Daftar isi
Model Pembelajaran Inkuiri
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Perkembangan zaman menuntut berbagai kemajuan di semua bidang. Oleh karena itu, bidang pendidikan pun harus ikut berbenah. Salah satu bagian di bidang pendidikan yang harus berbenah adalah kelas. Kelas merupakan entitas kecil dalam bidang pendidikan yang justru menjadi ujung tombak. Di dalam kelaslah terjadi proses transfer pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik.
Namun, proses transfer pengetahuan tersebut dapat terganggu jika model penyampaian yang digunakan tidak pas, bahkan monoton. Model yang tidak pas dan monoton akan menyebabkan ilmu yang disampaikan tidak dapat dipahami dengan baik. Bahkan, peserta didik akan merasa bosan di dalam kelas. Jika hal ini tidak segera dicarikan jalan keluar, prestasi dan penyerapan ilmu peserta didik pun akan menurun. Keadaan ini tentu bukan hal yang diharapkan oleh pendidik maupun para peserta didik. Oleh karena itu, upaya perbaikan dalam pembelajaran bukan lagi sebuah keharusan, melainkan sebuah kebutuhan.
Metode Pembelajaran inquiry merupakan satu komponen penting dalam pendekatan konstruktifistik yang telah memiliki sejarah panjang dalam inovasi atau pembaruan pendidikan. Dalam pembelajaran dengan penemuan atau inkuiri, siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Piaget memberikan definisi pendekatan Inquiry sebagai pendidikan yang mempersiapkan situasi bagi siswa untuk melakukan eksperimen sendiri. Mengajukan pertayaan-pertayaan dan mencari sendiri jawaban atas pertayaan yang mereka ajukan. Metode inkuiri yang didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuan dengan penuh percaya diri.
Dalam makalah ini, model pembalajaran yang pemakalah bahas adalah model pembelajaran inkuiri. Menurut pemakalah sendiri model pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran yang sangat menarik, karena dapat memacu pemikiran anak didik, sehingga anak didik dapat menemukan sendiri jawaban dari pertanyaan yang muncul dibenaknya, dan sepertinya dengan cara ini pengetahuan yang didapat tidak gampang hilang dalam ingatan anak didik karena proses penemuan jawaban tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari model pembelajaran inquiry ?
2. Apakah tujuan dari model pembelajaran inquiry ?
3. Apa sajakah karakteristik model pembelajaran inquiry ?
4. Apa saja Sistem Sosial dalam model inquiry ?
5. Apa saja Sistem Pendukung dalam model inquiry ?
6. Apa saja Aplikasi dalam model inquiry ?
7. Apa sajakah Prinsip Reaksi dalam model inquiry ?
8. Apa sajakah prinsip model pembelajaran inquiry ?
9. Bagaimanakah langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran inquiry ?
10. Apa sajakah kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran inquiry ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari model pembelajaran inquiry
2. Untuk mengetahui tujuan dari model pembelajaran inquiry
3. Untuk mengetahui karakteristik model pembelajaran inquiry
4. Untuk mengetahui Sistem Sosial dalam model inquiry
5. Untuk mengetahui Sistem Pendukung dalam model inquiry
6. Untuk mengetahui Aplikasi dalam model inquiry
7. Untuk mengetahui Prinsip Reaksi dalam model inquiry
8. Untuk mengetahui prinsip model pembelajaran inquiry
9. Untuk mengetahui langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran inquiry
10. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran inquiry
Bab II. Pembahasan
A. Kajian Pustaka
Menurut Trianto (2007) dalam Djuanda (2015 : 46-47), menyatakan bahwa discovery merupakan bagian dari inquiry. atau inquiry merupakan perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. lnkuiri yang dalam bahasa lnggris inquiry berarti pertanyaan. atau pemeriksaan, penyelidikan. lnkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi.
Model inkuiri merupakan model pembelaiaran yang penyajiannya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Model inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Inquiry adalah kata yang memiliki banyak makna bagi banyak orang dalamberbagai konteks yang berbeda. Dalam bidang sains, inquiry berarti seni atau ilmu bertanya tentang alam dan menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut. Inquiry dilakukan melalui langkah-langkah seperti observasi dan pengukuran, hipotesis, interpretasi, dan penyusunan teori. Inquiry memerlukan eksperimentasi, refleksi, dan pengenalan terhadap kekuatan dan kelemahan metode yang digunakan (Hebrank dalam Kusmayono dan setiawati, 2013:135).
Dalam bidang pembelajaraan, dikenal pendekatan pembelajaran yang disebut Inquiry-Based Learning (IBL) dan pendekatan pengajaran yang disebut Inquiry-Based Teaching (IBT). IBL adalah cara memperoleh pengetahuan melalui proses inquiry .Sementara itu, IBT adalah sebuah pendekatan pengajaran yang memandatkan guru untuk menciptakan situasi yang memposisikan pemelajar sebagai ilmuwan. Pembelajar mengambil inisiatif untuk mempertanyakan suatu fenomena, mengajukan hipotesis, melakukan observasi di lapangan, menganalisis data, dan menarik simpulan, serta menjelaskan temuannya itu kepada orang lain. Jawaban yang diharapkan atas pertanyaan tersebut tidak bersifat tunggal tetapi jamak. Yang penting adalah bahwa dalam mencari jawaban, pemelajar bekerja dengan menggunakan standar tertentu yang jelas sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, dimungkinkan pemelajar mengintegrasikan dan mensinergikan berbagai disiplin ilmu dan/atau metode yang berbeda (Budnitz dalam Kusmayono dan setiawati. 2013:135).
According to Wallace dan Husid (2017: 10), IBL is structured and guided yet open to allow students to assume personal roles in their learning. there is fluidity . The more students work with the process, the less they will rely on which step they are attaining. Their infoemation literacy skills, use of Bloom’s taxonomy and progress with IBL merge into self-actualized coursesosof action.
Menurut Wallace dan Husid (2017: 10), IBL disusun dan dibimbing namun terbuka untuk memungkinkan siswa untuk mengambil peran pribadi dalam pembelajaran mereka. Ada fluiditas. Semakin banyak siswa bekerja dengan proses, semakin sedikit mereka bergantung pada langkah mana yang mereka capai. ketrampilan literasi informasi mereka, penggunaan taksonomi Bloom dan kemajuan dengan IBL bergabung ke dalam program-program tindakan yang diaktualisasikan sendiri.
IBL is an instructional practice where students explore content by posing, investigating, and answering questions. Students are at the center of the learning experience and take ownership of their own learning (Wells dalam Caswel dan LaBrie, 2017). They often work independently and in small collaborative groups. As Mahavier et al. state, in an IBL classroom, “the instructor plays the role of coach, mentor, collaborator, guide, and occasional cheerleader” More specifically, the teacher’s role in IBL is to guide students and promote thinking and curiosity. This takes purposeful planning to manage multiple student investigations simultaneously. Teachers monitor the progress of each student and provide immediate feedback (Jones dalam Caswel dan LaBrie, 2017). IBL does not indicate less guidance from the teacher, but rather delivers instruction in such a way that the student constructs their own meaning (Pitma dalam Caswel dan LaBrie,2017) . The teacher serves as the facilitator who plans, instigates, and observes the student learning process. Currently, there are many definitions of IBL and a variety of approaches. The Academy of Inquiry-Based Learning states that IBL engages students and requires them to: solve problems, conjecture, experiment, explore, create, and communicate .(Ernst dalam Caswel dan LaBrie, 2017).
IBL adalah praktik pembelajaran di mana siswa mengeksplorasi konten dengan berpose, menyelidiki, dan menjawab pertanyaan. Siswa berada di pusat pengalaman belajar dan mengambil kepemilikan pembelajaran mereka sendiri (Wells dalam Caswel dan LaBrie, 2017). Mereka sering bekerja secara mandiri dan dalam kelompok kolaboratif kecil. Sebagai Mahavier dkk. negara, dalam sebuah kelas IBL, “Instruktur memainkan peran pelatih, Mentor, kolaborator, panduan, dan pemandu sorak sesekali” Lebih spesifik Cally yang terlibat, Peran Guru dalam panduan jurang IBL US Mahasiswa dan mempromosikan pemikiran dan rasa ingin tahu. Ini mengambil perencanaan terencana untuk mengelola banyak penyelidikan siswa secara bersamaan. Guru memantau perkembangan setiap siswa dan memberikan umpan balik langsung. IBL tidak menunjukkan bimbingan kurang dari guru, tetapi memberikan instruksi sedemikian rupa bahwa siswa membangun makna mereka sendiri. Guru berfungsi sebagai fasilitator yang merencanakan, menghasut, dan mengamati proses belajar siswa. Saat ini, ada banyak definisi IBL dan berbagai pendekatan. Akademi Pembelajaran Berbasis Inkuiri menyatakan bahwa IBL melibatkan siswa dan mengharuskan mereka untuk: memecahkan masalah, berspekulasi, bereksperimen, mengeksplorasi, membuat, dan berkomunikasi (Wells dalam Caswel dan LaBrie, 2017).
Menurut national research council (1996) dalam Ismail (2005 : 22-23), Inkuari secara umumnya bermaksud mencari maklumat, menyoal, dan menyiasat fenomena yang berlaku disekeliling. Melalui inkuiri, pelajaran menerangkan objek ataupun proses menyoal, menjalankan eksperimen bagi berkongsi penemuan atau penyelesaian. Inkuiri saintifik merujuk pada berbagai cara yang digunakan oleh ahli sains bagi mengkaji alam semula jadi dan mencadangkan penjelasan berdasarkan bukti hasil dari pada daya usaha mereka. Inkuiri didalam kelaas sains merujuk pada aktiviti-aktiviti pelajar membolehkan mereka meluaskan pengetahuan dan memahami ide-ide saintifik serta kepahaman tentang bagaimana ahli sain mengkaji alam semesta. Jadi, inkuiri pelajar melibatkan pemerhatian, mengemukakan persoalan, menyimak buku dan sumber-sumber maklumat lain tentang perekara yang sudah diketahui berasaskan bukti eksperimen, menggunakan alat untuk mengumpul, analisis dan interprestasi data, mencadangkan jawaban, penjelasan, dan berkongsi keputusan atau pendapat. Inkuiri memerlukan semacam andaian, penggunaan pemikiran kritikal dan logical dan pertimnbangan penjelasan alternative.
Menurut DoBoer (1991), jika beliau disuruh memilih satu perkataan lagi menerangkan matlamat pelajarean sains dalam tempoh 30 tahun yang bermula lewat tahun 1950-an maka perkataan itu adalah “inkuiri”. Inkuiri adalah teras kepada usaha sains. Proses inkuiri dimodelkan melalui kaedah yang digunakan oleh ahli sains dalam membuat penemuan. Sains dilihat sebagai himpunan teori dan idea yang dibina berdasarkan dunia fisikal, dan bukan satu koleksi fakta yang tidak bersangkutan dan tidak dapat dissanggah, inkuiri adalah suatu proses yang kompleks dan pelajaran inkuiri akan membawa pengajar mengalami sendiri inkiri saintifik.
Inkuiri juga dapat diartikan sebagai berikut :
1. Inkuiri adalah suatu proses mencari dan menyiasat masalah, membina hipotesis, mereka bentuk eksperimen, mengumpulkan data dan membuat eksperimen dan membuat kesimpulan bagi penyelesaian masalah.
2. Inkuiri didefinisikan sebagai proses mencari kebenaran, maklumat ataupun pengetahuan melalui kaidah penyoalan. Proses inkuiri bermula pengumpulan maklumat melalui indera penglihatan, pendengaran, sentuhan , rasa bau (wheat school dan Disney learning 2000).
3. Inkuiri didefinisikasebagai teknik penyoalan mengenai suatu perkara dan mencari jawaban kepada penyoalan yang dituturkan. Ia melibatkan pemerhatian dan pengukuran yang teliti, membuat hipotesis, menterjemahkan dan membina teori. Inkuiri memerlukan kemahiran mengeksperimen, refleksi dan mengambil kira kekuatan dan kelemahan kaedah yang digunakan (herank, 2000).
Dalam inkuiri saintifik pengajar menggunakan pengetahuan, imaginasi, taakulan dan kemahiran proses untuk membina secara aktif kepahaman saintifik. Inkuiri saintifik menggunakan pemikiran dan kemahiran proses untuk membina kepahaman tentang pengetahuan sains secara aktif. Melalui inkuiri, pelajar berlatih kemahiran yang diperlukan dalam kehidupan sahari-hari. Kemahiran adalah kepercayaan yang dipelajari untuk melakukan sesuatu dengan baik. Kemahiran hidup ditarifkan sebagai kemahiran yang membantu individu untuk Berjaya dan melaui kehidupan yang produktif dan memuaskan, seperti berfikir, mengurus, prihatin dan sebagainya (hendrick, 1996).
Era pembelajaran abad 21 menuntut guru untuk mengajarkan kepada siswa mengenai bagaimana belajar dan bagaimana memproses informasi. Lebih lanjut, hal ini dapat dirinci menjadi apa yang akan diajarkan, bagaimana hal tersebut diajarkan, bagaimana kondisi siswa dan pandangan baru apa yang dapat diberikan. Salah satu model pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran inkuiri. Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry. yang berarti pertanyaan atau penyelidikan. Dalam arti yang lebih luas inkuiri dipandang sebagai suatu proses umum yang dilakukan seseorang untuk mencari atau memahami informasi. Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah dalam waktu yang relatif singkat. Dengan model ini diharapkan siswa dapat meningkatkan pemahamannya mengenai sains, dapat berpikir kreatif serta dapt mencari serta mengelola informasi.
Gulo (2002) menyatakan model pembelajaran inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis. analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Menurut Majir (2017, 121-122), Model Inquiry Based Learing adalah sebuah teknik mengajar di mana guru melibatkan siswa di dalam proses belajar melalui penggunaan cara cara bertanya, aktivitas problem solving, dan berpikir kritis. Hal ini akan memerlukan banyak waktu dalam persiapannya. Inquiry based learning biasanya berupa kerja kolaboratif. Kelas dibagi ke dalam kelompok kelompok kecil. Setiap kelompok diberi sebuah pertanyaan atau permasalahan yang akan mengarahkan semua anggota kelompok bekerja bersama mengembangkan proyek berdasarkan pertanyaan tersebut untuk menemukan jawabannya. Karena inquiry based learning berbasis pertanyaan, maka guru harus menyiapkan pertanyaan yang bersifat terbuka sehingga siswa dapat mengembangkan pikirannya. Siswa harus diberi kesempatan untuk mencoba menemukan sendiri konsep yang diajarkan. Lebih dari itu, jika siswa juga diberi kesempatan untuk mengukur kemajuan belajarnya sendiri, maka ha] ini akan membantu mereka belajar. Model pembelajaran Inkuiri biasanya lebih cocok digunakan pada pembelaiaran matematika, tetapi mata pelajaran lainpun dapat menggunakan model tersebut asal sesuai dengan karakteristik Kompetensi Dasar (KB) atau materi pembelajarannya.
Menurut syarifuddin (2018 : 65), Model Inquiry Learning Inkuiri artinya proses pembelujaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis (lstarani, 2016). Sedangkan Basyiruddin Usman (2005) mengatakan bahwa inkuiri adalah suatu cara penyampuian pelajaran dengan penelauhan sesuatu yang bersifat mencari secara kritis, analisis, dun argumentatif (ilmiuh) dengun menggunukan langkah lungkah tertentu menuju suutu kesimpulan.
Menurut Sirait (2012 : 22-23) Inkuiri adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru bukanlah memper-siapkan sejumlah materi yang harus di hafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus di pahaminya. Belajar pada dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Gulo dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan inkuiri merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.
According to Hutchings (2007) in Hepworth dan Walton (2009: 82-83), Inquiry or problem based learning requires information literacy and is also a way to increase the learner’s motivation. The two terms seem to be used to describe similar learning context although advocates of inquiry bsed learning tend to place more emphasis on the learning motivates and is more likey to engage lerners because they are more actively involved and have to take responsibility for the investigation.
Inquiry based learning tends to take the following form:
1. Establishment of the area of investigation, a stimuus to questionng usually in the form of a scenario, a task or a problem
2. Identification by the student group of key issues and appropriate quetions: the absences of a specified reading list means that resources are discovered by students. Decisions about which resources are appropriate are take by the students, thus following a full research method.
3. Investigation of sources and evidence by individuals or sub groups .
4. Reporting outcomes to the whole group.
5. Group reflection on the process far, identifying remaining gaps and analying the scenario afresh in the light of new learning
6. A process reiterated , re-circling until a provisional halt is called by the exigencies of assessment deadlines.
Menurut Hutchings (2007) dalam Hepworth dan Walton (2009: 82-83), Inkuiri berbasis masalah atau masalah membutuhkan literasi informasi dan juga merupakan cara untuk meningkatkan motivasi peserta didik. Kedua istilah tersebut tampaknya digunakan untuk menggambarkan konteks pembelajaran yang serupa meskipun para pendukung penyelidikan belajar berinspeksi cenderung lebih menekankan motivasi belajar dan lebih suka melibatkan para lerner karena mereka lebih aktif terlibat dan harus bertanggung jawab atas penyelidikan.
Pembelajaran berbasis pertanyaan cenderung mengambil bentuk sebagai berikut:
1. Pembentukan area investigasi, suatu rangsangan untuk questionng biasanya dalam bentuk skenario, tugas atau masalah.
2. Identifikasi oleh kelompok mahasiswa dari isu-isu kunci dan quetions yang sesuai: absen dari daftar bacaan yang ditentukan berarti bahwa sumber daya ditemukan oleh siswa. Keputusan tentang sumber daya mana yang tepat diambil oleh siswa, sehingga mengikuti metode penelitian lengkap.
3. Investigasi sumber dan bukti oleh individu atau sub kelompok.
4. Melaporkan hasil ke seluruh kelompok.
5. Refleksi kelompok pada proses yang jauh, mengidentifikasi kesenjangan yang tersisa dan menganalisa skenario baru dalam terang pembelajaran baru
6. Suatu proses diulang kembali, berputar-putar sampai penghentian sementara disebut oleh urgensi tenggat waktu penilaian
Structured inquiry model is a model that promotes the involvement of learners actively and creatively in the search for, examine, formulate concepts and principles of geometry and to encourage students to develop intellectually and skill in solving the problem. In the structured inquiry model student-centered learning, so that students can actively participating in the learning process. According to Sanjaya (2009) in salim and tiawa (2015) , the main objective of the strategy is the development of inquiry structured thinking skills-oriented learning process. Criteria for success of the learning process by using the inquiry model structure is not determined by the understanding of the learning material but the extent to which students are active search for and find something. Structured inquiry model emphasizes on the development of cognitive, affective and psychomotor balanced manner so that through this model of learning more meaningful.
Model inquiry terstruktur adalah model yang mempromosikan keterlibatan pembelajar secara aktif dan kreatif dalam mencari, meneliti, merumuskan konsep dan prinsip geometri dan mendorong siswa untuk mengembangkan intelektual dan keterampilan dalam memecahkan masalah. Dalam model inkuiri terstruktur pembelajaran berpusat pada siswa, sehingga siswa dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Menurut Sanjaya (2009) dalam Salim dan Tiawa(2015), tujuan utama dari strategi ini adalah pengembangan proses belajar berpikir terstruktur yang berorientasi pada keterampilan. Kriteria keberhasilan proses pembelajaran dengan menggunakan struktur model inkuiri tidak ditentukan oleh pemahaman materi pembelajaran tetapi sejauh mana siswa aktif mencari dan menemukan sesuatu. Model inkuiri terstruktur menekankan pengembangan cara-cara kognitif, emosional dan psikomotorik sehingga melalui model pembelajaran ini lebih bermakna.
According joice and weil (1996 : 193), Inquiry training is designed to bring students directly into the scientific process through exercises that compress the scientific process into small periods of time. What are the effects? Schlenker(1976) reported that in- quiry training resulted in increased understanding of science, productivity in creative thinking, and skills for obtaining and analyzing information. He reported that it was not more effective than conventional methods of teaching in the acquisition of information, but tha it was as efficient as recitation or lectures accompanied by laboratory experiences.
Menurut joice and weil (1996 : 193), Pelatihan inquiry dirancang untuk membawa siswa langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihan yang memampatkan proses ilmiah ke dalam periode waktu yang singkat. Apa saja efeknya? Schlenker (1976) melaporkan bahwa pelatihan in-quiry menghasilkan peningkatan pemahaman sains, produktivitas dalam pemikiran kreatif, dan keterampilan untuk memperoleh dan menganalisis informasi. Dia melaporkan bahwa itu tidak lebih efektif daripada metode pengajaran konvensional dalam perolehan informasi, tetapi itu seefisien riwayat atau ceramah disertai dengan pengalaman laboratorium.
2.1.2 Tujuan Model Inquiry
Menurut Trianto (2007) dalam Djuanda (2015 : 47), Tujuan utama model inkuiri adalah menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka. Model inkuiri merupakan bentuk pembelalajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach), sebab siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses pcmbelajaran.
Menurut Trianto (2007) dalam Djuanda (2015 : 47), peran guru dalam pembelalaran inkuiri yaitu :
a. Motivator, memberikan rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berpikir.
b. Fasilitator, menunjukkan jalan keluar iika siswa mengalami kesulitan.
c. Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat
d. Administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas.
e. Pengarah. memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
f. Manajer, mcngelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.
g. Rewarder, memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.
Menurut Setiawam (2006) dalam Djuanda (2015 : 48) Adapun tujuan model inkuri adalah:
a. Mengembangkan sikap, keterampilan, kepercayaan siswa dalam memecahkan masalah atau memutuskan sesuatu secara tepat (objektif).
b. Mengembangkan kemampuan berpikir siswa agar lebih tanggap, cermat. dan nalar (kritis. analitis, dan logis).
c. Membina dan mengembangkan sikap ingin tahu lebih jauh (curiousity).
d. Mengungkap aspek pengetahuan (kognitif) maupun sikap (afektif).
According to Wallace dan Husid (2017: 10), IBL aim to cultivate factual conceptual, and procedural cognition, ideally, classroom teachers and school librarians do more than simply cover the material. Students are more than information receivers, they are knowledge creators. Classroom teachers and school librarians facilitate students participation in setting units’ goals. IBL requires transformation of student, classroom teachers and schoo; librarians perception and use of school libraries. IBL within school libraries is an effective design for research, organization, improvement,evaluation, and innovation. Ultimately, IBL involves students in cognitions describe in Bloom’s Taxonomy.
Menurut Wallace dan Husid (2017: 10), IBL bertujuan untuk menumbuhkan konseptual faktual, dan kognisi prosedural, idealnya, guru kelas dan pustakawan sekolah melakukan lebih dari sekadar mencakup materi. Siswa lebih dari penerima informasi, mereka adalah pencipta pengetahuan. guru kelas dan pustakawan sekolah memfasilitasi siswa berpartisipasi dalam menetapkan tujuan unit. IBL membutuhkan transformasi siswa, guru kelas dan sekolah dasar; persepsi pustakawan dan penggunaan perpustakaan sekolah. IBL dalam perpustakaan sekolah adalah desain yang efektif untuk penelitian, organisasi, peningkatan, evaluasi, dan inovasi. Akhirnya, ibl melibatkan siswa dalam kognisi yang dijelaskan dalam Taksonomi Bloom.
Menurut Sirait (2012 : 23) Tujuan umum model pembelajaran inquiry training adalah membantu siswa mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan untuk meningkatkan pertanyaan-pertanyaan dan pencarian jawaban yang terpendam dari rasa keingintahuan siswa. Untuk itulah, Suchman tertarik untuk membantu siswa meneliti secara mandiri, tetapi dalam cara yang disiplin. Suchman ingin siswa-siswanya bertanya mengapa sesuatu peristiwa tertentu harus terjadi seperti itu, ada apa sebenarnya, bagaimana saya bisa menyelidikinya. Suchman juga ingin siswanya memperoleh dan memproses data secara logis dengan mengembangkan strategi-strategi intelektual umum yang dapat siswa gunakan untuk mencari tahu terjadinya fenomena atau peristiwa tertentu.
Menurut (Moh. Uzer Usman. dkk, 1993) dalam Syarifuddin (2018 : 66), Tujuan dan Manfaat Inkuiri adalah sebagai berikut
1. Mengembungkan kemampuan dun keterampilun dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan secara objektif dan mandiri;
2. Mengembangkan kemumpuan berfikir kritis dan analitis;
3. Mengembangkun rasa ingin tahu dun cara berfikir objektif baik secara individual maupun kelompok.
Model pembelajaran Inkuiri terbimbing merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa umuk mencari dan menyelidiki sesumu secara sistematis kritis dan logis sehingga mereka dapat merumuskun sendiri temuannya dari sesuatu yang dipertanyakan. Sedangkun inkuiri Sains esensinya adalah melibatkan siswa puda kasus yang nyata di dalam penyelidikan dengan cara mengkonfomasi dengan area yang diselidiki, dengun cara membantu mereka mengidentifikasi konsep atau metodologi puda area investigasi serta mendorong dalam cara-cara mengatasi masalah. Tujuun Pembelajaran Inquiry umuk mengembangkun kemampuan berfikir secara sistimatis, logis dan kritis sebagai bagian dari proses mental.
Menurut Simatupang dan Tiarmaida (2015 : 35), Penerapan model pembelajaran inkuiri dapat melatih siswa untuk berpikir secara logis dan sistematis serta lebih percaya diri mengemukakan apa yang ditemukan melalui proses inkuiri. Dalam model pembelajaran inkuiri, guru berperan sebagai :
1. Motivator, artinya guru mendorong siswa agar dapat berpikir kritis melalui penyajian masalah
2. Fasilitator, artinya guru membantu siswa dalam mengalami kesulitan
3. Pengarah, artinya guru memimpin siswa agar mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan
Accroding Coffman (2017 : 2), When designing an inquiry lesson. The goal is to find contructive ways to promote higher level thinking around course content by incorporating both structured and purposeful activities. These activities are often centered around an essential question and subsequent and subquestions to guide student thinking and learning.
The goal in using inquiry is for students to learn the skill needed to think creatively in developing solutions and to come a new understanding of information, data, and concepts that can then be shared with others to both luarn from and build upon.
Ketika merancang pelajaran inkuiri. Tujuannya adalah menemukan cara-cara yang kontradiktif untuk mempromosikan pemikiran tingkat yang lebih tinggi di sekitar konten kursus dengan menggabungkan kegiatan yang terstruktur dan terarah. Kegiatan-kegiatan ini sering berpusat di sekitar pertanyaan penting dan selanjutnya dan subpertanyaan untuk memandu pemikiran dan pembelajaran siswa.
Tujuan dalam menggunakan inkuiri adalah agar siswa belajar keterampilan yang dibutuhkan untuk berpikir kreatif dalam mengembangkan solusi dan untuk mendapatkan pemahaman baru tentang informasi, data, dan konsep yang kemudian dapat dibagi dengan orang lain untuk masuk dan membangun.
According Walker (2015 : 10), There are to main advantges of teaching science through inquiry. Firstly by using the process of inquiry student remember and understand scientific knowladge better. Secondly while using inquiry student learn how scientists generate knowladge ang how the current body of scientific knowledge was developed and produced (schwab, 1962). Once student have learnt how scientific knowledge is produced thay can than go on to use the same skill and processes to generate new knowladge for themselves.
Menurut Walker (2015 : 10), Ada manfaat utama mengajar sains melalui inkuiri. Pertama dengan menggunakan proses inkuiri siswa mengingat dan memahami pengetahuan ilmiah dengan lebih baik. Kedua, saat menggunakan siswa inkuiri, pelajari bagaimana para ilmuwan menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana tubuh pengetahuan ilmiah saat ini dikembangkan dan diproduksi (schwab, 1962). Setelah siswa telah belajar bagaimana pengetahuan ilmiah yang dihasilkan dapat dari pergi untuk menggunakan keterampilan dan proses yang sama untuk menghasilkan pengetahuan baru untuk diri mereka sendiri.
2.1.3 Ciri-ciri dan Karakteristik Model Inquiry
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama model inkuiri (Sanjaya, 2006: 194), yaitu:
a. Inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal umuk mencari dan menemukan, artinya model mkulri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pcmbelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
b. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian model pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
c. Dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis. atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian dalam model mkuxri siswa tak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
Menurut Ibnu Badar ( 2015) dalam Mariyaningsih (2018 : 60). Pembelajarn inkuiri memiliki beberapa ciri di antaranya:
1) menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencapai dan menemukan,
2) seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri,
3) tujuan dari pembelajarn inkuiri yaitu mengembangkan kemampuan berpikir secara Sistematis, logis dan kritis
Menurut syarifuddin (2018 : 65), Ciri-ciri Pembelajaran Inkuiri:
a. Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitus siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan ssiwa sebagai subjek belajar;
b. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuutu yang diperlanyukan. Dengun demikian slrategi pembelujaran inkuiri menempalkun guru bukan sebagai semuber belujar, akan telapi sebagai fasililalor dun motivator belajar siswa;
c. Tujuan dari pengunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berf’lkir secara sistematis, logis dan kritis.
According Coffman (2017 : 2-3), Question should motivate or hook students and gain their interest. they also provide opportunities for students to investigate phenomenon from multiple perspectives and garner viewpoints individually. In small group, and as a class.
The teacher scaffolds the learning process to engage students around curricular goals and authentic yet meaningful tasks so that connection can be made to essential questions.
Menurut Coffman (2017 : 2-3), Pertanyaan harus memotivasi atau mengaitkan siswa dan mendapatkan minat mereka. mereka juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk menyelidiki fenomena dari berbagai perspektif dan mengumpulkan sudut pandang secara individual. Dalam kelompok kecil, dan sebagai kelas.
Guru merancangkan proses pembelajaran untuk melibatkan siswa di sekitar tujuan kurikuler dan tugas-tugas yang autentik namun bermakna sehingga koneksi dapat dilakukan untuk pertanyaan-pertanyaan penting.
The inquiry-based teaching approach is supported on knowledge about the learning process that has emerged from research (Bransford, Brown, & Cocking, 2000 in Abdi 2014). In inquiry-based science education, children become engaged in many of the activities and thinking processes that scientists use to produce new knowledge. Science educators encourage teachers to replace traditional teacher-centered instructional practices, such as emphasis on textbooks, lectures, and scientific facts, with inquiry-oriented approaches that (a) engage student interest in science, (b) provide opportunities for students to use appropriate laboratory techniques to collect evidence, (c) require students to solve problems using logic and evidence, (d) encourage students to conduct further study to develop more elaborate explanations, and (e) emphasize the importance of writing scientific explanations on the basis of evidence(secker,2002 inAbdi 2014). Sandoval & Reiser (2004) in abdi (2014) pointed out in order to build the inquiry-based classroom environment must construct a community of practice like the scientists work. In authentic inquiry-based activities, the students take action as scientists did, experiencing the process of knowing and the justification of knowledge.
Pendekatan pengajaran berbasis inkuiri didukung oleh pengetahuan tentang proses pembelajaran yang muncul dari penelitian (Bransford, Brown, & Cocking, 2000 dalam Abdi 2014)). Dalam pendidikan sains berbasis inkuiri, anak-anak terlibat dalam banyak kegiatan dan proses berpikir yang digunakan para ilmuwan untuk menghasilkan pengetahuan baru. Pendidik sains mendorong guru untuk menggantikan praktik pembelajaran tradisional yang berpusat pada guru, seperti penekanan pada buku teks, kuliah, dan fakta ilmiah, dengan pendekatan berorientasi penyelidikan yang (a) melibatkan minat siswa dalam sains, (b) memberikan kesempatan bagi siswa untuk menggunakan yang sesuai teknik laboratorium untuk mengumpulkan bukti, (c) meminta siswa untuk memecahkan masalah menggunakan logika dan bukti, (d) mendorong siswa untuk melakukan studi lebih lanjut untuk mengembangkan penjelasan yang lebih terperinci, dan (e) menekankan pentingnya menulis penjelasan ilmiah berdasarkan bukti (Secker, 2002 dalam Abdi 2014). Sandoval & Reiser (2004) dalam Abdi (2104), menunjukkan dalam rangka membangun lingkungan kelas berbasis inkuiri harus membangunsebuah komunitas praktik seperti para ilmuwan bekerja. Dalam kegiatan berbasis inkuiri yang otentik, para siswa mengambil tindakan seperti yang dilakukan para ilmuwan, mengalami proses mengetahui dan pembenaran pengetahuan.
2.1.4 Sistem Sosial
According joice and weil (1996 : 199-200), Suchman’s intention is that the social system be cooperative and rigorous. Although the inquiry training model can be quite highly structured, with the social system controlled largely by the teacher, the intellectual environment is open to all relevant ideas; teachers and students participate as equals where ideas are concerned. Moreover, the teacher should encourage students to initiate inquiry as m principles of inquiry, the structure can expand to include the use of resource material, dialogue with other students, experimentation, and discussion with the teacher uch as possible. As the students learn the principles of inquiry, the structure can expland to include the use of resource material, dialogue with other students, experimentation, and discussion with the techer.
After a period of practice in teacher-structured inquiry sessions, stu- dents can undertake inquiry in more student-controlled settings. A stimu- lating event can be set up in the room, and students can inquire on their own or in informal groups, alternating between open-ended inquiry ses- sions and data gathering with the aid of resource materials. In this way, the students can move back and forth between inquiry sessions and indepen- dent study. This utilization of the inquiry training model is especially suited to the open-classroom setting, where the teacher’s role is that of instruc- tional manager and monitor. In the initial stages of inquiry the teacher’s role is to select (or construct) the problem situation, to referee the inquiry according to inquiry proce- dures, to respond to students’ inquiry probes with the necessary informa- tion, to help beginning inquirers establish a focus in their inquiry, and to facilitate discussion of the problem situation among the students.
In the initial stages of inquiry the teacher’s role is to select(or construct) the problem situation, to referee the inquiry according to inquiry proce- dures, to respond to students’ inquiry probes with the necessary informa- tion, to help beginning inquirers establish a focus in their inquiry, and to facilitate discussion of the problem situation among the students.
Menurut joice and weil (1996 : 199-200), Maksud Suchman adalah bahwa sistem sosial harus kooperatif dan ketat. Meskipun model pelatihan inkuiri dapat sangat terstruktur, dengan sistem sosial yang dikendalikan sebagian besar oleh guru, lingkungan intelektual terbuka untuk semua ide yang relevan; guru dan siswa berpartisipasi sebagai sederajat di mana ide-ide diperhatikan. Selain itu, guru harus mendorong siswa untuk memulai penyelidikan sebagai prinsip-prinsip penyelidikan, struktur dapat diperluas untuk memasukkan penggunaan bahan sumber daya, dialog dengan siswa lain, eksperimen, dan diskusi dengan guru uch mungkin. Ketika siswa belajar prinsip-prinsip penyelidikan, struktur dapat diperluas untuk memasukkan penggunaan bahan sumber, dialog dengan siswa lain, eksperimen, dan diskusi dengan guru.
Setelah periode praktik dalam sesi inkuiri yang terstruktur guru, siswa dapat melakukan penyelidikan di lebih banyak pengaturan yang dikendalikan siswa. Peristiwa stimulasi dapat diatur di dalam ruangan, dan siswa dapat bertanya sendiri atau dalam kelompok informal, bergantian antara sesi tanya jawab terbuka dan pengumpulan data dengan bantuan bahan sumber daya. Dengan cara ini, siswa dapat bergerak bolak-balik antara sesi inkuiri dan studi independen. Penggunaan model pelatihan inkuiri ini sangat cocok untuk pengaturan ruang kelas terbuka, di mana peran guru adalah manajer instruksional dan monitor. Pada tahap awal penyelidikan, peran guru adalah untuk memilih (atau membangun) situasi masalah, untuk wasit penyelidikan sesuai dengan prosedur penyelidikan, untuk menanggapi penyelidikan pertanyaan siswa dengan informasi yang diperlukan, untuk membantu memulai penyelidikan. fokus dalam penyelidikan mereka, dan untuk memfasilitasi diskusi tentang situasi masalah di antara para siswa.
Pada tahap awal penyelidikan, peran guru adalah untuk memilih (atau membangun) situasi masalah, untuk wasit penyelidikan sesuai dengan prosedur penyelidikan, untuk menanggapi penyelidikan pertanyaan siswa dengan informasi yang diperlukan, untuk membantu memulai penyelidikan. fokus dalam penyelidikan mereka, dan untuk memfasilitasi diskusi tentang situasi masalah di antara para siswa.
2.1.5 Sistem Pendukung
According joice and weil (1996 : 201), The optimal support is a set of confronting materials, a teacher who understands the intellectual processes and strategies of inquiry, and resource materials bearing on the problem.
Menurut joice and weil (1996 : 201), Dukungan optimal adalah seperangkat materi yang dihadapi, seorang guru yang memahami proses intelektual dan strategi penyelidikan, dan materi sumber daya yang terkait dengan masalah.
2.1.6 Aplikasi
According joice and weil (1996 : 201), Although inquiry training was originally developed for the natural sciences, its procedures are usable in all subject areas; any topic that can be formulated as a puzzling situation is a candidate for inquiry training. In literature, murder mysteries and science fiction stories or plots make excellent puzzling situations. Newspaper articles about bizarre or improbable situations may be used to construct stimulus events. One of the authors was at a Chinese restaurant not too long ago and puzzled over the question, “How is the fortune put into the fortune cookie, since it does not appear burned or cooked in any way?” It occurred to us that this would make an excellent inquiry-training topic for young children. The social sciences also offer numerous possibilities for inquiry training.
Menurut joice and weil (1996 : 201), The construction of puzzling situations is the critical task, because it transforms curriculum content into problems to be explored. When objects and other materials are not available or appropriate to the problem situation, we recommend that teachers make up a problem statement for students and a fact sheet for themselves. The problem statement describes the discrepant event and provides the information that is shared initially with the students. The fact sheet gives the teacher further information about the problem, and the teacher draws on it to respond to the students questions. Two examples of this process follow.
Meskipun pelatihan inkuiri awalnya dikembangkan untuk ilmu alam, prosedurnya dapat digunakan di semua bidang subjek; setiap topik yang dapat dirumuskan sebagai situasi yang membingungkan adalah kandidat untuk pelatihan inkuiri. Dalam literatur, misteri pembunuhan dan cerita fiksi ilmiah atau plot membuat situasi yang sangat membingungkan. Artikel surat kabar tentang situasi ganjil atau mustahil dapat digunakan untuk membangun peristiwa stimulus. Salah satu penulis berada di sebuah restoran Cina belum lama ini dan bingung atas pertanyaan, “Bagaimana keberuntungan dimasukkan ke dalam kue keberuntungan, karena itu tidak tampak terbakar atau dimasak dengan cara apa pun? “Kami sadar bahwa ini akan menjadi topik pelatihan penyelidikan yang sangat baik bagi anak-anak. Ilmu sosial juga menawarkan banyak kemungkinan untuk pelatihan penyelidikan.
Konstruksi situasi yang membingungkan adalah tugas penting, karena mengubah konten kurikulum menjadi masalah untuk dieksplorasi.Ketika objek dan materi lain tidak tersedia atau sesuai dengan situasi masalah, kami menyarankan agar guru membuat pernyataan masalah untuk siswa dan fakta. lembar untuk diri mereka sendiri.Pernyataan masalah menggambarkan kejadian discrepant dan memberikan informasi yang dibagikan pada awalnya dengan siswa. Lembar fakta memberikan informasi lebih lanjut kepada guru tentang masalah, dan guru menggambar di atasnya untuk menjawab pertanyaan siswa. dari proses ini ikuti.
2.1.7 Prinsip Reaksi
According joice and weil (1996 : 200), The most important reactions of the teacher take place during the second and third phases. During the second phase the teachers task is to help he students to inquire but not to do the inquiry for them. If the teacher is asked questions that cannot be answered by a yes or no, he or she must ask the students to rephrase the questions so as to further their own attempts to collect data and relate them to the problem situation. The teacher can, if necessary, keep the inquiry moving by making new information available to the group and by focusing on particular problem events or by raising ques- tions. During the last phase, the teachers task is to keep the inquiry directed toward the process of investigation itself.
Menurut joice and weil (1996 : 200), Reaksi yang paling penting dari guru terjadi selama fase kedua dan ketiga. Selama fase kedua tugas guru adalah membantu siswa untuk bertanya tetapi tidak melakukan penyelidikan untuk mereka. Jika guru ditanya pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh ya atau tidak, dia harus meminta siswa untuk ulang kata-kata pertanyaan sehingga untuk lebih lanjut upaya mereka sendiri untuk mengumpulkan data dan menghubungkannya dengan situasi masalah. Guru dapat, jika perlu, menjaga penyelidikan bergerak dengan membuat informasi baru tersedia untuk kelompok dan dengan berfokus pada peristiwa masalah tertentu atau dengan mengajukan pertanyaan. Selama fase terakhir, tugas guru adalah untuk menjaga penyelidikan yang diarahkan pada proses penyelidikan itu sendiri.
2.1.8 Prinsip Model Inquiry
Menurut Sanjaya (2006) dalam Djuanda (2015: 47-48), Dalam penggunaan model Inkuiri terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru yaitu:
a. Berorietasi pada Pengembangan Intelektual
Tujuan utama model inkulri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Maka kriteria keberhasilan dari proses pcmbelajaran bukan ditentukan oleh sejauhmana siswa dapat menguasai materi pelajaran, tetapi sejauhmana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu.
b. Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi. baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belaiar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan (directing) agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.
c. Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam model lnkuiri adalah guru sebagai penanya. Sehab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.
d. Prinsip Belajar untuk Berpikir Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpiknr (learning how to think), yaitu proses mengcmbangkan potensi seluruh otak. Pcmbclajaran bcrpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
e. Prinsip Keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan, oleh sehab itu siswa perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.
2.1.9Langkah-langkah Model Inquiry
According joice and weil (1996 : 197-199), Inquiry training has five phases, The first phase is the student’s confrontation with the puzzling situation. Phases two and three are the data-gathering operations of verification and experimentation. In these two phases, students ask a series of questions to which the teacher replies yes or no and they conduct a series of experiments on the environ- ment of the problem situation. In the fourth phase, students organize the information they obtained during the data gathering and try to explain the discrepancy. Finally, in phase five, students analyze the problem-solving strategies they used during the inquiry.
Phase one requires that the teacher present the problem situation and explain the inquiry procedures to the students(the objectives and the procedure of the yes/no question). The formulation of a discrepant event such as the bimetallic strip problem requires some thought, although the strategy can be based on relatively simple problems-a puzzle, riddle, or magic trick-that do not require much background knowledge. Of course, the ultimate goal is to have students, especially older students, experience the cre- ation of new knowledge, much as scholars do. However, beginning inquiries can be based on very simple ideas.
The distinguishing feature of the discrepancy is that it involves events that conflict with our notions of reality. In this sense, not every puzzling sit uation is a discrepant event. It may be puzzling because we do not know the answer, but we do not need new concepts to understand it, and therefore we do not need to conduct an inquiry. We mention this because occasionally teachers do not pick problems that are truly puzzling to the student. In these cases, the learning activity does not progress beyond a”20-questions” format. Even though the questioning activity has value for its own sake, it should not be confused with the notion of scefcinquiry. Phase two, verification, is the process whereby students gather information about an event they see or experience. In experimentation, phase three, students introduce new elements into the situation to see if the event happens differently. Although verification and experimentation described as separate phases of the model, the students’ thinking and the types of questions they generate usually alternate between these two aspects of data gathering. Experiments serve two functions: exploration and direct testing. Exploration-changing things to see what will happen-is not necessarily guided by a theory or hypothesis, but it may suggest ideas for a theory Direct test ing occurs when students try out a theory or hypothesis. The process of con verting a hypothesis into an experiment is not easy and takes practice. Many verification and experimentation questions are required just to investigate one theory We have found that even sophisticated adulis find it easier to say, “I think it has something to do with. ” than to think of a series of questions that will test the theory. Also, few theories can be discarded on the basis of one experiment. Although it is tempting to throw away” a variable if the first experiment does not support it, it can be very misleading to do so. One of the teacher’s roles is to restrain students whenever they assume that a variable has been disproven when it has not.
A second function of the teacher is to broaden the students’ inquiry by expanding the type of information they obtain. During verification they may ask questions about objects, properties, conditions, and events. Object questions are intended to determine the nature or identity of objects. (Is the knife made of steel? Is the liquid water?) Event questions attempt to verify the occurrence or nature of an action. (Did the knife bend upward the second time?) Condition questions relate to the state of objects or systems at a particular time. (Was the blade hotter than room temperature when the teacher held it up and showed that it was bent? Did the color change when the liquid was added?) Property questions aim to verify the behavior of objects under certain conditions as a way of gaining new information to help build a theory. (Does copper always bend when it is heated?) Because students tend not to verify all aspects of the problem, teachers can be aware of the type of information needed and work to change the questioning pattern.
In phase four, the teacher calls on the students to organize the data and to formulate an explanation. Some students have difficulty making the intellectual leap between comprehending the information they have gathered and constructing a clear explanation of it. They may give inadequate explanations, omitting essential details. Sometimes several theories or explanations are possible based on the same data. In such cases, it is often useful to ask students to state their explanations so that the range of possible hypotheses becomes obvious. Together the group can shape the explanation that fully responds to the problem situation. Finally, in phase five, the students are asked to analyze their pattern of inquiry. They may determine the questions that were most effective, the lines of questioning that were productive and those that were not, or the type of information hey needed and did not obtain. This phase is essential if we are to make the inquiry process a conscious one and systematically try to improve it.
Menurut joice and weil (1996 : 197-199), Pelatihan Inquiry memiliki lima fase, Fase pertama adalah konfrontasi siswa dengan situasi yang membingungkan. Fase dua dan tiga adalah operasi pengumpulan data verifikasi dan eksperimen. Dalam dua fase ini, siswa mengajukan serangkaian pertanyaan yang guru jawab ya atau tidak dan mereka melakukan serangkaian percobaan pada lingkungan situasi masalah. Pada fase keempat, siswa mengatur informasi yang mereka peroleh selama pengumpulan data dan mencoba untuk menjelaskan perbedaan tersebut. Akhirnya, pada fase lima, siswa menganalisis strategi pemecahan masalah yang mereka gunakan selama penyelidikan.
Tahap pertama mengharuskan guru menyajikan situasi masalah dan menjelaskan prosedur permintaan kepada siswa (tujuan dan prosedur pertanyaan ya / tidak). Perumusan acara discrepant seperti masalah bimetal strip membutuhkan beberapa pemikiran, meskipun strategi dapat didasarkan pada masalah yang relatif sederhana – teka-teki, teka-teki, atau trik sulap yang tidak memerlukan banyak latar belakang pengetahuan. Tentu saja, tujuan akhir adalah untuk memiliki siswa, terutama siswa yang lebih tua, mengalami penciptaan pengetahuan baru, seperti yang dilakukan oleh para sarjana. Namun, pertanyaan awal dapat didasarkan pada ide-ide yang sangat sederhana.
Ciri yang membedakan dari ketidaksesuaian adalah bahwa ia melibatkan peristiwa-peristiwa yang bertentangan dengan pengertian kita tentang realitas. Dalam pengertian ini, tidak setiap situasi yang membingungkan adalah kejadian yang tidak selaras. Mungkin membingungkan karena kita tidak tahu jawabannya, tetapi kita tidak membutuhkan konsep baru untuk memahaminya, dan oleh karena itu kita tidak perlu melakukan penyelidikan. Kami menyebutkan ini karena terkadang guru tidak memilih masalah yang benar-benar membingungkan siswa. Dalam kasus ini, aktivitas pembelajaran tidak berkembang melampaui format “20-pertanyaan”. Meskipun aktivitas bertanya memiliki nilai untuk kepentingannya sendiri, seharusnya tidak dibingungkan dengan gagasan scefcinquiry. Tahap dua, verifikasi, adalah proses di mana para siswa mengumpulkan informasi tentang suatu peristiwa yang mereka lihat atau alami. Dalam eksperimen, tahap ketiga, siswa memperkenalkan elemen baru ke dalam situasi untuk melihat apakah peristiwa tersebut terjadi secara berbeda. Meskipun verifikasi dan eksperimen dijelaskan sebagai fase terpisah dari model, pemikiran siswa dan jenis pertanyaan yang mereka hasilkan biasanya bergantian antara dua aspek pengumpulan data ini. Eksperimen melayani dua fungsi: eksplorasi dan pengujian langsung. Eksplorasi-mengubah hal-hal untuk melihat apa yang akan terjadi-tidak selalu dipandu oleh teori atau hipotesis, tetapi mungkin menyarankan ide untuk teori. Uji langsung terjadi ketika siswa mencoba teori atau hipotesis. Proses mengkonstruksikan hipotesis ke dalam eksperimen tidak mudah dan membutuhkan latihan. Banyak pertanyaan verifikasi dan eksperimentasi diperlukan hanya untuk menyelidiki satu teori Kami telah menemukan bahwa adulis yang canggih pun merasa lebih mudah untuk mengatakan, “Saya pikir itu ada hubungannya dengan.” Daripada memikirkan serangkaian pertanyaan yang akan menguji teori. Juga, beberapa teori dapat dibuang atas dasar satu eksperimen. Meskipun tergoda untuk membuang “sebuah variabel jika percobaan pertama tidak mendukungnya, itu bisa sangat menyesatkan untuk melakukannya.
Salah satu peran guru adalah untuk menahan siswa kapan pun mereka menganggap bahwa variabel telah terbukti salah ketika tidak, fungsi kedua dari guru adalah untuk memperluas pertanyaan siswa dengan memperluas jenis informasi yang mereka dapatkan, selama verifikasi mereka dapat mengajukan pertanyaan tentang objek, properti, kondisi, dan acara. Obyek pertanyaan tions dimaksudkan untuk menentukan sifat atau identitas benda. (Apakah pisau terbuat dari baja? Apakah air cair?) Pertanyaan acara mencoba untuk memverifikasi kejadian atau sifat dari suatu tindakan. (Apakah pisau menekuk ke atas waktu kedua?) Pertanyaan kondisi berhubungan dengan keadaan benda atau sistem pada waktu tertentu. (Apakah pisau lebih panas dari suhu kamar ketika guru mengangkatnya dan menunjukkan bahwa itu bengkok? Apakah warna berubah ketika cairan ditambahkan?) Stion bertujuan untuk memverifikasi perilaku objek dalam kondisi tertentu sebagai cara mendapatkan informasi baru untuk membantu membangun teori. (Apakah tembaga selalu membengkok ketika dipanaskan?) Karena siswa cenderung tidak memverifikasi semua aspek masalah, guru dapat menyadari jenis informasi yang dibutuhkan dan bekerja untuk mengubah pola pertanyaan.
Pada fase empat, guru memanggil siswa untuk mengatur data dan merumuskan penjelasan. Beberapa siswa mengalami kesulitan membuat lompatan intelektual antara memahami informasi yang telah mereka kumpulkan dan menyusun penjelasan yang jelas tentangnya. Mereka mungkin memberikan penjelasan yang tidak memadai, mengabaikan detail-detail penting. Terkadang beberapa teori atau penjelasan dimungkinkan berdasarkan data yang sama. Dalam kasus seperti itu, sering kali berguna untuk meminta siswa menyatakan penjelasan mereka sehingga rentang kemungkinan hipnotis menjadi jelas. Bersama-sama, kelompok dapat membentuk penjelasan yang sepenuhnya menanggapi situasi masalah. Akhirnya, di fase lima, para siswa diminta untuk menganalisis pola pertanyaan mereka. Mereka dapat menentukan pertanyaan-pertanyaan yang paling efektif, garis-garis pertanyaan yang produktif dan yang tidak, atau jenis informasi yang diperlukan dan tidak didapatkan. Fase ini penting jika kita ingin membuat proses penyelidikan secara sadar dan secara sistematis mencoba memperbaikinya.
Menurut Sanjaya (2006) dalam Djuanda (2015 : 49-50), Langkah langkah pembelajaran model inkuiri sebagaimana yang dikemukakan adalah sebagai berlkut:
a. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa Siap melaksanakan proses pembealaran. Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam tahapan orientasi adalah:
1) Menlelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai olch siswa.
2) Munjelaskan pokok-pukok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulal dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan.
3) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.
b. Merumuskan Masalah
1) Merumuskan masalah merupakan langkah memhawa siswa pada suatu persoalan. Beberapa Masalah dapat dirumuskan sendiri oleh siswa ataupun dengan bantuan guru.
2) Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti. Artinya, guru perlu mendorong agar siswa dapat merumuskan masalah yang menurut guru jawaban sebenarnya sudah ada, tinggal siswa mencari dan mendapatkan jawabannya secara pasti.
3) Konsep konsep dalam masalah adalah konsep konsep yang telah diketahui terlebih dahulu oleh siswa. Artinya. sebelum masalah itu dikaji lebih jauh melalui proses inkuiri guru perlu yakin terlehih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah.
c. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawahan sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara hipotesis perlu diuji kebendrannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mcngembangkan kemampuan berhipotesis pada setiap siswa adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
d. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting daldm pengembangan intelektual. Oleh sebab itu tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mcncari informasi yang dibutuhkan.
e. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diproleh berdasarkan pengumpulan data.
f. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
Menurut Gulo (2002) dalam Mariyaningsih (2018 : 62-63)menyatakan bahwa model pembelajam inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi juga mengambangkan seluruh potensi yang ada. Berikut dijelaskan langkah langkah dalam implementasi model pembelajaran inkuiri.
Berikut akan dijelaskan lebih rinci langkah-Iangkah tersebut:
a) Mengajukan pertanyaan atau permasalahan
Pembelajaran inkuiri dimulai dari penanyaan atau permasalahan yang diajukan, di mana ada tiga kemampuan yang dituntut dari siswa, yakni: kemampuan untuk menyadari adanya masalah, melihat pentingnya masalah dan kemampuan dalam merumuskan masalah.
b) Merumuskan hipotesis
Guru menanyakan kepada siswa mengenai hipotesis atau jawaban sementara yang mungkin sebagai solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Adapun kemampuan yang dituntut dalam mengembangkan hipotesis adalah: kemampuan menguji dan menggolongkan data yang dapat diperoleh, melihat dan merumuskan hubungan yang ada secara logis serta kemampuan merumuskan hipotesis.
c) Mengumpulkan data
Hipotesis yang dibuat dapat digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data, baik berupa data tabel, matriks ataupun graHk. Dalam hal ini kemampuan yang dikembangkan adalah kemampuan dalam mengaitkan peristiwa. menyusun data dan menganalisis data.
d) Analisis data
Hipotesa yang disusun harus dibuktikan kebenarannya melalui analisis data yang diperoleh. Setelah melakukan percobaan siswa dapat menguji hipotesis yang dirumuskan. Siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.
e) Membuat kesimpulan
Langkah ini merupakan langkah terakhir setelah langkah pertama sampai keempat telah selesai dilakukan. Kesimpulan dapat dibuat oleh siswa dengan dipandu guru.
Menurut Majir (2017, 122), Adapun Langkah-langkah dalam model inkuiri sebagai berikut:
1. Observasi/Mengamati berbagi fenomena alam. Kegiatan ini memberikan pengalaman belaiar kepada peserta didik bagaimana mengamati berbagai fakta atau fenomena dalam mata pelajaran tertentu.
2. Mengajukan pertanyaan tentang fenomana yang dihadapi. Tahapan ini melatih peserta didik untuk mengeksplorasi fenomena melalui kegiatan menanya baik terhadap guru, teman, atau melalui sumber yang lain.
3. Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban. Pada tahapan ini peserta didik dapat mengasosiasi atau melakukan penalaran terhadap kemungkinan jawaban dari pertanyaan yang diajukan.
4. Mengumpulkan data yang terakait dengandugaan atau pertanyaan yang diajukan, sehingga pada kegiatan tersebut peserta didik dapat memprediksi dugaan atau yang paling tepat sebagai dasar untuk merumuskan suatu kesimpulan.
5. Merumuskan kesimpulan kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah atau dianah‘sis, sehingga peserta didik dapat mempresentasikan atau menyajikan hasil temuannya.
Menurut Sirait (2012) Model pembelajaran inquiry training memiliki lima tahap pembelajaran, yaitu:
1. Fase I: Menghadapkan pada masalah. Menghadapkan siswa dengan situasi yang membingungkan (masalah).
2. Fase II: Merumuskan hipotesis. Mengajukan pertanyaan dimana pertanyaan tersebut sudah mengandung jawaban.
3. Fase III: Pengumpulan data-eksperimentasi. Memisahkan variabel yang relevan. Menghipotesiskan (serta menguji) hubungan kausal.
4. Fase IV: Mengolah, memformulasikan suatu penjelasan. Memfor-mulasikan aturan dan penjelasan.
5. Fase V: Analisis proses penelitian. Menganalisis strategi penelitian dan mengembangkan yang paling efektif.
Menurut Tiarmaida (2015), Model pembelajaran inkuiri dapat membantu siswa mengkonstruksi langsung pengetahuan melalui setiap kegiatan yang telah dirancang pada fase inkuiri. Adapun fase tersebut adalah sebagai berikut :
1) Penyajian masalah, guru menyajikan masalah dan menyampaikan informasi dengan bantuan peta konsep tentang materi listrik dinamis agar siswa dapat meningkatkan pokok-pokok materi listrik dinamis yang diajarkan.
2) Membuat hipotesisi, setiap siswa diberikan kesempatan untuk mengajukan pendapat dalam membentuk hipotesis, sehingga siswa belajar menyelesaikan masalah,berpikir logis dan kritis yakni dengan mengemukakan hipotesis, bertanya kepada guru, serta mengemukakan pendapat mengenai permasalahan yang disajikan
3) Melakukan percobaan untuk memperoleh imformasi, siswa melakukan percobaan untuk memperoleh jawaban dari hipotesis yang diajukan. Dalam hal ini, siswa didorong untuk belajar sendiri dan belajar aktif melalui proses penemuan konsep dalam percobaan
4) Membuat kesimpulan, siswa dibimbing untuk membuat kesimpulan dari percobaan yang dilakukan.
According Maniotes (2017 : 7), The guided inquiry design process begins with open, to eatch student attention, get the thinking, and help them make connections with the word outside of school. Next is immerse, which is designed to build enough background knowledge to generate some intersiting ideas to investigate.The explore those ideas for an importent, authentic, engaging inquiry question. Next, pause to identify and clearly rticulate the inquiry question before moving on the gather imformation. Afther gathering, create and sharewhat student have learned, guided inquiry is designed to encourage collaborative construction of knowledge with reflection and assassment of learning occurring throughout the process
Menurut Maniotes (2017 : 7), Proses desain inkuiri terbimbing dimulai dengan membuka, untuk menarik perhatian siswa, mendapatkan pemikiran, dan membantu mereka membuat hubungan dengan kata di luar sekolah. Selanjutnya adalah immerse, yang dirancang untuk membangun pengetahuan latar belakang yang cukup untuk menghasilkan beberapa ide yang bersinggungan untuk diselidiki. Gali ide-ide tersebut untuk pertanyaan pertanyaan yang relevan, otentik, dan menarik. Selanjutnya, jeda untuk mengidentifikasi dan dengan jelas mengolah pertanyaan pertanyaan sebelum bergerak pada pengumpulan imformasi. Setelah pertemuan, membuat dan berbagi siswa telah belajar, inkuiri terbimbing dirancang untuk mendorong konstruksi kolaboratif pengetahuan dengan refleksi dan pembunuhan pembelajaran yang terjadi selama proses berlangsung.
Inquiry has been described as a teaching method which combines student-centred, hands-on activities with discovery (Uno, 1990). . Inquiry-based learning fosters the development of independent learners, by encouraging students to take responsibility for their own learning. Based on the principles of the scientific method, in inquiry-based learning students observe a phenomenon, synthesise research questions, test these questions in a repeatable manner and finally analyse and communicate their findings (Uno, 1990; Weaver, Russell, & Wink, 2008 dalam Smalhorn dkk 2015). The learning is directed by the student with the educator providing a supportive role. The level of input from the educator depends on the level of inquiry. In open-inquiry students independently formulate a question to research while in guided-inquiry the educator provides guidance with the construction of a question (Weaver et al., 2008 dalam smalhorn dkk,2015). Although based on the scientific method, inquiry-based learning is a teaching method which should be considered in other disciplines as it supports the development of students who are responsible for their own learning.
Inquiry telah digambarkan sebagai metode pengajaran yang menggabungkan aktivitas-aktivitas yang berpusat pada siswa, kegiatan langsung dengan penemuan (Uno, 1990). Pembelajaran berbasis pertanyaan mendorong perkembangan pembelajar mandiri, dengan mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri. Berdasarkan prinsip-prinsip metode ilmiah, siswa pembelajaran berbasis inkuiri mengamati suatu fenomena, menyintesis pertanyaan penelitian, menguji pertanyaan-pertanyaan ini secara berulang dan akhirnya menganalisis dan mengkomunikasikan temuan mereka (Uno, 1990; Weaver, Russell, & Wink, 2008 dalam Smalhorn dkk 2015). Pembelajaran ini diarahkan oleh siswa dengan pendidik memberikan peran yang mendukung. Tingkat masukan dari pendidik tergantung pada tingkat penyelidikan. Dalam pertanyaan terbuka, siswa secara mandiri merumuskan pertanyaan untuk diteliti sementara dalam inkuiri terbimbing pendidik memberikan panduan dengan konstruksi pertanyaan (Weaver dkk., 2008 dalam smalhorn dkk, 2015). Meskipun berdasarkan metode ilmiah, pembelajaran berbasis inkuiri adalah metode pengajaran yang harus dipertimbangkan dalam disiplin lain karena mendukung pengembangan siswa yang bertanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri.
The scientific inquiry learning model is designed to bring students directly into the inquiry process. Through scientific inquiry model the student is expected to actively ask the question why something happened then search and collect and process the data to determine the answer of the question. The application of scientific inquiry instructional model in teaching and learning activities aims to develop a deeper understanding of science concepts and shape students’ scientific knowledge. Through experimental activities students can try various ways to complete experiments conducted so as to develop the ability to think it has. Students are expected to be responsible for conducting investigations in identifying problems, hypotheses, designing methods to prove hypotheses, analyzing them and making final conclusions. The scientific inquiry learning model is a learning model that involves students in truly original research problems by confronting students in the field of investigation, helping to identify conceptual or methodological problems. The phases in this model are (1) the students presented a field of research, (2) the students make the problem, (3) the students identify problems in the study, (4) the students speculate to clarify the problem (Well dan Calhoun dalam Hutahean, dkk. 2017). The nature of the scientific inquiry approach is to teach students to process information with techniques once used by biological researchers, for example, identifying problems and using methods to solve the problem. The following explanation of the syntax of scientific inquiry learning model according to are: 1) In the first stage students presented the field of research, which includes the methodologies used in the study. 2) In the second stage, the problem begins to be organized so that the student can identify the problem in the research. 3) In the third stage, students are asked to speculate about the problem, so that students can identify the difficulties involved in the research. 4) In stage four, students are asked to speculate on ways to clarify the difficulty, by designing Re-test, process data in different ways, generate data, develop constructs and so on. Teacher’s job is to guide, train, and educate research by emphasizing the research process and persuading students to reflect on the process. Teachers should be careful that identifying facts is not the main issue that should be emphasized in research. Furthermore, the most important thing in this regard is how teachers can encourage students to deal with complex and well-researched research questions. Teacher’s job is to guide, train, and educate research by emphasizing the research process and persuading students to reflect on the process. Teachers should be careful that identifying facts is not the main issue that should be emphasized in research. Furthermore, the most important thing in this regard is how teachers can encourage students to deal with complex and well-researched research questions.
Model pembelajaran inkuiri ilmiah dirancang untuk membawa siswa langsung ke dalam proses penyelidikan. Melalui model inkuiri ilmiah siswa diharapkan untuk secara aktif mengajukan pertanyaan mengapa sesuatu terjadi kemudian mencari dan mengumpulkan dan mengolah data untuk menentukan jawaban dari pertanyaan tersebut. Penerapan model pembelajaran inkuiri ilmiah dalam kegiatan belajar mengajar bertujuan untuk mengembangkan pemahaman konsep sains yang lebih mendalam dan membentuk pengetahuan ilmiah siswa. Melalui kegiatan eksperimental siswa dapat mencoba berbagai cara untuk menyelesaikan eksperimen yang dilakukan sehingga dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya. Siswa diharapkan bertanggung jawab untuk melakukan investigasi dalam mengidentifikasi masalah, hipotesis, merancang metode untuk membuktikan hipotesis, menganalisa mereka dan membuat kesimpulan akhir. Model pembelajaran inkuiri ilmiah adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam masalah penelitian yang benar-benar asli dengan menghadapi siswa di bidang investigasi, membantu untuk mengidentifikasi masalah konseptual atau metodologis. Fase dalam model ini adalah (1) siswa mempresentasikan bidang penelitian, (2) siswa membuat masalah, (3) siswa mengidentifikasi masalah dalam penelitian, (4) siswa berspekulasi untuk memperjelas masalah (Well dan Calhoun dalam Hutahean, dkk. 2017). Sifat dari pendekatan inkuiri ilmiah adalah mengajarkan siswa untuk memproses informasi dengan teknik yang pernah digunakan oleh peneliti biologi, misalnya, mengidentifikasi masalah dan menggunakan metode untuk memecahkan masalah. Penjelasan berikut dari sintaks model pembelajaran inkuiri ilmiah yang sesuai adalah: 1) Pada tahap pertama siswa mempresentasikan bidang penelitian, yang mencakup metodologi yang digunakan dalam penelitian. 2) Pada tahap kedua, masalah mulai diatur sehingga siswa dapat mengidentifikasi masalah dalam penelitian. 3) Pada tahap ketiga, siswa diminta untuk berspekulasi tentang masalah, sehingga siswa dapat mengidentifikasi kesulitan yang terlibat dalam penelitian. 4) Pada tahap empat, siswa diminta untuk berspekulasi tentang cara-cara untuk memperjelas kesulitan, dengan merancang Re-test, memproses data dengan cara yang berbeda, menghasilkan data, mengembangkan konstruksi dan sebagainya. Tugas guru adalah membimbing, melatih, dan mendidik penelitian dengan menekankan proses penelitian dan membujuk siswa untuk merefleksikan prosesnya. Guru harus berhati-hati bahwa mengidentifikasi fakta bukanlah masalah utama yang harus ditekankan dalam penelitian. Selanjutnya, hal yang paling penting dalam hal ini adalah bagaimana guru dapat mendorong siswa untuk menghadapi pertanyaan penelitian yang kompleks dan diteliti dengan baik. Tugas guru adalah membimbing, melatih, dan mendidik penelitian dengan menekankan proses penelitian dan membujuk siswa untuk merefleksikan prosesnya. Guru harus berhati-hati bahwa mengidentifikasi fakta bukanlah masalah utama yang harus ditekankan dalam penelitian. Selanjutnya, hal yang paling penting dalam hal ini adalah bagaimana guru dapat mendorong siswa untuk menghadapi pertanyaan penelitian yang kompleks dan diteliti dengan baik.
2.1.10 Kelebihan dan Kekurangan Model Inquiry
2.1.10.1 Kelebihan Model Inquiry
Menurut Sanjaya (2006) dalam Djuanda (2015 : 50-51), Model inkuiri memiliki keunggulan-keunggulan sehingga dapat membantu siswa memahami konsep pada pembelajaran luas trapesium dan laying-layang. Keunggulan yang dimiliki modei inkuiridi antaranya adalah sebagai berikut:
a. Model inkuiri merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada pengemhangan aspek kognitif, efektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini lehih bermakna.
b. Model inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belaiar mereka.
c. Model inkuiri merupakan model yang sesuai dengan perkembangan psikologi belaiar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
d. Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata rata. Artinya. siswa yang memlllki kemampuan belaiar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belalar.
Menurut Sumantri (1999) dalam Djuanda (2015 : 51), Keunggulan lain yang dimiliki model inkulri adalah:
a. Menekankan pada proses pengolahan informasi oleh siswa.
b. Membuat konsep diri siswa bertambah dengan penemuan-penemuan yang diperolehnya.
c. Memlliki kemungkinan besar untuk memperbaiki dan memperluas persediaan dan penguasaan keterampilan dalam proses kognitif para siswa.
d. Tidak menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber bclajar, karena siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.
e. Penemuan-penemuan yang diperoleh siswa dapat menjadi kepemilikannya dan sangat sulit melupakannya.
Menurut Ismail (2005 : 29-30),Pendekatan inkuiri membolehkan pelajar menggabungkan kemahiran proses sains, takala saitifik dan pemikiran kritikal bagi membina kepahaman berkaitan konsep-konsep saintifik. Pelajar yang terlibat dalam pembelajara sains secara inkuiri berupaya membina kepahaman yang mendalam termasuk menghargai pengetahuan dan proses penemuan dalam sains. Antara kelebihan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran-pembelajaran sains adalah
1. Meningkatkan prestasi belajar, terutama berkaitan dengan kemahiran melakar graf dan menafsir data.
2. Memupuk literasi saintifik dan pemahaman tentang proses sains, kosa kata dan pemahaman konseptual, pemikiran kritikal, sikap posirtif terhadap sains, meningkatkan prestasi dalam ujian pengetahuan prrosedural dan membina pengetahuan logico-mathematical.
Menurut Mariyaningsih (2018 : 63-64), Adapun kelebihan dari metode inkuiri adalah :
1. Tercipta pembelajaran yang bermakna karena model pembelaiaran inkuiri menekankan kepada pengembangan tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang.
2. Sesuai dengan psikologi pembelaiaran modern yang menekankan pada proses perubahan tingkah laku dan adanya interaksi.
3. Dapat melejitkan potensi Siswa.
4. Memberikan kesempatan kepada Siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belaiar yang diinginkan.
5. Siswa yang memliki kemampuan di atas rata rata tidak akan terhambat oleh Siswa yang lemah dalam belajar.
Menurut prasetyo dan Widjanarko (2015: 83), Pada model pembelajaran inkuiri siswa lebih dilibatkan pada proses pembelajarannya. Siswa akan lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga tingkat kejenuhan siswa dapat diminimalisir. Bukan hanya itu saja, menghafal materi yang disampaikan saja tapi juga melakukan pengamatan sehingga siswa dapat memahami secara mendalam materi yang dipelajari. Berdasarkan penjelasan tersebut model pembelajaraan inkuiri dapat dijadikan solusi sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Menurut Mustachfidoh (2013), Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dapat membantu siswa untuk mengintegrasikan konsep-konsep yang telah mereka ketahui sebelumnya dengan peristiwa-peristiwa yang mereka amati di laboratorium. Pembelajaran inkuiri juga dapat mengubah miskonsepsi yang dialami siswa menjadi konsep ilmiah. Belajar dengan menggunakan pembelajaran inkuiri ini diharapkan siswa menjadi lebih kreatif, inovatif, dan belajarnya menjadi lebih bermakna sehingga prestasi belajar biologi dapat ditingkatkan. Hal ini dikarenakan proses belajar inkuiri mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan masalah, merancang percobaan, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, memiliki sifat-sifat objektik, jujur, hasrat ingin tahu, dan keterbukaan. Danpak positif yang lain dari penerapan pembelajaran inkuiri adalah:
1. Berkurangnya miskonsepsi yang dibawa siswa sebelum pembelajaran
2. Peningkatan pada kemampuan siswa untuk mengintegrasikan konstruksi pengetahuannya di laboratorium dengan konstruksi pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari
2.1.10.2 Kekurangan Model Inquiry
Menurut Mariyaningsih (2018 : 64), Di samping memiliki kelebihan, pembelajaran inkulri juga dianggap memiliki kelemahan sebagai berikut:
- Memerlukan waktu yang relatiflebih panjang.
- Diperlukan usaha ekstra keras dari guru untuk mengubah kebiasaaan belajar siswa yang lebih banyak mengandalkan informasi dari guru.
- Kadang sulit dalam menentukan indikator keberhasilan pembelajaran.
- Sistim pendidikan di Indonesia yang dominan menetapkan kriteria keberhasilan belajar adalah menguasai materi, maka strategi ini akan mengalami tantangan dalam pengimplementasiannya.
2.2 Kajian Kritis
Model inkuiri merupakan model pembelaiaran yang penyajiannya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Model inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Tujuan model inkuri antara lain : Mengembangkan sikap, keterampilan, kepercayaan siswa dalam memecahkan masalah atau memutuskan sesuatu secara tepat (objektif), Mengembangkan kemampuan berpikir siswa agar lebih tanggap, cermat. dan nalar (kritis. analitis, dan logis), Membina dan mengembangkan sikap ingin tahu lebih jauh (curiousity), Mengungkap aspek pengetahuan (kognitif) maupun sikap (afektif).
Inkuiri memiliki beberapa ciri di antaranya: menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencapai dan menemukan, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri, dan tujuan dari pembelajarn inkuiri yaitu mengembangkan kemampuan berpikir secara Sistematis, logis dan kritis
Dalam penggunaan model Inkuiri terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru yaitu: Berorietasi pada Pengembangan Intelektual, prinsip interaksi, prinsip bertanya, prinsip belajar untuk berpikir belajar buakn hanya untuk mengigat sejumlah fakta dan prinsip keterbukaan
Langkah-langkah dalam model inkuiri sebagai berikut :
1. Observasi/Mengamati berbagi fenomena alam.
2. Mengajukan pertanyaan tentang fenomana yang dihadapi.
3. Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban.
4. Mengumpulkan data yang terakait dengandugaan atau pertanyaan yang diajukan
5. Merumuskan kesimpulan
Keunggulan yang dimiliki model inkulri adalah:
1. Menekankan pada proses pengolahan informasi oleh siswa.
2. Membuat konsep diri siswa bertambah dengan penemuan-penemuan yang diperolehnya.
3. Memlliki kemungkinan besar untuk memperbaiki dan memperluas persediaan dan penguasaan keterampilan dalam proses kognitif para siswa.
Kekurangan yang dimiliki oleh model Inquiri antara lain :
1. Memerlukan waktu yang relatiflebih panjang.
2. Diperlukan usaha ekstra keras dari guru untuk mengubah kebiasaaan belajar siswa yang lebih banyak mengandalkan informasi dari guru.
3. Kadang sulit dalam menentukan indikator keberhasilan pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Model inkuiri merupakan model pembelaiaran yang penyajiannya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Model inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Tujuan model inkuri antara lain : Mengembangkan sikap, keterampilan, kepercayaan siswa dalam memecahkan masalah atau memutuskan sesuatu secara tepat (objektif), Mengembangkan kemampuan berpikir siswa agar lebih tanggap, cermat. dan nalar (kritis. analitis, dan logis), Membina dan mengembangkan sikap ingin tahu lebih jauh (curiousity), Mengungkap aspek pengetahuan (kognitif) maupun sikap (afektif).
Langkah-langkah dalam model inkuiri sebagai berikut : Observasi, Mengajukan pertanyaan, Mengajukan dugaan, Mengumpulkan data dan Merumuskan kesimpulan.
3.2 Saran
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, model pembelajaran inquiry adalah model pembelajran yang menuntut keaktifan peserta didik dalam menganalisis suatu permasalahan, sehingga peran guru dalam mengajukan pertanyaan juga sangat berperan penting. Sehingga disarankan kepada para pendidik agar menyiapakan dengan sedemikian rupa pertanyaan-pertanyaan yang efektif sebelum menerapkan model pembelajaran ini di kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Abdi, A. 2014. The Effect Of Inquiry-Based Learning Method On Students’ Academic Achievement In Science Course. Universitas Journal Of Education. 2 (1): 37-41.
Caswell, C. J. Dan Labrie, D. J. 2017. Inquiry Besedlearning From The Leaner’s Point Of View: A Teacher Candidate’s Story. Journal Of Humanistic Mathematics. Vol.7 Issue 2.
Coffman. 2017. Inquiry Based-Learning: Designing Instruction to promote Higher level Thinking. USA: Rowman dan littlefield.
Djuanda, D., Dan Maulana. 2015. Ragam Model Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Bandung : UPI Sumedang Press
Hepworth dan Walton. 2009. Teaching Information Literacy for Inquiry Based Learning. USA: Chandos.
Hutahaean, R., Dkk. 2017. The Effect Of Scientific Inquiry Learning Model Using Macromedia Flash On Student’s Concept Understanding And Science Process Skills In Senior High School. IOSR Journal Of Research Dan Method In Eductiaon. Vol.7 Issue 4, Ver 1
Ismail, Z., Dkk. 2005. Kaedah Mengajar Sains. Kuala Lumpur : PTS Professional.
Joice and Weil. 1996. Models Of Teaching. Newdelhi : Asoke K.
Kusmaryono, H. Dan Setiawati, R. 2013. Penerapan Inquiry Based Learning Untuk Mengetahui Respon Belajar Siswa Pada Materi Konsep Dan Pengelolaan Koperasi. Jurnal Pendidikan Ekonomi Dinamika Pendidikan. Vol. 8 No. 2.
Lahadisi. 2014. Inkuiri: Sebuah Strategi Menuju Pembelajaran Bermakna. Jurusan Tarbiyah STAIN Sultan Qaimuddin Kendari. Vol 7. No 2.
Majir, A. 2017. Dsar Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta : Deepublish
Maniotes, L., K. 2017. Guided Inquiry Design In Action. California : Santa Barbara
Mariyaningsih, N. 2015. Bukan Kelas Biasa. Surakarta : Kekata Publisher
Mustachfidoh, Dkk. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Prestasi Belajar Biologi Diytinjau Dari Intelegensi Siswa SMA Negeri 1 Srono. E-Jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Vol. 3.
Prasetyo, D. A. Dan Widjanarko, D. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kompetensi Memelihara Komponensistem Bahan Bakar Bensin. Jurnal Pendidikan Teknik Mesin. Vol. 15 No. 2.
Salim, K. Dan Tiawa, D. H. 2015. Implementation Of Structured Inquiry Based Model Learning Toward Student’s Understanding Of Geometry. International Jaournal Of Research In Education And Science (IJRES). I (1), 75-83.
Smallhorn, et.al. 2015. Inquiry-Based Learning to Improve student engagement in a large First year Topic. Australia: Journal of Tertiary Education. ISSN: 2205-0795. Vol 6. Issue 2.
Simatupang, S., Dan Tiarmaida. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Listrik Dinamis Di Kelas X Semester II SMA Negeri 8 Medan T.P. 2013/2014. Jurnal Ikatan Alumni Fisika Universitas Negeri Medan. Vol. 1 No. 1 ISSN : 2461-1247.
Sirait, R. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Usaha Dan Energy Kelas VIII Mts N-3 Medan. Jurnal Pendidikan Fisika. Vol. 1 No.1.
Syarifuddin. 2018. Inovasi Baru Kurikulum 2013 Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti. Yogyakarta : Deepublish
Wallace dan Husid. 2017. Collaborating for Inquiry Based-Learning. California : Santa Barbara
Warkel, M. 2015. Teaching Besed-Inquiry Science. ISBN : 978-1-312-95562-2.