Makalah Pengelolaan Lingkungan Belajar

11 min read

Pengelolaan Lingkungan Belajar

Bab I. Pendahuluan

A.  Latar Belakang

Banyak hal yang mempengaruhi hasil belajar siswa, salah satunya adalah suatu kondisi yang kondusif pada lingkungan belajar. Untuk mengkondusifkan lingkungan belajar, diperlukan adanya pengelolaan ingkungan belajar. Guru memiliki peranan penting dalam pengelolaan lingkungan belajar.

Suasana atau lingkungan belajar yang kondusif akan berpengaruh pada proses belajar mengajar siswa cenderung mendorong anak untuk belajar dengan tenang dan berkonsentrasi.

Pengelolaan lingkungan belajar dapat diartikan sebagai suatu proses mengkoordinasikan dan mengintegrasikan berbagai komponen lingkungan yang dapat mempengaruhi perubahan prilaku anak sehingga dapat terpasilitasi dengan baik. Pengelolaan lingkungan belajar yang baik dapat mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.

Oleh karena itu, penulis mengangkat judul makalah ini“Pengelolaan Lingkungan Belajar” agar calon guru atau tenaga pendidik dapat mengelola lingkungan belajar dengan baik dan dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan maksimal.

B.  Rumusan Masalah

  1. Apa konsep dasar dari pengelolaan lingkungan belajar?
  2. Apa tujuan dari pengelolaan lingkungan belajar?
  3. Apa hal-hal yang perlu di perhatikan dalam pengelolaan lingkungan belajar?

1.3  Tujuan Penulisan

Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan di atas tujuan penuisan makalah ini adalah untuk:

  1. Memahami pengelolaan lingkungan belajar
  2. Mendeskripsikan tujuan lingkungan belajar
  3. Memahami hal-hal yang perlu diperhatikan dalam lingkungan belajar

1.4  Manfaat Penulisan

1.4.1        Untuk calon guru agar mengetahui pengelolaan lingkungan belajar

1.4.2        Untuk guru agar mengetahui tujuan pengelolaan  lingkungan belajar

1.4.3        Untuk guru agar bisa mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan lingkungan belajar

Bab II. Pembahasan

A.    Pengertian Pengelolaan Lingkungan Belajar

Pengelolaan berasal dari kata kelola yang mendapat imbuhan pe dan akhiran an yang mempunyai arti ketatalaksanaan, tata pimpinan, atau bisa disebut juga memenejemen. Menurut suharsimi arikunto(1990:2) pengelolaan adalah pengadministrasian, pengaturan, atau penataan suatu kegiatan.[1][1]

Sedangkan lingkungan belajar adalah suatu tempat yang berfungsi sebagai wadah atau lapangan terlaksananya proses belajar mengajar atau pendidikan. Tanpa adanya lingkungan, pendidikan tidak dapat berlangsung.

Menurut Huta barat (1986) lingkungan belajar yaitu lingkungan yanga alami dan lingkungan sosial, lingkungan alami meliputi keadaan suhu dan kelembapan udara, sedangkan lingkungan sosial dapat berwujud manusia.

Menurut dun dan dun (1999) kondisi belajar atau lingkungan belajar dpat mempengaruhi konsentrasi dan penerimaan informsi bagi siswa, jadi lingkungan belajar adalah lingkungan alami yang diciptakan oleh guru atau orang lain yang bisa menambah konsentrasi siwa dan pengetahuan siswa secara efisien

Proses pembelajaran bisa berlangsung pada banyak lingkungan yang berbeda, tidak hanya terikat pada ruang kelas akan tetapi bisa pada lingkungan umum seperti masjid, museum, lapangan dan juga bisa berlangsung di sarana dan prasarana sekolahan. [2][2]

B.     Tujuan Pengelolaan Lingkungan Belajar

Pada proses belajar mengajar pengelolaan lingkungan belajar mempunyai tujuan secara umum yaitu menyediakan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual dikelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa untuk belajar dan bekerja dan mengembangkan sikap apresiasi pada siswa.

Menurut suharsimi arikunto tujuan pengelolaann lingkungan belajar yang berupa kelas adalah menjaduikan setiap anak yang berada didalam kelas dapat bekerja(berfikir, berinteraksi, dan berpendapat) sehingga akan tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.

C.     Macam-Macam Lingkungan Belajar

Lingkungan belajar merupakan sarana dan prasarana yang bisa menunjang materi yang didapat dari gurunya. Lingkunganbelajar tidak berpatok pada lingkungan sekolah atau universitas akan tetapi lingkungan belajar bisa berada di luar lingkungan sekolah. Denagan kata lain lingkungan belajar bisa dibagi menjadi 2 macam:

1.      Lingkungan Belajar Indoor

Lingkungan belajar ini (indoor) lingkungan belajar yang memang sudah disediakan oleh manajemen sekolahan agar digunakan untuk para siswanya sebagai sumber belajar atau lingkungan belajar yang ada didalam sekolahan tersebut. Lingkungan belajar ini bisa berupa perpustakaan, laboratorium, auditorium dan utamanya adalah ruang kelas.

a.     Ruang tempat belajar

Ruang tempat belajar atau bisa juga disebut dengan ruang kelas sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar. Ruang kelas bukan merupakan sebuah wilayah yang sangat luas dan dalam ruang kelas antara siswa dan guru terlibat dalam berbgai kegiatan dan menggunakan berbagai wilayah ruang yang berbeda. Guru akan memfasilitasi kegiatan-kegiatan jika guru mengatur ruang belajar untuk memungkinkan pergerakan yang teratur, mempertahankan distraksi sesedikit mungkindan menggunakan ruan yang tersedia secara efisien.[3][3]

Adapun syarat-syarat kelas yang efisien diantaranya:

1)      Bersih dan rapi

2)      Ventilasi dan pengaturan cahaya nya baik

3)      Perlengkapan dan perabotan kelas masih dalam keadaan baik seperti: papan tulis dan penghapusnya, meja dan kursi siswa, meja dan kursi guru, alat kebersihan(sapu, pembersih kaca dan tempat sampah) hiasan dinding, absensi siswa, peraturan kelas, jadwal piket kelas, gambar presiden dan wakilnya. jadwal pelajaran, jam dinding dan hal-hal yang menarik lainnya.[4][4]

4)      Sirkulasi udara cukup

5)      Jumlah siswa tidak lebih dari 40 siswa

6)      Dan dapat memberikan keluasan gerak dan komunikasi yang baik antara guru dan siswa.

b.      Ruang laboratorium

Sekolahan yang efisien harus mempunyai laboratorium sebagai ruang praktik. Dalam kaitannya dengan pengelolaan laboratorium, bahan-bahan yang perlu disediakan sangat tergantung pada jenis laboratoriumnya, diantaranya:

1)      Laboratorium IPA, khusunya fisika, bahan-bahan yang perlu disediakan biasanya berupa bahan-bahan kimia seperti air raksa, air cuka dan timah. Untuk laboratorium IPA, khususnya biologi, bahan-bahan yang perlu disediakan biasanya berupa tumbuh-tumbuhan, kerangka manusia, dan berbagai macam pupuk tanaman.

2)      Laboratorium BAHASA biasanya bahan-bahan yang disediakan lebih berupa peralatan laboratorium, seperti kaset dan tape recorder

3)      Laboratoriun KOMPUTER perlu disediakan sejumlah perangkat komputer, yang meliputi layar monitor, keyboard, stavolt, printer dan central processing unit. Selain perangkat keras diatas, untuk penyelenggaraan laboratorium komputer perlu disediakan sejumlah perangkat lunak seperti disket DOS-Utility, disket pemrosesan kata (word processor)dalam bentuk disket wordstarchiwriter, word perfect, dan lain sebagainya.[5][5]

c.       Ruang auditorium / ruang serbaguna

Ruang auditorium atau bisa juga disebut dengan ruang serbaguna yang bisa juga berfungsi sebagai tempat diskusi atau tempat pertunjukan, dan selayaknya ruang tersebut harus dilengkapi dengan:

1)      Panggung pertunjukan

2)      Tempat yang luas dan bersih

3)      Kamar mandi laki-laki dan perempuan harus terpisah

4)      Dinding harus dilapisi oleh peredam suara agar tidak bergema

5)      Tempat ganti pakaian laki-laki dan perempuan harus terpisah

6)      OHP atau LCD proyektor

d.      Ruang perpustakaan

Perpustakaan sekolah merupakan salah satu sarana pendidikan dalam mengembangkan pengetahuan murid. Selain memerlukan gedung atau ruang, penyelenggaraan perpustakaan juga memerlukan sejumlah bahan diantaranya: pensil, pena, kartu peminjaman dan kartu buku. Sedangkan peralatan-peralatan perpustakaan antara lain: komputer(opag), stempel peminjaman, jam dinding, sapu, keranjang sampah, daftar kalsifikasi, dan lain sebagainya. Adapun dalam perabot perpustakaan yang dibutuhkan antara lain: rak buku, rak surat kabar, rak majalah, kabinet gambar, meja sirkulasi, lemari atau kabinet katalog, kereta buku, dan papan display. Pengadaan setiap perlengkapan harus mempertimbangkan hal-hal seperti nilai efisiensi pengeluaran uang, efisiensi dalam pengaturannya, mutunya baik, enak dipakai, dan menarik bagi pengelihatan.[6][6]

e.       Lingkungan Belajar Outdoor

Lingkungan belajar ini (outdoor) adalah kebalikan dari lingkungan belajar indoor yaitu lingkungan atau sarana belajar yang berada diluar lingkungan sekolahan, dalam artian lingkungan belajar ini diciptakan tidak un tuk proses belajar mengajar akan tetapi bisa digunakan untuk proses belajar mengajar, seperti misalnya: museum, masjid, monumen, dan lapangan.

a.       Museum

Museum adalah tempat yang diciptakan oleh pemerintah untuk menyimpan barang-barang bersejarah sehingga masyarakat luas dapat mengetahui sejarah-sejarah pada masa lampau, oleh karena itu museum ini bisa digunakan oleh para siswa untuk menggali pengetahuan tentang mata pelajaran sejarah dan juga bisa digunakan untuk obsrvasi atau penelitian

b.      Masjid 

Masjid adalah tempat yang digunakan oleh seluruh umat islam untuk menyembah kepada tuhannya dan di masjid bisa dilakukan proses pembelajaran tidak langsung seperti khutbah jum’at. Masjid juga bisa dibuat untuk praktik sholat jenazah, praktek wudhu dan lain sebagainya.

c.       Monumen

Monumen dan museum merupakan tempat yang bersejarah akan tetapi keduanya berbeda. Monumen merupakan tempat yang memang ada pada zaman dulu dengan kata lain tempat tersebut tidak dibuat atau diciptakan oleh tangan manusia, namun tempat itu ada sebagai bukti sebuah kejadian atau sejarah bukan untuk menyimpan barang-barang bersejarah

d.      Lapangan

Lapangan identik dengan lahan yang luas tanpa adanya bangunan apapun. Di setiap sekolah harusnya memiliki lapangan karena lapangan juga bisa digunakan.

D. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pengelolaan Lingkungan Belajar

1. Memahami sifat yang dimiliki siswa

Pada dasarnya anak memiliki imajinasi dan sifat ingin tahu. Semua anak terlahir dengan membawa dua potensi ini. Keduanya merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap atau pikiran kritis dan kreatif. Oleh karenanya, kegiatan pembelajaran perlu dijadikan lahan yang kita olah agar menjadi tempat yang subur bagi perkembangan kedua potensi anugerah Tuhan itu. Suasana pembelajaran yang diiringi dengan pujian guru terhadap hasil karya siswa, yang disertai pertanyaan guru yang menantang dan dorongan agar siswa melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang baik untuk mengembangkan potensi siswa.

2. Memahami perkembangan kecerdasan siswa

Jean Piaget dalam Syah (2008 : 29-32) menjelaskan tentang perkembangan kecerdasan akal atau perkembangan kognitif manusia berlangsung dalam empat tahap, yakni:

a. Sensory-motor ( Sensori-motor / 0-2 tahun )

b. Pre-operational ( Pra-operasional / 2 -7 tahun )

c. Concrete-operational ( Konkret-operasional / 7 – 11 tahun)

d. Formal-operational (Formal- operasional / 11 tahun ke atas).

Selama kurun waktu pendidikan dasar dan menengah, siswa mengalami tahap Concrete-operational dan Formal-operational.

Dalam periode konkret-operasional yang berlangsung hingga usia menjelang remaja, anak memeroleh tambahan kemampuan yang disebut system of operations (satuan langkah berpikir). Kemampuan satuan langkah berpikir ini berfaedah bagi anak untuk mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam sistem pemikirannya sendiri.

Selanjutnya, dalam perkembangan kognitif tahap Formal-operational seorang remaja telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara serentak maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitif, yakni:

1) Kapasitas menggunakan hipotesis

2) Kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak. 

Dengan kapasitas menggunakan hipotesis (anggapan dasar), seorang remaja akan mampu berpikir hipotetis, yakni berpikir mengenai sesuatu khususnya dalam hal pemecahan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan yang ia respons. Selanjutnya, dengan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak, remaja tersebut akan mampu mempelajari materi-materi pelajaran yang abstrak, misalnya ilmu tauhid, ilmu matematika dan ilmu-ilmu abstrak lainnya dengan luas dan mendalam.[1]

3. Mengenal siswa secara perorangan

Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAIKEM perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tecermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua siswa dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Siswa yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah dengan cara ”tutor sebaya”. Dengan mengenal kemampuan siswa, apabila ia mendapat kesulitan kita dapat membantunya sehingga belajar siswa tersebut menjadi optimal.

4. Memanfaatkan perilaku siswa dalam pengorganisasian belajar

Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, siswa dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, siswa akan menyelesaikan tugas dengan baik apabila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, siswa perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang.

5. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah

Pada dasarnya belajar yang baik adalah memecahkan masalah karena dalam belajar sesungguhnya kita menghadapkan siswa pada masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Berpikir kritis dan kreatif berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan terbuka dan memungkinkan siswa berpikir mencari alasan dan membuat analisis yang kritis. Pertanyaan dengan kata-kata ”Mengapa?”, ”Bagaimana kalau…” dan “Apa yang terjadi jika…” lebih baik daripada pertanyaan dengan kata-kata yang hanya berbunyi “Apa?”, ”Di mana?”,”Berapa?”,”Kapan?”, yang umumnya tertutup ( jawaban betul hanya satu ).

6. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik

Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAIKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Materi yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, pasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, kaligrafi, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam kegiatan pembelajaran karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas sebuah masalah.

7. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar

Lingkungan (fisik, sosial, dan budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar siswa. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar dan objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat siswa merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus di luar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar atau diagram.

8. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar

Mutu hasil belajar akan meningkat apabila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik (feedback) dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih banyak mengungkapkan kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.

Untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik diperlukan beberapa teknik yang sesuai dan tepat dengan diri setiap anak didik sebagai makhluk individual. Beberapa teknik untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik antara lain :

a. Memancing aspirasi anak didik

b. Memanfaatkan teknik alat bantu yang akseptabel

c. Memilih bentuk motivasi yang akurat ( misalnya : memberi angka, hadiah, pujian, memberi tugas, hukuman, dll. )

d. Menggunakan metode yang bervariasi.[2]

9. Membedakan antara aktif fisik dengan aktif mental

Banyak guru yang cepat merasa puas saat menyaksikan para siswa sibuk bekerja dan bergerak, apalagi jika bangku diatur berkelompok dan para siswa duduk berhadapan. Situasi yang mencerminkan aktifitas fisik seperti ini bukan ciri berlangsungnya PAIKEM yang sebenarnya, karena aktif secara mental (mentally active) lebih berarti daripada aktif secara fisik (phisically active). Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif secara mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut, seperti: takut ditertawakan, takut disepelekan, dan takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang muncul dari temannya maupun dari guru itu sendiri. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan prinsip PAIKEM.

10. Pengelolaan Kelas

Masalah pokok yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas merupakan maslah tingkah laku yang kompleks dan guru menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mencapai tujuan pengajaran secara efisien dan memungkinkan mereka dapat belajar. Dengan demikian pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi pengajaran yang sfektif.

Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur anak didik dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajararan. Juga hubungan interpersonal yang baik antara guru dan anak didik dan anak didik dengan anak didik, merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar.[3]

Menurut Made Pidarta untuk mengelola kelas secara efektif perlu diperhatikan hal – hal sebagai berikut :

  1. Kelas adalah kelompok kerja yang diorganisasi untuk tujuan tertentu, yang dilengkapi oleh tugas – tugas dan diarahkan oleh guru.
  2. Dalam situasi kelas, guru bukan tutor untuk satu anak pada waktu tertentu, tetapi bagi semua anak atau kelompok.
  3. Kelompok mempunyai perilaku sendiri yang berbeda dengan perilaku – perilaku masing – masing individu dalam kelompok itu. Kelompok mempengaruhi individu – individu dalam hal bagaimana mereka memandang dirinya masing – masing dan bagaimana belajar.
  4. Kelompok kelas menyisipkan pengaruhnya kepada anggota – anggota. Pengaruh yang jelek dapat dibatasi oleh usaha guru dalam membimbing mereka di kelas dikala belajar.
  5. Praktik guru waktu belajar cenderung terpusat pada hubungan guru dan siswa. Makin meningkat ketrampilan guru mengelola secara kelompok, makin puas anggota – anggota di dalam kelas.
  6. Struktur kelompok, pola komunikasi dan kesatuan kelompok ditentukan oleh cara mengelola, baik untuk mereka yang tertarik pada sekolah maupun bagi mereka yang apatis, masa bodoh atau bermusuhan.

 BAB III

PENUTUP

3.1  Simpulan

3.1.1        Pengelolaan berasal dari kata kelola yang mendapat imbuhan pe dan akhiran an yang mempunyai arti ketatalaksanaan, tata pimpinan, atau bisa disebut juga memenejemen.

3.1.2        Pada proses belajar mengajar pengelolaan lingkungan belajar mempunyai tujuan secara umum yaitu menyediakan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual dikelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa untuk belajar dan bekerja dan mengembangkan sikap apresiasi pada siswa.

3.1.3        Lingkungan belajar merupakan sarana dan prasarana yang bisa menunjang materi yang didapat dari gurunya. Lingkunganbelajar tidak berpatok pada lingkungan sekolah atau universitas akan tetapi lingkungan belajar bisa berada di luar lingkungan sekolah. Lingkungan belajar dapat dibagi dua yaitu lingkungan belajar indoor dan lingkungan belajar outdoor. Lingkungan belajar indoor adalah lingkungan belajar yang sudah disediakan oleh manajemen sekolahan agar digunakan untuk para siswanya sebagai sumber belajar atau lingkungan belajar yang ada didalam sekolahan tersebut. Lingkungan belajar ini bisa berupa perpustakaan, laboratorium, auditorium dan utamanya adalah ruang kelas. Sedangkan lingkungan belajar outdoor  yaitu lingkungan atau sarana belajar yang berada diluar lingkungan sekolahan, dalam artian lingkungan belajar ini diciptakan tidak untuk proses belajar mengajar akan tetapi bisa digunakan untuk proses belajar mengajar, seperti misalnya: museum, masjid, monumen, dan lapangan.

3.2  Saran

3.2.1        Untuk calon guru sebaiknya memahami pngelolaan lingkungan belajar dengan baik

3.2.2        Untuk guru sebaiknya mengetahui manfaat dari pengeolaan lingkungan belajar

3.2.3        Untuk calon guru sebaiknya mengetahui macam-macam pengelolaan lingkungan belaja

3.2.4     Untuk calon guru sebaiknya mengetahui hal-hal yang perlu diperhatiakan dalam pengelolaan     lingkungan belajar

DAFTAR PUSTAKA

[1] Muhibbin Syah, Islamic English : A Competency-based Reading Comprehension, Cetakan Ke-2 ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006 ), 30-32.

[2] Syaiful Bahri Djamara dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar ( Jakarta : Rineka Cipta, 2006 ), 143.

an sebagai sumber belajar seperti dalam pelajaran olahraga, upacara dan kegiatan ekstrakulikuler.

Bafadal, Ibrahim, Manajemen Perlengkapan Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004).

Djahmarah, Saiful Bahri dan Aswan Zain, Startegi belajar  mengajar (jakarta: rineka cipta, 2010).

Evaston, Carolyn M. dan Edmund T. Emmer, Manajemen Kelas Untuk Guru Sekolah Dasar (Jakarta: Kencana, 2011).

Samal, Sharon E., Dino dkk., Teknologi Pembelajaran dan Media Untuk Belajar (Jakarta: Kencana, 2011).

Laporan Praktikum Efek Fotolistrik

Efek Fotolistrik Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Efek fotolistrik adalah fenomena terlepasnya elektron logam akibat disinari cahaya. Ditinjau dari perspektif sejarah, penemuan efek...
Ananda Dwi Putri
9 min read

Laporan Praktikum Tetes Minyak Milikan

Tetes Minyak Milikan Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Elektron merupakan suatu dasar penyusun atom. Inti atom terdiri dari elektron (bermuatan negatif) dan proton...
Ahmad Dahlan
7 min read

Makalah Sifat Fantasi Dalam Tinjauan Psikologi

Sifat Fantasi Bab I. Pendahuluan Pada dasarnya psikologi mempersoalkan masalah aktivitas manusia. Baik yang dapat diamati maupun tidak secara umum aktivitas-aktivitas (dan penghayatan) itu...
Wahidah Rahmah
4 min read

Leave a Reply