Daftar isi
Filsafat dan Biologi
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan ini kita tidak terlepas akan adanya ilmu, filsafat dan agama. Seperti apa kinerja ilmu, bagaimana hubungan antara ilmu dan filsafat. Begitu pula agama yang kita pandang sebagai keyakinan yang bersumberkan pada wahyu Tuhan, sejauh manakah kalau dikaitkan pada pandangan filsafat, bagaimana hubungan agama dan filsafat. Pertanyaan-pertanyaan semacam ini kiranya menarik sekali untuk kita bahas, maka dari itu penulis akan mencoba mengulas sedikit tentang Ilmu, Filsafat, dan agama beserta hubungan-hubungan atau keterkaitan yang ada padanya.
Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu yang besar, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu. Pengetahuan adalah persepsi subyek (manusia) atas berbagai obyek yang ada di alam semesta tanpa penyelidikan lebih lanjut. Pengetahuan hanya terbatas pada apa yang diketahui saja. Kebenaran dari pengetahuan perlu dipertanyakan kembali.
B. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
- Memahami hakikat Filsafat, filsafat ilmu pengetahuan, Ilmu, Ilmu pengetahuan, Biologi dan Pendidikan Biologi,Agama
- Mengetahui hubungan antara filsafat dengan filsafat ilmu pengetahuan, ilmu, ilmu pengetahuan, biologi dan pendidikan biologi, dan agama.
1.3 . Manfaat Penulisan Makalah
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah ;
- Memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Biologi Dan Bioetika
- Sebagai bahan informasi bagi penulis dan pembaca tentang hakikat filsafat, filsafat ilmu pengetahuan, Ilmu, Ilmu pengetahuan, Biologi dan Pendidikan Biologi, dan Agama.
- Sebagai informasi tambahan dalam mata kuliah filsafat biologi dan bioetika.
Bab II. Pembahasan
1.1. Hakekat Filsafat, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan, Biologi dan Pendidikan Biologi, dan Agama.
1.1.1. Filsafat
Filsafat dalam bahasa Inggris yaitu philosophy, dan istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu philosophia, yang terdiri atas dua kata yaitu philos artinya cinta yang sangat mendalam atau philia artinya persahabatan atau tertarik kepada dan shopia artinya hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi.
Secara harfiah arti filsafat adalah cinta yang sangat mendalam terhadap kearifan atau kebijaksanaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti filsafat yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab asal dan hukumnya. Dalam penggunaan secara popular, filsafat dapat diartikan sebagai suatu pendirian hidup (individu) atau pandangan hidup. Dan secara umum, filsafat berarti upaya manusia untuk memahami segala sesuatu secara sistematis, radikal, dan kritis. Berarti filsafat merupakan sebuah proses bukan sebuah produk. Maka proses yang dilakukan adalah berpikir kritis yaitu usaha secara aktif, sistematis, dan mengikuti pronsip-prinsip logika untuk mengerti dan mengevaluasi suatu informasi dengan tujuan menentukan apakah informasi itu diterima atau ditolak. Dengan demikian filsafat akan terus berubah hingga satu titik tertentu (Takwin, 2001).
Pengertian filsafat antara satu ahli filsafat dengan ahli filsafat lainnya berbeda dan hampir sama banyaknya dengan ahli filsafat itu sendiri. Namun demikian pengertian filsafat ditinjau dari 2 hal yaitu:
a. Secara etimologi
Filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti sedalam-dalamnya. Kata filsafat pertama sekali digunakan oleh Pythagoras (582-496 SM) dan artinya belum begitu jelas, kemudian pengertian filsafat itu diperjelas oleh kaum sophist dan juga Socrates (470-399 SM).
b. Secara terminology
Pengertian termonologi maksudnya adalah arti yang dikandung oleh istilah atau kata filsafat itu sendiri. Pengertian filsafat menurut para ahli (Surajiwo, 2008, 3-4):
- Plato (427–348 SM Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
- Aristoteles (382–322 SM)
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi politik, dan estetika (filsafat keindahan).
· Al Faribi
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang alam, wujud bagaimana hakikat yang sebenarnya.
· Rena Descartes
Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan dimana Tuhan, alam, dan manusia menjadi pokok penyelidikan.
· Immanuel Kant
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang menjadi pokok pangkal dari segala pengetahuan, yang di dalamnya tercakup masalah epistemology (filsafat pengetahuan) yang menjawab persoalan apa yang dapa kita ketahui.
· Langeveld
Filsafat adalah berpikir tentang masalah-masalah yang akhir dan yang akan menentukan yaitu masalah-masalah yang mengenai makna keadaan, Tuhan, keabadian, dan kebebasan.
· Hasbullah Bakry
Ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan.
· N. Driyarkara
Filsafat adalah perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebab ada dan berbuat perenungan tentang kenyataan (reality) yang sedalam-dalamnya), sampai ke ‘’mengapa’’yang penghabisan.
· Notonagoro
Filsafat itu menelaah hal-hal yang menjadi objeknya dari sudut intinya yang mutlak dan yang terdalam, yang tetap dan yang tidak berubah, yang disebut hakikat.
· Ir. Poedjawijatna
Filsafat adalah ilmu yang berusaha untuk mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka.
· Harol Titus (Jalauddin dan Idi, 1997) mengemukakan pengertian :
Ø Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara kritis.
Ø Filsafat adalah suatu proses kritis atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi.
Ø Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.
Ø Filsafat adalah analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti konsep.
Ø Filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang lansung mendapat perhatian manusia dan dicarikan jawaban oleh filsafat.
· Beck (Mudyadharjo, 2001,27), memberikan pengertian:
Filsafat adalah studi tentang kebenaran alam semesta beserta isinya dengan karakteristik:
Ø Kritis yaitu berpikir mengungkapkan dan memecahkan masalah secara menyeluruh dan mendalam
Ø Spekulatif yaitu menerobos melampaui fakta atau data-data yang tersedia dalam rangka menemukan hal yang hakiki.
Ø Fenomenologis yaitu berpikir berawal dari gejala (fenomena) kemudian mencoba terus mengikuti, mereduksi hal-hal yang penting, untuk sampai pada hal yang menjadi hakikat dari gejala
Ø Normatif yaitu berpikir yang tertuju untuk mencapai hal-hal yang seharusnya.
· Ali Mudhoir (Surajiyo,2008, 4-6) memberikan berbagai arti filsafat yang beragam yaitu
Ø Filsafat sebagai suatu sikap
Ø Filsafat sebagai metode
Ø Filsafat sebagai kelompok persoalan
Ø Filsafat sebagai kelompok teori atau system pemikiran
Ø Filsafat sebagai analisis logis tentang bahasa dan penjelasan makna istilah
Ø Filsafat merupakan usaha untuk memperoleh pandangan yang menyeluruh.
Dengan demikian, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam sampai pada hakikatnya dengan menggunakan akal dan pikiran. Filsafat bukan mempersoalkan fenomena atau gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa, akan tetapi yang dicari adalah hakikat dari suatu gejala atau fenomena atau peristiwa.
Cabang-cabang filsafat yang sekarang dikenal sebagai bidang yang mempunyai kajian formal pada pokoknya terdiri dari:
1. Epistemologi (Filsafat Pengetahuan)
2. Etika (Filsafat Moral)
3. Estetika (Filsafat Seni)
4. Metafisika
5. Politik (Filsafat Pemerintahan)
6. Filsafat Agama
7. Filsafat Pendidikan
8. Filsafat Ilmu
9. Filsafat Hukum
10. Filsafat Sejarah
11. Filsafat Matematika
Berfilsafat merupakan salah satu kegiatan manusia memiliki peran yang penting dalam menentukan dan menemukan eksistensinya dan berusaha untuk mencapai kearifan dan kebajikan. Berfilsafat berarti berpikir, tetapi tidak semua berpikir dikategorikan berfilsafat, tetapi apabila berpikir yang mengandung 3 unsur yaitu radikal, sistematis, dan universal
Menurut Sidi Gazalba (1973:43), berfilsafat yaitu ‘’berpikir radikal, berpikir sampai ke akar-akarnya, tidak tanggung-tanggung, sampai konsekuensi yang terakhir. Berpikir itu tidak separuh-separuh. tidak berhenti di jalan tetapi terus sampai ke ujungnya. Berpikir sistematis ialah berpikir logis yang bergerak selangkah demi selangkah dengan penuh kesadaran dengan urutan yang bertanggung jawab dan saling hubungan yang teratur. Berpikir universal tidak berpikir khusus, yang hanya terbatas kepada bagian-bagian tertentu, melainkan keseluruhan’’.
2.1.2.Filsafat Ilmu Pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuan (epistomologi) adalah cabang filsafat yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu pengetahuan. Epistimologi berasal dari bahasa Yunani yakni episcmc yang berarti knowledge, pengetahuan dan logos yang berarti teori. Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh J.F. Ferier tahun 1854 yang membuat dua cabang filsafat yakni epistemology dan ontology (on = being, wujud, apa + logos = teori ), ontology ( teori tentang apa).
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat ilmu adalah dasar yang menjiwai dinamika proses kegiatan memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Ini berarti bahwa terdapat pengetahuan yang ilmiah dan tak-ilmiah. Adapun yang tergolong ilmiah ialah yang disebut ilmu pengetahuan atau singkatnya ilmu saja, yaitu akumulasi pengetahuan yang telah disistematisasi dan diorganisasi sedemikian rupa; sehingga memenuhi asas pengaturan secara prosedural, metologis, teknis, dan normatif akademis. Dengan demikian teruji kebenaran ilmiahnya sehingga memenuhi kesahihan atau validitas ilmu, atau secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan.
Menurut Suriasumatri (1996:33), filsafat ilmu adalah bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu, dimana ciri utama filsafat ilmu pengetahuan adalah mencari sebab musabab dengan bertitik tolak pada gejala-gejala kehidupan sehari-hari.
Menurut Langeveld (1961), epistemology membicarakan hakikat pengetahuan, unsur-unsur dan susunan berbagai jenis pengetahuan, pangkal tumpuannya yang fundamental, metode dan batasan-batasannya.
Jadi, Filsafat ilmu pengetahuan adalah sebuah upaya untuk memahami makna, metode, struktur logis dari ilmu pengetahuan, terutama dengan analisis kriteria, konsep-konsep dan teori-teori yang ada di dalam ilmu pengetahuan.
Jadi Filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakekat ilmu, seperti:
Obyek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana ujud hakiki obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan? Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri? Apakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana hubungan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dan norma-norma moral/profesional?
2.1.3. Ilmu Pengetahuan
Ilmu merupakan pengetahuan yang kita pelajari sejak mulai bangku sekolah dasar sampai pendidikan tinggi. Ilmu pengetahuan adalah serangkaian pengetahuan yang diperoleh melalui kegiatan penyelidikan, pengalaman (empiris) dan percobaan (eksperimen) yang didukung oleh bukti nyata serta dapat dipertanggung jawabkan secara rasional. Ilmu pengetahuan membatasi diri hanya kepada kejadian yang bersifat empiris. Jadi, terlihat jelas perbedaan antara pengetahuan (knowledge) dengan ilmu pengetahuan (science).
. Tujuan luhur ilmu pengetahuan adalah untuk menyejahterakan umat manusia. Ilmu pengetahuan mendorong teknologi, teknologi mendorong penelitian, penelitian menghasilkan ilmu pengetahuan baru. Ilmu pengetahuan baru mendorong teknologi baru. Perkembangan ilmu pengetahuan akan mendorong kemajuan teknologi. Teknologi yang berkembang pun akhirnya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Ilmu pengetahuan (sains) menurut para ahli:
A. Titus (1959)
Sains artinya sebagai common sense yang diatur dan diorganisasikan, mengadakan pendekatan terhadap benda-benda atau peristiwa-peristiwa dengan menggunakan observasi yang teliti dan kritis.
B. Ashley montagu (Anshari, 1979)
Sains adalah pengetahuan yang disusun, yang berasal dari pengamatan, studi, dan pengalaman untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dipelajari.
C. Prof. Harsoyo (1972)
Sains adalah akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan atau kesatuan pengetahuan yang terorganisasikan dan suatu pendekatan atau suatu metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris, yaitu terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh pancaindra manusia.
D. Sikun pribadi (1972;1-2)
Sains (ilmu pengetahuan) ialah dunia fenomental, dan metode pendekatannya berdasarkan pengalaman (experience) dengan menggunakan berbagai cara seperti survey, studi kasus, eksperimen, observasi dan sebagainya.
Karakteristik sains (ilmu pengetahuan) menurut Ahli yaitu
1. Randall dan Buchker (1942) yaitu:
· Hasil sains bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama artinya hasil sains yang lalu dapat dipergunakan untuk penyelidikan dan penemuan hal-hal baru, dan tidak monopoli bagi yang menemukan
· Hasil sains kebenarannya tidak mutlak, dan bias terjadi kekeliruan Karena yang menyelidikinya adalah manusia.
· Sains bersifat objektif, artinya prosedur kerja atau cara penggunaan metode sains tidak bergantung kepada yang menggunakan dan pemahaman secara pribadi.
2. Ralph Ross dan Enerst van den Haag (Harsojo, 1997) mengutarakan ciri-ciri sains
· Bersifat rasional yaitu hasil dari proses berpikir dengan menggunakan rasio
· Bersifat empiris yaitu diperoleh dari pengalaman oleh pancaindra
· Bersifat umum yaitu hasil sains dapat digunakan oleh manusia tanpa terkecuali
· Bersifat akumulatif yaitu hasil sains dapat digunakan untuk penelitian berikutnya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan adalah Pengetahuan yang telah dibuktikan dan telah dapat dipertanggungjawabkan kredibilitasnya. Pengetahuan yang telah diafirmasi oleh bukti bukti nyata dan dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. Kriteria ilmu pengetahuan yaitu :
1. Dapat diuji secara intersubyektif
2. Dapat dipercaya (pernyataan & teorinya)
3. Tidak bersifat ambigu tetapi jelas dan tepat
4. Koheren dan Sistematik
5. Cakupan terbatas dan kompherensif (memiliki daya penjelas yang kuat dan penjelasannya lengkap)
2.1.4. Pengetahuan
Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu yang besar, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Pengetahuan adalah persepsi subyek (manusia) atas berbagai obyek yang ada di alam semesta tanpa penyelidikan lebih lanjut. Pengetahuan hanya terbatas pada apa yang diketahui saja. Kebenaran dari pengetahuan perlu dipertanyakan kembali.
Manusia berusaha mencari pengetahuan dan kebenaran, yang dapat diperolehnya dari berbagai sumber yaitu :
1) Pengetahuan wahyu (revealed knowledge)
Manusia memperoleh pengetahuan dan kebenaran atas dasar wahyu yang diberikan Tuhan kepada manusia. Biasanya bersifat eksternal (berasal dari luar manusia).
2) Pengetahuan intuitif (intuite knowledge)
Pengetahuan intuitif diperoleh manusia dari dalam dirinya sendiri, pada saat dalam kesadaran manusia dan bersifat pribadi.
3) Pengetahuan rasional (rational knowlwdge)
Pengetahuan rasional merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan latihan rasio/akal semata, tidak disertai dengan observasi terhadap peristiwa-peristiwa factual. Rasionalisme adalah aliran dalam filsafat yang mengutamakan rasio untuk memperoleh pengetahuan dan kebenaran.
4) Pengetahuan empiris (empiris knowledge)
Pengetahuan diperoleh atas bukti penginderaan, dengan penglihatan, pendengaran, dan sentuhan indera-indera lainnya sehingga kita memiliki konsep dunia di sekitar kita
5) Pengetahuan otoritas (authoritative knowledge)
Kita menerima suatu pengetahuan itu benar bukan karena menceknya diluar diri kita, melainkan telah dijamin otoritas (suatu sumber yang berwibawa, memiliki wewenang, berhak) di lapangan.
Ada beberapa teori yang dapat dijadikan acuan untuk menentukan apakah pengetahuan itu benar atau salah yaitu :
1. Teori korespondensi (correspondensi theory)
Menurut teori korespondensi, kebenaran merupakan persesuaian antara fakta dan situasi nyata. Kebenaran merupakan persesuaian antara pernyataan dalam pikiran dengan situasi lingkungan.
2. Teori koherensi (coherence theory)
Menurut teori koherensi, kebenaran bukan persesuaian antara pikiran dengan kenyataan, melainkan kesuaian secara harmonis antara pendapat/pikiran kita dengan pengetahuan yang telah kita miliki.
3. Teori pragtisme (pragmatis theory)
Menurut teori pragtisme, kebenaran tidak bisa bersesuaian dengan kenyataan, sebab kita hanya bisa mengetahui dari pengalaman kita saja. Dan para pendukung pragtisme cenderung memberikan tekanan pada tiga pendekatan yaitu :
· Bahwa sesuatu itu dikatakan benar apabila memuaskan atau memenuhi keinginan-keinginan atau tujuan-tujuan manusia.
· Bahwa sesuatu itu benar apabila dapat dikaji kebenarannya secara eksperimen.
· Bahwa sesuatu itu benar apabila membantu dalam perjuangan hidup bagi eksistensi manusia.
2.1.5. Biologi dan pendidikan Biologi
2.1.5.1. Biologi
Biologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu “bios” yang artinya hidup dan “logos” yang artinya ilmu. Jadi, biologi adalah ilmu yang mempelajari sesuau yang hidup beserta masalah-masalah yang menyangkut kehidupan.
Objek kajian biologi sangat luas dan mencakup semua makhluk hidup. Karenanya dikenal berbagai cabang ilmu biologi yang mengkhususkan diri pada kajian tertentu yang lebih spesifik, di antaranya anatomi, anastesi, zoologi, botani, bakteriologi, parasitologi, ekologi, genetika, embriologi, entomologi, evolusi, fisiologi, histologi, mikologi, mikrobiologi, morfologi, paleontologi, patologi, dan lain sebagainya.
Biologi menduduki posisi sangat strategis dan mempunyai kedudukan unik dalam struktur keilmuan. Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan alam atau natural science, biologi mempunyai kesamaan dengan cabang atau disiplin lainnya dalam sains, yaitu mempelajari gejala alam, dan merupakan sekumpulan konsep-prinsip- teori (produk sains), cara kerja atau metode ilmiah (proses sains), dan di dalamnya terkandung sejumlah nilai dan sikap. Sebagai bagian dari ilmu-ilmu yang mempelajari manusia, biologi berbeda dari sosiologi atau psikologi. Biologi mempelajari struktur-fisiologi dan genetika manusia. Sosiologi mempelajari aspek hubungan sosial antar manusia, sedangkan psikologi aspek perilaku dan kejiwaan manusia.
2.1.5.2. Pendidikan Biologi
Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani, Paedagogy, yang mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar seorang pelayan. Sedangkan pelayan yang mengantar dan menjemput disebut paedagogos. Dalam bahasa Romawi, pendidikan diistilahkan dengan educate yang berarti mengeluarkan sesuatu sesuatu yang berada di dalam. Dalam bahasa Inggris, pendidikan diistilahkan to educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual (Suwarno, 2006).
Pendidikan pada hakikatnya adalah proses memanusiakan manusia muda (Hartoko, 1985; Dryarkara, 2006). Melalui pendidikan banyak aspek diharapkan akan dapat dicapai. Proses pendidikan merupakan proses aktif, yang dilakukan oleh peserta pendidikan dengan kesadaran untuk menjadi mandiri dan bertanggung jawab penuh terhadap dirinya dan terhadap masyarakat. Secara gamblang Dyarkara mendefinisikan mendidikan sebagai pertolongan atau pengaruh yang diberikan oleh oranga yang bertanggung jawab kepada anak suaya anak menjadi dewasa. Dalam pendidikan terjadi hidup bersama dalam kesatuan yang memungkinkan terjadi pemanusiaan anak. Dengan pendidikan terjadi pelaksanaan nilai-nilai dan manusia berproses untuk akhirnya bisa membudaya (melaksanakan) sendiri sebagai manusia purnawan (Dryarkara, 2006).
Pendidikan biologi memberikan andil dalam perkembangan biologi dari waktu ke waktu. Pengenalan berbagai organisme yang berguna diperlukan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Karena yang dikenal manusia banyak, pengetahuan tersebut perlu dikelompokkan sehingga berkembang taksonomi dan sistematik. Selanjutnya manusia mempelajari biofungsi, bioperkembangan, dan bioteknologi. Manusia memperoleh banyak manfaat dari semua itu, tetapi pendidikan biologi perlu membekali biomanajamen dan bioetika agar penerapan pengetahuan di lingkungannya membawa arah pemberdayaan berkelanjutan. Seyogianya pendidikan biologi memberi siswa bekal keterampilan, pengetahuan dan persepsi yang dilandasi kesadaran akan pentingnya etika dalam mengolah bahan di lingkungannya. Manusia hendaknya menjadi pemelihara keanekaragaman dan fungsi lingkungan agar manusia tetap dapat mengambil manfaat dari keanekaragaman dan lingkungan tetap dapat mendukung kehidupan manusia pada masa kini, maupun pada masa yang akan datang. Jadi dari semua itu sebenarnya pendidikan biologi atau bioedukasi yang perlu berperan agar lingkungan dan alam tetap bersahabat dengan manusia.
Jadi pendidikan biologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bagaimana hubungan pendidikan dengan biologi, bagaimana cara mempelajari dan mengajarkan biologi dengan baik dan benar, baik pada instusi pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan untuk pengajaran Biologi perlu dan dapat dimuati unsure pembentukan karakter melalui pengembangan sikap ilmiah (scientific attitude). Beberapa jenis sikap ilmiah yang dapat dikembangkan melalui pengajaran sains antara lain meliputi: curiosity (sikap ingin tahu), respect for evidence (sikap untuk senantiasa mendahulukan bukti), flexibility (sikap luwes terhadap gagasan baru), critical reflection (sikap merenung secara kritis), sensitivity to living things and environment (sikap peka/ peduli terhadap makhluk hidup dan lingkungan). Cara pengajaran dapat diintegrasikan dengan penyisipan dan penanaman nilai-nilai sains di dalamnya. Nilai-nilai yang dimaksud antara lain adalah nilai praktis, nilai intelektual, nilai religius, nilai sosial-ekonomi, dan nilai pendidikan.
2.1.6. Agama
Istilah agama, memiliki pengertian yang sama dengan istilah ‘’religion’’ dalam bahasa Iggris Bozman (Anshar, 1979) mengemukakan bahwa agama dalam arti luas merupakan penerimaan terhadap peraturan dari suatu kekuatan yang lebih tinggi, dengan jalan melakukan hubungan yang harmonis dengan realitas yang lebih agung dari dirinya sendiri, yang memerintahkannya untuk mengadakan kebaktian, pengabdian, dan pelayanan setia.
Randal dan Buchler (1942) mengemukakan bahwa ada dua bentuk agama yaitu:
· Religion identified with belief in the supernatural yaitu agama dengan kepercayaan supernatural
· Religion identified with faith yaitu agama dengan kenyakinan
Dalam agama sekurang-kurangnya terdapat ada 4 ciri utama agama:
1. Adanya kepercayaan terhadap yang maha gaib, mahasuci, mahaagung, sebagai pencipta alam semesta
2. Melakukan hubungan dengan hal-hal di atas, dengan berbagai cara
3. Adanya suatu ajaran (doktrin) yang harus dijalankan oleh setiap penganutnya
4. Menurut agama Islam, bahwa ajaran atau doktrin itu diturunkan oleh Rab tidak lansung kepada manusia.
2.2. Hubungan Filsafat dengan Filsafat Ilmu Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan, Biologi dan Pendidikan Biologi, dan Agama
2.2.1. Persamaan
Persamaan antara filsafat dengan filsafat ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan, biologi dan pendidikan biologi ada 4 yaitu:
· Tujuannya Sama yaitu untuk mencari kebenaran dengan adanya masalah yang ada dalam kehidupan, baik dari segi filsafat dengan filsafat ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan, biologi dan pendidikan biologi dan agama
· Semuanya sama-sama mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki objek selengkap-lengkapnya sampai keakar-akarnya.
· Sama-sama memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukan sebab-sebabnya.
· Sama-sama mempunyai metode dan sistem dalam memecahkan masalah.
· Semuanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia (objektivitas), akan pengetahuan yang lebih mendasar.
BAB III
KESIMPULAN
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam sampai pada hakikatnya dengan menggunakan akal dan pikiran. Filsafat ilmu pengetahuan adalah sebuah upaya untuk memahami makna, metode, struktur logis dari ilmu pengetahuan, terutama dengan analisis kriteria, konsep-konsep dan teori-teori yang ada di dalam ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah serangkaian pengetahuan yang diperoleh melalui kegiatan penyelidikan, pengalaman (empiris) dan percobaan (eksperimen) yang didukung oleh bukti nyata serta dapat dipertanggung jawabkan secara rasional.
Pengetahuan adalah persepsi subyek (manusia) atas berbagai obyek yang ada di alam semesta tanpa penyelidikan lebih lanjut. Biologi adalah ilmu yang mempelajari sesuau yang hidup beserta masalah-masalah yang menyangkut kehidupan. Pendidikan biologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bagaimana hubungan pendidikan dengan biologi, bagaimana cara mempelajari dan mengajarkan biologi dengan baik dan benar, baik pada instusi pendidikan formal maupun non formal. Agama dalam arti luas merupakan penerimaan terhadap peraturan dari suatu kekuatan yang lebih tinggi
Daftar Pustaka
Andi Hakim Nasution, 1989, Pengantar Filsafat Sains, Jakarta: Litera Antar Nusantara, hlm17
,
Hamzah Abbas, 1981, Pengantar Filsafat Alam, al-Ikhlas, Surabaya, hlm 12
Hanafi , 1975, Pengantar Filsafat Islam, Jakarta, Bulan Bintang, hlm 17
Poedjawijatna, 1980, Pembimbing ke Arah Alam Filsafat, Jakarta, PT Pembangunan, hlm 10
Sadulloh, U. 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : Penerbit Alfabeta, hal 16-58
Salam, B. 1997. Logika Materiil: Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Suriasumantri, J. S. 2007. Filsafat Ilmu: Sebuah pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Hal 19-36
Suwarno, W. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Tim pengajar, 2010, Filsafat pendidikan, Medan : UNIMED, hal1-12