Makalah Konsep dan Sistem Kepercayaan

Konsep dan Sistem Kepercayaan

Bab I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Berbicara tentang agama dan keperercayaan dan begitu pula sebaliknya, terkadang sulit untuk membedakan mana agama dan mana kepercayaan. Keduanya berlangsung sudah cukup lama dalam kehidupan manusia. Bahkan sejak sejarah manusia dimulai, disaat itu muncul suatu kepercayaan terhadap suatu objek yang dianggap suci, kesulitan membedakan antara agama dan kepercayaan sebenarnya terletak pada ajaran-ajarannya yang memiliki kesamaan. Kadang-kadang agama sulit dibedakan dengan kepercayaan, karena sering ditemukan ajaran sebuah kepercayaan terdapat dalam sebuah agama dan praktek atau sebuah agama terdapat pula dalam konsep kepercayaan.Karena pembahasan tentang agama dan kepercayaan cukup banyak menarik minat para peneliti, maka saat ini kami akan melihat dan mengkaji bagaimana agama dan kepercayaan tersebut bisa melekat pada individu dan masyarakat. Bahkan masyarakat modern dan sekuler saat ini, agama atau kepercayaan masih tetap dipegang dan diamalkan secara langgeng dan kontiniu. Melihat semua itu dari kajian sosial adalah hal yang menarik karena di zaman global ini, muncul paradigma-paradigma baru tentang agama dan kepercayaan dalam masyarakat. Disaat manusia telah disibukkan dengan suatu hal yang bersifat keduniawian dan materi, maka timbul kerinduan dan kebutuhan terhadap sesuatu yang dianggap suci dan di yakini sebagai realitas mutlak yang dapat membantu manusia untuk dapat mewujudkan cita-citanya dan kembali sadar akan arti hidup yang sebenarnya. Sehingga nantinya agama dan kepercayaan akan terbentuk dalam sistem dan tatanan yang berlaku serta mengikat pada sebuah masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut:

  1. Apa itu agama dan kepercayaan?
  2. Bagaimana sistem kepercayaan masyarakat indonesia?
  3. Bagaimana sejarah animisme dan dinamisme?

C. Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:

  1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah ISBD.
  2. Untuk menambah wawasan atau pengetahuan tentang sistem kepercayaan.
  3. Untuk memberikan gambaran tentang sistem kepercayaan yang pernah ada di masyarakat Indonesia.

Bab II. Pembahasan

A. Agama dan Kepercayaan

Banyak sekali defenisi agama. Orang yang memiliki keyakinan agama yang berbeda akan mengartikan agama menurut versi agamanya masing-masing, misalnya penganut agama Islam akan Berbeda dengan penganut agama Hindu, atau yang lainnya ketika mendefenisikan agama. begitu juga dengan orang yang berbeda dalam latar belakang dan tingkat keilmuannya atau berbeda disiplin ilmunya, akan mengartikan agama sesuai dengan kapasitas keilmuannya. Orang sejarah akan berbeda mendefenisikan agama dengan orang yang berlatar belakang orang pendidikan, dan lain sebagainya.Namun dari semua perbedaan diatas, dapat diambil sebuah titik simpul yang dapat menselaraskan semua defenisi-defenisi manusia tentang agama, bahwa agama merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang mempunyai kecenderungan untuk tunduk dan patuh terhadap tuhan dalam kehidupannya. Berikut ini akan dikemukakan beberapa defenisi tentang agama :

1. Agama adalah gejala yang begitu sering terdapat dimana-mana.Agama berkaitan dengan usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna dari keberadaannya sendiri dan keberadaan alam semesta. Menurutnya agama dapat membangkitkan kebahagiaan batin yang paling sempurna, dan juga perasaan takut dan ngeri, meskipun agama tertuju sepenuhnya kepada suatu dunia yang tidak dapat dilihat (akhirat) namun agama juga melibatkan dirinya pada masalah-masalah sehari-hari di dunia ini.
v  agama merupakan sumber gambaran-gambaran tentang dunia ini yang seharusnya; gambaran-gambaran yang berulang kali dapat ditafsirkan kembali untuk mengevaluasi pola-pola sosial yang baru malahan tak terduga. Kelanggengan agama berkaitan dengan kemampuannya untuk terus menerus menyesuaikan gambaran-gambaran taraf tertingginya terhadap situasi-situasi serta bentuk-bentuk kritik baru.

Suatu agama secara generik dapat dapat didefenisikan sebagai sebuah sistem simbol (misalnya kata-kata dan isyarat, cerita dan praktek, benda dan tempat) yang berfungsi agamis, yaitu suatu yang terus menerus dipakai partisipan untuk mendekat dan menjalin hubungan yang benar atau tepat dengan sesuatu yang diyakini sebagai realitas mutlak.

Dari defenisi diatas jelas terlihat bahwa agama mempunyai pengertian yang cukup luas dan menyangkut berbagai aspek dalam kehidupan, berbagai defenisi diatas merupakan sebagian kecil dari begitu banyak defenisi tentang agama.Nottingham menyatakan bahwa tidak ada defenisi agama yang benar-benar memuaskan.Karena satu hal, agama dalam keaneka ragamannya hampir tidak dapat dibayangkan itu, memerlukan deskripsi (penggambaran) dan bukan defenisi (batasan).

Selanjutnya timbul pertanyaan, bagaimana dengan kepercayaan? Apakah kepercayaan itu sama dengan agama, kalau berbeda, manakah yang duluan muncul? Kepercayaan ataukah agama? Mengapa agama dan kepercayaan dapat timbul dalam kehidupan manusia? pertanyaan yang bermacam-macam ini tentunya tidak mudah dijawab karena memerlukan berbagai macam jawaban juga. Munculnya agama dan kepercayaan menurut mustopo bahwa : Setiap orang merasa lemah menghadapi masalah-masalah tertentu, untuk itu dia membutuhkan kekuatan baru. Kekuatan baru itu tidak muncul dari dirinya. Muncullah harapan yang bermuara pada kepercayaan.Dengan demikian agama dan kepercayaan adalah kebutuhan-kebutuhan mendasar setiap orang.
Rudolf Otto, Ahli sejarah agama berkebangsaan Jerman yang menulis buku penting The Idea of Holy pada tahun 1917 percaya bahwa rasa tentang suatu yang gaib ini (numinous) adalah dasar-dasar dari agama : perasaan itu mendahului setiap hasrat untuk menjelaskan asal-usul dunia atau menemukan landasan bagi perilaku beretika : Kekuatan gaib dirasakan oleh manusia dengan cara yang berbeda-beda. Terkadang ia menginspirasikan kegirangan liar dan memabukkan, terkadang ketenteraman mendalam, terkadang orang merasa kecut, kagum dan hina dihadapan kehadiran kekuatan misterius yang melekat dalam setiap aspek kehidupan.
Terlihat disini bahwa manusia sebenarnya makhluk yang lemah, penakut dan bahkan cenderung membutuhkan sesuatu yang lebih kuat dari dirinya.Dengan keadaan demikian muncullah suatu keyakinan-keyakinan atau kepercayaan dengan sesuatu yang dianggap misterius dan diyakini jauh lebih kuat dan hebat dari manusia. Untuk mewujudkan keyakinan dan ketundukan manusia tersebut, timbullah suatu kegiatan-kegiatan atau upacara-upacara yang berbentuk pemujaan (cult) dan ibadat. Semua ibadat itu dilakukan manusia dalam bentuk-bentuk yang beragam sesuai dengan kepercayaannya.

Dalam mengamati kegiatan-kegiatan agama atau upacara-upacara dalam suatu kepercayaan, maka Kontjaraningrat mengatakan: pabah-pabah khususnya dalam ilmu gaib pada lahirnya sering tampak sama dengan sistem religius, baik bacaannya, tempat upacaranya, pemimpinnya dan waktunya, jadi agak sukar membatasi agama dan kepercayaan. Sedikit perbedaannya adalah pada saat melakukan keagamaan, manusia secara sadar menyerahkan diri kepada tuhannya. Sedangkan dalam kepercayaan, sering dilakukan secara tidak sadar.

Sementara itu Nottingham tidak menganggap bahwa kepercayaan itu berbeda dengan agama, jadi ada kepercayaan-kepercayaan yang terdiri dari syahadat-syahadat dan mitos-mitos (dongeng-dongeng) dan pengamalan-pengamalan (ibadat) yang terdiri dari upacara-upacara keagamaan dan peribadatan.Pernyataan ini sepertinya dapat memberikan gambaran bahwa dalam agama ada kepercayaan dan sebaliknya dalam konsep kepercayaan itu ada agama.Tetapi agama itu muncul berawal dari kepercayaan-kepercayaan terhadap sesuatu yang dianggap suci dan sakral.Disini kemudian kepercayaan-kepercayaan tersebut menjadi terorganisir dengan munculnya agama.

Setelah muncul dan berkembangnya agama, maka untuk mempertahankan eksistensinya. Selanjutnya agama mewujudkan suatu pelembagaan yang terdiri dari :

pemujaan (Cult) Yaitu hubungan yang dilakukakan dengan objek suci, baik secara sadar atau tidak sadar. Pola-pola kepercayaan yang berkaitan dengan tingkat keyakinan atau tingkat intelektual Rasionalisasi pola-pola kepercayaan, rasionalisasi ini membawa kepada pemahaman yang mendalam bagi penganut suatu agama.
Tampilnya organisasi keagamaan, diantaranya gereja, sekte-sekte dan lain sebagainya.
Dengan berkembangnya kebudayaan dan peradaban manusia, kepercayaan berkembang dan berevolusi sesuai dengan tingkat perkembangan manusia.Semakin rasional manusia, kepercayaan yang dimilikinya semakin tipis.Disini, kepercayaan selanjutnya digantikan oleh agama.Dalam memilih agama terkadang manusia semakin selektif karena agama yang timbul dari kepercayaan-kepercayaan tadi ternyata memberikan gambaran-gambaran yang berbeda, sehingga manusia dituntut untuk benar-benar memilih agama yang sesuai dengan kepercayaannya.

B. Sistem Kepercayaan Masyarakat di Indonesia

Terdapat dua pandangan utama mengenai sistem kepercayaan atau religi masyarakat secara umum yaitu:

  1. Religi merupakan salah satu hasil perkembangan kebudayaan manusia.
    Religi mulai muncul ketika manusia purba mulai hidup dengan tidak sekedar memenuhi kebutuhan mempertahankan hidupnya. Perkembangan religi dimulai ketika manusia mulai dapat menemukan perbedaan antara hal-hal yang hidup dan hal-hal yang mati.Satu organisme dikatakan hidup ketika dapat bergerak, sedangkan satu organisme dikatakan mati ketika tidak bergerak.Dari perbedaan tersebut kemudian manusia purba mulai sadar atas keberadaan suatu kekuataan yang menggerakan tersebut yaitu jiwa.Jiwa dianggap sebagai penggerak kehidupan manusia.

Kepercayaan akan adanya jiwa penggerak inilah bentuk kepercayaan manusia tertua yang kemudian mengalami perubahan perlahan hingga akhirnya membentuk religi atau kepercayaan mutakhir yaitu monoisme. Pada perkembangan mutakhir seiring dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan, kepercayaan bahwa penggerak kehidupan adalah jiwa mulai meluntur karena manusia mulai menemukan penjelasan-penjelasan dari ketidaktahuannya tentang penyebab gerak manusia adalah hukum-hukum alam. Dengan demikian, dalam padangan yang pertama ini religi atau kepercayaan akan mulai luntur atau menghilang seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk memperdalam mengenai pandangan ini berikut adalah bentuk-bentuk perkembangan kepercayaan yang dimulai dari kepercayaan purba hingga mutakhir

A)      Kepercayaan pada roh nenek moyang

Kepercayaan pada roh nenek moyang adalah bentuk kepercayaan masyarakat Indonesia tertua.Kepercayaan ini diduga mulai muncul ketika masyarakat Indonesia masih mengandalkan kehidupan berburu, mengumpulkan serta meramu makanan.Pada masa berburu dan meramu makanan masyarakat Indonesia hidup secara nomaden di gua-gua atau di tempat-tempat yang memberikan keamanan dari serangan binatang buas atau gejala-gejala alam seperti gunung meletus ataupun hujan.  Di gua-gua tempat tinggal manusia purba ditemukan peninggalan-peninggalan yang dapat ditafsirkan bahwa pada masa berburu dan mengumpulan makanan masyarakat Indonesia sudah mengenal kepercayaan primitif seperti tulang belulang yang dikuburkan, gambar-gambar pada dinding gua dan sebagainya.

Kepercayaan pada roh nenek moyang diawali ketika manusia mulai menemukan perbedaan-perbedaan antara benda hidup dan benda mati.Benda hidup dapat berberak karena digerakan oleh jiwa, sedangkan benda mati tidak bergerak karena tidak memiliki jiwa atau roh.

Kepercayaan akan adanya jiwa ini juga diduga berasal dari fenomena mimpi ketika manusia tertidur. Ketika bermimpi manusia melihat dirinya berada di tempat lain sedangkan tubuh jasmaninya tetap berada di tempat tidur. Bagian yang berada di tempat lain itulah jiwa. Kepercayaan ini kemudian berkembang menjadi kepercayaan bahwa jiwa dapat terus hidup tanpa adanya jasmani.Saat manusia meninggal barulah dipercaya bahwa jiwa telah benar-benar lepas dari jasmaninya.Jiwa yang telah benar-benar lepas dari dari jasmaninya dapat berbuat sekehendaknya.Alam semesta dipenuhi oleh jiwa-jiwa itu, dan jiwa-jiwa tersebut disebut roh.

Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan masyarakat Indonesia dipimpin oleh kepala suku yang dipilih menurut sistem primus interpares. Kepala suku dipilih karena memiliki keunggulan-keunggulan tertentu dibandingkan individu-individu lainnya, misalkan ahli berburu dan kuat dalam melindungi kelompoknya. Ketika pemimpin tersebut wafat maka anggota-anggota masyarakatnya percaya bahwa walaupun sosok pemimpin tersebut telah mati, roh menggerakan pemimpin suku tersebut akan terus ada dan tetap melindungi kelompoknya. Oleh karenanya roh atau jiwa pemimpin tersebut tetap dihormati dan dipuja-puja.

Ketika masyarakat Indonesia memasuki periode megalitikum bentuk-bentuk pemujaan terhadap roh nenek moyang diwujudkan dengan bangunan-bangunan khas zamannya yaitu menhir ataupun punden berundak-undak.

B) Animisme

Animisme adalah kelanjutan perubahan secara perlahan (evolusi) dari kepercayaan kepada roh nenek moyang.Kepercayaan ini berasal dari perkembangan berfikir manusia purba dalam memahami sebab-musabab gejala-gejala alam yang terjadi di sekitarnya seiring dengan perkembangan daya berfikir manusia purba dalam memikirkan asal usul gejala-gejala alam seperti hujan, panas, gunung meletus, gempa bumi, tumbuh-tumbuhan, angin dan lain sebagainya. Ketika dihadapkan dengan fenomena alam yang terjadi seperti api yang membakar, air sungai yang mengalir, bencana gunung meletus manusia memerlukan pemercahan masalah alam tersebut dengan mencari sebab-sebab fenomena alam tersebut. Akhirnya, dikarenakan perkembangan berfikir yang belum berkembang dengan baik maka kemudian manusia purba menganggap bahwa penyebab fenomena-fenomena alam tersebut adalah roh.

Roh yang dianggap mengatur fenomena-fenomena alam dan juga alam semesta karena bentuknya yang tidak kasatmata atau tidak dapat ditangkap oleh panca indera dapat berbuat apa saja yang tidak dapat dilakukan manusia. Agar manusia purba dapat terus beraktivitas keseharian dengan penuh ketenangan, kelancaran dan sesuai harapan maka roh-roh tersebut perlu dihormati atau disembah.Penghormatan dan penyembahan manusia purba atas roh-roh pengatur alam semesta tersebut dilakukan dengan melakukan pembacaan doa-doa, pemberian sesaji, ataupun korban.
Pada masa sekarang animisme masih sangat melekat dalam kehidupan sebagian masyarakat Indonesia, baik di kota maupun di desa. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan manusia Indonesia sekarang dalam memahami fenomena alam secara rasional-ilmiah.Kepercayaan-kepercayaan terebut akhirnya masih bertahan ditengah-tengah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.

Diantara kepercayaan animisme yang masih berkembang pada masyarakat Indonesia diantara kepercayaan pada makhluk gaib bernama Nyi Roro Kidul yang merupakan penguasa laut selatan Jawa.Untuk menghormati kekuasaannya masyarakat Pangandaran dan Pelabuhan Ratu misalnya mengadakan upacara sedekah laut. Selain menghormati Nyi Roro Kidul, sedekah laut laut juga dilakukan agar para nelayan yang melaut disekitar tempat tersebut  diberikan keselamatan dan perbaikan penghasilan.

C)      Dinamisme

Istilah dinamisme berasal dari kata dinamo artinya kekuatan. Dinamisme adalah paham/kepercayaan bahwa pada benda-benda tertentu baik benda hidup atau mati bahkan juga benda-benda ciptaan (seperti tombak dan keris) mempunyai kekuatan gaib dan dianggap bersifat suci. Benda suci itu mempunyai sifat yang luar biasa (karena kebaikan atau keburukannya) sehingga dapat memancarkan pengaruh baik atau buruk kepada manusia dan dunia sekitarnya. Bagi manusia yang  memiliki suatu benda yang diyakini berkekuataan gaib dan dianggap suci ini akan dapat dianggap memiliki keunggulan ataupun keburukan tertentu. Dengan demikian, dinamisme dapat dikatakan lahir dari kesadaran akan kelemahan manusia yang kemudian membutuhkan objek lainnya untuk menguatkannya.
Benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan gaib dan dianggap suci ini disebut  fetisyen yang berarti benda sihir. Benda-benda yang dinggap suci ini, misalnya pusaka, lambang kerajaan, tombak, keris, gamelan, cincin, kalung dan sebagainya akan membawa pengaruh baik bagi masyarakat; misalnya suburnya tanah, hilangnya wabah penyakit, menolak malapetaka, dan sebagainya. Antara  fetisyen dan jimat tidak terdapat perbedaan yang tegas. Keduanya dapat berpengaruh baik dan buruk tergantung kepada siapa pengaruh itu hendak ditujukan.
Bagi anggota masyarakat yang masih menganut dinamisme sebuah keris tertentu bisa jadi dapat dianggap memiliki suatu kekuatan gaib seperti membuat lawan jenis tertarik atau jatuh cinta kepada pemilik keris, membuat si pemilih keris dapat menghilang atau tidak terlihat, memberikan usaha yang lancar dan sebagainya. Pada umumnya keris-keris fetisyen in memerlukan perawatan yang lebih dibandingkan keris-keris biasa lainnya seperti secara berkala dalam waktu-waktu tertentu keris tersebut perlu dimandikan dan diberikan sajen.

D)      Monoisme
Telah disampaikan pada bagian sebelumnya bahwa dalam pandangan evolusinis agama adalah bagian dari hasil kreativitas manusia, dengan demikian agama adalah bagian dari kebudayaan.Agama dimulai dari yang paling sederhana yaitu kepercayaan pada roh nenek moyang, animisme, dinamisme, politeismedan terakhir monoisme atau monoteisme.
Monoisme dipercaya sebagai perkembangan sistem kepercayaan terakhir dalam skema kelanjutan perubahan secara perlahan dan terus-menerus dari yang sederhana hingga yang kompleks.Sebelum lahirnya monoisme masyarakat sudah mengenal animisme yang menyatakan bahwa roh adalah penggerak atau faktor penyebab tidak kasat mata yang menyebabkan berbagai fenomena alam.Lambat laun roh tesebut dianggap memiliki kemiripn seperti manusia yaitu seperi memiliki suatu kepribadian dengan kemauan dan pikiran.Roh-roh tersebut kemudian dikenal sebagai dewa-dewa alam.Seiring dengan ulai munculnya sistem pemerintahan (seperti kerajaan) kemudian roh-roh yang sudah dipersonifikasikan sebagai dewa juga hidup dalam susunan kenegaraan.Dengan demikian mulai munculan kepangkatan dewa-dewa, mulai raja dewa atau dewa tertinggi, hingga dewa-dewa lainnya yang lebih redah pangkatnya seperti dewa perang, dewa angin, dewa bumi dan sebagainya.Munculnya dewa-dewa alam inilah yang kemudian disebut politeisme.
Pada perkembangan kecanggihan berfikir manusia selanjutnya manusia mulai beranggapan bahwa dewa-dewa yang bersusun secara hirarkis tersebut pada hakikatnya hanya merupakan penjelaan satu dewa saja, yaitu dewa tertinggi.Jika terdapat satu Dewa benar-benar maha sempurna maka mustahil dewa tersebut memerlukan dewa-dewa lainnya.Akibat dari keyakinan itu kemudian berkembang tentang adanya satu Tuhan atau Tuhan Yang Maha Esa dan mulai munculah kepercayaan-kepercayaan yang bersifat monoisme atau monoteisme sebagai tingkat terakhir dalam evolusi kepercayaan manusia.

2)   Religi merupakan sifat bawaan alami yang melekat pada diri manusia dan senantiasa mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku manusia.
Dengan demikian religi atau sistem kepercayaan dalam pandangan kedua ini sangat berbeda dengan padangan pertama yang memandang bahwa  religi adalah hasil budaya manusia. Pembawaan alami manusia ialah dikaruniakannya rasa ingin tahu yaitu dengan selalu mencari sebab musabab segala sesuatu.Dalam mencari sebab-sebab terjadinya sesuatu manusia tidak mustahil mengalami kekeliruan namun tidak berarti kekeliruan itu terus menerus dan menjauhkan manusia dari hakikat kebenaran.
Pencarian sebab-sebab seluruh fenomena dalam alam semesta pasti akan membawa manusia pada penyebab dari segala penyebab yang tidak membutuhkan penyebab atau sumber segala penyebab (prima causa).  Penyebab segala sesuatu pasti tidak sama seperti dengan akibat-akibat yang dihasilkannya dan pasti Maha Sempurna, Tunggal, Tidak Terbagi itulah Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam padangan kedua ini sistem kepercayaan awal yang dianut oleh manusia adalah monoisme.Pada perkembangannya monoisme atau monoteisme dianut oleh masyarakat-masyarakat kuno di berbagai belahan dunia kemudian mengalami perubaha secara perlahan-lahan menjadi politeisme, animisme, dinamisme ataupun kepercayaan pada roh nenek moyang. Perkembangan ini dapat dibuktikan dengan adanya dewa tertinggi dalam setiap peradaban manusia kuno, kemudian dewa tertinggi ini diinterpretasikan atau diungkapkan secara berbeda sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan manusia saat itu. Misalkan Dewa Marduk (dewa pencipta) dalam kepercayaan bangsa Sumeria pada saat yang berlainan digambarkan sebagai Dewa Anu (dewa langit), Dewa Enlil (Dewa Bumi), dan Dewa Ea (dewa air).
2.3 Sejarah Lahirnya Paham Animisme dan Dinamisme
Keberadaan paham atau aliran animisme dan dinamisme ini tidak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia.Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa Hindu dan Budha telah hadir lebih awal dalam peradaban nusantara.Masyarakat kita telah mengenal kedua agama budaya daripada agama Islam.Namun, sebelumnya ada periode khusus yang berbeda dengan zaman Hindu-Budha.Masa itu adalah masa pra-sejarah.Zaman ini disebut sebagai zaman yang belum mengenal tulisan.Pada saat itu, masyarakat sekitar hanya menggunakan bahasa isyarat sebagai alat komunikasi. Di zaman itulah, masyarakat belum mengenal agama. Mereka belum mengerti tentang baik dan buruk.Mereka juga belum mengerti tentang aturan hidup karena tidak ada kitab suci atau undang-undang yang menuntun kehidupan mereka.Tidak ada yang istimewa pada zaman ini kecuali kepercayaan primitif mereka tentang animisme dan dinamisme.Disebutkan oleh para sejarawan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari kawasan tengah benua Asia. Ada yang mengatakan bahwa mereka bersebelahan dengan masyarakat Tiongkok. Ada juga yang menyebut nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari kawasan selatan Mongol.Yang pasti, para sejarawan tersebut sepakat bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari kawasan Asia.                                               .
           Menurut sejarah, diceritakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia tersebut berpindah-pindah mengikuti aliran sungai di India.Sampai pada abad ke-40 SM, mereka pindah dan kemudian menetap di kawasan nusantara.Mereka tersebar di sepanjang pesisir pulau Sumaterera dan Jawa. Ada juga yang menempati daerah pedalaman Kalimantan dan Sulawesi. Penyebaran ini tidak terjadi dengan proses yang cepat. Pertumbuhan masyarakatnya pun tidak begitu pesat. Hal ini disebabkan karena sedikitnya alat transportasi untuk menghubungkan satu pulau dengan pulau yang lain. Ditambah dengan tidak adanya bahasa yang disepakati antara mereka sehingga menyulitkan mereka dalam berkomunikasi dengan pihak luar.
Nenek moyang bangsa Indonesia ini tidak hanya membawa barang-barang kuno sebagai perbekalan hidup mereka. Di samping itu, mereka juga membawa budaya, tradisi, ataupun kepercayaan yang sebelumnya telah mereka dapati dari bangsa lain di luar nusantara. Menurut sejarah, banyak terjalin interaksi di antara manusia saat itu. Mereka yang dulu mendiamai bumi nusantara telah menjalin interaksi dengan bangsa Tiongkok, Mongol, Aria, dan suku-suku di kawasan India. Dari interaksi inilah, nenek moyang Indonesia banyak mengadopsi pemikiran dan kepercayaan dari bangsa luar, seperti Cina dan India.                                  .
           Walaupun Hindu dan Budha belum menguasai bumi nusantara, banyak di antara mereka yang sudah melakukan proses ritual-ritual tertentu. Kepercayaan animisme dan dinamisme telah tumbuh dan berkembang pesat di sekitar lingkungan mereka.Dari kepercayaan inilah, mereka membangun sebuah masyarakat. Mereka mengangkat seorang kepala adat sebagai pemimpin. Baik pemimpin kemasyarakatan ataupun pemimpin dalam proses-proses ritual.
Kepercayaan animisme dan dinamisme itu didapat dari pengaruh bangsa lain yang telah menjalin interaksi dengan mereka. Ada yang mengatakan bahwa paham ini berasal dari ajaran Taonisme yang lahir di kawasan Tiongkok. Ada juga yang mengatakan bahwa ia lahir dari ajaran bangsa Aria. Yang pasti, saat itu masyarakat awal Indonesia sudah mengenal istilah dewa, roh jahat dan roh baik, dan kesaktian atau kekuatan luar biasa. Misalnya, mereka sudah percaya pada kekuatan matahari dan bulan atau disebut dengan kepercayaan pada Adityachandra.
Tidak hanya itu, masyarakat awal Indonesia juga sudah mengenal tentang bagaimana cara menghormati orang yang sudah mati. Kepercayaan bahwa manusia yang hidup masih bisa menjalin komunikasi dengan para leluhur mereka yang sudah mati. Untuk itulah, mereka melakukan ritual-ritual tertentu dalam rangka menghormati arwah para leluhur dan menjauhkan diri dari roh jahat. Setiap benda yang dianggap ajaib atau mengesankan, maka mereka akan menganggapnya sebagai benda yang memiliki kesaktian. Matahari dipercaya sebagai dewa, bulan diyakini sebagai dewi, langit dianggap sebagai kerajaan, bumi beserta segala isinya disebut sebagai pelindung atau pengawal manusia.                                   .
            Jika ditelusuri, kepercayaan semacam ini tidak hanya berkembang di Indonesia. Di Jepang atau Cina misalnya, masih banyak masyarakat setempat yang menganut paham animisme dan dinamisme.Begitupun dengan masyarakat India.Bahkan, sebagian masyarakat Eropa dan Asia Barat pun masih percaya pada animisme dan dinamisme.Warga Jepang masih menganut paham Shinto.Mereka sangat menghormati matahari.Masyarakat Cina menganut Konghucu, mereka menyembah para dewa langit dan bumi.Yang dan Ying disebut-sebut sebagai Tuhan. Di India, setiap binatang tertentu seperti sapi memiliki kekuatan. Sapi adalah binatang suci bagi masyarakat India, bahkan pemerintah setempat melarang penyembelihan sapi.
Di kawasan Jazirah Arab, sebagian masyarakat masih percaya pada kekuatan sungai Nil atau kesaktian padang Sahara. Fir’aun masih diyakini sebagi sosok yang masih memiliki kekuatan walaupun jasadnya telah rusak. Bahkan di Eropa, kepercayaan terhadap dewa-dewa Yunani atau roh-roh jahat seperti vampir dan zhombie, masih ramai diyakini oleh mereka. Dari semua penelusuran ini dapat disimpulkan bahwa lahirnya kepercayaan animisme dan dinamisme di Indonesia adalah berasal dari pengaruh bangsa lain.

2.4 Teori-Teori Animisme dan Dinamisme
Banyak para pemikir atau kalangan intelektual yang berbicara tentang teori-teori animisme dan dinamisme.Mereka menjadikan paham atau aliran ini sebagai bahan perbincangan dan penelitian sehingga animisme dan dinamisme mendapatkan perhatian di tingkat akademisi seperti perguruan tinggi.Walau tidak ada mata kuliah khusus yang menjadikan animisme dan dinamisme sebagai pembelajaran, namun pembahasan tentang hal ini marak dibicarakan.
v  Pemikiran Animisme
Sigmund Freud, psikolog sekuler, mengatakan bahwa Animisme menjelaskan konsep-konsep psikis teori tentang keberadaan spiritual secara umum. Animisme sebenarnya berasal dari wawasan bangsa-bangsa primitif yang luar biasa tentang alam semesta dan dunia.Bangsa-bangsa primitif menempati dunia bersama-sama dengan begitu banyak roh. Bangsa primitif ini mampu menjelaskan keterkaitan proses gerakan alam dengan gerakan roh-roh ini. Mereka juga memercayai bahwa manusia juga mengalami ’animasi’. Manusia memiliki jiwa yang bisa meninggalkan tempatnya dan memasuki makhluk lain. Karena itulah, manusia bisa menjelaskan mengenai mimpi, meditasi, atau alam bawah sadar. Animisme adalah suatu sistem pemikiran yang tidak hanya memberikan penjelasan atas suatu fenomena saja, tetapi memungkinkan manusia memahami keseluruhan dunia. Menurutfilosof lain seperti Tylor dan Comte, mereka menyebutkan bahwa animisme adalahtahap pertama pembentukan agama. Dalam istilah mereka, peradaban itu dimulaidengan adanya pemikiran animisme, kemudian berkembang menjadi agama.                                   .
         Dalam pandangan Tylor, manusia memiliki substansi yang sama yaitu keinginan untuk mengetahui keberadaan di sekitarnya. Manusia primitif berusaha memahami dan menjelaskan berbagai fenomena-fenomena yang aneh dan suara-suara yang dahsyat melalui pemikirannya.Tentunya, pengetahuan yang mereka maksudkan bukan sekedar menyaksikan suatu fenomena yang aneh atau mendengarkan suara yang dahsyat, tapi pengetahuan itu dihasilkan ketika hal tersebut menjadi pandangan.Misalnya, jika sekedar mendengar petir, maka hal ini tidak bisa disebut sebagai pengetahuan.Tapi, mendengar petir dan meyakininya sebagai murka dari dzat tertentu, maka hal inilah yang disebut sebagai pengetahuan.
Dari pengalaman-pengalaman yang manusia dapatkan seperti di antara hidup dan mati atau di antara tidur dan sadar, ia kemudian membedakan adanya dua hal yang berbeda; yaitu ruh dan badan atau jiwa dan materi. Kemudian ia meyakini bahwa manusia memiliki dua keberadaan yang bisa berpisah dan bersatu lagi. Badan dianggap hidup jika ruh berada bersamanya. Kapan saja ruh berpisah dari badannya maka badan tersebut tidak memiliki aktivitas sama sekali, ruh-lah yang merupakan sumber kehidupan dan aktivitas manusia.
          Keyakinan ini berlanjut menjadi khurafat atau takhayul. Kepercayaan bahwa ruh adalah sumber gerak manusia melahirkan pemikiran lain. Timbullah keyakinan bahwa ruh orang yang sudah meninggal bisa memasuki jasad manusia lain atau bahkan memasuki jasad binatang. Selain itu, lahir pula keyakinan bahwa ruh manusia bisa melakukan apapun terhadap manusia yang masih hidup atau alam di sekitarnya, apalagi jika ruh tersebut berasal dari jasad manusia yang terhormat.
Dalam pandangan Tylor, manusia memiliki substansi yang sama yaitu keinginan untuk mengetahui keberadaan di sekitarnya. Manusia primitif berusaha memahami dan menjelaskan berbagai fenomena-fenomena yang aneh dan suara-suara yang dahsyat melalui pemikirannya.Tentunya, pengetahuan yang mereka maksudkan bukan sekedar menyaksikan suatu fenomena yang aneh atau mendengarkan suara yang dahsyat, tapi pengetahuan itu dihasilkan ketika hal tersebut menjadi pandangan.Misalnya, jika sekedar mendengar petir, maka hal ini tidak bisa disebut sebagai pengetahuan.Tapi, mendengar petir dan meyakininya sebagai murka dari dzat tertentu, maka hal inilah yang disebut sebagai pengetahuan.
Dari pengalaman-pengalaman yang manusia dapatkan seperti di antara hidup dan mati atau di antara tidur dan sadar, ia kemudian membedakan adanya dua hal yang berbeda; yaitu ruh dan badan atau jiwa dan materi. Kemudian ia meyakini bahwa manusia memiliki dua keberadaan yang bisa berpisah dan bersatu lagi. Badan dianggap hidup jika ruh berada bersamanya. Kapan saja ruh berpisah dari badannya maka badan tersebut tidak memiliki aktivitas sama sekali, ruh-lah yang merupakan sumber kehidupan dan aktivitas manusia.

Keyakinan ini berlanjut menjadi khurafat atau takhayul. Kepercayaan bahwa ruh adalah sumber gerak manusia melahirkan pemikiran lain. Timbullah keyakinan bahwa ruh orang yang sudah meninggal bisa memasuki jasad manusia lain atau bahkan memasuki jasad binatang. Selain itu, lahir pula keyakinan bahwa ruh manusia bisa melakukan apapun terhadap manusia yang masih hidup atau alam di sekitarnya, apalagi jika ruh tersebut berasal dari jasad manusia yang terhormat.
v Pemikiran Dinamisme
Manusia mulai menganalisa setiap peristiwa yang terjadi di sekitarnya.Sebelumnya, manusia primitif mulai mengeluarkan teori-teori tentang hakikat benda atau materi.Ia mulai menggabungkan antara keberadaan ruh manusia dengan keberadaan benda lain seperti air, udara, api, dan tanah.
Animisme berkembang lebih awal daripada dinamisme.Animisme menitikberatkan pada perkembangan ruh manusia. Mulai dari sini, manusia primitif menyimpulkan bahwa setiap materi yang memiliki sifat yang sama, maka memiliki substansi yang sama pula. Jika manusia mati dan hidup, tidur dan terjaga, kuat dan lemah, diam dan bergerak, kemudian manusia diyakini memiliki ruh, maka pepohonan, binatang, laut, api, matahari, bulan, dan materi-materi lainnya pun memiliki ruh seperti manusia.
Menurut mereka, setiap materi memiliki kesamaan sifat dengan manusia. Sebagai contoh, api memiliki sifat yang sama dengan manusia. Api memiliki kekuatan untuk membunuh atau melenyapkan apapun dengan panasnya sebagaimana manusia mampu membunuh binatang dengan kekuatan tangannya. Karena itulah, api mempunyai ruh. Bagi manusia primitif, menyembah api adalah proses menghormati keberadaan api itu sendiri. Penyembahan tersebut dilakukan agar tidak terjadi kebakaran seperti kebakaran hutan, sedangkan kebakaran diyakini sebagai bentuk kemurkaan api. Selanjutnya, berkembanglah paham banyak tuhan, banyak roh, banyak dewa, atau banyak kekuatan ghaib.Setiap kawasan bumi, hutan, sungai, laut, atau bahkan ruang angkasa, semuanya diyakini memiliki kekuatan tersendiri.
v Sinkretisme agama dan sisa-sisa animisme-dinamisme
Animisme dan dinamisme adalah kepercayaan kuno yang tumbuh lebih awal sebelum kedatangan Islam di nusantara.Walaupun pada hakikatnya, agama Islam adalah kepercayaan yang pertama kali ada dalam kehidupan manusia.Nabi Adam adalah manusia pertama yang menganut Islam. Oleh karena itu, animisme dan dinamisme tidak lain adalah salah satu bentuk dari penyelewengan ajaran Allah. Namun bagaimanapun juga, penyebaran Islam di nusantara memang tidak bisa dipungkiri akan adanya perpaduan atau percampuradukan antara ajarannya yang agung dengan kepercayaan animisme dan dinamisme.
Dampak dari adanya sinkretisme agama ini terlihat nyata di sekeliling kita.Sebagai contoh, adanya penghormatan khusus terhadap roh nenek moyang yang menjadi leluhur kita.Atau adanya pemujaan khusus terhadap Ratu Pantai Selatan. Atau bahkan menyebarnya cerita-cerita khurafat yang berkembang di tengah-tengah masyarakat muslim. Selain itu, menyebarnya praktik sihir dan perdukunan adalah produk asli dari animisme dan dinamisme.Terlebih, sinkretisme telah melegalkan bahwa praktik perdukunan adalah ajaran Islam juga.Hal ini terlihat dengan meluasnya praktik-praktik sihir yang dilakukan oleh orang-orang yang bertitel ’kyai’.Semua ini adalah realita yang nyata akibat sinkretisme agama.
Sebenarnya, banyak beberapa sisa-sisa animisme dan dinamisme, terutama di nusantara, baik ajaran tersebut masih murni ataupun telah ada pembauran dengan Islam. Berikut beberapa contoh sisa-sisa animisme dan dinamisme:
Upacara dan Ritual Adat.
Banyak masyarakat kita yang masih mempertahankan beberapa macam upacara atau ritual yang masih murni berkaitan dengan animisme dan dinamisme atau telah mengalami pembauran dengan Islam. Salah satu contohnya dalah upacara kelahiran dan kematian.Hampir di setiap daerah nusantara menggelar upacara kelahiran dan kematian dengan ritual-ritual berbeda.Contoh, di Aceh terdapat upacara Peugot Tangkai.Upacara ini adalah perajahan barang/benda dengan membacakan mantera untuk dipakai pada wanita hamil empat bulan.
Tentang acara ritual kematian dalam adat masyarakat Aceh yang sampai sekarang ini masih diamalkan seperti, apabila ada kematian di sebuah keluarga, maka semua pakaian dan kain-kain yang menyelimuti mayat tadi disimpan pada suatu tempat.Kain-kain ini disebut dengan reuhab.Biasanya disimpan di atas tempat tidur untuk selama empat puluh hari atau empat puluh empat hari.Setelah selesai upacara penguburan tadi, mulai malam pertama sampai dengan malam ketiga diadakan samadiah atau tahlil.Masih banyak lagi ritual-ritual aneh seperti membakar
kemenyan pada malam jum’at kliwon dan selasa kliwon.Menyediakan sesaji pada hari kelahiran bayi. Di kamar bayi yang baru lahir digantungkan keris dan kain merah. Atau sesaji di bawah pohon beringin.

2.5 Sistem Kepercayaan Suku Batak
Sebelum suku Batak menganut agama Kristen Protestan, mereka mempunyai sistem kepercayaan dan religi tentang “Mulaja di Nabolon” yang memiliki kekuasaan di atas langit dan pancaran kekuasaan-Nya terwujud dalam DebataNatolu.
      Menyangkut jiwa dan roh, suku Batak mengenal tiga konsep, yaitu:
Tondi :adalah jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena itu tondi memberi nyawa kepada manusia.Tondi di dapat sejak seseorang di dalam kandungan. Bila tondi meninggalkan badan seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal, maka diadakan upacara mangalap (menjemput) tondi dari sombaon yang menawannya.
Sahala :adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua orang memiliki tondi, tetapi tidak semua orang memiliki sahala. Sahala sama dengan sumanta, tuah atau kesaktian yang dimiliki para raja atau hula-hula.
Begu :adalah tondi orang telah meninggal, yang tingkah lakunya sama dengan tingkah laku manusia, hanya muncul pada waktu malam.
Demikianlah religi dan kepercayaan suku Batak yang terdapat dalam pustaha. Walaupun sudah menganut agama Kristen dan berpendidikan tinggi, namun orang Batak belum mau meninggalkan religi dan kepercayaan yang sudah tertanam di dalam hati sanubari mereka. Ada juga kepercayaan yang ada di Tarutung tentang ular (ulok) dengan boru Hutabarat, dimana boru Hutabarat tidak boleh dikatakan cantik di Tarutung. Apabila dikatakan cantik maka nyawa wanita tersebut tidak akan lama lagi, menurut kepercayaan orang itu.

SUMBER : https://plus.google.com/109655902034521130079/posts/PMp4Ayp3oz2

Comments

Leave a Reply

Index