Makalah Emulsi

6 min read

Emulsi

Bab I. Pendahuluan

A. La­tar Belakang

Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehinggkan  dibutuhkan zat pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkannya sehingga antara zat yang terdispersi dengan pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya tidak akan terpisah. Ditinjau dari segi kepolaran, emulsi merupakan campuran cairan polar dan cairan non polar. Salah satu emulsi yang kita kenal sehari-hari adalah susu, di mana lemak terdispersi dalam air. Dalam susu terkandung kasein suatu protein yang berfungsi sebagai zat pengemulsi.Bebera contoh emulsi yang lain adalah pembuatan es krim, sabun, deterjen, yang menggunakan pengemulsi gelatin.

Dari hal tersebut diatas maka sangatlah penting untuk mempelajari sistem emulsi karena dengan tahu banyak tentang sistem emulsi ini maka akan lebih mudah juga untuk mengetahui zat – zat pengemulsi apa saja yang cocok untuk menstabilkan emulsi selain itu juga dapat diketahui faktor – faktor yang menentukan stabilnya emulsi tersebut karena selain faktor zat pengemulsi tersebut juga dipengaruhi gaya sebagai penstabil emulsi. Sistem emulsi termasuk jenis koloid dengan fase terdispersinya berupa zat cair namun dalam makalah ini kita hanya akan membahas mengenai emulsi yang menyangkut sediaan obat dalam ruang ringkup farmasetika.

B.      Rumusan Masalah

1.    Apa definisi emulsi ?

2.    Apa saja komponen- komponen emulsi?

3.    Apa saja tipe emulsi?

4.    Apa tujuan pemakaian emulsi ?

5.    Bagaimana cara pembuatan emulsi ?

6.    Bagaimana cara membedakan tipe emulsi?

7.    Bagaimana emulsi dikatakan stabil ?

8.    Apa saja kelebihan serta kekurangan sediaan emulsi?

   C.      Tujuan

siswa dapat :

1.    Mengetahui definisi emulsi.

2.    Mengetahui komponen- komponen emulsi.

3.    Mengetahui tipe emulsi.

4.    Mengetahui tujuan pemakaian emulsi.

5.    Mengetahui cara pembuatan emulsi.

6.    Mengetahui cara membedakan tipe emulsi

7.    Mengetahui kestabilan emulsi.

8.    Mengetahui kelebihan serta kekurangan sediaan emulsi.

BAB II

PEMBAHASAN

A.           Pengertian Emulsi

Menurut FI Edisi IV, emulsi adalah sistem dua fase  yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Stabilitas emulsi  dapat dipertahankan dengan penambahan zat yang ketiga yang disebut dengan emulgator (emulsifying agent)

Emulsi berasal dari kata emulgeo yang artinya menyerupai milk, warna emulsi adalah putih. Pada abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-bijian yang mengandung lemak, protein dan air. Emulsi semacam ini disebut emulsi vera atau emulsi alamsebagai emulgator dipakai protein yang terdapat dalam biji tersebut.

Pada pertengahan abad ke XVIII, ahli farmasi Perancis memperkenalkan pembuatan emulsi dari oleum olivarum, oleum anisi dan eugenol oil dengan menggunakan penambahan gom arab, tragacanth, kuning telur. Emulsi yang terbentuk karena penambahan emulgator dari luar disebut emulsi spuria atau emulsi buatan.

B.            Komponen Emulsi

Komponen dari emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu :

1.    Komponen dasar

Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam emulsi. Terdiri atas :

a.       Fase dispers /  fase internal /  fase diskontinue

Yaitu zat cair yang terbagi- bagi menjadi butiran kecil ke dalam zat cair lain.

b.      Fase  kontinue / fase external / fase luar

Yaitu zat  cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut.

c.       Emulgator.

Adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.

2.    Komponen tambahan

Bahan tambahan yang sering ditambahkan pada   emulsi  untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen saporis, odoris, colouris, preservative (pengawet), anti oksidan.

Preservative yang digunakan  antara lain metil dan propil paraben, asam benzoat, asam sorbat, fenol, kresol dan klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil merkuri asetas dan lain – lain.

Antioksidan yang digunakan antara lain asam askorbat, L.tocopherol,  asam sitrat, propil gallat , asam gallat.

C.           Tipe Emulsi

Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun external, maka emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu :

1.    Emulsi tipe  O/W ( oil in water) atau M/A ( minyak dalam air).

Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar kedalam air. Minyak sebagai fase internal dan air sebagai fase external.

2.    Emulsi tipe W/O ( water in oil ) atau A/M ( air dalam minyak)

Adalah emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar kedalam minyak. Air sebagai fase internal dan minyak sebagai fase external.

D.           Tujuan pemakaian emulsi

Emulsi dibuat untuk diperoleh suatu preparat yang stabil  dan rata dari campuran  dua cairan yang saling tidak bisa bercampur.

Tujuan pemakaian emulsi adalah :

1.    Dipergunakan sebagai obat dalam / per oral. Umumnya emulsi tipe o/w

2.    Dipergunakan sebagai obat luar.

Bisa tipe o/w maupun w/o tergantung banyak faktor misalnya sifat zatnya atau jenis efek terapi yang dikehendaki.

E.            Cara Pembuatan Emulsi

Dikenal 3 metode dalam pembuatan emulsi , secara singkat dapat dijelaskan :

1.    Metode gom kering atau metode kontinental.

Dalam metode ini zat pengemulsi  (biasanya gom arab) dicampur dengan minyak terlebih dahulu, kemudian ditambahkan air untuk pembentukan corpus emulsi, baru diencerkan dengan sisa air yang tersedia.

2.    Metode gom basah atau metode Inggris.

Zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air (zat pengemulsi umumnya larut)  agar membentuk suatu mucilago, kemudian perlahan-lahan minyak dicampurkan untuk mem-bentuk emulsi, setelah itu  baru diencerkan dengan sisa air.

3.    Metode botol atau metode botol forbes.

Digunakan untuk minyak menguap dan  zat –zat  yang bersifat minyak  dan mempunyai viskositas rendah (kurang kental). Serbuk gom dimasukkan ke dalam botol kering, kemudian ditambahkan 2 bagian air,  tutup botol kemudian campuran tersebut dikocok dengan kuat. Tambahkan sisa air sedikit demi sedikit sambil dikocok. 

Untuk membuat emulsi  biasa digunakan :

1.    Botol

Mengocok emulsi dalam botol secara terputus-putus lebih baik daripada terus menerus, hal tersebut memberi kesempatan pada emulgator untuk bekerja sebelum pengocokan berikutnya.

2.    Mixer, blender

Partikel fase disper dihaluskan dengan cara dimasukkan kedalam ruangan yang didalamnya terdapat pisau berputar dengan kecepatan tinggi , akibat putaran pisau tersebut, partikel akan berbentuk kecil-kecil.

3.    Homogeniser

Dalam homogenizer dispersi dari kedua cairan terjadi karena campuran dipaksa melalui saluran lubang kecil dengan tekanan besar.

4.    Colloid Mill

Terdiri atas rotor dan stator dengan permukaan penggilingan yang dapat diatur. Coloid mill digunakan untuk memperoleh  derajat dispersi yang tinggi cairan dalam cairan

F.            Cara Membedakan Tipe Emulsi

          Dikenal beberapa cara membedakan tipe emulsi yaitu    :

1.    Dengan  pengenceran fase.

Setiap emulsi dapat diencerkan dengan fase externalnya. Dengan prinsip tersebut, emulsi tipe o/w dapat diencerkan dengan air sedangkan emulsi tipe w/o dapat diencerkan dengan minyak.

2.    Dengan pengecatan/pemberian warna.

Zat warna akan tersebar rata dalam emulsi apabila zat tersebut larut dalam fase external dari emulsi tersebut. Misalnya  (dilihat dibawah mikroskop)

–     Emulsi + larutan Sudan III dapat memberi warna merah pada emulsi tipe w/o, karena sudan III larut dalam minyak

–     Emulsi +  larutan metilen blue  dapat memberi warna biru pada emulsi tipe o/w karena metilen blue larut dalam air.

3.    Dengan kertas saring.

Bila emulsi diteteskan pada kertas saring , kertas saring menjadi basah  maka tipe emulsi o/w, dan bila timbul noda minyak pada kertas berarti emulsi tipe w/o.

4.    Dengan konduktivitas listrik

Alat yang dipakai adalah kawat dan stop kontak, kawat dengan K ½ watt lampu neon ¼ watt semua dihubung- kan secara seri. Lampu neon akan menyala bila elektroda dicelupkan dalam cairan emulsi  tipe o/w, dan akan mati dicelupkan pada emulsi tipe w/o.

G.           Kestabilan Emulsi

Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti dibawah ini :

1.    Creaming  yaitu terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, dimana yang satu mengandung fase dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversible  artinya bila digojok perlahan-lahan akan terdispersi kembali.

2.    Koalesen dan cracking  (breaking)adalah pecahnya emulsi karena film yang meliputi  partikel rusak dan butir minyak akan koalesen(menyatu).Sifatnya    irreversible ( tidak bisa diperbaiki).  Hal ini dapat terjadi karena :

–     Peristiwa kimia, seperti penambahan alkohol, perubahan pH, penambahan CaO/CaCl2 exicatus.

–     Peristiwa fisika, seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan, pengadukan.

3.    Inversi  adalah peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe  emulsi w/o menjadi o/w atau sebaliknya.  Sifatnya irreversible.

H.      Kelebihan dan Kekurangan Emulsi

1. Kelebihan :

a.    Dapat membentuk sediaan yang saling tidak bercampur menjadi dapat bersatu menjadi sediaan yang homogen dan bersatu.

b.    Mudah ditelan.

c.    Dapat menutupi rasa yang tidak enak pada obat

2. Kekurangan :

a.    Kurang praktis dan staabilits rendah dibanding tablet.

b.    Takaran dosis kurang teliti.

BAB III

PENUTUP

A.           Kesimpulan

Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehinggkan  dibutuhkan zat pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkannya sehingga antara zat yang terdispersi dengan pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya tidak akan terpisah.Biasanya terdiri dari dua komponen: komponen dasar yang terdiri dari fase dispersi, terdispersi dan emulgator serta komponen tambahan.

Emulsi merupakan suatu sistem dua fase yang terdiri dari dua cairan yang tidak mau bercampur, dimana cairan yang satu terbagi rata dalam cairan yang lain dalam bentuk butir-butir halus karena distabilkan oleh komponen yang ketiga yaitu emulgator. Emulgator sendiri bisa berasal dari alam maupun buatan.

Emulsi dibagi menjadi dua tipe, yaitu tipe emulsi o/w atau a/m dan  tipe emulsi w/o atau m/a. Sedangkan macamnya bibagi menjadi 3, yaitu : oral, topikal dan injeksi.

Emulsi akan dikatakan stabil jika didiamkan tidak membentuk agregat, jika memisah antara minyak dan air jika dikocok akan membentuk emulsi lagi serta jika terbentuka gregat, jika dikocok akan homogen kembali.

 DAFTAR PUSTAKA

Syamsuni.2006. Ilmu Resep. ECG : Jakarta

Ditjen POM. 1994. Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen    Kesehatan Republik Indinesia: Jakarta.

Anief, Moh. (2005). ”Ilmu Meracik Obat”, cetakan XII. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Ditjen POM. (1979), “Farmakope Indonesia”, Edisi III. Depkes RI: Jakarta, 474, 509.

Laporan Praktikum Efek Fotolistrik

Efek Fotolistrik Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Efek fotolistrik adalah fenomena terlepasnya elektron logam akibat disinari cahaya. Ditinjau dari perspektif sejarah, penemuan efek...
Ananda Dwi Putri
9 min read

Laporan Praktikum Tetes Minyak Milikan

Tetes Minyak Milikan Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Elektron merupakan suatu dasar penyusun atom. Inti atom terdiri dari elektron (bermuatan negatif) dan proton...
Ahmad Dahlan
7 min read

Makalah Sifat Fantasi Dalam Tinjauan Psikologi

Sifat Fantasi Bab I. Pendahuluan Pada dasarnya psikologi mempersoalkan masalah aktivitas manusia. Baik yang dapat diamati maupun tidak secara umum aktivitas-aktivitas (dan penghayatan) itu...
Wahidah Rahmah
4 min read

Leave a Reply