Makalah Diare

8 min read

Makalah Diare

Bab I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting karena merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan kematian anak di berbagai Negara termasuk Indonesia. Diperkirakan lebih dari 1,3 miliar serangan dan 3,2 juta kematian per tahun pada balita disebabkan oleh diare. Setiap anak mengalami episode serangan diare rata-rata 3,3 kali setiap tahun. Lebih kurang 80% kematian terjadi pada anak berusia kurang dari dua tahun.

Penyebab utama kematian akibat diare adalah dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja. Penyebab kematian lainnya adalah disentri, kurang gizi dan infeki. Golongan usia yang paling

menderita akibat diare adalah anak-anak karena daya tahan tubuhnya yang masih lemah. Data survey kesehatan rumah tangga (SKRT) menunjukkan angka kematian diare pada anak balita adalah 6,6% per tahun pada tahun 1980, kemudian 3,7% (tahun 1985), 2,1%n (tahun 1992), dan 1,0% (tahun 1995).

            Diare merupakan penyebab kurang gizi yang penting terutama pada anak. Diare menyebabkan anoreksia (kurangnya nafsu makan) sehingga mengurangi asupan gizi, dan diare dapat mengurangi daya serap usus terhadap saari makanan. Dalam keadaan infeksi, kebutuhan ari makanan pada anak yang mengalami diare akan meningkat, sehingga setiap serangan diare akan menyebabkan kekurangan gizi. Jika hal ini berlangsung terus-menerus akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan anak.

1.2. Rumusan Masalah

1.      Apa definisi penyakit diare?

2.      Bagaimana epidemiologi penyakit diare?

3.      Apa penyebab-penyebab penyakit diare?

4.      Bagaimana mekanisme penularan penyakit diare?

5.      Apa gejala-gejala dan tanda-tanda penyakit diare?

6.      Bagaimana pengobatan penyakit diare?

7.      Bagaimana cara pecegahan penyakit diare?

1.3.Tujuan dan manfaat

1.      Untuk mengetahui definisi penyakit diare

2.      Untuk mengetahui bagaimana epidemiologi penyakit diare

3.      Untuk mengetahui penyebab-penyebab penyakit diare

4.      Untuk mengetahui mekanisme penularan penyakit diare

5.      Untuk mengetahui apa saja gejala-gejala dan tanda-tanda yang di timbulkan dari penyakit diare

6.      Untuk mengetahui bagaimana pengobatan penyakit diare

7.      Untuk mengetahui bagaimana cara pencegahan penyakit

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Penyakit Diare

Menurut beberapa ahli :

·         Menurut WHO (1980) Diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 kali sehari.

·         Menurut Haroen N,S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998) Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lender dalam tinja.

·         Menurut C.L Bezt & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.

·         Menurut Suradi & Rita (2001) diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yanf terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.

Definisi Diare secara umum :

Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja.

2.2. Epidemiologi

            Sekitar 5 juta anak di seluruh dunia meninggal karna diare akut. Di Indonesia pada  tahun 70 – 80an , frevakunsi penyakit diare sekitar 200-400 per 1000 penduduk per tahun dari angka frevalensi tersebut, 70- 80% menyerang anak di bawah usia 5 tahun (balita). Golongan usia ini mengalami 2-3episode diare per tahun di perkirakan kematian anak akibat diare sekitar 200-250ribu tiap tahunnya.

            Angka CFR diare menurun dari tahu ke tahun, pada tahun 1975 CFR sebesar 40-50%, tahun 1980an CFR sebesar 24%. Berdasarkan hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT), pada tahun 1986 CFR sebesar 15%, tahu 1990 CFR sebasar 12%, dan di harapkan pada tahun 1999 akan menurun menjadi 9%.

            Di Indonesia , lapaoran yanag masuk ke departemen kesehatan menunjukan bahwa setiap anak mengalami serangang diare 1,6-2kali setahun. Angka kesakitan akibat diare mengalami penurunan dari tahun ke tahun.

            Table 24.1 menggambarkan penurunan angka keakitan diare dari 27,79 per 1000 penduduk pada tahun 1990 mencapai angka terendah 23,57 per 1000 penduduk pada tahun 1996, tetapi meningkat lagi menjadi 26,13 per 1000 penduduk pada tahun 1999. Demikian piula dengan angka kematian terjadi penurunan dari 0,024% pada tahun 1990 menjadi 0,06 pada tahun 1999. Angka ini relative lebih rendah di bangdingkan angka hasil SKRT karna system pencacatan dan pelaporan yang masih lemah.

TAHUNANGKA KESAKITANPER 1000 PENDUDUKCFR(%)
199019911992199319941995199619971998199929,7925,6425,4128,7726,6424,2623,5726,2025,3026,130,040,0270,0170,0150,0190,0210,0190,0120,0090,006

            Masih seringnya terjadi wabah atau kejadian luar biasa ,diare menyebabkan pemberantasannya menjadi suatu hal yang sangat penting di Indonesia, KLB masih terus terjadi hamper di setiap musim di sepanjang tahun data KLB diare dapat di lihat pada table berikut.

TAHUNPENDERITAMENINGGALCFR(%)
199619971998199920006.13917.89011.8195.1595.680161184275761092,621,082,331,471,92

            KLB diare menyerang hamper semua provinsi di Indonesia. Angka kematian yang jauah lebih tinggi dari pada kejadian kasusu diare biasa membuat perhatian para ahli kesehatan masyarakat tercurah pada penanggulangan KLB diare secara cepat.

2.3. Penyebab penyakit diare

Penyabab diare dapat dikelompokan menjadi :

1.      Virus : rotavirus (40-60%), adenovirus

2.      Bakteri : escerichia coli (20-30%), shigella sp. (1-2%)< vibrio choleae, 23.1

3.      Parasit : entamoeba (<1%), Giardia Lamblia, Cryptosporidium (4-11%).

4.      Keracunan makanan

5.      Malabsorbsi karbohidrat, lemk dan protein

6.      Alergi : makana, susu sapi

7.      Immunodefisiensi : AIDS

            Penyebab diare akut terbesar adalah innfeksi virus dari golongan rotavirus. Genus rotavirus merupakan virus golongan RNA yang termasuk dalam famili reofiridae. Ada 7 spesies yang sudah dapat diidentifikasi yaitu rotavirus A (RV-A), B, C, D, E, F, dan G. diameter virus dapat mencapai 100 nanometer. Virus mengandung 11 segmen RNA yang dilapisi oleh 3 lapisan protein yang berfungsi menahan asam lambung dan enzim-enzim pencerna.

2.4. Mekanisme Penularan Penyakit Diare

            Penyakit diare sebagian besar (75%) disebabkan oleh kuman seperti virus dan bakteri. Penularan penyakit diare yang melalui orofekal terjadi dengan mekanisme berikut

1.      Melalui air yang merupakan media penularan utama. Diare dapat terjadi bila seseorang menggunakan air minum yang sudah tercemar, baik tercemar dari sumber daya, tercemar selama perjalanan sampai kerumah-rumah, atau tercemar pada saat disimpan dirumah. Pencernaan dirumah terjadi bila tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.

2.      Melalui tinja terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang dan kemudian binatang tersebut hinggap di makanan, maka makanan itu dapat menularkan diare ke orang yang memakannya.

3.      Faktor-faktor yang meningkatkan risiko diare adalah:

a.       Pada usia 4 bulan bayi sudah tidak diberi ASI eksklusif lagi. (ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja sewaktu bayi berusia 0-4 bulan). Hal ini akan meningkatkan risiko kesakitan dan kematian karena diare, karena ASI banyak mengandung zat-zat kekebalan terhadap infeksi.

b.      Memberikan susu formula dalam botol kepada bayi. Pemakaian botol akan meningkatkan risiko pencemaran kuman, dan susu akan terkontaminasi oleh kuman dari botol. Kuman akan cepat berkembang bila susu tidak segera di minum.

c.       Menyimpan makanan pada suhu kamar. Kondisi tersebut akan menyebabkan permukaan makanan mengalami kontak dengan peralatan makan yang merupakan media yang sangat baik bagi perkembangan mikroba.

d.      Tidak mencuci tangan pada saat memasak, mkan atau sesudah buang air besar (BAB) akan memungkinkan kontaminasi langsung.

2.5. Gelaja-gejala dan Tanda-tanda Penyakit Diare

            Beberapa gejala dan tanda penyakit diare antara lain:

1.      Gejala umum

a.       Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare

b.      Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut

c.       Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare

d.      Gejala dehidrasi, yaitu mat cekung, ketegangan kulit menurun, apatis bahkan gelisah.

2.      Gejala spesifik

a.       Vibrio cholera: diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis

b.      Disenteriform: tinja berlendir dan berdarah

Diare berkepanjangan dapat menyebabkan:

1.      Dehidrasi (kekurangan cairan)

Tergantung dari presentase cairan tubuh yang hilang, dehidrasi dapat terjadi ringaan sedang atau berat.

2.      Gangguan sirkulasi

Pada diare akut, kehilangan cairan dapat terjadi dalam waktu yang singkat. Jika kehilangan cairan ini lebih dari 10% berat badan, pasien dapat mengalami syok atau presyok yang disebabkan oleh berkurangnya volume darah (hipovolemia)

3.      Gangguan asam-basa (asidosis)

Hal ini terjadi akibat kehilangan cairan elektrolit (bikarbonat) dari dalam tubuh. Sebagai kompensasinya tubuh akan bernapas cepat untuk membantu meningkatkan Ph arteri.

4.      Hipoglikemia (kadar gu;a darah rendah)

Hipoglikemia sering terjadi pada anak yang sebelumnya mengalami malnutrisi (kurang gizi). Hipoglikemia dapat mengakibatkan koma. Penyebab yang pasti belum diketahui, kemungkinan karena cairan ekstraseluler menjadi hipotonik dan air masuk ke dalam cairan intraseluler sehingga terjadi edema otak yang mengakibatkan koma.

5.      Gangguan gizi

Gangguan ini terjadi karena asupan makanan yang kurang dan output yang berlebihan. Hal ini akan bertambah berat bila pemberian makanan dihentikan, serta sebelumnya penderita sudah mengalami kekurangan gizi (malnutrisi)

Derajat dehidrasi akibat diare dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1.      Tanpa dehidrasi, biasanya anak yang merasa normal, tidak rewel, masih bisa bermain seperti biasa. Umumnya karena diarenya tidak berat, anak masih mau makan dan minum seperti biasa.

2.      Dehidrasi ringan atau sedang, mwnywbabkan anak rewel atau gelisah, mata sedikit cekung, turgor kulit masih kembali dengan cepat jika dicubit.

3.      Dehidrasi berat, anak apatis (kesadaran berkabut), mata cekung, pada cubitan kulit turgor kembali lambat, napas cepat, anak terlihat lemah.

2.6 Pengobatan Diare

            Pengobatan diare berdasarkan derajat dehidrasinya

1.      Tanpa dehidrasi, dengan terapi A

Pada keadaan ini, buang air besar terjadi 3-4 kali sehari atau disebut mulai mencret. Anak yang mengalami kondisi ini masih lincah dan masih mau makan dan minum seperti biasa. Pengobatan dapat dilakukan di rumah oleh ibu atau anggota keluarga lainnya dengan memberikan makanan dan minuman yang ada di rumah, seperti air kelapa, larutan gula garam (LGG), air tajin, air teh, maupun oralit. Istilah pengobatan ini adalah dengan menggunakan terapi A.

Ada tiga cara pemberian cairan yang dapat dilakukan di rumah

a.       Memberikan anak lebih banyak cairan

b.      Memberikan makanan terus-menerus

c.       Membawa ke petugas kesehatan bila anakk tidak membaik dalam tiga hari

2.      Dehidrasi ringan atau sedang, dengan terapi B

Diare dengan dehidrasi ringan ditandai dengan hilangnya cairan sampai 5% dari berat badan, sedangkan pada diare sedang terjadi kehilangan cairan 6-10% dari berat badan. Untuk mengobati penyakit diare pada derajat dehidrasi ringan atau sedang digunakan terapi B, yaitu sebagai berikut :

Pada tiga jam pertama jumlah oralit yang digunakan :

Usia<1 tahun1-4 tahun>5 tahun
Jumlah Oralit300 mL600 mL1200 mL

Setelah itu, tambahkan setiap kali mencret :

Usia<1 tahun1-4 tahun>5 tahun
Jumlah Oralit100 mL200 mL400 mL

3.      Dehidrasi berat, dengan terapi C

Diare dengan dehidrasi berat ditandai dengan mencret terus-menerus, biasanya lebih dari 10 kali disertai muntah, kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan. Diare ini diatasi dengan terapi C, yaitu perawatan di puskesmas atau rumah sakit untuk diinfus RL (Ringer Laktat).

4.      Teruskan pemberian makan

Pemberian makanan seperti semula diberikan sedini mungkin dan disesuaikan dengan kebutuhan. Makanan tambahan diperlukan pada masa penyembuhan. Untuk bayi, ASI tetap diberikan bila sebelumnya mendapatkan ASI, namun bila sebelumnya tidak mendapatkan ASI dapat diteruskan dengan memberikan susu formula.

5.      Antibiotik bila perlu

Sebagian besar penyebab diare adalah Rotavirus yang tidak memerlukan antibiotik dalam penatalaksanaan kasus diare karena tidak bermanfaat dan efek sampingnya bahkan merugikan penderita.

2.7 Pencegahan Diare

            Penyakit diare dapat divegah melalui promosi kesehatan, antara lain :

1.      Menggunakan air bersih. Tanda-tanda air bersih adalah ‘3 Tidak’, yaitu tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.

2.      Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan sebagian besar kuman penyakit.

3.      Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan untuk mematikan sebagian besar kuman penyakit.

4.      Memberikan ASI pada anak sampai berusia dua tahun.

5.      Menggunakan jamban yang sehat.

6.      Membuang tinja bayi dan anak dengan benar.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

1.      Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja.

2.      Penyebab diare akut terbesar adalah infeksi virus dari golongan rotavirus.

3.      Pengobatan diare berdasarkan derajat dehidrasinya dibedakan menjadi 5 macam, yaitu pengobatan tanpa dehidrasi (dengan terapi A), pengobatan dehidrasi ringan atau sedang (dengan terapi B), pendobatan dehidrasi berat (dengan terapi C), teruskan pemberian makan dan pemberian antibiotik bila perlu.

4.      Pencegahan diare dapat dilakukan melalui promosi kesehatan.

Laporan Hasil Praktikum – Kerja Otot Gastrocnemius

Kerja Otot Gastrocnemius Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Otot dirangsang dengan rangsangan maksimal secara beruntun (multiple) dan frekuensi ditinggikan berpotensi menimbulkan beberapa gambaran...
Ananda Dwi Putri
8 min read

Laporan Praktikum Fluida Statis dan Hukum Archiemedes

Fluida Statis dan Hukum Archiemedes Bab. Pendahuluan A. Latar Belakang Fluida adalah zat yang dapat mengalir. Kata Fluida mencakup zat car, air dan gas...
Ahmad Dahlan
7 min read

Laporan Agroklimatologi – Pengukuran Kelembaban

Pengukuran Kelembaban Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Dalam atmosfer (lautan udara) senantiasa terdapat uap air. Kadar uap air dalam udara disebut kelembaban (lengas udara)....
Ananda Dwi Putri
9 min read

Leave a Reply