Anak adalah wujud dari kepolosan dunia. Ketidaktahuan anak tentang seks sering kali menjadi alasan pelecehan oleh orang dewasa. Anak memandang seks sebagai sesuatu yang tabu atau vulgar. Berdasar fakta kasus semakin meningkat karena anak tidak mendapat pendidikan seks dengan jelas. Pendidikan seks pada anak usia dini mungkin merupakan solusi. Akan tetapi anak mungkin belum bisa menerima secara mental. Tak jarang anak lebih condong ke pikira joroknya dari pada efek yang dia dapat ketika dia mengerti apa itu seks. Dalam perkembangan bahasapun kata seks malah disalah artikan menjadi hal yang tabu. Anak harus mendapatkan pendidikan seks yang sesuai dengan umurnya. Secara psikologi anak sangat membutuhkan bimbingan orang dewasa untuk mengerti definisi seks secara layak, karena anak masih belum bisa selektif kepada setiap informasi yang didapat. Pengajar maupun orang tua mampu mengikuti langkah proses konsuling ketika menerangkan kepada anak. Ada banyak hal yang harus dihindari ketikan menerangkan kepada anak. Itu dikarenakan anak masih awam dalam hal itu. Keterbukaan orang tua sangat penting demi kemajuan dan keselamatan anak dari gagap seks.
Daftar isi
Pendidikan Seks Pada Siswa Sekolah Dasar
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Dewasa ini sering sekali terjadi pelecehan seksual oleh orang dewasa terhadap anak anak. Anak anak lebih menjadi sasaran orang dewasa karena anak anak dianggap sebagai makhluk yang polos. Kepolosan anak ini dimanfaatkan beberapa oknum untuk melakukan tindak asusila terhadap anak dibawah umur. tidak banyak pelaku dari tindak asusila itu adalah kerabat atau bahkan keluarga korban. Anak memang kurang mengerti dalam hal pendidikan seks. Mereka menganggap segala sesuatu yang berkaitan dengan seks itu adalah menyimpang. Bukan tanpa alasan mereka seperti itu, banyak faktor yang mempengaruhi seperti : (1) Keluarga (2) lingkungan masyarakat (3) pendidikan (Syamsul Yusuf, 2009). Menurut saya faktor yang paling berpengaruh dalam masalah ini adalah faktor pendidikan, karena pendidikan adalah hal utama yang membentuk kepribadian seseorang. Pendidikan adalah landasan atau pondasi bagi setiap bangunan kehidupan. Jika pendidikan rapuh, maka kehidupan akan lebih mudah dirobohkan oleh faktor dari luar.
“Kasus kekerasan, utamanya kekerasan seksual pada anak, meningkat pesat tahun 2013 ini. Dari sekitar 30-an kasus tahun 2012, baru pertengahan 2013 sudah meningkat menjadi 535 kasus. Jumlah kekerasan itu, menurut Ketua Komnas Arist Merdeka Sirait, meningkat pesat sejak 2010 yang tercatat ada 42% dari 246 kasus kekerasan pada anak adalah kekerasan seksual, pada 2011 ada 50%dari 259 kasus kekerasan pada anak adalah kekerasan seksual, dan 2012 ada 62% dari 47 kasus kekerasan pada anak adalah kekerasan seksual.” (detik.com, Kamis, 18/07/2013 16:57 WIB)
Sebuah realita yang mengejutkan, mengingat bahwa pendidikan di Negara ini telah mengalami kemajuan. Pendidikan memang dapat menjadi faktor utama kandasnya moralitas bangsa, tetapi itu semua masih sebatas argument semata. Kejadian-kejadian diatas merupakan dampak dari kurangnya pendidikan seks sejak dini. Memang pada dasarnya itu adalah hal yang tabu, tetapi sekali lagi itu tergantung dari bagaimana pengajar menyampaikannya.
Sedangkan untuk kekerasan seksual 535 kasus menurut:
- Bentuk: sodomi 52 kasus, perkosaan 280 kasus, pencabulan 182 kasus, dan inses 21 kasus.
- Modus: obat penenang 15 kasus, diculik lebih dulu 14 kasus, disekap 45 kasus, bujuk rayu dan tipuan: 139 kasus, iming-iming: 131 kasus.
- Dampak: meninggal 9 kasus, trauma: 345 kasus.
(detik.com, Kamis, 18/07/2013 16:57 WIB)
Dilihat dari modus tersangka, penggunaan cara bujuk rayu dan tipuan adalah yang paling ampuh. Oleh karenanya, perlu adanya sosialisasi dari pihak pengajar agar tidak mudah terkena bujuk rayu pelaku. Sekali lagi pendidikan harus bisa menyampaikan pentingnya seks sedari dini.
Dengan tidak mengertinya anak tentang seks, maka itu akan menyudutkan anak sebagai korban pelecehan seksual. Anak memiliki rasa ingin tahu yang amat tinggi, hal ini sering dimanfaatkan oleh beberapa orang dewasa untuk melakukan pelecahan seksual. Maka dari itu, kita harus melakukan pendidikan seks ketika usia anak dirasa sudah mampu mengerti arti seks secara harfiah. Ini memang bukan merupakan porsi anak, tapi pada kenyataannya anak mutlak memerlukan pendidikan seks sejak dini. Memang anak pasti mengatakan bahwa hal itu tabu, tapi sebagai orang dewasa kita wajib memperkenalkannya secara terperinci. Pendidikan seks memang telah dicantumkan dalam mapel penjas pada tiap semesternya. Namun, itu sangat kurang bahkan tidak sedikit guru yang tak mengajarkannya. Meraka hanya mengajarkan sebatas penyakit menular seksual. Padahal selain itu masih banyak hal tentang seks yang harus diketahui. Memang sangat terasa janggal ketika seorang guru menerangkan tentang seks kepada anak anak usia sekolah dasar. Lebih dari setengahnya asti akan merasa jijik, dan sisanya akan memikirkan yg bukan bukan. Disini hal yang perlu diperhatikan. Kita harus mengurangi kata-kata yang dapat dianggap anak sebagai sesuatu yang tabu atau jorok.
B. Rumusan Masalah
- Apakah pengertian pendidikan seks ?
- Apa tujuan pendidikan seks ?
- Apa manfaat pendidikan seks ?
- Seberapa Pentingkah pendidikan seks pada anak Sekolah Dasar itu?
- Bagaimana penyampaian pendidikan seks pada anak Sekolah Dasar?
C. Tujuan penelitian
- Mengetahui pengertian pendidikan seks.
- Mengetahui tujuan pendidikan seks.
- Mengetahui manfaat pendidikan seks.
- Mengetahui pentingnya pendidikan seks pada anak Sekolah Dasar.
- Mengetahui penerapan pendidikan seks pada anak Sekolah Dasar.
D. Manfaat Penelitian
- Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi baru atau data ilmiah sebagai masukan kepada ilmu pengetahuan, terutama dalam pendidikan seks.
- Lembaga pendidikan , sebagai bahan informasi supaya setiap sekolah dapat meningkatkan program pendidikan seks yang tepat bagi siswa.
- Bagi orang tua, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk membekali anak untuk memperoleh pengetahuan dan penerangan tentang pendidikan seks.
Bab II. Pembahasan
A. Pengertian Pendidikan Seks
Pendidikan seks merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi dengan menanamkan moral, etika, serta komitmen agama agar tidak terjadi “penyalahgunaan” organ reproduksi tersebut.
Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara – perkara hubungan intim antara laki-laki dengan perempuan
Menurut kamus, kata “pendidikan” berarti “proses pengubahan sikap dan tata laku kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Sedangkan kata seks mempunya dua pengertian. Pertama, berati jenis kelamin dan yang ke dua adalah hal ihwal yang berhubungan dengan alat kelamin, misalnya persetubuhan atau sanggama. Padahal yang disebut pendidikan seks sebenarnya mempunyai pengertian yang jauh lebih luas, yaitu upaya memberikan pengetahuan tentang perubahan biologis, psikologis, dan psikososial sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan manusia.
Pada umumnya orang menganggap bahwa pendidikan seks hanya berisi tentang pemberian informasi alat kelamin dan berbagai macam posisi dalam berhubungan kelamin. Hal ini tentunya akan membuat para orangtua merasa khawatir. Untuk itu perlu diluruskan kembali pengertian tentang pendidikan seks. pendidikan seks berusaha menempatkan seks pada perspektif yang tepat dan mengubah anggapan negatif tentang seks. Dengan pendidikan seks kita dapat memberitahu anak-anak usia sekolah dasar bahwa seks adalah sesuatu yang alamiah dan wajar terjadi pada semua orang, selain itu juga dapat diberitahu mengenai berbagai perilaku seksual berisiko sehingga mereka dapat menghindarinya.
B. Tujuan Pendidikan Seks
Tujuan pendidikan seks jika disesuaikan berdasarkan usia dengan perkembangan usia yaitu sebagai berikut :
a. Usia balita (1-5 tahun)
Memperkenalkan organ seks yang dimiliki seperti menjelaskan anggota tubuh lainnya, termasuk menjelaskan fungsi serta cara melindunginya.
b. Usia Sekolah Dasar (6-10)
Memahami perbedaan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) menginformasikan asal-usul manusia, membersihkan alat genital dengan benar agar terhindar dari kuman dan penyakit.
c. Usia Menjelang Remaja
Menerangkan masa pubertas dan karakteristiknya, serta menerima perubahan dari bentuk tubuhnya.
d. Usia Remaja
Memberi penjelasan mengenai perilaku seks yang merugikan seperti seks bebas. Menanamkan moral dan prinsip ‘Say no’ untuk seks pranikah serta membangun penerimaan terhadap diri sendiri.
e. Usia Pranikah
Pembekalan pada pasangan yang ingin menikah tentang hubungan seks yang sehat dan tepat.
f. Usia setelah menikah
Memelihara pernikahan melalui hubungan seks yang berkualiatas dan berguna untuk melepaskan ketegangan dan stress.
Tujuan Pendidikan Seks secara Teoritis:
- Pendidikan seks di sekolah-sekolah dapat membantu anak memahami dampak dari seks dalam kehidupan mereka, sehingga hubungan seks bebas dikalangan remaja dapat diatasi denagn memberi dan memperluas pengetahuan mereka tentanhg bahayanya.
- Pendidikan seks juga menjawab semua pertanyaan yang ada dibenak mereka seiring dengan perubahan yang terjadi pada tubuh mereka.
- Pelecehan seksual saat ini semakin marak terjadi di seluruh dunia, sehingga pendidikan seks ini dapat berperan aktif dalam menangani masalah penganiayaan dan pelecehan seksual ini.
- Pengetahuan seks yang mereka dapat dari sekolah akan jauh lebih baik ketimbang harus membiarkan mereka mencari sendiri informasi tentang materi seks dan pornografi dari internet. Karena terkadang informasi yang mereka dapat dari internet itu hanya akan menyesatkan mereka dan menimbulkan pemahaman yang salah.
2.3 Manfaat Pendidikan Seks pada Anak SD
1. Mengerti dan memahami dengan peran jenis kelaminnya
Dengan diberikannya pendidikan seksualitas pada anak, seorang anak laki-laki diharapkan tumbuh dan berkembang menjadi laki-laki seutuhnya, begitu pula dengan anak perempuan, diharapkan tumbuh dan berkembang menjadi seorang perempuan seutuhnya. Sehingga tidak ada lagi yang merasa tidak nyaman dengan peran jenis kelamin yang dimilikinya.
2. Menerima setiap perubahan fisik yang dialami dengan wajar dan apa adanya
Masa kanak-kanak adalah masa dimana seorang manusia sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun psikis. Terutama saat mereka mulai memasuki masa pubertas, dimana perubahan fisik dan psikis mengalami tahap paling cepat dibandingkan dengan masa sebelum dan sesudahnya. Dengan diberikannya pendidikan seksualitas menjadikan anak-anak mengerti dan paham tentang bagaimana mereka menyikapi perubahan-perubahan tersebut, sehingga mereka tidak akan merasa asing, kaget, bingung, dan takut saat menghadapinya
3. Menghapus rasa ingin tahu yang tidak sehat
Sebaiknya, orang-orang terdekat seperti orang tua dan guru bisa menjadi sosok yang menyenangkan bagi anak untuk bisa memenuhi rasa ingin tahunya yang menggebu tentang banyak hal termasuk tentang seksualitas. Ini dimaksudkan agar anak tidak memutuskan untuk mencari tahu jawaban akan pertanyaan-pertanyaannya melalui teman, komik, VCD, ataupun media lainnya yang tidak menjamin anak mendapatkan informasi yang sebenar-benarnya.
4. Memperkuat rasa percaya diri dan bertanggung jawab pada dirinya
Percaya diri akan timbul jika seorang anak sudah merasa nyaman dengan dirinya. Anak akan merasa nyaman pada dirinya jika telah mengetahui setiap bagian dari dirinya juga fungsi dari bagian-bagian tersebut. Sehingga, anak akan mengetahui apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan. Pada akhirnya, anak akan mulai belajar untuk bertanggung jawab atas dirinya sendiri.
5. Mengerti dan memahami betapa besarnya kuasa Sang Pencipta
Pemahaman tentang bagian-bagian dan fungsi-fungsi yang ada pada tubuhnya akan membuat anak semakin mengerti dan memahami betapa luar biasanya ciptaan Tuhan YME.
Keluarga merupakan faktor utama pembentukan kepribadian seorang anak agar menjadi sosok yang diharapkan. Karena dari lingkungan keluarga anak mulai belajar mengenal dirinya, membentuk dirinya menjadi seseorang yang memiliki pandangan diri. Melalui jalinan kerjasama antara orang tua dengan berbagai pihak yang dapat dipercaya, antara lain pihak guru sebagai Pembina bagi anak saat di sekolah untuk membantu kita memenuhi hak anak agar menjadi manusia seutuhnya. Meskipun ada banyak pihak yang telah membantu mensiasati masalah ini, orang tua tidak bisa langsung lepas tangan begitu saja. Lagi-lagi orang tua diharapkan mampu menjadi sosok pendukung, penyaring, dan penguat terhadap apa yang telah anak pelajari dari pihak-pihak yang telah membantu. Untuk itulah, diperlukan kerjasama yang baik antara orang tua dengan berbagai elemen pendukung, agar tercipta tumbuh kembang anak yang utuh dan optimal.
C. Pentingnya Pendidikan Seks pada Anak SD
Anak-anak dan remaja rentan terhadap informasi yang salah mengenai seks. Jika tidak mendapatkan pendidikan seks yang tepat, mereka akan termakan mitos-mitos tentang seks yang tidak benar. Informasi tentang seks sebaiknya didapatkan langsung dari orang tua yang memiliki perhatian khusus terhadap anak-anak mereka.
Hasil survey Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan bahwa lebih dari 60 persen remaja di Indonesia telah melakukan hubungan seks pranikah. Penyebabnya karena kurangnya pendidikan seks kepada anak dan remaja.
Pendidikan seks yang dianggap tabu justru memberikan dampak negatif pada anak-anak. Sebaliknya, seks harus diajarkan kepada anak dengan cara yang bijak. Pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan pemberian informasi tentang masalah seksual. Informasi yang diberikan di antaranya pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi dengan menanamkan moral, etika, komitmen, agama agar tidak terjadi ”penyalahgunaan” organ reproduksi tersebut.
Pendidikan seks dapat dikatakan sebagai cikal bakal pendidikan kehidupan berkeluarga yang memiliki makna sangat penting. Para ahli psikologi menganjurkan agar anak-anak sejak dini hendaknya mulai dikenalkan dengan pendidikan seks yang sesuai dengan tahap perkembangan kedewasaan mereka.
Informasi tentang seks bisa diberikan sejak anak sudah bisa melakukan komunikasi dua arah, Orang tua saat ini perlu dibekali pengetahuan mengenai seks, karena tidak jarang juga anak-anak yang bertanya akan masalah seks. Kurangnya pembekalan tentang seks membuat anak menjadi bingung dan bisa mencari informasi yang salah, sebab didapat dari narasumber yang tidak layak. Hasil akhirnya tentu tidak sesuai dengan harapan dan manfaat
Sesungguhnya orang tua tidak perlu ragu lagi akan pentingnya pendidikan seks sejak dini. Hilangkan rasa canggung yang ada dan mulailah membangun kepekaan akan kebutuhan pendidikan seks pada anak. Apabila tidak dimulai sejak dini maka akan lebih membahayakan apabila anak beranjak remaja. Para remaja bisa mencari informasi yang berhubungan dengan seks melalui berbagai sumber seperti buku, majalah, film, internet dengan mudah.
Padahal, informasi yang didapat belum tentu benar dan bahkan mungkin bisa menjerumuskan atau menyesatkan. Oleh sebab itu, orang tua disarankan agar mulai membiasakan berdialog dengan anak, dan anak juga dapat menggunakan orang tua sebagai narasumber yang tepercaya.
D. Penyampaian Pendidikan Seks pada Anak SD
Salah satu cara menyampaikan pendidikan seksual pada anak dapat dimulai dengan mengajari mereka membersihkan alat kelaminnya sendiri. Dengan cara mengajarkan anak untuk membersihkan alat genitalnya dengan benar setelah buang air kecil (BAK) maupun buang air besar (BAB), agar anak dapat mandiri dan tidak bergantung dengan orang lain. Pendidikan ini pun secara tidak langsung dapat mengajarkan anak untuk tidak sembarangan mengizinkan orang lain membersihkan alat kelaminnya.
Pengenalan seks pada anak dapat dimulai dari pengenalan mengenai anatomi tubuh. Kemudian meningkat pada pendidikan mengenai cara berkembangbiak makhluk hidup, misalnya pada manusia. Sehingga orangtua dapat memberikan penjelasan mengenai dampak-dampak yang akan diterima bila anak sudah melakukan hal-hal yang menyimpangnya.
Cara menyampaikan pendidikan seksual itu pun tidak boleh terlalu vulgar, karena justru akan berdampak negatif pada anak. Di sini orangtua sebaiknya melihat faktor usia. Artinya ketika akan mengajarkan anak mengenai pendidikan seks, lihat sasaran yang dituju. Karena ketika anak sudah diajarkan mengenai seks, anak akan kristis dan ingin tahu tentang segala hal.
Jika menunda memberikan pendidikan seks pada saat anak mulai memasuki usia remaja, maka itu sudah terlambat. Karena di zaman di mana informasi mudah didapat dari Internet dan teman sebaya, maka saat anak usia remaja mereka telah mengetahui lebih banyak tentang seks dan kemungkinan besar dari sudut pandang yang salah.
Cara yang dapat digunakan mengenalkan tubuh dan ciri-ciri tubuh antara lain melalui media gambar atau poster, lagu dan permainan. Pemahaman pendidikan seks di usia dini ini diharapkan anak agar anak dapat memperoleh informasi yang tepat mengenai seks. Hal ini dikarenakan adanya media lain yang dapat mengajari anak mengenai pendidikan seks ini, yaitu media informasi. Sehingga anak dapat memperoleh informasi yang tidak tepat dari media massa terutama tayangan televisi yang kurang mendidik.
Menurut penelitian, pendidikan seks sejak dini akan menghindari kehamilan di luar pernikahan saat anak-anak bertumbuh menjadi remaja dan saat dewasa kelak. Tidak perlu tabu membicarakan seks dalam keluarga. Karena anak Anda perlu mendapatkan informasi yang tepat dari orang tuanya, bukan dari orang lain tentang seks.
Karena rasa ingin tahu yang besar, jika anak tidak dibekali pendidikan seks, maka anak tersebut akan mencari jawaban dari orang lain, dan akan lebih menakutkan jika informasi seks didapatkan dari teman sebaya atau internet yang informasinya bisa jadi salah. Karena itu, lindungi anak-anak anda sejak dini dengan membekali mereka pendidikan mengenai seks dengan cara yang tepat.
Pendidikan seksual selain menerangkan tentang aspek-aspek anatomis dan biologis juga menerangkan tentang aspek-aspek psikologis dan moral.
Pendidikan seksual yang benar harus memasukkan unsur-unsur hak asasi manusia. Juga nilai-nilai kultur dan agama diikutsertakan sehingga akan merupakan pendidikan akhlak dan moral juga.
Berikut ini ada beberapa tahapan umur dan cara memberikan pendidikan seks sesuai dengan tingkat usia anak :
· Balita (1-5 tahun)
Pada usia ini, bisa mulai menanamkan pendidikan seks. Caranya cukup mudah, yaitu dengan mulai memperkenalkan kepada si kecil organ-organ seks miliknya secara singkat. Tidak perlu memberi penjelasan detail karena rentang waktu atensi anak biasanya pendek. Selain itu, tandaskan juga bahwa alat kelamin tersebut tidak boleh dipertontonkan dengan sembarangan, dan terangkan juga jika ada yang menyentuhnya tanpa diketahui orang tua, maka si anak harus berteriak keras-keras dan melapor kepada orang tuanya. Dengan demikian, anak-anak bisa dilindungi terhadap maraknya kasus kekerasan seksual dan pelecehan seksual terhadap anak.
· Usia 5-10 tahun
Pada usia ini, anak biasanya mulai aktif bertanya tentang seks. Misalnya anak akan bertanya dari mana ia berasal. Atau pertanyaan yang umum seperti bagaimana asal-usul bayi. Jawaban-jawaban yang sederhana dan terus terang biasanya efektif.
· Usia Menjelang Remaja
Saat anak semakin berkembang, mulai saatnya Anda menerangkan mengenai haid, mimpi basah, dan juga perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada seorang remaja. Anda bisa terangkan bahwa si gadis kecil akan mengalami perubahan bentuk payudara, atau terangkan akan adanya tumbuh bulu-bulu di sekitar alat kelaminnya.
· Usia Remaja
Pada saat ini, seorang remaja akan mengalami banyak perubahan secara seksual. Anda perlu lebih intensif menanamkan nilai moral yang baik kepadanya. Berikan penjelasan mengenai kerugian seks bebas seperti penyakit yang ditularkan dan akibat-akibat secara emosi.
Menurut penelitian, pendidikan seks sejak dini akan menghindari kehamilan di luar pernikahan saat anak-anak bertumbuh menjadi remaja dan saat dewasa kelak. Tidak perlu tabu membicarakan seks dalam keluarga. Karena anak Anda perlu mendapatkan informasi yang tepat dari orang tuanya, bukan dari orang lain tentang seks.
Karena rasa ingin tahu yang besar, jika anak tidak dibekali pendidikan seks, maka anak tersebut akan mencari jawaban dari orang lain, dan akan lebih menakutkan jika informasi seks didapatkan dari teman sebaya atau Internet yang informasinya bisa jadi salah. Karena itu, lindungi anak-anak sejak dini dengan membekali mereka pendidikan mengenai seks dengan cara yang tepat.
Dengan mengajarkan pendidikan seks pada anak, diharapkan dapat menghindarkan anak dari risiko negatif perilaku seksual maupun perilaku menyimpang. Dengan sendirinya anak diharapkan akan tahu mengenai seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama, dan adat istiadat, serta dampak penyakit yang bisa ditimbulkan dari penyimpangan tersebut.
· Dalam membicarakan masalah seksual adalah yang sifatnya sangat pribadi dan membutuhkan suasana yang akrab, terbuka dari hati ke hati antara orangtua dan anak. Hal ini akan lebih mudah diciptakan antara ibu dengan anak perempuannya atau bapak dengan anak laki-lakinya, sekalipun tidak ditutup kemungkinan dapat terwujud bila dilakukan antara ibu dengan anak laki-lakinya atau bapak dengan anak perempuannya.
· Usahakan jangan sampai muncul keluhan seperti tidak tahu harus mulai dari mana, kekakuan, kebingungan dan kehabisan bahan pembicaraan.
· Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan terlihat ragu-ragu atau malu.
· Isi uraian yang disampaikan harus objektif, namun jangan menerangkan yang tidak-tidak, seolah-olah bertujuan agar anak tidak akan bertanya lagi.
· Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan dengan tahap perkembangan anak. Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun belum perlu menerangkan secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan dalam hubungan kelamin, karena perkembangan dari seluruh aspek kepribadiannya memang belum mencapai tahap kematangan untuk dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai masalah tersebut.
· Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya pengetahuan dengan cepat lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak sama buat setiap anak. Dengan pendekatan pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan dengan keadaan khusus anak.
· Usahakan melaksanakan pendidikan seksual perlu diulang-ulang (repetitif) selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga perlu untuk mengingatkan dan memperkuat (reinforcement) apa yang telah diketahui agar benar-benar menjadi bagian dari pengetahuannya.
Ø Materi Pendidikan Seks yang diberikan di Sekolah Dasar (SD) Terutama kelas 5-6
· Keterbukaan pada orang tua
· Pengarahan akan persepsi mereka tentang seks bahwa hal tersebut mengacu pada jenis kelamin dan bukan lagi tentang hal-hal diluar itu (hubungan laki-laki dan perempuan, proses membuat anak dst)
· Perbedaan antara laki-laki dan perempuan.
· Pengenalan bagian tubuh organ dan fungsinya.
· Memakai bahasa yang baik dan benar tentang seks menggunakan bahasa ilmiah, seperti ‘Penis’, ‘’Vagina.
· Pengenalan system organ seks secara sederhana.
· Anatomi system reproduksi secara sederhana.
· Cara merawat kesehatan dan kebersihan organ tubuh termasuk organ reproduksi.
· Mengajarkan anak untuk menghargai dan melindungi tubuhnya sendiri.
· Proses kehamilan dan persalinan sederhana.
· Mempersiapkan anak untuk memasuki masa pubertas.
· Perkembangan fisik dan psikologis yang terjadi pada remaja.
· Ciri seksualitas primer dan sekunder.
· Proses terjadinya mimpi basah.
· Proses terjadinya ovulasi dan menstruasi secara sederhana.
· Memberikan pemahaman pada para siswa mengenai pendidikan seksual agar siswa dapat memiliki sikap positif dan perilaku yang bertanggung jawab terhadap kesehatan reproduksi secara umum.
E. Peran Orang tua dalam Pendidikan Seks Anak SD
Ketika orang tua anak menghadapi masalah dan tidak tahu harus bagaimana membuka mulut untuk memulai pembicaraan, sering kali mereka mengambil tindakan yang pasif, atau mengira diserahkan kepada guru di sekolah untuk mengajar mereka dengan lebih layak.
Sebenarnya nilai pandang dan sikap orang tua itu sendiri terhadap seks merupakan siklus belajar bagi anak – anak mereka. Jika menerima penyampaian seks yang menyimpang (dari media) atau menerima informasi tentang seks yang salah, ayah dan ibu mempunyai kewajiban untuk segera memberikan bimbingan yang tepat dan mengklarifikasi permasalahan, juga harus mencegah agar informasi dari media yang tidak sehat tidak menyerang masuk ke dalam keluarga. Sebenarnya keluarga merupakan siklus yang paling penting dalam melaksanakan pendidikan seks.
Di bawah ini adalah beberapa prinsip penting di dalam pendidikan seks keluarga, kami berikan kepada para orang tua sebagai bahan referensi:
1. Siap Memberikan Pendidikan Seks setiap saat
Menghadapi perkembangan seks pada anak dan kelakuan anak yang selalu ingin tahu terhadap seks yang kemungkinan bisa muncul sewaktu – waktu, sebagai orang tua kita harus selalu siap dan harus dapat menyesuaikan diri, serta memanfaatkan kesempatan untuk memberikan bimbingan.
Misalnya, ketika nonton TV bersama anak, lalu muncul tayangan kekerasan atau pun pelecehan seksual, harus segera memberikan bimbingan kepada anak agar anggota tubuhnya sendiri tidak dibiarkan untuk sembarangan disentuh oleh orang lain, suatu konsep untuk menghormati dan menghargai tubuh sendiri.
2. Memberi Teladan dan Bimbingan Lisan Secara Bersamaan
Sikap dari pelaksana pendidikan seks sangatlah penting, sikap dan kelakuan dari para orang tua sering kali menjadi panutan bagi anak – anak mereka, menjadi bahan perbandingan, bersamaan itu juga dimanifestasikan dalam tingkah lakunya. Jika orang tua mereka sendiri memiliki sikap seks yang tidak tepat, misalkan menganggap seks itu kotor, tabu dan berdosa, maka bisa mempengaruhi secara langsung konsep seks pada diri anak – anak.
3. Menerima pertanyaan dan memberi jawaban yang tepat
Para orang tua harus memperkaya diri dengan pengetahuan dan informasi tentang seks yang benar, dan ketika anak mengajukan pertanyaan, harus didengar dan dipahami motif di balik pertanyaan anak itu, mengklarifikasi masalah dari anak, serta memberi jawaban yang sederhana dan tepat.
Misalkan, ketika memberi bimbingan yang berkaitan dengan alat kelamin harus menggunakan istilah yang benar seperti ‘penis’ dan jangan menggunakan istilah ‘burung’ atau lainnya sebagai pengganti. Biarkan anak mengenal istilah yang benar sejak dini. Ketika memberikan bimbingan dan menjawab pertanyaan, sikap harus rileks dan wajar, jangan membiarkan perasaan dan nada suara tegang mempengaruhi anak.
4. Penekanan untuk menghormati dan privasi
Menghormati dan privasi adalah konsep penting di dalam pendidikan seks, biarkan anak dalam penjelajahan rasa ingin tahunya tentang seks, mereka juga belajar menghormati orang lain. Memberi bimbingan jangan sembarangan menjamah bagian tubuh yang bisa membuat orang lain tidak nyaman, misalnya bagian dada dan lain-lain.
Pendidikan seks bila dilakukan oleh orang tua sebagai orang yang paling dekat bagi si anak akan dapat membuat anak merasa aman selama dalam proses penjelajahan terhadap masalah seks. Dan dengan peran orang tua untuk berkomunikasi dalam keluarga secara positif dapat membuat anak mengerti bagaimana mencegah berperilaku negatif. Penyampaian pengetahuan seks secara benar, akan menentukan nilai pandang dan sikap mereka terhadap seks, dan hal ini juga sangat menentukan keharmonisan keluarga anak di kemudian hari.
2.6 Studi Kasus
Bocah Sekolah Dasar Diduga Cabuli Rekannya 20 Jan 2011 Hukum Warta Kota, Matraman, Warta Kota
Kasus pencabulan antar siswa sekolah dasar kembali mencoreng dunia pendidikan Indonesia. Kali ini terjadi di salah satu Sekolah Dasar Negeri di Jakarta Timur. Peristiwa pencabulan itu diduga dilakukan dua siswa. D (10) dan R (13). terhadap P. juga siswi sekolah itu. di toilet dekat perpustakaan sekolah. Senin (17/1) lalu.
Kepala Satuan Reskrim Polrestro Jakarta Timur. Komisaris Dodi Rahmawan mengatakan sedang menyelidiki dugaan kasus pencabulan itu dengan seksama. Dodi mengatakan, dari pemeriksaan yang dilakukannya, peristiwa pencabulan itu terjadi di saat kegiatan ekstra kurtkuler sekolah.
Dodi mengatakan, peristiwa itu terungkap saat P. ditemukan dalam keadaan pingsan oleh temannya A. murid kelas VI sekolah tersebut. Ketika sadar dari pingsan, korban mengatakan telah dicabuli oleh D dan R. Menurut Dodi, dari hasil visum terhadap P, terbukti ada luka robek pada kelamin P. “Kini korban masih trauma.” ujar Dodi.
Sementara itu, polisi juga meminta keterangan terhadap dua bocah yang diduga melakukan pencabulan terhadap P. Polisi juga meminta keterangan dari tiga 3 siswa lain rekan korban yang diduga mengetahui peristiwa itu yakni A. R dan E. serta Kepala Sekolah SDN itu.
Dodi mengatakan saat ini korban dan pelaku dikembalikan kepada orangtua mereka, namun dalam pengawasan polisi.
Bukan kriminal murni
Ketua Komisi Nasional Pelindungan Anak. Arist Merdeka Sirait, saat dihubungi Warta Kota. Rabu malam, menduga para pelaku dalam kasus ini bukanlah pelaku tindak kriminal murni. Menurut Arist, polisi harus mendalami kasus ini lebih jauh untuk mengungkap kebenarannya.
Arist mengatakan, dalam kasus-kasus seperti yang pernah ditanganinya, kerap ada unsur ketidaksengajaan yang dilakukan pelaku yang anak-anak. “Sebab bisa saja mereka hanya main-main. Indikasi itu ada karena mereka diduga melakukannya berdua terhadap seorang rekannya,” ujarnya.
Menurut Arist, para pelaku dan korban yang masih anak-anak Ini cenderung melakukan hal seperti ini karena meniru, mengimitasi baik dari tayangan televisi, film atau buku-buku. “Kalau memang ada unsur meniru dan meng-iiilit;isi maka dua anak itu bukan pelaku tindak pidana murni. Mereka cenderung hanya bermain-main, tapi salah karena kurangnya pemahaman dan pendidikan yang anak-anak terima.” kata Arist.
Arist mengatakan. Kamis ini keluarga korban akan bertemu dengan Komnas PA untuk membicarkan lebih jauh mengenai masa depan sang anak. Selain itu, Komnas Juga akan mendalami kasus ini untuk mengetahui apakah ada unsur ketidaksengajaan atas peristiwa tni. “Pada anak-anak hal seperti ini lebih cenderung pada menlru serta mengimitasi, dan mereka merasa hanya bermain-main.” katanya, (bom)
Analisa
Dari kasus di atas, kita dapat mengetahui pentingnya pemahaman akan pendidikan seks usia dini dimana hal ini kurang diperhatikan orang tua pada masa kini sehingga menyerahkan semua pendidikan termasuk pendidikan seks pada sekolah.
Padahal yang bertanggung jawab mengajarkan pendidikan seks di usia dini adalah orang tua, sedangkan sekolah hanya sebagai pelengkap dalam memberikan informasi kepada si anak.
Orangtua juga harus bisa membatasi dan mengawasi anaknya dalam menggunakan media elektronik terutama komputer dan handphone.
Masalah seks pada anak memang tidak mudah, apalagi yang ada di dalam pikiran orang tua ketika mendengar kalimat “pendidikan seks di usia dini” adalah mengajarkan anak untuk berhubungan seksual. Sehingga orang tua tidak ingin atau enggan untuk mengajarkannya. Namun, mengajarkan pendidikan seks pada anak harus diberikan agar anak tidak salah melangkah dalam hidup
Bab III. Penutup
A. Kesimpulan
Pendidikan seks pada anak Sekolah Dasar sangat penting untuk diberikan jika sesuai dengan batasannya. Pendidikan seks usia dini dapat memberikan pemahaman anak akan kondisi tubuhnya, pemahaman akan lawan jenisnya, dan pemahaman untuk menghindarkan dari kekerasan seksual. Pendidikan seks disini yaitu anak mulai mengenal akan identitas diri dan keluarga, mengenal anggota-anggota tubuh mereka, serta dapat menyebutkan ciri-ciri tubuh. Masalah seks pada anak memang tidak mudah, apalagi yang ada di dalam pikiran orang tua ketika mendengar kalimat “pendidikan seks di usia dini” adalah mengajarkan anak untuk berhubungan seksual. Sehingga orang tua sangat berperan penting dalam pendidikan seks pada Sekolah Dasar.
B. Saran
Peran Orang tua sangat penting dalam memberikan pendidikan seks pada anaknya, sebaiknya dilakukan komunikasi dua arah . Orang tua harus mempunyai pengetahuan yang terbaru. Dan harus mengajarkan tentang anatomi, fisilogi, biologi, moral, dan etika. Orang tua juga harus memberikan batasan–batasan soal pemanfaatan teknologi, misalnya mengakses internet hanya untuk mengerjakan tugas sekolah. Tempatkan komputer di ruang keluarga dan bukan di ruangan pribadi. Orang tua harus menanamkan rasa tanggung jawab pada anaknya. Memberi pengertian bahwa tiap perbuatan, termasuk soal seks selalu ada resiko dan tanggung jawab yang harus dipikulnya. Orang tua harus bersikap terbuka dan selalu siap dalam menjawab semua pertanyaan yang diajukan anak sesuai dengan kemampuannya. Orang tua menginformasikan pendidikan seks dengan bahasa yang mudah dimengerti sehingga anak tidak salah menyimpulkannya.
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock B. Elizabeth. Perkembangan Anak 155-192, Penerbit Erlangga Jakarta, 1978
Soejanto Agoes, Drs., Psikologi Perkembangan 46-59, Rineka Cipta Jakarta, 2005.
Lickona Thomas. Pendidikan Karakter 103-134, Kreasi Wacana Bantul, 2012.
http://kesehatanlingkunganmasyarakat.blogspot.com/2011/09/fakta-demam-berdarah-dengue.html
http://ambarrpiisangg.blogspot.com/