Daftar isi
Distocia Kelainan Janin
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Persalinan normal adalah suatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung sendiri tanpa intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor yaitu kekuatan ibu (power), keadaan jalan lahir (passage) dan keadaan janin (passanger). Faktor lainnya psikologi ibu, penolong saat bersalin dan posisi saat bersalin. dengan adanya keseimbangan antara faktor tersebut, bila ada gangguan pada faktor ini dapat terjadi kesulitan atau gangguan pada jalannya persalinan. kelambatan atau kesulitan persalinan ini di sebut distosia. Distosia itu adalah kesulitan dalam jalannya persalianan salah satunya adalah distosia karena kelainan his baik kekuatan maupun sifatnya yang menghambat kelancaran persalinan.yang dapat dibedakan menjadi Distosia kelainan janin Yaitu Bayi Besar, Hidrocephalus, Anecephalus, Kembar Siam, gawat janin, IUFD, tali pusat menumbung.
b. Tujuan
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang distosia karena kelainan Janin yaitu Bayi Besar, Hidrocephalus, Anecephalus, Kembar Siam, gawat janin, IUFD, tali pusat menumbung.
c. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Tentang Bayi besar?
2. Bagaimana Tentang Hidrocephalus?
3. Bagaimana Tentang Anecephalus?
4. Bagaimana Tentang Bayi kembar Siam?
5. Bagaimana Tentang Gawat janin?
Bab II. Pembahasan
a. Bayi Besar
2. Definisi
Bayi besar adalah bayi lahir yang beratnya lebih dari 4000gram. menurut kepustakaan bayi yang besar baru dapat menimbulkan dytosia kalau beratnya melebihi 4500gram.
Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan adalah karena besarnya kepala atau besarnya bahu. Karena regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar dapat menimbulkan inertia dan kemungkinan perdarahan postpartum lebih besar. Macrosomia atau bayi besar adalah bayi yang lahir dengan berat lebih dari 4000 gram. Rata – rata bayi baru lahir dengan usia cukup bulan ( 37 minggu-42 minggu ) berkisar antara 2500 gram hingga 4ooo gram. Pada kondisi tertentu ada beberapa ibu hamil yang melahirkan bayi dengan berat diatas 4000 gram
3. Faktor-faktor makrosomia
– Bayi dan ibu yang menderita diabetes sebelum hamil dan bayi dari ibu yang menderita diabetes selama kehamilan.
– Terjadinya obesitas pada ibu juga dapat menyebabkan kelahiran bayi besar (bayi giant).
– Pola makan ibu yang tidak seimbang atau berlebihan juga mempengaruhi kelahiran bayi besar
4. Komplikasi
Bayi besar yang sedang berkembang merupakan suatu indikator dari efek ibu. Walaupun dikontrol dengan baik dapat timbul pada janin, maka sering disarankan persalinan yang lebih dini sebelum aterm. Biasanya dinilai pada sekitar kehamilan 38 minggu. Penilaian yang seksama terhadap pelvis ibu. Tingkat penurunan kepala janin dan diatas serviks. Bersama dengan pertimbangan terhadap riwayat kebidanan sebelumnya. Jika tidak maka persalinan dilakukan dengan seksio sesarea yang direncanakan. Resiko dari trauma lahir yang tinggi jika bayi lebih besar dibandingkan panggul ibunya perdarahan intrakranial, distosia bahu, ruptur uteri,serviks, vagina, robekan perineum dan fraktur anggota gerak merupakan beberapa komplikasi yng mungkin terjadi. Jika terjadi penyulit-penyulit ini dapat dinyatakan sebagai penatalaksanaan yang salah. Karena hal ini sebenarnya dapat dihindarkan dengan seksio sesarea yang terencana. Walaupun demikian, yang perlu dingat bahwa persalinan dari bayi besar (baby giant) dengan jalan abdominal bukannya tanpa resiko dan hanya dapat dilakukan oleh dokter bedah kebidanan yang terampil
Pemantauan glukosa darah ( Pada saat datang atau umur 3 jam, kemudian tiap 6 jam sampai 24 jam atau bila kadar glukosa ≥ 45 gr% dua kali berturut-turut. Pemantauan elektrolit Pemberian glukosa parenteral sesuai indikasi Bolus glukosa parenteral sesuai indikasi Hidrokortison 5 mg/kg/hari IM dalam dua dosis bila pemberian glukosa parenteral tidak efektif.
5. Alasan merujuk
Bila dijumpai diagnosis makrosomia, maka bidan harus segera membuat rencana asuhan kebidanan untuk segera diimplementasikan, tindakan tersebut adalah merujuk klien. Alasan dilakukannya rujukan adalah untuk mengantisipasi adanya masalah-masalah terhadap janin dan juga ibunya.
Masalah potensial yang akan dialami adalah:
a. Resiko dari trauma lahir yang tinggi jika bayi lebih besar dibandingkan panggul ibunya perdarahan intracranial
b. Distosia bahu
c. Ruptur uteri
d. Robekan perineum
e. Fraktur anggota gerak
Tindakan Selama Rujukan :
1. Memberikan pengertian kepada ibu bahwa kehamilan ini harus dirujuk ke Rumah Sakit karena bidan tidak mempunyai kapasitas untuk menganganinya.
2. Apabila ibu tidak bersedia dirujuk maka akan terjadi kemungkinan yang tidak diharapkan baik bagi ibu maupun janin. Seperti : Resiko dari trauma lahir, distosia bahu, robekan perineum, dll.
3. Mendampingi ibu dan keluarga selama di perjalanan.
4. Memberikan semangat kepada ibu bahwa kehamilan ini akan tertangani dengan baik oleh tenaga kesehatan di tempat rujukan. Ibu agar tetap berdoa dan berusaha berpikir positif.
Mengingat resiko yang ditimbulkan bila terjadi kehamilan dengan bayi macrosomia ( bayi besar ) tersebut, maka sebaiknya ibu hamil melakukan hal – hal berikut ini:
a. Menjaga kenaikan berat badan. Terutama pada ibu hamil dengan Diabetes dan Obesitas. Untuk ibu hamil dengan berat badan normal, kenaikan berat badan sekitar 10 kg – 13 kg, namun bila berat badan sebelum hamil kurang dari 45 kg, atau sebelum hamil sudah obesitas maka kenaikan berat badan disesuaikan dengan anjuran bidan atau dokter
b. Melakukan aktifitas gerak dan olahraga. Ibu hamil yang kurang gerak akan membuat kalori tubuh menumpuk dan tersimpan dalam bentuk lemak sebagai cadangan kalori tubuh. Senam hamil dan jalan pagi yang teratur akan sangat membantu mencegah kenaikan berat badan berlebih saat hamil.
c. Perbanyak konsumsi buah dan sayuran memasuki trimester III. Buah- buahan segar atau sayuran dalam bentuk jus yang banyak mengandung serat sangat disarankan. Hindari camilan junkfood dan kudapan yang mengandung banyak zat gula misalkan es krim dan puding berkadar gula tinggi . Minuman sirup manis sebaiknya juga dikurangi bila kenaikan berat badan telah melewati batas normal.
d. Patuhi diet dan pengobatan yang teratur. Bagi ibu hamil dengan riwayat diabetes sebaiknya mematuhi diet atau aturan pola makan sesuai anjuran dokter dan teratur mengikuti program terapi diabetes baik pemberian insulin maupun obat minum.
e. Pemeriksaan kehamilan secara teratur untuk pemantauan berat badan selama kehamilan. Pada setiap kunjungan berkala tersebut, bidan dan dokter akan membantu memantau berat badan setiap ibu hamil dengan pertimbangan indeks massa tubuh atau BMI masing – masing ibu hamil.
b. Hidrosephalus
1. Defenisi
Hydrocephalus adalah suatu keadaan dimana terdapat timbunan likuor serebrospinalis yang berlebihan dalam ventrikel-ventrikel, yang disertai dengan tekanan intracranial (sarwono, 2007). Hydrocephalus adalah jenis penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebrospinal). Penyakit ini juga dapat ditandai dengan dilatasi vertical serebra, biasanya terjadi secara sekunder terhadap obstruksi jalur cairan serebrospinalis, dan disertai oleh penimbunan cairan serebrospinalis di dalam cranium; Secara tipikal ditandai dengan pembesaran kepala, menonjolnya dahi, deteriorasi mental, dan kejang-kejang (Sudarti dan Afroh Fauziah, 2012). Hydrocephalus merupakan Penimbunan cairan otak dalam tengkorak dan bilik-bilik otak sehingga kepala menjadi besar. Kadang disebut air di otak (Suseno Tutu dan Masruroh, 2009).
2. Bentuk Umum
Ada beberapa type hydrocephalus berhubungan dengan kenaikan tekanan intrakranial.
Tiga bentuk umum hydrocephalus berdasarkan sirkulasi :
a) Hidrocephalus Non-komunikasi (Non communicating hydrocephalus)
Biasanya diakibatkan obstruksi dalam system ventrikuler yang mencegah bersikulasinya CSF. Kondisi tersebut sering dijumpai pada orang lanjut usia yang berhubungan dengan malformasi congenital pada system saraf pusat atau diperoleh dari lesi (space occuping lesion) ataupun bekas luka.Pada klien dewasa dapat terjadi sebagai akibat dari obstruksi lesi pada system ventricular atau bentukan jaringan adhesi atau bekas luka didalam system di dalam system ventricular. Pada klien dengan garis sutura yag berfungsi atau pada anak – anak dibawah usia 12 – 18 bulan dengan tekanan intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda – tanda dan gejala – gejala kenaikan ICP dapat dikenali. Pada anak – anak yang garis suturanya tidak bergabung terdapat pemisahan / separasi garis sutura dan pembesaran kepala.
b) Hidrosefalus Komunikasi (communicating hidrocepalus)
Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSF terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP)
c) Hidrosefalus Bertekan Normal (Normal Pressure Hidrocephalus).
Di tandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai dengan kompresi jaringan serebral, dapat terjadi atrofi serebral. Tekanan intrakranial biasanya normal, gejala – gejala dan tanda – tanda lainnya meliputi ; dimentia, ataxic gait, incontinentia urine. Kelainan ini berhubungan dengan cedera kepala, hemmorhage serebral atau thrombosis, mengitis; pada beberapa kasus (Kelompok umur 60 – 70 tahun) ada kemungkinan ditemukkan hubungan tersebut.
3. Tanda dan gejala
Lingkar kepala bayi aterm normal berkisar antara 32 dan 38 cm. pada hidrosephalus lingkar kepala sering lebih mencapai dari 50 cm, dan terkadang mencapai 80 cm. volume cairan biasanya berkisar antara 500- 1500 Ml , tetapi bisa juga sampai 5L . pada presentasi bokongditemukan pada sepertiga kasus . pada presentasi apapun, hidrosefalus lazimnya disertai disporposi sefalopelvik berat dengan distosia serius sebagai konsekuensi umumnya .
Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi :
a) Penanganan Sementara. Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan resorbsinya.
b) Penanganan Alternatif (Selain Shunting) Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi radikal lesi massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan suatu malformasi. Saat ini cara terbaik untuk melakukan perforasi dasar ventrikel III adalah dengan teknik bedah endoskopik. (Peter Paul Rickham, 2003)
c) Operasi Pemasangan ‘Pintas’ (Shunting)
Operasi pintas bertujuan membuat saluran baru antara aliran likuor dengan kavitas drainase. Pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah rongga peritoneum. Biasanya cairan serebrospinalis didrainase dari ventrikel, namun kadang pada hidrosefalus komunikans ada yang didrain ke rongga subarakhnoid lumbar. Ada dua hal yang perlu diperhatikan pada periode pasca operasi, yaitu: pemeliharaan luka kulit terhadap kontaminasi infeksi dan pemantauan kelancaran dan fungsi alat shunt yang dipasang. Infeksi pada shunt meningatkan resiko akan kerusakan intelektual, lokulasi ventrikel dan bahkan kematian. (Allan H. Ropper, 2005:360)
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menangani hydrocephalus antara lain :
a. Menggunakan teknologi pintasan seperti silicon.
Hal ini penting karena selang pintasan itu ditanam di jaringan otak, kulit, dan rongga perut, dalam waktu yang lama bahkan seumur hidup penderita sehingga perlu dihindarkan efek reaksi penolakan oleh tubuh. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan dilakukan setelah diagnosis dilengkapi dan indikasi serta syarat dipenuhi. Tindakan dilakukan terhadap penderita yang dibius otak ada sayatan kecil didaerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak yang selanjutnya selang pintasan ventrikel dipasang, disusul, kemudian dibuang sayatan kecil didaerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang pintasan rongga perut antara kedua ujung selang tersebut dihubungkan, dengan sebuah selang pintasan yang ditanam dibawah kulit sehingga tidak terlihat dari luar.
b. Teknik neuroendoskopi
Endoskopi dapat digunakan sebagai alat diagnose dan sekaligus tindakan bedah. VRIES pada tahun 1978 mengembangkan endoskopi yang canggih, yakni sebuah selang fiber-optik yang dilengkapi dengan peralatan bedah mikro dan sinar laser. Dengan demikian, melalui sebuah lubang dikepala, selang dipadu dengan layar televise, dioperasikan alat bedah untuk membuka tumor yang menyumbat rongga ventrikel.
c. Anencephalus
1. Definisi
Anencephalus adalah suatu keadaan dimana sebagian besar tulang tengkorak dan otak tidak terbentu. Anensefalus merupakan suatu kelainan tabung saraf yang terjadi pada awal perkembangan janin yang menyebabkan kerusakan pada jaringan pembentuk otak.
Anensefalus terjadi jika tabung saraf sebelah atas gagal menutup, tetapi penyebabnya yang pasti tidak diketahui.
2. Anenchepaly dapat terjadi karena di sebabkan oleh:
a) infeksi TORCH,
b) kuman toksoplasma,
c) rubella dan lain-lain,
d) disamping juga karena kakurangan asam folat sehingga pembentukan organ janin tidak sempurna. Pembentukan organ janin terjadi pada trimester pertama, sehingga sangat sulit untuk memperbaiki keadaan ini kecuali saat akhir kelahiran, dibuatkan tempurung, namun itu sulit di lakukan mengingak janin masih sangat kecil.
3. Tanda dan gejala
Ibu polihididramnion, bayi tidak memiliki tulang tengkorak tidak memiliki otak, terdapat kelainan gambaran (rancu) tengkorak kepala pada pemeriksaan USG.
Kelainan ini ditandai dengan tidak adanya kubah cranium dan otak diatas dasar tengkorak dan orbita. Kegagalan dalam memperoleh penampakan diameter biparietalis yang adequate pada trimester kedua seyogyanya menimbulkan kecurigaan.
4. Faktor risiko
Diantaranya : Hamil dengan kadar asam folat rendah, fenilketonuria pada ibu yang tidak terkontrol, kekurangan gizi (malnutrisi), mengkonsumsi kafein, tar, alkohol, dll selama masa kehamilan.
Faktor lingkungan yang multiple, 30% riwayat keluarga, Multi gravid > 6 kali , Primigravida, Riwayat melahirkan cacat.
5. Penatalaksanaan
– Deteksi dini
– Konseling tentang : evaluasi konsumsi nutrisi, kemungkinan kesulitan pada proses perslainan, rencana persalinan dirumah sakit
– Kolaborasi daan rujukan
– Deteksi terhadap CPD
– Persalinan pervaginam dipertimbangkan dnegan syarat : pertolongan persalinan ditolong oleh dokter, tenaga anestesi harus ada, dan adanya dokter anak.
– Melakukan observasi : DJJ, kontraksi uterus, posisi, caput / molding dan kekuatan mengedan
– Lakukan episiotomy lebar
– Distosia bahu lakukan manufer Roberts
– Jika dalam kala II mekanisme persalinan tidak ada perkembangan lakukan sesar
d. Kembar Siam
1. Definisi
Kembar adalah keadaan anak kembar yang kembar organ tubuh ke daunya bersatu. Hal ini terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik gagal terpisah secara sempurna. Karena terjadinya pemisahan yang lambat, maka pemisah anak tidak sempurna dan terjadi kembar siam.
Kembar atau anak kembar adalah dua atau lebih individu yang membagi uterus yang sama dan biasanya, tapi tidak selalu, dilahirkan dalam hari yang sama. Pada manusia, ibu dengan kandungan yang membawa bayi kembar dengan demikian akan mengalami persalinan berganda dan biasanya masa mengandung yang lebih singkat (34 sampai 36 minggu) daripada kehamilan bayi tunggal. Karena kelahiran prematur biasanya memiliki konsekuensi kesehatan kepada bayi, kelahiran kembar seringkali ditangani secara khusus yang agak berbeda daripada kelahiran biasa.
2. Ada beberapa jenis kembar siam:
· Thoracopagus: kedua tubuh bersatu di bagian dada (thorax). Jantung selalu terlibat dalam kasus ini. Ketika jantung hanya satu, harapan hidup baik dengan atau tanpa operasi adalah rendah. (35-40% dari seluruh kasus)
· Omphalopagus: kedua tubuh bersatu di bagian bawah dada. Umumnya masing-masing tubuh memiliki jantung masing-masing, tetapi biasanya kembar siam jenis ini hanya memiliki satu hati, sistem pencernaan, diafragma dan organ-organ lain. (34% dari seluruh kasus)
o Xiphopagous: kedua tubuh bersatu di bagian xiphoid cartilage.
· Pygopagus (iliopagus): bersatu di bagian belakang. (19% dari seluruh kasus)
· Cephalopagus: bersatu di kepala dengan tubuh yang terpisah. Kembar siam jenis ini umumnya tidak bisa bertahan hidup karena kelainan serius di otak. Dikenal juga dengan istilah janiceps (untuk dewa Janus yang bermuka dua) atau syncephalus.
3. Penatalaksanaan
Konsultasi dengan ahli bedah anak akan memudahkan orang tua mengambil keputusan. Juga perlu diingat bahwa kembar monoizigot beresiko tinggi mengalami ketidaksepadanan malformasi struktur , kemungkinan besar karena proses pembentukan kembar adalah kejadian teratogenik yang mengganggu proses – proses perkembangan normal. Akibatnya kembar siam mungkiin memiliki anomaly struktur yang tidak sepadan yang semakin mempersulit keputusan mengenai kehamilan perlu dilanjutkan atau tidak. Sebagai contoh salah satu kembar siam yang anencefalus. Pelahiran pervaginam kembar siam untuk tujuan terminasi kehamilan dapat dilakukan karena penyatuan umumnya lentur walaupun sering terjadi distosia. Apabila janin sudah matur, pelahiran pervaginam dapat menimbulkan trauma.
e. Gawat Janin
1. Definisi
Keadaan janin biasanya dinilai dengan menghitung denyut jantung janin dan memeriksa kemungkinan adanya mekonium di dalam cairan amnion. Sering dianggap DJJ yang abnormal, terutama bila ditemukan mekonium, menandakan hipoksia dan asidosis. Akan tetapi, hal tersebut seringkali tidak benar.
Gawat janin adalah keadaan / reaksi ketika janin tidak memperoleh oksigen yang cukup.
2. Etiologi
Gawat janin yaitu terdiri dari berbagai hal baik dari faktor ibu maupun faktor janin sehingga memicu terjadinya gawat janin berikut etiologinya :
a) Insufisiensi uteroplasenter akut (kurangnya aliran darah uterus plasenta dalam waktu singkat) berupa : aktivitas uterus yang berlebihan, hipertonik uterus, dapat dihubungkan dengan pemberian oksitosin, hipotensi ibu, kompresi vena kava, posisi terlentang, perdarahan ibu, solusio plasenta, plasenta previa.
b) Insufisiensi uteroplsenter kronik (kurangnya aliran darah uterus plasenta dalam waktu lama) berupa penyakit hipertensi, pada hipertensi khusunya preeklamsia da eklamsia terjadi vasopasme yang merupakan akibat dari kegagalan invasi trofoblas ke dalam lapisan otot pembuluh darah sehingga pembuluh darah mengalami kerusakan dan menyebabkan aliran darah ke plasenta terhambat dan menimbulkan hipoksia pada janin yang akan menjadikan gawat janin.
c) Diabetes mellitus : pada ibu yang menderita DM maka kemungkinan pada bayi akan mengalami hipoglikemia karena pada ibu yang diabetes mengalami toleransi glukosa terganggu dan sering kali disertai dengan hipoksia
d) Isoimunisasi Rh, postmaturitas atau dismaturitas, kompresi (penekanan) tali pusat.
3. Tanda dan gejala
a) Frekwensi bunyi jantung janin kurang dari 120 x / menit atau lebih dari 160 x / menit.
b) Berkurangnya gerakan janin ( janin normal bergerak lebih dari 10 kali per hari ).
c) Adanya air ketuban bercampur mekonium, warna kehijauan ( jika bayi lahir dengan letak kepala ).
d) Pada kehamilan : ibu merasakan gerakan janin menurun, ibu merasa besar perut lebih kecil
e) Pada persalinan : gerakan janin menurun atau meningkat.
f) Pada kehamilan : terdapat retardasi pertumbuhan uterus, TFU< dari usia kehamilan, pemeriksaan DJJ terjadi perubahan pola denyut DJJ dari nilai normal
g) Pada persalinan : perubahan pola DJJ ( Takhikardi, bradikardi,), hipotensi pada ibu, peningkatan suhu, kontraksi uterus hipertonik ( Ben – zion 1994)
4. Faktor risiko
a. Premature usia gestasi < 28 mingg
b. Demam maternal
6. Penatalaksanaan
a) ingkatkan oksigen pada janin dengan cara : Mintalah si ibu merubah posisi tidurnya; Berikan cairan kepada ibu secara oral atau IV; Berikan Oksigen.
b) Periksa kembali denyut jantung janin. Bila frekwensi bunyi jantung janin masih tidak normal, maka dirujuk; Bila merujuk tidak mungkin, siap-siap untuk menolong BBL dengan asfiksia.
Anjurkan ibu hamil in-partu berbaring kesisi kiri untuk meningkatkan aliran oksigen ke janinnya. Hal ini biasanya meningkatkan aliran darah maupun oksigen melalui plasenta lalu ke janin. Bila posisi miring ke kiri tidak membantu. Coba posisi yang lain ( miring ke kanan, posisi sujud ). Meningkatkan oksigen ke janin dapat mencegah atau mengobati Gawat Janin.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Hidrosepalus adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinalis dalam pentrikel otak, sehingga kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun. Cairan yang tertimbun dalam pentrikel biasanya 500-1500 ml, akan tetapi kadang-kadang dapat mencapai 5 liter. Hidrosefalus sering kali disertai kelainan bawaan lain seperti misalnya spinabipida.
Anencephalus adalah suatu keadaan dimana sebagian besar tulang tengkorak dan otak tidak terbentu. Anensefalus merupakan suatu kelainan tabung saraf yang terjadi pada awal perkembangan janin yang menyebabkan kerusakan pada jaringan pembentuk otak.
Anak yang lebih berat dari 4000 g. Menurut kepustakaan anak yang besar baru dapat menimbulkan distosia kalau beratnya melebihi 4500 g.
Kembar adalah keadaan anak kembar yang kembar organ tubuh ke daunya bersatu. Hal ini terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik gagal terpisah secara sempurna. Karena terjadinya pemisahan yang lambat, maka pemisah anak tidak sempurna dan terjadi kembar siam.
Sering dianggap DJJ yang abnormal, terutama bila ditemukan mekonium, menandakan hipoksia dan asidosis. Akan tetapi, hal tersebut seringkali tidak benar
Macrosomia atau bayi besar adalah bayi yang lahir dengan berat lebih dari 4000 gram. Rata – rata bayi baru lahir dengan usia cukup bulan ( 37 minggu-42 minggu ) berkisar antara 2500 gram hingga 4ooo gram.
b. Daftar Pustaka
MMK,Ai yeyeh Rukiyah,S.Si.T.MMK,Lia Yulianti,Am.keb.2010.Asuhan Kebidanan 4 (Patologi).Jakarta:Trans Info Media
Fraser, Diane M. Cooper, Margaret A. 2009. Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta: EGC
Sarwono Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo