Makalah Etika Berbusana Remaja

6 min read

Etika Berbusana Remaja

Bab I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Perkembangan busana dari masa ke masa mengalami mperubahan yang sangat signifikan. Bahkan dari tahun ke tahun mode atau style berubah menurut pemikiran dan perkembangan budaya dan tekhnologi.

B. Rumusan Permasalahan

Permasalahan yang timbul dari Berbusana dikalangan remaja :
1.    Apakah etika berbusana?
2.    Bagaimana penerapan etika berbusana?
3.    Bagaimana Etika berbusana yang baik?
4.    Apa Motif yang bisa diterapkan remaja kehidupan sehari-hari?

Bab II. Pembahasan

A. Pengertian Etika Berbusana

Untuk memahami etika berbusana, perlu dipahami tentang etika. Menurut Frans Magniz–Suseno, etika ialah ilmu yang mencari orientasi, etika mau mengerti mengapa kita harus mengikuti ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita dapat mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral. Sementara itu, Drs.H.Hasbullah Bakry,SH. mengemukakan etika yaitu ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan melihat pada amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui akal pikiran.

Dalam kaitannya dengan berbusana, maka dapat diartikan bahwa etika berbusana yaitu suatu ilmu yang memikirkan bagaimana seseorang dapat mengambil sikap dalam berbusana tentang model, warna, corak (motif) mana yang tepat baik sesuai dengan kesempatan, kondisi dan waktu serta norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

Estetika berbusana dapat diartikan sebagai suatu bidang pengetahuan yang membicarakan bagaimana berbusana yang serasi sesuai dengan bentuk tubuh seseorang serta kepribadiannya. Berbusana yang indah dan serasi yang menerapkan nilai-nilai estetika berarti harus dapat memilih model, warna dan corak, tekstur, yang sesuai dengan pemakai.

II. Penerapan Etika Berbusana

Menerapkan etika berbusana dalam kehidupan manusia perlu memahami tentang kondisi lingkungan, budaya dan waktu pemakaian. Untuk hal itu baik jenis, model, warna atau corak busana perlu disesuaikan dengan ke tiga hal tersebut, agar seseorang dapat diterima dilingkungannya.
Dasar perintah manusia untuk memakai dan menggunakan busana termaktub dalam kitab suci Al-Quran yaitu :
“Katakanlah kepada wanita yang beriman:”Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedada mereka, dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka.
“Wahai Putra-Putra Adam! Kami telah menurunkan kepada kamu pakaian yang berfungsi menutupi ‘aurat kamu dan bulu (sebagai pakaian indah untuk perhiasan).” (QS.al-A’raf : 26)
“Wahai putra-putra Adam, pakailah perhiasan kamu (yakni pakaian kamu di setiap (memasuki) masjid” (QS. al-A’raf [7] : 31)
“Dan dia (Allah) menjadikan kamu bagi kamu pakaian yang memelihara kamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan.”(QS.an-Nahl : 81).
Manusia membutuhkan pakaian (sandang) untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dasar sehari-hari di samping kebutuhan akan tempat tinggal (papan) dan makanan (pangan). Pakaian dapat memberikan keindahan, proteksi dari penyakit, kenyamanan, dan lain sebagainya. Tanpa baju/pakaian dapat mengakibatkan seseorang dikatakan gila.
II.3. Etika Berbusana yang Baik
1. Menutup Aurat Bagian Tubuh
Saat ini banyak kita jumpai gadis dan wanita yang tidak menutup aurat dengan bajunya, sehingga dapat memunculkan rangsangan kepada kaum laki-laki yang melihatnya. Ada banyak pilihan pakaian yang tertutup dan sopan yang bisa digunakan tanpa mengurangi kecantikan perempuan. Seharusnya pemerintah memberikan teguran dan hukuman bagi orang-orang yang mengumbar tubuhnya.
2. Sesuai Dengan Tujuan, Situasi dan Kondisi Lingkungan
Jika ingin sekolah gunakanlah pakaian seragam sekolah, bukan pakaian untuk tidur (piyama), renang, kerja, dan lain-lain. Apabila suhu di luar rumah sangat dingin, gunakanlah jaket yang tebal, bukan memakai pakaian tipis.
3. Tampak Rapi, Bersih, Sehat, dan Ukurannya Pas
Pakaian yang dipakai sebaiknya pakaian yang telah dicuci bersih, disetrika rapi dan jika dipakai tidak kebesaran maupun kekecilan. Pakaian yang kotor merupakan sarang penyakit bagi kita diri sendiri maupun kepada oang lain yang ada di sekitarnya.
4. Tidak Mengganggu Orang Lain
Pakailah baju-baju yang biasa-biasa saja tidak mengganggu akivitas maupun kenyamanan orang lain. Misalnya menggunakan gaun wanita dengan ekor puluhan meter sangat tidak pantas jika kita gunakan di tempat seperti di bus umum.
5. Tidak Melanggar Hukum Negara dan Hukum Agama
Sebelum memakai pakaian ada baiknya diingat-ingat dulu hukum di dalam maupun di luar negeri. Hindari memakai pakaian yang bertentangan dengan adat istiadat, hukum budaya yang berlaku di tempat tersebut. Di mana bumi di pajak, di situ langit di junjung.

II. 4. Enam motif berbusana
1. Motif Religi
Manusia sebagai makhluk yang mempunyai keyakinan dalam memeluk agama manapun cenderung mempunyai motif berbusana yang tidak melanggar sopan santun, tata susila, tidak memberi peluang kepada orang berbuat sesuatu yang asusila. Motif religi ini akan mendorong orang memilih busana yang sesuai dengan aturan-aturan yang dibolehkan atau dipersyaratkan dalam agamanya.
Berbusana dengan motif religi seyogianya akan menyesuaikan dengan aturan dan persyaratan, seperti dalam agama Islam untuk busana laki-laki minimal dari pusat sampai lutut, sedangkan untuk perempuan seperti telah dikemukakan di atas  yaitu  untuk perempuan yang sudah akil balig harus menutupi seluruh  tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Berbusana untuk perempuan ini dalam Al Qur’an surat AlAhzab [33] : 59 yang artinya ”Hai Nabi ! suruhlah isteri-isterimu, dan anak-anak perempuan-mu, dan  perempuan Mu’minin, menghulurkan jilbab mereka atas (muka-muka) mereka.  Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang”.
2. Motif Budaya
Busana cenderung tidak dapat dilepaskan dari budaya masyarakat, karena dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat yang ada pada masyarakat. Dikemukakan oleh Kluckhohn bahwa tujuh unsur kebudayaan sebagai  cultural universal yang bisa didapatkan pada semua bangsa di dunia, yaitu salah satunya peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga,  senjata,  alat-alat  produksi, transport,  dan  sebagainya). Salah  satu  unsur kebudayaan  yang   dikemukakan   Kluckhohn  tersebut,  jelas  busana  atau  pakaian termasuk dalam unsur kebudayaan.
Berbedanya busana daerah antara daerah yang satu dan daerah lainnya, karena kebudayaan manusia di setiap daerah cenderung berbeda, yang dipengaruhi oleh alam sekitar. Perbedaan busana daerah masing-masing ini, karena setiap daerah mempunyai adat istiadat, kebiasaan, cara hidup yang bisa berbeda di antara yang satu dan yang lainnya, dan lingkungan sosial budaya yang berbeda. Jadi, motif budaya ini dapat dimanifestasikan pada busana, baik dengan adanya busana daerah yang ada di kepulauan di wilayah Republik Indonesia, maupun dengan masuknya  budaya barat yang dianggap oleh orang pada umumnya lebih praktis. Kenyataan kepraktisan ini memberi inspirasi untuk membuat busana daerah  lebih  praktis dalam pemakaiannya tanpa menghilangkan ciri khasnya.
3. Motif Kebersamaan
Manusia sebagai makhluk sosial ingin selalu hidup berteman, sebagai teman ngobrol, diskusi, mencurahkan isi hati, dan ingin diterima di  lingkungan  di mana ia berada. Motif kebersamaan ini dapat dilihat dari kebersamaan dalam pekerjaan, dalam organisasi, sosial, politik, profesi, kegemaran (hobby), sekolah (studi). Motif kebersamaan ini dapat diimplementasikan pada kekompakan melaksanakan tugas dan tanggung jawab, disiplin kerja, dan aturan atau cara berbusana. Salah satunya motif kebersamaan dapat disalurkan melalui berbusana.
Motif kebersamaan melalui berbusana dapat dimanifestasikan dengan menyepakati busana seragam, baik untuk busana seragam pekerjaan atau kantor tertentu,  seperti  seragam  pegawai  Pemerintah  Daerah  (Pemda),   Pajak,   Tentara Nasional Indonesia/TNI (darat, laut, udara), Polisi Republik Indonesia (Polri), pramugari, seragam organisasi partai politik maupun seragam sekolah dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan seragam Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), dan seragam yang berupa jas atau jaket mahasiswa.
4. Motif Mode
Dalam pemilihan busana antara lain akan dipengaruhi oleh motif mode, karena kecenderungan setiap orang ingin mengikuti mode yang sedang digemari masyarakat atau mode yang paling mutakhir. Motif mode yang umumnya ada pada setiap orang inipun dapat dijadikan dasar untuk memproduki busana pada perusahaan-perusahaan  industri  busana. Usaha-usaha  industri   busana   akan   berkembang pesat apabila pengelola usaha tersebut cukup jeli  melihat  dan  memahami model-model mana yang digemari masyarakat, sehingga menjadi mode  yang   trend di masyarakat tertentu.
Model merupakan topik yang memberikan kegairahan kepada manusia terutama pada wanita yang peduli pada berbusana. Mode sering berubah dari waktu  ke  waktu,  lebih-lebih  di  negara  yang mempunyai empat  musim  (musim panas, musim gugur, musim dingin dan musim semi). Perubahan musim ini akan mendorong para desainer untuk menciptakan model-model busana yang diprediksikan akan dapat digemari masyarakat dan berkembang di masyarakat pada musim-musim tertentu. Dari model busana yang diciptakan para desainer itu dapat menjadi mode yang digemari masyarakat. Selanjutnya, pemilihan model busana pada orang-orang yang peduli dan perhatian terhadap mode yang sedang trend, menjadi motif untuk memilih busana.
5. Motif Urusan
Motif urusan yaitu motif yang berkaitan dengan urusan pribadi (privacy), urusan  dalam  kaitan  status  dan  urusan  dalam  suatu profesi. Berkaitan dengan motif urusan, di  antaranya  memerlukan  busana  yang  sesuai  dengan  motif  urusan tersebut  terutama  bagi orang-orang yang peduli, perhatian pada hal berbusana atau orang-orang yang berada di perkotaan yang sibuk dengan berbagai kegiatan.
Motif urusan yang berkaitan dengan berbusana ini akan memberikan arahan kepada seseorang untuk  mempergunakan busana pada kesempatan tertentu sesuai dengan urusannya masing-masing. Busana (pakaian) sebagai salah satu kebutuhan primer ekonomi (di samping pangan dan papan) dalam situasi tertentu dapat menjadi urusan  politik  dan  hukum  nasional  suatu  negara.  Sebagai  contoh hal itu  pernah terjadi dalam Pemerintah Churchill di Inggris mengeluarkan dekrit tentang busana (pakaian) untuk  menanggulangi  kekurangan dana  dan  tenaga  akibat  perang  yang terus berkecamuk perlu menentukan kostum siap  pakai yang hemat dalam penggunaan  bahan  dan  perhitungan ongkos produksi. Dekrit dimaksud  dikenal  Utility  Scheme Dresses.
6. Motif Alam
Motif alam berarti sangat menentukan jenis atau bentuk busana seperti apa, sehingga menutup aurat dengan daun-daunan yang apapun dapat masuk tahapan manusia berbusana. Mengamati berbusana sejak zaman primitif atau juga sekarang pada  daerah-daerah pedalaman  tertentu  seperti  di  Irian   Jaya   dapat   kita   memperhatikan busana-busana yang mereka pergunakan. Mereka masih tergantung  pada alam, apalagi jika kita melihat  ke belakang,  di  mana  alam  masih  belum  terjamah manusia, teknologi masih sangat sederhana, ilmu pengetahuan belum berkembang, sehingga manusia masih mengandalkan atau memanfaatkan benda-benda yang ada di alam dengan pengolahan yang sangat sederhana. Hasil kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks) dalam bidang pertekstilan dapat menghasilkan berbagai macam bahan busana, dari bahan yang  sederhana sampai bahan yang eksklusif untuk melayani  kebutuhan  manusia, salah satunya karena manusia memilih busana ada yang karena motif alam.


BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Berbusana sangatlah penting peranannya dalam kehidupan manusia dalam segala kegiatan. Dengan berbusana manusia dapat menunjukan pribadi individu masing, gaya hidup, lingkungan, budaya bahkan status social yang berjenjang dalam masyarakat. Remaja harus bisa menentukan mana busana yang baik dan tepat sesuai waktu dan tempat. Remaja juga bisa memilah mana yang sesuai dengan religi.
III.2 Saran
Penulis dalam menyusun makalah ini pastilah belum sempurna, maka dari itu penulis berharap teman-teman dan pembaca sudi memberikan saran dan kritik untuk kebaikan makalah berikutnya.

Diposting 22nd January 2013 oleh Unknown

Laporan Praktikum Kimia Dasar I Reaksi-Reaksi Kimia

Reaksi-Reaksi Kimia A. Tujuan Percobaan Memperajari sifat-sifat kimia suatu zat melalui reaksi-reaksi kimia. B. Dasar Teori Reaksi kimia merupakan reaksi senyawa dalam larutan (air). Perubahan...
Ananda Dwi Putri
16 min read

Apa perbedaan Bilangan Nyata Dengan Imajiner?

Bilangan nyata adalah bilangan yang sesuai dengan namanya. Kebalikan dengan bilangan khayal, bilangan nyata mewakili nilai sebenarnya tidak berputa-pura atau berkhayal. Bilangan nyata yang merupakan...
Ahmad Dahlan
34 sec read

Keuntungan dan Kerugian Menggunakan Sistem Pneumatik

A.      Keuntungan Menggunakan Pneumatik Penggunaan udara kempa dalam sistim pneumatik memiliki beberapa keuntungan antara lain dapat disebutkan berikut ini :     • Ketersediaan yang tak...
Ahmad Dahlan
1 min read

Leave a Reply