Makalah Desain Penelitian Kolerasional

8 min read

Desain Penelitian Kolerasional

Bab I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada suatu masalah yang memerlukan solusi yang tepat. Dalam kehidupan selalu ada masalah, baik masalah pribadi, keluarga, masyarakat dan negara. Dari semua masalah tersebut, tidak semua masalah yang memerlukan solusi dalam bentuk kegiatan penelitian. Perbedaanya adalah pada kegiatan penyelesaian masalah. Selain masalah, komponen penting yang harus ada dalam penelitian adalah tujuan penelitian sehingga dapat ditentukan metode yang tepat untuk penyelesain masalah. Kegiatan penyelesaian masalah yang disebut penelitian dapat dilakukan secara sistematis dengan mengikuti metodologi, dikontrol, dan didasarkan teori yang ada serta diperkuat dengan gejala yang ada (Sukardi, 2004:3).

Secara umum, penelitian dapat dibedakan dari beberapa aspek, diantaranya aspek tujuan, aspek metode, aspek kajian.  Menurut Gay (dalam Sukardi, 2004:13) Aspek tujuan terdiri dari penelitian dasar dan lanjut. Aspek metode terdiri atas penelitian deskriptif, penelitian sejarah, penelitian survei, penelitian ex-postfakto, penelitian eksperimen, penelitian kuai eksperimen. Sedangkan, aspek kajian sesuai bidang garapan dapat dibagi menjadi dua, yaitu penelitian kependidikan dan penelitian nonkependidikan (Sukardi, 2004:13-16).

Masalah penelitian dapat dibagi dalam berbagai bidang diantaranya bidang pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, dan lain-lain. Salah satu bidang penelitian yang memerlukan perhatian khusus adalah bidang penelitian pendidikan. Secara umum metode penyelesaian masalah pada penelitian pendidikan ada dua, yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Salah satu peneltian yang penting dan bermanfaat dalam dunia pendidikan adalah penelitian korelasional.

B. Rumusan Masalah

  1. Apa pengertian  penelitian korelasional?
  2. Apa tujuan penelitian korelasional
  3. Apa saja macam-macam studi korelasional?
  4. Apasaja ciri-ciri penelitian korelasional?
  5. Bagaimana langkah-langkah penelitian korelasional?
  6. Bagaimana rancangan penelitian korelasional?

C. Tujuan

  1. Mengetahui pengertian penelitian korelasional?
  2. Mengetahui tujuan penelitian korelasional
  3. Mengetahui macam-macam studi korelasional?
  4. Mengetahui ciri-ciri penelitian korelasional?
  5. Mengetahui langkah-langkah penelitian korelasional?
  6. Mengetahui rancangan penelitian korelasional?

Bab II. Pembahasan

A. Pengeritan Penelitian Korelasi

Gay dalam Emzir (2008:40) menyatakan penelitian korelasi kadang-kadang diperlakukan sebagai penelitian deskriptif, terutama disebabkan penelitian korelasional mendeskripsikan sebuh kondisi yang telah ada.  

Penelitian korelasi merupakan suatu penelitian yang melibatkan kegiatan pengumpulan data untuk menentukan, adakah hubungan dan tingkat hubungan antara 2 variabel atau lebih. Penelitian korelasi dilakukan, saat peneliti ingin mengetahui tentang ada atau tidaknya dan kuat lemahnya suatu hubungan variabel yang berkaitan dalam suatu objek atau subjek yang diteliti. Hasil penelitian korelasional juga mempunyai implikasi untuk pengambilan keputusan, seperti tercermin dalam penggunaan prediksi aktuarial secara tepat (Zechmester,2000:1).

Penelitaan korelasi merupakan suatu studi yang sering dilakukan dan termasuk kategori penelitian kuantitatif, studi korelasi dapat bersifat simetris, asimetris dan asosiasi. Dalam penelitan korelasi pengumpulan datanya minimal pada dua variabel dari subjek yang diteliti, selanjutnya dilakukan komputasi dan seterusnya diadakan pengujian secara kuantitatif sesuai dengan formula statistika yang digunakan. Penelitian korelasi dapat digunakan untuk menghasilkan hipotesis atau menguji hipotesis.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian korelasi adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu  faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi (Sumadi Suryabrata, 1983:26).

Dalam studi yang bertujuan untuk menghasilkan hipotesis, peneliti mengukur sejumlah variabel dan menghitung koefisien korelasi antar variabel tersebut untuk mengetahui variabel mana yang berkorelasi. Dalam studi yang bertujuan untuk menguji hipotesis, peneliti mempunyai bias praduga dan mengharapkan korelasi antar variabel. Pilihan variabel dalam penelitian berdasarkan atas teori yang sudah ada sehingga dapat menyususn hipotesis  (nyoman dantes, 2012:73).

C. Jenis-Jenis Studi Korelasional

1. Studi Hubungan

Studi hubungan biasanya dilakukan dalam usaha mendapatkan pemahaman faktor apa saja atau variabel yang berhubungan dengan variabel yang kompleks, misalnya seperti hasil belajar akademik, konsep diri dan motivasi. Variabel yang diketahui tidak mempunyai hubungan dapat dieliminasi dari perhatian atau pertimbangan yang selanjutnya. Identifikasi variabel yang berhubungan dapat membantu beberapa tujuan utama.

Pertama, studi hubungan dapat memberikan arah untuk melanjutkan studi kausal-komparatif ataupun eksperimental. Dalam studi kausal – komparatif atau eksperimental, peneliti juga berkonsentrasi terhadap pengontrolan variabel selain variabel bebas, yang mungkin saja berhubungan dengan variabel terikat dan menyingkirkan pengaruhnya agar tidak bercampur dengan pengaruh variabel bebas.

Studi hubungan dapat membantu peneliti mengidentifkasi variabel-variabel seperti itu, yang berguna untuk mengontrol, dan selanjutnya menyelidiki pengaruh variabel bebas yang sesungguhnya.

2. Studi Prediksi

Bila variabel mempunyai hubungan yang signifikan, skor pada satu variabel dapat dipakai untuk memprediksikan skor pada variabel yang lainnya. Sebagai contoh, Peringkat SMA, dapat dipakai untuk memprediksikan peringkat di perguruan tinggi.  Studi prediksi sering dilakukan guna memudahkan dalam pengambilan suatu kesimpulan mengenai individu atau membantu dalam pemilihan individu. Studi prediksi juga dijalankan guna menguji hipotesis teoretis tentang variabel yang dipercaya menjadi prediktor pada suatu kriteria, dan guna menentukan validitas prediktif dari instrumen pengukuran individual.

Sebagai contoh, hasil studi prediksi digunakan untuk memprediksikan level keberhasilan yang kemungkinan diperoleh individu pada mata pelajaran tertentu, mislanya aljabar pada tahun pertama untuk memprediksikan individu mana yang kemungkinan sukses di perguruan tinggi atau untuk memprediksikan dalam bidang studi mana seseorang individu mungkin yang paling sukses.

Bila beberapa variabel prediktor masing-masing mempunyai hubungan dengan suatu variabel kriteria, prediksi yang didasarkan pada kombinasi dari beberapa variabel tersebut akan lebih akurat daripada didasarkan hanya pada salah satu darinya. Sebagai contoh, prediksi kesuksesan di perguruan tinggi umumnya didasarkan pada kombinasi beberapa faktor, seperti rangking dalam peringkat kelas, peringkat SMA, dan skor pada ujian masuk perguruan tinggi. Meskipun terdapat beberapa perbedaan utama antara studi prediksi dengan studi hubungan, keduanya melibatkan penentuan hubungan antara sejumlah variabel yang diidentifikasi dan variabel kompleks.

3. Korelasi dan Kausalitas

Penelitian korelasional merupakan suatu studi bertujuan untuk mengungkapkan hubungan antar variabel melalui penggunaan statistik korelasional (r). Kuadrat dari koefisien korelasi akan menghasilkan varians yang dijelaskan (r-square). Suatu hubungan korelasional antara 2 variabel kadang kala merupakan hasil dari sumber lain, jadi peneliti haruslah hati-hati dan korelasi tidaklah harus menjelaskan sebab dan akibat. Bila suatu hubungan yang kuat ditemukan antara 2 variabel, kausalitas dapat diuji melalui pemakaian pendekatan eksperimental (LaMar, 2004:1). 

Berbagai rancangan penelitian korelasional umumnya didasarkan pada asumsi bahwa realitas lebih baik dideskripsikan sebagai suatu jaringan timbal balik dan penginteraksian daripada hubungan kausal. Sesuatu memengaruhi dan dipengaruhi oleh sesuatu yang lain. Jaringan hubungan ini tidak linier, seperti dalam penelitian eksperimental. Dengan demikian, dinamika suatu sistem lebih penting dari kausalitas. Sebagai suatu kaidah, rancangan korelasional seperti analisis jalur (path analysis) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel designs) membolehkan pernyataan-pernyataan kausal. Penelitian korelasional adalah kuantitatif (ibid).

D. Ciri-Ciri Penelitian Korelasional

  1. Penelitian ini cocok dilakukan apabila variabel yang diteliti rumit atau tidak dapat diteliti dengan metode eksperimental
  2. Studi ini memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan hubunganya secara serentak dalam keadaan realistiknya.
  3. Hal yang diperoleh dari penelitian ini adalah taraf atau tinggi rendahnya  suatu hubungan, bukan ada atau tidak adanya saling hubungan tersebut.

E. Langkah Penelitian

  1. Pemilihan masalah, menentkan variabel mana dari suatu daftar yang mungkin berhubungan maupun untuk menguji hipotesis.
  2. Sample dan pemilihan instrument, sampel dengan menggunakan teknik sampling yang diterima. Dalam sebuah studi penting untuk memilih dan dan mengembangkan pengukuran yang valid dan reliabel. Bila variabel tidak memadai dikumpulkan, maka koefisien korelasi yang diperoleh akan mewakili estimasi tingkat korelasi yang kurang bahkan tidak akurat. Kemudian bila pengukuran yang dilakukan tidak secara nyata benar-benar mengukur variabel yang diinginkan, maka koefisien yang dihasilkan tidak akan mengindikasikan hubungan yang diinginkan.
  3. Desain dan prosedur, Desain korelasional dasar sangatlah sederhana; 2 atau lebih skor yang didapatkan dari setiap jumlah sampel yang dipilih, 1 skor untuk setiap variabel yang diteliti, dan skor berpasangan kemudian dikorelasikan. Koefisien korelasi yang diperoleh mengindikasikan tingkatan atau derajat hubungan antara kedua variabel tersebut. Penelitian yang berbeda menyelidiki sejumlah variabel, dan beberapa penggunaan prosedur statistik yang kompleks, namun desain dasar tetaplah sama dalam semua penelitian korelasional
  4. Analisis data dan interprestasi, Jika 2 variabel dikorelasikan maka hasilnya yaitu koefisien korelasi. Suatu koefisien korelasi dalam bentuk angka desimal, antara 0,00 dan +1,00, atau 0,00 dan –1,00, yang mengindikasikan tingkat atau derajat hubungan antara 2 variabel. Bila koefisien mendekati +1,00 maka kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang positif. Hal ini dapat diartikan bahwa seseorang yang mempunyai skor yang tinggi pada suatu variabel tertentu akan mempunyai skor yang tinggi pula pada variabel yang lain. Dapat juga diartikan suatu peningkatan pada suatu variabel berhubungan atau diasosiasikan dengan peningkatan juga pada variabel lain.

Apabila koefisien korelasi mendekati 0,00 kedua variabel tersebut tidak mempunyai hubungan. Hal ini dapat diartikan bahwa skor seseorang pada suatu variabel tertentu tidak mengindikasikan skor orang tersebut pada variabel yang lain. Bila koefisien tersebut mendekati -1,00, maka diartikan kedua variabel memiliki hubungan yang berkebalikan atau negatif. Hal ini diartikan bahwa seseorang dengan skor tinggi pada suatu variabel tertentu akan mempunyai skor yang rendah pada variabel yang lain, atau peningkatan pada suatu variabel akan diasosiasikan dengan penurunan pada variabel lain, dan begitu juga sebaliknya.

Interpretasi suatu koefisien korelasi tergantung pada bagaimana koefisien tersebut akan digunakan. Dengan kata lain, seberapa besar koefisien tersebut diperlukan supaya bermanfaat tergantung pada tujuan perhitunganya. Dalam studi yang dirancang guna menyelidiki atau hubungan yang dihipotesiskan, suatu koefisien korelasi diinterprestasikan pada suatu istilah signifikansi statistiknya. Dalam penelitian prediksi, signifikansi statistik merupakan nilai kedua dari koefisien dalam memudahkan prediksi yang tepat dan akurat.

Signifikansi statistik mengacu kepada, apakah koefisiensi yang didapatkan berbeda secara nyata dari zero (0) dan mencerminkan hubungan yang benar, bukan suatu kemungkinan hubungan, keputusan berdasarkan signifikansi statistik dihasilkan pada suatu level kemungkinan (probability) yang diberikan. Dengan kata lain, berdasarkan pada ukuran sampel yang diberikan, peneliti tidak bisa menentukan secara positif apakah ada atau tidak ada hubungan yang benar antara dua variabel, tetapi peneliti bisa mengatakan secara probabilitas ada atau tidak ada hubungan.

Untuk menentukan signifikansi statistik, peneliti hanya mengonsultasikanya pada sebuah tabel yang mampu mengatakan pada peneliti seberapa besar koefisiensi diperlukan untuk menjadi signifikan pada level probabilitas yang diberikan. Untuk suatu level probabillitas yang sama, atau level signifikansi yang sama, koefisien yang besar diperlukan jika sampel yang lebih kecil dilibatkan.

Ketika penginterprestasian suatu koefisien korelasi, peneliti harus selalu ingat bahwa peneliti hanya berbicara tentang suatu hubungan, bukan hubungan sebab-akibat. Koefisiensi korelasi yang signifikan mungkin menyarankan hubungan sebab-akibat akan tetapi tidak menetapkannya. Hanya ada 1 cara untuk menetapkan hubungan sebab-akibat, yaitu penelitian eksperimen. Jika seseorang menemukan hubungan yang dekat antara 2 variabel, hal tersebut sering kali menggoda untuk menyimpulkan bahwa 1 variabel menyebabkan variabel yang lain. Pada kenyataannya, hal itu mungkin tidak saling mempengaruhi; mungkin terdapat variabel ketiga yang mempengaruhi kedua variabel tersebut.

F. Rancangan Penelitian Korelasional

Penelitian korelasional mempunyai bermacam jenis rancangan dianataranya, yaitu (1) korelasi bivariat, (2) regresi dan prediksi (3) regresi jamak, (4) analisis faktor, dan (5) rancangan korelasi yang digunakan untuk membuat kesimpulan kausal. (Shaughnessy & Zechmeister,2000:2-5). Rancangan penelitian tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Korelasi Bivariat

Rancangan penelitian korelasi bivariat merupakan suatu rancangan penelitian yang memiliki tujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua variabel. Hubungan antara 2 variabel tersebut diukur. Hubungan tersebut mempunyai tingkatan dan arah.

Tingkat hubungan menunjukkan bagaimana atau seberapa kuatnya hubungan tersebut, umumnya diungkapkan dalam angka antara -1 dan +1, tingkatan hubungan itu dinamakan koefisien korelasi. Korelasi zero (0) mengindikasikan tidak adaanya hubungan antarvariabel. Koefisiensi korelasi yang bergerak ke arah -1 atau +1, merupakan korelasi sempurna pada kedua ekstrem. Arah hubungan diindikasikan oleh simbol – dan +. Suatu korelasi negatif berarti bahwa semakin rendah skor pada suatu variabel, semakin rendah pula skor pada variabel lain. Korelasi positif mengindikasikan bahwa semakin tingngi skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel lain. Hubungan antara prestasi dan motivasi belajar merupakan contoh korelasi positif. Sedangkan, hubungan antara sehat dan sres merupakan contoh korelasi negatif.

2. Regresi dan Prediksi

Bila terdapat korelasi antara 2 variabel, dan peneliti mengetahui skor pada salah satu variabel, peneliti dapat meprediksikan skor pada variabel kedua. Regresi merujuk pada seberapa baik peneliti bisa membuat prediksi semacam ini. Sebagaimana pendekatan koefisien korelasi baik yang bernilai -1 maupun +1, prediksi peneliti dapat lebih baik. Sebagai contoh, terdapat hubungan antara kesehatan dan stres. Jika peneliti mengetahui skor stres seseorang, maka peneliti mampu memprediksikan skor kesehatan seseorang tersebut dimasa yang akan datang.

3. Regresi Jamak (Multiple Regression)

Regresi jamak adalah perluasan regresi dan prediksi sederhana dengan menambahkan beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini dapat memberikan lebih banyak kekuatan kepada peneliti untuk membuat prediksi yang lebih akurat. Apa yang peneliti prediksikan disebut variabel kriteria (criterion variabel). Apa yang peneliti gunakan untuk membuat prediksi, sedangkan variabel-variabel yang telah diketahui, disebut variabel prediktor (predictor variables).

Jika peneliti tidak hanya mengetahui skor stres, akan tetapi juga mengetahui skor perilaku kesehatan atau seberapa baik seseorang memperhatikan dirinya sendiri, dan bagaimana kesehatan seseorang selama ini secara umum sehat atau sakit, maka peneliti akan lebih dapat memprediksikan secara lebih tepat status kesehatan seseorang tersebut. Dengan demikian, terdapat tiga variabel prediktor stres, perilaku kesehatan, dan status kesehatan sebelumnya, dan satu variabel kriteria, yaitu kesehatan di masa akan datang.

4. Analisis faktor

Prosedur statistik yang satu ini mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah besar variabel dikorelasikan dan terdapatnya antar korelasi yang tinggi mengindikasikan suatu faktor penting yang umum.

Sebagai contoh, peneliti dapat mengukur sejumlah besar aspek kesehatan fisik, mental, emosi, dan spiritual. Setiap pertanyaan akan memberikan kepada peneliti suatu skor. Korelasi yang tinggi baik positif itu maupun negatif antara beberapa skor ini akan mengindikasikan faktor penting yang bersifat umum. Banyak pertanyaan berbeda yang dapat diberikan, yang kemungkinan dapat mengukur faktor kesehatan emosional. Dalam kasus ini akan terdapat korelasi yang tinggi antara pertanyaan tentang marah, depresi, cemas, dan seterusnya. Atau di lain pihak, bila masing-masing pertanyaan merupakan faktor terpisah, akan terdapat korelasi yang kecil antara pertanyaan yang berhubungan dengan marah, depresi, cemas, dan seterusnya.

5. Rancangan Korelasional yang Digunakan untuk Menarik Kesimpulan Kausal.

Terdapat 2 rancangan yang bisa digunakan guna membuat pernyataan-pernyataan tentang sebab dan akibat menggunakan metode korelasional. Rancangan tersebut yaitu rancangan analisis jalur (path analysis design) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel design).

Analisis jalur digunakan untuk menentukan yang mana dari sejumlah jalur yang menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya. Sebagai contoh, peneliti mengetahui adanya suatu hubungan antara kesehatan dan stres. Analsis jalur digunakan untuk memperlihatkan bahwa terdapat jalur kecil melalui psikologi, jalur utama yang berhubungan dengan kesehatan dan stres melalui perilaku sehat. Artinya kita mengetahui bahwa stres memengaruhi faktor-faktor psikologi seperti coronary dan fungsi-fungsi kekebalan. Kita juga mengetahui bahwa kita stres, kita menghentikan kehati-hatian terhadap diri kita, kita kurang tidur, makan kurang baik, gagal memperoleh latihan-latihan yang layak, dan seterusnya. Penelitian memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang lebih kuat antara stres, perilaku sehat, dan kesehatan daripada antara stres, psikologi, dan kesehatan. Penelitian ini menggunakan statistik korelasi untuk menggambarkan kesimpulan ini.

6. Analisis Sistem (System Analysis)

Analisis sistem melibatkan penggunaan prosedur matemetik yang kompleks atau rumit guna menentukan proses dinamik, mislanya seperti perubahan sepanjang waktu, jerat umpan balik, serta aliran dan unsur hubungan. Sebagai contoh, sistem analisis digunakan untuk menggambarkan atau membuat diagram perbedaan antara SMP yang berhasil dan SMP yang gagal. Beberapa unsur dari sistem ini adalah harapan guru terhadap usaha pengajaran, performasi siswa, dan performasi siswa. Masing-masing unsur ini saling memengaruhi dan berubah sepanjang waktu.

Bab III. Penutup

A. Kesimpulan

Korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel. Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogjakarta : Andi.

Emzir. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif Dan Kualitatif. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.

Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.

Suryabrata, Sumadi. 1983. Metodeologi Penelitian : analisis kuantitatif. Yogjakarta : Lembaga Pendidikan Doktor Universitas Gajah Mada.

Laporan Praktikum Tetes Minyak Milikan

Tetes Minyak Milikan Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Elektron merupakan suatu dasar penyusun atom. Inti atom terdiri dari elektron (bermuatan negatif) dan proton...
Ahmad Dahlan
7 min read

Makalah Sifat Fantasi Dalam Tinjauan Psikologi

Sifat Fantasi Bab I. Pendahuluan Pada dasarnya psikologi mempersoalkan masalah aktivitas manusia. Baik yang dapat diamati maupun tidak secara umum aktivitas-aktivitas (dan penghayatan) itu...
Wahidah Rahmah
4 min read

Makalah Media Pembelajaran Dua Dimensi Non Proyeksi

Media Pembelajaran Dua Dimensi Non Proyeksi Bab I. Pendahuluan A.Latar Belakang Masalah Media pembelajaran yang merupakan sarana dan prasarana untuk menunjang terlaksananya kegiatan pembelajaran...
Ahmad Dahlan
10 min read

Leave a Reply