Daftar isi
Pekerja Seks Komersial
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Krisis moneter dan ekonomi telah memberi dampak sistemik bagi kehidupan masyarakat, utamanya dalam aspek ekonomi. Hal tersebut tentu mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah pengangguran dan akhirnya menjadi faktor pendorong bagi tenaga kerja untuk mengerjakan apapun untuk mendapatkan uang walaupn bertentangan dengan hukum, moral, dan etika misalnya mencuri, dan bekerja sebagai pekerja seks komersial.
Dampak Fenomena wanita pekerja seks komersial (PSK) tentu sudah tidak asing lagi. Di setiap sudut kota sering ditemukan para wanita pekerja seks komersial beraksi mencari para lelaki hidung belang. Bahkan fenomena ini juga menyentuh institusi pendidikan seperti sekolah menengah dan universitas. Hal ini dianggap sangat tabu di masyarakat, mengingat negara kita adalah negara dengan adat ketimuran dan memiliki norma – norma yang sangat kental di masyarakat. Sehingga, tidak jarang para PSK mendapat cemooh dan hinaan dari masyarakat.
Perlu diketahui bersama bahwa motivasi menjadi PSK ada yang karena terpaksa (faktor eksternal) misalnya karena himpitan ekonomi, tidak memiliki keterampilan dan keahlian lain, terjebak oleh tipuan agen tenaga kerja, dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang melakukannya secara tidak terpaksa (faktor internal), misalnya keinginan sendiri untuk mencari pasangan yang sesuai dengan kriterianya, dan lain-lain yang akan dibahas lebih lanjut di dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan di bahas dalam masalah ini adalah
- Apa pengertian dari PSK ?
- Apa latar belakang seseorang menjadi PSK ?
- Bagaimanakah pandangan masyarakat terhadap PSK dan keluarganya?
- Apa dampak psikologi yang dialami oleh PSK ?
- Bagaimana solusi Konselor untuk memecahkan masalah PSK di Indonesia ?
C. Tujuan
Selain untuk memenuhi tugas “Konseling Populasi Khusus”, Penulis menyusun menyusun makalah ini dengan tujuan sebagai berikut:
1. untuk mengetahui pengertian PSK,
2. untuk mengetahui hal-hal yang melatarbelakangi seseorang menjadi PSK,
3. untuk mengetahui arti PSK di mata keluarganya.
4. untuk mengetahui pandangan masyrakat terhadap PSK dan keluarganya,
5. untuk mengetahui dampak psikologis yang dialami oleh PSK
6. untuk mengidentifikasi solusi yang tepat untuk memecahkan masalah PSK di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian PSK (Pekerja Seks Komersial)
Pelacuran atau prostitusi adalah penjualan jasa seksual untuk Uang. Seseorang yang menjual jasa seksual disebut pelacur, yang kini sering disebut dengan istilah pekerja seks komersial (PSK). Di Indonesia pelacur (pekerja seks komersial) sebagai pelaku pelacuran sering disebut sebagai sundal atau sundel. Ini menunjukkan bahwa prilaku perempuan sundal itu sangat begitu buruk hina dan menjadi musuh masyarakat, mereka kerap digunduli bila tertangkap aparat penegak ketertiban, Mereka juga digusur karena dianggap melecehkan kesucian agama dan mereka juga diseret ke pengadilan karena melanggar hukum. Pekerjaan melacur atau nyundal sudah dikenal di masyarakat sejak berabad lampau ini terbukti dengan banyaknya catatan tercecer seputar mereka dari masa kemasa. Prostitusi di Indonesia bermula sejak zaman kerajaan-kerajaan Jawa yang menggunakan komoditas wanita sebagai bagian dari sistem feodal (Hull dkk., 1998, hal. 1).
Pelacur adalah profesi yang menjual jasa untuk memuaskan kebutuhan seksual pelanggan. Biasanya pelayanan ini dalam bentuk menyewakan tubuhnya. Di kalangan masyarakat Indonesia, pelacuran dipandang negatif, dan mereka yang menyewakan atau menjual tubuhnya sering dianggap sebagai sampah masyarakat. Ada pula pihak yang menganggap pelacuran sebagai sesuatu yang buruk, malah jahat, namun toh dibutuhkan (evil necessity). Pandangan ini didasarkan pada anggapan bahwa kehadiran pelacuran bisa menyalurkan nafsu seksual pihak yang membutuhkannya (biasanya kaum laki-laki); tanpa penyaluran itu, dikhawatirkan para pelanggannya justru akan menyerang dan memperkosa kaum perempuan baik-baik. Istilah pelacur sering diperhalus dengan pekerja seks komersial, wanita tuna susila, istilah lain yang juga mengacu kepada layanan seks komersial. Khusus laki-laki, digunakan istilah gigolo.
B. Latar Belakang Menjadi PSK
Keputusan menjadi wanita pekerja seks komersial bukan hal yang mudah dan tidak begitu saja diambil oleh subjek yang merupakan wanita berkeluarga. Keputusan subjek menjadi wanita pekerja seks komersial dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi tidak hanya faktor eksternal yang berasal dari luar, namun juga faktor internal yang berasal dari dalam diri subjek.
Faktor Eksternal :
· Faktor ekonomi, meningkatknya harga barang sehari hari menyebabkan wanita yang berpendidikan rendah dan tidak mempunyai keterampilan memilih jalan pintas bekerja sebagai PSK
· Terbukanya peluang menjadi wanita pekerja seks komersial juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan subjek menjadi wanita pekerja seks komersial.
· Penerimaan lingkungan yang diperoleh subjek dalam menjalankan pekerjaannya memperteguh keputusan subjek menjadi wanita pekerja seks komersial.
· Gaya hidup konsumerisme masyarakat jaman sekarang menyebabkan meningkatnya jumlah PSK.
Faktor Internal :
· Tekanan yang datang dari teman pergaulannya
Lingkungan pergaulan yang dimasuki oleh seorang remaja dapat juga berpengaruh untuk menekan temannya yang belum melakukan hubungan seks, bagi remaja tersebut tekanan dari teman-temannyaitu dirasakan lebih kuat dari pada yang didapat dari pacarnya sendiri.
· Adanya kebutuhan badaniah
Seks menurut para ahli merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, jadi wajar jika semua orang menginginkan hubungan seks ini, sekalipun akibat dari perbuatannya tersebut tidak sepadan dengan resiko yang akan dihadapinya.
· Pelampiasan diri
Faktor ini tidak hanya datang dari diri sendiri, misalnya karena terlanjur berbuat, seorang perempuan biasanya berpendapat sudah tidak ada lagi yang dapat dibanggakan dalam dirinya, maka dalam pikirannya tersebut ia akan merasa putus asa dan mencari pelampiasan, sehingga dia memutuskan untuk tetap melakukan perbuatan bejatnya itu.
Selain faktor di atas terdapat juga faktor-faktor lainnya, yaitu:
a. Kemiskinan
Diantara alasan penting yang melatarbelakangi adalah kemiskinan yang sering bersifat structural. Kebutuhan yang semakin banyak pada seorang perempuan memaksa dia untuk mencari sebuah pekerjaan dengan penghasilan yang memuaskan namun kadang dari beberapa mereka harus bekerja sebagai PSK untuk pemenuhan kebutuhan tersebut.
b. Kekerasan seksual
Penelitian menunjukkan banyak faktor penyebab perempuan menjadi PSK diantaranya kekerasan seksual seperti perkosaan oleh bapak kandung, paman, guru dan sebagainya.
c. Penipuan
Faktor lain yaitu, penipuan dan pemaksaan dengan berkedok agen penyalur kerja. Kasus penjualan anak perempuan oleh orangtua sendiri pun juga kerap ditemui.
Penyebab paling dasar atau akar masalah seseorang menjadi PSK bukan karena nggak punya skill untuk bekerja, bukan juga karena alasan ekonomi yang mencekik. Penyebabnya bisa ditelaah ke bawah dan itu bisa menimbulkan berbagai pandangan tentunya. Maksudnya, faktor pencetus itu bisa diuraikan/ditelaah/ditelusuri dari riwayat kehidupannya saat masih kecil.
Faktor lainnya yang bisa menjadi penyebab adalah persoalan-persoalan Psikologis, seperti:
a. Akibat gaya hidup modern
Seseorang perempuan pastinya ingin tampil dengan keindahan tubuh dan barang-barang yang dikenalakannya. Namun ada dari beberapa mereka yang terpojok karena masalah keuangan untuk pemenuhan keinginan tersebut maka mereka mengambil jalan akhir dengan menjadi PSK untuk pemuasan dirinya.
b. Broken home
Kehidupan keluarga yang kurang baik dapat memaksa seseorang remaja untuk melakukan hala-hal yang kurang baik di luar rumah dan itu dimanfaatkan oleh seseorang yang tidak bertanggung jawab dengan mengajaknya bekerja sebagai PSK.
c. Kenangan masa kecil yang buruk
Tindak pelecehan yang semakin meningkat pada seorang perempuan bahkan adanya pemerkosaan pada anak kecil bisa menjadi faktor dia menjadi seorang PSK.
C. Pandangan Masyarakat Terhadap PSK Dan Keluarganya
Di kalangan masyarakat Indonesia, PSK dipandang negatif, dan mereka yang menyewakan atau menjual tubuhnya sering dianggap sebagai sampah masyarakat. PSK telah begitu hina dan menjadi musuh masyarakat, mereka kerap digunduli bila tertangkap aparat penegak ketertiban, Mereka juga digusur karena dianggap melecehkan kesucian agama dan mereka juga diseret ke pengadilan karena melanggar hukum. Jika masyarakat mengetahui seseorang di lingkungannya menjadi PSK, pada umumnya mereka akan mengucilkannya dan memberikan perlakuan yang tidak adil kepadanya. Masyarakat tidak hanya memandang rendah individu PSK yang ada tetapi mereka juga memandang rendah keluarga PSK tersebut(ayah/ibu) karena dianggap tidak dapat memberi didikan yang baik bagi anaknya. Namun ada juga beberapa masyarakat yang memandang bahwa para PSK itu sendiri tidak memahami kenapa jalan itu yang harus mereka pilih. Pelacur juga manusia, mereka punya hati, bahkan ada juga pelacur yang bisa lebih baik daripada orang yang mecemoohnya.
D. Dampak Psikologi Yang Dialami Oleh PSK
Sebelum mengkaji lebih jauh, perlu diketahui bersama pengertian dari ‘dampak psikologis’ yang dimaksud penulis dalam makalah ini hal-hal yang berpengaruh pada perilaku PSK kaitannya dengan perilakunya terhadap lingkungannya.
Seperti yang kita ketahui, banyak sekali masyarakat yang mengucilkan PSK, dan ternyata hal itu juga berlaku bagi keluarga PSK tersebut. Masyarakat pun akan turut mengejek dan memandang rendah keluarga dari PSK itu, contohnya saja anak dari seorang PSK, anak-anak yang lain tidak akan mau untuk sekedar bermain bersama anak dari seorang PSK, orang tua dari anak-anak tersebut khawatir jika anaknya akan terpengaruh berbuat tidak baik seperti itu karena mereka menganggap bahwa jika ibunya saja bekerja secara tidak benar maka anaknya pun juga akan begitu.
Terlebih lagi orang tua dari anak yang bekerja sebagai PSK, orang tua tersebut akan merasa sangat malu karena kelakuan anaknya yang melanggar norma agama dan norma susila tersebut, dan oranng lain pun akan menganggap bahwa orang tua itu tidak dapat mengajarkan anaknya dengan benar, yang artinya ia telah gagal menjadi orang tua yang baik bagi anaknya.
Selain itu ada juga beberapa dampak yang bisa diterima oleh PSK dan keluarganya , yaitu:
1. Stress/Gila
Menurut Socrates (470-399SM), setiap orang tentu memiliki sesuatu yang diyakininya sebagai Tuhannya, bahkan seorang ateis pun pasti menganut suatu kepercayaan yang dianggapnya sebagai kekuataan yang Mahabijak dan baik.
Bagi wanita yang menjadi PSK karena faktor eksternal (terpaksa), cepat atau lambat akan merasa bersalah atau berdosa kepada Tuhannya karena pada hakikatnya mereka tahu bahwa apa yang dilakukannya adalah perbuatan yang tercela dan tidak dapat diterima di kalangan agama manapun.
Tapi, meskipun disadari, mereka tetap tidak dapat menghentikan pekerjaannya demi kelangsungan hidupnya. Di satu sisi rasa bersalah tersebut terus menghantui, sementara di sisi lain mereka harus memikirkan kelangsungan hidupnya. Sangat sulit untuk menyeimbangkan dua tekanan yang kekuatannya berlawanan. Semakin lama tekanan tersebut terjadi, maka batin para PSK akan semakin tepuruk, dan akhirnya bisa mengakibatkan jiwa mereka terganggu(stress). Hal tersebut sesuai pembahasan Erbe Sentanu dalam bukunya “Quantum Ikhlas”, yang intinya membahas tentang positive feeling yang akan dicapai oleh manusia ketika manajemen hatinya sesuai dengan manajemen pikirannya.
Selain itu, tidak dapat dipungkiri bahwa seks merupakan energi psikis yang ikut mendorong manusia untuk bertingkah laku. Tidak hanya berbuat dibidang seks saja yaitu melakukan relasi seks (bersenggama) tapi juga melakukan kegiatan-kegiatan nonseksual.
Koentjoro (1996, hal. 50) mengemukakan bahwa wanita pekerja seks komersial selalu mengalami konflik dalam dirinya, baik konflik kepentingan antara rasa membutuhkan uang dan perasaan berdosa, atau juga karena adanya perasaan tidak aman akan statusnya sebagai pekerja seks komersial dalam masyarakat.
Hubungan seksual yang normal mengandung pengertian :hubungan itu tidak menimbulakn efek-efek merugikan, tidak menimbulakn konflik-konflik psikis dan tidak paksaan. Dengan begitu hubungan seks hendaknya dilakuakan dalam suatu ikatan yang teratur yaitu perikahan (Kartini, kartono: 1992). Di luar ketentuan itu maka hubungan seksual dapat digolongkan dalam gangguan mental seksual yaitu relasi seksual abnormal dan perverse.
2. Hiperseks
Seorang individu dapat dikatakan mengalami gangguan mental jika individu mengalami penuruanan fungsi mental dan penurunan fungsi mental itu berpengaruh pada prilakunnya yaitu tidak sesuai dengan yang sewajarnya. Menurut Kartini Kartono (Arifin :2009) gangguan mental ada dua: pertama, psikoneurosa; kedua ,psikosa. Dalam penggolongannya psikoneurosa terbagi menjadi 9 kelompok. Salah satu bentuk gangguan yaitu gangguan seksual.
Salah satu dari gangguan seksual adalah hiperseks pada wanita atau biasa dikenal dengan istilah nymphomania. Nyimphomania merupakan gangguan jiwa yang cukup rumit. Di Indonesia kasus ini sulit untuk terdeteksi, hal ini disebabkan beberapa hal, tetapi masalah yang paling jelas dalam permasalahan nymphomania adalah kurangnya pengetahuan tentang gangguan jiwa ini.
Penderita gangguan nymphomania ini merasakan hasrat seks yang sangat menggebu, meskipun sudah melakukan hubungan seksual namun terus merasa kurang dan selalu timbul keinginan untuk melakukan hubungan seksual yang berikutnnya. Secara umum selain itu, para wanita yang mengalami gangguan ini lebih banyak menghabiskan waktu untuk hal-hal yang berhubungan dengan seksualitas.
3. Kesulitan berinteraksi dengan masyarakat sekitar
Karena sebagian besar masyarakat menganggap PSK itu hina, tentu PSK akan berpikir orang-orang disekitarnya memusuhi dan mengucilkannya, sehingga PSK merasa takut untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar yang dianggapnya tidak menerima eksistensinya di tengah masyarakat akibat status pekerjaannya.
E. Solusi PSK Dalam Bimbingan Konseling
Konseling PSK (pekerja sexs komersial) merupakan salah satu layanan konseling yang semakin memiliki urgensi penting seiring dengan komplesitas masalah manusia.
Penanganan Masalah Psk:
1. Keluarga
Ø Meningkatkan pendidikan anak-anak terutama mengenalkan pendidikan seks secara dini agar terhindar dari perilaku seks bebas.
Ø Meningkatkan bimbingan agama sebagai tameng agar terhindar dari perbuatan dosa.
2. Masyarakat
Ø Meningkatkan kepedulian dan melakukan pendekatan terhadap kehidupan PSK.
3. Pemerintah
Ø Memperbanyak tempat atau panti rehabilitasi.Meregulasi undang-undang khusus tentang PSK.
Ø Meningkatkan keamanan dengan lebih menggiatkan razia lokalisasi PSK untuk dijaring dan mendapatkan rehabilitasi.
Salah satu cara yang bisa digunakan untuk membantu para PSK untuk keluar dari pekerjaan hinanya adalah sebagai berikut :
1) Lakukan Pendekatan Secara Baik-Baik
Langkah pertama dan terpenting untuk membantu seorang wts/psk untuk berhenti dari profesinya adalah melakukan pendekatan dengan cara yang baik. Jangan sampai kita justru tergiur untuk menjadi pelanggannya, namun jadilah teman yang baik yang berteman tanpa pamrih. Setelah mendapat kepercayaannya sebagai teman maka langkah-langkah berikutnya akan dapat lebih mudah untuk dilakukan.
2) Tebus Dari Mucikari atau Mafia Prostitusi
Apabila si pelacur yang ingin tobat mengalami kesulitan untuk keluar dari dunia hitam yang digelutinya, maka bantulah dirinya untuk melepaskan diri dari kesulitannya. Biasanya sang pelacur butuh uang dalam jumlah banyak untuk menebus dirinya dari mucikari atau mafia prostitusi yang menjeratnya. Jika uang tidak bisa menyelesaikan masalahnya, maka lakukan cara lain termasuk melarikannya dari perbudakan seks yang menjeratnya. Jika sudah bisa bebas maka langkah selanjutnya bisa dijalankan.
3) Tawarkan Pekerjaan dan Tempat Tinggal yang Baik
Memang butuh modal besar, niat yang baik dan tekad yang kuat untuk menolong para wanita tuna susila dari profesi pekerja seks komersialnya. Mulai dari melakukan pendekatan hingga membantunya memberikan pekerjaan layak beserta fasilitas penunjangnya sudah pasti akan membutuhkan biaya, tenaga, waktu dan pikiran yang tidak sedikit.
4) Beri Bimbingan Rohani Untuk Insyaf Permanen
Hanya bimbingan agama saja yang mampu membuat seorang pelacur tobat dan takut untuk kembali ke masa lalunya yang suram. Bimbinglah mereka untuk menemukan Tuhan Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang selalu siap dan terbuka dalam mengampuni dosa hamba-hambanya yang tidak musyrik. Buatlah bimbingan konseling secara berkelompok maupun secara individu yang berlandaskan agama. Ajak mereka menghadiri berbagai pengajian rutin yang dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan mereka. Tidak hanya untuk para mantan wts/psk saja, namun juga untuk orang-orang biasa baik tua maupun muda.
5) Arahkan Untuk Mendapatkan Suami yang Soleh dan Keluarga yang Islami
Akan menjadi lebih sempuna apabila para mantan penjual diri yang telah kembali ke jalan yang benar nan lurus tersebut bersanding dengan para lelaki yang soleh sehingga dapat membuat hidupnya menjadi lebih bahagia dan sejahtera baik di dunia maupun di akhirat. Tidak ada larangan bagi orang soleh untuk menikah dengan mantan pezina. Justru bisa jadi mantan pelacur yang telah berubah menjadi wanita solehah jauh lebih baik dibandingkan dengan wanita biasa yang tidak solehah. Dengan menjalani rumah tangga yang bernafaskan islam maka akan sangat kecil sekali kemungkinan seorang mantan pelaku zina bayaran untuk kembali ke dunia hitam di masa lalunya.
Adapun solusi yang direkomendasikan oleh penulis untuk pemecahan masalah ini antara lain sebagai berikut:
1) Meningkatkan pendidikan agama sejak dini
2) Memberikan pelajaran–pelajaran keterampilan agar ia memiliki keterampilan khusus sehingga dia dapat memiliki pekerjaan yang layak atau setidaknya dapat membuka usaha sendiri walaupun hanya usaha kecil. Namun, hal tersebut seharusnya tidak lepas dari campur tangan pemerintah.
3) Memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang dampak dari bekerja secara tidak benar , baik dampak jangka panjang, jangka pendek, maupun dampak bagi orang-orang yang berada di sekitar PSK tersebut (keluarga dan sanak saudaranya).
4) Mengingat lapangan pekerjaan di Indonesia yang semakin sulit, akan lebih baik jika pemerintah memberikan pendidikan tentang budaya, bahasa, teknologi dari beberapa negara. Selain itu, pemerintah juga perlu mempermudah, bahkan menggratiskan perizinan migrasi penduduk ke luar negeri. Sehingga para PSK bisa di kirim menjadi TKI ke luar negeri dengan bekal ilmu dan keterampilan yang baik.
KISAH NYATA
”ANAK SENDIRI DI JADIKAN PSK”
Di Kutip Dari “Majalah Berita D&R (detektip roman). Edisi 287/ Thn XV1/ 10 Mei 2015
Tiga perempuan remaja ini memilih melarikan diri dari Bar SN di lokasi Bukit Maraja. Ketiganya identitasnya di samarkan masing-masing Rose, Mawar Dan Melati, upaya pelarian ketiganya, di bantu oleh Pk (17) abang dari Rose (17). Selain Pk mereka juga di bantu oleh Wa, teman dekat Rose, awal pekan. “kami baru membawa kabur ketiga wanita dari bukit Maraja,” kata Wa pria kenalan wartawan ketika bertemu di salah satu rumah makan di jalan SM Raja Kota Siantar.
Wa, yang sebelumnya menginformasikan ada perempuan di paksa oleh ibunya sendiri selama dua tahun menjadi pekerja Seks Komersial (PSK) di bukit Maraja kata Wa, bersama RPK, abang kandung dari teman dekat Rose.
Kedua pria yang terbilang masih remaja itu mulai mulai menceritakan aksi mereka membawa kabur ketiga perempuan yang sudah 2 tahun bekerja di Bukit Maraja tepatnya Di Bar SN. Awalnya terjadi keributan antara RPK dan ibu kandung berinisial FN (43). FN sendiri merupakan pemilik Bar SN.
Rpk dan adiknya sudah 2 tahun berada di lokasi Bukit Maraja, karena dia dan adiknya Rose, dijemput FN dari Depok karena dijemput, merekapun mengikuti ajakan FN. Ternyata ibunya memaksa adiknya Rose menjadi PSK bersama 2 remaja lainnya yakni Mawar dan Melati.
Melihat itu, Rpk terkejut dan mengaku tidak tahan lagi melihat perlakuan perempuan yang melahirkannya. Mawar dan Melati pun juga sudah tidak tahan atas tingkah FN yang sering marah-marah dan memaksa. Kedua perempuan remaja itupun meminta supaya pulang kedepok. Sejak inilah Rpk pun melawan sama ibunya dan mengajak meninggalkan lokasi itu, selain mengajak adiknya dia juga mengajak Mawar dan Melati.
Tapi saat hendak beranjak dari depan kamar, FN mengikuti mereka dari belakang dan memukul Rose putri kandungnya sendiri. “aku tak terimaadikku dipukul”, tapi pas kulawan “ aku dibilangnya anak durhaka dan tidak nurut,” saat terjadi keributan ADC (30) suami ke 2 FN atau ayah tirinya mencoba ikut campur dan hendak memukul…
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan-pembahasan yang dipaparkan oleh penulis, didapatkan beberapa kesimpulan untuk menjawab masalah pekerja seks komersil, yaitu sebagai berikut:
- Para wanita pekerja seks komersial memilih profesi tersebut bukan dikarenakan faktor untuk memuaskan hasrat atau kesenangan seks semata, tapi juga karena berbagai faktor eksternal, utamanya himpitan ekonomi.
- Dampak psikologis yang cenderung dialami oleh PSK dapat berupa rasa bersalah, hiperseks, kesulitan berinteraksi dengan masyarakat luar, dan juga akan berdmapak pada psikologis anak dan keluarganya.
- Masalah pekerja seks komersial dapat diselesaikan dengan beberapa cara, seperti memberikan bimbingan agama pada para PSK, mengajarkan bahaya pergaulan bebas kepada anak sejak dini, dll.
- dan yang tidak kalah pentingnya adalah masalah pekerja seks komersil ini tidak dapat terpecahkan jika tidak ada campur tangan yang besar dari pemerintah, mulai dari penyediaan lapangan pekerjaan atau mengadakan pelatihan keterampilan untuk para PSK.
B. Saran
Dalam makalah ini menjelaskan tentang apa itu PSK, penyebab seseorang menjadi PSK serta penanganannya. Jadi kita sebagai seorang konselor hendaknya dapat mengurangi jumlah PSK untuk kedepannya. Dengan mengadakan konseling dan memberi bimbingan terhadap anak se usia dini dalam hal Agama ataupun pemanfaatan Iptek secara islami. Serta dapat membantu PSK yang ingin keluar dari pekerjaan yang bertentangan dengan moral di masyarakat, dan dapat mengkhindarkan remaja dari pekerjaan atau menjadi pekerja sex komersial.
DAFTAR PUSTAKA
http://ekanurmawaty.blogspot.com/2010/03/makalah-pekerja-seks-komersial.html
http://awansp.blogspot.com/2013/07/konseling-untuk-psk-pekerja-sex.html
file:///C:/Users/user/Documents/bahan%20PSK/fia%20lagi/MAKALAH%20PSK%20_%20putri%20setya%20ningsih%20-%20Academia.edu.htm
Kartini Kartono, 2001,Patologi Sosial,Jakarta: Rajawali
Surya, Mohamad. 2003. Psikologi Konseling. Pustaka Bani Quraisy: Bandung
Adz-Dzaky, M. Hamdani Bakran. 2001. Psikoterapi Konseling Islam. Fajar Pustaka Baru. Yogyakarta
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.