 52 Tahun | 18 | 21 | |
14 Tahun | 24 | 19 | 53 Tahun | 19 | 22 | |
15 Tahun | 23 | 31 | 54 Tahun | 23 | 17 | |
16 Tahun | 12 | 13 | 55 Tahun | 12 | 16 | |
17 Tahun | 12 | 23 | 56 Tahun | 14 | 17 | |
18 Tahun | 19 | 25 | 57 Tahun | 12 | 9 | |
19 Tahun | 23 | 26 | 58 Tahun | 14 | 12 | |
20 Tahun | 24 | 26 | 59 Tahun | 12 | 17 | |
21 Tahun | 25 | 27 | 60 Tahun | 23 | 17 | |
22 Tahun | 26 | 32 | 61 Tahun | 21 | 24 | |
23 Tahun | 21 | 16 | 62 Tahun | 23 | 24 | |
24 Tahun | 19 | 15 | 63 Tahun | 12 | 7 | |
25 Tahun | 27 | 32 | 64 Tahun | 12 | 18 | |
26 Tahun | 27 | 26 | 65 Tahun | 10 | 11 | |
27 Tahun | 14 | 17 | 66 Tahun | 9 | 7 | |
28 Tahun | 19 | 17 | 67 Tahun | 12 | 11 | |
29 Tahun | 21 | 25 | 68 Tahun | 9 | 7 | |
30 Tahun | 31 | 34 | 69 Tahun | 5 | 7 | |
31 Tahun | 24 | 21 | 70 Tahun | 7 | 13 | |
32 Tahun | 13 | 17 | 71 Tahun | 15 | 12 | |
33 Tahun | 23 | 24 | 72 Tahun | 7 | 11 | |
34 Tahun | 14 | 12 | 73 Tahun | 11 | 11 | |
35 Tahun | 24 | 31 | 74 Tahun | 7 | 7 | |
36 Tahun | 11 | 21 | 75 Tahun | 9 | 14 | |
37 Tahun | 19 | 20 | lebih dari 75 | 6 | 10 | |
38 Tahun | 17 | 19 | Total | 1.331 | 1.464 |
PENDIDIKAN
TINGKAT PENDIDIKAN | LAKI-LAKI | PEREMPUAN |
Usia 3-6 Tahun yang belum masuk TK | 98 | 121 |
Usia 3-6 tahun yang sedang TK | 17 | 25 |
Usia 7-18 tahun yang tidak pernah sekolah | 9 | 5 |
Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah | 164 | 219 |
Usia 18-56 tahun yang tidak pernah sekolah | 20 | 14 |
Usia 18-56 tahun yg pernah SD tapi tidak tamat | 81 | 75 |
Tamat SD/ Sederajat | 280 | 311 |
Usia 12-56 tahun tidak tamat SLTP | 7 | 4 |
Usia 18-56 tahun tidak tamat SLTA | 2 | 1 |
Tamat SMP/ sederajat | 140 | 164 |
Tamat SMA/ Sederajat | 239 | 281 |
Tamat D-1/ Sederajat | 87 | 90 |
Tamat D-2/ sederajat | 19 | 25 |
Tamat D-3/ sederajat | 23 | 29 |
Tamat S-1/ sederajat | 39 | 45 |
Jumlah | 1.247 | 1.404 |
Jumlah Total | 2.651 |
MATA PENCAHARIAN POKOK
Jenis Pekerjaan | Laki-laki | Perempuan |
petani | 1.159 | 10 |
Buruh tani | 102 | – |
Pegawai negeri sipil | 65 | 82 |
Peternak | 3 | – |
Nelayan | 25 | – |
Montir | 1 | – |
TNI | 1 | – |
POLRI | 4 | – |
Pensiunan PNS/TNI/POLRI | 28 | 37 |
Pengusaha kecil dan menengah | 5 | – |
Dukun kampung terlatih | – | 1 |
AGAMA
AGAMA | LAKI-LAKI | PEREMPUAN |
Islam | 1.304 | 1.487 |
KEWARGANEGARAAN
KEWARGANEGARAAN | LAKI-LAKI | PEREMPUAN |
Warga negara Indonesia | 1.304 | 1.487 |
Jumlah | 1.304 | 1.487 |
ETNIS
ETNIS | LAKI-LAKI | PEREMPUAN |
Jawa | 1 | – |
Bugis | 1.299 | 1.482 |
Makassar | 4 | 2 |
Mandar | – | 2 |
Minahasa | – | 1 |
Jumlah | 1.304 | 1.487 |
POTENSI KELEMBAGAAN
LEMBAGA PEMERINTAHAN
PEMERINTAH DESA KELURAHAN | |
Dasar hukum pembentukan desa/ kelurahan | Perda Kab. Barru |
Dasar pembentukan BPD | SK. Bupati |
Jumlah aparat pemerintahan desa/kelurahan | 15 orang |
Kepala desa/ lurah | Mikhdar M. Noor, BA |
Sekretaris desa/ lurah | Rahmatiah |
Kepala Urusan Pemerintahan | Hasrianti |
Kepala Urusan Pembangunan | Ibnu Rusdi |
Kepala urusan keuangan | Ridwan |
Jumlah staf | 3 |
Jumlah Dusun di Desa/ Lingkungan di kelurahan | 4 |
Kepala Dusun/ Lingkungan Ajakkang | M. Nasar |
Kepala Dusun/ Lingkungan Latappareng | Buhari K. |
Kepala Dusun/ Lingkungan Kampung Baru | Abd. Muttalib |
Kepala Dusun/ Lingkungan Minangatoa | Muh. Nuh |
LEMBAGA PENDIDIKAN
Pendidikan Formal
Nama | Jumlah | Status | Kepemilikan | Jumlah | Jumlah Siswa | ||
(Terdaftar, | Pemerintah | Swasta | Desa/Kel | Tenaga | |||
Terakreditasi) | Pengajar | ||||||
Play Group | 1 | 1 | 1 | 12 | |||
TK | 2 | 1 | 1 | 5 | 30 | ||
SD/sederajat | 4 | 3 | 1 | 34 | 286 | ||
SMP/sederajat | 1 | 1 | 7 | 32 |
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Desa Ajakkang merupakn bagian dari kecamatan soppeng riaja.
Kata Ajakkang diambil dari kata “jakka” atau sisir karena dulu, seorang anak raja dari kerajaan Luwu’ memisahkan diri dari kerajaannya dan ingin mencari tempat yang akan dipimpin sendiri olehnya, akhirnya ia berjalan dengan pengawalnya mencari tempat yang cocok dan bisa dijadikan pemukiman. Sementara ia berjalan, tiba-tiba sisirnya terjatuh, sehingga ia menyebut tempat itu “jakka”, selanjutnya setelah tempat itu telah berpenghuni atau telah menjadi sebuah desa, maka desa tersebut berubah nama menjadi “Ajakkang” karena diambil dari kebiasaan masyarakat pada masa lampau yang dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dilakukan dengan musyawarah yang diidentikkan seperti rambut/benang kusut yang diluruskan dengan menggunakan Jakka “ Sisir “ sehingga dikenal dengan sebutan Kampung Ajakkang. Maksudnya dari kata “Ajakkang” adalah tempat menyisir atau meluruskan suatu masalah.
B. Saran
Sebagai generasi penerus bangsa alangkah baiknya jika kita mengetahui sejarah tempat tinggal kita. Jangan gengsi atau bermasa bodoh dengan sejarah, karena dengan belajar sejarah hidup kita kedepannya akan lebih terarah dan bahkan mampu memprediksi masa yang akan datang.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.