Daftar isi
Fotografi Sebagai Media Pembelajaran
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Media yang digunakan dalam pendidikan adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, minat sehingga terjadi proses belajar.
Media pendidikan menjadi salah satu perangkat pendidikan yang posisinya sebagai alat bantu dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Salah satu media pendidikan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah fotografi. Fotografi sebagi media pembelajaran harus dipilih dan dipergunakan sesuai dengan tujuan khusus mata pelajaran, artinya tidak bisa gambar-gambar itu hanya dipertunjukkan secara tersendiri, melainkan harus ada keterpaduan pada pelajaran tertentu.
B. Rumusan Masalah
- Apa yang menjadikan fotografi sebagai media pembelajaran dan prinsip-prinsip pemakaian fotografi ?
- Seperti apakah fotografi yang baik sebagai media pembelajaran serta keuntungan dan kelemahannya ?
- Bagaimana karakteristik komunikasi dari gambar fotografi ?
C. Tujuan
- Untuk menjelaskan fotografi sebagi media pembelajarandan prinsip-prinsip pemakaian fotografi ?
- Untuk menjelaskan fotografi yang baik sebagi media pembelajran serta keuntungan dan kelemahannya ?
- Untuk menjelaskan karakteristik komunikasi dari gambar fotografi ?
Bab II. Pembahasan
A. Pengertian Fotografi
Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu “Photos”: cahaya dan “Grafo”: Melukis) adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya.
Fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.
Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan mengubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), Diafragma (Aperture), dan Kecepatan Rana (Speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed disebut sebagai pajanan (Exposure). Di era fotografi digital dimana film tidak digunakan, maka kecepatan film yang semula digunakan berkembang menjadi Digital ISO.
B. Sejarah Fotografi
Pada abad ke-19 atau tepatnya tahun 1839 sejarah fotografi dimulai. Di awal tahun kelahirannya, Fotografi dinyatakan sebagai terobosan tekhnologi, pernyataan resmi tersebut diselenggarakan di Prancis.
Menurut sejarah, fotografi bermulai pada abad ke-5 jauh sebelum masehi (SM) jauh sebelum masehi. Seorang pria bernama Mo Ti mengamati suatu gejala. Jika pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang kecil (pinhole), maka di bagian dalam ruang itu akan terefleksikan pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat lubang tadi. Mo Ti adalah orang pertama yang menyadari fenomena kamera obscura.
Berabad-abad setelahnya banyak yang menyadari fenomena tersebut, katakanlah Aristoteles pada abad ke-3 sm dan Ibnu Al Haitam (Al Hazen) pada abad ke-10 SM, seorang ilmuan arab yang melakukan usaha dan mengembangkan sebuah alat yang kita kenal sekarang dengan nama kamera.
Giambattista della, seorang ilmuwan Italia Pada tahun 1558 mengatakan ”camera obscura” pada sebuah kotak yang membantu pelukis menangkap bayangan gambar.
Berabad-abad kemudian, banyak yang menyadari dan mengagumi fenomena ini, sebut saja Aristoteles pada abad ke-3 SM dan seorang ilmuwan Arab Ibnu Al Haitam (Al Hazen) pada abad ke-10 SM, yang berusaha untuk menciptakan serta mengembangkan alat yang sekarang dikenal sebagai kamera. Pada tahun 1558, seorang ilmuwan Italia, Giambattista della Porta menyebut ”camera obscura” pada sebuah kotak yang membantu pelukis menangkap bayangan gambar.
Nama kamer obscura diciptakan oleh Johanes Kepler pada tahun 1611. Johannes Kepler membuat sebuah desain kamera porteble yang dibuat seperti tenda, dan alat tersebut diberi nama kamera obscura. Didalam tenda tersebut sangat gelap, hanya sedikit saja cahaya yang ditangkap oleh lensa, yang membentuk gambar keadaan di luar tenda di atas selembar kertas.
Pada awal abad ke-17 berbagai penelitian dilakukan, seorang ilmuan berkebang saan Italia, angelo Sala menggunakan sebuah cahaya matahari untuk merekam serangkaian kata pada pelat chloride perak. Tapi upaya yang dilakukannya tersebut gagal mempertahankan gambar secara permanen. ekitar tahun 1800, Thomas Wedgwood, seorang berkebangsaan Inggris bereksperimen untuk merekam gambar positif dari citra pada kamera obscura berlensa, hasilnya sangat mengecewakan. Humphrey Davy melakukan percoban yang lebih lanjut dengan menggunakan chlorida perak, tapi gagal juga walaupun sudah berhasil menangkap imaji melalui kamera obscura tanpa lensa.
Akhirnya pada tahun 1824, Joseph-Nicephore Niepce (1765-1833), Joseph-Nicephore Niepce (1765-1833), setelah delapan jam meng-exposed pemandangan dari jendela kamarnya, melalui proses yang disebutnya Heliogravure (proses kerjanya mirip lithograph) di atas pelat logam yang dilapisi aspal, berhasil melahirkan sebuah gambar yang agak kabur, berhasil pula mempertahankan gambar secara permanen. Ia melanjutkan percobaannya hingga tahun 1826, inilah yang akhirnya menjadi sejarah awal fotografi yang sebenarnya. Foto yang dihasilkan pada waktu itu kini diabadikan di University Of Texas di Austin, AS.
Penelitian-penelitian terus dikembangkan dan disempurnakan oleh banyak ilmuan di dunia. Hingga pada 19 Agustus 1839, Louis Jacques Made Daguerre (1787-1851) dinobatkan sebagai orang pertama yang berhasil membuat foto yang sebenarnya. Dia melakukan proses daguerreotype hingga menghasilkan sebuah gambar permanen pada lembaran plat tembaga perak yang dilapisi larutan iodin yang disinari selama satu setengah jam cahaya langsung dengan pemanas merkuri (neon). Untuk membuat gambar permanen, pelat dicuci larutan garam dapur dan asir suling. Daguerre sebenarnya ingin mematenkan temuannya itu. Akan tetapi, Pemerintah Perancis berpikir bahwa temuan itu sebaiknya dibagikan ke seluruh dunia secara cuma-cuma.
Perkembangan fotografi begitu pesat, George Eastman merupakan pelaku yang mengembangkan fotografi hingga berkembang pesat seiring perkembangan zaman. George Eastman mengembangkan fotografi dengan menciptakan serta menjual roll film dan kamera boks yang praktis, sejalan dengan perkembangan dalam dunia fotografi melalui perbaikan lensa, shutter, film dan kertas foto.
Tahun 1950, sebagai upaya memudahkan dalam melakukan pembidikan pada kamera Single Lens Reflex maka mulailah digunakan prisma (SLR). Hingga perkembangan fotografi semakin pesat, banyak negara yang mulai mengembangkan fotografi. Jepang mulai masuk dengan produksi kamera Nikon, kemudian tak begitu lama disusul dengan Canon. Selanjutnya kamera Polaroid, temuan Edwin Land pada tahun 1972, mulai dipasarkan. Kamera tersebut mampu menghasilakan gambar tanpa melalui proses pengembangan serta pencetakan film.
Kemajuan tekhnologi berkembang begitu cepat dewasa ini, kita sebagai orang yang lahir pada abad ini sudah tidak akan lagi menemukan atau menggunakan alat fotografi sebesar tenda. Hasil yang didapat pun belum tentu sebagus hasil dari kamera-kamera yang kita gunakan sekarang. Selain hasil yang bagus dan juga alat yang mudah kita genggam, kini kita dapat menikmatinya.
C. Macam-Macam Fotografi
1. Cahaya
Di dalam fotografi, pencahayaan (exposure) dapat dikatakan sebagai seni atau teknik untuk mencari keseimbangan antara seberapa besar jumlah cahaya (volume) yang melalui sebuah lensa dengan seberapa lama waktu yang dibutuhkannya untuk mampu menghasilkan gambar pada sebidang bahan peka cahaya (film) atau sensor digital yang terdapat di dalam kamera.
Bila diterjemahkan ke dalam fotografi, lensa dengan diafragma berfungsi sebagai “keran” untuk mengatur volume cahaya yang akan sampai pada film atau sensor digital. Rana kamera, dengan skala kecepatannya, berfungsi sebagai pengatur yang menentukan seberapa lama cahaya “mengalir”. Sementara film dan sensor digital dianalogikan sebagai “ember” penampung cahaya.
2. Kamera
Secara garis besar, ada empat jenis kamera berdasarkan metode kerja, yaitu :
a. Range Finder ( RF )/ Penemu Jarak
Jenis kamera ini mempunyai jendela pengamat (viewfinder) terpisah dari lensa pengambilan gambar.
b. Single Lens Reflex ( SLR )/ Refleks Lensa Tunggal (RLT)
Kamera ini mengunakan hanya satu lensa untuk membidik dan mengambil gambar. Dinamakan refleks karena menggunakan cermin pada jalur cahaya yang memantulkan cahaya dari lensa ke prisma penta (pentaprism) untuk kemudian diteruskan ke mata.
c. Twins Lens Reflex ( TLR )/ Refleks Lensa Kembar (RLK)
Memakai dua lensa dengan pembesaran yang sama. Satu digunakan untuk lensa pengamat dan yang lain digunakan untuk lensa pengambilan gambar. Kamera jenis ini menempatkan kedua lensa secara bertumpuk, satu diatas yang lain. Pada lensa pengamat, kamera ini juga menggunakan cermin agar gambar yang diteruskan dipantulkan ke mata.
d. View Camera/Kamera “View”
Inilah jenis kamera dengan konstruksi paling sederhana. Pada dasarnya, kamera jenis ini terdiri dari dua panel yang diubungkan dengan selubung akordeon (bellows). Panel depan kamera ini menyangga lensa, sedangkan panel belakang berfungsi sebagai penyangga film dan tabir untuk melakukan penajaman gambar.
3. Lensa
Ada dua jenis lensa pengambilan gambar yang digunakan menurut kemampuan pembesaran dan cakupan sudut pandang.
a. Lensa Fix (Tunggal/Prime Lens)
Lensa jenis ini memiliki pembesaran gambar dan sudut pandang yang tidak dapat diubah-ubah. Contohnya (dari kiri) : lensa 14 mmf/2,8, 50 mmf/1,8, dan 400 mmf/2,8
b. Lensa Zoom (Vario)
Sebuah lensa disebut sebagai lensa zoom apabila pembesaran gambar dan sudut pandangnya dapat diubah-ubah tanpa harus mengganti-ganti lensa. Contoh (dari kiri) : 18-35 mm f/3,5-4,5, 28-70 mm f/2,8, dan 70-300 mm f/4-5,6.
D. Fotografi Sebagai Media Pembelajaran
Gambar atau foto merupakan salah satu media pembelajaran yang amat dikenal dalam setiap kegiatan pembelajaran. Hal ini disebabkan kesederhanaannya, tanpa memerlukan perlengkapan, dan tidak perlu diproyeksikan untuk mengamatinya. (Menurut Nana Sudjanadan Ahmad Rifai, 1997:71).
Gambar atau foto merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana. Oleh karena itu, pepatah Cina mangatakan bahwa “sebuah gambar berbicara lebih banyak dari pada seribu kata”. Foto adalah gambar barang (orang, binatang dan sebaginya) yang dibuat dengan alat pemotret/kamera. (Menurut Arief S.Sadiman,dkk, 2006 : 28).
Tidak semua benda, objek, atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu anak-anak dibawa ke objek atau peristiwa tersebut. Gambar atau foto dapat mengatasi hal tersebut. Bangunan Ka’bah yang megah atau Masjid Agung Demak dapat disajikan ke kelas lewat gambar atau foto. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dimasa lampau, kemarin atau bahkan semenit yang lalu kadang-kadang tidak dapat kita lihat separti apa adanya.
Gambar atau foto amat bermanfaat dalam hal ini. Materi pelajaran yang memerlukan visualisasi dalam bentuk ilustrasi yang dapat diperoleh dari sumber yang ada. Gambar-gambar dari majalah, booklet, brosur, selembaran, dan lain-lain mungkin dapat memenuhi kebutuhan kita. Jika pada saat ini belum memiliki clipping gambar, sebaiknya kita mengumpulkan gambar dari berbagai disiplin ilmu.
Dari berbagai sumber tersebut diatas, diharapkan tersedia gambar sesuai dengan isi pelajaran. Dengan gabungan dari dua potongan gambar atau lebih, kebutuhan akan gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran akan dapat terpenuhi. Gambar Fotografi merupakan salah satu media pengajaran yang amat dikenal dalam setiap kegiatan pengajaran.
Hal itu disebabkan kesederhanaannya, tanpa memerlukan perlengkapan, dan tidak perlu diproyeksikan untuk mengamatinya. Gambar fotografi termasuk kepada gambar tetap atau still picture yang terdiri dari dua kelompok, yaitu : Pertama flat opaque picture atau gambar datar tidak tembus pandang, misalnya gambar fotografi, gambar dan lukisan tercetak. Kedua adalah transparent picture atau gambar tembus pandang, misalnya film slides, film strips dan transparencies.
Gambar Fotografi bisa dipergunakan baik untuk tujuan pengajaran individual, kelompok kecil maupun untuk kelompok besar yang dibantu dengan proyektor opek atau opaque projector. Sedangkan guna memperoleh dampak tiga dimensi sepasang film ukuran 16 mm ditempatkan pada stereograpich viewer.
E. Prinsip-Prinsip Pemakaian Fotografi
Beberapa prinsip gambar fotografi sebagai media visual :
a. Pergunakanlah gambar untuk tujuan-tujuan pelajaran yang spesifik, yaitu dengan cara memlilih gambar tertentu yang akan mendukung penjelasan inti pelajaran atau pokok-pokok pelajaran.
b. Padukan gambar-gambar kepada pelajaran, karena keefektifan pemakaian gambar-gambar otografi didalam proses belajar mengajar memerlukan keterpaduan.
c. Pergunakanlah gambar-gambar itu sedikit saja, dar ipada mempergunakan banyak gambar tetapi tidak efektif.
d. Kurangi penambahan kata-kata pada gambar, oleh karena gambar-gambar itu justru sangat penting dalam mengembangkan kata-kata atau cerita, atau dalam menyajikan gagasan baru.
e. Mendorong pernyataan yang kreatif, melalui gambar-gambar para siswa akan didorong untuk mengembangkan keterampilan berbahasa lisan atau tulisan, seni grafis, dan bentuk kegiatan lainnya.
f. Mengevaluasi kemajuan kelas, bisa juga dengan memanfaatkan gambar-gambar baik secara umum maupun secara khusus.
F. Fotografi yang Baik Sebagai Media Pendidikan Serta Keuntungan dan Kelemahannya.
1. Fotografi Yang Baik Sebagai Media Pendidikan
Fotografi Yang Baik Sebagai Media Pendidikan diantaranya sebagai berikut :
a. Autentik artinya gambar tersebut harus secara jujur melukiskan situasi seperti kalau orang melihat yang sebenarnya.
b. Sederhana artinya komposisi gambar hendaknya cukup jelas menunjukkan poin-poin pokok dalam gambar.
c. Ukuran Relatif artinya foto guna memperbesar atau memperkecil objek/benda sebenarnya.
d. Apabila foto tersebut tentang benda atau objek yang belum dikenal atau pernah dilihat anak maka sulitlah membayangkan barapa besar benda atau obyek tersebut. Untuk menggambarkan itu hendaknya dalam foto itu terdapat sesuatu yang dikenal anak-anak sehingga dapat membantunya membayangkan gambar.
e. Foto sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan. Gambar yang baik tidaklah menunjukkan objek dalam keadaan diam tetapi memperlihatkan aktivitas tertentu.
f. Gambar yang bagus belum tentu baik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Walaupun dari segi mutu kurang, foto karya siswa sendiri sering kali lebih baik. Tidak setiap gambar yang bagus merupakan media yang bagus.
2. Keuntungan dan Kelemahan Fotografi
Media gambar atau foto memiliki sejumlah kelebihan dan kelemahan. Menurut Arief S. Sadiman, dkk. (2006:29) dan Nana Sudjana dan Ahmad Rifai (1997:72) diantara kelebihan media gambar/foto adalah :
a. Bisa manyampaikan banyak pesan, seperti kata pepatah Cina “sebuah gambar berbicara lebih banyak dari pada seribu kata”.
b. Sifatnya kongkret dibanding dengan ungkapan verbal.
c. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu
A. Ada keuntungan yang dapat diperoleh dari gambar fotografi dalam hubungannya dengan pengajaran :
1. Mudah dimanfaatkan didalam kegiatan belajar mengajar, karena praktis tanpa memerlukan perlengkapan apa-apa.
2. Harganya relatif lebih murah dari pada jenis-jenis media pengajaran lainnya dan caranya mudah tanpa mengeluarkan biaya yang besar. Seperti contohnya : kalender bekas, surat kabar, dan lain-lainnya.
3. Gambar fotografi bisa digunakan untuk berbagai jenjang pendidikan dan berbagai disiplin ilmu. Dari ilmu sosial sampai dengan ilmu eksakta.
4. Gambar fotografi dapat menerjemahkan konsep atau gagasan yang abstrak menjadi lebih realistik.
B. Sekalipun demikian media pengajaran juga mempunya beberapa kelemahan, diantaranya :
1. Gambar sudah cukup memadai akan tetapi tidak cukup besar ukurannya apabila dipergunakan untuk tujuan pengajaran kelompok besar, kecuali jika disajikan melalui proyektor.
2. Gambar fotografi adalah berdimensi dua, sehingga sukar untuk melukiskan bentuk sebenarnya yang berdimensi tiga. Kecuali dengan pengambilan yang tidak hanya dari satu sudut saja.
3. Gambar fotografi bagaimanapun indahnnya tetap tidak memperlihatkan gerak seperti halnya gambar hidup. Namun demikian, beberapa gambar fotografiyang disusun secara berurutan dapat memberikan kesan gerak, dengan maksud guna meningkatkan daya efektivitas proses belajar-mengajar.
G. Karakteristik Komunikasi Dari Fotografi dan Kriterianya
1. Karakteristik Komunikasi Dari Fotografi
Setiap guru hendaknya mengetahui media pengajaran mana yang dapat mencapai hasil paling baik dalam situasi pengajaran yang diharapkannya. Untuk itu setiap guru harus mengenal secara tepat keuntungan serta kelemahan dari setiap media pengajaran yang akan dipergunakan. Demikian pula halnya dengan gambar fotografi ini memiliki beberapa karakteristik tertentu, antara lain :
a. Gambar fotografi itu adalah dua dimensi.
Dari sudut pandang pembelajaran hal itu menjadi amat penting, terutama bagi para siswa usia muda, atau untuk mata pelajaran yang rumit. Semua jenis gambar datar itu ditinjau dari sudut mata pelajaran dimana kedalaman perlu diperhatikan dan dipahami, maka gambar harus memiliki kualitas tiga dimensi yang memadai untuk tujuannya pengajaran.
Untuk ahli fotografi mempunyai cara-cara tertentu dalam menciptkan gambar-gambarnya dengan membuat garis-garis prespektif.
b. Gambar datar adalah medium yang “diam”.
Oleh sebab itu dalam hal ini seringkali dipergunakan istilah gambar tetap atau gambar diam, untuk menyatakan bahwa gambar itu tidak bergerak. Pemandangan, gunung-gunung, hutan atau pohon-pohonan, bangunan, objek, binatang atau manusia, dalam posisi diam merupakan subjek natural yang baik sekali untuk gambar datar.
c. Gambar datar yang memberikan kesan gerak.
Misalnya gambar yang memperlihatkan adegan di jalan raya sangat efektif. Orang-orng yang lalu-lalang, kendaraan yang lewat, pohon-pohonan yang bergoyang ditiup angin. Semua itu tidak sukar bagi para pengamat dalam menghayati gerak dari adegan yang diperlihatkan pada gambar tersebut.
d. Gambar datar menekankan gagasan pokok dan impresi.
Bahwa untuk menilai dan memilih gambar datar yang baik harus menampilkan satu gagasan utama. Dengan satu pusat perhatian maka seluruh adegan akan mendukung kepada pesan apa yang ingin disampaikan. Jadi, dengan adanya impresi atau tekanan pada satu gagasan pokok nilai gambar menjadi sangat berkaidah dalam pengajaran.
e. Gambar datar memberi kesempatan untuk diamati rinciannya secara individual.
Misalnya hasil pemotretan jagat raya dengan benda-benda langitnya, memerlukan pengamatan rincian gambar yang tekun.
f. Gambar datar yang melayani berbagai mata pelajaran.
Misalnya segala macam objek dapat dipotret dari yang kongkret sampai kepada gagasan yang abstrak.
2. Beberapa kriteria dalam memilih gambar fotografi
Ada beberapa kriteria dalam memilih gambar-gambar yang memenuhi persyaratan bagi tujuan pengajaran. Dalam hal ini guru hendak menetapkan kegunaan-kegunaan gambar yang secara relative memadai, dan memilihnya yang terbaik untuk tujuan khusus pengajaran. Dari sudut pandang ini ada dua macam pertimbangan, pertama dari sudut pendidikan, dan kedua dari sudut seni.
Dalam memilih gambar fotografi ada lima kriteria untuk tujuan pengajaran, yaitu harus memadai untuk tujuan pengajaran, kualitas artistik, kejelasan dan ukuran yang cukup, validitas yang menarik.
A. Gambar fotografi itu harus memadai,
Artinya pantas untuk tujuan pengajaran yaitu harus menampilkan gagasan, bagian informasi atau satu konsep yang mendukung tujuan serta mendukung kebutuhan pengajaran.
Disamping itu hendaknya gambar fotografi hendaknya realistic dan hidup, pewarnaan yang bagus, dan harus cukup besar sehingga rinciannya bisa diamati untuk dipelajari.
Demikian juga pola gambarnya harus sederhana dan gagasannya tidak kompleks. Jadi banyak faktor yang perlu dipertimbangkan dalam “membaca” gambar itu. Gambar-gambar itu harus memenuhi persyaratan artistic yang bermutu.
B. Lain dari pada itu, gambar-gambar yang memenuhi persyaratan mutu seni hendaknya juga memenuhi faktor-faktor:
a) Komposisi yang baik.
Merupakan ciri fundamental efektivitas gambar yang baik atau pengorganisasian ke seluruh gambar yang baik, artinya gambar itu mempunyai pusat perhatian yang jelas sehingga memberikan keseimbangan kepada gambar secara keseluruhan, kedudukan dan arah garis-garis, pemakaian cahaya, bayangan serta pewarnaan. Jadi pusat perhatian dari suatu gambar adalah gagasan, misi, pesan yang ingin dikomunikasikan bukan bersifat fisik.
b) Pewarnaan yang efektif.
Berarti pemakaian warna-warna secara harmonis merupakan ciri kedua dari kualitas artistik suatu gambar. Gambar berwarna harus dipilih betul menurut kenyataan dan alamiah, misalnya merah, biru, hijau, dan violet. Warna-warna campuran hanya dipergunakan bila ingin menonjolkan makna tertentu terhadap gagasan yang ditampilkan ke depan. Fungsi utama pewarnaan pada gambar adalah kesan realismenya dan memikat perhatian.
c) Teknik.
Merupakan ciri yang ketiga dari gambar yang baik untuk tujuan pengajaran, tekhnik pemotretan yang unggul bernilai lebih dari komposisi dan pewarnaan. Ketiga, gambar fotografi untuk tujuan pengajaran harus cukup besar dan jelas.
d) Validitas gambar.
Yaitu apakah gambar itu benar atau tidak? Gambar-gambar fotografi yang melukiskan suasana dramatis atau mencekam, dengan yang ideal, lebih pantas dipajang daripada untuk tujuan pengajaran.
e) Memikat perhatian anak-anak.
Memikat perhatian kepada anak-anak cenderung kepada hal-hal yang diamatinya, yaitu terhadap benda-benda yang akrab dengan kehidupan mereka.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gambar Fotografi merupakan salah satu media pengajaran yang amat dikenal dalam setiap kegiatan pengajaran. Hal itu disebabkan kesederhanaannya, tanpa memerlukan perlengkapan, dan tidak perlu diproyeksikan untuk mengamatinya, dalam menggunakan media fotografi sebagai media pembelajaran ada keuntungan dan kelebihannya, fotografi mempunyai karakteristik tertentu.
Setiap guru hendaknya mengetahui media pengajaran mana yang dapat mencapai hasil paling baik dalam situasi pengajaran yang diharapkannya. Untuk itu setiap guru harus mengenal secara tepat keuntungan serta kelemahan dari setiap media pengajaran yang akan dipergunakan.
Dalam memilih gambar fotografi ada lima kriteria untuk tujuan pengajaran, yaitu harus memadai untuk tujuan pengajaran, kualitas artistik, kejelasan dan ukuran yang cukup, validitas yang menarik. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam menggunakan gambar-gambar fotografi sebagai media visual setiap dalam kegiatan pengajaran.
B. Saran
Para pembaca yang budiman, baru saja diketahui oleh penulis bahwa Fotografi adalah salah satu media pembelajaran yang sangat dikenal dan mudah untuk ditemukan. Foto amat bermanfaat dalam hal ini. Materi pelajaran yang memerlukan visualisasi dalam bentuk ilustrasi yang dapat diperoleh dari sumber yang ada. Gambar-gambar dai majalah, booklet, brosur, selembaran, dan lain-lain. Foto yang bagus itu belum tentu baik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Walaupun dari segi mutu kurang, foto karya siswa sendiri sering kali lebih baik
Maka dari itu, setiap guru hendaknya mengetahui media pengajaran mana yang dapat mencapai hasil paling baik dalam situasi pengajaran yang diharapkannya. Untuk itu setiap guru harus mengenal secara tepat keuntungan serta kelemahan dari setiap media pengajaran yang akan dipergunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Azar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta, Rajawali Press, 2011.
Arief S .Sudiman, M. Sc. Dkk, Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya), Jakarta, Rajawali Press, 2010.
Yulian Ardiansyah, Teori dan Aplikasi Belajar Fotografi, Jakarta, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005.
Nana Sudjana & Ahmad Rifai, Media pembelajaran, Jakarta, Sinar Baru Algensindo, 2009.
http://daniarwikan.blogspot.com/2017/08/sejarah-fotografi.html
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.