Berikut ini adalah makalah dengan judul Pengembangan CBSA di sekolah dasar. Makalah ini bertujuan membahasa tentang pengertian, pirnsip dan hakikat CBSA.
Daftar isi
Pengembangan CBSA di Sekolah Dasar
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Jika kita tinjau perkembangan dan pertumbuhan seseorang, maka makin jelaslah bahwa hidup seseorang didalam lingkungan yang berbudaya itu merupakan suatu perjuangan dari seseorang untuk hidup dengan hak azasi manusiawi dalam menyatakan dirinya, mahkluk yang berkehendak berdiri sendiri .makin aktif ia berikan konstribusi dalam lingkungan sosialnya, makin ia menjalin ikatan dan menerima norma dari lingkungan, makin meningkatatkan aspirasi-aspirasi dalam mempersoalkan kepentingan untuk mencapai cita-citanya dalam mewujudkan dirinya (self actualozation), mengacu kepada kemandirian.
Manusia hidup antara dua kutub existensi, sosial (lingkungan) dan kutub existensi individu, yang satu dengan yang lain saling terjalin dalam dirinya (idividualisasi dan sosialisasi). Pada satu pihak ia berhak mengemukakan dirinya atau kutub existensi individual ingin dihargai dan diakui, tetapi pada pihak lain ia harus menyesuaikan diri pada ketentuan-ketentuan yang berlaku didalam masyarakat, didalam lingkungan sosialnya (kutub existensi sosial). Bila antar kedua kutub ini ada keseimbangan, maka ia akan mencapai suatu kondisi mental sehat, tetapi bukan semata-mata keseimbangan inilah yang merupakan makna hidup.
umumnya manusia beraspirasi dan dalam mewujudkan aspirasi itu ada suatu jarak yang ditempuh oleh setiap orang, yaitu jarak potensi yang dimiliki dan apa yang ingin dicapainya, jarak antara mengenal diri sebagai mana ia adanya ,prestasinya (konsep diri) dan sebagaimana ia ingin menjadi.
Mendidik pada hakikanya merupakan bantuan untuk mencapai perkembangan dalam mewujudkan dirinya, tanpa mengabaikan kepentingan lingkunganya dalam perkembangan tersebut seperti tercentus di dalam perumusan GBHN yang bertolak dari UUD 45 dalam kehidupan pancasila maka manusia Indonesia seutuhnya mencakup kemandirian dan kemampuan untuk ikut bertanggungjawab terhadap pembangunan bangsanya. Ini berati bahwa cara-cara pemberian informasi itu dan suasana interaksi itu berlangsung lebih penting daripada informasi itu sendiri.disinilah proses menjadi sarana tidak saja meningkatakan cara belajar siswa aktif.
Akhir kata, semoga makalah yang sederhana dan begitu singkat ini memberi penjelasan yang mudah dicerna bagi pembaca maupun untuk penulis sendiri.
B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan di makalah ini adalah sebagai berikut :
- Apakah Pengertian Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)?
- Apakah Dasar Pemikiran dari Pendekatan CBSA?
- Apakah Prinsip-Prinsip Pendekatan CBSA?
- Bagaimanakah Contoh Pendekatan CBSA Konsep Dalam Pembelajaran?
Bab II. Pembahasan
A. Pengertian CBSA
Agar terciptanya proses belajar mengajar yang efektif, perlu adanya peninjauan mengenai hakikat guru mengajar dan siswa belajar. Konsekuensinya proses belajar mengajar harus berorientasi pada siswa yang belajar. Implikasinya seorang guru harus benar-benar menciptakan suasana belajar sesuai dengan kebutuhan anak. Untuk mendefinisikan pengertian CBSA secara tegas adalah sulit, karena dalam kondisi-kondisi mana pun, baik ditinjau dari perbedaan kurun waktu, sudut pandang teoretis, sasaran serta isi belajar maupun bentuk serta metode belajar seorang siswa pastilah mengandung unsur keaktifan siswa dengan kadar berbeda-beda.
Pada tahun 1935 Jean Peaget telah menggalakkan belajar aktif. Hakikat CBSA pada dasarnya menunjuk taraf keaktifan belajar siswa yang relatif tinggi, usaha-usaha mengoptimalkan kegiatan belajar siswa, dan kegiatan (aktivitas) belajar siswa tersebut tak sekedar motoris tetapi lebih-lebih keaktifan mental serta emosional. CBSA mengandaikan kegiatan belajar siswa yang berciri : kegiatan kognitif bertaraf tinggi, siswa bergairah belajar(bermotivasi, bersemangat, senang, dan ulet dalam menghadapi tantangan), dan reflektif(mawas diri, memanfaatkan jasa umpan balik, siap untuk mengadakan pembenahan (remidial), dan pengembangan lebih lanjut. Dengan kata lain, CBSA memusatkan pada peranan, inisiatif dan keterlibatan anak didik dalam menetapkan masalah, mencari informasi dan memecahkan masalah.
Pengembangan CBSA ini berpusat pada siswa (humanistik), jadi “ student-centerted” dan mengutamakan perkembangan afektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai bagian integral dari proses belajar. Untuk mewujudkan adanya pendekatan pembelajaran yang humanistik, perlu didasarkan asumsi-asumsi, antara lain:
- Siswa akan lebih giat belajar bila harga dirinya dikembangkan sepenuhnya.
- Siswa yang diturut-sertakan dalam perencanaan dan pelaksanaan pelajaran akan merasa bertanggung jawab atas keberhasilannya.
- Hasil belajar akan meningkat dalam suasana belajar yang diliputi oleh rasa saling mempercayai, saling mempercayai, saling membantu, saling mempedulikan dan bebas dari ketegangan yang berlebihan.
- Guru yang berperan sebagai fasilitator belajar memberi tanggung jawab kepada siswa atas kegiatannya belajar dan memupuk siswa positif terhadap “ apa sebab” dan “bagaimana” mereka belajar.
- Kepedulian siswa akan pelajaran memegang peranan penting dalam penguasaan bahan pelajaran itu.
- Evaluasi diri bagian penting dalam proses belajar yang memupuk rasa harga diri.
B. Arah, Tujuan, dan Prinsip CBSA
1. Arah CBSA
Tujuan pendidikan nasional adalah membentuk manusia yang mampu berpartisipasi bagi penyempurnaan pembangunan bangsa. Pendekatan CBSA diarahkan untuk mewujudkan tujuan tersebut.
2. Tujuan CBSA
CBSA merupakan konsep dalam mengembangkan keaktifan proses belajar. Tujuannya adalah untuk mengembangkan kemampuan murid agar mampu belajar mandiri, sehingga ia memperoleh pengetahuan, ketrampilan, sikap yang menunjang pembentukan kepribadian yang mandiri. Selain itu, dengan CBSA siswa diharapkan dapat memperoleh penguasaan materi yang optimal. Pendekatan CBSA juga bertujuan untuk mengembangkan pola pikir antisipatif. Hal ini didasarakan pada kenyataan bahwa tidak semua hasil pendidikan nantinya dapat diterapkan, yang disebabkan oleh perubahan yang sangat cepat di masyarakat. Sehingga belajar diharapkan dapat memperoleh pengetahuan, kemampuan berpikir kritis, logis, dan sistematis, terampil dalam menerpakan iptek, serta memiliki kemampuan dan kebiasaan untuk terus belajar.
3. Prinsip CBSA
Dari arah dan tujuan di atas, maka pelakasanaan CBSA harus berpedoman dan memperhatikan pada beberapa prinsip berikut.
a. Prinsip CBSA secara Umum
- Hal apapun yang dipelajari oleh murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri tidak ada seorang pun dapat melakukan kegiatan itu untuknya.
- Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatannya sendiri).
- Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberi penguatan.
- Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti.
- Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, ia akan belajar dan mengingat dengan lebih baik.
b. Prinsip CBSA Pada Dimensi Peserta Didik
- Keberanian peserta didik untuk menunjukan minat, keinginan, dan dorongan yang ada pada dirinya.
- Keinginan dan keberanian untuk ikut serta dalam kegiatan belajar.
- Usaha dan kreativitas peserta didik.Keingintahuan yang kuat.Rasa lapang dada.
c. Prinsip CBSA Pada Dimensi Guru
- Usaha guru membina dan mendorong peserta didik.
- Guru sebagai innovator dan fasilitator.
- Sikap tidak mendominasi.
- Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar menurut irama, cara, dan kemampuannya.
d. Prinsip CBSA Pada Dimensi Program Pengajaran
- Tujuan dan isi pelajaran memenuhi kebutuhan, minat serta kemampuan peserta didik.
- Kemungkinan terjadinya pengembangan konsep dan aktivitas peserta didik.
- Penggunaan dan pemilihan berbagai metode dan media.
- Penentuan metode dan media yang fleksibel.
e. Prinsip CBSA Pada Dimensi Situasi Belajar Mengajar
1. Komunikasi guru-peserta didik yang intim dan hangat.
Prinsip ini menunjukkan bahwa kedudukan guru dan peserta didik dalam peristiwa komunikasi menempati posisi yang sederajat.
2. Terjadinya kegairahan dan kegembiraan dalam belajar.
Peserta didik, lebih-lebih anak usia sekolah dasar masih sangat menuntut terciptanya situasi kegairahan dan kegembiraan dalam belajar. Guru hendaknya mempertimbangkan karakteristik peserta didik dan melakukan penyesuaian atas situasi belajar-mengajar yang dikondisikannya.
C. Kemampuan Peserta Didik yang Dikembangkan melalui CBSA
Pendekatan Pembelajaran CBSA perlu dikembangkan agar kemampuan peserta didik dalam proses belajar meningkat dari tahun ke tahun. Kemampuan ini berupa keaktifan baik yang tampak maupun yang tidak tampak Keaktifan yang tampak meliputi mendengar, menulis, bertanya, mengukur, membandingkan, mengatakan, bercerita, menjawab, bercakap, berdiskusi, dan sebagainya. Sedangkan keaktifan yang tidak tampak seperti kemampuan berpikir, menganalisa, memecahkan masalah dengan menggunakan prinsip, teori, dan konsep. Kedua keaktifan tersebut tidak dapat dipisahkan, dimana keduanya membentuk proses pengembangan Pemerolehan dan penguasaan kemampuan tersebut akan tercapai apabila siswa aktif dalam proses belajar serta dalam proses penyaringan dan pemaduan sikap dan nilai, yang pada akhirnya akan berbuah pembentukan sikap dan nilai pada diri siswa.
Alternatif-alternatif yang dapat digunakan untuk menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran:
- Proses belajar satu kelas penuh, pengajaran yang dipimpin oleh guru yang menstimulasi seluruh siswa.
- Diskusi kelas, dialog dan debat tentang persoalan-persoalan utama.
- Pengajuan pertanyaan, siswa meminta penjelasan.
- Kegiatan kolaboratif, tugas dikerjakan secara bersama dalam kelompok kecil.
- Pengajaran oleh teman sekelas, pengajaran yang dilakukan oleh siswa sendiri.
- Kegiatan belajar mandiri, aktifitas belajar yang dilakukan secar perseorangan.
- Kegiatan belajar aktif, kegiatan yang membantu siswa memahami perasaan, nilai-nilai, dan sikap mereka.
- Pengembangan keterampilan, memepelajari dan mempraktikkan keterampilan baik teknis maupun non-teknis.
D. Cara Pengembangan CBSA Di Sekolah Dasar
Pengembangan KBM menuntut pembelajaran yang terpadu, penyusunan unit sumber yang mencakup bahan kegiatan belajar, model, metode dan sumber-sumber yang sangat luas dan berdaya guna. Pelaksanaan KBM secara kondusif tentunya dipengaruhi oleh guru dan siswa yang membawa konsekuensi untuk melaksanakan peranannya dengan amanah dan bertanggung jawab.
Sumber pembelajaran dapat diperoleh lingkungan alam sekolah, masyarakat di sekitar sekolah dengan sarat kehidupan dan peraturannya. Pemanfaatan sarana yang ada di lingkungan dapat mengembangkan pengalaman murid dalam kehidupannya sehingga apa yang dipelajari akan lebih bermakna. Penggunaan lingkungan sebagai sarana dan bahan belajar mengingatkan kita akan pentingnya interaksi siswa dengan lingkungan dengan segala persoalannya sehingga diharapkan murid akan terangsang untuk memantapkan peranannya dalam masyarakat. Kaitannya dengan pembelajaran bersama masyarakat, dapat dilakukan community study, walking trips, ataupun field study.
Sedangkan pemanfaatan bahan-bahan bekas, dapat dijadikan media pembelajaran ataupun sekedar alat peraga. Melalui pemanfaatan tersebut, selain dapat mengefisienkan anggaran juga merupakan tantangan tersendiri bagi guru serta murid dalam mengembangkan kekreativitasannya. Selanjutnya, diharapkan dapat terbentuk siswa yang mempunyai pola pikir produktif bukan konsumerisme sejati.
Selanjutnya, model pengajaran mensyaratkan pemeberian tugas dan pengamatan cara siswa merespon tugas yang diberikan. Model pengajaran terdiri atas tiga fase: fase pertama, pada siswa disajikan suatu situasi yang mengandung teka-teki yang sesuai dengan perkembangannya dan ada unsur-unsur yang sudah dikenalnya untuk memudahkan merespon. Fase kedua, respon siswa ditelaah untuk menentukan tahap perkembangan akalnya melalui pengamatan cara mereka berpendapat. Fase ketiga, adalah fase transfer, dengan tujuan mengetahui apakah siswa memberikan respon yang sama kepada tugas yang sama. Pada dasarnya, model pengajaran harus menciptakan suasana yang menunjang agar siswa merasa bebas untuk merespon secara alami dan berdya guna dengan selalu difasilitatori oleh guru.
E. Organisasi Pengajaran pada Pendekatan CBSA
Keaktifan dalam melaksanakan KBM tidak harus dilaksanakan dengan diskusi/ kerja kelompok, akan tetapi dikembangkan dengan problem-problem sehingga merangsang anak untuk senantiasa senang, cinta, butuh/need, berfikir, memecahkan problem dan berkreasi. Pengajaran dapat diorganisasikan secara individual, kelompok, dan berpasangan. Pengelompokan perlu diperhatikan besar kelompok, organisasi kelompok, sifat kelompok, dan tujuan kelompok. Dalam membuat kelompok harus memperhatikan kemauan anak, minat bakat, dan prestasi belajar. Pengelompokkan berdasarkan kelompok yang terdiri dari siswa yang prestasi belajarnya baik semua, maka anak tersebut aka akan berkembang dengan baik. Namun kelemahannya terjadi pada kelompok anak yang anggotanya semua terdiri dari anak didik yang kurang mapu menerima pelajaran dengan baik, maka kelompoknya akan sulit berkembang, dan pertukaran pengetahuannya akan sedikit terhambat.
Dan pengelompokkan yang didasarkan pada pemerataan antara anak didik yang pintar dan anak didik yang kurang mampu menerima pelajaran dengan baik, diseimbangkan. Keuntungannya adalah anak yang pintar akan bisa memberikan motivasi kepada temannya yang kurang mampu untuk bertukar pengetahuan sehingga dapat saling melengkapi. Kekurangannya adalah anak didik yang kurang mampu menerima pelajaran dengan baik itu, akan merasa kurang percaya diri, dengan anak yang pintar tersebut.
F. Ciri-ciri Sekolah yang Menerapkan CBSA dengan Baik
Sekolah yang memiliki CBSA yang baik menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut :
- Pembelajaran yang dilaksanakan berpusat pada kepentingan peserta didik. Peserta didik dipandang sebagai komponen terpenting dalam sistem dan proses pengajaran. Karena itu peranannya menjadi lebih kuat dalam mengembangkan dan menentukkan cara-cara belajarnya. Mereka mempunyai peluang untuk berperan aktif dalam menetapkan rencana pelajaran, proses kegiatan belajar, dan penilaian yang dilakukan. Pengalaman belajar mereka benarr-benar menjadi titik tolak kegiatan belajar mengajar. Peserta didik dimungkinkan menajdi lebih mandiri dalam menempuh kegiatan belajarnya.
- Guru berperan sebagai pembimbing bagi terjadinya pengalaman belajar peserta didik. Guru sebagai pembimbing tidak pernah mendikte si anak. Sebaliknya anak-anak itu memperoleh peluang, kemudahan, dan dorongan untuk berbuat banyak dalam belajar. Mereka memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman belajarnya yang berharga melalui usahanya sendiri. Guru senantiasa mensiasati peserta didiknya agar mereka selalu memiliki motivasi untuk belajar terus.
- Tujuan kegiatan belajar berorientasi pada perkembangan kemampuan siswa secara utuh dan seimbang. Peserta didik belajar bukan hanya mencapai standar akademik saja melainkan menyangkut seluruh aspek kehidupan secara utuh dan seimbang. Ini berarti menyangkut segi wawasan pengetahuannya, keterampilan yang dimilikinya, sikap yang dibentuknya, kepercayaan akan nilai-nilai yang diyakininya, struktur emosi yang dipunyainya, rasa keindahan atau estetikanya yang dikembangkannya, dan lain-lain. Semua aspek kepribadiannya dikembangkan secara menyeluruh dan terpadu melalui kegiatan belajar yang diciptakan guru.
- Penyelenggaraan kegiatan belajar lebih berorientasi pada kreativitas peserta didik. Kegiatan belajar yang diciptakan guru sangatlah dituntut untuk menghadapi berbagai permasalahan dan mengarahkan mereka untuk mampu mencari pemecahannya. Ini berarti peserta didik dituntut untuk terbiasa bekerja keras dengan penuh kesungguhan sehingga menghasilkan karya-karya nyata yang bermanfaat.
- Penilaian diarahkan pada kegiatan dan kemajuan peserta didik. Proses penilaian yang dilakukan benar-benar memantau setiap kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik dan mengukur setiap bentuk kemajuan yang diraih. Berbagai keterampilan seperti berbahasa, sosial, matematika, berpikir, bertindak, keterampilan dalam proses belajar itu sendiri senantiasa mendapat pertimbangan penilaian.
Bab III. Penutup
A. Kesimpulan
Mendidik subjek didik untuk membangun dirinya sendiri dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa dalam dunia dan masyarakat dan terus-menerus berubah mampu menuntut dia mampu berfikir sendiri.Hal ini perlu memahamidan memperlakukan tuntutan peningkatan teknologi sains dan teknologi pada suatu generasi yang sebagian tumbuh di pedesaan ,akan mempunyai dampak pada kehidupan lama yang sebelumnya belum dialaminya.
Pertumbuhan dan pendidikan sikap yang sesuai diperlukan supaya tekaman – tekaman hidup sebagai konsekuensi dari perkembangan sains dan teknologi ti9dak menjerumuskan kita dalam suatu pertumbuhan masyarakat ekonomi yang serba materialis,konsutif dan individualisti yang meruan dampak peningkatan ekonomi. apa yang dihasilkan oleh sekolah merupakn persiapan dalam menghadapi tuntutan jaman dn masa depan yang diakaitakan.untuk itu ,tidak saja ia harus mengwujudkan potensinya secara alamiah dalam menghadapi masa depan tetapi ia harus mampu membangun dan menguasai masa depan itu.
Disini terlekak factor pengembangan sikap untu sepenuhynya bertanggung jawab terhadap tugasnya(matra afektif)yamg mewujudkan tekad kecendurungan (tendency) dan kejadian (event) dari masa depan itu.keterampilan fisik dan mental(matra psikomotorik)dan perolehan pengetahuan (kognitif)untuk berpikir mandiri diperoleh denga pendekatan keterampilan prose situ merupakan penyatu kaitan yang mendalam(interpenetrasi)dari empat matra,yang membuka suasana kondusif yang ditandai oleh kepekaan intuitif (matra interaktif) terhadap berbagi masalah, sekaligus menampilkan kreatifitasnya.
Daftar Pustaka
Melvin L. Silberman. 2009. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung : Nusa Media.
Padmono. 2010. Pengembangan Inovasi Kurikulum. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
Permana, Johar. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : CV Maulana.
S. Nasution. 2006. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
No name. 2012. Di unduh dari http://blog.tp.ac.id/pengertian-cbsa pada tanggal 26 Maret 2012.