Makalah Askep Kebutuhan Seksual

16 min read

Askep Kebutuhan Seksual

Bab I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Kebutuhan seksual merupakan kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi perasaan dua orang individu secara pribadi yang saling menghargai, memerhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi sebuah hubungan timbal balik antara dua individu tersebut. Seks pada hakekatnya merupakan dorongan naluri alamiah tentang kepuasan syahwat. Tetapi banyak kalangan yang secara ringkas mengatakan bahwa seks itu adalah istilah lain dari Jenis kelamin yang membedakan antara pria dan wanita. Jika kedua jenis seks ini bersatu, maka disebut perilaku seks. Sedangkan perilaku seks dapat diartikan sebagai suatu perbuatan untuk menyatakan cinta dan menyatukan kehidupan secara intim. Ada pula yang mengatakan bahwa seks merupakan hadiah untuk memenuhi atau memuaskan hasrat birahi pihak lain. Akan tetapi sebagai manusia yang beragama, berbudaya, beradab dan bermoral, Seks merupakan dorongan emosi cinta suci yang dibutuhkan dalam angka mencapai kepuasan nurani dan memantapkan kelangsungan keturunannya. Tegasnya, orang yang ingin mendapatkan cinta dan keturunan, maka ia akan melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya. Seks yang pada mulanya diidentikkan dengan cinta dan pernikahan, sekarang lebih diasosiasikan dengan suka dan kencan.

Perilaku seksual adalah perilaku yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota badan antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan intim, yang biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri. Beberapa tahun terakhir ini, persepsi masyarakat terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah seksual telah mengalami perubahan yang drastis. Perilaku telah beranjak dari posisi nilai moral menjadi budaya. Dengan kata lain, jika sebelumnya seks sarat dengan kaidah moral, sekarang seks telah merambah ke segala penjuru kehidupan sebagai gaya hidup yang nihil moralitas. Perilaku seks juga merupakan salah satu kebutuhan pokok yang senantiasa mewarnai pola kehidupan manusia dalam masyarakat. Perilaku seks sangat dipengaruhi oleh nilai dan norma budaya yang berlaku dalam masyarakat. Setiap golongan masyarakat memiliki persepsi dan batas kepentingan tersendiri terhadap perilaku seks.

1.2.       Tujuan

Tujuan di tulisnya makalah ini diantaranya untuk :

a.    Mengetahui kondisi kebutuhan seksualitas

b.    Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi seksual

c.    Mengetahui masalah-masalah keperawatan pada seksual

d.   Mengetahui penyimpangan dan bentuk abnormalitas pada seksual

e.    Mengetahui asuhan keperawatan pada masalah seksual

1.3.       Metode

Metode yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini diantaranya melalui pustaka

Bab II. Pembahasan

A. Pengertian Kebutuhan Seksual

1.         Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi perasaan dua orang individu secara pribadi yang saling menghargai, memerhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi sebuah hubungan timbal balik antara dua individu tersebut.

Seksualitas dan seks merupakan hal yang berbeda :

2.         Seksualitas adalah bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada orang lain melalui tindakan yang dilakukannya seperti sentuhan, pelukan, ataupun perilaku yang lebih halus seperti isyarat gerak tubuh, cara berpakaian, dan perbendaharaan kata, termasuk pikiran, pengalaman, nilai, fantasi, emosi.

3.         Seks adalah menjelaskan ciri jenis kelamin secara anatomi dan fisiologi pada laki-laki dan  perempuan, hubungan fisik antar individu (aktivitas seksual genital).

4.         Kesehatan seksual didefinisikan sebagai pengintegrasian aspek somatik, emosional, intelektual, dan sosial dari kehidupan seksual, dengan cara yang positif yang memperkaya dan meningkatkan kepribadian, komunikasi dan cinta (WHO, 1975).

2.2.  Tinjauan Seksual dari beberapa aspek

Makna seksual dapat di tinjau dari berbagai aspek , di antaranya.

1.      Membicarakan seksual masih tabu.

2.      Pengekspresiannya masih secara tertutup.

3.      Hanya dikaitkan dengan masalah hubungan antar lawan jenis.

4.      Dalam pelayanan kesehatan dengan pendekatan holistik,semua aspek saling berinteraksi.

5.      Aspek biologis. Aspek ini memandang dari segi biologi seperti pandangan anatomi dan fisiologi dari sistem reproduksi (seksual) , kemampuan organ seks, dan adanya hormonal serta sistem saraf yang berfungsi atau berhubungan dengan kebutuhan seksual.

6.      Aspek Psikologis. Aspek ini merupakan pandangan terhadap identitas jenis kelamin, sebuah perasaan dari diri sendiri terhadap kesadaran identitasnya, serta memandang gambaran seksual atau bentuk konsep diri yang lain.

7.      Aspek Sosial Budaya. Aspek ini merupakan pandangan budaya atau keyakinan yang berlaku di masyarakat terhadap kebutuhan seksual serta perilakunya di masyarakat.

2.3.Perkembangan seksual

Perkembangan seksual  di awali dari masa pre natal dan bayi, kanak-kanak, masa pubertas, masa dewasa muda dan pertengahan umur, serta dewasa.

1.      Masa prenatal dan bayi.

Pada masa ini komponen fisik atau biologis sudah mulai berkembang. Berkembangnya organ seksual mampu merespon rangsangan, seperti adanya ereksi penis pada laki-laki dan adanya pelumas vagina pada wanita. Perilaku ini terjadi ketika mandi, bayi merasakan adanya perasaan senang. Menurut Sigmund Freud, tahap perkembangan psikoseksual pada masa ini adalah :

a.       Tahap Oral, terjadi pada umur 0-1 tahun. Kepuasan, kesenangan atau kenikmatan dapat dicapai dengan cara menghisap, menggigit, mengunyah, atau bersuara. Anak memiliki ketergantungan yang sangat tinggi dan selalu minta dilindungi untuk mendapatkan rasa aman. Masalah yang di peroleh pada masa ini adalah masalah menyapih dan makan.

b.      Tahap Anal, terjadi pada umur 1-3 tahun. Kepuasan pada tahap ini terjadi pada saat pengeluaran feses. Anak mulai menunjukan keakuannya, sikapnya sangat narsistik (cinta terhadap diri sendiri), dan egois. Anak juga mulai mempelajari struktur tubuhnya. Pada tahap ini anak sudah dapat di latih dalam hal kebersihan.

2.      Masa Kanak-kanak

Masa ini di bagi dalam usia prasekolah, dan sekolah. Perkembangan seksual pada masa ini di awali secara biologis atau fisik, sedangkan perkembangan psikoseksual pada masa ini adalah :

                          a.           Tahap oedipal/phalik, terjadi pada umur 3-5 tahun. Kepuasan anak terletak pada rangsangan otoerotis, yaitu meraba-raba, merasakan kenikmatan dari beberapa erogennya. Anak juga mulai menyukai lain jenis. Anak laki-laki cenderung lebih suka sama ibunya dari pada ayahnya, sebaliknya anak perempuan lebih suka ayahnya. Anak mulai dapat mengidentifikasi jenis kelamin dirinya, apakah laki-laki atau perempuan, belajar melalui interaksi dengan figur orang tua, serta mulai mengembangkan peran sesuai dengan jenis kelaminnya.

                          b.           Tahap Laten, terjadi pada umur 5-12 tahun. Kepuasan anak mulai terintegrasi, mereka memasuki masa pubertas dan berhadapan langsung pada tuntutan sosial, seperti suka berhubungan dengan kelompoknya atau teman sebaya, dorongan libido mulai berbeda. Pada masa sekolah ini, anak sudah banyak bertanya tentang hal seksual melalui interaksi dengan orang dewasa, membaca atau berfantasi.

3.      Masa Pubertas / Remaja

Pada masa ini sudah terjadi kematangan fisik dari aspek seksual dan akan terjadi kematangan secara psikososial. Terjadinya perubahan secara psikologis ini ditandai dengan adanya perubahan dalam citra tubuh (body image) , perhatian yang cukup besar terhadap fungsi  tubuh, pembelajaran tentang perilaku, kondisi sosial, dan perubahan lain, seperti perubahan berat badan, tinggi badan, perkembangan otot, bulu di pubis, buah dada atau mentruasi bagi wanita. Tahap yang di sebut oleh Freud sebagai tahap genital ini terjadi pada umur 12 – 18 tahun. Kepuasan anak pada tahap ini akan kembali bangkit dan mengarah pada perasaan cinta yang matang terhadap lawan jenis.

4.      Masa Dewasa Muda dan Pertengahan Umur.

Pada tahap ini perkembangan secara fisik sudah cukup dan ciri seks sekunder mencapai puncaknya, yaitu antara umur 18-30 tahun. Pada masa pertengahan umur terjadi perubahan hormonal; pada wanita di tandai dengan penurunan estrogen, pengecilan payudara dan jaringan vagina, penurunan cairan vagina, selanjutnya akan terjadi penurunan reaksi ereksi; pada pria di tandai dengan penurunan ukuran penis serta penurunan semen. Dari perkembangan psikososial, sudah mulai terjadi hubungan intim antara lawan jenis, proses pernikahan dan memiliki anak, sehingga terjadi perubahan peran.

5.      Masa Dewasa Tua

Perubahan yang terjadi pada tahap ini pada wanita di antaranya adalah atrofi pada vagina dan dan jaringan payudara, penurunan cairan vagina, dan penurunan intensitas orgasme pada wanita; sedangkan pada pria akan mengalami penurunan produksi sperma, berkurangnya intensitas orgasme, terlambatnya pencapaian ereksi, dan pembesaran kelenjar prostat.

2.4.Pola Fungsi Seksual

1.    Seksual yang Sehat Meliputi :

·    Bebas dari gangguan fisik maupun psikologis.

·    Bersikap positif terhadap seksual.

·    Mempunyai pengetahuan yang akurat tentang seksualitas.

·    Kesesuaian antara jenis kelamin, identitas, dan peran .

2.    Karakteristik Kesehatan Seks :

·    Kemampuan mengekspresikan potensi seksual, dengan meniadakan kekerasan, eksploitasi dan penyalahgunaan seksual.

·    Gambaran tubuh positif, ditunjukkan dengan kepuasan diri terhadap penampilan pribadi

·    Merupakan hubungan biologis yang paling intim antara dua individu yang mempunyai tujuan

·    Mendapatkan keturunan (reproduksi)

·    Memenuhi kebutuhan biologis (rekreasi)

·    Mampu membina hubungan efektif dengan orang lain

·    Kemampuan mengekspresikan seksualitas melalui komunikasi, sentuhan, emosional dan cinta

3.    Komponen kesehatan seksual :

·    Konsep seksual diri yaitu nilai tentang kapan, dimana, dengan siapa dan bagaimana seseorang mengekspresikan seksualitasnya. Konsep seksual diri yang negatif  menghalangi terbentuknya suatu hubungan dengan orang lain.

·    Body image yaitu pusat kesadaran terhadap diri sendiri, secara konstan dapat berubah. Bagaimana seseorang memandang (merasakan) penampilan tubuhnya berhubungan dengan seksualitasnya: Kehamilan, proses penuaan, trauma, penyakit, dan terapi tertentu. Contoh : wanita —bentuk tubuh dan ukuran payudara,  Pria — ukuran penis.

·    Identitas jender yaitu suatu pandangan mengenai jenis kelamin seseorang, sebagai laki-laki atau perempuan, mencakup komponen biologi, juga norma sosial dan budaya.

·    Orientasi seksual (identitas seksual) adalah bagaimana seseorang mempunyai kesukaan berhubungan intim dengan orang lain, dengan lawan jenis atau sejenis.

4.        Tubuh Manusia Memiliki Zona Erotik : Alat genital, kulit , paha, bibir , telinga, buah dada , bila dirangsang menyebabkan sexual arousal & desire (keinginan).

5.        Ekspresi Seksual dipengaruhi oleh : Sentuhan,  bau, penglihatan, suara,  perasaan,  pikiran, fantasy

6.        Organ Seksual Wanita

· Organ seks internal : vagina, uterus,     tubulus falopii dan ovarium.

· Organ seks eksternal secara kolektif disebut vulva yang terdiri dari mons pubis (mons veneris), labia mayora, labia minora, klitoris dan ostium vaginalis (introitus)

7. Organ Seksual Laki-Laki

·      Organ seks eksternal pria adalah penis dan skrotum.

·      Organ seks internal pria yaitu testis, epididimis dan duktus deferen, kelenjar prostat, vesikula seminalis dan kelenjar Cowper. 

2.1.Penyimpangan Seksual Pada Orang Dewasa.

Beberapa bentuk penyimpangan seksual atau deviasi seksual yang dapat dijumpai di masyarakat antara lain :

1.         Pedofilia. Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan objek anak-anak. Penyimpangan ini ditandai dengan adanya fantasi berhubungan seksual dengan anak di bawah usia pubertas. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kelainan mental, seperti shizofrenia, sadism organic, atau gangguan kepribadian organik.

2.         Eksibisionisme.kepuasan seksual dicapai dengan cara mempertontonkan alat kelamin di depan umum. Hal ini biasanya dilakukan secara mendadak di hadapan orang yang tidak di kenal, namun tidak ada upaya untuk melakukan hubungan seksual.

3.         Fetisisme. Kepuasan seksual; di capai dengan menggunakan benda seks seperti sepatu tinggi, pakaian dalam, stocking, atau lainnya. Disfungsi ini dapat di sebabkan antara lain karena eksperimen seksual yang normal dan bedah pergantian kelamin.

4.         Transvestisme. Kepuasan seksual di capai dengan memakai pakaian lawan jenis dan melakukan peran seks yang berlawanan, misalnya pria yang senang menggunakan pakaian dalam wanita.

5.         Transeksualisme. Bentuk penyimpangan seksual ditandai dengan perasaan tidak senang terhadap jenis kelaminnya, adanya keinginan untuk berganti kelamin.

6.         Voyerisme/Skopofilia. Kepuasan seksual dicapai dengan melihat alat kelamin orang lain atau aktifitas seksual yang dilakukan orang lain.

7.         Masokisme. Kepuasan seksual dicapai melalui kekerasan atau di sakiti terlebih dahulu secara fisik atau psikologis.

8.         Sadisme. Merupakan lawan dari masokisme. Kepuasan seksual di capai dengan menyakiti objeknya, baik secara fisik atau psikologis (dengan menyiksa pasangan). Hal tersebut dapat disebabkan antara lain karena perkosaan dan pendidikan yang salah.

9.         Homoseksual dan Lesbianisme. Penyimpangan seksual yang di tandai dengan ketertarikan secara fisik  maupun emosi kepada sesama jenis. Kepuasan seksual dicapai melalui hubungan dengan orang berjenis kelamin yang sama.

10.     Zoofilia. Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan objek binatang.

11.     Sodomi. Kepuasan seksual dicapai dengan hubungan melalui anus.

12.     Nekropilia. Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan objek mayat.

13.     Koprofilia. Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan objek feses.

14.     Urolagnia. Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan objek urine yang diminum.

15.     Oral Seks/Kunilingus. Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan mulut pada alat kelamin wanita.

16.     Felaksio. Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan mulut pada alat kelamin laki-laki.

17.     Froterisme/Friksionisme. Kepuasan seksual di capai dengan cara menggosokan penis pada pantat wanita atau badan yang berpakaian di tempat yang penuh sesak manusia.

18.     Goronto. Kepuasan seksual di capai melalui hubungan dengan lansia.

19.     Frottage. Kepuasan seksual di capai dengan cara meraba orang yang di senangi tanpa di ketahui lawan jenis.

20.     Pornografi. Gambar/tulisan yang dibuat secara khusus untuk memberi rangsangan seksual (Maramis WF, 2004).

2.2.Bentuk abnormalitas seksual akibat dorongan seksual abnormal

Banyak dorongan seksual abnormal yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi seksual atau terjadinya abnormalitas seksual. Beberapa bentuk abnormalitas seksual akibat dorongan seksual abnormal antara lain :

1.      Prostitusi. Bentuk penyimpangan seksual dengan pola dorongan seks yang tidak wajar dan tidak terintegrasi dalam kepribadian, sehingga relasi seks bersifat impersonal, tanpa adanya afeksi dan emosi yang berlangsung cepat, dan tanpa adanya orgasme pada wanita. Kejadian ini dapat berlaku pada laki-laki maupun perempuan. Pada laki-laki, prostitusi disebabkan karena keinginan mencari variasi dalam seks, iseng, dan ingin menyalurkan kebutuhan seksual. Pada wanita, kejadian ini dapat di sebabkan karena factor ekonomi, adanya diorganisasi kehidupan keluarga, dan adanya nafsu seks yang abnormal.

2.      Perzinahan. Bentuk relasi seksual antara laki-laki dan wanita yang bukan suami istri. Perzinahan pada wanita baru mengarah ke hubungan seksual dengan laki-laki lain setelah adanya relasi emosional dan afeksional yang sangat kuat. Pada pria, perzinahan biasanya disebabkan oleh rasa iseng atau dorongan untuk memuaskan seks secara sesaat.

3.      Frigiditas. Merupakan ketidak mampuan wanita mengalami hasrat seksual atau orgasme selama senggama. Frigiditas ditandai dengan berkurangnya atau ketidaktertarikan sama sekali pada hubungan seksual atau tidak mampu menghayati orgasme pada koitus (hubungan intim). Beberapa faktor yang menyebabkan frigiditas adalah kelainan pada rahim atau vagina, adanya hubungan yang tidak baik dengan suami, rasa cemas, bersalah, atau takut.

4.      Impotensi. Ketidakmampuan pria untuk melakukan relasi seks atau senggama atau ketidakmampuan pria dalam mencapai atau mempertahankan ereksi. Gangguan ini dapat disebabkan oleh faktor psikologis, seperti kecemasan atau ketakutan, pengalaman buruk masa lalu, dan persepsi seks yang salah.

5.      Ejakulasi premature. Merupakan kondisi dimana terjadinya pembuangan sperma yang terlalu dini sebelum zakar melakukan penetrasi dalam liang senggama atau berlangsung ejakulasi beberapa detik sesudah penetrasi. Masalah ini umumnya disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri serta kagagalan dalam membangun hubungan suami istri.

6.      Vaginismus. Peristiwa yang ditandai dengan kejang yang berupa penegangan atau pengerasan yang sangat menyakitkan pada vagina atau kontraksi yang sangat kuat sehingga penis terjepit dan tidak bisa keluar. Hal ini dapat disebabkan oleh kelainan organis dan psikologis (ketakutan).

7.      Dispareunia. Keadaan yang ditandai dengan timbulnya kesulitan dalam melakukan senggama atau perasaan sakit pada saat koitus. Kejadian ini dapat terjadi pada saat sperma keluar, karena kurangnya cairan vagina, dan lain-lain.

8.      Anorgasme. Kondisi kegagalan dalam mencapai klimaks selama bersenggama, biasanya bersifat psikis, ditandai dengan pengeluaran sperma tanpa mengalami puncak kepuasan. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor psikis atau adanya faktor organik seperti ketidakmampuan penetrasi untuk memberi rangsangan atau vagina yang longgar.

9.      Kesukaran koitus pertama. Keadaan dimana terjadi kesulitan dalam melakukan koitus pertama dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan di antara pasangan, adanya ketakutan atau rasa cemas dalam berhubungan seks, dan lain-lain.

2.3.Siklus respon seksual

Siklus respon seksual terdiri atas beberapa tahap berikut :

1.      Tahap suka cita. Merupakan tahap awal dalam respons seksual pada wanita ditandai dengan banyaknya lendir pada daerah vagina, dinding vagina mengalami ekspansi atau menebal, meningkatnya sensitifitas klitoris, putting susu menegang, dan ukuran buah dada meningkat. Pada laki-laki ditandai dengan ketegangan atau ereksi pada penis dan penebalan atau elevasi pada skrotum.

2.      Tahap kestabilan. Pada tahap ini wanita mengalami retraksi di bawah klitoris, adanya lendir yang banyak dari vagina dalam labia mayora, elevasi dari serviks dan uterus, serta meningkatnya otot-otot pernafasan. Pada laki-laki ditandai dengan meningkatnya ukuran gland penis dan tekanan otot pernafasan.

3.      Tahap orgasme (puncak). Tahap puncak dalam siklus seksual pada wanita ditandai adanya kontraksi yang tidak disengaja dari uterus, rectal dan spinchter, uretra, dan otot-otot lainnya, terjadi hiperventilasi dan meningkatnya denyut nadi. Pada laki-laki ditandai dengan relaksasi pada spinchter kandung kencing, hiperventilasi, dan meningkatnya denyut nadi.

4.      Tahap resolusi (peredaan). Merupakan tahap terakhir dalam siklus respons seksual, pada wanita ditandai dengan adanya relaksasi dari dinding vagina secara berangsur-angsur, perubahan warna dari labia mayora, pernafasan, nadi tekanan darah, otot-otot kembali berangsur normal. Pada laki-laki ditandai dengan menurunnya denyut pernafasan dan denyut nadi serta melemasnya penis.

2.4.Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah seksual.

·         Perkembangan manusia berpengaruh terhadap psiko-sosial, emosional, dan biologis

·         Kultur / budaya : berpakaian,tata cara pernikahan, perilaku yang diharapkan sesuai norma. Peran laki-laki dan perempuan mungkin juga akan dipengaruhi budaya

·         Nilai-nilai Realigi :Aturan atau batasan yang boleh dan tidak boleh dilakukan terkait seksualitas. Misalnya larangan aborsi, hubungan seks tanpa nikah

·         Status Kesehatan : Klien dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan fisik. Medikasi dapat mempengaruhi keinginan seksual. Citra tubuh yang buruk, terutama ketika diperburuk oleh perasaan penolakan atau pembedahan yang mengubah bentuk tubuh, dapat menyebabkan klien kehilangan perasaannya secara seksual.

·         Hospitalisasi : 

§  Kesepian, tidak lagi memiliki privasi, merasa tidak berguna.

§  Beberapa klien di rumah sakit mungkin dapat berperilaku  secara seksual melalui pengucapan kata-kata kotor, mencubit,dll

§  Klien yang mengalami pembedahan dapat merasa kehilangan harga diri dan perasaan kehilangan yang mencakup maskulinitas dan femininitas.

2.5.Beberapa Masalah Yang Berhubungan Dengan Seksualitas

·         Penganiayaan seksual :

§  Mencakup tindak kekerasan pada wanita, pelecehan seksual, perkosaan, pedofilia, pornografi anak

§  Efek traumatik — masalah fisik dan psikologis — disfungsi seksual. Contoh : Ibu yang yang mengalami penganiayaan selama masa kehamilan cenderung melahirkan anak dengan berat badan lahir rendah.

§  Anak-anak yang mengalami penganiayaan dapat berisiko terhadap masalah kesehatan, emosional, kinerja di sekolah dan dapat terjadi peningkatan keagresifan dan menjadi orang dewasa yang suka melakukan tindak kekerasan.

§  Dukungan perlu diberikan kepada korban dan keluarga. Pelaku penganiayaan harus dilaporkan kepada yang berwenang.

·         Aborsi  :

§  Dilakukan oleh wanita yang telah menikah maupun oleh wanita yang berhubungan seks sebelum nikah.

§  Kontroversi baik yang pro maupun kontra.

§  Klien mungkin dapat mangalami rasa bersalah dan berduka

·         Penyakit menular seksual (PMS) :

§  Individu terlibat dalam melakukan hubungan seksual

§  PMS ditularkan dari individu yang terinfeksi kepada pasangannya selama kontak seksual yang intim. — Tempat penularannya biasanya genital, tetapi mungkin juga tertular melalui oral-genital atau anal-genital.

§  Penyakit Gonorrea, Klamidia, Sífilis — disebabkan oleh bakteri

§  Penyakit Herpes genital dan HIV/AIDS — oleh virus

2.6.       Penyakit/Stress Yang Akan Mempengaruhi Kemampuan Seksual Seseorang

·         Nyeri kronis

·         Diabetes melitus

·         Penyakit kardio vaskular

·         Penyakit-penyakit sendi

·         Pembedahan/ body image

·         Gangguan mental

·         Penyakit menular seksual

·         Obat-obatan

2.7.Masalah keperawatan Pada Seksualitas.

              Masalah keperawatan yang terjadi pada kebutuhan seksual adalah pola seksual dan perubahan disfungsi seksual. Pola seksual mengandung arti bahwa suatu kondisis seorang individu mengalami atau berisiko mengalami perubahan kesehatan seksual, sedangkan kesehatan sendiri adalah integrasi dari aspek somatic, emosional, intelektual, dan social dari keberadaan seksual yang dapat meningkatkan rasa cinta, komunikasi, dan kepribadian. Disfungsi seksual adalah keadaan dimana seseorang mengalami atau berisiko mengalami perubahan fungsi seksual yang negative, yang di pandang sebagai tidak berharga dan tidak memadainya fungsi seksual.

2.8.Asuhan Keperawatan Pada Masalah Seksual

A.       Pengkajian Keperawatan

·      Riwayat seksual

§  Klien yang menerima perawatan   kehamilan, PMS, infertility, kontrasepsi.

§  Klien yang mengalami disfungsi seksual / problem (impoten, orgasmic dysfuntion, dll)

§  Klien yang mempunyai penyakit-penyakit yang akan mempengaruhi fungsi seksual (peny.jantung, DM, dll)

·      Pengkajian seksual mencakup :

§  Riwayat Kesehatan seksual

— Pertanyaan yang berkaitan dengan seks untuk menentukan apakah klien mempunyai masalah atau kekhawatiran seksual.

— Merasa malu atau tidak mengetahui bagaimana cara mengajukan pertanyaan seksual secara langsung – pertanyaan isyarat

·      Pengkajian fisik

§  Inspeksi dan palpasi

§  Beberapa riwayat kes. yang memerlukan pengkajian fisik misalnya riwayat PMS, infertilitas, kehamilan, adanya sekret yang tdk normal dari genital, perubahan warna pada genital, ggn fungsi urinaria, dll.

·      Identifikasi klien yang berisiko

§  Klien yang berisiko mengalami gangguan seksual misalnya :

Adanya ggn struktur/fungsi tubuh akibat trauma, kehamilan, setelah melahirkan, abnormalitas anatomi genital

·      Riwayat penganiayaan seksual, penyalahgunaan seksual

·      Kondisi yang tidak menyenangkan seperti luka bakar, tanda lahir, skar (masektomi) dan adanya ostomi pada tubuh

·      Terapi medikasi spesifik yang dapat menyebabkan mslh seksual; kurangnya pengetahuan/salah informasi tentang fungsi dan ekspresi seksual

·      Ggn aktifitas fisik sementara maupun permanen ; kehilangan pasangan

·      Konflik nilai-nilai antara kepercayaan pribadi dengan aturan religi

B.     Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat terjadi pada masalah kebutuhan seksual, antara lain :

1.         Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan (b.d )

– Ketakutan tentang kehamilan

– Efek antihipertensi

– Depresi terhadap kematian atau   perpisahan dengan pasangan

2.         Disfungsi seksual b.d

– Cedera medulla spinalis

– Penyakit kronis

– Nyeri

– Ansietas mengenai penempatan di rumah perawatan atau panti

3.         Gangguan citra tubuh b.d

– Efek masektomi atau kolostomi yang baru dilakukan

– Disfungsi seksual

– Perubahan pasca persalinan

4.         Gangguan harga diri b.d

– cedera medulla spinalis

– penyakit kronis

– nyeri

– ansietas mengenai penempatan di rumah perawatan atau panti

Masalah seksual juga dapat menjadi etiologi diagnosa keperawatan yang lain misalnya :

Ø  Kurang pengetahuan (mengenai konsepsi, kontrasepsi, perubahan seksual normal) b.d salah informasi dan mitos-mitos seksual

Ø  Nyeri b.d tidak adekuatnya lubrikasi vagina atau efek pembedahan genital

Cemas b.d kehilangan fungsi seksual

C.    Perencanaan Keperawatan.

·      Tujuan yg akan dicapai terhadap masalah seksual yg dialami klien, mencakup :

v  Mempertahankan, memperbaiki atau meningkatkan kesehatan seksual

v  Meningkatkan pengetahuan seksualitas dan kesehatan seksual

v  Mencegah terjadinya/menyebarnya PMS

v  Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan

v  Meningkatkan kepuasan terhadap tingkat fungsi seksual

v  Memperbaiki konsep seksual diri

D.       Implementasi

v  Promosi kesehatan seksual — penyuluhan / pendidikan kesehatan.

v  Perawat : keterampilan komunikasi yg baik, lingkungan&waktu yg mendukung privasi dan kenyamanan klien.

v  Topik tentang penyuluhan tergantung karakteristik&faktor yang berhubungan — pendidikan tentang perkembangan normal pada anak usia todler, kontrasepsi pd klien usia subur, serta pendidikan ttg PMS pada klien yang memiliki pasangan seks lebih dari satu.

v  Rujukan mungkin diperlukan

E.       Evaluasi Keperawatan

Ø  Evaluasi tujuan yang telah ditentukan dalam perencanaan. Jika tidak tercapai, perawat seharusnya mengeksplorasi alasan-alasan tujuan tersebut tidak tercapai — Pengungkapan klien atau pasangan, klien dapat diminta mengungkapkan kekuatiran, dan menunjukkan faktor risiko, isyarat perilaku seperti kontak mata, atau postur yang menandakan kenyamanan atau kekuatiran.

Ø  Klien, pasangan dan perawat mungkin harus mengubah harapan atau menetapkan jangka waktu yang lebih sesuai untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Ø  Komunikasi terbuka dan harga diri yang positif — penting

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kebutuhan seksual merupakan kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi perasaan dua orang individu secara pribadi yang saling menghargai, memerhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi sebuah hubungan timbal balik antara dua individu tersebut. Pada saat ini perilaku seksual telah beranjak dari posisi nilai moral menjadi budaya. Dengan kata lain, jika sebelumnya seks sarat dengan kaidah moral, sekarang seks telah merambah ke segala penjuru kehidupan sebagai gaya hidup yang nihil moralitas.

3.2 Saran

            Perawat sebagai role model maka :

1.    Sikap, prasangka terhadap seksual akan dapat dibaca oleh klien, melalui cara perawat bertindak, berbicara, menghindar, dan pada waktu berbicara.

2.    Tingkat pengetahuan perawat tentang seksualitas, menghambat / meningkatkan diskusi.

3.    Pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi organ reproduksi, respon seksual, ekspresi seksual dapat membantu pengkajian yang efektif.

4.    Perawat harus merasa nyaman dengan dirinya.

DAFTAR PUSTAKA

Ø  Kebutuhan Dasar Manusia, Alimul, Aziz.  Buku 1, Salemba Medika, Jakarta, 2009.

Ø  Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik/ Patricia A.Potter, Anne Griffin Perry; Edisi 4 Volume 1, Jakarta : EGC 2005

Laporan Praktikum Efek Fotolistrik

Efek Fotolistrik Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Efek fotolistrik adalah fenomena terlepasnya elektron logam akibat disinari cahaya. Ditinjau dari perspektif sejarah, penemuan efek...
Ananda Dwi Putri
9 min read

Laporan Praktikum Tetes Minyak Milikan

Tetes Minyak Milikan Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Elektron merupakan suatu dasar penyusun atom. Inti atom terdiri dari elektron (bermuatan negatif) dan proton...
Ahmad Dahlan
7 min read

Makalah Sifat Fantasi Dalam Tinjauan Psikologi

Sifat Fantasi Bab I. Pendahuluan Pada dasarnya psikologi mempersoalkan masalah aktivitas manusia. Baik yang dapat diamati maupun tidak secara umum aktivitas-aktivitas (dan penghayatan) itu...
Wahidah Rahmah
4 min read

Leave a Reply