Makalah Konservasi Lahan Hutan Melalui Agroforestri

12 min read

Konservasi Lahan Hutan Melalui Agroforestri

Bab I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Agroforestry merupakan suatu tatanan lingkungan yang sangat pas untuk diterapkan dalam upaya melestarikan alam, baik ditinjau dari aspek keberlangsungan unsur alam dan seisinya maupun ditinjau dari aspek ekonomi masyarakat, karena dalam konsep yang diterapkan oleh agroforestri terdapat unsur biotik maupun unsur abiotik yang berjalan dalam satu tatanan alam dan berjalan bersamaan.

Ada beberapa cara klasifikasi agroforestry, diantaranya : berdasarkan kombinasi komponen pohon, tanaman, padang rumput/makanan ternak dan komponen lain yang ditemukan dalam agroforestry (Sa’ad 2002).

Selanjutnya, menurut As’ad, pada tahun 2002, agroforestry ialah suatu bentuk penanaman dengan sengaja dan mengelola pohon secara bersama-sama dengan tanaman pertanian dan atau makanan ternak dalam sistem yang bertujuan menjadi berkelanjutan secara ekologi, sosial dan ekonomi. Secara sederhana adalah menanam pohon dalam sistem pertanian.

Dalam upaya menerapkan sistem agroforestry, patokan untuk menentukan keberhasilannya dapat kita lihat dari tujuan utama atau apa yang ingin dicapai. Masing-masing daerah mempunya potensi alam yang berbeda-beda, sehingga harus tepat dalam hal memilih dan menentukan sasaran  sesuai kebutuhan setempat dan ketergabungannya dengan kebiasaan petani setempat. Itu artinya, sistem agroforestri merupakan sistem yang bukan sekedar campuran tanaman pertanian – kehutanan – peternakan.

Sementara itu pengertian dan penerapan pembangunan wilayah pada umumnya dikaitkan dengan kebijakan ekonomi atau keputusan politik yang berhubungan dengan alokasi secara spasial dari kebijakan pembangunan nasional secara keseluruhan. Menurut Cullis dan Jones (Nugroho dan Dahuri, 2004: Sugiharto, 2006). Pembangunan wilayah sangat tepat diimplementasikan dalam perekonomian yang tumbuh dengan mengandalkan pengelolaan sumber daya publik (common and public resources), antara lain sektor kehutanan, perikanan, atau pengelolaan wilayah.

Mengingat pembangunan wilayah yang berkelanjutan memiliki makna yang multidimensional, maka diperlukan mekanisme pengambilan keputusan yang tepat melalui analisis kebijakan pembangunan wilayah yang mampu mengkombinasikan dan mentransformasikan substansi dan metode beberapa disiplin ilmu. Lebih jauh lagi analisis tersebut harus manghasilkan informasi yang relevan dengan kebijakan yang digunakan untuk mengatasi masalah-masalah publik tersebut.

Realisasi konservasi bukan hanya melulu pada konsep cagar alam, suaka marga satwa, dan hutan mangrove atau hutan bakau dan atau sejenisnya. Melalui tatanan agroforestry yang tepat, maka konservasi alam atau pelestarian lingkungan sangat dimungkinkan keberhasilannya.

Dalam makalah ini akan diuraikan lebih lanjut hal-hal yang mengenai konservasi lahan hutan melalui sitem agroforestry dengan runtut dan jelas. Selanjutnya akan dijelaskan pula hal-hal yang terkait dengan pengelolaan sumber daya alam sekitar guna pelestarian lahan hutan. Perencanaan perluasan sitem agroforestry dan pengelolaan yang berkelanjutan juga akan di singgung sebagai dasar strategi kesadaran masyarakat bahwa koservasi lahan hutan menggunakan sistem agroforestry adalah sangat tepat untuk dilakukan guna keberlanjutan ekosistem hutan dan lingkungan.

Pada gilirannya, tatanan tersebut diharapkan dapat memberikan solusi dalam mengatasi masalah kerusakan hutan yang terus menerus terjadi. Dengan demikian, tidak hanya tujuan pelestarian lingkungan yang akan didapatkan, namun juga pembangunan wilayah yang berkelanjutan dapat tercapai dan dapat dipertahankan hingga generasi yang akan datang.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :

  1. Untuk mengetahui peran agroforestry secara luas.
  2. Untuk mengetahui pentingnya peran agroforestry dalam tatanan kehidupan di bumi.
  3. Untuk mengetahui pentingnya konservasi alam yang berkelanjutan.
  4. Untuk melestarikan dan mempertahankan sumber daya alam dari optimalisasi penerapan sistem agroforestry dalam tujuan konservasi alam yang berkelanjutan khususnya pada lahan hutan.

C. Manfaat

Manfaat dari makalah ini adalah sebagai sebuah pengetahuan untuk mengetahui bagaimana Agroforestry Untuk Konservasi Lahan Hutan.

Bab II. Kajian Pustaka

Agroforest merupakan salah satu tatanan sistem baik hutan maupun pertanian berkelanjutan yang tepat guna. Realisasi kelestarian alam dan hutan yang digadang-gadang oleh pemerintah akan sulit dilakukan apabila akan menggusur kepentingan sosial dan ekonomi masyarakat.

Tidak mengherankan apabila banyak hutan yang akhirnya ditebang secara ilegal oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab karena memang ingin meningkatkan ekonomi dengan cara praktis. Akhirnya tidak hanya hutan yang akan hilang, namun juga hewan-hewan yang hidup didalamnya juga akan kelabakan mencari tempat pindah dan sedikit pula yang akhirnya mati. Dan tidak sampai disitu, sistem perairan sekitar akan terganggu, bencana longsor dan banjir akan mudah terjadi, dan akhirnya akan berdampak pada kehidupan ekonomi dan juga sosial di masyarakat.

Peran utama agroforest bukan sebagai penghasil bahan pangan, melainkan sebagai sumber penghasil pemasukan uang dan modal. Misalnya: kebun damar, kebun karet dan kebun kayu manis menjadi andalan pemasukan modal di Sumatera. Bahkan, agroforest seringkali menjadi satu-satunya sumber uang tunai bagi keluarga petani. Agroforest mampu menyumbang 50% hingga 80% pemasukan dari pertanian di pedesaan melalui produksi langsung maupun tidak langsung yang berhubungan dengan pengumpulan, pemrosesan dan pemasaran hasilnya(Abang, 2011).

Tumbuh-tumbuhan tahunan yang berkayu termasuk pohon-pohonan, semak belukar, kelapa, bambu temasuk pada kata “pohon-pohonan” (Young, 1997). Dalam kasus yang lain, tanaman berkayu yang tumbuh kurang dari satu tahun ( seperti Sesbania spp.) juga dimasukkan kedalam kelompok tanaman tahunan.

Chundawat dan Gautam (1993) mengemukakan alternatif pengertian agroforestry yaitu sebagai suatu istilah atau nama kolektif untuk sistem pengelolaan lahan dengan teknologi yang sepadan, dimana tanaman pohon (hutan) dengan sengaja diusahakan dalam unit pengelolaan lahan yang sama dengan tanaman pertanian dan/atau ternak pada saat bersamaan atau berurutan. Dalam sistem agroforestry terintegrasi sekaligus aspek ekologis dan aspek ekonomis.

Sistem agroforestry dapat jauh lebih menguntungkan dibandingkan metode produksi pertanian dan hutan secara konvensional. Mereka dapat menawarkan peningkatan produktivitas, manfaat ekonomi, sosial dan hasil dalam barang ekologis dan layanan yang diberikan. Keanekaragaman Hayati di sistem agroforestri biasanya lebih tinggi daripada dalam sistem pertanian konvensional. Dengan dua atau lebih spesies tanaman berinteraksi di lahan diberikan, menciptakan habitat yang lebih kompleks yang dapat mendukung lebih banyak jenis burung, serangga, dan hewan lainnya.

Tergantung pada aplikasi, dampak potensi agroforestri dapat meliputi :

  • Mengurangi kemiskinan melalui peningkatan produksi kayu dan produk pohon lainnya untuk konsumsi rumah dan penjualan
  • Berkontribusi untuk ketahanan pangan dengan mengembalikan kesuburan tanah untuk tanaman pangan
  • Cleaner air melalui nutrisi berkurang dan limpasan tanah
  • Melawan pemanasan global dan risiko kelaparan dengan meningkatkan jumlah tahan kekeringan pohon dan produksi berikutnya buah-buahan, kacang-kacangan dan minyak nabati
  • Mengurangi deforestasi dan tekanan pada hutan dengan menyediakan lahan-tumbuh kayu bakar
  • Mengurangi atau menghilangkan kebutuhan untuk bahan kimia beracun (insektisida, herbisida, dll)
  • Melalui lebih output pertanian yang beragam, meningkatkan nutrisi manusia
  • Dalam situasi di mana orang memiliki akses terbatas pada obat-obatan utama, memberikan ruang tumbuh untuk tanaman obat (Lahjie, 2011). Dan masih banyak dampak lain yang bermanfaat dari sistem agroforestry.

Sebagaimana pemanfaatan lahan lainnya, agroforestri dikembangkan untuk memberi manfaat kepada manusia atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat.  Agroforestri diharapkan dapat memecahkan berbagai masalah pengembangan pedesaan dan seringkali sifatnya mendesak. Agroforestri utamanya diharapkan dapat membantu mengoptimalkan hasil suatu bentuk penggunaan lahan secara berkelanjutan guna menjamin dan memperbaiki kebutuhan hidup masyarakat. Sistem berkelanjutan ini dicirikan antara lain oleh tidak adanya penurunan produksi tanaman dari waktu ke waktu dan tidak adanya pencemaran lingkungan. Kondisi tersebut merupakan refleksi dari adanya konservasi sumber daya alam yang optimal oleh sistem penggunaan lahan yang diadopsi.

Dalam mewujudkan sasaran ini, agroforestri diharapkan lebih banyak memanfaatkan tenaga ataupun sumber daya sendiri (internal) dibandingkan sumber-sumber dari luar.  Di samping itu agroforestri diharapkan dapat meningkatkan daya dukung ekologi manusia, khususnya di daerah pedesaan. Untuk daerah tropis, beberapa masalah (ekonomi dan ekologi) berikut menjadi mandat agroforestri dalam pemecahannya (Jratun, 2010).

Hubungan antara tutupan lahan oleh pohon baik penuh ‘hutan alam’ maupun sebagian ‘hutan parsial’ seperti agroforestri dengan fungsi hidrologi dapat dilihat dari aspek hasil air total dan daya sangga DAS terhadap debit puncak pada berbagai skala waktu. Peran sistem penggunaan lahan pada suatu bentang lahan (lansekap) dapat dinilai dari sudut perubahan tingkat evapotranspirasi yang berhubungan dengan keberadaan pohon, laju infiltrasi tanah yang berhubungan dengan kondisi fisik tanah, dan laju drainase yang berhubungan dengan jaringan drainasi pada skala lansekap.

Pada saat ini telah tersedia model simulasi yang dapat dipakai untuk mempelajari dinamika pori makro tanah yang berhubungan dengan sifat hujan menurut skala waktu dan ruang. Model tersebut disusun berdasarkan hasil pengukuran yang intensif dari berbagai (Sub) DAS dan dapat digunakan untuk memprediksi pengaruh alih guna lahan terhadap fungsi hidrologi DAS. Dengan demikian, model tersebut dapat digunakan untuk ekstrapolasi berbagai skenario sistem penggunaan lahan di masa yang akan datang.

Rangkaian studi intensif tersebut mengarah pada kesimpulan utama bahwa berbagai bentuk agroforestri (seperti ‘hutan lindung’ atau ‘repong’) yang telah banyak dipraktekkan petani dapat mempertahankan fungsi hidrologi hutan lindung dan sekaligus memberikan penghasilan kepada masyarakat di desa yang kepadatan penduduknya sekitar 50 – 100 orang km-2 (Noordwijk et al, 2004).

Bab III. Pembahasan

A. Pengertian Agroforestry dan Pentingnya Agroforestry

Penerapan sistem agroforestri sebagai pemanfaatan lahan  memberi manfaat ekologi melalui penggunaan lahan yang diterapkan. Manfaat ekologi yang dapat dirasakan melalui sistem agroforestri secara tidak langsung akan melindungi pepohonan kehutanan dari perambahan masyarakat sekitar, sehingga fungi ekologi dari tegakan pohon tersebut tetap berfungsi dengan baik. Pohon tersebut akan menghalangi air hujan turun langsung ke permukaan tanah, sehingga energi kinetik dari air hujan menjadi lebih kecil saat turun di atas permukaan tanah. Tajuk tersebut juga akan menghambat air hujan turun semua ke permukaan tanah melalui proses intersepsi.

Pada proses intersepsi, air hujan yang tertahan di tajuk pohon akan diuapkan kembali ke atmosfer. Selain itu, dengan adanya tanaman sela seperti tanaman pertanian akan mengurangi energi kinetik yang lepas dari tajuk pohon. Adanya penutupan lahan yang optimal oleh serasah daun pohon maupun tanaman pertanian akan mengurangi laju aliran permukaan (surface run off). Menurunnya laju surface run off akan melindungi bahan organik atau lapisan top soil yang ada di atas permukaan tanah. Dengan demikian, laju erosi pun dapat diperkecil.

Nilai erosi dapat ditentukan dengan metode USLE (Universal Soil Loss Equation) oleh Wischmeier dan Smith, 1976 & 1978, sebagai berikut :

A = R K L S C P

A = Besar kehilangan tanah (ton/ha/th)

R = Faktor erosifitas hujan (mm/th)

K = Faktor erodibilitas tanah (range 0-1)

L = Faktor panjang Lereng (m)

S = Faktor kelerengan (%/o)

C = Faktor penutupan vegetasi (range 0-1)

P = Faktor pengelolaan tanah

Jika dilihat dari rumus di atas, faktor penutupan vegetasi berbanding lurus dengan besar kehilangan tanah. Semakin luas permukaan tanah yang tidak tertutup oleh vegetasi, maka semakin besar kehilangan tanahnya. Sehingga dengan adanya sistem agroforestri yang memanfaatkan lahan dengan pentupan vegetasi optimal, akan memperkecil kehilangan tanah. Akan tetapi, faktor pengelolaan tanah juga sebanding dengan besar kehilangan tanah. Sehingga pengelolaan tanah yang kurang tepat akan memperbesar kehilangan tanah.

Pada sistem agroforestri, pengelolaan tanah sebelum penanaman dan saat pemanenan adalah tahap yang rentan terhadap hilangnya bagian tanah (erosi). Pada tahap ini, penutupan lahan belum optimal, sehingga diperlukan cover crops untuk melindungi tanah dari erosi. Cover crops tersebut dapat berupa tanaman leguminosea yang cepat tumbuh maupun rerumputan.

Selain sistem agroforestri dapat mengkonservasi tanah, agroforestri juga dapat mengkonservasi air. Vegetasi yang menutupi tegakan akan menyimpan air  hujan dan menahan air limpasan yang turun ke dalam tanah melalui proses infiltrasi. Seperti yang diungkapkan oleh Murdiyarso dan Kurnianto 2007, banjir akan bisa menjadi lebih besar jika penyimpan air (water saving) tidak  bisa menahan air limpasan. Hal ini bisa terjadi ketika hutan yang berfungsi sebagai daya simpan air tidak mampu lagi menjalankan fungsinya. Hutan dapat mengatur fluktuasi aliran sungai karena peranannya dalam mengatur limpasan dan infiltrasi. Strata pohon yang ada pada sistem agroforestri menyerupai strata yang ada pada hutan, sehingga lahan tetap mampu menyimpan air oleh vegetasi yang ada.

Pohon memberikan pengaruh positif terhadap kesuburan tanah, antara lain melalui: (a) peningkatan masukan bahan organik (b) peningkatan ketersediaan N dalam tanah bila pohon yang ditanam dari keluarga leguminose, (c) mengurangi kehilangan bahan organik tanah dan hara melalui perannya dalam mengurangi erosi, limpasan permukaan dan pencucian, (d) memperbaiki sifat fisik tanah seperti perbaikan struktur tanah, kemampuan menyimpan air  (water holding capacity), (e) dan perbaikan kehidupan biota.

Beberapa proses yang terlibat dalam perbaikan kesuburan tanah oleh pohon dalam sistem agroforestri sebagai berikut:

  1. Mengurangi erosi tanah.
  2. Mempertahankan kandungan bahan organik tanah
  3. Memperbaiki dan mempertahankan sifat fisik tanah (lebih baik dibanding tanaman semusim).
  4. Menambah jumlah kandungan N tanah melalui fiksasi N dari udara oleh tanaman legume
  5. Sebagai jaring penyelamat hara yang tercuci di lapisan tanah bawah, dan menciptakan daur ulang ke lapisan tanah atas melalui mineralisasi seresah yang jatuh di permukaan tanah.
  6. Membentuk kurang lebih sistem ekologi yang tertutup (yaitu menahan semua, atau hampir semua, atau sebagian besar unsur hara di dalam sistem)
  7. Mengurangi kemasaman tanah (melalui pelepasan kation dari hasil mineralisasi seresah)
  8. Mereklamasi tanah yang terdegradasi
  9. Memperbaiki kesuburan tanah lewat masukan biomass dari sistem perakaran pohon dan kontribusi dari bagian atas pohon
  10. Memperbaiki aktivitas biologi tanah dan mineralisasi N lewat naungan pohon
  11. Memperbaiki asosiasi mikoriza lewat interaksi tanaman dan pohon
  12. Lewat interaksi biofisik
    • Memperbaiki penyerapan hujan, cahaya dan nutrisi mineral, sehingga meningkatkan produksi
    • Biomass.
    • Memperbaiki efisiensi penyerapan hujan, cahaya dan nutrisi mineral yang dipakai. Terhindar dari penyebaran dan kerusakan yang disebabkan oleh serangan hama dan penyakit
  13. Keuntungan lingkungan yang lain dari pohon atau semak
    • Meningkatkan fiksasi N pohon legume melalui peningkatan jumlah bintil akar bila akar pohon legume tersebut tumbuh berdekatan atau kontak langsung dengan akar tanaman bukan pemfiksasi N (mungkin dikarenakan adanya perpindahan langsung dari unsur N atau rendahnya ketersediaan N  dalam tanah yang meningkatkan efektifitas bintil akar).
    • Tajuk pohon dapat melindungi tanah dari bahaya erosi
    • Pepohonan memberikan peneduh bagi tanaman yang membutuhkan naungan (misalnya kopi) dan menekan populasi rerumputan yang tumbuh dibawahnya.

B. Penyebab Alih-Guna Lahan Hutan

Penyebab terjadinya alih-guna lahan hutan sangat beragam, tetapi salah satunya adalah alasan ekonomi. Beberapa ahli menyimpulkan dari sekian banyak faktor yang mendorong terjadinya alih-guna lahan hutan, ada dua hal yang dianggap menjadi pemicu utama, yaitu:

1. Tekanan penduduk dan faktor-faktor pendorongnya

Pada level petani kecil penebangan kayu atau hutan merupakan salah satu cara untuk mencukupi kebutuhan pangan dan kebutuhan dasar lainnya.

Peningkatan jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap alih-guna lahan.
Fakta-fakta menunjukkan bahwa kejadian ini dipicu adanya kebutuhan kayu untuk diperdagangkan dan penebangan hutan secara komersial.

Faktor-faktor lain yang mendorong antara lain kebutuhan lahan untuk peternakan (Brasil), adanya program pemukiman penduduk (transmigrasi di Indonesia dan kolonisasi di Amazon, Brasil), kegiatan pertambangan, pembangunan industri, pembangunan pembangkit listrik tenaga air, dsb.

Pembangunan jalan oleh perusahaan penebangan hutan memudahkan masyarakat sekitar hutan masuk ke dalam hutan untuk melakukan penebangan ikutan. Di Afrika, 75% dari alih-guna lahan oleh petani kecil adalah akibat terbukanya hutan setelah ada akses jalan masuk ke dalam.

2. Tekanan hutang luar negeri

Persaingan ekonomi global menekan negara-negara miskin yang memerlukan dana besar untuk pembangunan dan pembayaran hutang. Pada level nasional, pemerintah menjual hak/konsesi menebang hutan agar memperoleh dana untuk membiayai berbagai kebutuhan seperti pembiayaan proyek-proyek, pembayaran hutang, mengembangkan industri, dsb. Pemegang konsesi itulah yang kemudian melakukan penebangan kayu dan hutan secara besar-besaran tanpa diikuti oleh proses pemulihan secukupnya.

Penebangan komersial ini jelas mengakibatkan alih-guna lahan yang cepat dalam skala yang sangat luas. Adanya pasar bagi perdagangan kayu di satu sisi dan tekanan ekonomi di sisi lainnya sulit menghentikan proses penebangan hutan di berbagai kawasan dunia ini.

C. Hutan dan Fungsi Hutan

Setiap macam penggunaan lahan memiliki fungsi dan peran yang berbeda-beda. Demikian pula hutan memiliki berbagai fungsi biofisik, ekonomi dan sosial. Orang melakukan perubahan penggunaan (alih-guna) lahan untuk mendapatkan manfaat atau fungsi sesuai dengan yang dikehendakinya.

Namun, seringkali yang dipentingkan hanya salah satu fungsi saja sementara fungsi-fungsi lainnya diabaikan. Jika hutan dialih-gunakan maka fungsi-fungsi yang dimilikinya juga akan berubah. Aneka ragam fungsi produksi dan jasa lingkungan dari hutan klimaks tercapai setelah melalui proses yang memakan waktu puluhan bahkan ratusan tahun. Gangguan terhadap komponen hutan berakibat pada perubahan aneka fungsi tersebut dan akhirnya mengakibatkan kerusakan atau degradasi lahan dan sumber daya alam. Oleh karena itu manfaat yang diperoleh dari alih-guna lahan seringkali bersifat sementara atau tidak berkelanjutan.

Hutan merupakan sistem penggunaan lahan yang ‘tertutup’ dan tidak ada campur tangan manusia. Masuknya kepentingan manusia secara terbatas misalnya pengambilan hasil hutan untuk subsisten tidak mengganggu hutan dan fungsi hutan. Tekanan penduduk dan ekonomi yang semakin besar mengakibatkan pengambilan hasil hutan semakin intensif (misalnya penebangan kayu) dan bahkan penebangan hutan untuk penggunaan yang lain misalnya perladangan, pertanian atau perkebunan. Gangguan terhadap hutan semakin besar sehingga fungsi hutan juga berubah.

Beberapa fungsi dan manfaat hutan bagi manusia dan kehidupan lainnya adalah:

  1. Penghasil kayu bangunan (timber)
  2. Sumber Hasil Hutan Non-kayu (Non Timber Forest Product = NTFP)
  3. Cadangan kabon (C)
  4. Habitat bagi fauna
  5. Filter
  6. Sumber tambang dan mineral berharga lainnya
  7. Lahan
  8. Hiburan

D. Konservasi dan Pentingnya Konservasi

Konservasi adalah upaya-upaya pelestarian lingkungan akan tetapi tetap memperhatikan manfaat yang bisa didapatkan pada saat itu dengan cara tetap mempertahankan keberadaan setiap komponen-konponen lingkungan untuk pemanfaatan di masa yang akan datang.

Jika secara harfiah konservasi berasal dari bahasa Inggris yaitu dari kata “Conservation” yang berati pelestarian atau perlindungan. Atau konservasi adalah suatu upaya yang dilakukan oleh manusia untuk dapat melestarikan alam, konservasi bisa juga disebut dengan pelestarian ataupun perlindungan.

1.      Adapun beberapa tujuan konservasi, yang diantaranya sebagai berikut ini:

a)      Yang pertama, untuk memelihara maupun melindungi tempat-tempat yang dianggap berharga supaya tidak hancur, berubah atau punah.

b)      Yang kedua, untuk menekankan kembali pada pemakaian bangunan lama supaya tidak terlantar, disini maksudnya apakah dengan cara menghidupkan kembali fungsi yang sebelumnya dari bangunan tersebut atau mengganti fungsi lama dengan fungsi baru yang memang diperlukan.

c)      Yang ketiga, untuk melindungi benda-benda sejarah atau benda jaman purbakala dari kehancuran atau kerusakan yang diakibatkan oleh faktor alam, mikro organisme dan kimiawi.

d)     Yang keempat, untuk melindungi benda-benda cagar alam yang dilakukan secara langsung yaitu dengan cara membersihkan, memelihara dan memperbaiki baik itu secara fisik maupun secara langsung dari pengarauh berbagai macam faktor, misalnya seperti faktor lingkungan yang bisa merusak benda-benda tersebut.

2.      Manfaat dari kawasan konservasi terhadap ekosistem, yang diantaranya sebagai berikut ini:

a)      Untuk melindungi kekayaan ekosistem alam dan memelihara proses – proses ekologi maupun keseimbangan ekosistem secara berkelanjutan.

b)      Untuk melindungi spesies flora dan fauna yang langka atau hampir punah.

c)      Untuk melindungi ekosistem yang indah, menarik dan juga unik.

d)     Untuk melindungi ekosistem dari kerusakan yang disebabkan oleh faktor alam, mikro organisme dan lain-lain.

e)      Untuk menjaga kualitas lingkungan supaya tetap terjaga, dan lain sebagainya.

3.      Jika dari segi ekonomi:

a)      Unutk mencegah kerugian yang diakibatkan oleh sistem penyangga kehidupan misalnya kerusakan pada hutan lindung, daerah aliran sungai dan lain-lain. Kerusakan pada lingkungan akan menimbulkan bencana dan otomatis akan mengakibatkan kerugian.

b)      Untuk mencegah kerugian yang diakibatkan hilangnya sumber genetika yang terkandung pada flora yang mengembangkan bahan pangan dan bahan untuk obat-obatan.

E.     Keterkaitan Sistem Agroforestri Untuk Konservasi Lahan Hutan

Alih-guna lahan dari hutan menjadi pertanian mengakibatkan timbulnya aneka dampak baik dampak positif maupun dampak negatif. Sebagai salah satu sistem penggunaan lahan alternatif, agroforestri memberikan tawaran yang cukup menjanjikan bagi pemulihan fungsi hutan yang hilang setelah dialihgunakan. Namun perlu dipahami bahwa tidak semua fungsi yang hilang itu dapat dipulihkan melalui penerapan agroforestri. Demikian pula tidak semua sistem agroforestri dapat menghasilkan fungsi yang sama (baik macam maupun kualitasnya).

Bahkan penerapan sistem agroforestri mungkin mengakibatkan dampak yang negatif. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan dan alat untuk mengevaluasi fungsi sistem agroforestri, baik pada skala mikro, maupun skala meso sampai skala makro yang akan dibahas dalam bab ini. Dengan memahami mekanisme timbulnya dampak positif dan negatif pada penerapan sistem agroforestri, maka dapat diupayakan untuk meminimalkan dampak negatif sehingga penerapan agroforestri memberikan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi pendapatan petani maupun jasa lingkungan.

Salah satu fungsi agroforestri pada level bentang lahan (skala meso) yang sudah terbukti diberbagai tempat adalah kemampuannya untuk menjaga dan mempertahankan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan, khususnya terhadap kesesuaian lahan. Beberapa dampak positif sistem agroforestri pada skala meso ini antara lain: (a) memelihara sifat fisik dan kesuburan tanah, (b) mempertahankan fungsi hidrologi kawasan, (c) mempertahankan cadangan karbon, (d) mengurangi emisi gas rumah kaca, dan (e) mempertahankan keanekaragaman hayati. Fungsi agroforestri itu dapat diharapkan karena adanya komposisi dan susunan spesies tanaman dan pepohonan yang ada dalam satu bidang lahan.

Bab IV. Penutup

Kesimpulan

Sistem agroforestri sangat berperan dalam konservasi tanah dan air. Hal ini karena strata tajuknya yang heterogen dibanding dengan hutan tanaman monokultur. Dengan demikian sistem agroforestri bisa membantu untuk mencegah kerusakan lingkungan akibat erosi dan pencucian hara.

Secara umum agroforestri berfungsi protektif dan produktif. Melihat komposisinya yang beragam, maka agroforestri memiliki fungsi dan peran yang lebih dekat kepada hutan dibandingkan dengan pertanian, perkebunan, lahan kosong atau terlantar. Sampai batas tertentu agroforestri memiliki beberapa fungsi dan peran yang menyerupai hutan lindung baik dalam aspek biofisik, lingkungan, sosial maupun ekonomi. Agroforestri merupakan salah satu sistem penggunaan lahan yang diyakini oleh banyak orang dapat mempertahankan hasil pertanian secara berkelanjutan. Klasifikasi agroforestri berdasarkan komponen penyusunnya yaitu: Agrisivikultur, Silvopastura, dan Agrosilvopastura.

Makalah Model Pembelajaran Inquiry

Model Pembelajaran Inkuiri Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Perkembangan zaman menuntut berbagai kemajuan di semua bidang. Oleh karena itu, bidang pendidikan pun harus...
Ahmad Dahlan
45 min read

Makalah Model Pembelajaran Konsiderasi

Model Pembelajaran Konsiderasi Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Pendidikan dalam arti luas dapat mencakup seluruh proses kehidupan dan segala bentuk interaksi individu dengan...
Ahmad Dahlan
30 min read

Makalah Hasil Belajar dan Materi Ajar

Hasil Belajar dan Materi Ajar Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah penting yang sering dihadapi oleh guru dalam kegiatan pembelajaran adalah hasil belajar yang tidak...
Ahmad Dahlan
13 min read

Leave a Reply