Daftar isi
Penerimaan Penugasan dan Perencanaan Audit
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kegiatan yang dilakukan dalam suatu audit sangat tergantung kepada perusahaaan yang telah diaudit. Apabila klien merupakan perusahaan kecil maka audit cukup dilakukan oleh satu atau dua orang auditor dengan waktu pengerjaan audit yang relatif tidak begitu lama, dan dengan honorarium audit yang tidak begitu besar. Namun berbeda pada perusahaan raksasa dengan ratusan anak perusahaan, maka dibutuhkan auditor dengan jumlah yang banyak dan waktu pengerjaanpun membutuhkan waktu yang tidak sebentar bahkan bahkan berbulan-bulan dan honorarium audit yang sangat tinggi.
Sebelum menerima suatu penugasan auditor harus memastikan bahwa penugasan tersebut akan dapat diselesaikan sesuai dengan semua standar profesional, termasuk standar auditing. Sedangkan untuk penetapan perencanaan yang tepat merupakan pekerjaan yang cukup sulit dalam melaksanakan audit yang efisien dan efektif.
B. Rumusan Masalah
- Bagaimana cara penerimaan penugasan dalam melaksanakan proses audit?
- Apa saja tahapan yang harus dilakukan dalam perencanaan audit?
Bab II. Pembahasan
A. Penerimaan Penugasan
Penerimaan penugasan merupakan tahap awal dalam suatu audit laporan, laporan keuangan adalah mengambil keputusan untuk menerima (menolak) suatu kesempatan untuk menjadi auditor untuk klien yang baru, atau untuk melanjutkan sebagai auditor bagi klien yang sudah ada. Pada umumnya keputusan untuk menerima (menolak) ini sudah dilakukan sejak enam hingga sembilan bulan sebelum akhir tahun buku yang akan diperiksa.
Dalam profesi akuntan publik, terjadi persaingan yang cukup ketat antar kantor akuntan publik untuk mendapatkan klien. Bagi suatu kantor akuntan publik, klien bisa merupakan klien baru atau klien lama (yang sudah ada) yang diharapkan akan melanjutkan memberikan penugasan audit pada tahun atau tahun-tahun berikutnya. Pergantian auditor bisa terjadi karena bebagai alasan, yaitu:
- Klien merupakan hasil merger (penggabungan) antara beberapa perusahaan yang semula memiliki auditor masing-masing yang berbeda.
- Ada kebutuhan untuk mendapat perluasan jasa professional.
- Tidak puas terhadap kantor akuntanpublik yang lama.
- Ingin mencari auditor dengan honorarium audit yang lebih murah.
- Penggabungan antara beberapa kantor akuntan publik.
Auditor tidak wajib menerima setiap permintaan untuk melakukan audit laporan keuangan yang diajukan oleh calon kliennya. Apabila auditor memutuskan untuk menerima suatu penugasan audit, maka auditor harus memikul tanggungjawab profesional terhadap masyarakat, klien, dan terhadap anggota profesi akuntan publik yang lain. Auditor harus menjaga kelangsungan kepercayaan masyarakat terhadap profesi dengan menjaga independensi, integritas, dan obyektivitas. Terhadap anggota lain seprofesi, auditor bertanggungjawab untuk turut meningkatkan dan menjaga nama baik profesi, serta meningkatkan kemampuannya dalam memberi pelayanan kepada masyarakat. Pertimbangan dalam memutuskan untuk menerima penugasan juga berhubungan langsung dengan kemampuan auditor untuk memenuhi persyaratan seperti diminta oleh standar auditing serta kode etik akuntan.
Perikatan adalah kesepakatan kedua belah pihak untuk mengadakan suatu ikatan perjanjian. Dalam perikatan audit, klien mengadakan suatu ikatan perjanjian dengan auditor. Klien menyerahkan pekerjaan audit atas laporan keuangan kepada auditor dan auditor sanggup melaksanakan pekerjaan audit tersebut berdasarkan kompetensi profesionalnya. Langkah awal pekerjaan audit adalah pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak perikatan audit dari calon klien atau untuk menghentikan atau melanjutkan perikatan audit dari klien berulang.[2]
Di bawah ini adalah langkah-langkah penerimaan penugasan audit, antara lain:
1. Mengevaluasi Integritas Manajemen
Berbagai cara yang dapat ditempuh oleh auditor dalam mengevaluasi integritas manajemen adalah:
a. Melakukan komunikasi dengan auditor pendahulu
Bagi klien yang pernah diaudit oleh auditor lain, pengetahuan tentang manajemen klien yang dimiliki oleh auditor pendahulu merupakan informasi penting bagi auditor pengganti. Sebelum menerima penugasan, PSA No.16, Komunikasi Antara Auditor Pendahulu dengan Auditor Pengganti (SA 315.02), mengharuskan auditor pengganti untuk berkomunikasi dengan auditor pendahulu, baik secara lisan maupun tertulis. Dalam berkomunikasi, auditor pengganti harus mengajukan pertanyaan yang spesifik dan wajar mengenai berbagai hal yang berpengaruh atas pengambilan keputusan menerima atau penolak penugasan, seperti :
- Meminta keterangan kepada auditor pendahulu mengenai masalah-masalah yang spesifik.
- Menjelaskan kepada calon klien tentang perlunya auditor pengganti melaksanakan komunikasi dengan auditor pendahulu dan meminta persetujuan dari klien untuk melakukan hal itu.
- Mempertimbangkan keterbatasan jawaban yang di berikan auditor pendahulu. Maka auditor pengganti harus mempertimbangkan pengaruhnya dalam memutuskan penerimaan atau penolakan perikatan audit dari calon klien.
b. Meminta keterangan kepada pihak ketiga
Informasi tentang intregrasi manajemen dapat diperoleh dengan meminta keterangan kepada penasehat hukum, pejabat bank, pengganti manajemen yang diberitahukan di surat kabar bisnis, review terhadap laporan audit tahun sebelumnya yang di simpan di Bapepam, dan pihak lain dalam masyarakan keuangan dan bisnis yang mempunyai hubungan bisnis dengan calon klien. Kamar Dagang Indonesian (KADIN) dapat juga di pakai sebagai sumber informasi untuk mengevaluasi intregitas manajemen.
c. Mereview pengalaman auditor di masa lalu dengan klien
Sebelum mengambil keputusan untuk melanjutkan penugasan dengan klien audit, auditor harus mempertimbangkan secara cermat pengalaman hubungan kerja dengan manajemen klien di masa lalu. Misalnya, auditor perlu mempertimbangkan adanya kekeliruan atau kecurangan dan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh klien yang ditemukan dalam audit atas laporan keuangan tahun yang lalu. Dalam audit tahun lalu, auditor mengajukan berbagai pertanyaan kepada manajemen tentang adanya hal-hal bersyarat, kelengkapan notulen rapat dewan komisaris, kepatuhan klien terhadap peraturan pemerintah.[3]
2. Mengidentifikasi Keadaan Khusus dan Risiko Biasa
Hal-hal yang berhubungan dengan pengambilan keputusan untuk menerima penugasan dalam tahap ini antara lain:
- Mengidentifikasi pemakaian laporan audit
- Mendapatkan informasi tentang stabilitas keuangan dan legal calon klien di masa depan
- Mengevaluasi auditabilitas perusahaan klien
3. Menilai Kemampuan Untuk Memenuhi Standar Umum Auditing
Penilaian kemampuan memenuhi standar umum terdiri dari 3 tahap:
a. Penentuan kompetensi untuk melaksanakan audit
Standar umum pertama menuntut kompetensi teknis auditor dalam melaksanakan penugasan audit. Standar tersebut menegaskan bahwa betapapun kemampuan seseorang dalam bidang-bidang lain termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksud dalam standar tersebut. Ada dua langkah yang dilakukan untuk menentukan kompetensi dalam melaksanakan audit:
- mengindentifikasi tim audit yang diperlukan
- mempertimbangkan perlunya konsultasi dan tenaga spesialis
b. Pengevaluasian Independensi
Standar umum kedua menuntut sikap mental independent auditor dalam melaksanakan audit. Standar tersebut mengharuskan auditor besikap independent, artinya tidak mudah dipengaruhi karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum.
c. Penentuan kemampuan melaksanakan audit secara cermat dan seksama
Standar umum ketiga menyatakan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
4. Menyiapkan Surat Penugasan Audit
Surat penugasan audit dibuat oleh auditor untuk kliennya. Surat ini berfungsi untuk mendokumentasikan dan menegaskan :
- Tujuan audit atas laporan keuangan
- Tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan
- Lingkup audit, termasuk penyebutan undang – undang, peraturan, penyertaan dari badan professional yang harus dianut oleh auditor untuk menyampaikan hasil perikatan.
- Bentuk laporan atau bentuk komunikasi lain yang akan digunakan oleh auditor untuk menyampaikan hasil perikatan
- Pengaturan reproduksi laporan keuangan auditan
- kesanggupan auditor untuk menyampaikan informasi tentang kelemahan signifikan dalam struktur pengendalian intern yang ditemukan oleh auditordalam auditnya
- akses ke berbagai catatan dokumentasi dan informasi lain yang diharuskan dalam kaitannya dengan audit.
- kesepakatan mengenai dasar penentuan fee audit.[4]
B. PERENCANAAN AUDIT
Tahap perencanaan audit merupakan suatu tahap yang vital dalam audit. Kesuksesan audit sangat ditentukan oleh perencanaan audit secara matang. Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh untuk merencanakan pelaksanaan audit. Perencanaan audit sangat dipengaruhi oleh informasi yang diperoleh dalam tahap pertimbangan penerimaan penugasan audit. Auditor perlu mempertimbangkan informasi mengenai intergritas manajemen, kekeliruan dan ketidak beresan dan pelanggaran hukum klien dalam merencanakan audit. [5]
Luas dan kelengkapan perencanaan sangat tergantung pada :
1. ukuran dan kompleksitas perusahaan klien,
2. pengalaman auditor dengan klien,
3. pengetahuan dan kemampuan auditor beserta seluruh stafnya.
P erencanaan audit biasanya dilakukan antara tiga hingga enam bulan sebelum akhir tahun buku klien. Dalam perencanaan audit terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan:
1. Menghimpun Pemahaman Bisnis Klien Dan Industri Klien
Penghimpunan pemahaman bisnis dan industri klien dilakukan dengan tujuan untuk mendukung perencanaan audit yang dilakukan auditor. Pemahaman tersebut akan digunakan untuk merencanakan lingkup audit, memperkirakan masalah-masalah yang mungkin timbul dan menentukan atau memodifikasi prosedur audit yang direncanakan. Hal yang berkaitan dengan bisnis dan industri klien yang perlu dipahami auditor adalah sebagai berikut:
a. jenis bisnis dan produk klien,
b. lokasi dan karakteristik operasi klien seperti metoda produksi dan pemasaran,
c. jenis dan karakteristik industri,
d. eksistensi ada tidaknya pihak terkait yang mempunyai hubungn erat dengan klien misalnya sama-sama anak perusahaan dari suatu holding company,
e. peraturan pemerintah yang mempengaruhi bisnis dan industri klien,
f. karakteristik laporan yang harus diberikan kepada instansi tertentu.
Pemahaman auditor tentang bisnis klien dan industri klien dapat diperoleh melalui:
a. Mereview kertas kerja tahun lalu
b. Mereview data industri dan data bisnis klien
c. Melakukan peninjauan ke tempat operasi klien
d. Mengajukan pertanyaan pada dewan komisaris maupun komite audit
e. Mengajukan pertanyaan pada manajemen
f. Mempertimbangkan dampak dari pernyataan akuntansi dan auditing tertentu yang relevan.
Ada tiga alasan utama mengapa auditor merencanakan penugasan dengan tepat antara lain:
a. Untuk memungkinkan auditor mendapatkan bukti yang tepat yang mencukupi pada situasi yang dihadapi.
b. Untuk membantu menjaga biaya audit tetap wajar.
c. Untuk menghindari kesalah pahaman dengan klien.
Perancangan audit awal melibatkan empat hal, yang semuanya harus dilakukan terlebih dahulu dalam audit. Keempatnya adalah sebagai berikut:
a. Auditor harus memutuskan apakah akan menerima seorang klien baru atau melanjutkan pelayanan untuk klien yang telah ada sekarang.
b. Auditor harus mengidentifikasi mengapa klien menginginkan atau membutuhkan audit.
c. Auditor memperoleh pemahaman klien tentang cara-cara penugasan untuk menghindari kesalahpahaman.
d. Dipilihnya staf untuk penugasan, termasuk bila dibutuhkannya spesialis audit.
2. Melakukan Prosedur Analitis
Prosedur Analitis adalah evaluasi informasi keuangan yang dilakukan dengan mempelajari hubungan logis antara data keuangan dan non keuangan. Prosedur analitis meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat dengan ekspektasi auditor.
Penggunaan prosedur analitis dalam tahapan perencanaan audit yang efektif, meliputi tahapan-tahapan sistematis sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi perhitungan/Perbandingan yang akan dibuat
b. Mengembangkan ekspektasi atau harapan
c. Melakukan perhitungan/perbandingan
d. Menganalisis data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan
e. Menyelidiki selisih tak diharapkan yang signifikan
f. Menentukan pengaruh atas perencanaan audit
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan:
1. Sebelum menerima suatu penugasan, auditor harus memastikan bahwa penugasan tersebut dapat diselesaikan sesuai dengan semua standar profesional, termasuk standar auditing, kode etik akuntan, dan standar pengendalian mutu.
2. Tahap-tahap penting dalam penerimaan suatu penugasan meliputi: evaluasi integritas manajemen, mengidentifikasi keadaan-keadaan khusus dan resiko tak biasa, menentukan kompetensi, menilai independensi, menentukan bahwa pekerjaan dapat dilaksanakan dengan cermat dan teliti, serta menerbitkan surat penugasan.
3. Penetapan perencanaan yang tepat merupakan pekerjaan yang cukup sulit dalam melaksanakan audit yang efisien dan efektif. Tahapan-tahapan perencanaan meliputi pekerjaan mendapatkan pemahaman tentang bisnis dan industri klien dan melaksanakan prosedur analitis.
Daftar pustaka
Haryono Jusup, Auditing, (Yogyakarta : Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 2001)
Mulyadi, Auditing, (Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2002)
[1] Haryono Jusup, Auditing, (Yogyakarta : Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 2001), hlm. 169
[2] Mulyadi, Auditing, (Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2002), hlm. 122.
[3] Mulyadi, ibid, hlmn 123-126
[4] Mulyadi, Op. Cit hlmn 127-131
[5] Haryono jusup, Op cit, hlm. 170.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.