Segitiga exposure adalah tiga aspek dalam pencahayaan fotografi yang saling berikatan satu sama lain. Segitiga Eksposure tersebut adalah ISO, Shutter Speed dan Aperture Value.
Daftar isi
Segitiga Exposure
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi digital merambah hampir setiap lini kehidupan manusia termasuk dalam dunia Fotografi. Perkembangan ini dapat dilihat dari semakin berkembangan kamera digital mulai dari kelas yang beragam hingga merek.
Salah satu keuntungan perkembangan teknologi digital yang paling terasa dalam dunia fotografi adalah sistem automatisasi dalam pencahayaan. Di masa lampau, fotografer harus bergelut dengan angka-angka yang berkaitan dengan nilai cahaya. Kesalahan dalam menghitung membuat foto akan terlalu gelap (under Exposure) atau terlalu terang (Over exposure).
Pada makalah ini kami akan membahas mengenai penggunaan segitiga exposure dan juga depth of field pada kamera digital seputar fotografi. Melihat masih banyaknya orang yang belum paham akan hal tersebut, dan terkhusus bagi pemula yang mulai tertarik dalam dunia fotografi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah :
- Bagaimana konsep segitiga Eksposure dalam Fotografi?
- Apa yang dimaksud ISO?
- Apa yang dimaksud Shutter Speed?
- Apa yang dimaksud Aperture Value?
Bab II. Pembahasan
A. Segitiga Exposure
Kamera pada dasarnya merupakan alat yang berguna untuk menangkap atau melukis cahaya melalui sensor kamera tersebut. Dimana cahaya yang masuk atau diterima kemudian diterjemahkan oleh sensor menjadi sebuah gambar.
Exposure itu sendiri menyatakan cerah atau terang tidaknya atau jumlah pencahayaan dari sebuah gambar/photo. Apabila cahaya yang diterima oleh kamera kurang, maka gambar akan menjadi gelap – dalam dunia fotografi, hal tersebut sering disebut dengan Under Exposed (US). Adapun sebaliknya apabila cahaya yang diterima tersebut berlebihan, maka yang terjadi gambar yang dihasilkan akan menjadi terlalu terang atau Over Exposed (OE). Jadi, usahakan selalu pada normal exposure.
Bryan Peterson, seorang fotografer ternama telah menulis buku berjudul Understanding Exposure yang menerangkan mengenai konsep exposure secara mudah. Peterson memberi ilustrasi mengenai tiga elemen yang harus diketahui untuk memahami exposure, dengan menamai hubungan ketiganya dengan sebutuan segitiga fotografi atau biasa dikenal dengan segitiga exposure. Dimana setiap elemen dalam segitiga exposure tersebut tentunya berhubungan dengan cahaya.
Ketiga elemen yang dimaksud tersebut merupakan ISO, Aperture, dan Shutter speed. Interaksi ketiga elemen inilah yang disebut exposure. Perubahan dalam salah satu elemen akan mengakibatkan perubahan dalam elemen lainnya. Dimana kombinasi dari ketiganya yang akan menentukan gelap terangnya sebuah foto.

1. ISO
ISO merupakan ukuran sensitivitas sensor terhadap cahaya. Ukuran dimulai dari angka 50, 80, atau 100 dan akan berlipat ganda sampai 3200 atau bahkan lebih besar lagi. ISO dengan ukuran angka kecil, berarti sensitivitas terhadap cahaya rendah, ISO dengan angka besar berarti sebaliknya. ISO dengan angka besar atau disebut juga dengan ISO tinggi akan mengurangi kualitas gambar, karean munculnya bintik-bintik yang dinamakan “noise”. Foto angkan Nampak berbintik-bintik seperti pasir dan detail yang halus akan hilang. Tapi untuk kondisi yang sulit, seperti sedikit cahayadalam ruangan, ISO yang tinggi seringkali diperlukan.
2. Shutter Speed
Kecepatan rana (shutter speed) adalah durasi kamera membuka sensor untuk menyerap cahaya. Semakin lama durasinya, semakin banyak cahaya yang masuk ke kamera dan hasil foto akan bertambah terang.
Satuan shutter speed adalah dalam detik atauy pecahan detik. Biasanya berawal dari 1/4000 detik sampai 30 detik. Variasinya ini diatur pada badan kamera bukan pada lensa. Shutter speed juga mempengaruhi pada kecepatan rana yang cepat membeku (freeze) objek yang bergerak, dan kecepatan rana yang lama menangkap gerakan (motion) objek secara berkesinambungan.
Dalam praktek kita membutuhkan kecepatan rana yang tinggi untuk membekukan gerakan subjek yang bergerak. Seperti pada foto liputan olahraga. Sebaliknya kita menggunakan kecepatan rana yang rendah untuk merekam efek gerak. Seperti dalam merekam pergerakan air terjun.
3. Aperture
Aperture adalah komponen dari lensa yang berfungsi mengatur intensitas cahaya yang masuk ke kamera. Aperture (bukaan lensa kamera) merupakan salah satu factor yang mempengaruhi banyak tidaknya penerimaan cahaya yang ada pada sebuah foto atau gambar. Apabila bukaannya besar akan banyak cahaya yang masuk dibandingkan degan bukaan kecil.
Selain merupakan salah satu cara untuk mengendalikan cahaya yang masuk, bukaan digunakan juga untuk mengendalikan kedalaman ruang ( Depth of Field ). Bukaan besar membuat kedalaman ruang menjadi tipis, akibatnya latar belakang subjek menjadi kabur. Bukaan kecil membuat kedalaman bidang menjadi besar. Akibatnya semua bidang dalam foto menjadi tajam atau berada dalam fokus.


Hal yang sering membuat bingung bagi pemula adalah nomor dalam setting bukaan, dimana terbalik dengan besarnya bukaannya. Misalnya angka kecil berarti bukaan besar, sedangkan angka besar berarti bukaan kecil. Contoh : f/1, f/1.4, f/2, f/4, f/5.6, f/8, f/16, f/22 dan seterusnya.
Setiap lensa memiliki bukaan maksimum dan minimum. Angka yang tertera dalam lensa seperti f/3.5-5.6 berarti maksimum bukaan bervariasi Antara f/3.5 sampai f/5.6.


Bab III. Penutup
A. Kesimpulan
Exposure menyatakan cerah atau terang tidaknya atau jumlah pencahayaan dari sebuah gambar. Dalam dunia fotografi dikenal segitiga exposure yang dimana setiap elemen dalam segitiga exposure tersebut tentunya berhubungan dengan cahaya. Komponen tersebut merupakan Aperture, Shutter Speed dan ISO. Kombinasi dari ketiganya menentukan gelap terangnya suatu foto yang dihasilakan.
Sedangkan Depth of Field sendiri adalah ketajaman ruang yang di tentukan atau dikendalikan oleh aperture.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.