Daftar isi
Candi Penataran
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Banyak sekali berbagai macam seni dimuka bumi ini, baik yang baru saja tercipta hingga yang telah berumur ratusan bahkan ribuan tahun, candi salah satunya. Candi merupaka peninggalan sejarah yang memiliki nila kehidupan sangat tinggi, termasuk nilai seninya. Candi pada dasarnya memiliki berbagai macam fungsi yang ber[eran penting dalam kehidupan dimasa lampau. Candi memiliki berbagai macam bentuk dan jenis yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang beragam, dan bila diamati dengan sungguh-sungguh maka kita akan menjadi semakin tertarik untuk meneliti dan mengetahui ada apa dibalik keberadaan candi tersebut serta melestarikan peninggalan tersebut.
Indonesia yang memiliki sejarah nan luhur dan agung memiliki banyak sekali peninggalan sejarah, khususnya candi. Di daerah Jawa Timur khususnya, memiliki beberapa candi yang cukup menarik perhatian pihak sejarawan dan masyarakat untuk meneliti atau sekedar melihat peninggalan sejarah ini. Akan tetapi disisi lain masih abanyak orang-orangmkurang bertanggung jawab yang tidak peduli terhadap keberadaan candi tersebut dan hanya menilainya dari segi ekonomu.
Candi penataran yang terletak didaerah Blitar adalah komplek percandian terbesar di daerah Jawa Timur. Candi ini sudah cukup mendapat perhatian masyarakat luas, banyak orang yang telah mengunjungi Candi ini baik untuk melakukan study atau sekedar berwisarta bersama orang-orang terdekat mereka. Dari hari kehari pengunjung dari candi penataran semakin meningkat dan beragam, tak jarang orang dari luar negeri pun tertarik untuk melihat betapa indahnya warisan leluhur indonesia ini.
Untuk itu kami sebagai pelajar sekaligus penerus bangsa memiliki tugas untuk melestarikan peninggalan-peninggalan leluhur tersebut. Sebab masih ada beberapa peninggalan yang belum dilestarikan secara terorganisir, sehingga ditakutkan peninggalan tersebut akan terlupakan atau bahkan hilang dan tidak dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang. Seiring dengan proses penyusunan laporan ini, kami semakin mengerti kenapa kami diberikan tugas ini. Kami harus bisa menarik perhatian dari msayarakat luas, khusunya kaum muda dan akademis, sebab kelak penerus bangsa inilah yang meneruskan pelestarian warisan leluhur ini. Selain itu kami hendak memberikan wawasan tentang Candi Penataran yang mana dalam relief-reliefnya terkandung makna yang besar dan diharapkan wawasan tentang candi penataran dapat menjadi awal bagi pembaca untuk ikut serta dalam pelestarian peninggalan sejarah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana deskripsi objek pariwisata?
2. Daya tarik apa yang dimiliki objek pariwisata?
3. Bagaimana keterkaitan sektor-sektor dalam pariwisata?
4. Cocok dikembangkan menjadi pariwisata apa?
5. Apa kelebihan dan kekurangan objek pariwisata?
6. Apa solusi dan masalah yang ada pada objek pariwisata?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui deskripsi objek pariwisata.
2. Untuk mengetahui daya tarik apa yang dimiliki objek pariwisata.
3. Untuk mengetahui keterkaitan sektor-sektor dalam pariwisata?
4. Untuk mengetahui cocok dikembangkan menjadi pariwisata apa?
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan objek pariwisata?
6. Untuk mengetahui solusi dan masalah yang ada pada objek pariwisata?
Bab II. Pembahasan
A. Deskripsi Objek Pariwisata
Kompleks Candi Penataran adalah gugusan beberapa bangunan yang membujur dalam poros barat laut-tenggara. Di belakang candi utama di sisi timur terdapat sungai yang berhulu di gunung Kelud. Kompleks candi ini disusun dalam pola linear, beberapa candi perwara dan balai pendopo terletak di depan candi utama. Tata letak ini berbeda dengan candi pada langgam Jawa Tengah, misalnya Candi Sewu, yang disusun dalam pola mandala konsentrik dengan candi utama terletak di tengah halaman candi dikelilingi barisan candi perwara. Pola susunan linear dengan pola agak tidak beraturan pada candi Penataran ini merupakan ciri khas langgam Jawa Timur yang berkembang pada zaman Kediri hingga Majapahit, lalu dilanjutkan pada pola tata letak Pura Bali.
Candi Penataran merupakan satu-satunya candi terluas di Jawa Timur. Lokasinya terletak di desa Penataran, kecamatan Nglegok, Blitar. Tepatnya di lereng barat daya Gunung Kelud pada ketinggian 450 meter di atas permukaan air laut. Untuk sampai di lokasi percandian dapat ditempuh dari pusat kota Blitar ke utara yaitu ke jurusan makam Bung Karno. Jarak antara kota dan sampai lokasi diperkirakan 12 Km. Apabila ditempuh dari kota Blitar, setelah mencapai 10 Km, setelah sampai di pasar desa Nglegok, kemudian diteruskan sampai pasar Penataran kemudian belok kiri menuju ke percandian. Dari pertigaan pasar Penataran sampai ke lokasi hanya tinggal 300 meteran. Bagi pengunjung yang datang dari Malang dapat ditempuh lewat pertigaan desa Garum kemudian belok kanan sejauh lebih kurang 5 Km sudah sampai di lokasi percandian.
Jumlah pengunjung candi Penataran tergolong tinggi. Menurut catatan jumlah pengunjung rata-rata dalam satu bulan mencapai sekitar 20.000 sampai 25.000 orang. Itu merupakan suatu jumlah yang cukup besar jika dibandingkan dengan pengunjung candi yang lain. Setiap wisatawan seperti diwajibkan untuk mampir ke Candi Penataran dan rasanya belum sah jika berwisata ke Jawa Timur tanpa mampir ke Candi Penataran. Mereka tertarik dengan kekunikan dari candinya sendiri, yang bisa menjadi obyek pemotretan, sumber inspirasi bagi para seniman dan sebagai lahan bagi para pedagang kecil untuk menjajakan makanan atau cindera mata penitipan kendaraan maupun pemandu wisata hingga biro transportasi.
Candi Penataran termasuk dalam monumen mati (dead monument) artinya tidak ada kaitannya lagi dengan kepercayaan yang dianut masyarakat dewasa ini. Bangunan candi tidak berfungsi lagi sebagai tempat ibadah atau sebagai tempat semedi melainkan sebagai tempat wisata. Para pengnjung yang datang dalam rangka menikmati seni dan budaya dari kekunoan dan ilmu pengetahuan. Kini 800 tahun lebih telah berlalu, komplek Candi Penataran masih tegak berdiri di tempat semula dengan penuh keanggunan dan kemegahan.
B. Daya Tarik yang dimiliki Objek Pariwisata
Keindahan Kompleks Candi Penataran
Kompleks bangunan Candi Penataran menempati areal tanah seluas 12.946 meter persegi berjajar membujur dari barat laut ke timur dan tenggara. Seluruh halaman komplek percandian kecuali yang bagian tenggara dibagi menjadi tiga bagian, yang dipisahkan oleh dua dinding. Untuk lebih mudahnya dalam memahami kompek Candi Penataran, bagian-bagian dari Candi Penataran disebut halaman depan, halaman tengah, dan halaman belakang. Susunan dari komplek Candi Penataran yang sangat unik dan tidak tersusun simetris. Hal ini mengambarkan bahwa pembuatan candi tidak dalam satu periode. Berikut adalah bagian-bagian dari Candi Penataran:
a) Halaman depan
Masuk kedalam halaman depan, pintu gerbang terletak di sisi barat laut kompleks candi, diapit oleh dua arca Dwarapala, penjaga pintu degan angka tahun 1242 Saka atau 1320 Masehi terpahat pada arca. Masyarakat setempat menyebutnya sebagai Reco Pentung. Berdasarkan pahatan angka tahun yang ada pada kedua lapik arca tersebut, para sejarahwan menyimpulkan bahwa bangunan Candi Palah baru diresmikan menjadi Candi Negara pada masa pemerintahannya Raja Jayanegara dari Majapahit. Sebelah timur kedua arca tersebut terdapat sisa-sisa pintu gerbang yang terbuat dari batu bata merah.
Bale Agung
Melalui bekas pintu gerbang, sampailah pada bagian terdepan dari Candi Penataran, Bale Agung. Lokasi bangunan tersebut terletak di bagian barat laut halaman depan, posisinya sedikit menjorok ke depan. Bangunan seluruhnya terbuat dari batu, didingnya masih polos dan memiliki empat buah tangga, dua buah terletak di sisi tenggara, sehingga bangunan ini terkesan menghadap tenggara. Sedangkan dua buah yang lain terletak di sisi timur laut dan barat daya terkesan sebagai tangga ke pintu samping. Pada diding utara dan selatan terdapat dua buah tangga masuk yang membagi dinding sisi timur menjadi tiga bagian.
Sekeliling tubuh bangunan Bale Agung dililit oleh ular naga. Kepala ular naga tersembul di bagian kanan dan kiri bangunan. Masing-masing tangga naik terdapat arca penjaga yang berupa arca mahakala. Bangunan Bale Agung berukuran panjang 37 meter, lebar 18,84 meter dan tinggi 1,44 meter. Di atas ada pelataran yang di masing-masing sudutnya ada umpak-umpak batu yang diperkirakan sebagai penumpu tiang-tiang kayu yang digunakan untuk atap bangunan. Fungsi bangunan Bale Agung menurut N.J Krom seperti juga di Bali dipergunakan untuk tempat musyawarah para pendeta atau pendanda. Dipastikan bale atau pendopo ini pernah dinaungi struktur tiang dan atap dari bahan organik kayu dan mungkin beratap ijuk atau sirap yang telah lapuk dan musnah.
Pendopo Teras
Lokasi bangunan terletak di sebelah tenggara bangunan Bale Agung. Pendopo Teras seluruhnya terdiri dari batu, berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 29,05 meter x 9,22 meter x 1,5 meter. Diperkirakan Pendopo Teras digunakan sebagai tempat untuk meletakkan sesaji dalam upacara keagamaan atau tempat peristirahatan raja dan bangsawan lainnya. Pada sisi barat terdapat dua buah tangga naik yang berupa undak-undakan, tangga ini tidak berlanjut di dinding bagian timur. Pada masing-masing sudut tangga masuk di sebelah kiri dan kanan pipi tangga terdapat arca raksasa kecil bersayap dengan lutut kaki ditekuk pada satu kakinya dan salah satu tangannya memegang gada. Pipi tangga bagian yang berbentuk ukel besar berhias tumpal yang indah.
Bangunan Pendopo Teras berangka tahun 1297 Saka atau 1375 Masehi. Letak pahatan tahun ini agak sulit mencarinya karena berbaur dengan hiasan yang berupa sulur daun-daunan, lokasinya berada di pelipit bagian atas dinding sisi timur. Seperti pada Bale Agung, Pendopo Teras juga dililit teras ular yang ekornya saling berbelitan, kepalanya tersembul ke atas di antara pilar-pilar bangunan. Kepala ular sedikit mendongak ke atas, memakai kalung dan berjambul. Pada dinding Pendopo Teras terdapat relief-relief yang menceritakan kisah tentang Bubhuksah dan Gagang Aking yang di dalam cerita rakyat dikenal dengan kisah Bela-belu dan Dami aking, Sang Setyawan dan Sri Tanjung.
Candi Angka Tahun
Candi Angka Tahun di kompleks Penataran
Candi Angka Tahun berangka tahun 1291 Saka atau 1369 Masehi. Masyarakat Jawa Timur lebih mengenalnya dengan nama Candi Brawijaya yang merupakan bangunan yang paling dikenal dalam kompleks Candi Penataran dan juga digunakan sebagai lambang kodam V Brawijaya. Terkadang ada juga yang menyebutnya Candi Ganesha karena di dalam bilik candinya terdapat sebuah arca Ganesha. Lokasi candi berada di sebelah tenggara bangunan pendopo teras dalam jarak sekitar 20 meter. Pintu masuk candi terletak di bagian barat, pipi tangganya berakhir pada bentuk ukel besar dengan hiasan tumpal yang berupa bunga-bungaan dalam susunan segitiga sama kaki. Bagian dalam relung candi terdapat sebuah arca Ganesha dari batu dalam posisi duduk di atas padmasana. Pada bagian atas bilik candi pada batu penutup cungkup terdapat relief Surya Majapahit yakni lingkaran yang dikelilingi oleh jurai pancaran sinar yang berupa garis-garis lurus dalam susunan beberapa segitiga sama kaki. Relief Surya Majapahit juga ditemukan di beberapa candi yang lain di Jawa Timur ini dalam variasi yang sedikit berbeda sebagai lambang kerajaan.
Candi Angka Tahun seperti umumnya bangunan-bangunan candi lain, terdiri dari bagian-bagian yang disebut kaki candi yaitu bagian candi yang bawah, kemudian tubuh candi, terdapat bilik atau kamar candi (garbagriha) dan kemudian mastaka atau kemuncak bangunan yang berbentuk kubus. Pada bagian mahkota terdapat hiasan yang raya dan pada masing-masing dinding tubuh candi terdapat relung-relung atau ceruk yang berupa pintu semu yang di bagian atasnya terdapat kepala raksasa kala yang rupanya menakutkan. Kepala makhluk seperti ini disebut kepala kala yang di Jawa Timur sering disebut Banaspati yang berarti raja hutan. Penempatan kepala kala di atas relung candi dimaksudkan untuk menakut-nakuti roh jahat agar tidak berani masuk komplek percandian. Sementara itu pada sekeliling bangunan ini terdapat sisa-sisa tembok bata yang tinggal bagian dasarnya dengan pintu masuk di sisi barat laut. Bangunan-bangunan di halaman pertama ini seluruhnya terbuat dari batu andesit. Kecuali dua buah pondasi dari bata berdenah persegi panjang, terletak di sebelah timur laut candi angka tahun ini. Di sebelah kiri candi angka tahun terdapat arca wanita yang ditafsirkan sebagai arca perwujudan Gayatri Rajapatni.
b) Halaman tengah
Memasuki halaman kedua dari Candi Penataran, terdapat dua buah arca Dwarapala dalam ukuran yang lebih kecil dibanding Dwarapala pintu masuk candi. Seperti pada arca Dwarapala di pintu masuk, Dwarapala ini pun pada lapik arcanya juga terpahat angka tahun, tertulis tahun 1214 Saka atau 1319 Masehi, setahun lebih tua dibanding Dwarapala di pintu masuk, juga berasal dari zaman Raja Jayanegara. Halaman tengah atau halaman kedua ini terbagi menjadi dua bagian oleh tembok bata yang membujur arah percandian di tengah halaman. Tembok tersebut sekarang hanya tinggal pondasinya saja yang masih terlihat. Pada bagian timur laut ada enam buah sisa bangunan dari batu maupun dari bata. Tiga buah tinggal sisanya berupa pondasi dari bata, dua buah berupa batur dan sebuah lagi berupa candi tanpa penutup di atasnya. Batur pertama terbuat dari batu bercampur bata dengan ukuran lebih besar dibanding batur satunya yang khusus terbuat dari batu.
Candi Naga
Relief gambar dwarapāla (penjaga pintu).
bagian dalam halaman tengah ini terdapat Candi Naga yang hanya tersisa bagian kaki dan badan dengan ukuran lebar 4,83 meter, panjang 6,57 meter dan tinggi 4,70 meter. Nama Candi Naga digunakan untuk menamakan bangunan ini karena sekeliling tubuh candi dililit naga dan disangga tokoh-tokoh berbusana raya seperti raja sebanyak sembilan buah, masing-masing berada di sudut-sudut bangunan, bagian tengah ketiga dinding dan di sebekah kiri dan kanan pintu masuk. Para Batara ini menggambarkan sosok makhluk kahyangan, yaitu para dewa dilihat berdasarkan dari ciri busana raya dan perhiasan mewah yang dikenakannya. Salah satu tangannya memegang genta (lonceng upacara) dan tangan yang lainnya menopang tubuh naga yang melingkar di bagian atas bangunan dalam keadaan berdiri dan menjadi pilaster bangunan. Masing-masing dinding tubuh candi dihiasi dengan relief-relief buatan yang disebut dengan motif medalion. Pintu masuk candi terletak di barat laut dengan pipi tangga berhiaskan tumpal dengan ukuran lebar 4,83 meter, panjang 6,57 meter dan tinggi 4,70 meter. Di depan telah disampaikan bahwa gambar naga di sangga 9 orang ini mengisyaratkan sebuah candrasengkala ”Naga muluk sinangga jalma” yang berarti angka tahun 1208 Saka atau 1286 M dimasa pemerintahan Kertanegara.
Pondasi bata
Masih dalam lingkungan halaman tengah, terdapat sebuah pondasi dari bata yang terkesan menghadap barat daya, diketahui dari bidang menjorok ke sisi barat daya dan membentuk suatu pintu masuk. Lokasinya terletak di sebelah timur candi. Bagian barat daya terdapat dua buah sisa bangunan, yaitu sebuah pondasi dari bata berukuran 10 x 20 meter dan sebuah lagi berdenah bujur sangkar yang memiliki ciri-ciri sama dengan salah satu pondasi di bagian timur laut. Pada bagian sudut barat halaman ini terdapat sekumpulan ambang pintu yang terlepas dari bangunan aslinya. Pada ambang-ambang pintu itu beberapa di antaranya memuat angka tahun yang masih dapat terbaca dengan jelas, yaitu tahun 1245 Saka, 1294 Saka, 1295 Saka, dan dua buah lagi berangka tahun sama yaitu 1301 Saka. Ada dua buah arca Dwarapala lagi dengan angka tahun 1242 Saka terletak di pintu masuk ke halaman ketiga yang mungkin bekas sebuah gapura paduraksa, karena dekat tempat itu terdapat reruntuhan sebuah pintu yang berangka tahun 1240 Saka.
c) Halaman belakang
Melewati pintu gerbang paduraksa yang hanya tinggal pondasi dan dijaga dua dwarapala, sampailah di halaman ketiga terletak di ujung tenggara sebagai bagian paling belakang dari kompleks candi dan terletak di tanah yang lebih tinggi dari yang lainnya. Karena adanya anggapan bahwa tempat tersebut merupakan tempat yang paling sakral. Ada sekitar 9 buah bekas bangunan di halaman ini yang letaknya tidak beraturan. Dua buah candi yang sudah dapat dikenali adalah bangunan candi induk dan prasasti Palah berupa linggapala. Sepanjang sisi barat laut terdapat lima buah sisa bangunan berupa pondasi dan batur dari batu atau bata. Satu daiantaranya sebuah batur yang terdapat relief-relief cerita candi. Tingginya sekitar satu meter.
Candi utama
Bangunan utama Candi Penataran berbentuk Piramida Berundak.
Pada halaman ketiga ini terdapat bangunan candi induk yang terdiri dari tiga teras tersusun dengan tinggi 7,19 meter. Pada masing-masing sisi tangga terdapat dua arca mahakala, yang pada lapiknya terdapat angka tahun 1269 Saka atau 1347 M. Sekelling dinding candi pada teras pertama terdapat relief cerita Ramayana. Untuk dapat membacanya harus mengikuti arah prasawiya, dimulai dari sudut barat laut. Pada teras kedua sekeliling dinding dipenuhi pahatan relief ceritera Krçnayana yang alur ceriteranya dapat diikuti secara pradaksina (searah jarum jam). Sedangkan di teras ke tiga berupa relief naga dan singa bersayap. Teras ketiga bentuknya hampir bujur sangkar, dinding-dindingnya berpahatkan arca singa bersayap dan naga bersayap. kepalanya sedikit mendongak ke depan sedangkan singa bersayap kaki belakangnya dakam posisi berjongkok sedang kaki depan diangkat ke atas.
Pada sisi sebelah barat daya halaman terdapat dua buah sisa bangunan. Sebuah candi kecil dari batu yang belum lama runtuh yang oleh orang Belanda dulu dinamakan ”klein heligdom” atau bathara kecil. Nampaknya candi inilah yang mula-mula dibuat bersamaan dengan parasasti Palah melalui upacara pratistha tersebut. Sebuah sisa yang lain berupa pondasi dari bata. Kedua sisa bangunan ini menghadap ke arah barat daya. Sederet dengan sisa kedua bangunan ini berdiri sebuah lingga batu yang disebut Prasasti Palah. Dalam area komplek percandian juga terdapat sebuah kolam berangka tahun 1337 Saka atau 1415 Masehi yang terletak di belakang candi sebelah tenggara dekat aliran sungai.
Sejarah
Nama asli candi Penataran dipercaya adalah Candi Palah yang disebut dalam prasasti Palah, dibangun pada tahun 1194 oleh Raja Çrnga (Syrenggra) yang bergelar Sri Maharaja Sri Sarweqwara Triwikramawataranindita Çrengalancana Digwijayottungadewa yang memerintah kerajaan Kediri antara tahun 1190 – 1200, sebagai candi gunung untuk tempat upacara pemujaan agar dapat menangkal atau menghindar dari mara bahaya yang disebabkan oleh Gunung Kelud yang sering meletus. Kitab Negarakretagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca menceritakan perjalanan Raja Hayam Wuruk, yang memerintah kerajaan Majapahit antara tahun 1350 – 1389, ke Candi Palah untuk melakukan pemujaan kepada Hyang Acalapat, perwujudan Siwa sebagai Girindra (Giri Indra, raja penguasa gunung).
Kesamaan nama Girindra yang disebut pada kitab Negarakretagama dengan nama Ken Arok yang bergelar Girindra atau Girinatha menimbulkan dugaan bahwa Candi Penataran adalah tempat pedharmaan (perabuan) Ken Arok, Girindra juga adalah nama salah satu wangsa yang diturunkan oleh Ken Arok selain wangsa Rajasa dan wangsa Wardhana. Sedangkan Hyang Acalapati adalah salah satu perwujudan dari Dewa Siwa, serupa dengan peneladanan sifat-sifat Bathara Siwa yang konon dijalankan Ken Arok.
Perhatian terhadap prasasti Palah kembali pada tahun 1286, pada masa pemerintahan Kertanegara. Beliau mendirikan Candi Naga dengan hiasan relief naga yang disangga oleh 9 orang sebagai lambang candrasengkala ”Naga muluk sinangga jalma” atau tahun 1208 Saka.
Pada masa pemerintahan Jayanegara candi Penataran mulai mendapat perhatian kembali, kemudian dilanjutkan pada masa Tribuanatunggadewi dan Hayam Wuruk. Pemujaan terhadap Dewa Palah semakin kental diwarnai pemujaan kepada Dewa Gunung atau Syiwa. Candi Penataran diresmikan sebagai candi negara dengan status dharma lepas. Sesuai angka tahun yang dipahatkan didinding kolam yaitu tahun 1337 Saka atau tahun 1415 M merupakan angka tahun termuda di antara angka-angka tahun yang terdapat di kompleks candi Penataran tersebut. Waktu itu Majapahit di dalam masa pemerintahan Wikramawardhana.
Semenjak runtuhnya kerajaan Majapahit yang kemudian disusul dengan masuknya agama Islam di Jawa, banyak bangunan suci yang berkaitan dengan agama Hindu dan Budha begitu saja ditinggalkan oleh masyarakat penganutnya. Lama kelamaan bangunan-bangunan suci yang tidak lagi dipergunakan itu dilupakan orang karena masyarakat sebagian besar telah berganti kepercayaan. Akibatnya bangunan tersebut menjadi terlantar tidak ada lagi yang mengurusnya, pada akhirnya tertimbun longsoran tanah dan semak semak belukar.
Candi Penataran ditemukan kembali pada tahun 1815, tetapi sampai tahun 1850 belum banyak dikenal. Penemunya adalah Sir Thomas Stamford Raffles (1781-1826), Gubernur Jenderal pemerintah kolonial Inggris yang pernah berkuasa di Nusantara. Seiring berjalannya waktu, kompleks candi Penataran yang dahulunya sempat terabaikan sekarang mulai mendapatkan perhatian dari pemerintah dan kemudian dipugar. Kini candi ini menjadi tujuan wisata yang menarik.
Prasasti Palah
Prasasti Palah menerangkan bahwa “menandakan Kertajaya berbahagia dengan kenyataan tidak terjadi sirnanya empat penjuru dari bencana” dari kalimat ”tandhan krtajayayåhya / ri bhuktiniran tan pariksirna nikang sang hyang catur lurah hinaruhåra nika”. Rasa senangnya tersebut kemudian beliau curahkan dengan perintah dibangunnya prasasti yang tertulis dalam sebuah linggapala oleh Mpu Amogeçwara atau disebut pula Mpu Talaluh. Bangunan tersebut beliau fungsikan untuk menyembah Bathara Palah, seperti yang tertuang dalam prasasti tersebut yang beerbunyi “sdangnira Çri Maharaja sanityangkên pratidina i sira paduka bhatara palah” yang berarti “Ketika beliau Sri Maharaja senantiyasa setiap hari berada di tempat bathara Palah”.
Relief Candi
Anoman Diobong
Relief Anoman Obong bisa ditemui pada dinding Candi Induk Penataran tingkat I. Anoman Obong adalah salah satu episode pada epik Ramayana, yang menceritakan tentang aksi Anoman, si kera putih yang sakti, dalam usahanya membebaskan Dewi Shinta dari cengkeraman Rahwana.
KresnayanaRelief Kresnayana bisa ditemui pada dinding Candi Induk Penataran tingkat II. Kisah ini adalah hasil karya Empu Triguna yang hidup pada masa pemerintahan Raja Warsajaya dari kerajaan Kediri. Kresnayana berarti “Perjalanan Kresna”, menceritakan tentang kisah percintaan antara Kresna dan Dewi Rukmini.
Raden Inu Kertapati
Cerita tentang Raden Inu Kertapati merupakan sebuah cerita yang berasal dari Jawa yang mula timbulnya pada masa keemasan Kerajaan Majapahit. Bercerita tentang kepahlawanan dan cinta, dengan dua tokoh utamanya yaitu Raden Inu Kertapati atau Panji Asmara Bangun (Pangeran dari Kerajaan Daha) dan Dewi Sekartaji atau Galuh Candra Kirana (putri Kerajaan Jenggala).
Bubhuksah Dan Gagang Aking
Relief Bubhuksah dan Gagang Aking terletak di dinding pendopo teras sisi timur. Tersebutlah kakak beradik bernama Bubhuksah dan Gagang Aking yang menjalani hidup menjadi pertapa. Bubhuksah digambarkan bertubuh gemuk, karena dalam pertapaannya ia memakan apa saja termasuk daging hewan. Sementara Gagang Aking bertubuh kurus kering karena menjalani pertapaannya dengan penuh penderitaan dan hanya mau memakan daun-daunan.
Sri Tanjung
Relief kisah Sri Tanjung bisa ditemui pada dinding teras pendopo. Tersebutlah seorang ksatria bernama Sidapaksa yang memiliki istri setia yang cantik jelita bernama Sri Tanjung. Sidapaksa mengabdi kepada Raja Sulakrama di Negeri Sindureja. Diam-diam sang raja menaruh hati kepada Sri Tanjung yang cantik itu. Oleh karenanya ia menyusun siasat untuk memisahkan Sri Tanjung dari suaminya.
2.3 Keterkaitan Sektor-sektor dalam Pariwisata
Menurut James J. Spillane (1987) terdapat lima unsur industri pariwisata yang sangat penting, yaitu:
Attractions (daya tarik)
Attractions dapat digolongkan menjadi dua yaitu site attractions dan event attractions. Site attractions merupakan daya tarik fisik yang permanen dengan lokasi yang tetap seperti kebun binatang, keraton dan museum. Sedangkan event attractions adalah atraksi yang berlangsung sementara dan lokasinya dapat dipindah dengan mudah seperti festival, pameran atau pertunjukan kesenian daerah.
Facilities (fasilitas-fasilitas yang diperlukan)
Fasilitas cenderung berorientasi pada daya tarik disuatu lokasi karena fasilitas hares terletak dengan pasarnya. Selama tinggal ditempat tujuan wisata wisatawan memerlukan tidur, makan dan minum oleh karena itu sangat dibutuhkan fasilitas penginapan. Selain itu ada kebutuhan akan support industries seperti toko souvenir, cuci pakaian, pemandu, dan fasilitas rekreasi.
Infrastucture (infrastruktur)
Daya tarik dan fasilitas tidak dapat dicapai dengan mudah kalau belum ada infrastruktur dasar. Perkembangan infrastruktur perlu untuk mendorong perkembangan pariwisata. Infrastruktur dan suatu daerah sebenarnya dinikmati baik oleh wisatwan maupun masyarakat yang juga tinggal di daerah wisata, maka penduduk akan mendapatkan keuntungan. Pemenuhan atau penciptaan infrastruktur adalah suatu cara untuk menciptakan suasana yang cocok bagi perkembangan pariwisata.
Transportations (transportasi)
Dalam pariwisata kemajuan dunia transportasi atau, pengangkutan sangat dibutuhkan karean sangat menentukan jarak dan waktu dalam suatu perjalanan wisata. Transportasi baik darat, udara maupun laut merupakan suatu unsur utama langsung yang merupakan tahap dinamis gejala-gejala pariwisata.
Hospitality (keramahtamahan)
Wisatawan yang berada dalam lingkungan yang tidak mereka kenal memerlukan kepastian jaminan keamanan khususnya untuk wisatawan asing yang memerlukan gambaran tentang tempat tujuan wisata yang akan didatangi. Maka kebutuhan dasar akan keamanan dan perlindungan harus disediakan dan juga keuletan serta kerarnahtamahan tenaga kerja wisata perlu dipertimbangkan supaya wisatawan merasa aman dan nyaman selama perjalanan wisata.
Untuk wisata candi penataran hubungan antar unsure-unsur pariwista masih kurang, utamanaya antara daya tarik dengan infrastruktur yang ada. Sebagai contoh daya tarik yang di miliki candi penataran diantaranya adalah keindahan kompleks candid an sejarahnya, tetapi di lokasi wisata belum ada fasilitas semacam museum untuk belajar sejarah candi dan tempat foto atau penjual miniature candi guna mengabadikan momen berharga di lokasi wisata.
2.4 Jenis Pengembangan Pariwisata yang Cocok
Jenis pengembangan yang cocok untuk Candi Penataran adalah Wisata Budaya dan Wisata Sejarah. Wisata berbasis budaya adalah salah satu jenis kegiatan pariwisata yang menggunakan kebudayaan sebagai objeknya. Pariwisata jenis ini dibedakan dari minat-minat khusus lain, seperti wisata alam, dan wisata petualangan.
Ada 12 unsur kebudayaan yang dapat menarik kedatangan wisatawan, yaitu:
Bahasa (language).
Masyarakat (traditions).
Kerajinan tangan (handicraft).
Makanan dan kebiasaan makan (foods and eating habits).
Musik dan kesenian (art and music).
Sejarah suatu tempat (history of the region)
Cara Kerja dan Teknolgi (work and technology).
Agama (religion) yang dinyatakan dalam cerita atau sesuatu yang dapat disaksikan.
Bentuk dan karakteristik arsitektur di masing-masing daerah tujuan wisata (architectural characteristic in the area).
Tata cara berpakaian penduduk setempat (dress and clothes).
Sistem pendidikan (educational system).
Aktivitas pada waktu senggang (leisure activities).
Namun beberapa sektor yang dapat dikembangkan di Objek Wisata Candi Penataran antara lain:
a) Kerajinan dan Makanan: yaitu dengan membuka pusat oleh-oleh yang menjual kerajinan dan makanan khas blitar.
b) Arsitektur : yaitu dengan melakukan promosi tentang keindahan arsitektur dari Candi Penataran. Bisa juga diberlakuan peraturan bahwa setiap bangunan yang berada di sekitar kompleks candi harus bergaya arsitektur seperti candi untuk menarik pengunjung.
c) Sejarah : yaitu dapat dibangun sebuah museum yang menceritakan sejarah dari Candi Penataran, atau disediakan pemandu wisata. Dapat juga dilakukan penceritaan picture and picture dari relief yang terdapat pada dinding candi.
d) Kesenian : dengan mengadakan sebuah pertunjukan drama atau ketoprak atau ludruk yang lakon ceritanya berpusat pada cerita-cerita yang terdapat pada dinding-dinding candi.
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Objek Pariwisata
- Kelebihan
a) Sarana transportasi menuju lokasi wisata mudah
b) Merupakan kompleks candi terbesar di jawa timur
c) Tiket masuk tempat wisata murah
d) Menyimpan banyak cerita sejarah - Kekurangan
a) Sarana dan prasarana kurang
b) Kurangnya promosi
c) Kurang adanya perhatian dari pemerintah dan masyarakat untuk pengembangan objek wisata
2.6 Solusi dan masalah yang ada pada objek pariwisata
a) Masalah perijinan dari masyarakat sekitar untuk pembangunan pengembangan kompleks Candi Penataran. Bisa diberikan solusi dengan jalan pendekatan dari pihak pemerintak dan musyawarah kepada masyarakat setempat.
b) Masalah Modal pengembangan, yaitu sulitnya mencari investor guna menunjang rencana pembangunan lobjek wisata di sekitar candi. Bisa diberikan solusi dengan menggaet investor asing yang cinta terhadap sejarah.
c) Kurangnya ahli sejarah di daerah tempat wisata, bisa diberikan solusi dengan memberikan les atau pembelajaran tentang sejarah candi dengan disertai kemampuan guiding.
Bab III. Penutup
A. Kesimpulan
- Candi Penataran merupakan satu-satunya candi terluas di Jawa Timur. Lokasinya terletak di desa Penataran, kecamatan Nglegok, Blitar. Tepatnya di lereng barat daya Gunung Kelud pada ketinggian 450 meter di atas permukaan air laut.
- Daya Tarik yang dimiliki oleh Candi Penataran Antara lain Keindahan Kompleks candi, relief dan sejarah
- Jenis pengembangan yang cocok untuk Candi Penataran adalah Wisata Budaya dan Wisata Sejarah. Wisata berbasis budaya adalah salah satu jenis kegiatan pariwisata yang menggunakan kebudayaan sebagai objeknya. Pariwisata jenis ini dibedakan dari minat-minat khusus lain, seperti wisata alam, dan wisata petualangan
3.2 Saran
Sebagai situs warisan budaya, Candi Penataran menyimpan banyak cerita sejarah tentang kebudayaan masyarakat blitar. Karena itu usaha pelestarian harus tetap dlakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Lanang, Damar. 2010 . Sejarah Puri Pemecutan : Candi Penataran. http://sejarah-puri-pemecutan.blogspot.com/2010/01/candi-penataran.html. (akses 11 Oktober 2014)
Saputro, Dwi Angga. 2013. Kegiatan Napak Tilas Universitas Wijaya Kusuma Surabaya 2013/2014. http://anggadwisaputro.blogspot.com/2013/11/contoh-karya-tulis-ilmiah.html. (akses 11 Oktober 2014)
Wikipedia.Candi penataran, (online) http://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Penataran. (akses 11 Oktober 2014)